A. Pembukaan
3. Surat yang pertama diturunkan secara lengkap di antara surat-surat lain ini
merupakan intisari dari seluruh kandungan Al-Qur’an yang kemudian diperinci
oleh surat-surat sesudahnya.
1. As-Shalâh (do’a);
2. Fâtihatul Kitâb (Pembuka Al-Kitab);
3. Ummul Kitâb (Induk Al-Kitab);
4. Ummul Qur’ân (Induk Al-Qur’an);
5. Al-Matsâni (Berulang-ulang);
6. Al-Qur’anul ’Azhîm (Al-Qur’an yang Agung);
7. Asy-Syifâ’ (Penyembuh);
8. Ar-Ruqyah (Penawar);
9. Al-Asâs (Pondasi);
10. Al-Wâfiyah (Yang Mencakup Keseluruhan);
11. Al-Kâfiyah (Yang Sempurna); dan
12. Al-Fâtihah (Pembuka);
C. Fadhilah (Keutamaan) Surat Al-Fâtihah
Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra., ia berkata, “Tatkala dalam sebuah
perjalanan, Nabi Saw. turun dari kendaraannya, lalu turun pula seorang lelaki di
samping beliau. Nabi Saw. menoleh ke arah lelaki tersebut dan bersabda,
‘Maukah kamu kuberitahu surat yang paling utama di dalam Al-Qur’an?’ Anas
berkata, “Kemudian Nabi Saw. membacakan ayat: ’Segala puji bagi Allah Tuhan
semesta alam’.
Diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri dan Abu Hurairah ra., keduanya berkata;
”Rasulullah Saw. bersabda, ”Surat Fatihatul Kitab dapat menyembuhkan dan
menawarkan racun.”
3. Orang yang mengucapkan âmîn pada waktu selesai membacanya akan diampuni
dosa-dosanya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Nabi Saw. bersabda, ”Jika imam
mengucapkan ‘ghairil magdhûbi ’alaihim waladh-dhâllîn’, maka sambutlah
dengan ucapan âmîn, karena para malaikat mengucapkan âmîn dan imam pun
mengucapkan âmîn. Jadi, barangsiapa yang ucapan âmîn-nya berbarengan
dengan ucapan malaikat, maka dosa-dosanya yang terdahulu akan diampuni.”
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah Saw. bersabda, ”Induk Al-Qur’an
(Al-Fâtihah) adalah tujuh ayat yang berulang dan Al-Qur’an yang Agung.”
D. Surat Al-Fatihah
1. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
3. Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
4. Yang menguasai Hari Pembalasan.
5. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami
meminta pertolongan.
6. Tunjukilah kami jalan yang lurus,
7. (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan
(jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
ٱلرِنَٰمۡح ه ه
ِمۡسِب ٱَّللِ ه
1. ٱلرحِي ِم
Aku memulai membaca Al Fâtihah ini dengan menyebut nama Allah. Tiap-
tiap pekerjaan yang baik itu hendaknya dimulai dengan menyebut nama
Allah, seperti: makan, minum, menyembelih binatang untuk dimakan dan
sebagainya. Allah ialah nama Dzat yang Mahasuci, yang berhak disembah
dengan sebenar-benarnya; yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tetapi
makhluk membutuhkan-Nya. Ar-Rahmân (Maha Pemurah) adalah salah
satu dari nama Allah, yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan
karunia-Nya kepada makhluk-Nya. Dan ar-Rahîm (Maha Penyayang)
memberi pengertian, bahwa Allah senantiasa bersifat rahmat yang
menyebabkan Allah selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya.
b. Kosakata
) ه هAllah
1) (ٱَّلل
ٱلرِنَٰمۡح ه
2) ٱلرحِي ِم هMaha Pemurah, Maha Penyayang
a. Kosakata
ح ه
1) Al-hamdu (ٱۡل حمد
َ ) : Segala Puji
1
Al-Hamdu (segala puji). memuji orang adalah karena perbuatannya yang baik yang dikerjakan
dengan kemauannya sendiri. Maka, memuji Allah berarti menyanjung-Nya karena perbuatan-Nya
yang baik. Lain halnya dengan syukur yang berarti mengakui keutamaan seseorang terhadap
nikmat yang diberikannya. Kita menghadapkan segala puji kepada Allah itu karena Allah
merupakan sumber dari segala kebaikan yang patut dipuji.
