Anda di halaman 1dari 66

ALFIYAH IBNU MALIK

Bait 1-7. Muqaddimah Pengarang


24 Juni 2010Ibnu Toha49 komentar

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


‫المقدمة‬
MUQADDIMAH

َ َّ ‫ أَحْ َم ُد َر ِبِّي‬¤ ‫قَـا َل ُم َح َّمد ُه َو اب ُن َمـا ِل ِك‬


‫َّللا َخ ْي َر َما ِل ِك‬
Muhammad Ibnu Malik berkata: Aku memuji kepada Allah Tuhanku sebaik-baiknya Dzat Yang
Maha Memiliki.

‫َّــرفَا‬
َ ‫ين ا ْلش‬ ْ ‫ َوآ ِلـــ ِه ا ْل ُم‬¤ ‫ص َطفَى‬
َ ‫ســت َ ْك ِم ِل‬ ْ ‫ي ا ْل ُم‬ِِّ ‫علَى النَّ ِب‬
َ ً ‫ص ِلِّيَا‬
َ ‫ُم‬
Dengan bersholawat atas Nabi terpilih dan atas keluarganya yang mencapai derajat
kemulyaan.

ِ َ‫ َمق‬¤ ‫ســت َ ِع ْي ُن هللاَ ِفي أ َ ْل ِفيَّـــ ْه‬


‫اص ُد ا ْلنَّحْ ِو ِب َها َمحْ ِويَّ ْه‬ ْ َ ‫َوأ‬
Juga aku memohon kepada Allah untuk kitab Alfiyah, yang dengannya dapat mencakup
seluruh materi Ilmu Nahwu.

‫ط ا ْلبَ ْذ َل بِ َو ْع ٍد ُم ْن َج ِز‬
ُ ‫سـ‬ َ ‫ب األ َ ْق‬
ُ ‫ َوت َ ْب‬¤ ‫صى بِلَ ْف ٍظ ُم ْو َج ِز‬ ُ ‫تُقَ ِ ِّر‬
Mendekatkan pengertian yang jauh dengan lafadz yang ringkas serta dapat menjabar perihal
detail dengan janji yang cepat.

‫ فَـائِقَةً أ َ ْل ِفــــيَّةَ ا ْب ِن ُم ْع ِطي‬¤ ‫س ْخ ِط‬ َ ‫َوت َ ْقت َ ِضي ِر‬


ُ ‫ضا ً بِغَ ْي ِر‬
Kitab ini mudah menuntut kerelaan tanpa kemarahan, melebihi kitab Alfiyahnya Ibnu Mu’thi.

َ ‫ب ثَنَا ِئ‬
َ‫ي ا ْل َج ِم ْيل‬ ْ ‫ ُم‬¤ ً‫ق َحا ِئ ٌز ت َ ْف ِض ْيل‬
ٌ ‫سـت َ ْو ِج‬ َ ‫َو ْه َو ِب‬
ٍ ‫س ْب‬
Beliau lebih memperoleh keutamaan karena lebih awal. Beliau behak atas sanjunganku yang
indah.

‫اآلخ َر ْه‬
ِ ‫ت‬ ٍ ‫َوهللاُ يَ ْق ِضي ِب ِهبَـا‬
ِ ‫ ِلي َولَهُ ِفي د ََر َجا‬¤ ‫ت َوا ِف َر ْه‬
Semoga Allah menetapkan karunianya yang luas untukku dan untuk beliau pada derajat-
derajat tinggi akhirat.
Muqoddimah Alfiyah | Judul Kitab: Syarh Ibni 'Aqil Li Alfiyyah Ibni Malik | Pengarang: Ibnu 'Aqil
'Abdullah Bin 'Abdurrahman 769 H. | Tulisan Naskh Oleh: Al-Qousiy 1281 H. | Koleksi Manuskrip:
Universitas King Saud. Link: http://makhtota.ksu.edu.sa/makhtota/1491/6
Kitab Nahwu Sharaf Alfiyah Ibnu Malik, adalah sebuah Kitab Mandzumah atau Kitab Bait
Nadzam yang berjumlah seribu Bait, berirama Bahar Rojaz, membahas tentang kaidah-
kaidah Ilmu Nahwu dan Ilmu Sharaf
Pengarang Kitab Alfiyah ini, adalah seorang pakar Bahasa Arab, Imam yang Alim yang sangat luas
ilmunya. Beliau mempunyai nama lengkap Abdullah Jamaluddin Muhammad Ibnu Abdillah Ibnu Malik
at-Tha’iy al-Jayyaniy. Beliau dilahirkan di kota Jayyan Andalus (Sekarang: Spanyol) pada Tahun 600 H.
Kemudian berpindah ke Damaskus dan meninggal di sana pada Tahun 672 H.
Karya emas beliau yang lain, yg cukup terkenal bernama Kitab Al-Kafiyah As-Syafiyah, terdiri dari tiga
ribu Bait Nadzam yang juga bersyair Bahar Rojaz. Juga Kitab lainnya, karangan beliau yang terkenal
bernama: Nadzam Lamiyah al-Af’al yang membahas Ilmu Sharaf, Tuhfatul Maudud yang membahas
masalah Maqshur dan Mamdud. Semuanya membahas tentang Tata Bahasa Arab baik Nahwu atau
Sharaf.
Adapun Kitab Alfiyah ini adalah Kitab yang Ringkas berbentuk Nadzam, namun mencakup semua
pembahasan masalah Ilmu Nahwu dengan detil. Sebagaimana beliau katakan pada Bait Muqaddimah
pada Kitab Alfiyah ini:
“Juga aku memohon kepada Allah untuk kitab Alfiyah, yang dengannya dapat mencakup
seluruh materi Ilmu Nahwu”.
Metode Kitab Alfiyah ini sebenarnya cukup memberikan kemudahan bagi pelajar untuk menguasainya.
Tidak hanya untuk para senior. Karena Alfiyah ini cukup mengandung pengertian yang sangat luas, tapi
dengan lafad yang ringkas. Sebagaimana beliau memberi penilaian terhadap Kitab Alfiyah ini, dalam
Muqaddimahnya yang berbunyi:
“Mendekatkan pengertian yang jauh dengan lafadz yang ringkas serta dapat menjabar
perihal detail dengan janji yang cepat”
Kitab Alfiyah ini, disebut juga Kitab Khalashah yang berarti Ringkasan. Diringkas dari Kitab karangan
beliau yang benama Al-Kafiyah As-Syafiyah, merupakan Kitab yang membahas panjang lebar tentang
Ilmu Nahwu. Sebagaimana beliau berkata pada Bait terahir dari Kitab ini, yaitu pada Bait ke 1000:
“Telah terbilang cukup kitab Khalashah ini sebagai ringkasan dari Al-Kafiyah, sebagai kitab
yang kaya tanpa kekurangan”.
Beliau juga memberi motivasi, bahwa Kitab ini dapat memenuhi apa yang dicari oleh para pelajar untuk
memahami Ilmu Nahwu. Beliau berkata pada Bait ke 999
“Aku rasa sudah cukup dalam merangkai kitab Nadzom ini, sebagai Kitab yang luas
pengertiannya dan mencakup semuanya”.
Begitulah memang, Kitab Alfiyah Ibnu Malik ini cukup sukses, mendapat kedudukan tinggi dan penilaian
terhormat di hati para pencari ilmu gramatika Bahasa Arab. Dimanapun para pencinta Ilmu Nahwu pasti
mengenalnya. Tersebar luas dan diajarkan di berbagai Lembaga-Lembaga Pendidikan. Tidaklah sedikit
Kitab-Kitab Syarah yang menyarahi dari Nadzam Alfiyah Ibnu Malik ini, dan tidak sedikit pula Kitab
Hawasyi yang menyarahi dari Syarahnya Kitab ini. Semoga beliau mendapat kedudukan yang tinggi
disisi-Nya. Amin.
Ref. | Alfiyah Ibnu Malik | Syarah Ibnu ‘Aqil | I’rob Alfiyah Ibnu Malik |

Bait 8-
9. Pengertian Kalam, Kalim, Qaul dan Kalimat
20 Juli 2010Ibnu Toha40 komentar

ُ‫ف ِم ْنه‬
ُ َّ‫ا ْل َكلَ ُم َو َما يَتَأل‬
Bab Kalam dan Sesuatu yang Kalam tersusun darinya

ٌ ‫س ٌم َوفِ ْع ٌل ث ُ َّم َح ْر‬


‫ف ا ْل َك ِل ْم‬ ْ ‫ َوا‬¤ ‫ســت َ ِق ْم‬ ٌ ‫َكلَ ُمــنَا لَ ْفــ‬
ْ ‫ظ ُم ِف ْي ٌد كَا‬
Kalam (menurut) kami (Ulama Nahwu) adalah lafadz yang memberi pengertian. Seperti
lafadz “Istaqim!”. Isim, Fi’il dan Huruf adalah (tiga personil) dinamakan Kalim

‫ َو َك ْل َمةٌ ِب َها َكلَ ٌم قَ ْد يُؤ ْم‬¤ ‫ع ْم‬


َ ‫اح ُدهُ َك ِل َمةٌ َوا ْلقَ ْو ُل‬
ِ ‫َو‬
Tiap satu dari (personil Kalim) dinamakan Kalimat. Adapun Qaul adalah umum. Dan dengan
menyebut Kalimat terkadang dimaksudkan adalah Kalam

Kitab Nadzom Alfiyyah KLIK DOWNLOAD


KALAM
Definisi Kalam menurut Istilah Ulama Nahwu adalah Sebutan untuk Lafadz yang memberi
pengertian satu faedah yaitu baiknya diam. Sehingga yang berkata dan yang mendengar mengerti
tanpa timbul keiskalan.
 Lafadz adalah nama jenis yang mencakup Kalam, Kalim, atau Kalimat, termasuk yang Muhmal (tidak
biasa dipakai) ataupun yang Musta’mal (biasa dipakai) contoh perkataan Muhmal: ٌ‫َديْز‬ Daizun, tidak

mempunyai arti. Contoh perkataan Musta’mal ‫ع ْمرو‬


َ ‘Amrun, ‘Amr nama orang.
 Mufid (yang memberi pengertian) untuk mengeluarkan Lafdz yang Muhmal, atau hanya satu Kalimat,
atau Kalim yang tersusun dari tiga kalimat atau lebih tapi tidak memberi pengertian faedah baiknya
diam, seperti Lafadz: ٌَ َ‫ زَ يْدٌ ق‬Apabila Zaid berdiri.
ٌ‫ام ا ِْن‬
Susunan Kalam pada dasarnya Cuma ada dua: 1. ISIM + ISIM, 2. FI’IL + ISIM. Contoh pertama: ‫زيد‬
‫ قائم‬Zaid orang yg berdiri. Contoh kedua ‫ زيد قام‬Zaid telah berdiri. Sebagaimana contoh Kalam yang
disebutkan oleh Mushannif pada baris baitnya, yaitu lafadz ‫ استقم‬ISTAQIM! Artinya: berdirilah! Pada
lafadz ini terdiri dari Fiil ‘Amar dan Isim Fa’il berupa Dhomir Mustatir (kata ganti yang disimpan) FI’IL +
ISIM takdirnya adalah ‫ أنت استقم‬ISTAQIM ANTA, artinya: berdirilah kamu! maka contoh ini memenuhi
criteria untuk disebut Kalam yaitu lafadz yang memberi pengertian suatu faidah. Sepertinya Mushannif
mendefinisikan kalam pada bait syairnya sebagai berikut: Kalam adalah Lafadz yang memberi
pengertian suatu faidah seperti faidahnya lafadz ‫استقم‬.

Bab Kalam Ibnu Aqil


KALIM
Adalah nama jenis yang setiap satu bagiannya disebut kalimat, yaitu: Isim, Fi’il dan Huruf. Jika Kalimat
itu menunjukkan suatu arti pada dirinya sendiri tanpa terikat waktu, maka Kalimat tsb dinamakan
KALIMAT ISIM. Jika Kalimat itu menunjukkan suatu arti pada dirinya sendiri dengan menyertai waktu,
maka Kalimat tsb dinamakan KALIMAT FIIL. Jika Kalimat itu tidak menunjukkan suatu arti pada dirinya
sendiri, melainkan kepada yang lainnya, maka Kalimat tsb dinamakan KALIMAT HURUF. Walhasil Kalim
dalam Ilmu Nahwu adalah susunan dari tiga kalimat tsb atau lebih, baik berfaidah ataupun tidak
misal: ‫ زيد قام إن‬jika Zaid telah berdiri.
KALIMAT
Adalah lafadz yang mempunyai satu makna tunggal yang biasa dipakai. Keluar dari definisi Kalimat
adalah lafadz yang tidak biasa dipakai semisal ٌ‫َديْز‬ Daizun. Juga keluar dari definisi Kalimat yaitu lafadz
yang biasa dipakai tapi tidak menunjukkan satu makna, semisal Kalam.
QAUL
Adalah mengumumi semua, maksudnya termasuk Qaul adalah Kalam, Kalim juga Kalimat. Ada sebagian
ulama berpendapat bahwa asal mula pemakaian Qaul untuk Lafadz yang mufrad (tunggal).
Selanjutnya Mushannif menerangkan bahwa menyebut Kalimat terkadang yang dimaksudkan adalah
kalam. Seperti lafadz ‫ هللا إال إله ال‬Orang Arab menyebut Kalimat Ikhlash atau Kalimat Tahlil.
Sebutan Kalam dan Kalim, terkadang keduanya singkron saling mencocoki satu sama lain, dan
terkadang tidak. Contoh yang mencocoki keduanya: ‫ زيد قام قد‬Zaid benar-benar telah berdiri. contoh
tersebut dinamakan Kalam karena memberi pengertian, mempunyai faidah baiknya diam. Dan juga
dinamakan Kalim karena tersusun dari ketiga personil Kalimat. Contoh hanya disebut Kalim: ‫قام إن‬
‫ زيد‬Apabila Zaid berdiri. Dan contoh hanya disebut Kalam: ‫ قائم زيد‬Zaid orang yang berdiri.
Referensi: Kitab Syarah Ibnu Aqil

Site Url: Syarah Ibni ‘Aqil Li Alfiyyah Ibni Malik Page 6-7

Bait
10. Tanda Kalimat Isim: Jar, Tanwin, Nida’, Al, M
usnad
28 Juli 2010Ibnu Toha17 komentar

َ ‫س ِم ت َ ْميِ ْي ٌز َح‬
‫ص ْل‬ ْ ‫ َو ُم‬¤ ‫بِال َج ِ ِّر َوالت ِّ ْن ِو ْي ِن َوالنِِّدَا َوا َ ْل‬
ْ ‫سنَ ٍد ِلإل‬
Dengan sebab Jar, Tanwin, Nida’, Al, dan Musnad, tanda pembeda untuk Kalimat Isim menjadi
berhasil.

Nadzom Alfiyah
Pada Bait ini, Mushannif menyebutkan tentang Tanda-tanda Kalimat Isim (Kata Benda). Sebagai ciri-
cirinya untuk membedakan dengan Kalimat yang lain (Kalimat Fi’il/Kata Kerja dan Kalimat Huruf/Kata
Tugas). Diantaranya adalah: Jar, Tanwin, Nida’, Al (Alif dan Lam) dan Musnad.
Jarr ‫جر‬
Tanda Kalimat Isim yang pertama adalah Jar, mencakup: Jar sebab Harf, Jar sebab Idhafah dan Jar
sebab Tabi’. Contoh:
ِ َ‫َم َر ْرتُ بغُلَ ِم َز ْي ٍد الف‬
‫اض ِل‬
Aku berjumpa dengan Anak Lelakinya Zaid yang baik itu.
Lafadz ‫ غالم‬dikatakan Jar sebab Harf (dijarkan oleh Kalimah Huruf), Lafadz ‫ زيد‬dikatakan Jar sebab
Idhafah (menjadi Mudhaf Ilaih), dan Lafadz ‫ الفاضل‬dikatakan Jar sebab Tabi’ (menjadi Na’at/Sifat). Hal
ini menunjukkan bahwa perkataan Mushannif lebih mencakup dari Qaul lain yang mengatakan bahwa
tanda Kalimat Isim sebab Huruf Jarr, karena ini tidak mengarah kepada pengertian Jar sebab Idhafah
dan Jar sebab Tabi’.
Tanwin ‫تنوين‬
Tanda Kalimat Isim yang kedua adalah Tanwin. Tanwin adalah masdar dari Lafadz Nawwana yang
artinya memberi Nun secara bunyinya bukan tulisannya. Sebagai tanda baca yang biasanya ditulis dobel
( ٌ‫ا‬-ٌ‫ا‬-ٌ‫) ا‬. Di dalam Ilmu Nahwu, Tanwin terbagi empat macam:

 Tanwin Tamkin: yaitu Tanwin standar yang pantas disematkan kepada Kalimat-kalimat Isim yang
Mu’rab selain Jamak Mu’annats Salim dan Isim yang seperti lafadz ‫ جوار‬dan ‫( غواش‬ada pembagian khusus).
Contoh: ‫ زيد‬dan ‫ رجل‬di dalam contoh:

‫َجا َء َز ْي ٌد ُه َو َر ُج ٌل‬
Zaid telah datang dia seorang laki-laki
 Tanwin Tankir: yaitu Tanwin penakirah yang pantas disematkan kepada Kalimat-kalimat Isim Mabni
sebagai pembeda antara Ma’rifahnya dan Nakirahnya. Seperti Sibawaeh sang Imam Nahwu (yang
Makrifah) dengan Sibawaeh yang lain (yang Nakirah). Contoh:

‫سبَ َو ْي ٍه آ َخ َر‬
ِ ‫سبَ َو ْي ِه َو ِب‬
ِ ‫َم َر ْرتُ ِب‬
Aku telah berjumpa dengan Sibawaeh (yang Imam Nahwu) dan Sibawaeh yang lain.
 Tanwin Muqabalah: yaitu Tanwin hadapan yang pantas disematkan kepada Isim Jamak Mu’annats
Salim (Jamak Salim untuk perempuan). Karena statusnya sebagai hadapan Nun dari Jamak Mudzakkar
Salimnya (Jamak Salim untuk laki-laki). Contoh:

ْ ‫ْأفلَ َح ُم‬
ْ ‫س ِل ُم ْو َن َو ُم‬
ٌ‫س ِل َمات‬
Muslimin dan Muslimat telah beruntung.
 Tanwin ‘Iwadh: atau Tanwin Pengganti, ada tiga macam:
◊ Tanwin Pengganti Jumlah: yaitu Tanwin yang pantas disematkan kepada Lafadz ‫ إذ‬sebagai
pengganti dari Jumlah sesudahnya. Contoh Firman Allah:

‫َوأ ْنت ُ ْم ِح ْينَئِ ٍذ ت َ ْن ًظ ُر ْو َن‬


Kalian ketika itu sedang melihat.
Maksudnya ketika nyawa sampai di kerongkongan. Jumlah kalimat ini dihilangkan dengan
mendatangkan Tanwin sebagai penggantinya.
◊ Tanwin Pengganti Kalimah Isim: yaitu Tanwin yang pantas disematkan kepada Lafadz ‫كل‬
sebagai pengganti dari Mudhaf Ilaihnya. Contoh:

‫كَل قَا ِئ ٌم‬


Semua dapat berdiri.
Maksudnya Semua manusia dapat berdiri. Kata manusia sebagai Mudhaf Iliahnyadihilangkan dan
didatangkanlah Tanwin sebagai penggantinya.
◊ Tanwin Pengganti Huruf: yaitu Tanwin yang pantas disematkan kepada lafadz ‫ جوار‬dan ‫ غواش‬dan
lain-lain sejenisnya, pada keadaan I’rab Rafa’ dan Jarrnya. Contoh:

‫ َو َم َر ْرتُ ب َج َو ٍار‬.‫َه ُؤالَء َج َو ٍار‬


Mereka itu anak-anak muda. Aku berjumpa dengan anak-anak muda.
Pada kedua lafadz ‫ جوار‬asal bentuknya ‫ جواري‬kemudian Huruf Ya’ nya dibuang didatangkanlah Tanwin
sebagai penggantinya.
Pembagian macam-macam Tanwin yang telah disebutkan di atas, merupakan Tanwin yang khusus untuk
tanda Kalimat Isim. Itulah yang dmaksudkan dari kata Tanwin dalam Bait tsb, yaitu Tanwin Tamkin,
Tanwin Tankir, Tanwin Muqabalah dan Tanwin ‘Iwadh.

