Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ana Kharisma Rizki Mahfudoh

NIM : 2103016020

Kelas : PAI 3B

Kelompok :5

MATERI PENDIDIKAN

RESUM TAFSIR AYAT TARBAWI


Ayat 1

ٍ ‫ض َج ِم ْيعًا ثُ َّم ا ْست ٰ َٓوى اِلَى ال َّس َم ۤا ِء فَ َس ٰ ّوىه َُّن َس ْب َع َسمٰ ٰو‬
ٌ‫ت ۗ َوهُ َو بِ ُكلِّ َش ْي ٍء َعلِيْم‬ َ َ‫هُ َو الَّ ِذيْ َخل‬
ِ ْ‫ق لَ ُك ْم َّما فِى ااْل َر‬
Terjemahan
Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu. Kemudian Dia menuju
ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu. (QS. Al-Baqarah : 29)

Kata Kunci : Penciptaan, Langit, Menyempurnakan.


Tafsir
Firman Allah SWT. ( ‫ج ِم ْيعًا‬
َ ‫ض‬ َ jَ‫ )هُ َو الَّ ِذيْ خَ ل‬yang artinya “Dialah (Allah) yang
ِ ْ‫ق لَ ُك ْم َّما فِى ااْل َر‬
menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu. Dalam hal ini, Allah lah yang menjadikan
segala sesuatu yang ada di bumi untuk kemaslahatanmu. Allah juga menjelaskan tanda-tanda
kekuasaan-Nya yang terdapat dalam diri manusia dengan menerangkan awal kejadian mereka
dan sesudahnya. Tanda-tanda kekuasaan-Nya pada jagad raya yang menujukan kepada
kemahakuasaan-Nya pada semua hal dan menunjukkan kepada nikmat-Nya yang terus-menerus
tercurah kepada hamba-Nya, yaitu menciptakan segala sesuatu di bumi untuk dimanfaatkan oleh
manusia.
Kemudian lafal (ِ‫س َم ۤاء‬
َّ ‫ )ثُ َّم ا ْست ٰ َٓوى اِلَى ال‬yang artinya “Kemudian Dia menuju ke langit”. Hal ini
berarti bahwa sesudah menjadikan segala apa yang ada di bumi, Allah mengarahkan penciptaan-
Nya kepada alam tinggi untuk membangun langit. Kehendak Allah itu tidak bisa dihalangi oleh
siapa pun, dan Allah Maha Mengetahui segala makhluk-Nya.

َ ‫ )فَ َس ٰ ّوىه َُّن َس ْب َع‬yang artinya “Lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh lapis
Lalu lafal (ٍ‫سمٰ ٰوت‬

langit”. Hal ini berarti, ketujuh lapis langit itu diciptakan dan disusun dengan sempurna. Ayat ini
memberikan pengertian tersirat, bahwa Allah terlebih dahulu menciptakan bumi dan segala
isinya, dan baru menciptakan langit berlapis tujuh. Sebagian ulama’ berpendapat bahwa yang
dimaksud dengan tujuh lapis langit dalam Al-Qur’an adalah tujuh planet besar. Namun,
sesungguhnya Al-Qur’an tidak membatasi hanya dengan tujuh planet saja, melainkan boleh lebih
dari itu. Ada pula yang berpendapat, yang dimaksud dengan tujuh lapis hanya untuk menjelaskan
bahwa langit itu banyak. Pandangan lain menyebutkan, langit tidak lebih dari tujuh, yaitu langit
yang ada pada tatasurya. Matahari sendiri tidak masuk, karena matahari dipandang sebagai
sentrum, begitu juga bulan, karena sebagai satelit bumi.

Ayat 2
ِ ‫ لَهٗ َواَ ْن‬j‫َواِ َذا قُ ِرَئ ْالقُرْ ٰانُ فَا ْستَ ِمعُوْ ا‬
َ‫ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُموْ ن‬j‫صتُوْ ا‬
Terjemahan
Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah ia dengan tekun, dan perhatikanlah
dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. (QS. Al-A’raf : 204)

Kata Kunci : Baca, Dengarkan, Perhatikan.


Tafsir
Ayat ini termasuk bagian dari apa yang diperintahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Untuk
beliau sampaikan, karena itu ia dimulai dengan kata dan, yakni dan sampaikan juga bahwa
apabila dibacakan Al-Qur’an maka dengarkanlah ia dengan tekun… dapat juga dikatakan bahwa
ayat yang lalu berbicara tentang fungsi dan keistimewaan Al-Qur’an serta rahmat yang
dikandungnya.