2
Rabb (Tuhan) berarti Tuhan yang ditaati, Yang Memiliki, Mendidik dan Memelihara. Lafazh
“Rabb” tidak dapat dipakai selain untuk Tuhan kecuali kalau ada sambungannya, seperti rabbul-
bait (tuan rumah). `Âlamîn (semesta alam) berarti semua yang diciptakan Tuhan dengan segala
macamnya seperti alam manusia, alam hewan, alam tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati, dan
lain sebagainya. Allah Pencipta semua alam-alam itu.
cinta. Ia lebih umum dan luas maknanya daripada syukur, karena
syukur disampaikan hanya sebagai respon terhadap nikmat, berbeda
dengan pujian. Jadi, setiap syukur adalah pujian, tetapi tidak setiap ujian
itu adalah syukur. Penggunaan kata al-hamdu lebih khusus daripada
kata al-madhu, meskipun makna keduanya serupa. Kata al-madhu
pujian terhadap suatu kebaikan yang bersifat ikhtiyāri (usaha) dan yang
bukan bersifat ikhtiyāri. Kata ini digunakan untuk memuji—
misalnya—seseorang karena ketampanannya, sebagaimana digunakan
untuk memuji kedermawanannya. Sedangkan kata al-hamdu digunakan
untuk memuji kebaikan yang bersifat ikhtiyāri saja.
2) Rabb (ب َ
ِ )ر
حَ ح ه ه
ِٱۡلمد َِّلل
ditujukan untuk memuji Allah bahwa Dialah
Pemilik semua pujian dari makhluk, atau yang
berhak untuk mereka puji. Allah adalah nama
Tuhan yang berhak disembah.
Rabb alam semesta, maksudnya Pemilik semua
makhluk dari golongan malaikat, manusia, jin,
ََوه َُو ٱ َّللُ ََلٓ إِ َٰلَهَ إِ ََل ه َۖ َُو لَهُ ٱ ۡل َح ۡمدُ فِي ٱ ۡۡلُولَ َٰى َوٱ ۡۡل ٓ ِخ َر َۖةِ َولَهُ ٱ ۡل ُح ۡك ُم َوإِلَ ۡي ِه ت ُ ۡر َجعُون
)70:(القصص
Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia,
bagi-Nya-lah segala puji di dunia dan di akhirat, dan bagi-Nya-lah segala
penentuan dan hanya kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.) QS. Al-
Qasas:70)
d. Renungan
Segala kebaikan di alam semesta ini bersumber dari Rabb. Dialah yang
menciptakan, menjaga, mengembangkan. Karena itu, hanya Dialah yang
pantas dipuji. Kasih sayang adalah pola hubungan yang abadi antara Rabb
dan marbūb atau makhluk.
ٱلرِنَٰمۡح ه
3. ٱلرحِي ِم “ هYang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al-Fatihah [1]: 3)
a. Tafsir Jalalain
ه
ٱلرِنَٰمۡح Yang Maha Pemurah
“Dan bagi-Nyalah segala puji di langit dan di bumi dan di waktu kamu
berada pada petang hari dan di waktu kamu berada di waktu zuhur.” QS.
Ar-Rûm [30]: 18
َ ه حه
٢ َعل َم ٱلق حر َءان١ ٱ هلر حح َم َٰ هن
“(Tuhan) Yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan Al-Qur’an.” QS.
Ar-Rahmân [55]: 1-2
Diriwayatkan dari Hakam bin ‘Umair yang bisa disebut sahabat, dia
berkata, “Nabi ﷺ. telah bersabda, ‘Apabila engkau mengucapkan “Segala
puji bagi Allah Tuhan semesta alam”, maka sesungguhnya engkau telah
bersyukur kepada-Nya. Jadi, Allah pun pasti akan menambahkan (nikmat-
Nya) kepadamu.”
d. Renungan
Allah mengatur alam semesta ini dengan rahmat-Nya. Tidak ada satu pun
yang bukan rahmat Allah. Perhatikan tiga Asma’ Allah (Allah, Rabb dan
Rahmah/ar-Rahmân-ar-Rahîm)! Pada ketiga Nama inilah seluruh Asmâ’ul
Husnâ menginduk!
