َّــرفَا
َ ين ا ْلش ْ َوآ ِلـــ ِه ا ْل ُم¤ ص َطفَى
َ ســت َ ْك ِم ِل ْ ي ا ْل ُمِِّ علَى النَّ ِب
َ ً ص ِلِّيَا
َ ُم
Dengan bersholawat atas Nabi terpilih dan atas keluarganya yang mencapai derajat
kemulyaan.
ط ا ْلبَ ْذ َل بِ َو ْع ٍد ُم ْن َج ِز
ُ سـ َ ب األ َ ْق
ُ َوت َ ْب¤ صى بِلَ ْف ٍظ ُم ْو َج ِز ُ تُقَ ِ ِّر
Mendekatkan pengertian yang jauh dengan lafadz yang ringkas serta dapat menjabar perihal
detail dengan janji yang cepat.
َ ب ثَنَا ِئ
َي ا ْل َج ِم ْيل ْ ُم¤ ًق َحا ِئ ٌز ت َ ْف ِض ْيل
ٌ سـت َ ْو ِج َ َو ْه َو ِب
ٍ س ْب
Beliau lebih memperoleh keutamaan karena lebih awal. Beliau behak atas sanjunganku yang
indah.
اآلخ َر ْه
ِ ت ٍ َوهللاُ يَ ْق ِضي ِب ِهبَـا
ِ ِلي َولَهُ ِفي د ََر َجا¤ ت َوا ِف َر ْه
Semoga Allah menetapkan karunianya yang luas untukku dan untuk beliau pada derajat-
derajat tinggi akhirat.
Muqoddimah Alfiyah | Judul Kitab: Syarh Ibni 'Aqil Li Alfiyyah Ibni Malik | Pengarang: Ibnu 'Aqil
'Abdullah Bin 'Abdurrahman 769 H. | Tulisan Naskh Oleh: Al-Qousiy 1281 H. | Koleksi Manuskrip:
Universitas King Saud. Link: http://makhtota.ksu.edu.sa/makhtota/1491/6
Kitab Nahwu Sharaf Alfiyah Ibnu Malik, adalah sebuah Kitab Mandzumah atau Kitab Bait
Nadzam yang berjumlah seribu Bait, berirama Bahar Rojaz, membahas tentang kaidah-
kaidah Ilmu Nahwu dan Ilmu Sharaf
Pengarang Kitab Alfiyah ini, adalah seorang pakar Bahasa Arab, Imam yang Alim yang sangat luas
ilmunya. Beliau mempunyai nama lengkap Abdullah Jamaluddin Muhammad Ibnu Abdillah Ibnu Malik
at-Tha’iy al-Jayyaniy. Beliau dilahirkan di kota Jayyan Andalus (Sekarang: Spanyol) pada Tahun 600 H.
Kemudian berpindah ke Damaskus dan meninggal di sana pada Tahun 672 H.
Karya emas beliau yang lain, yg cukup terkenal bernama Kitab Al-Kafiyah As-Syafiyah, terdiri dari tiga
ribu Bait Nadzam yang juga bersyair Bahar Rojaz. Juga Kitab lainnya, karangan beliau yang terkenal
bernama: Nadzam Lamiyah al-Af’al yang membahas Ilmu Sharaf, Tuhfatul Maudud yang membahas
masalah Maqshur dan Mamdud. Semuanya membahas tentang Tata Bahasa Arab baik Nahwu atau
Sharaf.
Adapun Kitab Alfiyah ini adalah Kitab yang Ringkas berbentuk Nadzam, namun mencakup semua
pembahasan masalah Ilmu Nahwu dengan detil. Sebagaimana beliau katakan pada Bait Muqaddimah
pada Kitab Alfiyah ini:
“Juga aku memohon kepada Allah untuk kitab Alfiyah, yang dengannya dapat mencakup
seluruh materi Ilmu Nahwu”.
Metode Kitab Alfiyah ini sebenarnya cukup memberikan kemudahan bagi pelajar untuk menguasainya.
Tidak hanya untuk para senior. Karena Alfiyah ini cukup mengandung pengertian yang sangat luas, tapi
dengan lafad yang ringkas. Sebagaimana beliau memberi penilaian terhadap Kitab Alfiyah ini, dalam
Muqaddimahnya yang berbunyi:
“Mendekatkan pengertian yang jauh dengan lafadz yang ringkas serta dapat menjabar
perihal detail dengan janji yang cepat”
Kitab Alfiyah ini, disebut juga Kitab Khalashah yang berarti Ringkasan. Diringkas dari Kitab karangan
beliau yang benama Al-Kafiyah As-Syafiyah, merupakan Kitab yang membahas panjang lebar tentang
Ilmu Nahwu. Sebagaimana beliau berkata pada Bait terahir dari Kitab ini, yaitu pada Bait ke 1000:
“Telah terbilang cukup kitab Khalashah ini sebagai ringkasan dari Al-Kafiyah, sebagai kitab
yang kaya tanpa kekurangan”.
Beliau juga memberi motivasi, bahwa Kitab ini dapat memenuhi apa yang dicari oleh para pelajar untuk
memahami Ilmu Nahwu. Beliau berkata pada Bait ke 999
“Aku rasa sudah cukup dalam merangkai kitab Nadzom ini, sebagai Kitab yang luas
pengertiannya dan mencakup semuanya”.
Begitulah memang, Kitab Alfiyah Ibnu Malik ini cukup sukses, mendapat kedudukan tinggi dan penilaian
terhormat di hati para pencari ilmu gramatika Bahasa Arab. Dimanapun para pencinta Ilmu Nahwu pasti
mengenalnya. Tersebar luas dan diajarkan di berbagai Lembaga-Lembaga Pendidikan. Tidaklah sedikit
Kitab-Kitab Syarah yang menyarahi dari Nadzam Alfiyah Ibnu Malik ini, dan tidak sedikit pula Kitab
Hawasyi yang menyarahi dari Syarahnya Kitab ini. Semoga beliau mendapat kedudukan yang tinggi
disisi-Nya. Amin.
Ref. | Alfiyah Ibnu Malik | Syarah Ibnu ‘Aqil | I’rob Alfiyah Ibnu Malik |
Bait 8-
9. Pengertian Kalam, Kalim, Qaul dan Kalimat
20 Juli 2010Ibnu Toha40 komentar
ُف ِم ْنه
ُ َّا ْل َكلَ ُم َو َما يَتَأل
Bab Kalam dan Sesuatu yang Kalam tersusun darinya
Site Url: Syarah Ibni ‘Aqil Li Alfiyyah Ibni Malik Page 6-7
Bait
10. Tanda Kalimat Isim: Jar, Tanwin, Nida’, Al, M
usnad
28 Juli 2010Ibnu Toha17 komentar
َ س ِم ت َ ْميِ ْي ٌز َح
ص ْل ْ َو ُم¤ بِال َج ِ ِّر َوالت ِّ ْن ِو ْي ِن َوالنِِّدَا َوا َ ْل
ْ سنَ ٍد ِلإل
Dengan sebab Jar, Tanwin, Nida’, Al, dan Musnad, tanda pembeda untuk Kalimat Isim menjadi
berhasil.
Nadzom Alfiyah
Pada Bait ini, Mushannif menyebutkan tentang Tanda-tanda Kalimat Isim (Kata Benda). Sebagai ciri-
cirinya untuk membedakan dengan Kalimat yang lain (Kalimat Fi’il/Kata Kerja dan Kalimat Huruf/Kata
Tugas). Diantaranya adalah: Jar, Tanwin, Nida’, Al (Alif dan Lam) dan Musnad.
Jarr جر
Tanda Kalimat Isim yang pertama adalah Jar, mencakup: Jar sebab Harf, Jar sebab Idhafah dan Jar
sebab Tabi’. Contoh:
ِ ََم َر ْرتُ بغُلَ ِم َز ْي ٍد الف
اض ِل
Aku berjumpa dengan Anak Lelakinya Zaid yang baik itu.
Lafadz غالمdikatakan Jar sebab Harf (dijarkan oleh Kalimah Huruf), Lafadz زيدdikatakan Jar sebab
Idhafah (menjadi Mudhaf Ilaih), dan Lafadz الفاضلdikatakan Jar sebab Tabi’ (menjadi Na’at/Sifat). Hal
ini menunjukkan bahwa perkataan Mushannif lebih mencakup dari Qaul lain yang mengatakan bahwa
tanda Kalimat Isim sebab Huruf Jarr, karena ini tidak mengarah kepada pengertian Jar sebab Idhafah
dan Jar sebab Tabi’.
Tanwin تنوين
Tanda Kalimat Isim yang kedua adalah Tanwin. Tanwin adalah masdar dari Lafadz Nawwana yang
artinya memberi Nun secara bunyinya bukan tulisannya. Sebagai tanda baca yang biasanya ditulis dobel
( ٌا-ٌا-ٌ) ا. Di dalam Ilmu Nahwu, Tanwin terbagi empat macam:
Tanwin Tamkin: yaitu Tanwin standar yang pantas disematkan kepada Kalimat-kalimat Isim yang
Mu’rab selain Jamak Mu’annats Salim dan Isim yang seperti lafadz جوارdan ( غواشada pembagian khusus).
Contoh: زيدdan رجلdi dalam contoh:
َجا َء َز ْي ٌد ُه َو َر ُج ٌل
Zaid telah datang dia seorang laki-laki
Tanwin Tankir: yaitu Tanwin penakirah yang pantas disematkan kepada Kalimat-kalimat Isim Mabni
sebagai pembeda antara Ma’rifahnya dan Nakirahnya. Seperti Sibawaeh sang Imam Nahwu (yang
Makrifah) dengan Sibawaeh yang lain (yang Nakirah). Contoh:
سبَ َو ْي ٍه آ َخ َر
ِ سبَ َو ْي ِه َو ِب
ِ َم َر ْرتُ ِب
Aku telah berjumpa dengan Sibawaeh (yang Imam Nahwu) dan Sibawaeh yang lain.
Tanwin Muqabalah: yaitu Tanwin hadapan yang pantas disematkan kepada Isim Jamak Mu’annats
Salim (Jamak Salim untuk perempuan). Karena statusnya sebagai hadapan Nun dari Jamak Mudzakkar
Salimnya (Jamak Salim untuk laki-laki). Contoh:
ْ ْأفلَ َح ُم
ْ س ِل ُم ْو َن َو ُم
ٌس ِل َمات
Muslimin dan Muslimat telah beruntung.
