Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TAFSIR AL-FATIHAH
Dosen pengampu : H. Endang Saeful Anwar, Lc., M.A.

Disusun Oleh :
Muhamad Aditya Khatami (211310032)
Arfan Maulana (211310045)

JURUSAN AKIDAH DAN FILSAFAT ISLAM


FAKULTAS USULUDDIN DAN ADAB
UIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
TAHUN AJARAN 2021-2022
Daftar Isi
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN...............................................................................................................2
A. Surat Al-Fatihah dan Artinya..............................................................................2
B. Tafsir Ayat-Ayat Surat Al-Fatihah.....................................................................2
1. Tafsir ayat pertama;............................................................................................2
2. Tafsir ayat kedua.................................................................................................3
3. Tafsir ayat ketiga................................................................................................4
4. Tafsir ayat keempat.............................................................................................5
5. Tafsir ayat kelima...............................................................................................6
6. Tafsir ayat keenam..............................................................................................8
7. Tafsir ayat ketujuh..............................................................................................9
BAB III...........................................................................................................................10
PENUTUP......................................................................................................................10
A. KESIMPULAN.................................................................................................10
Daftar Pustaka.................................................................................................................10

i
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Surah Al-Fatihah adalah surah pertama dalam al-Qur'an. Surah ini diturunkan di
Makkah sehingga tergolong surah makiyah dan terdiri dari tujuh ayat. Al-
Fatihah merupakan surah yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap di
antara surah-surah yang ada dalam Al-Qur'an. Surat ini disebut Al Fatihah
karena dengan surat inilah dibuka dan dimulainya Al-Quran dalam tafsir Ibnu
Katsir dijelaskan bahwa surat ini dinamakan sebagai surat pembuka sebab
diantaranya adalah sebagai pembuka wajib dala setiap shalat.
Al-Fatihah juga dinamakan Ummul Quran atau Ummul Kitab karena ia
merupakan induk bagi semua isi Al Quran, serta menjadi inti sari dari
kandungan Al Quran, dan karena itu surat al-fatihah juga menjadi rukun yang ke
empat dalam tiap shalat fardhu’ membacanya pada tiap tiap sembahyang atau
biasa kita sebut sebagai sab’ul mastsani.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas dapat disimpulkan rumusan masalah seperti
berikut;
1. Bagaimana arti dan tafsir yang terkandung dalam ayat yang ada dalam
surat al-fatihah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana arti dan tafsir yang terkandung dalam ayat
yang ada dalam surat al-fatihah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Surat Al-Fatihah dan Artinya

)3( ‫) الرَّحْ َم ِن ال َّر ِح ِيم‬2( َ‫) ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمين‬1( ‫َّح ِيم‬ ِ ‫بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ َم ِن الر‬
)6( ‫ص َراطَ ْال ُم ْستَقِي َم‬
ِّ ‫) ا ْه ِدنَا ال‬5( ‫ين‬ ُ ‫) ِإيَّاكَ نَ ْعبُ ُد َوِإيَّاكَ نَ ْستَ ِع‬4( ‫ِّين‬
ِ ‫ك يَوْ ِم الد‬ ِ ِ‫َمال‬
hِ ‫ص َراطَ الَّ ِذينَ َأ ْن َع ْمتَ َعلَ ْي ِه ْم َغي ِْر ْال َم ْغضُو‬
: ‫) [الفاتحة‬7( َ‫ب َعلَ ْي ِه ْم َواَل الضَّالِّين‬ ِ
]7 - 1
Artinya; “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang.{1}Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. {1}Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang.{1}Yang menguasai Hari Pembalasan. {1}Hanya
Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami
memintapertolongan. {1}Tunjukkanlah kami jalan yang lurus. {1} (yaitu) jalan
orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka. {1}bukan (jalan)
mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”

B. Tafsir Ayat-Ayat Surat Al-Fatihah


1. Tafsir ayat pertama;
"Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. "
Maknanya adalah aku memulai pekerjaanku ini, menyiarkan wahyu Ilahi
kepada insan , di atas nama Allah itu sendiri , yang telah
memerintahkanku menyampaikannya. Memulai dngan nama Allah
adalah adab dan bimbingan pertama yang diwahyukan kepada nabinya
yaitu Iqra’ Bismi Rabbika karena itu dengan namaNya segala sesuatu
harus dimulai dan dengan namaNya terlaksana setiap gerak dan arah.