َ َ
“ مَٰل ِ حYang menguasai3 hari pembalasan4.” (QS. Al-Fatihah [1]: 4)
ِ ِك يو ِم ٱل
4. ِين
Maksudnya hari kebangkitan dan hari pembalasan dimana pada hari itu
terwujud keadilan yang sebenarnya.
Kata Ad-Din berasal dari kata Ad-Dayyan (Maha Penuntut Balas) yang
merupakan sifat Allah, karena semua hamba memiliki tanggung jawab setelah
wahyu diturunkan kepada mereka.
3
Mâlik (Yang Menguasai). Bila huruf mim dibaca panjang, maka ia berarti berarti Pemilik
(Empunya). Huruf mim di sini juga dapat dibaca pendek, “ Malik”, dan ia berarti Raja.
4
Yaumiddîn (hari pembalsan), yaitu hari dimana masing-masing manusia menerima pembalasan
amalannya yang baik maupun yang buruk. Yaumiddîn disebut juga Yaumul Qiyâmah (Hari
Kiamat), Yaumul Hisâb (Hari Hisab), Yaumul Jazâ’ (Hari Pembalasan), dan lain-lain sebagainya.
Seperti diketahui bahwa tanggung jawab ada dua macam yaitu:
kewajiban kepada Allah dan kewajiban kepada hamba. Adapaun kewajiban
kepada Allah dibangun berdasarkan pengampunan karena sesungguhnya Allah
Ta‘ala Maha Kaya (tidak memerlukan) terhadap semesta alam. Sedangkan
kewajiban sesama hamba adalah selain dari itu.
a. Kosakata
Ad-Din (ِين
ِ )ٱل
Kata ad-dīn terambil dari kata dāna yang akar maknanya berhutang.
Darinya terbentuk kata dain yang berarti hutang. Kata tadāyana berarti
berhutang-piutang (Lihat: Al-Baqarah [2]: 282). Dan darinya terbentuk kata
dīn yang berarti ketaatan (Lihat: An-Nisā’ [4]: 11). Kata ini juga diartikan
balasan sebagaimana dalam ayat yang sedang ditafsirkan ini.
b. Tafsir Jalalain
Maha Penguasa hari Pembalasan. Kata dīn
َ
ك يَ حو ِم
ِ ِ مَٰل
berarti pembalasan, maksudnya hari Kiamat.
Kekuasaan disebut secara khusus karena pada
hari itu tidak ada kekuasaan kecuali milik Allah,
ِين
ِ ٱل
dengan dalil firman Allah, “Kepunyaan siapakah
kerajaan pada hari ini? Kepunyaan Allah Yang
Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.” (Al-
Mu’min [40]: 16)
Diriwayatkan dari Rasulullah ﷺ., beliau bersabda, “Allah (pada hari kiamat)
akan menggenggam bumi dan melipat langit dengan tangan-Nya, lalu Dia
berfirman, ‘Aku adalah Raja. Di manakah raja-raja bumi? Di manakah
mereka yang merasa perkasa? Dan di manakah orang-orang yang
sombong?”
e. Renungan
Allah adalah Pemilik dan Raja di Hari Pembalasan. Jika di dunia ini manusia
diberi kebebasan memilih untuk berbuat dan bertindak, maka kebebasan itu
akan diambil-Nya di Hari Pembalasan kelak, sehingga tidak ada yang bisa
berbicara kecuali dengan seijin-Nya.
ه َ ه َ َح ه َ َح ه
5. “ إِياك نعبهد ِإَوياك نستعِيHanya kepada Engkaulah kami menyembah5 dan hanya
kepada Engkaulah kami mohon pertolongan6.” (QS. Al-Fatihah [1]: 5).
