NIM : 2103016020
Kelas : PAI 3B
Kelompok :5
MATERI PENDIDIKAN
ٍ ض َج ِم ْيعًا ثُ َّم ا ْست ٰ َٓوى اِلَى ال َّس َم ۤا ِء فَ َس ٰ ّوىه َُّن َس ْب َع َسمٰ ٰو
ٌت ۗ َوهُ َو بِ ُكلِّ َش ْي ٍء َعلِيْم َ َهُ َو الَّ ِذيْ َخل
ِ ْق لَ ُك ْم َّما فِى ااْل َر
Terjemahan
Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu. Kemudian Dia menuju
ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu. (QS. Al-Baqarah : 29)
َ )فَ َس ٰ ّوىه َُّن َس ْب َعyang artinya “Lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh lapis
Lalu lafal (ٍسمٰ ٰوت
langit”. Hal ini berarti, ketujuh lapis langit itu diciptakan dan disusun dengan sempurna. Ayat ini
memberikan pengertian tersirat, bahwa Allah terlebih dahulu menciptakan bumi dan segala
isinya, dan baru menciptakan langit berlapis tujuh. Sebagian ulama’ berpendapat bahwa yang
dimaksud dengan tujuh lapis langit dalam Al-Qur’an adalah tujuh planet besar. Namun,
sesungguhnya Al-Qur’an tidak membatasi hanya dengan tujuh planet saja, melainkan boleh lebih
dari itu. Ada pula yang berpendapat, yang dimaksud dengan tujuh lapis hanya untuk menjelaskan
bahwa langit itu banyak. Pandangan lain menyebutkan, langit tidak lebih dari tujuh, yaitu langit
yang ada pada tatasurya. Matahari sendiri tidak masuk, karena matahari dipandang sebagai
sentrum, begitu juga bulan, karena sebagai satelit bumi.
Ayat 2
ِ لَهٗ َواَ ْنjَواِ َذا قُ ِرَئ ْالقُرْ ٰانُ فَا ْستَ ِمعُوْ ا
َ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُموْ نjصتُوْ ا
Terjemahan
Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah ia dengan tekun, dan perhatikanlah
dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. (QS. Al-A’raf : 204)
ِ )اَ ْنanshitu dipahami oleh pakar-pakar bahasa dalam arti mendengar sambil tidak
Kata (صتُوْ ا
berbicara, karena itu ia diterjemahkan dengan perhatikan dengan tenang perintah ini setelah
sebelumnya ada perintah mendengar dengan tekun, menunjukkan betapa mendengar dan
memperhatikan Al-Qur’an merupakan sesuatu yang sangat penting. Namun demikian, para
ulama’ sepakat memahami perintah tersebut bukan dalam arti mengharuskan setiap yang
mendengar ayat Al-Qur’an harus benar-benar tekun mendengarnya, jika maksudnya demikian
tentu kita harus meninggalkan setiap aktivitas bila ada yang membaca Al-Qur’an. Sebab tidak
mungkin kita dapat tekun mendengarkan serta memperhatikan jika perhatian kita tertuju kepada
aktivitas lain.
Ada ulama’ yang memahami perintah ini dalam konteks bacaan imam dalam shalat yang
bacaannya dianjurkan untuk diperdengarkan, misalnya dalam shalat Maghrib, Isya, dan Subuh.
Mereka yang mengikuti imam ketika itu, hendaknya jangan membaca ayat lain, tetapi ia harus
tekun mendengarkan bacaan imamnya. Ada juga yang memahaminya tidak terbatas pada shalat
fardhu, tetapi juga pada shalat sunnah dan khutbah-khutbah. Ada lagi yang menilai ayat ini
bersifat umum kapan dan dimana saja, tetapi memahami perintah tersebut dalam arti anjuran.
Memang dalam teks-teks keagamaan, baik Al-Qur’an maupun sunnah, tidak sedikit perintah
yang tidak dapat dipahami dalam arti wajib, tetapi sunnah atau anjuran. Pendapat ini adalah
pendapat madzhab Imam Malik. Betapapun, penghormatan kepada Al-Qur’an mengharuskan
kita untuk mendengarnya kapan dan di mana saja ia dibacakan, sesuai dengan kondisi dan situasi
yang sedang dihadapi dan dalam keadaan yang tidak menyulitkan atau memberatkan.
Daftar Pustaka
Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. 2000. Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nur. Jilid 1.
Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.
Asyari, Hasyim. 1415 H. Adabu al-Alim wa al-Muta’allim. Jombang: Maktabah Turats Islami.
Daud, Wan Mohd Wan. 2003. Filsafat dan Praktek Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al-Attas.
Bandung: Mizan.
Kultsum, Umi. 2018. Pendidikan Dalam Kajian Hadits Faktual dan Konseptual. Tangerang
Selatan: Cinta Buku Media.
Munawwir, Ahmad Warson. 1997. Kamus Arab-Indonesia, Surabaya: Pustaka Progresif.
Shihab, M. Quraisy. 2002. TAFSIR AL-MISHBAH, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an.
Vol. 1. Jakarta: Lentera Hati.