Tanwin ‘Iwadh: atau Tanwin Pengganti, ada tiga macam:
◊ Tanwin Pengganti Jumlah: yaitu Tanwin yang pantas disematkan kepada Lafadz إذsebagai
pengganti dari Jumlah sesudahnya. Contoh Firman Allah:
Adapun Tanwin Tarannum/Taronnum dan Tanwin Ghali, yaitu Tanwin yang pantas disematkan kepada
Qofiyah atau kesamaan bunyi huruf akhir dalam bait-bait syair Bahasa Arab. Tidak dikhususkan untuk
Kalimat Isim saja, tapi bisa digunakan untuk Kalimat Fi’il dan juga untuk Kalimat Harf.
Nida’ نداء
Tanda Kalimat Isim yang ketiga adalah Nida’. Yaitu memanggil dengan menggunakan salah satu kata
panggil atau Huruf Nida’ berupa ياdan saudara-saudaranya. Huruf Nida dikhususkan kepada Kalimat
Isim karena Kalimat yang jatuh sesudah Huruf Nida’ (Munada) statusnya sebagai Maf’ul Bih. Sedangkan
Maf’ul Bih hanya terjadi kepada Kalimat Isim saja. Contoh:
هللا
ِ س ْو َل
ُ يَا َر
Wahai Utusan Allah.
AL أل
Tanda Kalimat Isim yang keempat berupa AL ألatau Alif dan Lam. Yaitu AL yang fungsinya untuk
mema’rifatkan dan AL Zaidah. Contoh:
َالر ُج ُل ِم َن ال َمكَّة
َ َر َج َع
Orang laki-laki itu telah pulang dari kota Mekkah.
AL pada Lafadz ل َ dinamakan AL Ma’rifat, sedang AL pada Lafadz َ ال َم َّك ٌةdinamakan AL Zaidah.
ٌُ الر ُج
Sedangkan AL yang selain disebut di atas, tidak khusus masuk kepada Kalimat Isim. seperti AL Isim
Maushul yang bisa masuk kepada Kalimat Fi’il Mudhori’, dan AL Huruf Istifham yang bisa masuk kepada
Fi’il Madhi.
Musnad مسند
Tanda Kalimat Isim yang kelima adalah Musnad. Artinya yang disandar atau menurut Istilah
yang dihukumi dengan suatu hukum. Contoh:
َونُ ْو ِن أ َ ْق ِبلَ َّن فِ ْعـــ ٌل يَ ْن َج ِلي¤ ِبتَا فَعَ ْلتَ َوأَتَتْ َويَا ْافعَ ِلي
Dengan tanda Ta’ pada lafadz Fa’alta dan lafadz Atat, dan Ya’ pada lafadz If’ali, dan Nun pada
Lafadz Aqbilanna, Kalimah Fi’il menjadi jelas.
Ta’ Fail
Ta’ dalam contoh َ َفعَ ْلتdimaksudkan adalah Ta’ Fail mancakup:
Ta’ Fail untuk Mutakallim, Ta’ berharkat Dhommah contoh:
ً ض َربْتُ َز ْيدا
َ
Aku memukul Zaid.
Ta’ Fail untuk Mukhatab, Ta’ berharkat Fathah contoh:
ً ض َربْتَ َز ْيدا
َ
Engkau (seorang laki-laki) memukul Zaid.
Ta’ Fail untuk Mukhatabah, Ta’ berharkat Kasroh contoh:
ً ت َز ْيدا َ
ِ ض َر ْب
Engkau (seorang perempuan ) memukul Zaid.
Ta’ Ta’nits Sukun
Ta’ dalam contoh lafadz ْ اَتَتMaksudnya adalah Ta’ Ta’nits yang Sukun. Contoh:
ً ض َربَتْ َز ْيدا
َ
Dia (seorang perempuan) memukul Zaid.
Menyebut Ta’ Ta’nits Sukun untuk membedakan dengan Ta’ Ta’nits yang tidak sukun yang bisa
masuk kepada Kalimat Isim dan Kalimat Hururf
ٌس ِل َمة
ْ ي ُم
َ ِه
Dia seorang Muslimah.
Bisa masuk kepada kalimat Huruf contoh:
ٍ َين َمن
اص َ َوالَتَ ِح
Ketika itu tidak ada tempat pelarian.
Ya’ Fa’il
Ya’ dalam contoh lafadz ْافعَل ْيdimaksudkan adalah Ya’ Fail mancakup:
Ya’ Fa’il pada Fi’il Amar. Contoh:
ْ ا
ض ِر ِب ْي
Pukullah wahai seorang perempuan!
Ya’ Fa’il pada Fi’il Mudhori’, contoh:
ً ض ِر ِب ْي َن َز ْيدا
ْ َت
Engkau (seorang perempuan) akan memukul Zaid.
Menyebut Ya’ If’aliy atau Ya’ Fail, dan tidak menyebut Ya’ Dhomir dikarenakan termasuk Ya’ Dhomir
Mutakallim yang tidak Khusus masuk kepada Fi’il tapi bisa masuk kepada semua Kalimat contoh:
َ سأَلَ ِن ْي اِ ْب ِن ْي
ع ِنِّ ْي َ
Anakku menanyaiku tentang aku.
Nun Taukid
Nun dalam contoh lafadz ْأقبلَنdimaksudkan adalah Nun Taukid mancakup:
Nun Taukid Khofifah tanpa Tansydid contoh:
ِ َّسفَعَ ْن ِبالن
اصيَ ِة ْ َلَن
Sungguh akan Kami tarik ubun-ubunnya.
Nun Taukid Tsaqilah memakai Tansydid contoh:
ص ْه َو َحيَّ َه ْل
َ حْو ْ ِف ْي ِه ُه َو ا¤ َواأل َ ْم ُر ِإ ْن لَ ْم يَكُ ِللنِّ ْو ِن َم َح ْل
ُ َس ٌم ن
Kata perintah jika tidak dapat menerima tempat untuk Nun Taukid, maka kata perintah
tersebut dikategorikan Isim, seperti Shah! dan Hayyahal!
Kalimat Huruf Mukhtash (Khusus), khusus masuk pada Kalimat Isim contoh في, dan khusus masuk
pada Kalimat Fiil contoh لم:
ِ ِّ قَالَتْ َر
ِ ب إِنِِّي َظلَ ْمتُ نَ ْف
سي
Balqis berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku”
Dikatakan Fi’il Amar apabila bentuknya menunjukkan perintah dan pantas
menerima Nun Taukid contoh:
ْ أ َ ْك ِر َم َّن ا ْل ِم
س ِكين
Sungguh hormatilah oranga miskin !
Apabila ada kalimah yang menunjukkan kata perintah tapi tidak pantas menerima Nun Taukid, maka
kalimah tersebut digolongkan “Isim Fi’il” seperti lafadz حيهلmenyuruh terima dan lafadz صهmenyuruh
diam, Contoh:
ب َوا ْل َم ْب ِني
ُ ا ْل ُم ْع َر
BAB MU’RAB DAN MABNI
Isim Mu’rob: yaitu Isim yang selamat dari keserupaan dengan Kalimat Huruf.
Isim Mabni: yaitu Isim yang dekatnya keserupaan dengan kalimat huruf.
Menurut pendapat Kyai Mushannif bahwa yang menjadi illat kemabnian Kalimat Isim dirumuskan
menjadi “Serupa Kalimat Huruf” yang akan dijelaskan bagian-bagiannya pada dua bait berikutnya.
Rumusan Mushannif ini sejalan dengan pendapat Mazhab Nahwu lain seperti Imam Abu Ali al-Farisi,
juga Imam Sibawaih, bahwa Illat kemabnian kalimat Isim semuanya dikembalikan kepada “Serupa
kalimat Huruf”.
جئتنا
Engkau datang kepada kami.
TA’nya adalah Isim Fa’il dan NAnya adalah Isim Maf’ul dari Kata Kerja جَا َء
Keserupaan pada Kalimat Huruf bangsa Ma’nawi/maknanya:
Dalam hal ini ada dua term:
(1). Keserupaan bangsa makna yang ada padanannya, misal متىserupa maknanya dengan Kalimat
Huruf Istifham (kata tanya). Atau serupa maknanya dengan Kalimat Huruf Syarat.
→ Contoh Isim Istifham:
َمتَى تَقُو ُم ؟
Kapan kamu mau berdiri?
فر ؟
ُ س
ِّ َمتى ال
Kapan bepergian?
ٌ َمتَى نَص ُْر هللا أَالَ إِ َّن نَص َْر هللا قَ ِر
يب
“Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat
dekat.
→ Contoh Isim Syarat:
َ ِآمن
ين َ أَتُتْ َرك
ِ ُون فِي َما َها ُهنَا
Adakah kamu akan dibiarkan tinggal disini (di negeri kamu ini) dengan aman
Keserupaan pada Kalimat Huruf bangsa Niyabah/pengganti Fi’il
Yaitu semua jenis “Isim Fi’il” atau Kalimah Isim yang beramal seperti amal Kalimah Fi’il beserta bebas
dari bekas ‘Amil, yang demikian adalah seperti Kalimat Huruf. Contoh:
َ عد
ُون َ َه ْي َهاتَ َه ْي َهاتَ ِل َما تُو
jauh, jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepada kamu itu
اك َز ْيدًا
ِ د ََر
Temukan Zaid!
Lafazh “ دراكDarooki” pada contoh ini adalah Isim Mabni (Mabni Kasroh) karena serupa dengan Kalimah
Huruf pada faktor Niyabah. disebutkan dalam Bait: “ تأثر بالyang tanpa dibekasi amil” atau mengamal
I’rob tanpa bisa diamali I’rob. Adalah untuk membedakan dengan Isim yang beramal seperti Kalimat
Fi’il tapi ada bekas Amil. Contoh:
ض ْربًا َز ْيدًا
َ
Pukullah Zaid!
