Anda di halaman 1dari 24

Tadabbur Al-Fatihah

Surat Al-Fâtihah (Pembukaan) | [Surat ke-1, 7 Ayat, Juz ke-1]

A. Pembukaan

1. Al-Fâtihah, surat pertama dalam susunan mushaf Al-Qur’an yang memiliki 7


ayat ini, adalah termasuk kelompok surat Makkiyyah karena diturunkan di
Makkah sebelum hijrah. Dinamakan al-Fâtihah (Pembuka) karena letaknya di
urutan pertama dari surat-surat Al-Qur’an.

2. Tema-tema pokok Al-Qur’an—seperti penjelasan tauhid dan iman, janji dan


kabar gembira bagi orang-orang mukmin, ancaman dan peringatan terhadap
orang-orang kafir dan pelaku kejahatan, ibadah, kisah orang-orang yang
beruntung karena taat kepada Allah dan sengsara karena mengingkari-Nya,
semua itu terurai secara singkat di dalam surat ini.

3. Surat yang pertama diturunkan secara lengkap di antara surat-surat lain ini
merupakan intisari dari seluruh kandungan Al-Qur’an yang kemudian diperinci
oleh surat-surat sesudahnya.

B. Nama Lain Surat Al-Fatihah (Menurut Al-Qurthubi)

1. As-Shalâh (do’a);
2. Fâtihatul Kitâb (Pembuka Al-Kitab);
3. Ummul Kitâb (Induk Al-Kitab);
4. Ummul Qur’ân (Induk Al-Qur’an);
5. Al-Matsâni (Berulang-ulang);
6. Al-Qur’anul ’Azhîm (Al-Qur’an yang Agung);
7. Asy-Syifâ’ (Penyembuh);
8. Ar-Ruqyah (Penawar);
9. Al-Asâs (Pondasi);
10. Al-Wâfiyah (Yang Mencakup Keseluruhan);
11. Al-Kâfiyah (Yang Sempurna); dan
12. Al-Fâtihah (Pembuka);
C. Fadhilah (Keutamaan) Surat Al-Fâtihah

1. Al-Fâtihah adalah surat yang paling utama.

Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra., ia berkata, “Tatkala dalam sebuah
perjalanan, Nabi Saw. turun dari kendaraannya, lalu turun pula seorang lelaki di
samping beliau. Nabi Saw. menoleh ke arah lelaki tersebut dan bersabda,
‘Maukah kamu kuberitahu surat yang paling utama di dalam Al-Qur’an?’ Anas
berkata, “Kemudian Nabi Saw. membacakan ayat: ’Segala puji bagi Allah Tuhan
semesta alam’.

2. Al-Fâtihah dapat digunakan untuk ruqyah.

Diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri dan Abu Hurairah ra., keduanya berkata;
”Rasulullah Saw. bersabda, ”Surat Fatihatul Kitab dapat menyembuhkan dan
menawarkan racun.”

3. Orang yang mengucapkan âmîn pada waktu selesai membacanya akan diampuni
dosa-dosanya.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Nabi Saw. bersabda, ”Jika imam
mengucapkan ‘ghairil magdhûbi ’alaihim waladh-dhâllîn’, maka sambutlah
dengan ucapan âmîn, karena para malaikat mengucapkan âmîn dan imam pun
mengucapkan âmîn. Jadi, barangsiapa yang ucapan âmîn-nya berbarengan
dengan ucapan malaikat, maka dosa-dosanya yang terdahulu akan diampuni.”

4. Shalat tidak sah tanpa membaca surat Al-Fâtihah.

Diriwayatkan dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada shalat bagi orang yang tidak
membaca Al-Fatihah.”

5. Surat Al-Fâtihah adalah Induk Al-Qur’an.

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah Saw. bersabda, ”Induk Al-Qur’an
(Al-Fâtihah) adalah tujuh ayat yang berulang dan Al-Qur’an yang Agung.”
D. Surat Al-Fatihah

َٰ ‫م‬ َ َٰ‫َ ْ م‬ ‫م‬ ‫ْ م ْ َ م ِّ ْ م َٰ م‬ َ َٰ‫ِمْسِب ٱ َ َ ْ م‬


‫﴾ م هل هك‬٣﴿ ‫يم‬
‫﴾ ٱلرح هن ٱلر هح ه‬٢﴿ ‫ّلل رب ٱلعل همي‬ ‫﴾ ٱْلمد ه ه‬١﴿ ‫يم‬
‫ّلل ٱلرح هن ٱلر هح ه‬
‫ه‬
َٰ ‫م‬
‫ص مط‬ ‫لّص مط ٱلْم ْستم هق م‬
َٰ ‫ْ م ِّ م‬ ‫َ م مْ م َ م م‬
‫﴾ ٱه هدنا ٱ‬٥﴿ ‫اك ن ْستم هعي‬ ِّ ْ ‫م‬
‫﴾ ه‬٦﴿ ‫يم‬ ‫﴾ إهياك نعبد و هإي‬٤﴿ ‫ين‬
‫يومه ٱدل ه‬
‫م‬ ِّ ٓ َ ‫م م ْ ْ م م‬ ْ ‫َ م مْم ْ م م مْ ْ مْ ْم‬
﴾٧﴿ ‫وب علي ههم وَل ٱلضالي‬‫ْي ٱلمغض ه‬
‫َّلين أنعمت علي ههم غ ه‬
‫ٱ ه‬

E. Terjemah Surah Al-Fatihah

1. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
3. Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
4. Yang menguasai Hari Pembalasan.
5. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami
meminta pertolongan.
6. Tunjukilah kami jalan yang lurus,
7. (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan
(jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

F. Poros Surat Al-Fatihah

‫ٱلرِنَٰمۡح ه‬ ‫ه‬
‫ِمۡسِب ٱَّللِ ه‬
1. ‫ٱلرحِي ِم‬

Surat Al-Fatihah dimulai dengan ayat Basmalah (Bismillahirrahmanirrahim),


maksudnya kita memulai dengan menyebut nama Allah. Padanannya adalah
firman Allah berdasarkan melalui lisan Nabi Nuh: “Dengan menyebut nama
Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya.” (QS. Hud [11]: 41). Juga firman Allah
Ta‘ala melalui perkataan Nabi Sulaiman: “Sesungguhnya surat itu, dari
Sulaiman dan sesungguhnya (isi) nya: “Dengan menyebut nama Allah Yang
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Naml [27]:30).
a. Penafsiran Basmalah