5
Na’budu diambil dari kata ‘ibâdah, yang berarti kepatuhan dan ketundukan yang ditimbulkan oleh
perasaan akan kebesaran Allah sebagai Tuhan yang disembah, karena keyakinan bahwa Allah
mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.
6
Nasta‘în (minta pertolongan), diambil dari kata isti‘ânah
yang berarti mengharap bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup
diselesaikan dengan tenaga sendiri.
Digunakannya kalimat dalam bentuk jamak dalam ayat ini hingga akhir
surat merupakan pengarahan kepada seseorang agar ia selalu mengingat jama’ah
Muslimin dalam setiap doanya karena bisa jadi di antara mereka terdapat orang
yang patut dikabulkan doanya.
a. Kosakata
َح ه
Na’budu ()نعبهد
Kata na‘budu terbentuk dari kata al-‘ibādah. Menurut Az-
Zamakhsyari, kata al-‘ibādah berarti puncak dari sikap tunduk dan patuh.
Darinya terbentuk kata ‘abd yang berarti hamba. Kata ‘abd sebagai sebuah
status dilekatkan pada seseorang atau sesuatu karena tiga faktor.
b. Tafsir Jalalin
َ َ ه
اك ن حع هب هد إِي Hanya kepada-Mu kami menyembah
اك ن َ حس َتعِ ه
ي َ ِإَويه dan hanya kepada-Mu kami memohon
pertolongan, maksudnya Kami mengkhusukan
ibadah kepada-Mu dalam bentuk tauhid dan
selainnya, dan kami memohon pertolongan
kepada-Mu dalam menjalankan ibadah tersebut
dan perkara lain.
e. Renungan
Intisari Al-Qur’an ada pada surat al-Fâtihah, intisari al-Fâtihah ada pada
“iyyâka na’budu wa iyyâka nasta’în”. Ayat tersebut adalah realisasi dari
“Lâ Ilâha Illallâh”.
7
Ihdinâ (tunjukilah kami), dambil dari kata hidâyah yang berarti memberi petunjuk ke suatu jalan
yang benar. Yang dimaksud dengan ayat ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga
memberi taufiq.
Allah menerangkan kepada kita jalan yang lurus dan menetapkan kita di atasnya
agar kita tidak menyimpang dari kebenaran. Karena setelah Allah Ta‘ala
memberikan hidayah akal kepada hamba-hamba-Nya, kemudian hidayah Rasul,
maka tidaklah tersisa bagi seorang hamba selain doa memohon taufiq dan
kelembutan Ilahi.
a. Kosakata
َ َ
1) Ash-Shirat (لصرَٰط
ِ )ٱ: Jalan
Kata ash-shirāth berarti jalan. Pada mulanya kata ini menggunakan huruf
sīn bukan shād, terbentuk dari kata al-istirāth yang berarti menelan. Jalan
disebut demikian karena seolah-olah ia menelan orang yang
melewatinya.
َ ح ح
َ )ٱل همستق: yang lurus
2) Al-Mustaqim (ِيم
Kata al-mustaqīm adalah isīm fā‘il dari kata istaqāma – yastaqīmu –
istiqāmatan. Kata dasarnya adalah qāma – yaqūmu yang berarti berdiri.
Darinya terbentuk kata aqāma yang berarti menetap dan mendirikan.
Kata qāma berkembang maknanya menjadi memelihara dan menjaga
(Lihat: Al-Mā’idah [5]: 8), serta bertekad untuk melakukan sesuatu
(Lihat: Al-Mā’idah [5]: 6). Darinya terbentuk kata al-qiyām dan al-
qawān yang berarti sesuatu menjadi penopang tegaknya sesuatu yang
lain (Lihat: An-Nisā’ [4]: 5, dan Al-Mā’idah [5]: 97). Darinya terbentuk
kata dīnan qayyiman yang berarti agama yang tetap dan meluruskan
perkara-perkara dunia dan akhirat manusia. Darinya terambil kata al-
qiyāmah yang berarti berdirinya atau terjadinya sā’ah yang disebut dalam
surat Ar-Rūm ayat 12. Dan darinya terbentuk kata mustaqīm yang berarti
lurus. Bentuk mashdar (kata jadian) dan kata kerjanya, yaitu istaqāma -
yastaqīmu -istiqāmah berarti menepati jalan yang lurus.