Lafadz “ ضرباDhorban” adalah Isim masdar yang dinashobkan oleh ‘Amil yaitu Kalimat Fi’il yang dibuang,
menggantikan tugas Kalimat Fi’il “ اضربIdhrib!” pukullah!. Berbeda dengan lafadz “ دراكDarooki”
sekalipun dikatakan pengganti tugas Kalimat Fi’il “ أدركAdrik!” temukan! Tapi ia mandiri tanpa ada
pembekasan ‘Amil.
Walhasil dari apa yang tersirat dari Bait Syair Mushannif: bahwa Masdar dan Isim Fi’il bersekutu dalam
hal sama-sama menggantikan tugas Kalimat Fi’il. Perbedaannya adalah: Masdar ada bekas ‘Amil,
dihukumi Mu’rob karena tidak serupa dengan Kalimat Huruf. sedangkan “Isim Fi’il” tidak ada bekas
‘Amil, dihukumi Mabni karena serupa dengan Kalimah Huruf.
Mengenai kemabnian dan masalah khilafiyah yang ada pada Kalimat Isim Fiil ini, akan diterangkan nanti
pada Bait-Bait Syair Mushannif secara khusus yaitu pada Bab Isim Fi’il dan Isim Ashwat. Insya Allah.
َ ُي أ َ ْن ي
س َّكنَا ْ َ َواأل¤ ــحق ِل ْل ِبنَا
ِِّ ِص ُل فِي ا ْل َم ْبن ِ َ ست ٍ َو ُك ُّل َح ْـر
ْ ف ُم
Semua Kalimah Huruf menghaki terhadap Mabni. Asal didalam Kemabnian adalah dihukumi
Sukun.
َ س ِج ِد ْاأل َ ْق
صى ْ س ِج ِد ا ْل َح َر ِام ِإلَى ا ْل َم ْ َ ان الَّذِي أ
ْ س َرى ِبعَ ْب ِد ِه لَ ْيلً ِم َن ا ْل َم َ س ْب َح
ُ
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil
Haram ke Al Masjidil Aqsha.
Pengertian makna “batas permulaan” ( )الغاية ابتداءpada Kalimah Huruf “Min” ( )منdan pengertian makna
“batas akhiran” pada Kalimah Huruf “Ila” ( )إلىdalam contoh ayat diatas, terlaksana tanpa membutuhkan
terhadap I’rob.
Bentuk Mabni adalah tetapnya akhir kalimah pada satu bentuk keadaan. Bentuk Mabni ada empat
macam:
1. Mabni Sukun.
Mabni sukun adalah bentuk asal Mabni. Karena merupakan paling ringannya syakal. Oleh karena itu ia
bisa masuk pada Kalimah Isim, Kalimah Fi’il dan Kalimah Harf/huruf. contoh: م ْن – َك ْم – ا ُ ْكت ُْب
َ ُِين يَقُول
ون َ ُه ُم الَّذ
Mereka orang-orang yang mengatakan…
Diberi harakah fathah
اَّلل َو ِبا ْليَ ْو ِم ْاآل ِخ ِر
ِ َّ اس َم ْن يَقُو ُل آ َمنَّا ِب
ِ ََّو ِم َن الن
Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian
2. Mabni fathah
Harkat fathah merupakan paling dekatnya harkat terhadap Sukun, oleh karena itu ia juga masuk kepada
َ َو – قَا َم – َكي
kalimah Isim, Fi’il dan Huruf. contoh: ْف
حْـو لَ ْن أ َ َهـــــابَا
ُ َــم َوفِــ ْعــ ٍل ن
ٍ س َ َوا ْل َّر ْف َع َوا ْلنَّص
ْ ال¤ ْب اجْ عَلَ ْن إع َْرابَا
Jadikanlah Rofa’ dan Nashab sebagai I’rab (sama bisa) untuk Isim dan Fi’il, seperti lafadz
Lan Ahaba.
4 Tanda Asal I’rab: Dhammah, Fathah, Kasrah dan Sukun » Alfiyah Bait 25-
26
3 Oktober 2010Ibnu Toha18 komentar
س ْـر
ُ َع ْبــ َدهُ ي ِ َّ ــــــرا ً كَــ ِذ ْك ُر
َ َّللا َ س ْ َك¤ ض َم َوا ْن ِصبَ ْن فَتْ َحا ً َو ُج ْر
َ فَ ْارفَ ْع ِب
Rofa’kanlah olehmu dengan tanda Dhommah, Nashabkanlah! Dengan tanda Fathah,
Jarrkanlah! Dengan tanda Kasrah. Seperti lafadz Dzikrullahi ‘Abdahu Yasur.
Bait ini menerangkan bahwa asal-asal I’rab ditandai dengan Harkah dan Sukun. Maka asal tanda Rafa’
adalah Dhammah (ٌَ ), tanda asal Nashab adalah Fathah (ٌَ ), tanda asal Jar adalah Kasrah (ٌِ) dan tanda
asal Jazm adalah Sukun (ٌْ). Dengan demikian apabila ada kalimah yang tidak kebagian tanda i’rob asal
(Harkah atau Sukun), maka bagiannya adalah tanda i’rab Pengganti Asal (Bisa juga Harkah, Huruf atau
membuang Huruf).
Contoh Tanda I’rab asal, sebagaimana tertulis pada Bait di atas:
س ِّر
ُ َع ْب َدهُ ي ِ ِذ ْك ُر
َ هللا
Lafadz ٌ ِذ ْك ُرRofa’ dengan Dhommah, lafazh ٌهللا
ِ Jar dengan Kasroh dan lafazh َع ْب ٌَدNashob dengan Fathah.
ْ س َما أ َ ِص
ف ْ َ اء َما ِم َن األ
ٍ َاجْر ْر ِبي ْ ــوا ٍو َوا ْن ِصبَ َّن ِباأل َ ِل
ُ َو¤ ف َ َو ْارفَ ْع ِب
Rofa’kanlah dengan Wau, Nashabkanlah dengan Alif, dan Jarrkanlah dengan Ya’, untuk Isim-
Isim yang akan aku sifati sebagai berikut (Asmaus Sittah):…→
Bait Alfiyah ke 27 ini, menerangkan tentang I’rab Pengganti bagian pertama, sebagai
pengganti dari Irab asal. Yaitu kalimah yang dii’rab dengan Huruf (wau-alif-ya’) pengganti dari i’rab
harkah (dhammah-fathah-kasrah) demikianlah yang masyhur di kalangan Ahli Nahwu. Namun yang
benar menurut mereka adalah bahwa status kalimah tsb, tetap dii’rob dengan Harkah secara
taqdiran/dikira-kira artinya: Rofa’ dengan Dhommah yang dikira-kirakan atas Wau, Nashab dengan
Fathah yang dikira-kirakan atas Alif dan Jar dengan Kasrah yang dikira-kirakan atas Ya’. Merupakan
I’rab yang berlaku pada Asmaaus-Sittah/( الستة األسماءKalimah Isim/kata benda yang
enam) yaitu: أب،
ٌ خٌ أ، ح ٌم، ف ٌم، ٌهن، ذُو.
Maka kalimah-kalimah ini dirafa’kan dengan Wau sebagai pengganti dari Dhammah. Contoh:
َ َوأَبُونَا
ٌ ش ْي ٌخ َك ِب
ير
sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya.
Dinashabkan dengan Alif pengganti dari Fathah. Contoh:
Persyaratan lafazh Dzu ( )ذوyang tergolong pada Asmaus-Sittah adalah Dzu ( )ذوyg difahami makna
Shahib/( الصاحبSi empunya/pemilik). Contoh:
ْ ََوهللاُ ذُو ف
ض ٍل ع َِظ ٍيم
Dan Allah mempunyai karunia yang besar
Itulah maksud dalam Bait Syair diatas “adalah Dzu jika difahami bermakna Shahib” untuk
membedakan dengan Dzu ( )ذوIsim Maushul (sering digunakan oleh kaum Thayyi’) karena Dzu ( )ذوIsim
Maushul ini, tidak mempunyai makna si pemilik, tapi ia memiliki makna seperti الذي. hukum Dzu Isim
Maushul ini Mabni. Artinya tetap dalam satu bentuk ذوbaik keadaan rafa’, nashab dan jar-nya. Contoh:
َم َر ْرتُ بِذُو قَا َم, َرأيْتُ ذُو قَا َم, َجا َءنِ ْي ذُ ْو قَا َم
Dia yang berdiri mendatangiku, Aku melihat dia yang berdiri, Aku bertemu dengan dia yang
berdiri.
Sebagaimana contoh dalam syair arab
َ بِأَبِ ِه ْاقتَدَى
َو َم ْن يُشَابِ ْه أَبَهُ فَ َما َظـلَ ْم¤ عدِى في ا ْلك ََر ْم
Shahabah Adi (Shahabah Nabi, Adi bin Hatim ra.) mengikuti jejak ayahnya dalam hal
kemuliaan. Maka siapa saja yg mengikuti jejak ayahnya, ia tidak zhalim.
Aksen/logat seperti pada contoh syair diatas jarang ditemukan untuk lafazh (اب، أخ، )حمartinya jarang
di-I’rab Naqsh.
Kedua: Qashr (ringkas) yaitu tetap dengan tanda Alif baik pada Rofa’, Nashab dan Jarnya.
Atau semua I’rabnya dikira-kira atas Alif dan disebut I’rab Qashr. Sebagaimana I’rab untuk isim-isim
Maqshur. Aksen seperti ini, dikalangan orang Arab (tepatnya oleh Bani Harits, Bani Khats’am dan Bani
Zubaid) lebih masyhur dipakai daripada I’rab Naqsh.
Contoh:
َ قَ ْد بَلَغَا فِي ال َمجْ ِد¤ ِإ َّن أَبَـا َهــا َوأَبَـا أَبَـا َهــا
غايَتَا َها
Sesungguhnya Bapaknya dan bapak bapaknya (leluhurnya), benar-benar telah sampai pada
batas kemuliaannya.
I’RAB NAQSH ATAU ITMAM UNTUK () هن
Sedangkan untuk lafazh Hanu ()هن, maka yang fasih adalah dengan tanda I’rab harakah secara zhahir.