2
Bismillah (Dengan nama Allah). Susunan kalimat yang demikian ini
dalam bahasa Arab berarti ada susunan kata-kata yang mendahuluinya
yaitu: Aku mulai perbuatan ini dengan nama Allah, atau: Permulaan
dalam perbuatanku ini dengan nama Allah; untuk mendapat berkat dan
pertolongan rahmat Allah sehingga dapat selesai dengan sempurna dan
baik. Juga untuk menyadari kembali sebagai makhluk Allah, bahawa
segalanya bergantung kepada rahmat kurnia Allah. Hidup, mati dan daya
upaya semata-semata terserah kepada rahmat kurnia Allah Azza wa Jalla.
Ar-Rahman Ar-Rahim (Yang Maha Pemurah Yang Maha Penyayang).
Ar-Rahman (Yang Maha Pemurah/pengasih) yakni yang penuh
rahmatNya kepada semua makhluk di dunia hingga di akhirat, kepada
yang mukmin maupun yang kafir. Dan Ar-Rahim (Yang Maha
Penyayang) khusus untuk orang yang beriman saja. Bahavvasanya Allah
memberi bukti pada makhluknya yakni keuasaannya tidak divvarnai
dengan kekerasan ataupun kearoganan tapi dengan menaburkan rahmat
dan kasih sayang.
2. Tafsir ayat kedua
“segala puji bagi Allah pemelihara seluruh alam”
Merupakan bentuk pujian pada Allah Swt, sebagai wujud rasa terima
kasih yang tak terhingga atas nikmat yang diberikan.
Hamd atau pujian yang ditujukan kepada yang dipuji atas sikap atau
perbuatannya yang baik walau ia tidak memberi sesuatu kapada yang si
pemuji.
Ada tiga unsur yang menjadikan suatu hal menjadi layak dipuji, indah
(baik), dilakukan secara sadar, dan tidak terpaksa atau dipaksa. Kata al-
hamdu dalam surat ini dalam surat ini ditujukan kepada Allah SWT. Ini
berarti bahwa Allah dalam segala perbuatanNya telah memenuhi ketiga
unsur yang disebutkan diatas.

3
Rabb berarti pemilik yang berhak penuh, juga berarti majikan, juga yang
memelihara serta menjamin kebaikan dan perbaikan, dan semua makhluk
alam semesta.
Alam ialah segala sesuatu selain Allah. Maka Allah Rabb dari semua
alam itu sebagai pencipta, yang memelihara, memperbaiki dan
menjamin. Sebagaimana tersebut dalam surat asy- Syu'araa 23-24.
Fir'aun bertanya, "Apakah rabbul alamin itu?" Jawab Musa, "Tuhan
Pencipta, Pemelihara penjamin langit dan bumi dan apa saja yang di
antara keduanya, jika kalian mahu percaya dan yakin."
Alam itu juga pecahan dari alamat (tanda) sebab alam ini semua
menunjukkan dan membuktikan kepada orang yang memperhatikannya
sebagai tanda adanya Allah Tuhan yang menjadikannya.
Kata Al 'Alamin dalam bahasa Arab adalah bentuk jamak dari 'alam –
dalam bahasa indonesia kemudian menjadi 'alam'. Dan segala sesuatu
selain Allah Ta'ala adalah 'alam. Banyak definisi dan batasan yang
disebutkan para ulama untuk menjelaskan hakikat 'alam ini. Ada yang
mengatakan bahwa 'alam adalah seluruh makhluq yang berakal, dan
termasuk dalam kategori ini adalah manusia, jin, malaikat dan syaithan.

3. Tafsir ayat ketiga


“Ar-rahmaani rahiim”
Yang Maha Pemurah Yang Maha Penyayang
Ar-rahman yang memberi nikmat yang sebesar-besarnya seperti nikmat
makan, minum, harta benda dan lain-lain.
Ar-Rahim yang memberi nikmat yang halus sehingga tidak terasa,
seperti nikmat iman dan islam. Jika anda akan menghitung nikmat kurnia
Allah maka takkan dapat menghitungnya.
Kedua kata tersebut adalah kata sifat yang berakar pada satu kata, yaitu
ar-rahmah. Secara bahasa, kata rahmat berarti kasih di dalam hati yang
mendorong timbulnya perbuatan baik. Makna bahasa ini kurang tepat