Adapun Tanwin Tarannum/Taronnum dan Tanwin Ghali, yaitu Tanwin yang pantas disematkan kepada
Qofiyah atau kesamaan bunyi huruf akhir dalam bait-bait syair Bahasa Arab. Tidak dikhususkan untuk
Kalimat Isim saja, tapi bisa digunakan untuk Kalimat Fi’il dan juga untuk Kalimat Harf.

Nida’ ‫نداء‬
Tanda Kalimat Isim yang ketiga adalah Nida’. Yaitu memanggil dengan menggunakan salah satu kata
panggil atau Huruf Nida’ berupa ‫ يا‬dan saudara-saudaranya. Huruf Nida dikhususkan kepada Kalimat
Isim karena Kalimat yang jatuh sesudah Huruf Nida’ (Munada) statusnya sebagai Maf’ul Bih. Sedangkan
Maf’ul Bih hanya terjadi kepada Kalimat Isim saja. Contoh:

‫هللا‬
ِ ‫س ْو َل‬
ُ ‫يَا َر‬
Wahai Utusan Allah.
AL ‫أل‬
Tanda Kalimat Isim yang keempat berupa AL ‫ أل‬atau Alif dan Lam. Yaitu AL yang fungsinya untuk
mema’rifatkan dan AL Zaidah. Contoh:

َ‫الر ُج ُل ِم َن ال َمكَّة‬
َ ‫َر َج َع‬
Orang laki-laki itu telah pulang dari kota Mekkah.
AL pada Lafadz ‫ل‬ َ dinamakan AL Ma’rifat, sedang AL pada Lafadz َ‫ ال َم َّك ٌة‬dinamakan AL Zaidah.
ٌُ ‫الر ُج‬
Sedangkan AL yang selain disebut di atas, tidak khusus masuk kepada Kalimat Isim. seperti AL Isim
Maushul yang bisa masuk kepada Kalimat Fi’il Mudhori’, dan AL Huruf Istifham yang bisa masuk kepada
Fi’il Madhi.

Musnad ‫مسند‬
Tanda Kalimat Isim yang kelima adalah Musnad. Artinya yang disandar atau menurut Istilah
yang dihukumi dengan suatu hukum. Contoh:

‫قَا َ َم َز ْي ٌد َو َز ْي ٌد قَائِ ٌم‬


Zaid telah berdiri dan Zaid adalah orang yang berdiri.
Kedua Lafadz ‫ زيد‬pada contoh di atas merupakan Musnad atau yang dihukumi dengan suatu hukum,
yaitu hukum berdiri. Hukum berdiri pada lafadz Zaid yang pertama adalah Kata Kerja dam Hukum
berdiri untuk Lafadz Zaid yang kedua adalah Khabar.
Bait 11. Tanda Kalimat Fi’il: Ta’ Fail,
Ta’ Ta’nits Sukun, Ya’ Fail, Nun Taukid.
7 Agustus 2010Ibnu Toha15 komentar

‫ َونُ ْو ِن أ َ ْق ِبلَ َّن فِ ْعـــ ٌل يَ ْن َج ِلي‬¤ ‫ِبتَا فَعَ ْلتَ َوأَتَتْ َويَا ْافعَ ِلي‬
Dengan tanda Ta’ pada lafadz Fa’alta dan lafadz Atat, dan Ya’ pada lafadz If’ali, dan Nun pada
Lafadz Aqbilanna, Kalimah Fi’il menjadi jelas.

Matan Nazham Alfiyyah


Bait ini menjelaskan bahwa Kalimat Fi’il dibedakan dari Kalimah Isim dan Kalimah Huruf, dengan
beberapa tanda-tanda pengenalnya sebagaimana disebutkan dalam bait syair, yaitu:

Ta’ Fail
Ta’ dalam contoh َ‫ َفعَ ْلت‬dimaksudkan adalah Ta’ Fail mancakup:
 Ta’ Fail untuk Mutakallim, Ta’ berharkat Dhommah contoh:

ً ‫ض َربْتُ َز ْيدا‬
َ
Aku memukul Zaid.
 Ta’ Fail untuk Mukhatab, Ta’ berharkat Fathah contoh:

ً ‫ض َربْتَ َز ْيدا‬
َ
Engkau (seorang laki-laki) memukul Zaid.
 Ta’ Fail untuk Mukhatabah, Ta’ berharkat Kasroh contoh:

ً ‫ت َز ْيدا‬ َ
ِ ‫ض َر ْب‬
Engkau (seorang perempuan ) memukul Zaid.
Ta’ Ta’nits Sukun
Ta’ dalam contoh lafadz ْ‫ اَتَت‬Maksudnya adalah Ta’ Ta’nits yang Sukun. Contoh:

ً ‫ض َربَتْ َز ْيدا‬
َ
Dia (seorang perempuan) memukul Zaid.
Menyebut Ta’ Ta’nits Sukun untuk membedakan dengan Ta’ Ta’nits yang tidak sukun yang bisa
masuk kepada Kalimat Isim dan Kalimat Hururf

 Bisa masuk pada Kalimat Isim contoh:

ٌ‫س ِل َمة‬
ْ ‫ي ُم‬
َ ‫ِه‬
Dia seorang Muslimah.
 Bisa masuk kepada kalimat Huruf contoh:

ٍ َ‫ين َمن‬
‫اص‬ َ ‫َوالَتَ ِح‬
Ketika itu tidak ada tempat pelarian.
Ya’ Fa’il
Ya’ dalam contoh lafadz ‫ ْافعَل ْي‬dimaksudkan adalah Ya’ Fail mancakup:
 Ya’ Fa’il pada Fi’il Amar. Contoh:

ْ ‫ا‬
‫ض ِر ِب ْي‬
Pukullah wahai seorang perempuan!
 Ya’ Fa’il pada Fi’il Mudhori’, contoh:

ً ‫ض ِر ِب ْي َن َز ْيدا‬
ْ َ‫ت‬
Engkau (seorang perempuan) akan memukul Zaid.
Menyebut Ya’ If’aliy atau Ya’ Fail, dan tidak menyebut Ya’ Dhomir dikarenakan termasuk Ya’ Dhomir
Mutakallim yang tidak Khusus masuk kepada Fi’il tapi bisa masuk kepada semua Kalimat contoh:

َ ‫سأَلَ ِن ْي اِ ْب ِن ْي‬
‫ع ِنِّ ْي‬ َ
Anakku menanyaiku tentang aku.
Nun Taukid
Nun dalam contoh lafadz ‫ ْأقبلَن‬dimaksudkan adalah Nun Taukid mancakup:
 Nun Taukid Khofifah tanpa Tansydid contoh:

ِ َّ‫سفَعَ ْن ِبالن‬
‫اصيَ ِة‬ ْ َ‫لَن‬
Sungguh akan Kami tarik ubun-ubunnya.
 Nun Taukid Tsaqilah memakai Tansydid contoh:

‫ب‬ ُ ‫لَنُ ْخ ِر َجنَّكَ يَا‬


ُ ‫شعَ ْي‬
Sunggah kami akan mengeluarkanmu wahai Syu’aib.
Bait 12-13-14. Pembagian Kalimah
Huruf dan Kalimah Fi’il serta ciri-cirinya.
12 Agustus 2010Ibnu Toha6 komentar

‫ــارعٌ يَ ِلي لَ ْم كَـيَش ْم‬


ِ ‫ض‬ ُ ‫س َوا ُه َما ا ْل َح ْر‬
َ ‫ فِ ْعـــ ٌل ُمـ‬¤ ‫ف َك َه ْل َوفِي َولَ ْم‬ ِ
Selain keduanya (ciri Isim dan Fi’il) dinamaan Kalimah Huruf, seperti lafadz Hal, Fi, dan Lam.
Ciri Fi’il Mudhori’ adalah dapat mengiringi Lam, seperti lafadz Lam Yasyam.

‫ـــو ِن فِ ْع َل األ َ ْم ِر ِإ ْن أ َ ْم ٌر فُ ِه ْم‬ ِ ‫ي األ َ ْفعَا ِل ِبالتَّا ِم ْز َو‬


ْ ُّ‫ ِبالن‬¤ ‫س ْم‬ َ ‫اض‬
ِ ‫َو َم‬
Dan untuk ciri Fi’il Madhi, bedakanlah olehmu! dengan tanda Ta’. Dan namakanlah Fi’il
Amar! dengan tanda Nun Taukid (sebagi cirinya) apabila Kalimah itu menunjukkan kata
perintah.

‫ص ْه َو َحيَّ َه ْل‬
َ ‫حْو‬ ْ ‫ ِف ْي ِه ُه َو ا‬¤ ‫َواأل َ ْم ُر ِإ ْن لَ ْم يَكُ ِللنِّ ْو ِن َم َح ْل‬
ُ َ‫س ٌم ن‬
Kata perintah jika tidak dapat menerima tempat untuk Nun Taukid, maka kata perintah
tersebut dikategorikan Isim, seperti Shah! dan Hayyahal!

Pembagian Kalimah Huruf dan Ciri-Cirinya


Kalimah Huruf dapat dibedakan dengan Kalimah-Kalimah yang lain, yaitu Kalimat selain yang dapat
menerima tanda Kalimah Isim dan tanda Kalimat Fi’il, atau Kalimat yang tidak bisa menerima tanda-
tanda Kalimat Isim dan Fi’il. Kemudian dicontohkannya dengan Lafad ‫هل‬, ‫في‬, dan ‫ لم‬, ketiga contoh Kalimat
Huruf tsb menunjukkan penjelasan bahwa Kalimat Huruf terbagi menjadi dua:

Alfiyah Bait 12-13-14


 Kalimah Huruf Ghair Mukhtash (Tidak Khusus), bisa masuk pada Kalimat Isim, juga bisa masuk pada
Kalimat Fi’il. Contoh ‫ هل‬:

‫َه ْل َز ْي ٌد قَائِ ٌم َو َه ْل قَا َم َز ْي ٌد‬


Apakah Zaid orang yg berdiri? Dan apakah Zaid telah berdiri?
Lafadz “HAL” yang pertama masuk pada Kalimat Isim dan “HAL” yang kedua masuk pada Kalimat Fi’il.

 Kalimat Huruf Mukhtash (Khusus), khusus masuk pada Kalimat Isim contoh ‫في‬, dan khusus masuk
pada Kalimat Fiil contoh ‫ لم‬:

‫لَ ْم يَقُ ْم َز ْي ٌد فِي الد َِّار‬


Zaid tidak berdiri di dalam Rumah.
Pembagian Kalimah Fi’il dan Ciri-Cirinya
Bait diatas juga menenerangkan bahwa Kalimah Fi’il terbagi menjai Fi’il Madhi, Fi’il Mudhari’ dan Fi’il
Amar berikut ciri masing-masing.

 Dikatakan Fi’il Mudhori apabila pantas dimasuki ‫ لم‬contoh:

‫لَ ْم يَ ِل ْد َولَ ْم يُولَ ْد‬


Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan
 Dikatakan Fi’il Madhi apabila pantas dimasuki Ta’ Fa’il dan Ta’ Ta’nits Sakinah
contoh:

ِ ِّ ‫قَالَتْ َر‬
ِ ‫ب إِنِِّي َظلَ ْمتُ نَ ْف‬
‫سي‬
Balqis berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku”
 Dikatakan Fi’il Amar apabila bentuknya menunjukkan perintah dan pantas
menerima Nun Taukid contoh:

ْ ‫أ َ ْك ِر َم َّن ا ْل ِم‬
‫س ِكين‬
Sungguh hormatilah oranga miskin !
Apabila ada kalimah yang menunjukkan kata perintah tapi tidak pantas menerima Nun Taukid, maka
kalimah tersebut digolongkan “Isim Fi’il” seperti lafadz ‫ حيهل‬menyuruh terima dan lafadz ‫ صه‬menyuruh
diam, Contoh:

َ ‫ص ْه إذَا ت َ َكلَّ َم‬


َ‫غ ْي ُرك‬ َ
Diamlah ! jika orang lain berbicara
‫ صه‬dan ‫ حيهل‬keduanya disebut kalimat Isim sekalipun menunjukkan tanda perintah, perbedaannya adalah
dalam hal tidak bisanya menerima Nun Taukid. Oleh karena itu tidak bisa dilafadzkan ‫ صهن‬atau ‫حيهلن‬

Alfiyah Bait 15. Isim Mu’rob dan Isim Mabni


13 Agustus 2010Ibnu Toha6 komentar

‫ب َوا ْل َم ْب ِني‬
ُ ‫ا ْل ُم ْع َر‬
BAB MU’RAB DAN MABNI

‫ف ُم ْدنِي‬ ُ ‫شبَـــ ٍه ِم َن ا ْل ُح‬


ِ ‫ــر ْو‬ ٌ ‫س ُم ِم ْنهُ ُم ْع َر‬
َ ‫ ِل‬¤ ‫ب َو َم ْبنِي‬ ْ ‫َواال‬
Diantaranya Kalimat Isim ada yang Mu’rab, dan ada juga yang Mabni karena keserupaan
dengan kalimah Huruf secara mendekati.
Kitab Alfiyah Bab Mu'rob dan Mabni
Bait ini menerangkan bahwa kalimah isim terbagi menjadi:

 Isim Mu’rob: yaitu Isim yang selamat dari keserupaan dengan Kalimat Huruf.
 Isim Mabni: yaitu Isim yang dekatnya keserupaan dengan kalimat huruf.
Menurut pendapat Kyai Mushannif bahwa yang menjadi illat kemabnian Kalimat Isim dirumuskan
menjadi “Serupa Kalimat Huruf” yang akan dijelaskan bagian-bagiannya pada dua bait berikutnya.
Rumusan Mushannif ini sejalan dengan pendapat Mazhab Nahwu lain seperti Imam Abu Ali al-Farisi,
juga Imam Sibawaih, bahwa Illat kemabnian kalimat Isim semuanya dikembalikan kepada “Serupa
kalimat Huruf”.

Archive for the ‘Bait 16-17’ Category

Faktor Mabninya Kalimat Isim: Wadh’i, Ma’nawi, Niyabah, Iftiqoriy.


20 Agustus 2010Ibnu Toha3 komentar

ِّ ‫ َوا ْل َم ْعـنَـــ ِو‬¤ ‫س َم ْي ِجئْتَنَا‬


‫ي ِ فِي َمتَى َوفِي ُهـــــــنَا‬ ْ ‫ي فِي ا‬ ْ ‫شبَ ِه ا ْل َو‬
ِِّ ‫ض ِع‬ َّ ‫كَا ْل‬
Seperti keserupaan bangsa “Wadh’i” di dalam dua isimnya lafadz ‫ججججج‬. Dan keserupaan
bangsa “Ma’nawi” dalam contoh ‫ ججج‬dan ‫ججج‬.

ِّ ِ ُ ‫ــــر َوك َْافــ ِتقَ ٍار أ‬


‫صل‬ ٍ ُّ ‫ تَأَث‬¤ َ‫َو َك ِنيَابَ ٍة ع َِن ا ْل ِف ْع ِل بِل‬
Dan keserupaan bangsa “Niyabah” pengganti dari Fi’il tanpa pembekasan I’rob (Isim Fi’il).
Dan keserupaan bangsa “Iftiqoriy” kebutuhan yang dimustikan (membutuhkan shilah) .

Kitab Alfiyah Bab Mu'rob dan Mabni


Disebutkan pada dua bait di atas tentang macam-macam keserupaan kalimat isim terhadap kalimat
huruf yang menjadi faktor kemabnian Kalimat Isim tersebut. Segi keserupaan ini terdapat pada empat
faktor:
Keserupaan pada Kalimat Huruf bangsa Wadh’i/ kondisi bentuknya:
Yaitu isim yang bentuknya serupa dengan bentuk kalimat huruf, hanya terdiri dari satu huruf misal TA’
pada lafadz ‫ضربت‬. Atau hanya terdiri dari dua huruf misal NA pada lafadz ‫أكرمنا‬. Sebagaimana contoh
dalam Bait:

‫جئتنا‬
Engkau datang kepada kami.
TA’nya adalah Isim Fa’il dan NAnya adalah Isim Maf’ul dari Kata Kerja ‫جَا َء‬
Keserupaan pada Kalimat Huruf bangsa Ma’nawi/maknanya:
Dalam hal ini ada dua term:
(1). Keserupaan bangsa makna yang ada padanannya, misal ‫ متى‬serupa maknanya dengan Kalimat
Huruf Istifham (kata tanya). Atau serupa maknanya dengan Kalimat Huruf Syarat.
→ Contoh Isim Istifham:

‫َمتَى تَقُو ُم ؟‬
Kapan kamu mau berdiri?

‫فر ؟‬
ُ ‫س‬
ِّ ‫َمتى ال‬
Kapan bepergian?

ٌ ‫َمتَى نَص ُْر هللا أَالَ إِ َّن نَص َْر هللا قَ ِر‬
‫يب‬
“Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat
dekat.
→ Contoh Isim Syarat:

‫َمتَى تَقُ ْم أَقُ ْم‬


Bilamana kamu berdiri, niscaya aku ikut berdiri.