Sebagaimana dalam Bait disebutkan “Tapi dii’rab Naqsh untuk yang terakhir ini (Hanu) adalah
lebih baik” maksudnya untuk lafazh Hanu lebih baik di-I’rab Naqsh (Cacat/kurang, tanpa menyertakan
huruf illah (و-ا- )يsebagai tanda I’rabnya) Contoh:
َهذَا َهنُ ْوهُ َو َرأَيْتُ َهنَاهُ َونَ َظ ْرتُ إلَى َهنِ ْي ِه
Ini Anunya. Aku melihat Anunya. Aku memandang pada Anunya.
Pendapat Imam Abu Zakariya Al-Farra’ beliau mengingkari terhadap kebolehan I’rab Itmam untuk lafazh
“Hanu”, namun ini ditangkis oleh hujah Imam Sibawaehi dengan hikayah orang-orang Arab yang meng-
itmamkan lafazh “Hanu” tsb. Demikian juga hujah para Ulama nahwu lain yang memelihara terhadap
aksen Bahasa Arab tentang Hanu dengan di-Itmam.
Kesimpulan pembahasan: bahwa lafazh (اب، أخ، )حمterdapat tiga aksen/logat. Yang paling masyhur
adalah di-I’rab Itmam, kemudian di-I’rab Qashr, dan terakhir paling jarang digunakan dii’rab Naqsh.
Dan untuk lafazh ( )هنterdapat dua aksen/logat, paling masyhur dengan I’rab Naqsh dan paling jarang
dii’rab Itmam.
4 Syarat I’rob Asma al-Sittah: Mudhaf, tidak
Mudhaf pd Ya’ Mutakallim, Mukabbar dan
Mufrad » Alfiah Bait 31
11 Oktober 2010Ibnu Toha7 komentar
1. Harus mudhaf, dipilihnya syarat ini untuk menjaga daripada yang tidak mudhof, karena yang
demikian akan di-i’rob dengan harokah zhohir. Contoh:
ٌخ أ َ ْو أ ُ ْخت
ٌ َ َولَهُ أ
baginya seorang saudara laki-laki atau seorang saudara perempuan
َ ارو ُن ُه َو أ َ ْف
َ ص ُح ِمنِِّي ِل
سانًا ُ َوأ َ ِخي َه
Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku
ِ ي نَ ْع َجةٌ َو
ٌاح َدة َ ون نَ ْع َجةً َو ِل
َ ُسع ْ ِإِ َّن َهذَا أ َ ِخي لَهُ ت
ْ ِس ٌع َوت
sungguhnya saudaraku ini mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing betina dan
aku mempunyai seekor saja.
ُّ ََهذَا أُب
ُّ ي َز ْي ٍد َوذُ َو
ي َما ٍل
Ini adalah bapak-kecilnya Zaid dan si hartawan yunior
ِّ ي َز ْي ٍد َوذُ َو
ي ِ َما ٍل ِِّ َومررت ِبأُب
Aku berpapasan dengan bapak-kecilnya Zaid dan si hartawan yunior
4. Harus Mufrad (tunggal), dipilihnya syarat ini, untuk menjaga dari bentuk Jamak, karena yang
demikian ini dii’rab dengan harkah zhahir. Contoh:
ان
ِ َجْــري
ِ َــن ي ِ َان َواثْنَت
ِ كَا ْبنَــ ْي ِن َوا ْبنَت َ ْي¤ ان ِ َِك ْلتَا َكذَاكَ اثْن
Juga (Rofa’ dg tanda Alif) lafadz Kiltaa, begitupun juga lafadz Itsnaani dan Itsnataani sama
(I’rob-nya) dengan lafadz Ibnaini dan Ibnataini keduanya contoh yang di jar-kan.
Definisi Isim Tatsniyah/Mutsanna dalam ilmu nahwu dan Sharaf adalah: Satu lafazh kalimah
yg menunjukkan dua buah objek, dikarenakan ada penambahan huruf zaidah di akhirnya, dapat
dibentuk mufrad/tunggal beserta dapat dipisah dan diathafkan terdiri dari dua lafazh yang sama. Contoh
Isim Tatsniyah:
ان
ِ س ِل َم
ْ ُم,ان
ِ َض ْرب ِ َز ْيد
َ ,َان
Dua Zaid, dua pukulan, dua orang Muslim.
4 macam kategori lafazh kalimah tidak bisa dikatakan Isim Tatsniyah/Mutsanna:
1. Lafazh menunjukkan dua objek, tapi bukan sebab huruf tambahan. Contoh:
ش ْف ٌع
َ
Sepasang
2. Lafazh ada tambahan huruf zaidah semisal Isim Tatsniyah, tapi tidak menunjukkan dua objek.
Contoh:
Menunjukkan Mufrad/tunggal dari isim sifat:
ُج ْرذَا ٌن, ُر ْغفَا ٌن, ِص ْردَا ٌن, ِغ ْل َما ٌن,ِص ْن َوا ٌن
Saudara-saudara sekandung, anak-anak muda, kumpulan burung-burung sejenis, adonan-
adonan roti/keju, kumpulan tikus-tikus.
Masing-masing ketiga jenis contoh-contoh kalimah diatas di-I’rab dengan Harkah Zhahir pada Nun
shighah bukan Nun maqom tanwin, sedangkan Alifnya adalah Lazim pada semua I’rabnya.
ِ َاثْن
ان
Dua
Tidak bisa dimufrodkan atau tidak bisa membuang huruf zaidah atau tidak bisa dilafalkan ٌاثْن.
4. Lafazh menunjukkan dua buah objek, ada tambahan huruf zaidah, bisa dimufrodkan/tunggal, bisa
dipisah berikut diathafkan tapi bukan terdiri dari dua lafazh yang sama. Contoh sebagaimana orang
arab mengatakan:
القَ َم َر ْي ِن
Dua planet yg menyinari bumi
ُ َوا ْلقَ َم ُر الش ْم
Karena setelah dipisah dan di-athafkan menjadi س
اَبَ َو ْي ِن
Dua orang tua.
ُ َ واأل ُ ُّم األ
Karena setelah dipisah dan di-athafkan menjadi ب
Tanda I’rob Isim Mutsanna/Tatsniyah
Tanda I’rob untuk Isim Mutsanna adalah Rofa’ dengan huruf Alif sebagai ganti dari I’rob asal harakah
Dhammah, Nashab dengan Huruf Ya’ sebagai ganti dari Fathah juga Jar dengan huruf Ya’ sebagai ganti
dari Kasroh. Contoh:
ان
ِ اح َر
ِ س ِ َقَالُوا ِإ ْن َهذ
َ َان ل
Mereka berkata: “Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir…”
Nabi bersabda:
َجا َءنِ ْي ِكلَ ُه َما َو َرأَيْتُ ِكلَ ْي ِه َما َو ََ َم َر ْرتُ ِب ِكلَ ْي ِه َما
Keduanya (male) mendatangiku, Aku melihat keduanya, Aku bertemu dengan keduanya
َو َجا َءتْنِ ْي ِك ْلتَا ُه َما َو َرأَيْتُ ِك ْلت َ ْي ِه َِ َما َو َم َر ْرتُ ِب ِك ْلت َ ْي ِه َما
Keduanya (female) mendatangiku, Aku melihat keduanya, Aku bertemu dengan keduanya
ٍ ِّ ُ ِإ َّما يَ ْبلُغَ َّن ِع ْندَكَ ا ْل ِكبَ َر أ َ َح ُد ُه َما أ َ ْو ِكلَ ُه َما فَ َل تَقُ ْل لَ ُه َما أ
ف
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan “ah”
2. Diberlakukan seperti I’rab Isim Maqshur (tetap menggunakan Alif, pada Rafa’/Nashab/Jar). Apabila
Mudhaf pada Isim Zhahir. Contoh:
ِ َف اثْن
ان ُّ ض َر ِم َن ال
ِ ضيُ ْو َ َح
Telah hadir dua orang dari tamu-tamu itu.
ِ َــــــــام ٍر َو ُم ْذ ِن
ب ِ ســــــــا ِل َم َج ْم ِع ع ِ َو ْارفَ ْع بِ َوا ٍو َوبِيَا اجْ ُر ْر َوا ْن ِص
َ ¤ب
Rafa’kanlah dengan Wau!, Jar-kan dan Nashabkanlah dengan Ya’! terhadap Jama’ Mudzakkar
Salim dari lafadz “‘Aamir” dan “Mudznib”
Telah disebutkan sebelumnya, dua bagian yang dii’rab dengan huruf pengganti I’rab asal yaitu Asmaus-
Sittah dan Isim Mutsanna. Kemudian pada Bait ini Mushannif menyebut bagian ketiga tanda I’rab
dengan Huruf untuk Jama’ Mudzakkar Salim berikut mulhaq-mulhaqnya yang akan disebut pada bait-
bait selanjutnya. Yaitu tanda I’rab dengan Wau ketika Rafa’ dan dengan Ya’ ketika Nashab atau Jar-nya.
Contoh:
ف
ِ رو ِ أ َ ْفلَ َح
ْ اآلم ُر ْو َن ِبا ْل َم ْع
Beruntunglah mereka yang memerintah dengan ma’ruf.
َ فَ َر
ح ا ْلفَائِ ُز ْو َن
Bergembiralah orang-orang yang sukses.
Maka contoh kalimah isim diatas menunjukkan arti lebih dari dua, sebab huruf zaidah di akhirnya berupa
wawu dan nun, dapat dipisah dibentuk mufrad (tunggal) dengan membuang huruf zaidah menjadi فائز
berikut di-athaf-kan terdiri dari lafazh yang sama, maka menjadi آخر وفائز فائز جاء.
Maksud perkataan “ السالمSalim” adalah selamat atau tidak berubah bentuk mufrad-nya ketika dibuat
bentuk Jamak. artinya, tetap langgeng lafazh mufrad –nya setelah dibuat Jamak, yakni huruf-hurufnya
tidak mengalami perubahan, baik jenisnya, jumlahnya atau harkah-nya. kecuali karena ada proses
I’lal. Misal المصطفىsetelah dibuat jamak mudzakkar salim menjadi المصطفاونkarena bertemu dua mati yaitu
Alif dan Wau jamak, maka Alif dibuang dan menjadi َص َطفَ ْون
ْ ال ُم
Disebutkan pada bait diatas contoh lafazh ’“ ومذنب عامرAamir dan Mudznib” menunjukkan bahwa kalimah
yang boleh di bentuk jamak dengan Jama’ Mudzakkar Salim ada dua kategori, yaitu Isim Jamid () عامر
atau Isim Sifat ( )مذنب.