4
untuk menggambarkan sifat Allah. Karena itulah, para ulama lantas lebih
sepakat untuk menyatakan bahwa kasih sayang adalah sifat yang ada
dalam Dzat Allah. Kita tidak mengetahui bagaimana hakikatnya. Kita
hanya menyadari efek dari sifat kasih sayang-Nya, yaitu berupa
kebaikan.
Banyak para ulama yang membedakan antara makna ar-Rahman dan ar-
Rahim. Sifat ar-Rahman merupakan sifat kasih sayang Allah yang
memberikan kenikmatan kepada seluruh makhluk-Nya. Sedangkan sifat
ar-Rahim adalah sifat kasih sayang-Nya yang memberikan kenikmatan
secara khusus untuk orang-orang mukmin saja. Sebagian ulama lain
menyatakan bahwa sifat ar-Rahman merupakan sifat kasih sayang Allah
yang memberikan kenikmatan yang bersifat umum. Sedangkan sifat ar-
Rahim merupakan sifat kasih Allah yang memberikan kenikmatan yang
bersifat khusus.

4. Tafsir ayat keempat


“Yang menguasai di hari Pembalasan”
Pemelihara pendidik yang Rahman dan Rahim boleh jadi tidak memiliki
(sesuatu). Sedang sifat ketuhanan tidak dapat dilepas dari
kepemilikandan kekuasaan. Karena itu kepemilikan dan kekuasaan
dimaksud perlu ditegaskan. Inilah yang dikandung oleh ayat keempat ini.
Demikian al Biqa’ menghubungkan ayat ini dengan ayat sebelumnya.
Perlu digaris bawahi bahwa Allah yang Rahman dan Rahim, serta
pemelihara dan pembimbing itu juga adalah Dia pemilik hari kemudian.
Disana kelak dia akan memberi setiap jiwa balasan dan ganjaran sesuai
dengan amal perbuatan mereka.informasi itu diharapkan mendorong
setiap orang untuk melaksanakan dan menjauhi laranganNya.
Ada dua bacaan populer menuangkut ayat ini yaitu malik yang berarti
raja dan maalik yang berarti pemilik. ayat keempat surah ini dapat dibaca
dengan bacaan itu, dan keduanya adalah bacaan Nabi saw. Berdasar

5
riwayat-riwayat yang dapat dipertanggungjawabkan keshahihannya
(mutawatir)
Kata malik mengendung arti penguasaan terhadap sesuatudisebabkan
oleh kekuatan pengendalian dan keshahihannya. Malik yang bisa
diterjemahkan denganraja adalah yang menguasai dan menegani perintah
dan larngan, anugerah dan pencabutan dan karena itu biasanya kerajaan
terarah kepada manusia dan tidak kepada barang yang sifatnya tidak
dapat menerima perintah dan larangan.
Yaum biasa diterjemahkan dengan hari. Kata ini terulang dalam Al
Quran sebanyan 365 kali. Namun demikian tidak semua kata kata
tersebut mengandung arti yang sama dengan hari yang kita kenal dalam
kehidupan dunia ini.
Al Quran menggunakan kata yaum dalam arti waktu terkadan sangat
panjang menurut ukuran kita. contoh alam raya diciptakan dalam waktu
enam hari. Enam hari disini bukan dalam arti 6 x 24 jam. Kelahiran isa
as juga dinamai hari “kelahiran” dan ini tentu hanya berlangsung
beberapa saat.
Kata ad-din dalam ayat ini dalam ayat ini diartikan sebagai pembalasan
atau perhitungan atau ketaatan, karena pada hari itu (hari kiamat) terjadi
perhitungan dan pembalasan allah, dan juga ketika waktu tiu semua
makhluk tanpa terkecuali menampakkan ketaatannya kepada Allah swt.
Dalam bentuk yang sangat nyata.

5. Tafsir ayat kelima


“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah
kami meminta pertolongan.”
Dengan kalimat hanya kepada-Mu kami menyembah (‫)ِإيَّا َك َنعْ ُب ُد‬, Allah
membatasi penyembahan atau ibadah hanya kepada Diri-Nya semata.
Dengan ayat tersebut, kita pun harus memutuskan bahwa ibadah
hanyalah satu-satunya kepada Allah. Tidak boleh ibadah tersebut dikait-