b. Tafsir Jalalain
َ ح
ٱه ِدنا Tunjukilah kami
لص َر َٰ َط
ِ ٱ
jalan yang lurus. Pengertian jalan yang lurus
َٱل ح هم حس َتقِيم
dijelaskan dengan badal (keterangan
pengganti) dalam kalimat sesudahnya
َ
ََ َ َ َ ه َ حَح
7. ت عل حي ِه حم (“ صِ رَٰط ٱَّلِين أنعمYaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau
anugerahkan nikmat kepada mereka.” (QS. Al-Fatihah [1]: 7)
Yaitu orang-orang yang dapat mengambil faidah dari nikmat akal dan petunjuk
Rasul.
ََ ه
َ ٱلضٓال
ِي “ وَلBukan (pula jalan) mereka yang sesat,”
Yaitu orang-orang yang belum sampai kepada mereka risalah samawi. Bisa jadi
risalah samawi sudah sampai, namun iasampai kepada mereka dalam bentuk
yang telah terdistorsi sehingga mereka tidak dapat memahami hakikatnya. Atau
risalah samawi sudah sampai kepada mereka, tetapi mereka berpegang teguh
pada tradisi dan tunduk kepada pemikiran-pemikiran warisan, dalam sikap
melupakan peran akal secara nyata.
a. Tafsir Jalalain
َص َر َٰ َط ٱ هَّلِينِ
jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat
َ َأ حن َع حم
pada mereka dengan hidayah. Kalimat ini
ه َح حَ ح
وب
ِ ۡي ٱلمغض ِ غ bukan jalan orang-orang yang menyandang
ََ ه
َلضٓال ِي وَل ٱ
sesat, yaitu orang-orang Nasrani. Fungsi badal
di sini untuk menunjukkan bahwa orang-orang
yang mendapat petunjuk itu bukan Yahudi dan
bukan pula Nasrani. Allah Mahatahu.
c. Renungan
Petunjuk tersebut merupakan petunjuk yang telah diimplementasikan secara
nyata dan sempurna dalam realitas kehidupan mereka yang dinikmati Allah,
yaitu para Nabi, para shiddiq, orang-orang syahid, dan orang-orang shalih.
Ini sekaligus membentuk visi yang tinggi bagi setiap pribadi yang beriman.
G. INTI PESAN
H. TADABBUR AL-FATIHAH
Sehingga sifat-sifat Allah itu mencakup semua yang membuat kita takut
kepada-Nya serta yang membuat kita cinta dan berharap kepada-Nya. Dan hal itu
lebih membantu manusia untuk dapat taat kepada-Nya dan mencegahnya dari
berbuat maksiat kepada-Nya. [al-Qurthubi, al-Jami’ li ahkam al-Qur`an]
tunduk dan tambah patuh dalam melaksanakan apa yan diperintahkan kepadanya.
(DR. Muhammad al-Khudairi)
Muzahim bin Zafar berkata: “Sufyan Tsauri menunaikan sholat magrib
اك ن َ حستَع ه
bersama kami, ketika sampai membaca ِي َ اك َن حعبه هد ِإَويه
َ إيهbeliau menangis sampai
ِ
َح
َ ٱۡل حم هد ِ هَّللِ َرب ٱلح َعَٰلَ ِم
bacaannya terputus. Kemudian beliau mengulangi lagi dari ي ِ
Ibnu Taimiyyah berkata: “Tidak ada do’a yang paling baik selain meminta
pertolongan dalam upaya mencapai ridho Allah dan itu tersebut dalam ayat
اك ن َ حستَع ه
ِي َ اك َن حعبه هد ِإَويه
َ ( إيهMadarij al-salikin 1: 73).