Disyaratkan untuk Isim Jamid yang dapat di-bentuk jamak dengan jama’ mudzakkar salim
dengan 5 syarat:
1. Harus berupa Isim Alam / kata nama. Contoh: “ زيدZaid”. “ خالدKhalid”. Tidak diperkenankan untuk
isim jamid yang bukan isim alam contoh: “ غالمanak kecil laki”, “ رجلpria dewasa” kecuali jika dishighat
tashghir/dibentuk mini, maka boleh karena otomatis menjadi Isim Sifat contoh: “ رجيلsi pria kecil” dapat
dibentuk jama’ mudzakkar salim menjadi رجيلون.
2. Harus nama laki-laki, tidak diperkenankan untuk nama perempuan misal: “ زينبZainab” “ هندHindun”
“ سعادSu’ad”.
3. Harus nama makhluk ber-akal (yakni dari jenis makhluk yang berakal termasuk bayi dan orang gila).
Tidak diperkenankan untuk semisal nama hewan “ الحقLahiq” nama kuda.
4. Harus kosong dari Ta’ Muannats Zaidah. Tidak diperkenankan untuk contoh: “ حمزةHamzah” طلحة
“Thalhah”.
5. Bukan dari Isim Alam hasil Tarkib (berasal dari susunan kata) contoh “ سيبويهSibawaihi”.
Contoh Jama’ Mudzakkar Salim dari Isim Alam yang mencukupi Syarat :
| Alfiyah Ibn Malik Bait 36-37-38 | Designer: By Ibnu Toha | Font: Deco Type Naskh | Flatform:
CorelDraw&Photoshop |
Dintara Isim-isim Mulhaq Jama’ Mudzakkar Salim tersebut, yang paling masyhur dalam penggunaannya
adalah:
Kalimah isim yang menunjukkan arti banyak, dan tidak bisa dimufradkan baik secara lafazh atau secara
makna: yaitu bab ٌَش ُر ْون
ٌْ ( ِعdua puluh) hitungan dari 20, 30, 40 hingga – 90.
contoh Firman Allah:
ًين لَ ْيلَة
َ سى أ َ ْربَ ِع َ َو ِإ ْذ َوا
َ ع ْدنَا ُمو
Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat
puluh malam
Kalimah isim yang tidak menggenapi sebagian syarat Jama’ Mudzakkar Salim, seperti lafazh ٌأَ ْهل
dijamakkan menjadi ٌَ أ ْهلُ ْونbeserta ia bukan Isim Alam pun bukan Isim Sifat. Sebagaimana disebutkan
dalam syawahid syi’ir:
َ َْو َما ا ْل َما ُل َواْأل َ ْهلُ ْو َن ِإالَّ َودَائِ ٌع … َوالَ بُ َّد يَ ْوما ً أ َ ْن ت ُ َر َّد ا
لودَائِ ُع
Tidaklah harta dan sanak-keluarga melainkan hanyalah titipan, dan pastilah titipan itu suatu
hari akan dikembalikan.
Seperti itu juga lafazh ٌَ َعالَ ُم ْونdari lafazh ٌ( َعالَمAlam, sesuatu selain Allah). Dijamakkan seperti Jama’
mudzakkar salim, beserta ia bukan Isim Alam pun bukan Isim Sifat. Contoh firman Allah:
َ ب ا ْلعَالَ ِم
ين ِ َّ ِ ا ْل َح ْم ُد
ِ ِّ َّلل َر
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
Kalimah isim yang menunjukkan makna Jamak, namun secara lafazh ia tidak bisa dimufradkan. Semisal
lafazh أ ُ ْولُ ٌْو. Contoh Firman Allah Swt.
ٌَ ِسن ُْونdan babnya, huruf Sin di-kasrahkan pada jamaknya, dan di-fathahkan pada bentuk mufradnya ٌَسنَة
– perubahan bentuk asal mufrad, termasuk dari mufrad muannats, jenis tidak berakal, bukan isim alam,
dan bukan isim sifat. Contoh:
َ ِسن
ين ِ ع َد َد ِ قَا َل َك ْم لَ ِبثْت ُ ْم فِي ْاأل َ ْر
َ ض
Allah bertanya: “Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?”
Adapun maksud daripada bab ٌَ ِسن ُْونadalah: setiap isim bangsa tiga huruf (Tsulatsi) yang dibuang Lam
Fi’ilnya dan diganti dengan Ta’ muannats marbuthah ()ة. Di’irab dengan harakah, bagi orang Arab ia
tidak digolongkan pada jamak taksir. Misalnya lafazh; ٌضة َ “ ِعkebohongan” jamaknya lafazh ٌَ ِعض ُْونdg
meng-kasrah-kan huruf ‘Ain. Proses I’lal: asal mufradnya adalah ٌضو َ ِعisim bangsa Tsulatsi, dibuang Lam
Fi’ilnya yaitu huruf Wau dan diganti dengan Ta’ muannats, maka menjadi ٌضة َ ِع. Contoh Firman Allah:
َ ش َما ِل ِع ِز
ين ِ ع َِن ا ْليَ ِم
ِّ ِ ين َوع َِن ال
dari kanan dan dari kiri dengan berkelompok-kelompok
Lafazh ٌَ ع ِِزيْنdinashabkan menjadi Haal. Mulhaq pada jama’ mudzakkar salim.
ٌَ ِسن ُْونdan bab-babnya yang dii’rab dengan mengikuti irab jama’ mudzakkar salim ini, termasuk sebagian
aksen dari bangsa arab. Diantaranya pula ada yang meng-I’rab ٌَ ِسن ُْونdan bab-babnya dengan harakah
zhahir pada huruf Nun terakhir yang biasanya ditanwinkan beserta tetapnya huruf Ya’ pada semua
I’rabnya, tak ubahnya ia di-i’rab semisal lafazh ٌحِ يْن. Contoh:
سنِ ْي ٍن
ِ س َ َّستُ الن
َ حْو َخ ْم ْ د ََر
Aku mempelajari Ilmu Nahwu selama lima tahun.
Disebutkan pada salah satu Syawahid Sya’ir dalam bahar Thawil:
Ada juga logat dan aksen bahasa arab, tetap meng-I’rab semua bentuk jama’ mudzakkar salim dan
mulhaq-mulhaqnya, diberlakukan seperti irab isim mufrad (dii’rab harakah pada nun dengan tetapnya
ya’) contoh:
Sedangkan untuk Lafazh ٌَ اَ َرض ُْونdigaris-bawahi oleh Mushannif sebagai syadz dalam hal ke-mulhaq-
annya. Seperti itu juga lafazh ٌَ ِسن ُْونdan babnya. Karena kedua lafazh ini adalah isim jenis bukan sifat,
bukan isim alam, muannats, tidak berakal, tidak salim lafaz mufradnya, sama sekali tidak memiliki
empat syarat untuk jamak mudzakkar salim. Oleh karena itu syadz-nya kedua lafazh tsb lebih kuat.
Disebutkan juga dalam bait: lafazh ٌَ ِس ِنيْنdan babnya, di-I’rab semisal lafazh يْنٌٌِحyakni, menetapkan huruf
Ya’ dan Nun pada semua I’rabnya dengan dii’rab harkah zhahir atas Nun yang ditanwin pada nakirahnya.
Disebutkan pula dalam bait bahwa: ditemukan pada orang-orang arab yaitu mengi’rab semua lafazh
jamak mudzakkar salim dan mulhaq-mulhaqnya semisal irab pada lafazh ٌَ ِسنِيْنyang diserupakan dengan
irab ٌحِ يْن. ***
ْ فَ ْافــت َ ْح َوقَــ َّل َم ْن بِكَــ¤ َْونُ ْو َن َمجْ ُم ْوعٍ َو َما بِ ِه ا ْلت َ َحق
َ َس ِر ِه ن
ْطــق
Fathah-kanlah…! terhadap Nun-nya Jamak Mudzakkar Salim berikut Isim yang mulhaq
kepadanya. Ada sedikit orang Arab yang berucap dengan meng-kasrahkannya.
Syair Bahar Wafir oleh Jarir Bin ‘Athiyyah seorang penyair dari Bani Tamim (28 – 110 H. / 648 – 827
M.) :
َ ِ َوأ َ ْنك َْرنَا َزعَان¤ ع ََر ْفنَا َج ْعفَرا ً َوبَني أبِي ِه
ِ ف آ َخ ِر
ين
Kami kenal baik dengan Ja’far dan putra-putra dari ayahnya (Bani Abi Ja’far) …
dan kami mengingkari terhadap Zi’nifah-zi’nifah (bagian kolompok pengikut) yang lain.
* Lafadz ْن
ٌِ آخ َِريhuruf Nun dikasrahkan bersamaan ia adalah Jamak Mudzakkar Salim. Nashab menjadi
sifat bagi isim maf’ul ِف ٌَ زَ َعان.
Juga Syair bahar Wafir oleh Penyair Suhaim bin Wusail Ar-Riyyahi (40 SH. – 60 H. / 583 – 680 M.)
او ْزتُ َح َّد األ َ ْربَ ِع ْي ِن ُّ َو َماذَا ت َ ْبت َ ِغي ال
َ َوقَ ْد َج¤ شعَ َرا ُء ِم ِنِّي
ooo…gerangan apa… mereka para penyair akan memperdayaiku ….
sungguh masa ini telah aku lewati selama kurun masa empat puluh tahun ….
* Lafadz األ َ ْربَعيْنhuruf Nun dikasrahkan bersamaan ia adalah Isim Mulhaq Jamak Mudzakkar Salim
majrur menjadi mudhaf ilaih.
Tidaklah kasrah pada Nun jamak salim dan mulhaqnya tersebut merupakan logat arab, ikhtilaf bagi
mereka yang berdalih sepert itu. Adapun Huruf Nun pada Isim Mutsanna dan Mulhaq-mulhaqnya,
yang masyhur di-harkati kasrah, sedangkan diharkati Fathah adalah merupakan logat bagi sebagian
orang arab. sebagaimana contoh syawahid syair :
Syair dalam Bahar Thawil oleh Shahabah Nabi Humaid bin Tsaur Al-Hilaliy ra. (? – 30 H. / ? – 650
M.)