6
kaitkan dengan selain Allah. Ibadah juga merupakan bentuk ketundukan
manusia kepada Allah untuk mengikuti berbagai perintah dan larangan-
Nya.
Setelah menyebutkan “hanya kepada-Mu kami menyembah”, Allah
lantas menyebutkan “hanya kepada-Mu, kami meminta pertolongan”.
Hal ini menunjukkan pengertian bahwa “kami tidak menyembah kepada
selain Diri-Mu, dan kami tidak meminta pertolongan kecuali kepada
Diri-Mu”. Permintaan tolong hanya kepada Allah akan menghindarkan
kita dari hinanya kehidupan dunia. Saat kita meminta tolong kepada
selain Allah, misalnya manusia, maka kita sebenarnya meminta
pertolongan kepada makhluk yang memiliki berbagai keterbatasan.
Manusia bisa saja memberikan pertolongan kepada orang lain sesuai
kemampuan dan kekuatannya. Manusia yang saat ini mampu dan kuat
boleh jadi dalam sekejap bisa menjadi orang yang sangat lemah dan tidak
memiliki kemampuan apapun.
Allah bermaksud membebaskan orang-orang beriman dari hinanya
kehidupan dunia. Allah pun meminta mereka agar hanya meminta
pertolongan kepada Diri-Nya yang Maha Hidup dan tak pernah mati;
Maha Kuat dan tak pernah lemah; Maha Kuasa dan tak bisa dikuasai oleh
apapun serta siapapun. Jika kita betul-betul meminta pertolongan kepada
Allah, Dia pun akan menyertai kita. Dia akan memberikan kekuatan saat
kita lemah. Dia akan memberi petunjuk saat kita kebingungan memilih
antara kebenaran dan kebatilan.
Ditempatkannya kalimat “permintaan tolong” ( ُ‫ ) َن ْس َتعِين‬setelah kalimat
“penyembahan” (‫ ) َنعْ ُب ُد‬juga merupakan bentuk pengajaran Allah kepada
manusia tentang sopan santun. Allah memerintahkan kita untuk
beribadah kepada-Nya terlebih dahulu. Setelah kita beribadah kepada-
Nya, barulah kita pantas untuk meminta pertolongan kepada-Nya.
Dengan kata lain, sudah selayaknya, orang meminta sesuatu setelah ia
terlebih dahulu mengerjakan apa yang diperintahkan. Sangat tidak pantas

7
jika seseorang meminta segala sesuatu terlebih dahulu padahal ia belum
melaksanakan apa yang diperintahkan.

6. Tafsir ayat keenam


“Tunjukkanlah kami jalan yang lurus”
Setelah mempersembahkan puja puji kepada Allah dan mengakui
kekuasaan dan kepemilikanNya, ayat selanjutnya merupakan pernyataan
hambatentang ketulusan beribadah serta kebutuhannya kepada
pertolongan Allah. Nah dengan ayat ini sang hamba mengajukan
permohonan kepada Allah, yakni bimbingan memasuki jalan yang lurus.
Menurut Ibnu Abbas, kata “tunjukkanlah kami” (‫ )اهْ ِد َنا‬berarti “berilah
kami ilham.” Sedangkan “jalan yang lurus” (‫اط ْالمُسْ َتقِي َم‬
َ ‫ )الص َِّر‬berarti kitab

Allah. Dalam riwayat lain “jalan yang lurus” itu adalah agama Islam.
Selain itu, ada juga riwayat yang menyatakan bahwa ia berarti “al-haqq”
(kebenaran). Dengan demikian, menurut Ibnu Abbas lagi, kalimat
“tunjukkan kami jalan yang benar” berarti “berilah kami ilham tentang
agama-Mu yang benar, yaitu tiada tuhan selain Allah satu-satunya; serta
tiada sekutu bagi-Nya.”
َ ‫ )الص َِّر‬dalam ayat di atas mempunyai tiga macam cara
Kata ash-shirath (‫اط‬
membaca (qiraat). Pertama, mayoritas qari, membacanya dengan dengan
huruf shad, sebagaimana yang tercantum dalam mushaf Utsmani. Kedua,
sebagian lain membacanya dengan huruf siin, sehingga menjadi ( ‫)السِ َراط‬.
Ketiga, dibaca dengan huruf zay (‫)ز‬, sehingga menjadi (‫)ال ِزراَط‬.
Sedangkan menurut bahasa, seperti dikatakan at-Thabari, kata ash-
shirath (‫ )الص َِّرا َط‬berarti jalan yang jelas dan tidak bengkok.
Kata ‫ اهْ ِد َنا‬berasal dari akar kata hidayah (‫)هداية‬. Menurut al-Qasimi,
hidayah berarti petunjuk –baik yang berupa perkataan maupun
perbuatan– kepada kebaikan. Hidayah tersebut diberikan Allah kepada
hamba-Nya secara berurutan. Hidayahpertama diberikan Allah kepada
manusia melalui kekuatan dasar yang dimiliki manusia, seperti

8
pancaindra dan kekuatan berpikir. Dengan kekuatan inilah, manusia bisa
memperoleh petunjuk untuk mengetahui kebaikan dan keburukan.
Hidayah kedua adalah melalui diutusnya para Nabi. Macam hidayah ini
terkadang disandarkan kepada Allah, para rasul-Nya, atau Alquran.
Hidayah tingkatan ketiga adalah hidayah yang diberikan oleh Allah
kepada para hamba-Nya yang karena perbuatan baik mereka. Hidayah
keempat adalah hidayah yang telah ditetapkan oleh Allah di alam
keabadian. Dalam pengertian hidayah keempat inilah, maka Nabi
Muhammad tidak berhasil mengajak sang paman, Abi Thalib, untuk
masuk Islam.