Aku memulai membaca Al Fâtihah ini dengan menyebut nama Allah. Tiap-
tiap pekerjaan yang baik itu hendaknya dimulai dengan menyebut nama
Allah, seperti: makan, minum, menyembelih binatang untuk dimakan dan
sebagainya. Allah ialah nama Dzat yang Mahasuci, yang berhak disembah
dengan sebenar-benarnya; yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tetapi
makhluk membutuhkan-Nya. Ar-Rahmân (Maha Pemurah) adalah salah
satu dari nama Allah, yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan
karunia-Nya kepada makhluk-Nya. Dan ar-Rahîm (Maha Penyayang)
memberi pengertian, bahwa Allah senantiasa bersifat rahmat yang
menyebabkan Allah selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya.

b. Kosakata

‫ ) ه ه‬Allah
1) (‫ٱَّلل‬

Lafazh Allāh dalam adalah Nama-Nya yang paling agung dan


mencakup semua sifat (Al-Qurthubi). Sebuah pendapat mengatakan
nama Allāh tidak terbentuk dari kata lain (non-derivatif).

Pendapat lain mengatakan bahwa ia terbentuk dari kata Ilāh


(sesembahan) yang huruf hamzah-nya dihilangkan lalu dibubuhi dengan
partikel definitif al; atau dari kata aliha (bingung), karena apabila seorang
hamba memikirkan sifat-sifat-Nya maka ia menjadi bingung; atau dari
kata wallāhu (cinta, kesetiaan dan keberpihakan) yang huruf wawu-nya
diganti dengan hamzah, karena setiap makhluk pasti cenderung kepada-
Nya, baik dengan tergiring secara paksa atau dengan sukarela.

‫ٱلرِنَٰمۡح ه‬
2) ‫ٱلرحِي ِم‬ ‫ ه‬Maha Pemurah, Maha Penyayang

Kata Ar-Rahmān dan Ar-Rahīm adalah dua kata sifat yang


terbentuk dari kata rahmah yang berarti kasih sayang. Masing-masing
memiliki tekanan tersendiri. Kata Ar-Ra¬hmān berarti Yang sangat besar
rahmat-Nya. Ia mengikuti pola fa‘lān, sebuah bentuk kata mubālaghah
(melebih-lebihkan) yang maknanya menunjukkan banyaknya dan
besarnya sesuatu.

Sedangkan kata Ar-Rahīm berarti Yang langgeng rahmat-Nya.


Ia mengikuti pola fā‘īl, sebuah bentuk kata mubālaghah yang
menunjukkan kepada sifat-sifat yang langgeng. Al-Khaththabi
mengatakan, “Kata Ar-Rahmān berarti Yang rahmat-Nya meliputi semua
makhluk terkait rezki dan kebutuhan mereka, baik mukmin atau kafir.
Sedangkan kata Ar-Rahīm berarti Yang rahmat-Nya khusus bagi orang
mukmin (Lihat: Al-Ahzab [33]: 43).

َ ‫“ ح‬Segala puji1 bagi Allah, Tuhan semesta alam2.”


َ ‫ٱۡل حم هد ِ هَّللِ َرب ٱلح َعَٰلَ ِم‬
‫ي‬
2. ِ
(QS. Al-Fatihah [1]: 2)

Allah tidak membutuhkan pernyataan terima kasih dari orang yang


bersyukur dan pujian dari orang yang memuji. Hanya saja, Allah berhak atas
pujian karena Dzat-Nya, baik para hamba mampu menghaturkan pujian atau
tidak, baik orang memuji-Nya atau tidak, karena kesempunaan pujian hanya
milik-Nya. Allah Ta‘ala paling berhak mendapatkan pujian atas ciptaan-Nya,

a. Kosakata
‫ح ه‬
1) Al-hamdu (‫ٱۡل حمد‬
َ ) : Segala Puji

Kata al-hamdu berarti pujian terhadap kebaikan yang


disampaikan dengan sikap mengagungkan dan disertai dengan rasa

1
Al-Hamdu (segala puji). memuji orang adalah karena perbuatannya yang baik yang dikerjakan
dengan kemauannya sendiri. Maka, memuji Allah berarti menyanjung-Nya karena perbuatan-Nya
yang baik. Lain halnya dengan syukur yang berarti mengakui keutamaan seseorang terhadap
nikmat yang diberikannya. Kita menghadapkan segala puji kepada Allah itu karena Allah
merupakan sumber dari segala kebaikan yang patut dipuji.

2
Rabb (Tuhan) berarti Tuhan yang ditaati, Yang Memiliki, Mendidik dan Memelihara. Lafazh
“Rabb” tidak dapat dipakai selain untuk Tuhan kecuali kalau ada sambungannya, seperti rabbul-
bait (tuan rumah). `Âlamîn (semesta alam) berarti semua yang diciptakan Tuhan dengan segala
macamnya seperti alam manusia, alam hewan, alam tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati, dan
lain sebagainya. Allah Pencipta semua alam-alam itu.
cinta. Ia lebih umum dan luas maknanya daripada syukur, karena
syukur disampaikan hanya sebagai respon terhadap nikmat, berbeda
dengan pujian. Jadi, setiap syukur adalah pujian, tetapi tidak setiap ujian
itu adalah syukur. Penggunaan kata al-hamdu lebih khusus daripada
kata al-madhu, meskipun makna keduanya serupa. Kata al-madhu
pujian terhadap suatu kebaikan yang bersifat ikhtiyāri (usaha) dan yang
bukan bersifat ikhtiyāri. Kata ini digunakan untuk memuji—
misalnya—seseorang karena ketampanannya, sebagaimana digunakan
untuk memuji kedermawanannya. Sedangkan kata al-hamdu digunakan
untuk memuji kebaikan yang bersifat ikhtiyāri saja.