ُ‫فَ َم ْن يَ ْع َم ْل ِمثْقَا َل ذَ َّر ٍة َخ ْي ًرا يَ َره‬


Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya.
(2). Keserupaan bangsa Ma’nawi yang dikira-kira, karena tidak ada padanannya. Misal ‫ هنا‬artinya: disini
(kata tunjuk sesuatu/Isim Isyarah) serupa maknanya dengan Kalimat Huruf secara dikira-kira karena
tidak ada contoh kalimat huruf padanannya. Namun demikian, Isim isyarah ini menunjukkan makna
dari suatu makna, diserupakan dengan Kalimat Huruf yang juga menunjukkan karakter demikian,
seperti Kalimat Huruf ‫ ما‬Nafi untuk meniadakan sesuatu, ‫ ال‬Nahi untuk mencegah sesuatu, ‫ ليت‬Tamanni
untuk mehayalkan sesuatu, dan ‫ لعل‬Taroji untuk mengharap sesuatu, dan lain-lain. Contoh:

َ ِ‫آمن‬
‫ين‬ َ ‫أَتُتْ َرك‬
ِ ‫ُون فِي َما َها ُهنَا‬
Adakah kamu akan dibiarkan tinggal disini (di negeri kamu ini) dengan aman
Keserupaan pada Kalimat Huruf bangsa Niyabah/pengganti Fi’il
Yaitu semua jenis “Isim Fi’il” atau Kalimah Isim yang beramal seperti amal Kalimah Fi’il beserta bebas
dari bekas ‘Amil, yang demikian adalah seperti Kalimat Huruf. Contoh:
َ ‫عد‬
‫ُون‬ َ ‫َه ْي َهاتَ َه ْي َهاتَ ِل َما تُو‬
jauh, jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepada kamu itu

‫اك َز ْيدًا‬
ِ ‫د ََر‬
Temukan Zaid!
Lafazh ‫“ دراك‬Darooki” pada contoh ini adalah Isim Mabni (Mabni Kasroh) karena serupa dengan Kalimah
Huruf pada faktor Niyabah. disebutkan dalam Bait: ‫“ تأثر بال‬yang tanpa dibekasi amil” atau mengamal
I’rob tanpa bisa diamali I’rob. Adalah untuk membedakan dengan Isim yang beramal seperti Kalimat
Fi’il tapi ada bekas Amil. Contoh:

َ ْ‫َوبِا ْل َوا ِل َد ْي ِن إِح‬


‫سانًا‬
dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa!

‫ض ْربًا َز ْيدًا‬
َ
Pukullah Zaid!
Lafadz ‫“ ضربا‬Dhorban” adalah Isim masdar yang dinashobkan oleh ‘Amil yaitu Kalimat Fi’il yang dibuang,
menggantikan tugas Kalimat Fi’il ‫“ اضرب‬Idhrib!” pukullah!. Berbeda dengan lafadz ‫“ دراك‬Darooki”
sekalipun dikatakan pengganti tugas Kalimat Fi’il ‫“ أدرك‬Adrik!” temukan! Tapi ia mandiri tanpa ada
pembekasan ‘Amil.
Walhasil dari apa yang tersirat dari Bait Syair Mushannif: bahwa Masdar dan Isim Fi’il bersekutu dalam
hal sama-sama menggantikan tugas Kalimat Fi’il. Perbedaannya adalah: Masdar ada bekas ‘Amil,
dihukumi Mu’rob karena tidak serupa dengan Kalimat Huruf. sedangkan “Isim Fi’il” tidak ada bekas
‘Amil, dihukumi Mabni karena serupa dengan Kalimah Huruf.

Mengenai kemabnian dan masalah khilafiyah yang ada pada Kalimat Isim Fiil ini, akan diterangkan nanti
pada Bait-Bait Syair Mushannif secara khusus yaitu pada Bab Isim Fi’il dan Isim Ashwat. Insya Allah.

Keserupaan pada Kalimah Huruf bangsa Iftiqoriy/kebutuhan yang musti.


Maksudnya adalah Isim Maushul seperti ‫ الذي‬dan saudara-saudaranya, musti butuh terhadap jumlah
sebagai shilahnya. Sama seperti Kalimah Huruf yang musti butuh kepada kalimat lain. Oleh karena itu
Isim Maushul dihukumi Mabni. Disebutkan dalam Bait ‫“ أصال وكافتقار‬Kebutuhan yang dimustikan” untuk
membedakan dengan Kalimah Isim yang Iftiqorinya/karakter kebutuhannya tidak musti. Seperti “Isim
Nakirah” yang disifati, butuh terhadap jumlah sebagai sifatnya, namun kebutuhannya itu tidak sampai
pada kategori lazim atau musti. Contoh:

ِ ‫ق لَ ُك ْم َما فِي اْالَ ْر‬


‫ض َج ِميعًا‬ َ َ‫ُه َو الَّذِي َخل‬
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu
Kesimpulan dari dua Bait di atas, bahwa Isim Mabni ada enam bab: ISIM DHOMIR, ISIM SYARAT,
ISIM ISTIFHAM, ISIM ISYARAH, ISIM FI’IL dan ISIM MAUSHUL.
Referensi:
 Matan Alfiyah Ibnu Malik →DOWNLOAD
 Syarah Ibnu ‘Aqil →DOWNLOAD
 Syarah Asymuni →DOWNLOAD
 Syarah Dalilu As-Salik →DOWNLOAD
 I’rob Alfiyah Tamrin At-Thullab →DOWNLOAD
 Al-Qur’an terjemah Depak →DOWNLOAD
Definisi Isim Mu’rob – Alfiyah Bait 18
30 Agustus 2010Ibnu Toha20 komentar

‫س َما‬ ٍ ‫ف َكأ َ ْر‬


ُ ‫ض َو‬ ِ ‫شبَ ِه ا ْل َح ْر‬ َ ‫اء َما قَ ْد‬
َ ‫ ِم ْن‬¤ ‫س ِل َما‬ ْ َ ‫ب األ‬
ِ ‫س َم‬ ُ ‫َو ُم ْع َر‬
Adapun Mu’robnya Kalimah-kalimah Isim, adalah Isim yang benar-benar selamat dari serupa
Kalimah Huruf seperi contoh: “Ardhin” dan “Sumaa”.

Kitab Syarah Ibnu Aqil


Bait ini menerangkan bahwa Isim Mu’rob berlawanan dengan Isim Mabni, artinya: dikatakan Isim Mu’rob
karena tidak ada keserupaan dengan Kalimah Huruf, baik Isim Mu’rob itu Shahih akhir tidak ada huruf
illat seperti ‫أَ ْرض‬, (Ardhin : Bumi) atau Mu’tal yang diakhiri dengan huruf illat seperti ‫س َما‬ ُ (Sumaa : Nama,
salah satu bahasa dari kata ٌ‫)اسْم‬, juga Isim Mu’rob itu ada yang “Mutamakkin Amkan” pantas tanwin
dan mungkin (Isim Munshorif) seperti ٌُ ‫ زَ يْد‬, ‫ ع َْم ٌرو‬dan ada yang “Mutamakkin Ghair Amkan” pantas tanwin
tapi tidak mungkin (Isim tidak Munshorif) seperti ٌُ ‫ أَحْ َم ُد‬, ‫ساج ُد‬
َ ‫ َم‬, ‫ َمصَابيْح‬. Sedangkan Isim Mabni disebut
“Ghairu Mutamakkin” sama sekali tidak pantas tanwin.
Referensi : Nadzom Alfiyah | Syarh Ibnu Aqil

Pelajaran Nahwu dari Kitab Alfiyah Bait ke 21-


22 » Bentuk Mabni
30 September 2010Ibnu Toha9 komentar

َ ُ‫ي أ َ ْن ي‬
‫س َّكنَا‬ ْ َ ‫ َواأل‬¤ ‫ــحق ِل ْل ِبنَا‬
ِِّ ِ‫ص ُل فِي ا ْل َم ْبن‬ ِ َ ‫ست‬ ٍ ‫َو ُك ُّل َح ْـر‬
ْ ‫ف ُم‬
Semua Kalimah Huruf menghaki terhadap Mabni. Asal didalam Kemabnian adalah dihukumi
Sukun.

ُ ‫ َكأ َ ْي َن أ َ ْم ِس َح ْي‬¤ ‫ض ُّم‬


َّ ‫ث َوا ْل‬
‫ســــا ِك ُن َك ْم‬ ْ ‫َو ِم ْنهُ ذُو فَتْحٍ َوذُو َك‬
َ ‫س ٍر َو‬
Diantara bentuk Mabni adalah Mabni Fathah, Mabni Kasroh dan Mabni Dhommah. Seperti
lafadz: Aina, Amsi, Haitsu, dan Mabni Sukun seperti Lafadz Kam.

Semua Kalimah Harf/Huruf (‫ )الحرف‬adalah Mabni. Dalam hal ini,


kemabnian kalimah huruf tidak membutuhkan terhadap pelaksanaan I’rob untuk memahami makna-
makna yang terkandung daripadanya pada suatu susunan kalimat, tidak sebagaimana Kalimah Isim.
Contoh:

‫أ َ َخ ْذتُ ِم َن الد ََّرا ِه ِم‬


Aku telah mengambil sebagian dari Dirham-dirham itu.
Pengertian makna “sebagian” (‫ )التبعيض‬dari Kalimah Huruf “Min” (‫ )من‬pada contoh diatas, terfaidah tanpa
membutuhkan pelaksanaan I’rob.

َ ‫س ِج ِد ْاأل َ ْق‬
‫صى‬ ْ ‫س ِج ِد ا ْل َح َر ِام ِإلَى ا ْل َم‬ ْ َ ‫ان الَّذِي أ‬
ْ ‫س َرى ِبعَ ْب ِد ِه لَ ْيلً ِم َن ا ْل َم‬ َ ‫س ْب َح‬
ُ
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil
Haram ke Al Masjidil Aqsha.
Pengertian makna “batas permulaan” (‫ )الغاية ابتداء‬pada Kalimah Huruf “Min” (‫ )من‬dan pengertian makna
“batas akhiran” pada Kalimah Huruf “Ila” (‫ )إلى‬dalam contoh ayat diatas, terlaksana tanpa membutuhkan
terhadap I’rob.

Bentuk Mabni adalah tetapnya akhir kalimah pada satu bentuk keadaan. Bentuk Mabni ada empat
macam:

1. Mabni Sukun.
Mabni sukun adalah bentuk asal Mabni. Karena merupakan paling ringannya syakal. Oleh karena itu ia
bisa masuk pada Kalimah Isim, Kalimah Fi’il dan Kalimah Harf/huruf. contoh: ‫م ْن – َك ْم – ا ُ ْكت ُْب‬

‫س َرائِي َل َك ْم آت َ ْينَا ُه ْم ِم ْن آيَ ٍة بَ ِيِّنَ ٍة‬


ْ ‫س ْل بَنِي ِإ‬
َ
Tanyakanlah kepada Bani Israil: “Berapa banyaknya tanda-tanda (kebenaran) yang nyata,
yang telah Kami berikan kepada mereka.”
Kalimah Mabni ini tidak akan berharakah kecuali untuk mengantisipasi bertemunya dua huruf mati.
Contoh:
Diberi harakah kasroh

‫ت ْام َرأَتُ ا ْلعَ ِز ِيز‬


ِ َ‫قَال‬
Berkata isteri Al Aziz
Diberi harakah dhommah

َ ُ‫ِين يَقُول‬
‫ون‬ َ ‫ُه ُم الَّذ‬
Mereka orang-orang yang mengatakan…
Diberi harakah fathah
‫اَّلل َو ِبا ْليَ ْو ِم ْاآل ِخ ِر‬
ِ َّ ‫اس َم ْن يَقُو ُل آ َمنَّا ِب‬
ِ َّ‫َو ِم َن الن‬
Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian
2. Mabni fathah
Harkat fathah merupakan paling dekatnya harkat terhadap Sukun, oleh karena itu ia juga masuk kepada
َ ‫َو – قَا َم – َكي‬
kalimah Isim, Fi’il dan Huruf. contoh: ‫ْف‬

َ ‫ع ِل َم أ َ َّن ِفي ُك ْم‬


‫ض ْعفًا‬ َ ‫ع ْن ُك ْم َو‬
َ ُ‫َّللا‬
َّ ‫ف‬َ َّ‫ْاآل َن َخف‬
Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan dia telah mengetahui bahwa padamu ada
kelemahan.
3. Mabni Kasrah
Masuk kepada kalimah Isim dan kalimah Huruf, tidak masuk kepada kalimah Fi’il contoh:

َ ُ‫َها أ َ ْنت ُ ْم أُوالَ ِء ت ُ ِحبُّونَ ُه ْم َوالَ يُ ِحبُّونَ ُك ْم َوت ُ ْؤ ِمن‬


ِ ‫ون ِبا ْل ِكتَا‬
‫ب ُك ِلِّ ِه‬
Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu
beriman kepada kitab-kitab semuanya.
4. Mabni Dhommah
Juga masuk kepada Kalimah Isim dan Kalimah Huruf, tidak masuk kepada Kalimah Fi’il.
ُ ‫( َحي‬Kalimah Isim) dan ُ‫( ُم ْنذ‬Huruf Jarr). Sedangkan Harakah Dhommah pada akhir Kalimah Fi’il
Seperti ‫ْث‬
Madhi pada contoh ‫ب‬ ُ ‫ َحض َُروا اَل ُّطال‬Bukanlah Harakah asli, namun ia adalah Harakah pengganti untuk
memantaskan pada huruf Wau.
Mabni membuang Huruf Illah termasuk pada mabni sukun, karena ia pengganti dari mabni sukun.

Macam-macam I’rab/I’rob dalam Tata Bahasa Arab » Alfiyah Bait 23-24


1 Oktober 2010Ibnu Toha8 komentar

‫حْـو لَ ْن أ َ َهـــــابَا‬
ُ َ‫ــم َوفِــ ْعــ ٍل ن‬
ٍ ‫س‬ َ ‫َوا ْل َّر ْف َع َوا ْلنَّص‬
ْ ‫ ال‬¤ ‫ْب اجْ عَلَ ْن إع َْرابَا‬
Jadikanlah Rofa’ dan Nashab sebagai I’rab (sama bisa) untuk Isim dan Fi’il, seperti lafadz
Lan Ahaba.

‫ص ا ْل ِف ْعـ ُل بِأ َ ْن يَ ْنـ َج ِز َما‬ ِّ ِ ‫ قَــ ْد ُخ‬¤ ‫ص بِا ْل َج ِ ِّر َك َما‬


َ ‫ص‬ ِّ ِ ‫س ُم قَ ْد ُخ‬
َ ‫ص‬ ْ ‫َواال‬
Kalimah Isim dikhususi dengan I’rab Jarr, sebagaimana juga Fi’il dikhususi dengan dii’rab
Jazm.

Pengertian I’rab / I’rob (‫ )اإلعراب‬dalam Ilmu Nahwu adalah: Bekas


secara Zhahiran atau Taqdiran yang terdapat pada akhir Kalimah disebabkan oleh pengamalan Amil.
Contoh:

‫َجا َء َز ْي ٌد – َرأَيْتُ َز ْيدًا – َم َر ْرتُ ِب َز ْي ٍد‬


‫َجا َء ا ْلفَتَى – َرأَيْتُ ا ْلفَتَى – َم َر ْرتُ ِبا ْلفَتَى‬
I’rob Zhahir/terang : adalah bekas akhir kalimah, tidak ada penghalang yang mencegah dalam
mengucapkannya. Contoh: ‫ زَ ْي ٍد – زَ ْيدًا – زَ ْي ٌد‬pada contoh susunan kalimat diatas.
I’rab Taqdir/kira-kira : Adalah bekas akhir kalimah, terdapat penghalang yang mencegah dalam
melafalkannya. Baik penghalang tersebut karena Udzur semisal ‫ا ْلفَتَى جَا َء‬, atau karena berat semisal ‫ا َء ََج‬
‫ا ْلقَاض ْي‬, atau karena demi kesesuaian semisal ‫اَب ْي جَا َء‬.
Macam-macam I’rab ada empat:
1. Raf’a / Rofa’ (‫ )الرفع‬masuk kepada Kalimah Isim dan Kalimah Fi’il (‫)الفعل و االسم‬
2. Nashb / Nashob (‫ )النصب‬masuk kepada Kalimah Isim dan Kalimah Fi’il (‫)الفعل و االسم‬
3. Jarr / jar (‫ )الجر‬masuk kepada Kalimah Isim (‫)االسم‬
4. Jazm / Jazem (‫ )الجزم‬masuk kepada Kalimah Fi’il (‫)الفعل‬

4 Tanda Asal I’rab: Dhammah, Fathah, Kasrah dan Sukun » Alfiyah Bait 25-
26
3 Oktober 2010Ibnu Toha18 komentar

‫س ْـر‬
ُ َ‫ع ْبــ َدهُ ي‬ ِ َّ ‫ــــــرا ً كَــ ِذ ْك ُر‬
َ ‫َّللا‬ َ ‫س‬ ْ ‫ َك‬¤ ‫ض َم َوا ْن ِصبَ ْن فَتْ َحا ً َو ُج ْر‬
َ ‫فَ ْارفَ ْع ِب‬
Rofa’kanlah olehmu dengan tanda Dhommah, Nashabkanlah! Dengan tanda Fathah,
Jarrkanlah! Dengan tanda Kasrah. Seperti lafadz Dzikrullahi ‘Abdahu Yasur.

ْ ‫حْو َجا أ َ ْخــو بَنِي نَ ِم‬


‫ــر‬ ُ َ‫ب ن‬ ْ ُ‫ يَن‬¤ ‫غ ْي ُر َما ذُ ِك ْر‬
ُ ‫ــو‬ َ ‫س ِك ْي ٍن َو‬
ْ َ ‫اجْز ْم ِبت‬
ِ ‫َو‬
Dan Jazmkanlah! Dengan tanda Sukun. Selain tanda-tanda yang telah disebut, merupakan
penggantinya. Seperti lafadz: Jaa Akhu Bani Namir

Bait ini menerangkan bahwa asal-asal I’rab ditandai dengan Harkah dan Sukun. Maka asal tanda Rafa’
adalah Dhammah (ٌَ ), tanda asal Nashab adalah Fathah (ٌَ ), tanda asal Jar adalah Kasrah (ٌِ) dan tanda
asal Jazm adalah Sukun (ٌْ). Dengan demikian apabila ada kalimah yang tidak kebagian tanda i’rob asal
(Harkah atau Sukun), maka bagiannya adalah tanda i’rab Pengganti Asal (Bisa juga Harkah, Huruf atau
membuang Huruf).
Contoh Tanda I’rab asal, sebagaimana tertulis pada Bait di atas:

‫س ِّر‬
ُ َ‫ع ْب َدهُ ي‬ ِ ‫ِذ ْك ُر‬
َ ‫هللا‬
Lafadz ٌ‫ ِذ ْك ُر‬Rofa’ dengan Dhommah, lafazh ٌ‫هللا‬
ِ Jar dengan Kasroh dan lafazh ‫ َع ْب ٌَد‬Nashob dengan Fathah.

Tanda I’rab pengganti adalah sbb:


 Menggantikan Dhammah tanda asal Rafa’ yaitu: Wau, Alif dan Nun (‫و‬, ‫ا‬, ‫)ن‬
 Menggantikan Fathah tanda asal Nashab yaitu: Alif, Ya’, Kasrah, dan membuang Nun (‫ا‬, ‫ي‬,
, ‫)النون حذف‬
 Menggantikan Kasrah tanda asal Jar yaitu: Ya’ dan Fathah (‫ي‬, ٌَ )
 Menggantikan Sukun tanda asal Jazm yaitu: membuang huruf.
Dengan demikian I’rob Rofa’ mempunyai empat tanda, I’rob Nashob mempunyai lima tanda, I’rob Jar
mempunyai tiga tanda dan I’rob Jazm mempunyai dua tanda. Jadi keseluruhan tanda i’rob adalah 14
tanda, 4 tanda asal dan 10 tanda pengganti asal.