ِ ‫ )اَ ْن‬anshitu dipahami oleh pakar-pakar bahasa dalam arti mendengar sambil tidak
Kata (‫صتُوْ ا‬

berbicara, karena itu ia diterjemahkan dengan perhatikan dengan tenang perintah ini setelah
sebelumnya ada perintah mendengar dengan tekun, menunjukkan betapa mendengar dan
memperhatikan Al-Qur’an merupakan sesuatu yang sangat penting. Namun demikian, para
ulama’ sepakat memahami perintah tersebut bukan dalam arti mengharuskan setiap yang
mendengar ayat Al-Qur’an harus benar-benar tekun mendengarnya, jika maksudnya demikian
tentu kita harus meninggalkan setiap aktivitas bila ada yang membaca Al-Qur’an. Sebab tidak
mungkin kita dapat tekun mendengarkan serta memperhatikan jika perhatian kita tertuju kepada
aktivitas lain.
Ada ulama’ yang memahami perintah ini dalam konteks bacaan imam dalam shalat yang
bacaannya dianjurkan untuk diperdengarkan, misalnya dalam shalat Maghrib, Isya, dan Subuh.
Mereka yang mengikuti imam ketika itu, hendaknya jangan membaca ayat lain, tetapi ia harus
tekun mendengarkan bacaan imamnya. Ada juga yang memahaminya tidak terbatas pada shalat
fardhu, tetapi juga pada shalat sunnah dan khutbah-khutbah. Ada lagi yang menilai ayat ini
bersifat umum kapan dan dimana saja, tetapi memahami perintah tersebut dalam arti anjuran.
Memang dalam teks-teks keagamaan, baik Al-Qur’an maupun sunnah, tidak sedikit perintah
yang tidak dapat dipahami dalam arti wajib, tetapi sunnah atau anjuran. Pendapat ini adalah
pendapat madzhab Imam Malik. Betapapun, penghormatan kepada Al-Qur’an mengharuskan
kita untuk mendengarnya kapan dan di mana saja ia dibacakan, sesuai dengan kondisi dan situasi
yang sedang dihadapi dan dalam keadaan yang tidak menyulitkan atau memberatkan.

RESUM SYARAH HADITS TARBAWI


Hadits
ِّ‫ حُب‬: ‫صا ٍل‬ َ ‫ث ِخ‬ ِ ‫ اَ ِّدبُوْ ا اَوْ اَل َد ُك ْم َعلَى ثَاَل‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ‫ل هللا‬jُ ْ‫ قَا َل َرسُو‬: ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬ ِ ‫ع َْن َعلِ ٍّي َر‬
ُ‫نَبِيِّ ُك ْم َوحُبِّ اَ ْه ِل بَ ْيتِ ِه َو قِ َرَأةُ ْالقُرْ َأ ِن فَِإ َّن َح ْملَةَ ْالقُرْ َأنُ فِ ْي ِظ ِّل هللاِ يَوْ َم اَل ِظلٌّ ِظلَّهُ َم َع اَ ْنبِيَاِئ ِه َواَصْ فِيَاِئ ِه ( َر َواه‬
) ‫ال َّد ْيلَ ِم‬
Terjemahan
Dari Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Didiklah anak-anak kalian dengan tiga
macam perkara yaitu mencintai Nabi kalian dan keluarganya serta membaca Al-Qur’an, karena
sesungguhnya orang yang menjunjung tinggi Al-Qur’an akan berada di bawah lindungan Allah
SWT. diwaktu tidak ada lindungan-Nya bersama antara Nabi dan kekasih-Nya.” (HR. Ad-
Dailami).
Kata Kunci : Didiklah, Menjunjung, Perlindungan.
Syarah Hadits
Hadits tentang perintah mengajari anak dengan cinta Rasul merupakan bahan penting bagi
kurikulum pendidikan Islam. Terutama bagi upaya mempersiapkan anak memiliki akhlak mulia.
Hadits yang berbunyi (‫ه ِل بَ ْيتِ ِه َو قِ َرَأةُ ْالقُرْ َأ ِن‬
ْ َ‫)حُبِّ نَبِيِّ ُك ْم َوحُبِّ ا‬, cinta Nabi berarti menjadikan Nabi
sebagai uswah hasanah. Dalam Al-Qur’an digambarkan, sungguh pada diri Rasul itu terdapat
contoh yang baik. Untuk mengenalkan anak kepada Nabi hingga anak mencintainya bisa
dilakukan dengan cara mengenalkan kepribadian Nabi Saw. diharapkan agar beliau menjadi
idola anak, hingga akhlak, adab dan sunnah-sunnah mulia yang beliau miliki dapat ditiru, dengan
demikian anak akan cinta kepada beliau.
Mencintai keluarga Nabi menjadi perkara kedua yang perlu diajarkan pada anak. Kita
mengimani bahwa keluarga beliau dan keturunanya masih ada hingga kini dan mencintai
mereka dapat dikatakan sebagai perkara yang wajib. Maka mengajarkan anak-anak kita untuk
berlaku sopan, hormat dan cinta pada mereka tentu akan menyenangkan Nabi. Hal tersebut
termasuk jalan konkrit menuju cinta Nabi yaitu dengan mencintai Ahli Bait. Mengajarkan Al-
Qur’an menjadi pokok ketiga yang harus kita lakukan sebagai calon orang tua pada anak-anak.
Tidak hanya sekedar mengajari mereka membaca namun juga mengajari makna yang terkandung
di dalamnya.