◊◊◊
Definisi Jama’ Muannats Salim adalah: Lafazh yang menunjukkan lebih banyak dari dua,
disebabkan oleh penambahan dua huruf Alif dan Ta’ Zaidah di akhirnya. contoh:
ِ ت ا ْل ُمت َ َح ِ ِّجبَا
ت َ َح
ِ ض َر
Para wanita berjilbab telah hadir
ِّ ا ْل ُمتَحpada contoh ini adalah lafadz jamak dengan tambaha alif dan ta’, Jama’
*Maka lafazh َجبَات
Mu’annats Salim.
◊◊◊
Tanda I’rab Jama’ Muannas Salim adalah: Rafa’ dengan Dhammah (i’rab asal), Jar dengan Kasrah
(i’rab asal) juga Nashab dengan Kasrah (pengganti i’rab asal Fathah). contoh:
ٍ ض ُه ْم أ َ ْو ِليَا ُء بَ ْع
ض ُ ون َوا ْل ُم ْؤ ِمنَاتُ بَ ْع
َ َُوا ْل ُم ْؤ ِمن
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebahagian yang lain.
علَى
َ ُوب هللا َ ُ ت َويَت ِ ين َوا ْل ُمش ِْركَا
َ ت َوا ْل ُمش ِْر ِك
ِ ين َوا ْل ُمنَافِقَا َ ِِّليُعَ ِذ
َ ب هللاُ ا ْل ُمنَافِ ِق
ِ ين َوا ْل ُم ْؤ ِمنَا
ت َ ا ْل ُم ْؤ ِم ِن
sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang
musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang
mukmin laki-laki dan perempuan.
◊◊◊
Dua kategori bukan Jamak Mu’annats Salim adalah: 1. Lafazh Jama’ ada Alif dan Ta’ di akhirnya
tapi bukan Alif Zaidah, contoh:
َ ُق
ٌضاةٌ َو ُدعَاة
Para hakim dan para pendakwa
Dua lafazh ini, berupa Alif asli salinan dari asal huruf kalimah sebelum proses I’lal. asal bentuknya
َ ُ قya’ diganti alif karena jatuh sesudah fathah, dan ٌ ُد َع َوةwau juga diganti alif karena jatuh
adalah ٌضيَة
sesudah harakat fathah. Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat pada page Kaidah I’lal ke
1: https://nahwusharaf.wordpress.com/belajar-ilal/kaidah-ilal/kaidah-ilal-ke-1/
2. Lafazh Jama’ ada Alif dan Ta’ di akhirnya tapi bukan Ta’ Zaidah, contoh:
Dua kategori lafazh-lafazh jamak tersebut bukan Bab Jamak Muannats Salim, karena lafazh
menunjukkan jamak bukan karena sebab Alif dan Ta’. akan tetapi termasuk pada kategori bentuk
Jamak Taksir, dinashabkan dengan tanda irab asal yaitu Fathah. contoh:
َ ُهلل َو ُك ْنت ُ ْم أ َ ْم َواتًا فَأَحْ يَا ُك ْم ث ُ َّم يُ ِميت ُ ُك ْم ث ُ َّم يُحْ ِيي ُك ْم ث ُ َّم ِإلَ ْي ِه ت ُ ْر َجع
ون َ ف ت َ ْكفُ ُر
ِ ون ِبا َ َك ْي
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan
kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah
kamu dikembalikan?
◊◊◊
Kesimpulan penjelasan Bait 41: Sesungguhnya Lafazh yang di jamak sebab tambahan Alif dan Ta’,
di-i’rab dengan harakat kasrah ketika Jar dan Nashab secara bersamaan. Penyebutan Jar dengan
tanda kasrah, bukan sebagai penggati asal. Sedangkan penyebutan Nashab dg kasrah adalah pokok
pembahasan dalam Bait kali ini, yaitu bagian pertama dari tanda i’rab dg harakat pengganti dari i’rab
harakat asal.
ٍ » أ َ ْذرعَا
Mulhaq Jama’ Muannats Salim ُ أ ُ ْوالَتdan ت
Penjabaran Alfiyah Bait 42
5 November 2010Ibnu Toha3 komentar
◊◊◊
(1). Lafadz ُ أ ُ ْوالَت. tanda irabnya diikutkan pada Jamak Muannats Salim, dimana ia tidak memenuhi
syarat definisi Jama’ Muannats Salim, karena secara Lafazh ia tidak memiliki bentuk mufrad,
dan secara makna ia jamak , mempunyai arti: mereka (jamak female) Si empunya . contoh:
◊◊◊
ْ ف أ َ ْويَكُ بَ ْع َد أ ْل َرد
ِف َ ُ َمالَ ْم ي¤ ف
ْ ض َ ــر ِبا ْلفَتْ َحـ ِة َمـاال يَ ْن
ْ ص ِر َّ َو ُج
Jar-kanlah olehmu…! dengan tanda Fathah terhadap Isim yang tidak munsharif, selagi
tidak dimudhafkan atau tidak berada setelah AL dengan mengekorinya
Diterangkan dalam Bait ini, bagian kedua dari Isim yang di-i’rab dengan harakat pengganti dari
harakat asal. Yaitu Isim yang tidak Munsharif atau Isim ghair Munawwan atau isim yang tidak
ditanwin.
Definisi Isim tidak munsharif adalah: setiap kalimah isim mu’rab yang menyerupakan kalimah fi’il
didalam hal terdapatnya dua illat dari sembilan illat, atau terdapat satu illat yg menempati maqom
dua illat.
ْ “ َعyg haus” (Sifat dan Ziadah
Contoh lafazh terdapat dua illat “ أ َ ْخ َم ٌُدAhmad” (Alami dan Wazan Fi’il) ٌُطشَان
Alif-Nun). contoh lafazh satu illat اج ٌَد ِ سَ “ َمMasjid-masjid” (bentuk/shighat Muntahal Jumu’).
Mengenai penyebab yang mencegah ditanwinkannya kalimah isim, dalam hal ini ada bab khusus yang
akan diterangkan secara jelas disana –insyaAllah–. sedangkan dalam Bait ini, dimaksudkan mengenai
hubungan dengan tanda I’rabnya. Rofa’ dengan Dhammah (i’rab asal), Nashab dengan Fathah (i’rab
asal) dan Jar dengan Fathah (menggantikan i’rab asal Kasrah) contoh:
اج ِد
ِ س َ ُش ُرو ُه َّن َوأ َ ْنت ُ ْم عَا ِكف
َ ون فِي ا ْل َم ِ َوالَ تُبَا
janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam mesjid.
Kesimpulan pembahasan Bait:
Jarkanlah dengan Fathah sebagai pengganti dari i’rab asal Kasrah, terhadap isim yang tidak
munsharif/ghair munawwan dengan syarat tidak mudhaf atau tidak dimasuki oleh AL yang
mubasyaroh bertemu langsung tanpa pemisah.
I’rab Af’alul Khamsah/kata kerja yang lima » Keterangan Alfiyah Bait 43-
44
5 November 2010Ibnu Toha7 komentar
◊◊◊
Setelah selesai menerngkan tentang I’rab pengganti untuk kalimah isim, selanjutnya bait
menerangkan tentang I’rab pengganti untuk kalimah Fi’il. yaitu i’rab untuk Amtsilatul Khamsah atau
Af’alul Khamsah atau contoh-contoh kalimah Fi’il yang lima.
Pengertian Af’alul Khamsah/Fi’il yang lima adalah: Setiap kalimah fi’il mudhari’ yang
tersambung dengan Alif Tatsniyah, Wau jama’ atau Ya’ muannats mukhatabah.
Rinciannya sebagai berikut:
Fi’il Mudhari’ yang tersambung dengan Alif Tatsniyah terdapat 2 bentuk (berawalan huruf
mudhara’ah Ya’ / Ta’ ) ada 4 penggunaan
Fi’il Mudhari’ yang tersambung dengan Wau Jama’ terdapat 2 bentuk (berawalan huruf
mudhara’ah Ya’ / Ta’) ada 2 penggunaan
Fi’il Mudhari’ yang tersambung dengan Alif Tatsniyah terdapat 1 bentuk (berawalan huruf
mudhara’ah Ta’) ada1 penggunaan
Lihat tabel berikut, Af’alul Khamsah ditandai warna oranye:
ِ أ َ ْن
ت ت َ ْفعَ ِل ْي َن
kamu seorang (pr) bekerja
Contoh Firman Allah:
◊◊◊
°°°
ISIM MAQSHUR المقصور
Definisi Maqshur adalah: Kalimah Isim Mu’rob yang berakhiran Alif Lazim. contoh صى – َف َيى َ – َع
َ Keluar dari definisi Maqshur adalah: ( يَ ْخشَى – َر َمىKalimah Fi’il). ( َعلىKalimah Huruf). ( َمتَىIsim
ر َحى.
ٌْ ( ْال َهادberakhiran Ya’). َان
Mabni). ِي ٌِ ( زَ ْيدBerakhiran Alif tidak Lazim).
Irab Isim Maqshur :
Di-i’rab dengan Harakat Muqaddar/dikira-kira atas Alif pada semua keadaan i’rabnya. Sebab yang
mencegah i’rab zhahirnya karena udzur. Contoh Imamuna As-Syafi’i berkata:
هللا
ِ ضا ِ أ َ َه ُّم ا ْل َم َطا ِل
َ ب ِر
Paling pentingnya pengharapan adalah mengharap Kerelaan Allah
contoh ketika Nashab:
َ علَى ِر
َضا َوا ِل َد ْيك َ ص
ْ ِحْر
ِ ا
Tamaklah..! terhadap kerelaan kedua orang tuamu !