Contoh Tanda I’rab pengganti, sebagaimana tertulis pada Bait di atas:

‫َجا أ َ ُخو بَ ِنى نَ ِم ْر‬


Lafazh ‫ أَخُو‬Rofa’ dengan Wau pengganti Dhommah dan Lafazh ‫ بَنِى‬Jar dengan Ya’ pengganti Kasroh.

Archive for the ‘Bait 27’ Category


Tanda I’rab Pengganti: Rafa’ dg Wau, Nashab dg
Alif, Jar dg Ya’. Berlaku pada Asmaus-Sittah
3 Oktober 2010Ibnu Toha5 komentar

ْ ‫س َما أ َ ِص‬
‫ف‬ ْ َ ‫اء َما ِم َن األ‬
ٍ َ‫اجْر ْر ِبي‬ ْ ‫ــوا ٍو َوا ْن ِصبَ َّن ِباأل َ ِل‬
ُ ‫ َو‬¤ ‫ف‬ َ ‫َو ْارفَ ْع ِب‬
Rofa’kanlah dengan Wau, Nashabkanlah dengan Alif, dan Jarrkanlah dengan Ya’, untuk Isim-
Isim yang akan aku sifati sebagai berikut (Asmaus Sittah):…→

Bait Alfiyah ke 27 ini, menerangkan tentang I’rab Pengganti bagian pertama, sebagai
pengganti dari Irab asal. Yaitu kalimah yang dii’rab dengan Huruf (wau-alif-ya’) pengganti dari i’rab
harkah (dhammah-fathah-kasrah) demikianlah yang masyhur di kalangan Ahli Nahwu. Namun yang
benar menurut mereka adalah bahwa status kalimah tsb, tetap dii’rob dengan Harkah secara
taqdiran/dikira-kira artinya: Rofa’ dengan Dhommah yang dikira-kirakan atas Wau, Nashab dengan
Fathah yang dikira-kirakan atas Alif dan Jar dengan Kasrah yang dikira-kirakan atas Ya’. Merupakan
I’rab yang berlaku pada Asmaaus-Sittah/‫( الستة األسماء‬Kalimah Isim/kata benda yang
enam) yaitu: ‫أب‬،
ٌ ‫خ‬ٌ ‫أ‬، ‫ح ٌم‬، ‫ف ٌم‬، ٌ‫هن‬، ‫ ذُو‬.
Maka kalimah-kalimah ini dirafa’kan dengan Wau sebagai pengganti dari Dhammah. Contoh:

َ ‫َوأَبُونَا‬
ٌ ‫ش ْي ٌخ َك ِب‬
‫ير‬
sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya.
Dinashabkan dengan Alif pengganti dari Fathah. Contoh:

ُ‫ت ذَا ا ْلقُ ْربَى َحقَّه‬


ِ ‫َوآ‬
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya
Dijarkan dengan Ya’ pengganti dari Kasrah. Contoh:

‫ْار ِجعُوا إِلَى أَبِي ُك ْم‬


Kembalilah kepada ayahmu

Syarat Dzu (‫ & )ذو‬Famun (‫ )فم‬yang tergolong


pada Asmaus-Sittah » Alfiyah Bait 28
5 Oktober 2010Ibnu Toha5 komentar

ُ ‫ َوا ْلفَــــــ ُم َح ْي‬¤ ‫صحْ بَةً أَبَانَا‬


‫ث ا ْل ِم ْي ُم ِم ْنهُ بَانَا‬ ُ ‫ِم ْن ذَاكَ ذُو ِإ ْن‬
Diantara Isim-Isim itu (Asmaus Sittah) adalah Dzu jika difahami bermakna Shahib (yg
memiliki), dan Famu sekiranya Huruf mim dihilangkan darinya.

Syarah Alfiyah, Audhahul Masalik - Ibnu Hisyam


Termasuk pada Asmaus-Sittah atau Isim-isim yang tanda rafa’nya dengan wawu (‫)و‬, tanda nashabnya
dengan alif (‫ )ا‬dan tanda jar-nya dengan ya’ (‫)ي‬, yaitu Dzu (‫ )ذو‬dan Famun (‫)فم‬.

Persyaratan lafazh Dzu (‫ )ذو‬yang tergolong pada Asmaus-Sittah adalah Dzu (‫ )ذو‬yg difahami makna
Shahib/‫( الصاحب‬Si empunya/pemilik). Contoh:

‫َجائَنِ ْي ذُ ْو َما ٍل‬


Si Hartawan datang kepadaku.

ْ َ‫َوهللاُ ذُو ف‬
‫ض ٍل ع َِظ ٍيم‬
Dan Allah mempunyai karunia yang besar
Itulah maksud dalam Bait Syair diatas “adalah Dzu jika difahami bermakna Shahib” untuk
membedakan dengan Dzu (‫ )ذو‬Isim Maushul (sering digunakan oleh kaum Thayyi’) karena Dzu (‫ )ذو‬Isim
Maushul ini, tidak mempunyai makna si pemilik, tapi ia memiliki makna seperti ‫ الذي‬. hukum Dzu Isim
Maushul ini Mabni. Artinya tetap dalam satu bentuk ‫ ذو‬baik keadaan rafa’, nashab dan jar-nya. Contoh:

‫ َم َر ْرتُ بِذُو قَا َم‬, ‫ َرأيْتُ ذُو قَا َم‬, ‫َجا َءنِ ْي ذُ ْو قَا َم‬
Dia yang berdiri mendatangiku, Aku melihat dia yang berdiri, Aku bertemu dengan dia yang
berdiri.
Sebagaimana contoh dalam syair arab

‫ي ِم ْن ذُو ِع ْن َد ُه ْم َما َكفَا ِن َيا‬ ْ ‫ فَ َح‬¤ ‫ون لَ ِقيتُـ ُه ْم‬


َ ‫س ِب‬ ِ ‫فَ ِإ َّمـا ِك َرا ٌم ُمو‬
َ ‫س ُر‬
Adapun mereka yang mulia lagi mudah hidupnya (kaya), bilamana aku menemuinya, maka
cukuplah bagiku kemurahan yang ada padanya itu dalam melayaniku (sebagai tamu) .
Demikian juga disyaratkan pada lafazh Famun (‫ )فم‬dalam I’rob Asmaus-Sittah yaitu Huruf mim harus
dihilangkan daripadanya. Contoh:

َ ُ‫ نَ َظ ْرت‬,ُ‫ َرأيْتُ فَاه‬,ُ‫َهذَا فُ ْوه‬


‫إلى فِ ْي ِه‬
Ini mulutnya, aku lihat mulutnya, aku memandang kepada mulutnya.
Apabilah Huruf Mimnya tidak dihilangkan daripadanya maka di-I’rob dengan Harkah. Contoh:
‫إلى فَ ٍم‬
َ ُ‫ نَ َظ ْرت‬,‫ َرأيْتُ فَ ًما‬,‫َهذَا فَ ٌم‬
Ini mulut, aku lihat mulut, aku memandang kepada mulut.

Aksen Bahasa Arab Untuk Lafazh ‫اب‬، ‫أخ‬، ‫ حم‬dan ‫هن‬


menghasilkan I’rob Itmam, Naqsh dan Qashr »
Alfiyah Bait 29-30
9 Oktober 2010Ibnu Toha1 komentar

َ ْ‫ص فِي هذَا األ َ ِخ ْي ِر أَح‬


‫س ُن‬ ُ ‫ َوا ْلنَّ ْق‬¤ ‫خ َحـــ ٌم كَـــذَاكَ َو َهـــ ُن‬ ٌ َ‫أ‬
ٌ ‫بآ‬
Juga Abun, Akhun, Hamun, demikian juga Hanu. Tapi dii’rab Naqsh untuk yang terakhir ini
(Hanu) adalah lebih baik.

ْ َ ‫ َوقَص ُْر َها ِم ْن نَ ْق ِص ِه َّن أ‬¤ ‫ب َوتَـا ِليَ ْي ِه يَ ْنـــد ُُر‬


‫ش َه ُر‬ ٍ َ ‫َوفِي أ‬
Dan untuk Abun berikut yang mengiringinya (Akhun dan Hamun) jarang diri’rab Naqsh,
sedangkan dii’rab Qoshr malah lebih masyhur daripada I’rab Naqshnya.
Abun, Akhun, Hamun dan Hanu (‫اب‬، ‫أخ‬، ‫ حم‬dan ‫)هن‬, termasuk golongan Asma al-Sittah yang berlaku tanda
I’rob: Rofa’ denga Wawu, Nashob dengan Fathah dan Khofadh/Jarr dengan Ya’, sebagaimana I’rob Dzu
dan Famun yang telah disebutkan pada Bait sebelumnya.

Syarah Alfiyah, Dalilus Salik


I’RAB ITMAM, QASHR ATAU NAQSH UNTUK (‫اب‬، ‫أخ‬، ‫)حم‬
Menurut lughoh/logat/aksen yang masyhur dikalangan orang Arab, menjadikan tanda I’rab Asmaus-
sittah untuk lafazh (‫اب‬، ‫أخ‬، ‫ )حم‬terkenal dengan di-i’rab Itmam (Sempurna, menyertakan huruf illah (‫و‬-‫ا‬-
‫ )ي‬sebagai tanda I’rabnya).
Contoh:

‫َهذَا أَبُ ْوهُ َوأ َ ُخ ْوهُ َو َح ُم ْو َها‬


Ini Ayahnya/Saudaranya/mertuanya

‫َرأَيْتُ أَبَاهُ َوأ َ َخاهُ َو َح َما َها‬


Aku melihat Ayahnya/Saudaranya/mertuanya

‫َم َر ْرتُ بِأَبِ ْي ِه َوأ َ ِخ ْي ِه َو َح ِم ْي َها‬


Aku berpapasan dengan Ayahnya/Saudaranya/mertuanya.
Selanjutnya Ibnu Malik mensyairkan dalam Bait Syairnya “Dan untuk Abun berikut yang
mengiringinya (Akhun dan Hamun) jarang diri’rab Naqsh, sedangkan dii’rab Qoshr malah
lebih masyhur daripada I’rab Naqshnya.” Menunjukkan ada dua aksen lagi untuk ketiga Kalimah
dari Asmaus-Sittah tsb (‫اب‬، ‫أخ‬، ‫)حم‬.
Pertama: Naqsh (cacat/kurang) yaitu dengan membuang wawu, alif dan ya’ atau dengan di-irab
harakah zhahir.
Contoh:

‫َهذَا أَبُهُ َوأ َ ُخهُ َو َح ُم َها‬


Ini Ayahnya/Saudaranya/mertuanya

‫َرأَيْتُ أَبَهُ َوأ َ َخهُ َو َح َم َها‬


Aku melihat Ayahnya/Saudaranya/mertuanya

‫َم َر ْرتُ بِأَبِ ِه َوأ َ ِخ ِه َو َح ِم َها‬


Aku berpapasan dengan Ayahnya/Saudaranya/mertuanya.
Sebagaimana Syair Arab oleh Ru’bah bin Ajjaj dalam bahar rojaz musaddas:

َ ‫بِأَبِ ِه ْاقتَدَى‬
‫ َو َم ْن يُشَابِ ْه أَبَهُ فَ َما َظـلَ ْم‬¤ ‫عدِى في ا ْلك ََر ْم‬
Shahabah Adi (Shahabah Nabi, Adi bin Hatim ra.) mengikuti jejak ayahnya dalam hal
kemuliaan. Maka siapa saja yg mengikuti jejak ayahnya, ia tidak zhalim.
Aksen/logat seperti pada contoh syair diatas jarang ditemukan untuk lafazh (‫اب‬، ‫أخ‬، ‫ )حم‬artinya jarang
di-I’rab Naqsh.

Kedua: Qashr (ringkas) yaitu tetap dengan tanda Alif baik pada Rofa’, Nashab dan Jarnya.
Atau semua I’rabnya dikira-kira atas Alif dan disebut I’rab Qashr. Sebagaimana I’rab untuk isim-isim
Maqshur. Aksen seperti ini, dikalangan orang Arab (tepatnya oleh Bani Harits, Bani Khats’am dan Bani
Zubaid) lebih masyhur dipakai daripada I’rab Naqsh.
Contoh:

‫َهذَا أَبَاهُ َوأ َ َخاهُ َو َح َما َها‬


Ini Ayahnya/Saudaranya/mertuanya

‫َرأَيْتُ أَبَاهُ َوأ َ َخاهُ َو َح َما َها‬


Aku melihat Ayahnya/Saudaranya/mertuanya

‫َم َر ْرتُ ِبأَبَاهُ َوأ َ َخاهُ َو َح َما َها‬


Aku berpapasan dengan Ayahnya/Saudaranya/mertuanya.
Sebagaiman disebutkan dalam Syair Arab yang juga berbahar rojaz :

َ ‫ قَ ْد بَلَغَا فِي ال َمجْ ِد‬¤ ‫ِإ َّن أَبَـا َهــا َوأَبَـا أَبَـا َهــا‬
‫غايَتَا َها‬
Sesungguhnya Bapaknya dan bapak bapaknya (leluhurnya), benar-benar telah sampai pada
batas kemuliaannya.
I’RAB NAQSH ATAU ITMAM UNTUK (‫) هن‬
Sedangkan untuk lafazh Hanu (‫)هن‬, maka yang fasih adalah dengan tanda I’rab harakah secara zhahir.
Sebagaimana dalam Bait disebutkan “Tapi dii’rab Naqsh untuk yang terakhir ini (Hanu) adalah
lebih baik” maksudnya untuk lafazh Hanu lebih baik di-I’rab Naqsh (Cacat/kurang, tanpa menyertakan
huruf illah (‫و‬-‫ا‬-‫ )ي‬sebagai tanda I’rabnya) Contoh:

‫َهذَا َه ُن َز ْي ٍد َو َرأَيْتُ َه َن َز ْي ٍد َو َم َر ْرتُ ِب َه ِن َز ْي ٍد‬


Ini anunya Zaid, aku melihat anunya Zaid, aku lewat berpapasan dengan anunya Zaid.
‫( هن‬hanu) sebutan/kinayah untuk suatu yg jelek menyebutnya, ada mengartikan kemaluan, ada juga
mengartikan sosok manusia dsb, tergantung konteks kalimat. Contoh Lafadz Hanu yg terdapat dalam
Hadits, Rosulullah saw. Bersabda:

‫ضوهُ بِ َه ِن أَبِ ْي ِه َوالَ ت َ ْكنُ ْوا‬


ُّ ‫اء ا ْل َجا ِهليَّ ِة فَأ َ ِع‬
ِ ‫َم ْن تَعَ َّزى بِعَ َز‬
Barang siapa bangga menisbatkan/menjuluki dirinya dengan penisbatan Jahiliyah, maka
gigitkanlah ia pada anunya bapaknya (istilah Indonesia: kembalikan ke rahim ibunya). Dan
janganlah kalian memanggil dengan julukan itu!.
Contoh di-I’rob Itmam yang jarang dipakai untuk lafazh Hanu:

‫َهذَا َهنُ ْوهُ َو َرأَيْتُ َهنَاهُ َونَ َظ ْرتُ إلَى َهنِ ْي ِه‬
Ini Anunya. Aku melihat Anunya. Aku memandang pada Anunya.
Pendapat Imam Abu Zakariya Al-Farra’ beliau mengingkari terhadap kebolehan I’rab Itmam untuk lafazh
“Hanu”, namun ini ditangkis oleh hujah Imam Sibawaehi dengan hikayah orang-orang Arab yang meng-
itmamkan lafazh “Hanu” tsb. Demikian juga hujah para Ulama nahwu lain yang memelihara terhadap
aksen Bahasa Arab tentang Hanu dengan di-Itmam.

Kesimpulan pembahasan: bahwa lafazh (‫اب‬، ‫أخ‬، ‫ )حم‬terdapat tiga aksen/logat. Yang paling masyhur
adalah di-I’rab Itmam, kemudian di-I’rab Qashr, dan terakhir paling jarang digunakan dii’rab Naqsh.
Dan untuk lafazh (‫ )هن‬terdapat dua aksen/logat, paling masyhur dengan I’rab Naqsh dan paling jarang
dii’rab Itmam.
4 Syarat I’rob Asma al-Sittah: Mudhaf, tidak
Mudhaf pd Ya’ Mutakallim, Mukabbar dan
Mufrad » Alfiah Bait 31
11 Oktober 2010Ibnu Toha7 komentar

َ‫ــو أ َ ِب ْيـــكَ ذَا اعْـــتِل‬


ْ ‫ ِل ْليَــا كَــ َجا أ َ ُخ‬¤ َ‫ض ْف َن ال‬
َ ُ‫ب أ َ ْن ي‬
ِ ‫ط ذَا اْإلع َْرا‬
ُ ‫َوش َْر‬
Syarat I’rob ini (I’rob Asmaus-Sittah) yaitu harus di mudhaf-kan, tidak mudhof kepada Ya’
Mutakallim. Seperti contoh: “Jaa akhuu abiika dza’tilaa”.
Para Ahli Nahwu menentukan empat syarat untuk Asmaus-Sittah yang dii’rab dengan Huruf. yaitu:

Syarah Alfiyah, Al-Asymuni

1. Harus mudhaf, dipilihnya syarat ini untuk menjaga daripada yang tidak mudhof, karena yang
demikian akan di-i’rob dengan harokah zhohir. Contoh:

ٍ َ ‫ب َو َرأَيْتُ أَبًا َو َم َر ْرتُ بِأ‬


‫ب‬ ٌ َ ‫َهذَا أ‬
Ini seorang bapak, aku melihat seorang bapak, aku berjumpa dengan seorang bapak.

َ ‫ِإ َّن لَهُ أَبًا‬


ً ‫ش ْي ًخا َك ِب‬
‫يرا‬
sesungguhnya ia mempunyai ayah yang sudah lanjut usianya

ٌ‫خ أ َ ْو أ ُ ْخت‬
ٌ َ ‫َولَهُ أ‬
baginya seorang saudara laki-laki atau seorang saudara perempuan

‫قَا َل ائْتُونِي ِبأَخٍ لَ ُك ْم ِم ْن أ َ ِبي ُك ْم‬


ia berkata: “Bawalah kepadaku saudaramu yang seayah dengan kamu (Bunyamin)..
2. Tidak Mudhaf pada Ya’ Mutakallim. Contoh:
ُ‫َهذَا أَبُ ْو َز ْي ٍد َوأ َ ُخ ْوهُ َو َح ُم ْوه‬
Ini ayah Zaid/saudaranya/mertuanya.
Sedangkan apabila mudhaf kepada ya’ mutakallim, maka dii’rab dengan harakah muqaddar/dikira-kira
pada huruf terakhir sebelum ya’ mutakallim. Contoh:

‫َهذَا أ َ ِب ْي َو َرأَيْتُ أ َ ِب ْي َو َم َر ْرتُ ِبأ َ ِب ْي‬


Ini adalah bapakku, aku melihat bapakku, aku berpapasan dengan bapakku.