2) Rabb (‫ب‬ َ
ِ ‫)ر‬

Kata Rabbi terbentuk dari kata tarbiyyah yang berarti mengadakan


sesuatu setahap demi setahap hingga mencapai batas sempurna. Kata
Rabbi di sini secara sederhana diartikan sebagai Tuhan Pemilik dan
Pengatur. Selain untuk makna Allah, kata rabbi di dalam Al-Qur’an
juga digunakan untuk makna tuan atau raja (Lihat: Yusuf [12]: 42).
Darinya terambil kata rabbāniyyūn yang berarti orang-orang yang
menjalankan pesan-pesan Kitab Suci.
َ َ َ‫ح‬
3) Al-‘Alamin (‫)ٱلعَٰل ِمي‬

Kata al-‘ālamīn merupakan ism al-jinsi (generic noun) yang tidak


memiliki bentuk tunggal. Maknanya mencakup segala sesuatu selain
Allah. Akar maknanya adalah tanda. Alam semesta disebut demikian
karena merupakan tanda akan keberadaan Penciptanya.
b. Tafsir Jalalain
Segala puji bagi Allah, adalah kalimat berita yang

‫حَ ح ه ه‬
ِ‫ٱۡلمد َِّلل‬
ditujukan untuk memuji Allah bahwa Dialah
Pemilik semua pujian dari makhluk, atau yang
berhak untuk mereka puji. Allah adalah nama
Tuhan yang berhak disembah.
Rabb alam semesta, maksudnya Pemilik semua
makhluk dari golongan malaikat, manusia, jin,

َ‫َرب ٱلح َعَٰلَمي‬


hewan dan lain-lain. Masing-masing golongan itu

ِ ِ disebut alam, seperti alam manusia, alam jin, dan


lain-lain. Bentuk jamak dengan tambahan huruf
yā’ dan nūn lebih banyak digunakan untuk
makhluk yang berakal daripada yang tidak
berakal.

c. Tafsir dengan Al-Qur’an

َ‫َوه َُو ٱ َّللُ ََلٓ إِ َٰلَهَ إِ ََل ه َۖ َُو لَهُ ٱ ۡل َح ۡمدُ فِي ٱ ۡۡلُولَ َٰى َوٱ ۡۡل ٓ ِخ َر َۖةِ َولَهُ ٱ ۡل ُح ۡك ُم َوإِلَ ۡي ِه ت ُ ۡر َجعُون‬
)70:‫(القصص‬
Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia,
bagi-Nya-lah segala puji di dunia dan di akhirat, dan bagi-Nya-lah segala
penentuan dan hanya kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.) QS. Al-
Qasas:70)

d. Renungan

Segala kebaikan di alam semesta ini bersumber dari Rabb. Dialah yang
menciptakan, menjaga, mengembangkan. Karena itu, hanya Dialah yang
pantas dipuji. Kasih sayang adalah pola hubungan yang abadi antara Rabb
dan marbūb atau makhluk.
‫ٱلرِنَٰمۡح ه‬
3. ‫ٱلرحِي ِم‬ ‫“ ه‬Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al-Fatihah [1]: 3)

Kata Ar-Rahman adalah sifat Dzat Allah sebagaimana firman-Nya: “Dan


rahmat-Ku meliputi segala sesuatu.” (QS. Al-A’raf [7]: 156). Oleh karena itu,
rahmat Allah merupakan bagian dari sifat-sifat-Nya yang qadim (abadi di masa
mendatang) lagi azali (abadi di masa lalu) yang karenanya alam semesta berdiri
tegak. Ia meliputi semua makhluk. Kata Ar-Rahim adalah kata keterangan kerja
yang menunjukkan menunjukkan rahmat Allah itu sampai kepada makhluk,
sebagaimana firman Allah: “Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-
orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman
kepada ayat-ayat Kami.” (QS. Al-A’raf [7]: 156).

a. Tafsir Jalalain

‫ه‬
‫ٱلرِنَٰمۡح‬ Yang Maha Pemurah

‫حي ِم‬ ‫ه‬


ِ ‫ٱلر‬ Maha Penyayang, Yang memiliki rahmat, yaitu
keinginan untuk memberi kebaikan.

b. Tafsir dengan Ayat

َ ‫َ َ ّٗ َ َ ه ح ه‬ َ‫ه َ َ َ ح‬ ‫ه‬ ‫ح‬ ‫َ َه ح‬


١٨ ‫ۡرض وعشِ يا وحِي تظ ِهرون‬
ِ ‫ت وٱۡل‬ َٰ َٰ َ
ِ ‫وَل ٱۡلمد ِِف ٱلسمو‬

“Dan bagi-Nyalah segala puji di langit dan di bumi dan di waktu kamu
berada pada petang hari dan di waktu kamu berada di waktu zuhur.” QS.
Ar-Rûm [30]: 18
َ ‫ه حه‬
٢ ‫ َعل َم ٱلق حر َءان‬١ ‫ٱ هلر حح َم َٰ هن‬
“(Tuhan) Yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan Al-Qur’an.” QS.
Ar-Rahmân [55]: 1-2

c. Tafsir dengan Atsar

Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, dia berkata, “Jibril berkata kepada


Muhammad, ‘Ya Muhammad, katakanlah “Segala puji bagi Allah.”

Diriwayatkan dari Hakam bin ‘Umair yang bisa disebut sahabat, dia
berkata, “Nabi ‫ﷺ‬. telah bersabda, ‘Apabila engkau mengucapkan “Segala
puji bagi Allah Tuhan semesta alam”, maka sesungguhnya engkau telah
bersyukur kepada-Nya. Jadi, Allah pun pasti akan menambahkan (nikmat-
Nya) kepadamu.”

d. Renungan
Allah mengatur alam semesta ini dengan rahmat-Nya. Tidak ada satu pun
yang bukan rahmat Allah. Perhatikan tiga Asma’ Allah (Allah, Rabb dan
Rahmah/ar-Rahmân-ar-Rahîm)! Pada ketiga Nama inilah seluruh Asmâ’ul
Husnâ menginduk!

َ َ
‫“ مَٰل ِ ح‬Yang menguasai3 hari pembalasan4.” (QS. Al-Fatihah [1]: 4)
ِ ‫ِك يو ِم ٱل‬
4. ‫ِين‬

Maksudnya hari kebangkitan dan hari pembalasan dimana pada hari itu
terwujud keadilan yang sebenarnya.