Allah berfirman:
ِ ُعلَى أ َ ْنف
س ُك ْم ُ َّيَا أَيُّ َها الن
َ اس إِنَّ َما بَ ْغيُ ُك ْم
Hai manusia, sesungguhnya kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri
°
Tanda I’rab Isim Manqush, apabila ia dimasuki AL atau menjadi Mudhaf maka huruf Ya’-nya
ditetapkan:
Tanda Rofa’-nya dengan Dhammah yang dikira-kira atas Ya. Juga tanda Jar-nya dengan Kasrah
yang dikira-kira atas Ya’. Sedangkan sebab yang menjadikan tercegahnya Harakat secara zhahir
karena berat mengucapkannya » rujukan lihat pada Kaidah I’lal ke 5.
contoh ketika Rofa’ bersama AL:
ِ ََجا َء ق
َ ُاضي ا ْلق
ضا ِة
Hakim agung telah datang.
contoh ketika Jar bersama AL:
َ ُي الق
ضا ِة َ رأيت قاض
Aku melihat Hakim Agung
َّللا
ِ َّ يَ يَا قَ ْو َمنَا أ َ ِجيبُوا دَا ِع
Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah
°
Tanda I’rab Isim Manqush, apabila ia tanpa AL atau tidak Mudhaf maka huruf Ya’-nya
dibuang dan mendatangi Tanwin ketika Rafa’ dan Jar. Atau Ya’-nya ditetapkan ketika
Nashab:
Tanda Rofa’-nya dengan Dhammah yang dikira-kira atas Ya yang dibuang. Juga tanda Jar-
nya dengan Kasrah yang dikira-kira atas Ya’ yang dibuang. Sedangkan sebab terbuangnya Ya’
tersebut, karena bertemunya dua mati yaitu Ya’ Manqush dan Tanwin » rujukan lihat pada Kaidah I’lal
ke 5.
contoh Rafa’ :
◊◊◊
Pengertian kalimah Fi’il Mu’tal adalah: setiap kalimah Fi’il yang berakhiran huruf wau
setelah harakat dhammah, atau berakhiran huruf ya’ setelah harakat kasrah, atau
berakhiran alif setelah harakat fathah. Maksud dari kalimah Fi’il dalam hal ini adalah Fi’il
Mudhari’. Sebab asal pembahasan mengenai kalimah Mu’rab.
Tanda I’rab Fi’il Mu’tal:
(1). Mu’tal Alif:
Rafa‘ dengan Dhammah yang dikira-kira atas alif, dicegah i’rab zhahirnya karena udzur, contoh:
ِ َا ْلع
َ اص ْي لَ ْم يَ ْخ
ُش َربَّه
Orang yang suka maksiat adalah dia yang tidak takut kepada Tuhannya.
َو ِه ْنـ َد َوا ْبنـي ِ َوا ْلغُلَ ِم َوالَّذِي¤ ــرهُ َم ْع ِرفَـةٌ كَــ ُه ْم َوذِي َ َو
ُ غ ْي
Selain tersebut (pengertian Isim Nakirah) dinamakan Isim Ma’rifah, yaitu seperti ( همIsim
Dhamir), ( ذيIsim Isyarah), ( هندIsim Alam), ( ابنيIsim Mudhaf), ( الغالمIsim dg AL ma’rifah)
dan ( الذيIsim Maushul).
Kalimah Isim/kata benda dibagi menjadi Isim Nakirah (tak tentu) dan Isim Ma’rifah (tertentu).
°°°
Isim Nakirah
Definisi Isim Nakirah adalah: Kalimah isim menunjukkan pada sesuatu secara kesatuan yang tidak
ditentukan. contoh:
ٌ َجا َء َطا ِل
ب
Penuntut telah datang
ٌ َ ِكت
َر ُج ٌل،اب
Buku, Laki-laki
maka dapat dipasangi AL dan membekaskan Ma’rifah menjadi contoh:
ٌ اب نَ ِف ْي
س ُ َ ال ِكت،ٌش َجاع
ُ الر ُج ُل
َّ
Laki-laki itu pemberani, Buku itu sangat bagus.
(2). Kalimah Isim menduduki kedudukan Isim yang dapat dipasangi AL, seperti lafazh ذُ ٌْوartinya
“pemilik” sinonim dengan lafazh ٌصاحِ ب
َ “pemilik“. contoh
َجا َء ذُ ْو ِع ْل ٍم
seorang yang berilmu telah datang
َ ٌ“ ع ِْلمpemilik Ilmu” maka lafadz ذُ ٌْوadalah isim nakirah yang tak
pada contoh ini maksudnya adalah ٌُصاحِ ب
dapat dijodohkan dengan AL, akan tetapi ia menduduki kedudukan Isim yang dapat dipasangi AL
pemberi bekas ma’rifah, yaitu lafazh ٌُصاحِ ب
َ .
°°°
Isim Ma’rifah
Definisi Isim Ma’rifah adalah: Kalimah isim menunjukkan pada sesuatu secara kesatuan yang
tertentu. contoh:
ٌ أ َ ْنتَ ُم ْخ ِل
ص
Enkau seorang yang tulus.
Ada dua jenis isim Ma’rifah:
(1). Kalimah Isim tidak dapat dipasangi AL, pun tidak menduduki kedudukan Isim dapat dipasangi
AL. Contoh:
ع ِلي
َ َجا َء
Sayyidina Ali telah datang.
(2). Kalimah Isim dapat menerima AL, akan tetapi tidak membekaskan ma’rifat. contoh:
ُ ََّجا َء ا ْلعَب
اس
Sayyidina ‘Abbas telah datang.
contoh AL pada lafazh العباسtidak berfungsi mema’rifahkan, karena ia sudah ma’rifah sebab Isim
‘Alam. Mengenai AL jenis ini, Insya-Allah akan diterangkan pada Babnya sendiri. untuk sementara
bisa dijadikan rujukan » Terjemah Alfiyah Bab Ma’rifat sebab alat Ta’rif.
°°°
Isim Ma’rifah ada Tujuh:
1. Isim Dhamir, menurut qaul yg shahih merupakan paling ma’rifahnya dari isim-isim ma’rifah setelah
lafazh Jalalah. contoh:
ُه َو، َ أ ْنت،أنَا
aku, kamu, dia
2. Isim Alam, contoh:
ُ َمكَّة،ب
ُ َ َز ْين،ٌَخا ِلد
khalid, zainab, makkah
3. Isim Isyarah, contoh:
ُ ال َّطا ِل،اب
ب ُ َ ا ْل ِكت
kitab itu, siswa itu
6. Isim Mudhaf pada isim ma’rifah, contoh:
ب أ َ ِج ْب
ُ يَا َطا ِل
hai siswa… jawablah!
Kesimpulan pembahasan Bait: Isim Nakirah adalah isim yang dapat dipasangi AL yang membekaskan
ma’rifah, atau isim menempati kedudukan isim yang dapat dipasangi AL. selain isim Nakirah
dinamakan Isim Ma’rifah. disebutkan 6 jenis Isim alam: Isim Dhamir, Isim Alam, Isim Isyarah, Isim
Maushul, Isim yg dima’rifahkan oleh AL, Isim Mudhaf pada isim ma’rifah, dan tidak diuraikan yang ke
7 yaitu Nakirah Maqshudah, karena sempitnya Nadzam.
Iklan
Pengertian Isim Dhamir (kata ganti): Isim Jamid yang menunjukkan pada Mutakallim (orang
pertama), Mukhatab (orang kedua) atau Ghaib (orang ketiga). contoh:
ُ َال ُم ْؤ ِم ُن ي
ص ْو ُن ِع ْر ِضــ ِه
Seorang Mu’min menjaga kehormatan dirinya.
Maksud Isim Jamid: tidak mempunyai asal bentuk pun tidak terdapat bentuk pecahannya. Dhamir
Mutakallim dan dhamir Mukhatab keduanya disebut dhamir hadir, karena suatu yang didhamirkan ada
secara hadir pada waktu pengucapan.
Kitab Alfiyah Ibnu Malik » Bab Nakirah dan Ma’rifah » Bait 55-56
–·•Ο•·–
ــــارا ً أبَــدَا
َ َاختِي َ ِّ َِوذُو ات
ْ َّ َوالَ يَ ِلي إال¤ صا ٍل ِم ْنهُ َما الَ يُ ْبتَدَا
Dhomir Muttashil adalah Isim Dhomir yang tidak bisa dijadikan permulaan dan tidak boleh
mengiringi جججselama masih bisa memilih demikian..
(1). Dhamir Bariz ( )بارز: adalah Isim Dhamir yang mempunyai bentuk penampakan lafazh secara
hakikiyah (kongkrit) atau secara hukmiyah (abstrak).
Contoh dhamir bariz yang hakikiyah
ُِي أ َ ْك َر ْمت
ْ ج َََ ََ ََ ََ ََا َء الَّذ
seorang yang aku mulyakan telah datang
(maksudnya: ُ أَك َْر ْمت ُــهyang aku memulyakan-nya. maka dhamir yang berupa “ ـهnya” pada contoh
kalimat diatas, ada secara hukumnya).
(2). Dhamir Mustatir ()مستتر: adalah Isim Dhamir yang tidak mempunyai bentuk lafazh. contoh:
َ َحا ِف ْظ
َّ علَى ال
صلَ ِة
Peliharalah… shalat !
(yakni, أ ْنتَ حَاف ْظPeliharalah olehmu…!)
∞
ارتَنَا × أالَّ يُ َجا ِو َرنَا إِالَّ ِك َديَّا ُر ِ علَ ْينَا إِذَا َما ُك ْن
َ ت َج َ َو َما
(wahai kekasih…)
tidaklah kami menaruh perhatian…
bilamana dikau sudi menjadi tetangga kami…
seakan tidak ada tetangga lain kecuali hanya dikau seorang…
–·•Ο•·–
َ اب َو
غ ْي ِر ِه َكقَا َما َوا ْعلَ َما َ ¤ او َوا ْلنُّ ْو ُّن ِل َما
َ غ ٌ َوأ َ ِل
َ ف َوا ْل
ُ ــو
Alif, Wau dan Nun, termasuk Dhomir Muttashil untuk Ghoib juga Hadhir. Seperti
contoh: ( قَا َماAlif Dhomir Muttashil Ghoibain, artinya: “mereka berdua telah berdiri”)
dan contoh: ( ا ْعلَ َماAlif Dhomir Muttashil Mukhothobain, artinya: “ketahuilah kalian
berdua!”).
–·•Ο•·–
Telah dijelaskan pada pelajaran dahulu dalam bab Mu’rab dan Mabni, bahwa semua lafazh dhamir
adalah mabni. Dan tentunya kemabnian isim dhamir tersebut menempati pada mahal/posisi irabnya
masing-masing.