َ ‫ارو ُن ُه َو أ َ ْف‬
َ ‫ص ُح ِمنِِّي ِل‬
‫سانًا‬ ُ ‫َوأ َ ِخي َه‬
Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku

ِ ‫ي نَ ْع َجةٌ َو‬
ٌ‫اح َدة‬ َ ‫ون نَ ْع َجةً َو ِل‬
َ ُ‫سع‬ ْ ِ‫إِ َّن َهذَا أ َ ِخي لَهُ ت‬
ْ ِ‫س ٌع َوت‬
sungguhnya saudaraku ini mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing betina dan
aku mempunyai seekor saja.

‫يرا‬ ِ ْ ‫علَى َوجْ ِه أ َبِي يَأ‬


ً ‫ت بَ ِص‬ َ ُ‫فَأ َ ْلقُوه‬
lalu letakkanlah dia kewajah ayahku, nanti ia akan melihat kembali
3. Harus bershighat mukabbar (‫)مكبر‬, dipilihnya syarat ini untuk menjaga dari shigat mushaghghar
(‫)مصغر‬/memperkecil, karena yang dimikian ini dii’rab dengan harkah zhahir. Contoh:

ُّ َ‫َهذَا أُب‬
ُّ ‫ي َز ْي ٍد َوذُ َو‬
‫ي َما ٍل‬
Ini adalah bapak-kecilnya Zaid dan si hartawan yunior

َّ َ‫َو َرأَيْتُ أُب‬


َّ ‫ي َز ْي ٍد َوذُ َو‬
‫ي َما ٍل‬
Aku melihat bapak-kecilnya Zaid dan si hartawan yunior

ِّ ‫ي َز ْي ٍد َوذُ َو‬
‫ي ِ َما ٍل‬ ِِّ َ‫ومررت ِبأُب‬
Aku berpapasan dengan bapak-kecilnya Zaid dan si hartawan yunior
4. Harus Mufrad (tunggal), dipilihnya syarat ini, untuk menjaga dari bentuk Jamak, karena yang
demikian ini dii’rab dengan harkah zhahir. Contoh:

‫َهذَا آبَا ُء ُه ْم َو َرأَيْتُ آبَا َء ُه ْم َو َم َر ْرتُ ِبآبَائِ ِه ْم‬


Ini adalah bapak-bapak mereka, aku melihat bapak-bapak mereka, aku berpapasan dengan
bapak-bapak mereka.

ُ ‫ون أَيُّ ُه ْم أ َ ْق َر‬


‫ب لَ ُك ْم نَ ْفعًا‬ َ ‫آبَا ُؤ ُك ْم َوأ َ ْبنَا ُؤ ُك ْم َال تَد ُْر‬
(Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka
yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu.
Atau untuk menjaga dari bentuk dual, karena yang demikian ini dii’rab dengan tanda Alif ketika rofa’/Ya’
ketika Jar dan Nashab. Contoh:

‫ان أَبَ َوا َز ْي ٍد َو َرأَيْتُ أَبَ َو ْي ِه َو َم َر ْرتُ ِبأَبَ َو ْي ِه‬


ِ َ‫َهذ‬
Ini adalah kedua orang tua zaid, aku melihat kedua orang tua zaid, aku berpapasan dengan
kedua orang tua zaid.
َ ‫َو َرفَ َع أَبَ َو ْي ِه‬
‫علَى ا ْلعَ ْر ِش‬
Dan ia menaikkan kedua ibu-bapanya ke atas singgasana
Tidak disebutnya empat syarat diatas oleh Mushannif Alfiyah, kecuali dua syarat pertama, sedangkan
dua syarat sisanya sudah tersirat dalam contoh pada bait diatas, yaitu dengan contoh Mukabbar dan
Mufrad

َ‫َك َجا أ ُخو أ ِبيكَ ذَا ا ْعتِل‬


Telah datang saudara ayahmu yang berpangkat tinggi itu.
Dan perlu diketahui bahwa penggunaan Lafadz Dzu ‫ ذو‬Asmaus-sittah selamanya harus mudhaf karena
ia tidak pernah digunakan kecuali mudhaf, dan mudhafnya tertentu kepada Isim Jenis yang zhahir,
bukan Dhamir atau Shifat. Contoh:

‫َجا َء نِ ْي ذُ ْو َما ٍل‬


Si hartawan datang padaku
Tidak boleh melafalkan:

‫َجا َء ِن ْي ذُ ْو قَا ِئ ٍم‬


Iklan

Pengertian Tanda I’rob Isim Mutsanna/Tatsniyah dan Mulhaq-nya »


Alfiyah Bait 32-33-34
13 Oktober 2010Ibnu Toha5 komentar

َ‫ضــافَا ً ُو ِصل‬ ْ ‫ إذَا بِ ُمـــ‬¤ َ‫ف ْارفَع ا ْل ُمثَنَّى َو ِكل‬


َ ‫ض َم ٍر ُم‬ ِ ‫بِاأل َ ِل‬
Rofa’-kanlah! dengan tanda Alif terhadap Isim Mutsanna, juga lafadz Kilaa apabila
tersambung langsung dengan Dhamir, dengan menjadi Mudhaf.

‫ان‬
ِ َ‫جْــري‬
ِ َ‫ــن ي‬ ِ َ‫ان َواثْنَت‬
ِ ‫ كَا ْبنَــ ْي ِن َوا ْبنَت َ ْي‬¤ ‫ان‬ ِ َ‫ِك ْلتَا َكذَاكَ اثْن‬
Juga (Rofa’ dg tanda Alif) lafadz Kiltaa, begitupun juga lafadz Itsnaani dan Itsnataani sama
(I’rob-nya) dengan lafadz Ibnaini dan Ibnataini keduanya contoh yang di jar-kan.

ْ ‫ــــرا َونَصْـــبَا ً بَ ْع َد فَتْـــحٍ قَ ْد أ ُ ِل‬


‫ف‬ ْ ‫ف ا ْليَا فِي َج ِم ْي ِع َها األ َ ِل‬
ًّ ‫ َج‬¤ ‫ف‬ ُ ُ‫َوت َ ْخل‬
Ya’ menggantikan Alif (tanda Rofa’) pada semua lafadz tsb (Mutsanna dan Mulhaq-
mulhaqnya) ketika Jar dan Nashab-nya, terletak setelah harakah Fathah yang tetap
dipertahankan.
Kitab Hasyiyah Al-Khudhari penjelasan Syarah Ibnu 'Aqil
Telah disebutkan sebelumnya tanda I’rab dengan huruf sebagai pengganti dari I’rab Harakah yaitu pada
Asmaus-Sittah. Selanjutnya pada Bait ini, Kiyai Mushannif Ibnu Malik menerangkan tentang I’rab
pengganti asal bagian kedua, yaitu untuk tanda I’rob Isim Mutsanna (Kata benda dual) dan Muhaqnya
(Isim yang diserupakan Isim Tatsniyah/Mutsanna).

Definisi Isim Tatsniyah/Mutsanna dalam ilmu nahwu dan Sharaf adalah: Satu lafazh kalimah
yg menunjukkan dua buah objek, dikarenakan ada penambahan huruf zaidah di akhirnya, dapat
dibentuk mufrad/tunggal beserta dapat dipisah dan diathafkan terdiri dari dua lafazh yang sama. Contoh
Isim Tatsniyah:

‫ان‬
ِ ‫س ِل َم‬
ْ ‫ ُم‬,‫ان‬
ِ َ‫ض ْرب‬ ِ ‫َز ْيد‬
َ ,‫َان‬
Dua Zaid, dua pukulan, dua orang Muslim.
4 macam kategori lafazh kalimah tidak bisa dikatakan Isim Tatsniyah/Mutsanna:
1. Lafazh menunjukkan dua objek, tapi bukan sebab huruf tambahan. Contoh:

‫ش ْف ٌع‬
َ
Sepasang
2. Lafazh ada tambahan huruf zaidah semisal Isim Tatsniyah, tapi tidak menunjukkan dua objek.
Contoh:
 Menunjukkan Mufrad/tunggal dari isim sifat:

‫ نَ ْد َما ُن‬،‫س ْكرا ُن‬ َ ،‫ َرحْ َما ُن‬،‫َرجْ لَ ُن‬


َ ،‫ َج ْوعَا ُن‬،‫ش ْبعَا ُن‬
Pejalan kaki, pengasih, yang kenyang, yang lapar, yang mabuk, tukang minum.
 Menunjukkan Mufrad/tunggal dari isim alam / nama:

‫سا ُن‬ َ ،‫عثْ َما ُن‬


َ ‫ َح‬،‫عفَّا ُن‬ ُ
Utsman, ‘Affan, Hasan
 Menunjukkan Jamak dari jama’ taksir:

‫ ُج ْرذَا ٌن‬,‫ ُر ْغفَا ٌن‬,‫ ِص ْردَا ٌن‬,‫ ِغ ْل َما ٌن‬,‫ِص ْن َوا ٌن‬
Saudara-saudara sekandung, anak-anak muda, kumpulan burung-burung sejenis, adonan-
adonan roti/keju, kumpulan tikus-tikus.
Masing-masing ketiga jenis contoh-contoh kalimah diatas di-I’rab dengan Harkah Zhahir pada Nun
shighah bukan Nun maqom tanwin, sedangkan Alifnya adalah Lazim pada semua I’rabnya.

3. Lafazh menunjukkan dua buah tapi tidak dapat dimufrodkan/tunggal. Contoh:

ِ َ‫اثْن‬
‫ان‬
Dua
Tidak bisa dimufrodkan atau tidak bisa membuang huruf zaidah atau tidak bisa dilafalkan ٌ‫اثْن‬.
4. Lafazh menunjukkan dua buah objek, ada tambahan huruf zaidah, bisa dimufrodkan/tunggal, bisa
dipisah berikut diathafkan tapi bukan terdiri dari dua lafazh yang sama. Contoh sebagaimana orang
arab mengatakan:

‫القَ َم َر ْي ِن‬
Dua planet yg menyinari bumi
ُ ‫َوا ْلقَ َم ُر الش ْم‬
Karena setelah dipisah dan di-athafkan menjadi ‫س‬

‫اَبَ َو ْي ِن‬
Dua orang tua.
ُ َ ‫واأل ُ ُّم األ‬
Karena setelah dipisah dan di-athafkan menjadi ‫ب‬
Tanda I’rob Isim Mutsanna/Tatsniyah
Tanda I’rob untuk Isim Mutsanna adalah Rofa’ dengan huruf Alif sebagai ganti dari I’rob asal harakah
Dhammah, Nashab dengan Huruf Ya’ sebagai ganti dari Fathah juga Jar dengan huruf Ya’ sebagai ganti
dari Kasroh. Contoh:

‫علَ ْي ِه َما‬ َّ ‫ون أ َ ْنعَ َم‬


َ ُ‫َّللا‬ َ ُ‫ِين يَ َخاف‬
َ ‫قَا َل َر ُجلَ ِن ِم َن الَّذ‬
Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah
memberi nikmat atas keduanya.

َ ‫شيعَتِ ِه َو َهذَا ِم ْن‬


‫ع ُد ِّ ِو ِه‬ ِ ‫فَ َو َج َد فِي َها َر ُجلَ ْي ِن يَ ْقتَتِلَ ِن َهذَا ِم ْن‬
didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari
golongannya (Bani Israil) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir’aun).

‫َان لَ ُك ْم آيَةٌ فِي فِئَت َ ْي ِن ا ْلتَقَتَا‬


َ ‫قَ ْد ك‬
Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu
(bertempur).
Demikianlah I’rob Isim Tatsniyah menurut sebagian besar logat orang Arab. Dan sebagian lain (logat
bani Kinanah, Bani Harits bin Ka’ab, bani ‘Ambar, bani Bakar bin Wa’il, bani Zubaid, bani Kats’am, bani
Hamdan, bani ‘Udzrah) mengamalkan Isim Mutsanna dan Mulhaqnya dengan tanda Alif secara muthlaq;
baik rofa’, nashab dan jarnya. contoh:

‫َان ِكلَ ُه َما‬ َّ ِ‫َان ِكلَ ُه َما– َم َر ْرتُ ب‬


ِ ‫الز ْيد‬ َّ ُ‫َان ِكلَ ُه َما– َرأَيْت‬
ِ ‫الز ْيد‬ َّ ‫َجا َء‬
ِ ‫الز ْيد‬
Dua Zaid telah datang kedua-duanya – Aku melihat dua Zaid kedua-duanya – Aku bertemu
dengan dua Zaid kedua-duanya.
Demikian juga sebagian Qiraah membaca Inna ditasydid pada Ayat:

‫ان‬
ِ ‫اح َر‬
ِ ‫س‬ ِ َ‫قَالُوا ِإ ْن َهذ‬
َ َ‫ان ل‬
Mereka berkata: “Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir…”
Nabi bersabda:

‫ان فِي لَ ْيلَ ٍة‬ َ ‫الَ ِو‬


ِ ‫تر‬
Tidaklah dua Witir dalam satu malam.
Tanda I’rob Muhaq kepada Isim Mutsanna/Tatsniyah
Termasuk juga untuk I’rob Isim yang diserupakan atau di-mulhaq-kan dengan Isim Mutsanna atau
dikenal dengan sebutan Mulhaq Mutsanna, yaitu setiap isim/kata benda yang kurang mencukupi syarat
definisi Isim Mutsanna. Di antara isim-isim mulhaq tsb. Sebagaimana disebutkan dalam bait adalah:

Kilaa dan kiltaa (َ‫)وك ْلتَا كال‬, dengan prosedur sbb:


1. Diberlakukan seperti I’rab Isim Mutsanna, apabila Mudhaf pada Isim Dhamir. Contoh:

‫َجا َءنِ ْي ِكلَ ُه َما َو َرأَيْتُ ِكلَ ْي ِه َما َو ََ َم َر ْرتُ ِب ِكلَ ْي ِه َما‬
Keduanya (male) mendatangiku, Aku melihat keduanya, Aku bertemu dengan keduanya

‫َو َجا َءتْنِ ْي ِك ْلتَا ُه َما َو َرأَيْتُ ِك ْلت َ ْي ِه َِ َما َو َم َر ْرتُ ِب ِك ْلت َ ْي ِه َما‬
Keduanya (female) mendatangiku, Aku melihat keduanya, Aku bertemu dengan keduanya

ٌ ‫ال ِع ْل ُم َوالعَ َم ُل ِكلَ ُه َما َم ْطلُ ْو‬


‫ب‬
Ilmu dan Amal, kedua-duanya dituntut.

ٍ ِّ ُ ‫ِإ َّما يَ ْبلُغَ َّن ِع ْندَكَ ا ْل ِكبَ َر أ َ َح ُد ُه َما أ َ ْو ِكلَ ُه َما فَ َل تَقُ ْل لَ ُه َما أ‬
‫ف‬
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan “ah”
2. Diberlakukan seperti I’rab Isim Maqshur (tetap menggunakan Alif, pada Rafa’/Nashab/Jar). Apabila
Mudhaf pada Isim Zhahir. Contoh:

‫الر ُجلَ ْي ِن َو ِك ْلتَا ا ْل َم ْرأَت َ ْي ِن‬


َّ َ‫الر ُجلَ ْي ِن َو ِك ْلتَا ا ْل َم ْرأَت َ ْي ِن َو َرأَيْتُ ِكل‬
َّ َ‫َجائ َ ِن ْي ِكل‬
‫الر ُجلَ ْي ِن َو ِك ْلتَا ا ْل َم ْرأَت َ ْي ِن‬
َّ َ‫َو َم َر ْرتُ ِب ِكل‬
Datang kepadaku kedua pria dan kedua wanita itu. Aku melihat kedua pria dan kedua
wanita itu. Aku berjumpa dengan kedua pria dan kedua wanita itu.

‫ِك ْلتَا ا ْل َجنَّت َ ْي ِن آتَتْ أ ُ ُكلَ َها‬


Kedua buah kebun itu menghasilkan buahnya
Itsnaani dan Itsnataaani (‫)واثْنَتَان اثْنَان‬, dengan prosedur sbb:
Diberlakukan Hukum I’rab seperti Isim Mutsanna tanpa syarat, sebagaimana contoh Isim
Mutsanna/Tatsniyah lafazh Ibnaani dan Ibnataani (‫)وا ْبنَتَان ا ْبنَان‬. Contoh:

ِ َ‫ف اثْن‬
‫ان‬ ُّ ‫ض َر ِم َن ال‬
ِ ‫ضيُ ْو‬ َ ‫َح‬
Telah hadir dua orang dari tamu-tamu itu.

‫ان ذَ َوا‬ َ ‫ض َر أ َ َح َد ُك ُم ا ْل َم ْوتُ ِح‬


ِ َ‫ين ا ْل َو ِصيَّ ِة اثْن‬ َ ‫ش َها َدةُ بَ ْينِ ُك ْم ِإذَا َح‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذ‬
َ ‫ِين آ َمنُوا‬
‫ع ْد ٍل ِم ْن ُك ْم‬
َ
Hai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kamu menghadapi kematian, sedang
dia akan berwasiat, maka hendaklah (wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil di
antara kamu…
Kesimpulan penjelasan Bait: Isim Mutsanna/Tatsniyah di rofa’-kan dengan Alif, demikian juga Kilaa
dan Kiltaa dengan syarat mudhaf dan mudhaf ilaih-nya harus isim dhamir. Sedangkan itsnaani dan
itsnataani diberlakukan seperi Isim Mutsanna sebagaimana Ibnaani dan ibnataani. Adapun ketika dalam
keadaan Nashab atau Jar, maka tanda irob-nya adalah Ya’ menempati tempatnya Alif ketika Rofa’.
Semua tanda irab Isim Mutsanna dan mulhaq-nya jatuh sesudah harakah Fathah, karena fathah ini
biasa berlaku untuk alif Tatsniyah. Maka tetap dipertahankan ketika bersama dengan Ya’.

Bentuk jamak & tanda i’rab Jama’ Mudzakkar


Salim: isim jamid, isim sifat, wau rafa’, ya’
nashab/jar » Alfiyah Bait 35
21 Oktober 2010Ibnu Toha5 komentar

ِ ‫َــــــــام ٍر َو ُم ْذ ِن‬
‫ب‬ ِ ‫ســــــــا ِل َم َج ْم ِع ع‬ ِ ‫َو ْارفَ ْع بِ َوا ٍو َوبِيَا اجْ ُر ْر َوا ْن ِص‬
َ ¤‫ب‬
Rafa’kanlah dengan Wau!, Jar-kan dan Nashabkanlah dengan Ya’! terhadap Jama’ Mudzakkar
Salim dari lafadz “‘Aamir” dan “Mudznib”
Telah disebutkan sebelumnya, dua bagian yang dii’rab dengan huruf pengganti I’rab asal yaitu Asmaus-
Sittah dan Isim Mutsanna. Kemudian pada Bait ini Mushannif menyebut bagian ketiga tanda I’rab
dengan Huruf untuk Jama’ Mudzakkar Salim berikut mulhaq-mulhaqnya yang akan disebut pada bait-
bait selanjutnya. Yaitu tanda I’rab dengan Wau ketika Rafa’ dan dengan Ya’ ketika Nashab atau Jar-nya.
Contoh:

‫ف‬
ِ ‫رو‬ ِ ‫أ َ ْفلَ َح‬
ْ ‫اآلم ُر ْو َن ِبا ْل َم ْع‬
Beruntunglah mereka yang memerintah dengan ma’ruf.