Kata Ad-Din berasal dari kata Ad-Dayyan (Maha Penuntut Balas) yang
merupakan sifat Allah, karena semua hamba memiliki tanggung jawab setelah
wahyu diturunkan kepada mereka.

3
Mâlik (Yang Menguasai). Bila huruf mim dibaca panjang, maka ia berarti berarti Pemilik
(Empunya). Huruf mim di sini juga dapat dibaca pendek, “ Malik”, dan ia berarti Raja.

4
Yaumiddîn (hari pembalsan), yaitu hari dimana masing-masing manusia menerima pembalasan
amalannya yang baik maupun yang buruk. Yaumiddîn disebut juga Yaumul Qiyâmah (Hari
Kiamat), Yaumul Hisâb (Hari Hisab), Yaumul Jazâ’ (Hari Pembalasan), dan lain-lain sebagainya.
Seperti diketahui bahwa tanggung jawab ada dua macam yaitu:
kewajiban kepada Allah dan kewajiban kepada hamba. Adapaun kewajiban
kepada Allah dibangun berdasarkan pengampunan karena sesungguhnya Allah
Ta‘ala Maha Kaya (tidak memerlukan) terhadap semesta alam. Sedangkan
kewajiban sesama hamba adalah selain dari itu.

a. Kosakata

Ad-Din (‫ِين‬
ِ ‫)ٱل‬
Kata ad-dīn terambil dari kata dāna yang akar maknanya berhutang.
Darinya terbentuk kata dain yang berarti hutang. Kata tadāyana berarti
berhutang-piutang (Lihat: Al-Baqarah [2]: 282). Dan darinya terbentuk kata
dīn yang berarti ketaatan (Lihat: An-Nisā’ [4]: 11). Kata ini juga diartikan
balasan sebagaimana dalam ayat yang sedang ditafsirkan ini.

b. Tafsir Jalalain
Maha Penguasa hari Pembalasan. Kata dīn

َ
‫ك يَ حو ِم‬
ِ ِ ‫مَٰل‬
berarti pembalasan, maksudnya hari Kiamat.
Kekuasaan disebut secara khusus karena pada
hari itu tidak ada kekuasaan kecuali milik Allah,

‫ِين‬
ِ ‫ٱل‬
dengan dalil firman Allah, “Kepunyaan siapakah
kerajaan pada hari ini? Kepunyaan Allah Yang
Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.” (Al-
Mu’min [40]: 16)

c. Tafsir dengan Ayat


َ َ َٰ َ ‫ه ه َ ٓ َ ح‬
‫س ِّلَ حف ٖس َش حي ّٗـاۖ َوٱ حۡل حمره‬
ٞ ‫ يَ حو َم ََل َت حمل هِك َن حف‬١٨ ‫ك َما يَ حو هم ٱلِين‬ ‫ثم ما أدرى‬
ِ
‫ه‬
١٩ ِ‫يَ حو َمئ ِ ٖذ َِّلل‬
“Sekali lagi, tahukah kamu apakah hari pembalasan itu? (Yaitu) hari
(ketika) seseorang tidak berdaya sedikitpun untuk menolong orang lain. Dan
segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah.” QS. al-Infithâr [82]:
18-19

d. Tafsir dengan Atsar


‫الس َم َاو ِات‬
‫اَّلل َع ىز َو َج ىل ى‬ ُ ‫هللا ا َأل ْر َض ي َ ْط ِوي ى‬ ُ ‫ ي َ ْقب ُِض‬: ‫هللا عَلَ ْي ِه َو َس ى ََّل أَن ى ُه قَال‬ ُ ‫َع ْن َر ُس ْولِ هللا َص ىَّل‬
‫ون؟ ُ ىُث ي َ ْط ِوي‬
َ ‫ون أَ ْي َن الْ ُمتَكَ ِ ُّب‬
َ ‫ِل أَ ْي َن الْ َج ىب ُار‬
ُ ِ ‫ي َ ْو َم الْ ِق َيا َم ِة ُ ىُث يَأْخ ُُذه ىُن ِب َي ِد ِه الْ ُي ْم ََن ُ ىُث ي َ ُقو ُل أََنَ الْ َم‬
َ ‫ون أَيْ َن الْ ُمتَكَ ِ ُّب‬
)‫ (متفق عليه‬.‫ون‬ َ ‫ِل أَيْ َن الْ َجبى ُار‬ ُ ‫ْا َأل َر ِض َني ِب َي ِد ِه ْا ُألخ َْرى ُ ىُث ي َ ُق‬
ُ ِ ‫ول أََنَ الْ َم‬

Diriwayatkan dari Rasulullah ‫ﷺ‬., beliau bersabda, “Allah (pada hari kiamat)
akan menggenggam bumi dan melipat langit dengan tangan-Nya, lalu Dia
berfirman, ‘Aku adalah Raja. Di manakah raja-raja bumi? Di manakah
mereka yang merasa perkasa? Dan di manakah orang-orang yang
sombong?”

e. Renungan
Allah adalah Pemilik dan Raja di Hari Pembalasan. Jika di dunia ini manusia
diberi kebebasan memilih untuk berbuat dan bertindak, maka kebebasan itu
akan diambil-Nya di Hari Pembalasan kelak, sehingga tidak ada yang bisa
berbicara kecuali dengan seijin-Nya.

‫ه‬ َ ‫ه َ َح‬ ‫ه َ َح ه‬
5. ‫“ إِياك نعبهد ِإَوياك نستعِي‬Hanya kepada Engkaulah kami menyembah5 dan hanya
kepada Engkaulah kami mohon pertolongan6.” (QS. Al-Fatihah [1]: 5).

Kalimat ini yang memberikan pengertian tentang pembatasan ibadah


hanya kepada Allah Ta‘ala semata. Artinya, kita tidak menyembah selain kepada
Allah, dan kita tidak meminta pertolongan kepada selain-Nya. Ayat ini
menunjukkan kalimat tauhid murni: “Tidak ada tuhan selain Allah.”.

5
Na’budu diambil dari kata ‘ibâdah, yang berarti kepatuhan dan ketundukan yang ditimbulkan oleh
perasaan akan kebesaran Allah sebagai Tuhan yang disembah, karena keyakinan bahwa Allah
mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.