Untuk Dhamir Muttashil ( )متصل ضميرdidalam mahal irabnya terdapat tiga kategori:
(1). Hanya menempati pada Mahal Rofa’ saja. yaitu ada 5 bentuk dhamir:
1- Ta’ dhamir Mutaharrik/berharkah ()المتحرك التاء. dhamir hadir (untuk Mutakallim, mukhatab ,
atau mukhatabah). contoh:
ش ْيئ ًا
َ هللا َ فَ َخانَتـ َـا ُه َما فَلَ ْم يُ ْغنِيـ َـا
ِ ع ْن ُه َما ِم َن
lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya
itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah
3- Wau Jamak ()الجماعة واو, (untuk dhamir hadir juga ghaib) contoh:
(2). sama bisa menempati pada Mahal Nashab dan Jar saja . yaitu ada 3 bentuk dhamir:
1. Ya’ Mutakallim, (dhamir hadir) contoh:
(3). Sama bisa menempati pada Mahal Rafa’, Nashab dan Jar . yaitu 1 bentuk dhamir
berupa “Naa” (( )ناdhamir hadir).
contoh:
َ َعذ
اب النَّ ِار َ َربـ َّـنَا إِنـ َّـنَا آ َمــنَّا فَا ْغ ِف ْر لَــنَا ذُنُوبَــنا َوقِــنَا
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman (kami), maka ampunilah (kami) segala
dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka
Ada juga bentuk isim dhamir yang sama bisa digunakan pada semua mahal i’rab (rafa’, nashab dan
jar) yaitu ُه ٌْمdan ي. Namun statusnya tidak seperti ناyang digaribawahi oleh Kiyai Mushannif Ibnu Malik
tsb. karena khusus ناadalah satu-satunya bentuk isim dhamir Muttashil dan Mutakallim yang dapat
digunakan pada semua kedudukan i’rab.
Contoh هم:
Sebagai dhamir Munfashil ketika mahal Rafa’:
ْ أ َ ِن ا
َشك ُْر ِلــ ْي َو ِل َوا ِل َد ْيك
Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu
∞
Kesimpulan Bait diatas: semua dhamir adalah Mabni. diantara isim dhamir ada yang mencocoki
bentuknya dalam mahal jar dan mahal nashab. kemudian digaris bawahi oleh Mushannif bahwa
dhamir “ ناnaa” mencocoki bentuknya untuk semua mahal i’rab yang tiga (rafa’-nashab-jar)
sebagaimana contoh dalam bait: ن ِْلنَا فَإ َّننَا بِنَا. disebutkan bahwa dhamir yang berupa Alif tatsniyah, Wau
jamak dan Nun jamak muannats, adalah dhamir mahal Rafa’ bisa digunakan untuk Ghaib juga Hadir*
(*mukhatab saja). sebagimana contoh bait: وا ْعلَ َما قَا َما.
–·•Ο•·–
Dhamir Mustatir ( )مستتر ضامرatau dhamir yang tidak berbentuk Lafazh, ada dua macam 1. Wajib
Mustatir dan 2. Jaiz Mustatir
ِّ ِ َُوقَالَتْ ِأل ُ ْخ ِت ِه ق
صي ِه
Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan
kalimah Isim Fi’il Madhi. contoh:
َق َه ْي َهات
ُ ص ِد ْي
َّ ال
jauh sekali dari kebenaran.
Isim Sifat yang murni, semisal Isim Fa’il. Contoh:
–·•Ο•·–
1. Dhamir Bariz Muttashil/Dhamir Muttashil (telah dijelaskan pada bait lalu lihat Pengertian Dhamir
Muttashil, Alfiyah Bait 55-56)
2. Dhamir Bariz Munfashil/Dhamir Munfasil.
Dhamir Munfashil adalah Isim Dhamir yang dapat dijadikan permulaan dan bisa berada setelah lafazh
ILLA.
Firman Allah:
العدو فاحذرهم
ِّ هم
Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka (Al-
Munaafiquun : 4)
Firman Allah:
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia (Al-Israa’ :
23)
Dhamir Munfasil dari segi mahal I’robnya hanya ada dua:
2. Mahal Nashab (Dhamir Munfashil Manshub > akan dijelaskan pada bait selanjutnya Insyaallah).
Rinciannya sbb:
– NAHNU = mutakallim ma’al-ghair aw mu’azh-zham nafsah = KAMI atau AKU mengagungkan diri.
هن أنتن
–••Ο••–
–••Ο••–
Telah dijelaskan bahwa Dhamir Munfasil dari segi mahal I’robnya ada dua macam:
1. Mahal Rofa’ (Dhamir Munfashil Marfu‘ > lihat penjelasannya Dhamir Munfasil Marfu’ » Alfiyah
Bait 61)
2. Mahal Nashab (Dhamir Munfashil Manshub).
Dhamir Munfashil Manshub semuanya berjumlah 12 dhamir:
Rinciannya sbb:
1. Untuk Mutakallim (orang pertama) terdapat 2 bentuk dhamir
– IYYAAYA = mutakallim wahdah = PADAKU
– IYYAANAA = mutakallim ma’al-ghair aw mu’azh-zham nafsah = PADA KAMI atau PADAKU
pengagungan diri.
2. Untuk Mukhothob (orang ke dua) terdapat 5 bentuk dhamir:
– IYYAAKA = mufrad mudzakkar = PADAMU (LK)
– IYYAAKI = mufrad muannats = PADAMU (PR)
– IYYAAKUMAA = mutsanna mudzakkar/muannats = PADAMU BERDUA (LK/PR)
– IYYAAKUM = jamak mudzakkar = PADA KALIAN (LK)
– IYYAAKUNNA – jamak muannats = PADA KALIAN (PR)
3. Untuk Ghaib (orang ketiga) terdapat 5 bentuk dhamir:
– IYYAAHU = mufrad mudzakkar = PADANYA (LK)
– IYYAAHAA = mufrad muannats = PADANYA (PR)
– IYYAAHUMAA = mutsanna mudzakkar/muannats = PADANYA BERDUA (LK/PR)
– IYYAAHUM = jamak mudzakkar = PADA MEREKA (LK)
– IYYAAHUNNA – jamak muannats = PADA MEREKA (PR)
LIHAT TABEL BERIKUT:
إياه َ
إياك إياي
إياها إياك إيانا
إياهما إياكما
إياهم إياكم
Iklan
إياهن أياكن
Penggunaan Bentuk Dhamir » Alfiyah Bait 63
13 November 2011Ibnu Toha5 komentar
–••Ο••–
ــص ْل ْ إذَا تَــــأَتَّى¤ اخ ِتيَ ٍار الَ يَ ِجيء ا ْل ُم ْنفَ ِص ْل
ِ َّ أن يَ ِجيء ا ْل ُمت ْ َو ِفي
Dalam keadaan bisa memilih, tidak boleh mendatangkan Dhomir Munfashil jika masih
memungkinkan untuk mendatangkan Dhomir Muttashil.
–••Ο••–
Jikalau masih memungkinkan menggunakan dhamir Muttashil janganlah menggantikannya dengan
dhamir Munfashil. Sebab dhamir digunakan untuk tujuan meringkas kata. Bentuk dhamir Muttashil
jauh lebih ringkas daripada Dhamir Munfashil. Contoh:
أكرمتـك
AKROMTUKA = aku memulyakanmu
jangan mengatakan:
أكرمت إياك
AKROMTU IYYAKA = aku memulyakanmu
Terkadang di beberapa tempat ada yg harus menggunakan dhamir Munfashil karena tidak
memungkinkan menggunakan dhamir Muttashil diantaranya adalah:
1. Dhamir dikedepankan dari Amilnya karena suatu motif semisal untuk Faidah Qashr, contoh:
ف ا ْنت َ َمى
ُ شبَ َهـهُ ِفي ُك ْنـتُهُ ا ْل ُخــ ْل َ َو ِص ْل أ َ ِو ْاف ِص ْل َهاء
ْ َ أ¤ س ْل ِن ْي ِه َو َما
Muttashil-kanlah atau Munfashil-kanlah..! (boleh memilih) untuk Dhomir Ha’ pada contoh
lafadz ججججججججججdan lafadz yang serupanya. Adapun perbedaan Ulama
bernisbatkan kepada lafadzجججججججج
–••Ο••–
Boleh menggunakan Dhamir Munfashil beserta masih memungkinkan menggunakan Dhamir Muttashil,
yg demikian ada di tiga permasalahan:
PERMASALAHAN PERTAMA: Amilnya berupa Fi’il yang bukan Amil Nawasikh yg serupa A’THOO Cs
menashabkan dua maf’ul yg berupa dua Dhamir, dhamir yg pertama lebih khusus dari dhamir yg
kedua (yakni, dhamir mutakallim lebih khusus dari dhamir mukhothob dan dhamir mukhothob lebih
khusus dari dhamir ghaib).
Contoh menggunakan dhamir Muttashil:
الكتاب سلـنيه
AL-KITAABU SALNII HI = Mintalah kitab itu padaku..!
Boleh menggunakan dhamir Munfashil contoh:
النظام أحببـته
AN-NIZHAAM AHBABTU HU = aku menyukai undang-undang itu.
PERHATIAN:
Dalam permasalahan pertama ini, lebih diutamakan menggunakan dhamir Muttashil daripada dhamir
Munfashil, mengingat pada hukum asalnya (lihat Penggunaan Bentuk Dhamir » Alfiyah Bait 63)
beserta dikokohkan oleh dalil dalam Al-Qur’an, contoh:
َ َف
َّ سيَ ْك ِفيـ َك ُه ُم
َُّللا
FASAYAKFIIKAHUMU-LLAAHU = Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka (Al-
Baqarah : 137)
أَفَ َل تَت َّ ِقي هللاَ فِ ْي َه ِذ ِه ا ْلبَ ِه ْي َم ِة الَّتِى َملَكَّـكَ هللاُ ِإيَّا َها
Tidakkah engkau bertakwa kepada Allah dalam binatang ini, yang telah dijadikan sebagai
milikmu oleh Allah? (Shahih Muslim).
PERMASALAHAN KEDUA: bersambung….