ِ ‫اآلم ِر ْي َن بِاْل َم ْع ُر ْو‬


‫ف‬ ِ ُ‫ش َِج ْعت‬
Aku memberi motifasi kepada pemerintah-pemerintah dengan ma’ruf.

ِ ‫اآلم ِر ْي َن ِبا ْل َم ْع ُر ْو‬


‫ف‬ ِ ‫علَى‬
َ ُ‫سلَّ ْمت‬
َ
Aku memberi salam untuk mereka yang memerintah kepada yang ma’ruf.
Definisi Jamak Mudzakkar Salim adalah: Isim yang menunjukkan arti lebih dari dua dengan sebab
tambahan huruf di akhirnya, dapat di-mufrad-kan dan di-athaf-kan berupa lafazh yang sama. Contoh:

َ ‫فَ َر‬
‫ح ا ْلفَائِ ُز ْو َن‬
Bergembiralah orang-orang yang sukses.
Maka contoh kalimah isim diatas menunjukkan arti lebih dari dua, sebab huruf zaidah di akhirnya berupa
wawu dan nun, dapat dipisah dibentuk mufrad (tunggal) dengan membuang huruf zaidah menjadi ‫فائز‬
berikut di-athaf-kan terdiri dari lafazh yang sama, maka menjadi ‫آخر وفائز فائز جاء‬.

Maksud perkataan ‫“ السالم‬Salim” adalah selamat atau tidak berubah bentuk mufrad-nya ketika dibuat
bentuk Jamak. artinya, tetap langgeng lafazh mufrad –nya setelah dibuat Jamak, yakni huruf-hurufnya
tidak mengalami perubahan, baik jenisnya, jumlahnya atau harkah-nya. kecuali karena ada proses
I’lal. Misal ‫ المصطفى‬setelah dibuat jamak mudzakkar salim menjadi ‫ المصطفاون‬karena bertemu dua mati yaitu
Alif dan Wau jamak, maka Alif dibuang dan menjadi َ‫ص َطفَ ْون‬
ْ ‫ال ُم‬
Disebutkan pada bait diatas contoh lafazh ‫’“ ومذنب عامر‬Aamir dan Mudznib” menunjukkan bahwa kalimah
yang boleh di bentuk jamak dengan Jama’ Mudzakkar Salim ada dua kategori, yaitu Isim Jamid (‫) عامر‬
atau Isim Sifat (‫ )مذنب‬.

Disyaratkan untuk Isim Jamid yang dapat di-bentuk jamak dengan jama’ mudzakkar salim
dengan 5 syarat:
1. Harus berupa Isim Alam / kata nama. Contoh: ‫“ زيد‬Zaid”. ‫“ خالد‬Khalid”. Tidak diperkenankan untuk
isim jamid yang bukan isim alam contoh: ‫“ غالم‬anak kecil laki”, ‫“ رجل‬pria dewasa” kecuali jika dishighat
tashghir/dibentuk mini, maka boleh karena otomatis menjadi Isim Sifat contoh: ‫“ رجيل‬si pria kecil” dapat
dibentuk jama’ mudzakkar salim menjadi ‫رجيلون‬.
2. Harus nama laki-laki, tidak diperkenankan untuk nama perempuan misal: ‫“ زينب‬Zainab” ‫“ هند‬Hindun”
‫“ سعاد‬Su’ad”.
3. Harus nama makhluk ber-akal (yakni dari jenis makhluk yang berakal termasuk bayi dan orang gila).
Tidak diperkenankan untuk semisal nama hewan ‫“ الحق‬Lahiq” nama kuda.
4. Harus kosong dari Ta’ Muannats Zaidah. Tidak diperkenankan untuk contoh: ‫“ حمزة‬Hamzah” ‫طلحة‬
“Thalhah”.
5. Bukan dari Isim Alam hasil Tarkib (berasal dari susunan kata) contoh ‫“ سيبويه‬Sibawaihi”.
Contoh Jama’ Mudzakkar Salim dari Isim Alam yang mencukupi Syarat :

‫ َم َر ْرتُ ِب َز ْي ِد ْي َن‬.‫ َهنَأتُ َز ْي ِد ْي َن‬.‫َجا َء َز ْيد ُْو َن‬


Zaid-Zaid telah datang. Aku membantu Zaid-Zaid. Aku berjumpa dengan Zaid-Zaid.
Disyaratkan untuk Isim Sifat yang dapat di-bentuk jamak dengan jama’ mudzakkar salim
dengan 6 syarat:
1. Harus sifat bagi laki-laki, tidak diperkenankan seperti contoh: ‫“ حائض‬yang Haid” ‫“ مرضع‬yang menyusui”
2. Harus sifat bagi yang berakal, tidak diperkenankan untuk contoh: ‫“ صاهل‬yg meringkik” (sifat kuda)
3. Harus kosong dari ta’ muannats, maka tidak diperkenankan seperti contoh ‫“ عالمة‬tanda” ‫“ قائمة‬sangga”
‫“ صائمة‬tenang”.
4. Bukan Isim sifat dengan wazan ‫ أفعل‬yang muannts-nya adalah ‫ فعالء‬contoh: ‫“ أحمر‬yang merah” ‫أخضر‬
“yang hijau”.
5. Bukan Isim sifat dengan wazan ‫ فعالن‬yang muannts-nya adalah ‫ فعلى‬contoh: ‫“ سكران‬yang mabok”.
6. Bukan dari Isim Sifat yang sama bisa ditujukan untuk laki-laki dan atau perempuan contoh: ‫صبور‬
“yang sabar” ‫“ جريح‬yang terluka”
Contoh Jama’ Mudzakkar Salim dari Isim Sifat yang mencukupi Syarat :

‫َّللا َوك َِر ُهوا أ َ ْن يُ َجا ِهدُوا ِبأ َ ْم َوا ِل ِه ْم‬


ِ َّ ‫سو ِل‬ َ ‫ون ِب َم ْقعَ ِد ِه ْم ِخ َل‬
ُ ‫ف َر‬ َ ‫فَ ِر‬
َ ُ‫ح ا ْل ُم َخلَّف‬
‫َّللا‬
ِ َّ ‫س ِبي ِل‬ َ ‫س ِه ْم ِفي‬ ِ ُ‫َوأ َ ْنف‬
Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut perang) itu merasa gembira dengan tinggalnya
mereka di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa
mereka pada jalan Allah.

‫ين‬ ِ ْ‫ب ا ْل ُمح‬


َ ِ‫سن‬ ُّ ‫َّللاُ يُ ِح‬
َّ ‫َو‬
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

َ ‫َان ِبا ْل ُم ْؤ ِم ِن‬


‫ين َر ِحي ًما‬ َ ‫َوك‬
Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.
Kesimpulan penjelasan bait: Rofa’kanlah dengan wau sebagai ganti dari dhammah, Jar-kanlah dengan
Ya’ sebagai ganti dari kasrah, dan Nashab-kan juga dengan Ya’ sebagai ganti dari Fathah. Terhadap
Jama’ Mudzakkar Salim dari lafazh ‘Aamir (isim Alam) dan Lafazh Mudznib (isim Sifat).

Definisi&I’rab Isim Mulhaq Jama’ Mudzakkar Salim » Pembahasan kitab


alfiya bait 36-37-38
23 Oktober 2010Ibnu Toha3 komentar

| Alfiyah Ibn Malik Bait 36-37-38 | Designer: By Ibnu Toha | Font: Deco Type Naskh | Flatform:
CorelDraw&Photoshop |

َ ‫ َوبَابُـــهُ أ ُ ْل ِحــ‬¤ ‫ش ُر ْونَا‬


‫ق َواأل َ ْهــــلُ ْونَا‬ ْ ‫ش ْب ِه ذَ ْي ِن َو ِب ِه ِع‬
ِ ‫َو‬
….dan yang serupa dengan keduanya ini (“Aamir” dan “Mudznib”, pada bait sebelumnya).
Dan lafadz “‘Isyruuna dan babnya”, dimulhaqkan kepadanya (I’rab Jamak Mudzakkar Salim).
Juga lafadz “Ahluuna”

ِّ ِ ‫شذَّ َوا ْل‬


‫سـنُ ْونَا‬ َ ‫ـــو َن‬
ْ ‫ض‬ ُ ‫ َوأ َ ْر‬¤ ‫ْأولُو َوعَالَ ُم ْو َن ِع ِلِّيِّونَا‬
Juga lafadz “Uluu, ‘Aalamuuna, ‘Illiyyuuna dan lafazh Aradhuuna adalah contoh yang syadz
(paling jauh dari definisi Jamak Mudzakkar Salim). Juga Lafadz “sinuuna…..

ُ َ‫ ذَا ا ْلب‬¤ ‫َوبَابُهُ َو ِمثْ َل ِح ْي ٍن قَـ ْد يَ ِر ْد‬


‫اب َو ْه َو ِع ْن َد قَ ْو ٍم يَ َّط ِر ْد‬
.…dan babnya”. Terkadang Bab ini (bab sinuuna) ditemukan dii’rab semisal lafadz “Hiina”
(dii’rab harkat, dengan tetapnya ya’ dan nun) demikian ini ditemukan pada suatu kaum (dari
Ahli Nawu atau orang Arab)
Disebutkan pada awal bait diatas kalimat: “dan yang serupa dengan keduanya ini (“Aamir” dan
“Mudznib”, pada bait sebelumnya)” yakni, semua Isim Alam dan Isim shifat yang menggenapi syarat
sebagai Jama’ Mudzakkar Salim dimana tanda I’rab-nya dengan wau ketika rafa’ dan dengan ya’ ketika
nashab dan jar.
Kemudian disebutkan oleh kiyai Mushannif pada Bait kalimat selanjutnya, tentang Isim-isim yang
mulhaq/diikutkan kepada I’rab jama’ mudzakkar salim. Adalah Isim yang tidak mencukupi dari syarat
ataupun sifat yang wajib dimiliki oleh tiap Isim yang dapat dijadikan jama’ mudzakkar salim.

Dintara Isim-isim Mulhaq Jama’ Mudzakkar Salim tersebut, yang paling masyhur dalam penggunaannya
adalah:

 Kalimah isim yang menunjukkan arti banyak, dan tidak bisa dimufradkan baik secara lafazh atau secara
makna: yaitu bab ٌَ‫ش ُر ْون‬
ٌْ ‫( ِع‬dua puluh) hitungan dari 20, 30, 40 hingga – 90.
contoh Firman Allah:

‫ون يَ ْغ ِلبُوا ِمائَت َ ْي ِن‬


َ ‫صا ِب ُر‬ َ ‫ِإ ْن يَك ُْن ِم ْن ُك ْم ِعش ُْر‬
َ ‫ون‬
Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan
dua ratus orang musuh.

ً‫ين لَ ْيلَة‬
َ ‫سى أ َ ْربَ ِع‬ َ ‫َو ِإ ْذ َوا‬
َ ‫ع ْدنَا ُمو‬
Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat
puluh malam
 Kalimah isim yang tidak menggenapi sebagian syarat Jama’ Mudzakkar Salim, seperti lafazh ٌ‫أَ ْهل‬
dijamakkan menjadi ٌَ‫ أ ْهلُ ْون‬beserta ia bukan Isim Alam pun bukan Isim Sifat. Sebagaimana disebutkan
dalam syawahid syi’ir:

َ ْ‫َو َما ا ْل َما ُل َواْأل َ ْهلُ ْو َن ِإالَّ َودَائِ ٌع … َوالَ بُ َّد يَ ْوما ً أ َ ْن ت ُ َر َّد ا‬
‫لودَائِ ُع‬
Tidaklah harta dan sanak-keluarga melainkan hanyalah titipan, dan pastilah titipan itu suatu
hari akan dikembalikan.
Seperti itu juga lafazh ٌَ‫ َعالَ ُم ْون‬dari lafazh ٌ‫( َعالَم‬Alam, sesuatu selain Allah). Dijamakkan seperti Jama’
mudzakkar salim, beserta ia bukan Isim Alam pun bukan Isim Sifat. Contoh firman Allah:

َ ‫ب ا ْلعَالَ ِم‬
‫ين‬ ِ َّ ِ ‫ا ْل َح ْم ُد‬
ِ ِّ ‫َّلل َر‬
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
 Kalimah isim yang menunjukkan makna Jamak, namun secara lafazh ia tidak bisa dimufradkan. Semisal
lafazh ‫أ ُ ْولُ ٌْو‬. Contoh Firman Allah Swt.

‫َّللاُ أَنَّهُ َال إِلَهَ إِ َّال ُه َو َوا ْل َم َلئِكَةُ َوأُولُو ا ْل ِع ْل ِم‬


َّ ‫ش َِه َد‬
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang
menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu.
 Kalimah mufrad yang di-jamak-kan menjadi isim alam, semisal lafazh ٌَ‫( ِع ِِّليُّون‬kitab catatan amal baik,
tempat paling tinggi di Surga, tempat di langit ketujuh dibawah ‘Arsy) dari isim mufrad ٌ‫( ِع ِِّلي‬tempat
tinggi) akan tetapi ini bukan dari jenis yang berakal. Seperti dalam firman Allah:

َ ِّ‫اب ْاأل َ ْب َر ِار لَ ِفي ِع ِلِّ ِي‬


‫ين‬ َ َ ‫ك ََّل إِ َّن ِكت‬
Sekali-kali tidak, sesungguhnya kitab orang-orang yang berbakti itu (tersimpan) dalam
‘Illiyyin.

َ ُّ‫َو َما أَد َْراكَ َما ِع ِلِّي‬


‫ون‬
Tahukah kamu apakah ‘Illiyyin itu?
 Kalimah yang dijamakkan dengan merubah bentuk asal mufradnya, termasuk dari golongan jama’
taksir, akan tetapi ia di-mulhaq-kan kepada jama’ mudzakkar salim di-I’rab dengan huruf.
contoh: ٌَ‫اَ َرض ُْون‬, huruf Ra’ berharkah fathah, dan lafazh mufrad-nya disukunkan ٌ‫ – اَرْ ض‬perubahan bentuk
asal mufrad, termasuk dari mufrad muannats, jenis tidak berakal, bukan isim alam, dan bukan isim
sifat.

ٌَ‫ ِسن ُْون‬dan babnya, huruf Sin di-kasrahkan pada jamaknya, dan di-fathahkan pada bentuk mufradnya ٌ‫َسنَة‬
– perubahan bentuk asal mufrad, termasuk dari mufrad muannats, jenis tidak berakal, bukan isim alam,
dan bukan isim sifat. Contoh:

َ ِ‫سن‬
‫ين‬ ِ ‫ع َد َد‬ ِ ‫قَا َل َك ْم لَ ِبثْت ُ ْم فِي ْاأل َ ْر‬
َ ‫ض‬
Allah bertanya: “Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?”
Adapun maksud daripada bab ٌَ‫ ِسن ُْون‬adalah: setiap isim bangsa tiga huruf (Tsulatsi) yang dibuang Lam
Fi’ilnya dan diganti dengan Ta’ muannats marbuthah (‫)ة‬. Di’irab dengan harakah, bagi orang Arab ia
tidak digolongkan pada jamak taksir. Misalnya lafazh; ٌ‫ضة‬ َ ‫“ ِع‬kebohongan” jamaknya lafazh ٌَ‫ ِعض ُْون‬dg
meng-kasrah-kan huruf ‘Ain. Proses I’lal: asal mufradnya adalah ٌ‫ضو‬ َ ‫ ِع‬isim bangsa Tsulatsi, dibuang Lam
Fi’ilnya yaitu huruf Wau dan diganti dengan Ta’ muannats, maka menjadi ٌ‫ضة‬ َ ‫ ِع‬. Contoh Firman Allah:

َ ‫ِين َجعَلُوا ا ْلقُ ْر‬


َ ‫آن ِع ِض‬
‫ين‬ َ ‫الَّذ‬
(yaitu) orang-orang (yahudi dan nashrani) yang telah menjadikan Al Quran itu terbagi-bagi
(menjadikan kebohongan).
Contoh lain: ٌ‫ عِزَ ة‬manjadi ٌَ‫ ع ِِزيْن‬dan ٌ‫ مِ ائَة‬menjadi ٌَ‫ مِ ئِيْن‬dll.

َ ‫ش َما ِل ِع ِز‬
‫ين‬ ِ ‫ع َِن ا ْليَ ِم‬
ِّ ِ ‫ين َوع َِن ال‬
dari kanan dan dari kiri dengan berkelompok-kelompok
Lafazh ٌَ‫ ع ِِزيْن‬dinashabkan menjadi Haal. Mulhaq pada jama’ mudzakkar salim.

ٌَ‫ ِسن ُْون‬dan bab-babnya yang dii’rab dengan mengikuti irab jama’ mudzakkar salim ini, termasuk sebagian
aksen dari bangsa arab. Diantaranya pula ada yang meng-I’rab ٌَ‫ ِسن ُْون‬dan bab-babnya dengan harakah
zhahir pada huruf Nun terakhir yang biasanya ditanwinkan beserta tetapnya huruf Ya’ pada semua
I’rabnya, tak ubahnya ia di-i’rab semisal lafazh ٌ‫حِ يْن‬. Contoh:

ٌ‫سنِ ْي ٌن ُمجْ ِدبَة‬


ِ ‫َه ِذ ِه‬
Ini adalah tahun-tahun yang gersang

ِ ُ‫َوأَقِ ْمتُ ِع ْن َده‬


ً ‫سنِ ْينا‬
Aku tinggal bersamanya beberapa tahun.

‫سنِ ْي ٍن‬
ِ ‫س‬ َ َّ‫ستُ الن‬
َ ‫حْو َخ ْم‬ ْ ‫د ََر‬
Aku mempelajari Ilmu Nahwu selama lima tahun.
Disebutkan pada salah satu Syawahid Sya’ir dalam bahar Thawil:

‫ش ِيِّ ْبنَنَا ُم ْردَا‬ ِ ‫س ِنينَهُ × لَ ِع ْب َن ِبنَا‬


َ ‫ش ْيبا ً َو‬ ِ ‫ي ِم ْن نَجْ ٍد ف ِإ َّن‬
َ ‫َدعَا ِن‬
Tolong kawan…!
Jangan ungkit lagi tentang Kota Najd
Sesungguhnya tahun-tahun di kota itu…
Telah mempermainkanku ketika aku sudah dalam keadaan ber-uban.
Sesungguhnya tahun-tahun di kota itu…
Telah mengubaniku semenjak aku masih dalam keadaan sangat muda.
Lafazh ُ‫ ِسنِ ْينَ ٌه‬pada Syair diatas, menunjukkan nashab dengan harakah Fathah dan bukan dengan Ya’,
karena ia tidak membuang huruf Nun pada keadaan ia menjadi mudhaf.