6
Nasta‘în (minta pertolongan), diambil dari kata isti‘ânah
yang berarti mengharap bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup
diselesaikan dengan tenaga sendiri.
Digunakannya kalimat dalam bentuk jamak dalam ayat ini hingga akhir
surat merupakan pengarahan kepada seseorang agar ia selalu mengingat jama’ah
Muslimin dalam setiap doanya karena bisa jadi di antara mereka terdapat orang
yang patut dikabulkan doanya.

a. Kosakata
‫َح ه‬
Na’budu (‫)نعبهد‬
Kata na‘budu terbentuk dari kata al-‘ibādah. Menurut Az-
Zamakhsyari, kata al-‘ibādah berarti puncak dari sikap tunduk dan patuh.
Darinya terbentuk kata ‘abd yang berarti hamba. Kata ‘abd sebagai sebuah
status dilekatkan pada seseorang atau sesuatu karena tiga faktor.

Pertama, seseorang disebut ‘abd berdasarkan hukum syari‘at, yaitu


manusia yang boleh dijual-belikan atau biasa disebut budak atau hamba
sahaya (Lihat: Al-Baqarah [2]: 178).

Kedua, sesuatu disebut ‘abd karena faktor penciptaan. Langit dan


bumi dalam surat Maryam ayat 93 disebut dengan kata ‘abd dalam
pengertian sebagai ciptaan Allah.

Ketiga, seseorang disebut ‘abd karena faktor penghambaan.


Seseorang yang menghambakan diri kepada dinar dan dirham dalam sebuah
hadits disebut ‘abdud-dīnār dan ‘abdud-dirhām. Dan seseorang yang
menghambakan diri kepada Allah dengan ikhlas disebut ‘abdullāh atau
hamba Allah. Jamak kata ‘abd yang berarti budak adalah ‘abīd, dan jamak
kata ‘abd yang berarti hamba Allah adalah ‘ibād.

b. Tafsir Jalalin
َ َ ‫ه‬
‫اك ن حع هب هد‬ ‫إِي‬ Hanya kepada-Mu kami menyembah

‫اك ن َ حس َتعِ ه‬
‫ي‬ َ ‫ِإَويه‬ dan hanya kepada-Mu kami memohon
pertolongan, maksudnya Kami mengkhusukan
ibadah kepada-Mu dalam bentuk tauhid dan
selainnya, dan kami memohon pertolongan
kepada-Mu dalam menjalankan ibadah tersebut
dan perkara lain.

c. Tafsir dengan Ayat


ّٗ ‫َ ه ح‬ ‫َٓ َ ه‬ ‫َ حَ ح‬ ‫ه ُّ ح َ ح‬
٩ ‫ب َل إِل َٰ َه إَِل هه َو فٱَّتِذهه َوك ِيل‬
ِ ِ ‫ر‬‫غ‬ ‫م‬ ‫ل‬‫ٱ‬‫و‬ ‫ق‬
ِ ِ ‫رب ٱلم‬
‫ۡش‬

“(Dia-lah) Tuhan masyriq dan maghrib, tiada Tuhan (yang berhak


disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung.” QS. Al-
Muzzammil [73]: 9

d. Tafsir dengan Atsar


Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata, “Jibril berkata kepada
Nabi Muhammad ‫ﷺ‬., ‘Katakanlah, wahai Muhammad, “Hanya kepada-Mu
kami menyembah, dan hanya kepada-Mu kami mengesakan, takut, dan
berharap, wahai Tuhan kami, bukan kepada selain-Mu.”

Diriwayatkan dari Abdullah bin ’Abbas mengenai ayat “Dan hanya


kepadaMu kami meminta pertolongan), ia berkata, “Maksudnya adalah:
hanya kepada Engkau kami meminta pertolongan untuk bisa taat kepada-Mu
dan untuk melaksanakan segala urusan kami.”

e. Renungan
Intisari Al-Qur’an ada pada surat al-Fâtihah, intisari al-Fâtihah ada pada
“iyyâka na’budu wa iyyâka nasta’în”. Ayat tersebut adalah realisasi dari
“Lâ Ilâha Illallâh”.

َ ‫ٱلص َرَٰ َط ٱل ح هم حستَق‬


6. ‫ِيم‬
َ ‫ح‬
ِ ‫“ ٱهدِنا‬Tunjukilah kami7 jalan yang lurus.”
(QS. Al-Fatihah [1]: 6)

7
Ihdinâ (tunjukilah kami), dambil dari kata hidâyah yang berarti memberi petunjuk ke suatu jalan
yang benar. Yang dimaksud dengan ayat ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga
memberi taufiq.
Allah menerangkan kepada kita jalan yang lurus dan menetapkan kita di atasnya
agar kita tidak menyimpang dari kebenaran. Karena setelah Allah Ta‘ala
memberikan hidayah akal kepada hamba-hamba-Nya, kemudian hidayah Rasul,
maka tidaklah tersisa bagi seorang hamba selain doa memohon taufiq dan
kelembutan Ilahi.

a. Kosakata
َ َ
1) Ash-Shirat (‫لصرَٰط‬
ِ ‫)ٱ‬: Jalan
Kata ash-shirāth berarti jalan. Pada mulanya kata ini menggunakan huruf
sīn bukan shād, terbentuk dari kata al-istirāth yang berarti menelan. Jalan
disebut demikian karena seolah-olah ia menelan orang yang
melewatinya.