7. Tafsir ayat ketujuh


“(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada
mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan)
mereka yang sesat.”
Ayat ini merupakan penjelasan dan tafsir dari ayat sebelumnya tentang
apa yang dimaksud dengan “jalan yang lurus” ( ‫اط ْالمُسْ َتقِي َم‬
َ ‫) الص َِّر‬. Jadi, yang

dimaksud dengan “jalan yang lurus” adalah “jalan orang-orang yang


telah Engkau beri nikmat kepada mereka”. Sedangkan yang dimaksud
dengan “jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada
mereka” adalah jalan orang-orang yang telah Allah beri anugerah kepada
mereka, lalu Allah pun menjaga hati mereka dalam Islam, sehingga
mereka mati tetap dalam keadaan Islam. Mereka itu adalah para nabi,
orang-orang suci, dan para wali. Sedangkan, menurut Rafi’ bin Mahran,
seorang tabi’in yang juga dikenal dengan nama Abu al-Aliyah, yang
dimaksud dengan “orang-orang yang Engkau beri nikmat itu” adalah
Nabi Muhammad dan kedua sahabat beliau, yaitu Abu Bakar ash-
Shiddiq dan Umar bin Khattab.
Selanjutnya, yang dimaksud dengan “bukan jalan mereka yang
dimurkai”(‫ )غير المغضوب عليهم‬adalah jalan yang ditempuh oleh orang-orang

9
Yahudi. Mereka dimurkai oleh Allah dan mendapatkan kehinaan karena
melakukan berbagai kemaksiatan. Sedangkan yang dimaksud dengan
orang-orang yang sesat (‫ )الضالين‬pada lanjutan ayat tersebut adalah orang-
orang Nasrani. Tafsir bahwa orang-orang dimurkai adalah Yahudi dan
orang-orang sesat adalah Nasrani sudah disepakati oleh banyak para
ulama dan diuraikan di dalam beberapa hadis dan ayat-ayat Alquran
sendiri.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Surat ini hanya tujuh ayat, mengandung pujian dan syukur kepada Allah dengan
menyebut nama Allah dan sifat-sifat-Nya yang mulia, lalu menyebut hal Hari
Kemudian, pembalasan dan tuntutan, kemudian menganjurkan kepada hamba
supaya meminta kepada Allah dan merendah diri pada Allah, serta lepas bebas
dari daya kekuatan diri menuju kepada tulus ikhlas dalam melakukan ibadat dan
tauhid pada Allah, kemudian menganjurkan kepada hamba agar selalu minta
hidayat taufik dan pimpinan Allah untuk dapat mengikuti shirat mustaqiim
supaya dapat tergolong dari golongan hamba-hamba Allah yang telah mendapat
nikmat yaitu golongan Nabi, Siddiqin, Syuhada dan Shalihin. Juga mengandung
anjuran supaya berlaku baik mengerjakan amal saleh jangan sampai tergolong
orang yang dimurkai atau tersesat dari jalan Allah.

Daftar Pustaka

Shihab, Muhammad Quraish. Tafsir al-Misbah (Pesan, Kesan , Keserasian al-


Qur’an). Jakarta : Pelita Hati, Vol. 15

10
Surin Bachtiar, Az-zikra terjemah dan tafsir Al-Quran
http://imammuttaqin58.blogspot.com/2012/05/makalah-tafsir-al-fatihah.html

Al-Thabari, Muhammad Ibn Jarir. Jami’ al-Bayan ‘An Ta’wil Ayi al-Qur’an.
Beirut: Dar al-Fikr, 1988.

Al Quran dan terjemahan, gema rislah pers edisi 1993

http://www.wahdah.or.id/wis/index.php?
option=com_content&task=view&id=93&Itemid=191

http://racheedus.wordpress.com/makalahku/tafsir-al-fatihah/

http://kongaji.tripod.com/myfile/al-fatihah

11

Anda mungkin juga menyukai