Ada juga logat dan aksen bahasa arab, tetap meng-I’rab semua bentuk jama’ mudzakkar salim dan
mulhaq-mulhaqnya, diberlakukan seperti irab isim mufrad (dii’rab harakah pada nun dengan tetapnya
ya’) contoh:

‫علَى ُمعَ ِلِّ ِم ْي ٍن‬


َ ُ‫سلَّ ْمت‬
َ .ً ‫ َكلَّ ْمتُ ُمعَ ِلِّ ِم ْينا‬.‫َجا َء ُمعَ ِلِّ ِم ْي ٌن‬
Para pengajar telah datang. Aku berbicara pada para pengajar. Aku memberi salam pada para
pengajar.
Kesimpulan dari penjelasan bait:
Lafazh ٌَ‫ ِع ْش ُر ْون‬dan saudara-saudaranya di-mulhaq-kan atau diikutkan kepada jamak mudzakkar salim
dalam pengamalan I’rabnya. Seperti itu juga lafazh ٌَ‫ أ ُ ْولُ ٌْو – َعالَ ُم ْونٌَ – أ ْهلُ ْون‬dan ٌَ‫ ِع ِِّليُّون‬.

Sedangkan untuk Lafazh ٌَ‫ اَ َرض ُْون‬digaris-bawahi oleh Mushannif sebagai syadz dalam hal ke-mulhaq-
annya. Seperti itu juga lafazh ٌَ‫ ِسن ُْون‬dan babnya. Karena kedua lafazh ini adalah isim jenis bukan sifat,
bukan isim alam, muannats, tidak berakal, tidak salim lafaz mufradnya, sama sekali tidak memiliki
empat syarat untuk jamak mudzakkar salim. Oleh karena itu syadz-nya kedua lafazh tsb lebih kuat.

Disebutkan juga dalam bait: lafazh ٌَ‫ ِس ِنيْن‬dan babnya, di-I’rab semisal lafazh ‫ يْنٌٌِح‬yakni, menetapkan huruf
Ya’ dan Nun pada semua I’rabnya dengan dii’rab harkah zhahir atas Nun yang ditanwin pada nakirahnya.

Disebutkan pula dalam bait bahwa: ditemukan pada orang-orang arab yaitu mengi’rab semua lafazh
jamak mudzakkar salim dan mulhaq-mulhaqnya semisal irab pada lafazh ٌَ‫ ِسنِيْن‬yang diserupakan dengan
irab ٌ‫حِ يْن‬. ***

Syawahid Syair harakat Nun Jamak Mudzakkar Salim dan Mutsanna »


Penjelasan Alfiyah Bait 39-40
2 November 2010Ibnu Toha2 komentar

ْ ‫ فَ ْافــت َ ْح َوقَــ َّل َم ْن بِكَــ‬¤ ْ‫َونُ ْو َن َمجْ ُم ْوعٍ َو َما بِ ِه ا ْلت َ َحق‬
َ َ‫س ِر ِه ن‬
ْ‫طــق‬
Fathah-kanlah…! terhadap Nun-nya Jamak Mudzakkar Salim berikut Isim yang mulhaq
kepadanya. Ada sedikit orang Arab yang berucap dengan meng-kasrahkannya.

‫ست َ ْع َملُ ْوهُ فَا ْنت َ ِب ْه‬


ْ ‫ ِبعَـــ ْك ِس ذَاكَ ا‬¤ ‫ق ِب ْه‬ َ ِِّ‫َونُ ْو ُن َما ثُن‬
ِ ‫ي َوا ْل ُم ْل َح‬
Adapun Nun-nya Isim yang di-tatsniyah-kan berikut mulhaqnya, mereka (orang Arab)
mengamalakannya dengan kebalikan Jamak mudzakkar salim (yakni, Nun Tatsniyah
lebih banyak diamalkan dengan harakat kasrah) maka perhatikanlah…!
Huruf Nun (‫ )ن‬yang ada pada akhir kalimah isim Jama’ Mudzakkar Salim, yang masyhur diucapkan
dengan harakat Fathah untuk semua keadaan i’rabnya. Demikian juga di-harakat fathah, untuk Nun
yang ada pada isim mulhaq jamak mudzakkar salim. Tidaklah maksud pengharkatan huruf Nun ini
sebagai tanda i’rab, melainkan ia di-i’rab dengan huruf.
Ditemukan juga pada sebagian orang Arab (secara Syadz) meng-kasrahkan Huruf Nun setelah
Ya’ (yakni, ketika keadaan Nashab dan Jar) pada Jama’ Mudzakkar salim dan Mulhaq-
nya. Sebagaimana termaktub dalam Syawahid Syair :

Syair Bahar Wafir oleh Jarir Bin ‘Athiyyah seorang penyair dari Bani Tamim (28 – 110 H. / 648 – 827
M.) :

َ ِ‫ َوأ َ ْنك َْرنَا َزعَان‬¤ ‫ع ََر ْفنَا َج ْعفَرا ً َوبَني أبِي ِه‬
ِ ‫ف آ َخ ِر‬
‫ين‬
Kami kenal baik dengan Ja’far dan putra-putra dari ayahnya (Bani Abi Ja’far) …
dan kami mengingkari terhadap Zi’nifah-zi’nifah (bagian kolompok pengikut) yang lain.
* Lafadz ‫ْن‬
ٌِ ‫ آخ َِري‬huruf Nun dikasrahkan bersamaan ia adalah Jamak Mudzakkar Salim. Nashab menjadi
sifat bagi isim maf’ul ‫ِف‬ ٌَ ‫زَ َعان‬.

Juga Syair bahar Wafir oleh Penyair Suhaim bin Wusail Ar-Riyyahi (40 SH. – 60 H. / 583 – 680 M.)

َ ‫ أ َ َما يُ ْب ِق ْي‬¤ ‫وارتِ َحا ٌل‬


َّ َ‫عل‬
‫ي َوالَ يَ ِق ْينِي‬ ْ ‫أ َ ُك َّل ال َّد ْه ِر ِحل‬
apakah tetap berlangsung pada setiap masa … berdiam dan pergi ….
tidakkah masa membiarkanku menetap… dan memastikanku…. ???

‫او ْزتُ َح َّد األ َ ْربَ ِع ْي ِن‬ ُّ ‫َو َماذَا ت َ ْبت َ ِغي ال‬
َ ‫ َوقَ ْد َج‬¤ ‫شعَ َرا ُء ِم ِنِّي‬
ooo…gerangan apa… mereka para penyair akan memperdayaiku ….
sungguh masa ini telah aku lewati selama kurun masa empat puluh tahun ….
* Lafadz ‫ األ َ ْربَعيْن‬huruf Nun dikasrahkan bersamaan ia adalah Isim Mulhaq Jamak Mudzakkar Salim
majrur menjadi mudhaf ilaih.
Tidaklah kasrah pada Nun jamak salim dan mulhaqnya tersebut merupakan logat arab, ikhtilaf bagi
mereka yang berdalih sepert itu. Adapun Huruf Nun pada Isim Mutsanna dan Mulhaq-mulhaqnya,
yang masyhur di-harkati kasrah, sedangkan diharkati Fathah adalah merupakan logat bagi sebagian
orang arab. sebagaimana contoh syawahid syair :

Syair dalam Bahar Thawil oleh Shahabah Nabi Humaid bin Tsaur Al-Hilaliy ra. (? – 30 H. / ? – 650
M.)

ُ ‫ي ِإالَّ لَ ْم َحةٌ َوت َ ِغ ْي‬


‫ب‬ َ ‫ فَ َما ِه‬¤ ً‫شيَّة‬ َ ْ‫ستَقَلَّت‬
ِ ‫ع‬ َ َ ‫علَى أ‬
ْ ‫حْو ِذيَّ ْي َن ا‬ َ
dengan kelincahan kedua sayapnya (si burung Qutthah) terbang melesat pada senja hari…
tidaklah penglihatan ini melainkan hanya sekilas kemudian ia menghilang…
* Lafadz َ‫ أَحْ َوذي ْين‬huruf Nun difathahkan bersamaan dengan Ya’ tanda jar dari Isim Mutsanna yang di-
jarkan oleh huruf jar.
Bait Alfiyah di atas bukanlah maksud menghukumi jarang penggunaan harkah Kasrah untuk Nun
Jamak Mudzakkar Salim dan Harakat Fathah untuk Nun Isim Mutsanna. Tetapi maksudnya
(sebagaimana dalam kitab syarah kafiyah as-syafiyah oleh beliau) Harakat Kasrah nun Jama’
Mudzakkar adalah Syadz, sedangkan Harakat Fathah Isim Mutsanna adalah sebagaian Logat.
Dalam hal ini terdapat dua Qaul: 1. Fathah untuk Nun Mutsanna ketika bersama dengan Ya’, atau 2.
Fathah untuk Nun Mutsanna yang bersama Alif. Dzahirnya perkataan Mushannif adalah untuk Qaul
yang kedua, yakni Fathah Nun Mutsanna ketika bersama dengan Alif.
Contoh penggunaan Nun yang difathahkan dalam Syawahid Syair dari seseorang:
ْ َ ‫ف ِم ْن َها ا ْل ِج ْي َد َوا ْلعَ ْينَانَا … َو َم ْن ِخ َر ْي ِن أ‬
‫شبَ َها َظ ْبيَانَا‬ ُ ‫أَع ِْر‬
Aku mengenalinya…. lehernya….. kedua matanya…..
dan kedua lubang hidung tempat ingusnya… menyerupai hidung si Dzabyan….
* Lafadz ‫ ا ْلعَ ْينَانَا‬huruf Nun difathahkan bersamaan dengan tetapnya Alif bagi sebagian logat Arab pada
Isim Mutsanna yg dinashabkan karena athaf pada isim manshub.
Status syair diatas ada yang mengatakan mashnu’ (bukan dari bangsa arab), tidaklah 100% bisa
dijadikan sebagai syahid syair. diceritakan oleh Ibnu Hisyam bahwa kesubhatan status Syair diatas,
yaitu terkumpulnya dua logat dalam satu bait, menetapkan Alif lafazh tatsniyah ketika nashab
ْ
(‫)العَ ْينَانَا‬ dan lafadz lain menggunakan Ya’ pada (‫) َم ْنخ َريْن‬. sedangkan imam Sibawaihi dalam kitabnya
mengatakan bahwa periwayatan syair diatas adalah Tsiqah dapat dipercaya.
Referensi:
1. ‫مالك ابن ألفية على عقيل ابن شرح‬
2. ‫عقيل ابن على الخضري حاشية‬
3. ‫ » الشعرية الموسوعة شعراء تراجم‬Download.rar 306 kB

Definisi Jama’ Muannats Salim dan I’rabnya »


Kajian Alfiyah Bait 41
4 November 2010Ibnu Toha7 komentar

◊◊◊

‫ب َمعَا‬ ْ َّ‫س ُر فِي ا ْل َج ِ ِّر َوفي الن‬


ِ ‫ص‬ ٍ ‫َو َمــــــا ِبتَـا َوأ َ ِل‬
َ ‫ يُ ْك‬¤ ‫ـــف قَ ْد ُج ِمعَـــــــا‬
Adapun kalimah yang di-jamak-kan dengan menambah Alif dan Ta’ (Jama’ Muannats
Salim), adalah ditandai harakat kasrah didalam Jar dan Nashabnya secara bersamaan.
Setelah rampung penjelasan tentang kalimah-kalimah yang di-i’rab dengan huruf sebagai pengganti
dari i’rab asal harakat, yaitu tanda I’rab Asmaus-Sittah, Isim Mutsanna dan Jama’ Mudzakkar Salim
pada bait-bait sebelumnya. Selanjutnya Kiyai Mushannif Alfiyah Muhammad Ibnu Malik –semoga
Allah Merahmatinya– menerangkan tentang Kalimah-kalimah yang di-i’rab dengan Harakat sebagai
ganti dari Harakat tanda i’rab asal. Dalam hal ini terdapat dua kategori, yang pertama adalah dalam
Bait ke 41 ini. Yaitu kalimah yang di-jamak-kan dengan tambahan Alif dan Ta’ (‫ ت – ا‬/ alif zaidah dan
ta’ zaidah) atau dinamakan Jamak Muannats Salim.
◊◊◊

Definisi Jama’ Muannats Salim adalah: Lafazh yang menunjukkan lebih banyak dari dua,
disebabkan oleh penambahan dua huruf Alif dan Ta’ Zaidah di akhirnya. contoh:

ِ ‫ت ا ْل ُمت َ َح ِ ِّجبَا‬
‫ت‬ َ ‫َح‬
ِ ‫ض َر‬
Para wanita berjilbab telah hadir
ِّ ‫ ا ْل ُمتَح‬pada contoh ini adalah lafadz jamak dengan tambaha alif dan ta’, Jama’
*Maka lafazh ‫َجبَات‬
Mu’annats Salim.
◊◊◊

Tanda I’rab Jama’ Muannas Salim adalah: Rafa’ dengan Dhammah (i’rab asal), Jar dengan Kasrah
(i’rab asal) juga Nashab dengan Kasrah (pengganti i’rab asal Fathah). contoh:
ٍ ‫ض ُه ْم أ َ ْو ِليَا ُء بَ ْع‬
‫ض‬ ُ ‫ون َوا ْل ُم ْؤ ِمنَاتُ بَ ْع‬
َ ُ‫َوا ْل ُم ْؤ ِمن‬
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebahagian yang lain.

ُ ‫جْري ِم ْن تَحْ تِ َها اْأل َ ْن َه‬


‫ار‬ ِ ‫ين َوا ْل ُم ْؤ ِمنَا‬
ٍ ‫ت َجنَّا‬
ِ َ‫ت ت‬ َ ِ‫ع َد هللاُ ا ْل ُم ْؤ ِمن‬
َ ‫َو‬
Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat)
surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai

‫علَى‬
َ ُ‫وب هللا‬ َ ُ ‫ت َويَت‬ ِ ‫ين َوا ْل ُمش ِْركَا‬
َ ‫ت َوا ْل ُمش ِْر ِك‬
ِ ‫ين َوا ْل ُمنَافِقَا‬ َ ِّ‫ِليُعَ ِذ‬
َ ‫ب هللاُ ا ْل ُمنَافِ ِق‬
ِ ‫ين َوا ْل ُم ْؤ ِمنَا‬
‫ت‬ َ ‫ا ْل ُم ْؤ ِم ِن‬
sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang
musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang
mukmin laki-laki dan perempuan.
◊◊◊

Dua kategori bukan Jamak Mu’annats Salim adalah: 1. Lafazh Jama’ ada Alif dan Ta’ di akhirnya
tapi bukan Alif Zaidah, contoh:

َ ُ‫ق‬
ٌ‫ضاةٌ َو ُدعَاة‬
Para hakim dan para pendakwa
Dua lafazh ini, berupa Alif asli salinan dari asal huruf kalimah sebelum proses I’lal. asal bentuknya
َ ُ‫ ق‬ya’ diganti alif karena jatuh sesudah fathah, dan ٌ‫ ُد َع َوة‬wau juga diganti alif karena jatuh
adalah ٌ‫ضيَة‬
sesudah harakat fathah. Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat pada page Kaidah I’lal ke
1: https://nahwusharaf.wordpress.com/belajar-ilal/kaidah-ilal/kaidah-ilal-ke-1/
2. Lafazh Jama’ ada Alif dan Ta’ di akhirnya tapi bukan Ta’ Zaidah, contoh:

ٌ‫ أَص َْوات‬، ٌ‫ أ َ ْم َوات‬، ٌ‫أ َ ْبيَات‬


Bait-bait, Mayat-mayat, Suara-suara
Contoh ini, huruf Ta’-nya adalah asli kalimah bukan tambahan, lafazh mufradnya adalah ‫ْت‬
ٌ ‫ َبي‬، ‫ِّت‬
ٌ ‫ َم ِي‬، ‫ت‬
ٌ ‫ص ْو‬
َ

Dua kategori lafazh-lafazh jamak tersebut bukan Bab Jamak Muannats Salim, karena lafazh
menunjukkan jamak bukan karena sebab Alif dan Ta’. akan tetapi termasuk pada kategori bentuk
Jamak Taksir, dinashabkan dengan tanda irab asal yaitu Fathah. contoh:

ُ‫ي َوالَ تَجْ َه ُروا لَه‬ِِّ ‫ت النَّ ِب‬


ِ ‫ص ْو‬ َ ‫ِين آ َمنُوا الَ ت َ ْرفَعُوا أَص َْوات َ ُك ْم فَ ْو‬
َ ‫ق‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذ‬
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi,
dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras

َ ُ‫هلل َو ُك ْنت ُ ْم أ َ ْم َواتًا فَأَحْ يَا ُك ْم ث ُ َّم يُ ِميت ُ ُك ْم ث ُ َّم يُحْ ِيي ُك ْم ث ُ َّم ِإلَ ْي ِه ت ُ ْر َجع‬
‫ون‬ َ ‫ف ت َ ْكفُ ُر‬
ِ ‫ون ِبا‬ َ ‫َك ْي‬
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan
kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah
kamu dikembalikan?
◊◊◊
Kesimpulan penjelasan Bait 41: Sesungguhnya Lafazh yang di jamak sebab tambahan Alif dan Ta’,
di-i’rab dengan harakat kasrah ketika Jar dan Nashab secara bersamaan. Penyebutan Jar dengan
tanda kasrah, bukan sebagai penggati asal. Sedangkan penyebutan Nashab dg kasrah adalah pokok
pembahasan dalam Bait kali ini, yaitu bagian pertama dari tanda i’rab dg harakat pengganti dari i’rab
harakat asal.