َ ‫ح ح‬
َ ‫ )ٱل همستق‬: yang lurus
2) Al-Mustaqim (‫ِيم‬
Kata al-mustaqīm adalah isīm fā‘il dari kata istaqāma – yastaqīmu –
istiqāmatan. Kata dasarnya adalah qāma – yaqūmu yang berarti berdiri.
Darinya terbentuk kata aqāma yang berarti menetap dan mendirikan.
Kata qāma berkembang maknanya menjadi memelihara dan menjaga
(Lihat: Al-Mā’idah [5]: 8), serta bertekad untuk melakukan sesuatu
(Lihat: Al-Mā’idah [5]: 6). Darinya terbentuk kata al-qiyām dan al-
qawān yang berarti sesuatu menjadi penopang tegaknya sesuatu yang
lain (Lihat: An-Nisā’ [4]: 5, dan Al-Mā’idah [5]: 97). Darinya terbentuk
kata dīnan qayyiman yang berarti agama yang tetap dan meluruskan
perkara-perkara dunia dan akhirat manusia. Darinya terambil kata al-
qiyāmah yang berarti berdirinya atau terjadinya sā’ah yang disebut dalam
surat Ar-Rūm ayat 12. Dan darinya terbentuk kata mustaqīm yang berarti
lurus. Bentuk mashdar (kata jadian) dan kata kerjanya, yaitu istaqāma -
yastaqīmu -istiqāmah berarti menepati jalan yang lurus.
b. Tafsir Jalalain
َ ‫ح‬
‫ٱه ِدنا‬ Tunjukilah kami

‫لص َر َٰ َط‬
ِ ‫ٱ‬
jalan yang lurus. Pengertian jalan yang lurus

َ‫ٱل ح هم حس َتقِيم‬
dijelaskan dengan badal (keterangan
pengganti) dalam kalimat sesudahnya

c. Tafsir dengan Ayat


‫ِين َأ حن َع َم ٱ هَّلله‬
َ ‫ك َم َع ٱ هَّل‬َ َٰٓ َ ْ ‫ه َ َ ه ه َ َ ه‬ ‫ه‬ ََ
ِ ‫ومن ي ِطعِ ٱَّلل وٱلرسول فأولئ‬
َٰ ‫َوٱ ه‬
َ ِ ِ ‫لصل‬ ٓ ُّ ََ
‫حي ن‬ ِ‫َوٱلش َه َداء‬ َ ‫لصدِي ِق‬
‫ي‬ ِ ‫عل حي ِهم م َِن ٱّلهبِيِـ َۧن َوٱ‬
ّٗ َ َ َٰٓ َ ْ ‫َ َ ه َ ه‬
٦٩ ‫وحسن أولـئِك رفِيقا‬
“Dan barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul, mereka itu akan bersama-
sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-
nabi, para shiddîqîn, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shalih.
Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” QS. An-Nisa’ [4]: 69

d. Tafsir dengan Atsar


Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Abbas, ia berkata, “Jibril berkata
kepada Nabi Muhammad, “Katakanlah wahai Muhammad: Tunjukilah kami
ke jalan yang lurus”. Ibnu ‘Abbas berkata, “Maksudnya adalah: ilhamkanlah
kepada kami jalan hidayah.”

Diriwayatkan dari Ibnu ’Abbas, dia berkata, “Jibril berkata kepada


Nabi Muhammad, ’Katakanlah, wahai Muhammad, “Tunjukilah kami ke
jalan yang lurus.” Ibnu ‘Abbas berkata, “Maksudnya adalah: ilhamkanlah
kepada kami jalan menunjukkan, yaitu agama Allah yang tidak bengkok.”
e. Renungan
Manusia dalam kehidupannya tidak mungkin bisa menemukan suatu hal
yang secara meyakinkan mampu mengantar kepada kebahagiaan dunia dan
akhirat, kecuali dengan petunjuk dan arahan dari Allah. Allah-lah yang
menurunkan petunjuknya, lalu Dia pula yang mengarahkan hati untuk
menerima petunjuk tersebut.

َ
ََ َ ‫َ َ ه َ حَح‬
7. ‫ت عل حي ِه حم‬ ‫(“ صِ رَٰط ٱَّلِين أنعم‬Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau
anugerahkan nikmat kepada mereka.” (QS. Al-Fatihah [1]: 7)
Yaitu orang-orang yang dapat mengambil faidah dari nikmat akal dan petunjuk
Rasul.

َ ‫“ َغ ح ح َ ح ه‬Bukan (jalan) mereka yang dimurkai.”


‫وب َعل حي ِه حم‬
ِ ‫ۡي ٱلمغض‬ ِ

Yaitu orang-orang yang meskipun mengenal risalah dan menyakininya tetapi


mereka mengingkarinya lantaran sombong, sebagaimana firman Allah Ta‘ala:
“Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka)
padahal hati mereka meyakini (kebenaran) nya. Maka perhatikanlah betapa
kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan.” (QS. An-Naml [27]: 14) Dan
firman Allah: “Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka
mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir.” (QS.
An-Nahl: [16]: 83).

‫ََ ه‬
َ ‫ٱلضٓال‬
‫ِي‬ ‫“ وَل‬Bukan (pula jalan) mereka yang sesat,”

Yaitu orang-orang yang belum sampai kepada mereka risalah samawi. Bisa jadi
risalah samawi sudah sampai, namun iasampai kepada mereka dalam bentuk
yang telah terdistorsi sehingga mereka tidak dapat memahami hakikatnya. Atau
risalah samawi sudah sampai kepada mereka, tetapi mereka berpegang teguh
pada tradisi dan tunduk kepada pemikiran-pemikiran warisan, dalam sikap
melupakan peran akal secara nyata.
a. Tafsir Jalalain

َ‫ص َر َٰ َط ٱ هَّلِين‬ِ
jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat

َ ‫َأ حن َع حم‬
pada mereka dengan hidayah. Kalimat ini

‫ت َعلَ حيهمح‬ juga dijelaskan dengan badal dalam kalimat


ِ selanjutnya.

‫ه‬ ‫َح حَ ح‬
‫وب‬
ِ ‫ۡي ٱلمغض‬ ِ ‫غ‬ bukan jalan orang-orang yang menyandang

‫َعلَ حيهمح‬ sifat dimurkai, yaitu orang-orang Yahudi,


ِ
dan bukan pula (jalan) orang-orang yang

‫ََ ه‬
َ‫لضٓال ِي‬ ‫وَل ٱ‬
sesat, yaitu orang-orang Nasrani. Fungsi badal
di sini untuk menunjukkan bahwa orang-orang
yang mendapat petunjuk itu bukan Yahudi dan
bukan pula Nasrani. Allah Mahatahu.