KONTEKSTUALISASI TAFSIR AYAT & SYARAH HADITS TARBAWI


Kontekstualisasi Isi Tafsir Surat Al-Baqarah : 29
Dalam Kitab Ma’alimut Tanzil karya Imam Al-Baghowi mengatakan, penciptaan langit dan
bumi pada surat Al-Baqarah : 29 dimaksudkan agar manusia mengambil pelajaran dan
menjadikan bukti kebesaran Allah SWT. Sebagian ahli tafsir menyebutkan penciptaan langit dan
bumi dimaksudkan agar manusia menerima manfaat dari keduanya. Adapun manfaat yang bisa
diambil oleh manusia dari pada apa yang diciptakan Tuhan di bumi ini, yaitu yang pertama,
makanan jasmaniyah untuk menopang hidupnya dan benda-benda lain untuk menambah
kenikmatan, dan yang kedua, makanan jiwa, yaitu melakukan, menyelidiki dan mengambil
pelajaran (Nazhar dan I’tibar) atas segala yang tidak dapat dicapai oleh panca indra. Ayat ini
merupakan wujud atau dari ketentuan hukum bahwa kita boleh mempergunakan segala apa yang
diciptakan Tuhan di bumi. Oleh karenanya, makhluk tidak berhak mengharamkan apa yang
dihalalkan oleh Tuhan, demikian pula sebaliknya, menghalalkan apa yang diharamkan tuhan.
Kontekstualisasi Isi Tafsir Surat Al-A’raf : 204
Adab memiliki kedudukan yang sangat penting dalam agama Islam. Adab dapat berupa
kesopanan, etika, atau perilaku baik. Kata adab dalam kamus Bahasa Arab berarti kesopanan.
Dalam QS. Al-A’raf ayat 204 menjelaskan tentang adab ketika dibacakan Al-Qur’an. Allah
SWT. memerintahkan agar kita mendengarkannya dengan sebaik-baiknya serta penuh perhatian
dan tenang di saat Al-Qur’an dibacakan, lebih-lebih dalam shalat fardhu, karena ini merupakan
wujud mengagungkan dan menghormatinya.

Kontekstualisasi Syarah Hadits


Dalam konteks hadits ini, makna pendidikan diartikan dengan istilah adab. Makna adab/ta’dib di
sini telah banyak dikenal oleh para ahli pendidikan, termasuk yang memaknai pendidikan dengan
kalimat ta’dib adalah Naquib al-Attas. Beliau lebih sepakat dengan makna pendidikan dengan
istilah ta’dib. Ta’dib menurut An-Naquib Al-Attas adalah penyemaian dan penanaman adab
secara perlahan dan terus menerus dalam diri seseorang.
Orang yang beradab menurut Al-Attas adalah orang yang baik, yaitu orang yang menyadari
sepenuhnya tanggung jawab dirinya kepada Tuhan Yang Haq, memahami dan menunaikan
keadilan terhadap dirinya dan orang lain dalam masyarakat, berupaya meningkatkan setiap aspek
dalam dirinya menuju kesempurnaan sebagai manusia yang beradab. Sedangkan orang yang
tidak beradab adalah orang yang tidak menjalankan syari’at dan tidak beriman (dengan
sempurna).

Daftar Pustaka

Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. 2000. Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nur. Jilid 1.
Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.
Asyari, Hasyim. 1415 H. Adabu al-Alim wa al-Muta’allim. Jombang: Maktabah Turats Islami.
Daud, Wan Mohd Wan. 2003. Filsafat dan Praktek Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al-Attas.
Bandung: Mizan.
Kultsum, Umi. 2018. Pendidikan Dalam Kajian Hadits Faktual dan Konseptual. Tangerang
Selatan: Cinta Buku Media.
Munawwir, Ahmad Warson. 1997. Kamus Arab-Indonesia, Surabaya: Pustaka Progresif.
Shihab, M. Quraisy. 2002. TAFSIR AL-MISHBAH, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an.
Vol. 1. Jakarta: Lentera Hati.

Anda mungkin juga menyukai