ِ
isti’anah merupakan harapan seorang hamba. Dan suatu yang logis ketika seorang
hamba mendahulukan hak Allah daripada kepentingannya. Dan hak yang dimaksud
dalam ibadah kepada Allah adalah ketundukan kepada Allah SWT. (Ibn al-Qayyim,
Madrij al-salikin 1:76)
َ ٱلص َر َٰ َط ٱل ح هم حستَق
Do’a yang paling baik diucapkan seorang hamba adalah ِيم
َ ح
ِ ٱهدِنا
oleh karena jika seseorang dikaruniai hidayah oleh Allah sehingga ia mampu
menjalakan ketaatan kepada-Nya dan menjauhkan kemaksiatan kepada-Nya maka
ia tidak akan pernah sengsara di dunia dan akhirat. (Al-Thahawi)
Penyimpangan dari jalan Allah swt disebabkan oleh dua hal, yaitu
kebodohan dan keras kepala. Mereka yang membangkang akan mendapatkan
kebencian dari Allah terutama umat yahudi. Sedangkan mereka yang menyimpang
karena kebodohan adalah setiap orang tidak mengetahui akan kebenaran yang
dipelopori oleh kaum Nasrani, dan kondisi hanya dapat terlihat sebelum masa
kenabian. Adapun setelah masa kenabian maka kaum nasrani dan yahudi semuanya
menjadi umat yang dimurkai karena penginkaran mereka terhadap risalah
Muhammad saw. (Ibn ‘Utsaimin, tafsir juz ‘amma, hlm: 23)
َ ٱلص َر َٰ َط ٱل ح هم حستَق
Sesungguhnya ayat ِيم
َ ح
ِ ٱه ِدناdalam surat al-Fatihah menyimpan
َ ٱلص َر َٰ َط ٱل ح هم حستَق
Ketika seorang muslim membaca ِيم
َ ح
ِ ٱهدِناAllah menjawab
dengan ayat .....dzalika al kitab.. inilah yang engkau harapkan didalamnya seluruh
kebutuhanmu terpenuhi, dialah petunjuk keselamatan bagi mereka yang bertakwa
yang senantiasa mengucapkan ِيمَ ٱلص َر َٰ َط ٱل ح هم حستَق َ ح
ِ ٱهدِناdan berlindung agar tidak
▪ IMAN
Semakin mempertebal keyakinan bahwa segala bentuk kebaikan di alam
semesta ini bersumber dari Rabb (Allah Subhanahu wa Ta’ala). Dialah yang
menciptakan, menjaga, dan mengembangkannya. Sehingga hanya Dialah yang
pantas untuk dipuji.
▪ AMAL
Mendawamkan (membiasakan) diri untuk memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala
terutama ketika berdo’a kepada-Nya dan mengakhiri setiap akhtivitas yang
baik dengan hamdalah.
▪ DAKWAH
Sadarkan keluarga dan masyarakat sekitar agar senantiasa mengawali setiap
do’a dengan pujian dan mengakhiri setiap aktivitas dengan pujian (hamdalah)
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
J. RENUNGAN
1. Pujian dan sanjungan yang paling sempurna hanya bagi Allah Subhanahu wa
Ta’ala semata, karena Dia adalah Tuhan seluruh makhluk yang telah
menciptakan mereka, mengatur urusan-urusan mereka, dan mengayomi
mereka dengan nikmat-nikmatNya.
2. Yaumuddin (hari pembahalasan), hari waktu manusia menerima pembalasan
amalnya, baik atau buruk.
3. Kesempurnaan iman hanya terwujud dengan mengikhlaskan ibadah kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan memohon pertolongan kepada-Nya semata,
bukan kepada yang lain.
4. Jalan yang lurus, yaitu jalan hidup yang benar yang dapat membuat bahagia di
dunia dan akhirat.
5. Mereka yang dimurkai adalah mereka yang sengaja menentang ajaran Islam.
Mereka yang sesat adalah mereka yang sengaja mengambil jalan lain selain
ajaran Islam.
LEMBAR KERJA MURID TADABBUR
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
3. Sebutkan amal-amal shalih yang akan dilakukan setelah mentadabburi QS. Al-
Fatihah 2-7!
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
4. Sebutkan kerja dakwah yang akan dilakukan setelah mentadabburi QS. Al-
Fatihah 2-7!
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................