b. Tafsir dengan Ayat


‫ح‬ َ ‫ ِِف ٱ ح‬ٞ‫ب مِن هربه حم َوذِلهة‬
‫ۡل َي َٰوة ِ ٱ ُّلن َيا ن‬ ٞ ‫ج َل َسيَ َنال ه هه حم َغ َض‬ ‫ِين ٱ هَّتَ هذوا ْ ٱلحع ح‬
ِ َ ‫إ هن ٱ هَّل‬
ِ
ِِ
١٥٢ ‫ين‬َ ‫َو َك َذَٰل َِك ََنحزي ٱل ح هم حف ََت‬
ِ ِ
“Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan anak lembu (sebagai
sembahannya), kelak akan menimpa mereka kemurkaan dari Tuhan mereka
dan kehinaan dalam kehidupan di dunia. Demikianlah Kami memberi
balasan kepada orang-orang yang membuat-buat kebohongan.” QS. Al-
A’raf [7]: 152

c. Renungan
Petunjuk tersebut merupakan petunjuk yang telah diimplementasikan secara
nyata dan sempurna dalam realitas kehidupan mereka yang dinikmati Allah,
yaitu para Nabi, para shiddiq, orang-orang syahid, dan orang-orang shalih.
Ini sekaligus membentuk visi yang tinggi bagi setiap pribadi yang beriman.
G. INTI PESAN

Ayat Inti Pesan Pesan-pesan utama

2-4 Segala puji bagi Allah, 1. Segala puji bagi Allah


Tuhan semesta alam.
2. Tuhan semesta alam

3. Yang Maha Pemurah lagi Maha


Penyayang.

4. Yang menguasai Hari Pembalasan.

5 Hanya Engkaulah yang 1. Hanya Engkaulah yang kami sembah,


kami sembah, dan hanya
2. dan hanya kepada Engkaulah kami
kepada Engkaulah kami
meminta pertolongan.
meminta pertolongan.

6-7 Tunjukilah kami jalan 1. Tunjukilah kami


yang lurus
2. jalan yang lurus,

3. (yaitu) Jalan orang-orang yang telah


Engkau beri nikmat kepada mereka;

4. bukan (jalan) mereka yang dimurkai

5. dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

H. TADABBUR AL-FATIHAH

Setelah mengatakan bahwa diri-Nya adalah Tuhan sekalian alam


(Rabbul’alamien) Allah menegaskan bahwa Dia Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Hal itu karena sifat-Nya sebagai Tuhan sekalian alam merupakan
bentuk tarhib (menakutkan/menggetarkan hati), maka Allah menyertakannya
dengan sifat Maha Pengasih lagi Maha Penyayang karena mengandung targhib
(membuat suka/cinta) sehingga sifat-sifat Allah itu mencakup semua yang membuat
kita takut kepada-Nya serta yang membuat kita cinta dan berharap kepada-Nya.
Dan hal itu lebih membantu manusia untuk dapat taat kepada-Nya dan
mencegahnya dari berbuat maksiat kepada-Nya. (al-Qurthubi, al-Jami’ li ahkam
al-Qur`an)

Sehingga sifat-sifat Allah itu mencakup semua yang membuat kita takut
kepada-Nya serta yang membuat kita cinta dan berharap kepada-Nya. Dan hal itu
lebih membantu manusia untuk dapat taat kepada-Nya dan mencegahnya dari
berbuat maksiat kepada-Nya. [al-Qurthubi, al-Jami’ li ahkam al-Qur`an]

Alangkah baiknya pendidikan yang diberikan Allah kepada kita, di mana


Dia menegaskan dalam surat al-Fatihah bahwa segala puja dan puji hanyalah milik-
‫ٱلرِنَٰمۡح ه‬
Nya. Dia melandaskan itu dengan mengatakan bahwa Dia adalah ‫ٱلرحِي ِم‬ ‫ ه‬,

َ ‫ َرب ٱلح َعَٰلَ ِم‬, ‫ِك يَ حو ِم ٱلِين‬


‫ي‬ َ
ِ ‫ مَٰل‬Dengan semua itu maka hati menjadi tenang, jiwa menjadi
ِ ِ

tunduk dan tambah patuh dalam melaksanakan apa yan diperintahkan kepadanya.
(DR. Muhammad al-Khudairi)
Muzahim bin Zafar berkata: “Sufyan Tsauri menunaikan sholat magrib
‫اك ن َ حستَع ه‬
bersama kami, ketika sampai membaca ‫ِي‬ َ ‫اك َن حعبه هد ِإَويه‬
َ ‫ إيه‬beliau menangis sampai
ِ

َ‫ح‬
َ ‫ٱۡل حم هد ِ هَّللِ َرب ٱلح َعَٰلَ ِم‬
bacaannya terputus. Kemudian beliau mengulangi lagi dari ‫ي‬ ِ

(Hilyatul auliya` 7:17)

Ibnu Taimiyyah berkata: “Tidak ada do’a yang paling baik selain meminta
pertolongan dalam upaya mencapai ridho Allah dan itu tersebut dalam ayat
‫اك ن َ حستَع ه‬
‫ِي‬ َ ‫اك َن حعبه هد ِإَويه‬
َ ‫( إيه‬Madarij al-salikin 1: 73).
ِ

Didahulukannya penyebutan ibadah daripada memohon pertolongan dalam


‫اك ن َ حستَع ه‬
ayat ‫ِي‬ َ ‫اك َن حعبه هد ِإَويه‬
َ ‫ إيه‬oleh karena ibadah merupakan hak Allah swt. Sedangkan
ِ

isti’anah merupakan harapan seorang hamba. Dan suatu yang logis ketika seorang
hamba mendahulukan hak Allah daripada kepentingannya. Dan hak yang dimaksud
dalam ibadah kepada Allah adalah ketundukan kepada Allah SWT. (Ibn al-Qayyim,
Madrij al-salikin 1:76)

َ ‫ٱلص َر َٰ َط ٱل ح هم حستَق‬
Do’a yang paling baik diucapkan seorang hamba adalah ‫ِيم‬
َ ‫ح‬
ِ ‫ٱهدِنا‬

oleh karena jika seseorang dikaruniai hidayah oleh Allah sehingga ia mampu
menjalakan ketaatan kepada-Nya dan menjauhkan kemaksiatan kepada-Nya maka
ia tidak akan pernah sengsara di dunia dan akhirat. (Al-Thahawi)

Penyimpangan dari jalan Allah swt disebabkan oleh dua hal, yaitu
kebodohan dan keras kepala. Mereka yang membangkang akan mendapatkan
kebencian dari Allah terutama umat yahudi. Sedangkan mereka yang menyimpang
karena kebodohan adalah setiap orang tidak mengetahui akan kebenaran yang
dipelopori oleh kaum Nasrani, dan kondisi hanya dapat terlihat sebelum masa
kenabian. Adapun setelah masa kenabian maka kaum nasrani dan yahudi semuanya
menjadi umat yang dimurkai karena penginkaran mereka terhadap risalah
Muhammad saw. (Ibn ‘Utsaimin, tafsir juz ‘amma, hlm: 23)

َ ‫ٱلص َر َٰ َط ٱل ح هم حستَق‬
Sesungguhnya ayat ‫ِيم‬
َ ‫ح‬
ِ ‫ ٱه ِدنا‬dalam surat al-Fatihah menyimpan

pesan-pesan sosial yang begitu indah, yaitu: Permohonan kolektif untuk


mendapatkan hidayah yang akan menghilangkan egoisme personal dan kegemaran
menyalahkan orang lain. (DR. Salman al-‘Audah, web Islamtoday.net, artikel: titik
kesimbangan)

َ ‫ٱلص َر َٰ َط ٱل ح هم حستَق‬
Ketika seorang muslim membaca ‫ِيم‬
َ ‫ح‬
ِ ‫ ٱهدِنا‬Allah menjawab

dengan ayat .....dzalika al kitab.. inilah yang engkau harapkan didalamnya seluruh
kebutuhanmu terpenuhi, dialah petunjuk keselamatan bagi mereka yang bertakwa
yang senantiasa mengucapkan ‫ِيم‬َ ‫ٱلص َر َٰ َط ٱل ح هم حستَق‬ َ ‫ح‬
ِ ‫ ٱهدِنا‬dan berlindung agar tidak

tergolong orang yang dimurkai atau sesat. (Ibnu al-Zubair al-Gharnathy/al-Burhan


fi tanasubil suwar alqur’an (hal : 84)
I. PESAN-PESAN SURAH AL-FATIHAH

▪ IMAN
Semakin mempertebal keyakinan bahwa segala bentuk kebaikan di alam
semesta ini bersumber dari Rabb (Allah Subhanahu wa Ta’ala). Dialah yang
menciptakan, menjaga, dan mengembangkannya. Sehingga hanya Dialah yang
pantas untuk dipuji.

▪ AMAL
Mendawamkan (membiasakan) diri untuk memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala
terutama ketika berdo’a kepada-Nya dan mengakhiri setiap akhtivitas yang
baik dengan hamdalah.

▪ DAKWAH
Sadarkan keluarga dan masyarakat sekitar agar senantiasa mengawali setiap
do’a dengan pujian dan mengakhiri setiap aktivitas dengan pujian (hamdalah)
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

J. RENUNGAN

1. Pujian dan sanjungan yang paling sempurna hanya bagi Allah Subhanahu wa
Ta’ala semata, karena Dia adalah Tuhan seluruh makhluk yang telah
menciptakan mereka, mengatur urusan-urusan mereka, dan mengayomi
mereka dengan nikmat-nikmatNya.
2. Yaumuddin (hari pembahalasan), hari waktu manusia menerima pembalasan
amalnya, baik atau buruk.
3. Kesempurnaan iman hanya terwujud dengan mengikhlaskan ibadah kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan memohon pertolongan kepada-Nya semata,
bukan kepada yang lain.
4. Jalan yang lurus, yaitu jalan hidup yang benar yang dapat membuat bahagia di
dunia dan akhirat.
5. Mereka yang dimurkai adalah mereka yang sengaja menentang ajaran Islam.
Mereka yang sesat adalah mereka yang sengaja mengambil jalan lain selain
ajaran Islam.
‫‪LEMBAR KERJA MURID TADABBUR‬‬

‫‪1. Tebalkan ayat di bawah ini‬‬

‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬


‫حي ِم ‪١‬‬ ‫ِمۡسِب ٱَّللِ ٱلرِنَٰمۡح ٱلر ِ‬
‫َ‬ ‫ح َ ح ه ه َ ح َ َٰ َ‬
‫ب ٱلعل ِمي ‪٢‬‬ ‫ٱۡلمد َِّللِ ر ِ‬
‫ِ‬ ‫ك يَ ح‬ ‫َٰ‬ ‫َ‬ ‫ٱلرِنَٰمۡح ه‬
‫ه‬
‫ِين ‪٤‬‬ ‫ِ‬ ‫ٱل‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ل‬ ‫م‬ ‫‪٣‬‬ ‫م‬
‫ِ‬ ‫ي‬ ‫ح‬
‫ِ‬ ‫ٱلر‬
‫ح َ‬ ‫ه‬ ‫َ‬ ‫ح‬ ‫ه َ َحهه ه َ َ‬
‫إِياك نعبد ِإَوياك نست ِعي ‪ ٥‬ٱه ِدنا‬
‫َ‬
‫ح‬
‫ِين أن َع حمتَ‬ ‫ص َر َٰ َط هٱَّل َ‬ ‫َ‬
‫ٱلصرَٰط ٱلمستقِيم ‪ِ ٦‬‬
‫َ‬ ‫ح‬ ‫ه‬ ‫َ َ ح‬
‫ِ‬
‫ضوب َعلَ حيهمح‬ ‫َ َح ح َح حَ ح ه‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ۡي ٱلمغ‬ ‫علي ِهم غ ِ‬
‫َ‬ ‫ََ ه‬
‫وَل ٱلضٓال ِي ‪٧‬‬
‫!‪2. Sebutkan nilai-nilai iman dari Qs. Al-Fatihah 2-7‬‬

‫‪.....................................................................................................................................‬‬
‫‪.....................................................................................................................................‬‬
‫‪.....................................................................................................................................‬‬
‫‪.....................................................................................................................................‬‬
‫‪.....................................................................................................................................‬‬
‫‪.....................................................................................................................................‬‬
3. Sebutkan amal-amal shalih yang akan dilakukan setelah mentadabburi QS. Al-
Fatihah 2-7!

.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................

4. Sebutkan kerja dakwah yang akan dilakukan setelah mentadabburi QS. Al-
Fatihah 2-7!

.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................

Anda mungkin juga menyukai