ٍ ‫» أ َ ْذرعَا‬
Mulhaq Jama’ Muannats Salim ُ‫ أ ُ ْوالَت‬dan ‫ت‬
Penjabaran Alfiyah Bait 42
5 November 2010Ibnu Toha3 komentar

◊◊◊

‫ضا ً قُــ ِب ْل‬ ٍ ‫ كَــــأ َ ْذ ِرعَــا‬¤ ‫س َما ً قَ ْد ُج ِع ْل‬


َ ‫ت ِفــ ْي ِه ذَا أ َ ْيــ‬ ْ ‫َكذَا أ ُ ْوالَتُ َوالَّذِي ا‬
Demikian juga (Dii’rab seperti Jamak Muannats Salim) yaitu lafadz “Ulaatu”. Dan
Kalimah yang sungguh dijadikan sebuah nama seperti lafadz “Adri’aatin” (nama tempat di
Syam) yang demikian ini juga diberlakukan I’rab seperti Jamak Mu’annats Salim
Bait ini menerangkan tentang i’rab Isim-isim yang dimulhaq-kan pada Jama’ Muannats Salim. Dalam
hal ini ada dua kategori:

(1). Lafadz ُ‫ أ ُ ْوالَت‬. tanda irabnya diikutkan pada Jamak Muannats Salim, dimana ia tidak memenuhi
syarat definisi Jama’ Muannats Salim, karena secara Lafazh ia tidak memiliki bentuk mufrad,
dan secara makna ia jamak , mempunyai arti: mereka (jamak female) Si empunya . contoh:

‫ض ْع َن َح ْملَ ُه َّن‬ َ ‫َو ِإ ْن ك َُّن أ ُ ْوالَتُ َح ْم ٍل فَأ َ ْن ِفقُوا‬


َ َ‫علَ ْي ِه َّن َحتَّى ي‬
Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah
kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin
(2). Lafazh yang dijadikan sebuah nama (Isim Alam) dari asal lafazh jama’ muannats salim. Maka
menjadi Isim Alam dan secara otomatis bisa dipakai untuk mudzakkar dan muannats (male/female).
Seperti contoh lafazh ‫ت‬ ٍ ‫ أَ ْذرعَــا‬asal dari bentuk jamak ‫ أذرعة‬dengan bentuk mufrad ‫ ذراع‬kemudian
menjadi ٌ‫ أَ ْذ ِر َعـات‬sekarang menjadi sebuah nama negri dari wilayah pinggiran Syam. Terdapat tiga
Madzhab dalam menghukumi tanda Irab Isim yang sejenis ٌ‫أَ ْذ ِر َعات‬:
Madzhab pertama (Madzhab yg Shahih): dii’rab seperti lafazh Jamak Muannats Salim
sebagaimana ketika belum dijadikan sebuah nama berikut di-tanwin. contoh:

ٍ ‫ت َو َم َر ْرتُ ِبأ َ ْذ ِرعَا‬


‫ت‬ ٍ ‫َه ِذ ِه أ َ ْذ ِرعَاتٌ َو َرأَيْتُ أ َ ْذ ِرعَا‬
Ini negri Adri’at, aku melihat negri Adri’at, aku melewati negri Adri’at.
Madzhab kedua: menghukumi Rofa’ dengan dhammah, jar dan nashab dengan kasrah berikut
menghilangka tanda tanwin. contoh:

ِ ‫ت َو َم َر ْرتُ ِبأ َ ْذ ِرعَا‬


‫ت‬ ِ ‫َه ِذ ِه أ َ ْذ ِرعَاتُ َو َرأَيْتُ أ َ ْذ ِرعَا‬
Ini negri Adri’at, aku melihat negri Adri’at, aku melewati negri Adri’at.
Madzhab ketiga: menghukumi Rafa’ dengan dhammah, Jar dan Nashab dengan Fathah beserta
menghilangkan Tanwin, seperti Isim tidak munsharif (ber-illat Alami beserta Mu’annats Ma’nawiy).
contoh:

َ‫َه ِذ ِه أ َ ْذ ِرعَاتُ َو َرأَيْتُ أ َ ْذ ِرعَاتَ َو َم َر ْرتُ ِبأ َ ْذ ِرعَات‬


Ini negri Adri’at, aku melihat negri Adri’at, aku melewati negri Adri’at.
◊◊◊
Contoh Syahid syair untuk lafazh ٌ‫( أَ ْذ ِر َعات‬nama tempat di negeri Syam) boleh di-i’rab sesuai ketiga
Madzhab diatas. Syair bahar Thawil oleh Imru-ul Qais bin Hujr al-Kindi (130 SH. – 80 SH. / 497 – 535
M.)

َ ْ‫ ِبيَث‬¤ ‫ت َوأ ْهلُ َها‬


‫رب أ ْدنَى د َِار َها نَ َظ ٌر عَا ِلى‬ ْ ‫تَنَ َّو ْرتُها ِم ْن‬
ٍ ‫أذ ِرعا‬
dari kejauhan….
Kupandang api unggun negri Adri’at…
pada penduduknya yg berada di kota Yatsrib…
terasa paling terdekatnya rumah negri Adri’at…
adalah pemandangan yg bernilai seni tinggi…

Seperti lafazh ٌ‫ أَ ْذ ِر َعات‬yaitu contoh lafazh ‫ت‬


ٍ ‫ ع ََرفَا‬di dalam Al-Qur’an :

‫شعَ ِر ا ْل َح َر ِام‬ ْ َ‫ت ف‬


ْ ‫اذك ُُروا هللاَ ِع ْن َد ا ْل َم‬ ْ َ‫فَ ِإذَا أَف‬
ٍ ‫ضت ُ ْم ِم ْن ع ََرفَا‬
Maka apabila kamu telah bertolak dari ‘Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy’aril-haram
Kesimpulan penjelasan Bait : bahwa lafazh ٌُ‫ أ ُ ْوالَت‬ditandai dengan kasrah didalam Jar dan
Nashabnya di-mulhaq-kan/mengikuti irab jamak muannats salim. demikian juga lafazh yang dijadikan
sebuah nama (ٌ‫ )أَ ْذ ِر َعات‬dari asal bentuk lafazh jamak muannats salim.

Isim tidak munsharif/ghair munawwan, jar


dengan fathah syarat tidak mudhaf atau tanpa
AL » Alfiyah Bait 43
5 November 2010Ibnu Toha10 komentar

◊◊◊

ْ ‫ف أ َ ْويَكُ بَ ْع َد أ ْل َرد‬
‫ِف‬ َ ُ‫ َمالَ ْم ي‬¤ ‫ف‬
ْ ‫ض‬ َ ‫ــر ِبا ْلفَتْ َحـ ِة َمـاال يَ ْن‬
ْ ‫ص ِر‬ َّ ‫َو ُج‬
Jar-kanlah olehmu…! dengan tanda Fathah terhadap Isim yang tidak munsharif, selagi
tidak dimudhafkan atau tidak berada setelah AL dengan mengekorinya

Diterangkan dalam Bait ini, bagian kedua dari Isim yang di-i’rab dengan harakat pengganti dari
harakat asal. Yaitu Isim yang tidak Munsharif atau Isim ghair Munawwan atau isim yang tidak
ditanwin.
Definisi Isim tidak munsharif adalah: setiap kalimah isim mu’rab yang menyerupakan kalimah fi’il
didalam hal terdapatnya dua illat dari sembilan illat, atau terdapat satu illat yg menempati maqom
dua illat.
ْ ‫“ َع‬yg haus” (Sifat dan Ziadah
Contoh lafazh terdapat dua illat ‫“ أ َ ْخ َم ٌُد‬Ahmad” (Alami dan Wazan Fi’il) ٌُ‫طشَان‬
Alif-Nun). contoh lafazh satu illat ‫اج ٌَد‬ ِ ‫س‬َ ‫“ َم‬Masjid-masjid” (bentuk/shighat Muntahal Jumu’).

Mengenai penyebab yang mencegah ditanwinkannya kalimah isim, dalam hal ini ada bab khusus yang
akan diterangkan secara jelas disana –insyaAllah–. sedangkan dalam Bait ini, dimaksudkan mengenai
hubungan dengan tanda I’rabnya. Rofa’ dengan Dhammah (i’rab asal), Nashab dengan Fathah (i’rab
asal) dan Jar dengan Fathah (menggantikan i’rab asal Kasrah) contoh:

‫ََ َجا َء أَحْ َم ُد َرأَيْتُ أَحْ َم َد َم َر ْرتُ ِبأَحْ َم َد‬


Ahmad datang, Aku melihat Ahmad, Aku berjumpa dengan Ahmad.

ِ ‫ف ِم ْن قَ ْب ُل ِبا ْلبَ ِيِّنَا‬


‫ت‬ ُ ‫َولَقَ ْد َجا َء ُك ْم يُو‬
ُ ‫س‬
Dan sesungguhnya telah datang Yusuf kepadamu dengan membawa keterangan-
keterangan

ِ ِ ‫َان أ ُ َّمةً قَانِتًا‬


‫هلل َحنِيفًا‬ َ ‫ِإ َّن ِإ ْب َرا ِهي َم ك‬
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh
kepada Allah dan hanif

َ ْ‫َو ِإذَا ُح ِيِّيت ُ ْم ِبت َ ِحيَّ ٍة فَ َحيُّوا ِبأَح‬


‫س َن ِم ْن َها‬
Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah
penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya
Sebagai pengecualian tetap Jar dengan tanda i’rab asal atau Kasrah, bilamana Isim tidak
munsharif/ghair munawwan tersebut berada pada dua posisi :

(1). Menjadi Mudhaf. contoh:

‫َم َر ْرتُ ِبأَحْ َم ِد ُك ْم‬


Aku berjumpa dengan Ahmad-mu

َ ْ‫ان فِي أَح‬


‫س ِن ت َ ْق ِو ٍيم‬ ِ ْ ‫لَقَ ْد َخلَ ْقنَا‬
َ ‫اإل ْن‬
َ ‫س‬
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya
Tapi jika posisinya sebagai Mudhaf Ilaih, maka tetap berlaku tanda irab pengganti Jar dengan Fathah.
contoh

‫اب أَحْ َم َد‬


ُ َ ‫َهذَا ِكت‬
Ini kitab Ahmad

َ ‫علَى ا ْلعَالَ ِم‬


‫ين‬ َ ‫ص َطفَى آ َد َم َونُو ًحا َوآ َل إِ ْب َرا ِهي َم َوآ َل ِع ْم َر‬
َ ‫ان‬ َ ‫إِ َّن‬
ْ ‫هللا ا‬
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran
melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing).
(2). Dimasuki huruf AL (‫)ال‬. contoh:

‫ب‬ َ ‫سأ َ ْلتُ ع َْن اْأل َ ْف‬


ِ َّ‫ض ِل ِم َن ال ُّطل‬ َ
Aku bertanya tentang siswa terbaik dari para siswa

‫اج ِد‬
ِ ‫س‬ َ ُ‫ش ُرو ُه َّن َوأ َ ْنت ُ ْم عَا ِكف‬
َ ‫ون فِي ا ْل َم‬ ِ ‫َوالَ تُبَا‬
janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam mesjid.
Kesimpulan pembahasan Bait:
Jarkanlah dengan Fathah sebagai pengganti dari i’rab asal Kasrah, terhadap isim yang tidak
munsharif/ghair munawwan dengan syarat tidak mudhaf atau tidak dimasuki oleh AL yang
mubasyaroh bertemu langsung tanpa pemisah.

I’rab Af’alul Khamsah/kata kerja yang lima » Keterangan Alfiyah Bait 43-
44
5 November 2010Ibnu Toha7 komentar

◊◊◊

ْ َ ‫ َر ْفـعَا ً َوت َ ْد ِعــ ْي َن َوت‬¤ ‫َواجْ عَ ْل ِلنَحْ ِو يَ ْفعَلَ ِن ا ْلنُّ ْونَا‬


‫ســـــأَلُونَا‬
Jadikanlah! Nun sebagai tanda Rofa’ untuk contoh Kalimah-kalimah yang seperti
lafadz ‫( يفعالن‬Fi’il Mudhori’ yg disambung dg Alif Tatsniyah) dan lafadz ‫( تدعين‬Fi’il Mudhori’
yg disambung dg Ya’ Mu’annats Mukhatabah) dan lafadz ‫( تسألون‬Fi’il Mudhori’ yg disambung
dg Wau Jamak)

‫ُــــونِي ِلت َ ُر ْو ِمي َمـــ ْظلَ َم ْه‬


ْ ‫ َكلَ ْم تَك‬¤ ‫س َم ْه‬
ِ ‫ب‬ ْ َّ‫َو َح ْذفُ َها ِل ْل َج ْز ِم َوا ْلن‬
ِ ‫ص‬
Sedangkan tanda Jazm dan Nashabnya, yaitu dengan membuang Nun. seperti contoh ‫ل ْم ج‬
‫ُــــونِي ِلتَ ُر ْو ِمي َمـــ ْظلَ َم ْه‬
ْ ‫تَك‬

Setelah selesai menerngkan tentang I’rab pengganti untuk kalimah isim, selanjutnya bait
menerangkan tentang I’rab pengganti untuk kalimah Fi’il. yaitu i’rab untuk Amtsilatul Khamsah atau
Af’alul Khamsah atau contoh-contoh kalimah Fi’il yang lima.
Pengertian Af’alul Khamsah/Fi’il yang lima adalah: Setiap kalimah fi’il mudhari’ yang
tersambung dengan Alif Tatsniyah, Wau jama’ atau Ya’ muannats mukhatabah.
Rinciannya sebagai berikut:

 Fi’il Mudhari’ yang tersambung dengan Alif Tatsniyah terdapat 2 bentuk (berawalan huruf
mudhara’ah Ya’ / Ta’ ) ada 4 penggunaan
 Fi’il Mudhari’ yang tersambung dengan Wau Jama’ terdapat 2 bentuk (berawalan huruf
mudhara’ah Ya’ / Ta’) ada 2 penggunaan
 Fi’il Mudhari’ yang tersambung dengan Alif Tatsniyah terdapat 1 bentuk (berawalan huruf
mudhara’ah Ta’) ada1 penggunaan
Lihat tabel berikut, Af’alul Khamsah ditandai warna oranye:

DIGUNAKAN UNTUK FI’IL AMAR FI’IL MUDHARI’ FI’IL MADHI


ORANG TUNGGAL
KETIGA × ُ ‫يَ ْن‬
‫ص ُر‬ َ َ‫ن‬
‫ص َر‬
MALE
DUAL
× َِ ‫ان‬ ُ ‫يَ ْن‬
ِ ‫ص َر‬ َ َ‫ن‬
‫ص َرا‬
JAMAK
× ُ ‫يَ ْن‬
‫ص ُر َو َْ َن‬ َ َ‫ن‬
‫ص ُر ْوا‬
ORANG TUNGGAL
KETIGA × ُ ‫ت َ ْن‬
‫ص ُر‬ َ َ‫ن‬
ْ‫ص َرت‬
FEMALE
DUAL
× َِ ‫ان‬ ُ ‫ت َ ْن‬
ِ ‫ص َر‬ َ َ‫ن‬
‫ص َرتَا‬
JAMAK
× ُ ‫يَ ْن‬
‫ص ْر َن‬ َ َ‫ن‬
‫ص ْر َن‬
ORANG TUNGGAL
KEDUA ُ ‫ا ُ ْن‬
‫ص ْر‬ ُ ‫ت َ ْن‬
‫ص ُر‬ َ َ‫ن‬
َ‫ص ْرت‬
MALE
DUAL
ُ ‫ا ُ ْن‬
‫ص َرا‬ ‫ان‬ ُ ‫ت َ ْن‬
ِ ‫ص َر‬ َ َ‫ن‬
‫صرت ُ َما‬
JAMAK
ُ ‫ا ُ ْن‬
‫ص ُر ْوا‬ ُ ‫ت َ ْن‬
‫ص ُر ْو َن‬ َ َ‫ن‬
‫ص ْرت ُ ْم‬
ORANG TUNGGAL
KEDUA ُ ‫ا ُ ْن‬
‫ص ِر ْي‬ ُ ‫ت َ ْن‬
‫ص ِر ْي َن‬ ‫ت‬ َ َ‫ن‬
ِ ‫ص ْر‬
FEMALE
DUAL
ُ ‫ا ُ ْن‬
‫ص َرا‬ َِ ‫ان‬ ُ ‫ت َ ْن‬
ِ ‫ص َر‬ َ َ‫ن‬
‫ص ْرت ُ َما‬
JAMAK
ُ ‫ا ُ ْن‬
‫ص ْر َن‬ ُ ‫ت َ ْن‬
‫ص ْر َن‬ َ َ‫ن‬
‫ص ْرت ُ َّن‬
ORANG TUNGGAL
PERTAMA × ُ ‫أ َ ْن‬
‫ص ُر‬ َ َ‫ن‬
ُ‫ص ْرت‬
MALE/
FEMALE DUAL/JAMAK
× ُ ‫نَ ْن‬
‫ص ُر‬ ‫صرنَا‬
َ َ‫ن‬
Tanda I’rab Af’alul Khamsah adalah:
Rafa’ dengan tetapnya Nun sebagai ganti dari Dhammah. contoh:

‫ُه ْم يَ ْفعَلُ ْو َن‬


mereka (lk) bekerja

‫ ت َ ْفعَلَ ِن‬/ ‫ُه َما يَ ْفعَلَ ِن‬


mereka berdua (lk/pr) berkerja

‫أ َ ْنت ُ ْم ت َ ْفعَلُ ْو َن‬


kalian (lk) bekerja

‫أ َ ْنت ُ َما ت َ ْفعَلَ ِن‬


kamu berdua (lk/pr) bekerja

ِ ‫أ َ ْن‬
‫ت ت َ ْفعَ ِل ْي َن‬
kamu seorang (pr) bekerja
Contoh Firman Allah:

‫ير‬ َ ُ‫َوهللاُ بِ َما ت َ ْع َمل‬


ٌ ‫ون بَ ِص‬
Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.
Nashab dan Jazem dengan membuang Nun sebagai ganti dari Fathah dan Sukun. contoh:

َ َّ‫فَ ِإ ْن لَ ْم ت َ ْفعَلُوا َولَ ْن ت َ ْفعَلُوا فَاتَّقُوا الن‬


‫ار‬
Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) – dan pasti kamu tidak akan dapat
membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka

Isim Maqshur dan Isim Manqush: definisi dan


tanda I’rabnya » Alfiyah Bait 46-47-48
7 November 2010Ibnu Toha3 komentar

◊◊◊

‫ص َطفَى َوا ْل ُم ْرتَقَي َمك َِار َما‬


ْ ‫ كَا ْل ُم‬¤ ‫اء َما‬ ْ َ ‫س ِ ِّم ُم ْعتَلًّ ِم َن األ‬
ِ ‫س َم‬ َ ‫َو‬
Namailah! Isim Mu’tal, terhadap Isim-Isim yang seperti lafadz ‫ص َطفَى‬ ْ ‫( ا ْل ُم‬Isim yang
ْ
berakhiran huruf Alif) dan seperti lafadz ‫( جججججججججج ال ُم ْرتَقَي‬Isim yang berakhiran
huruf Ya’).

‫ َج ِم ْيـعُهُ َو ْه َو الَّذِي قَ ْد قُ ِص َرا‬¤ ‫اب ِف ْي ِه قُ ِد َِّرا‬ ِ ‫فَاأل َ َّو ُل‬


ُ ‫اإلع َْر‬
Contoh lafadz yang pertama (‫ص َطفَى‬
ْ ‫ )ا ْل ُم‬Semua tanda I’rabnya dikira-kira, itulah yang disebut
Isim Maqshur.

‫ضــــا ً يُ َج ْر‬ َ ‫ َو َر ْفـعُهُ يُ ْن‬¤ ‫صبُهُ َظ َه ْر‬


َ ‫ــوى َكذَا أ ْي‬ ِ َّ ‫َوا ْلث‬
ٌ ُ‫ان َم ْنق‬
ْ َ‫وص َون‬
Contoh lafadz yang kedua (‫ )ا ْل ُم ْرتَقَي‬dinamakan Isim Manqush, tanda Nashabnya Zhohir.
Tanda Rofa’ dan juga Jarrnya sama dikira-kira.
Setelah menerangkan tentang tanda I’rab Kalimah-kalimah Isim dan Fi’il yang shahih, dan pada Bait-
bait selanjutnya akan menerangkan tentang tanda i’rab untuk Isim Mu’tal dan Fi’il Mu’tal. Dimulai dari
bait diatas dengan tanda Irab untuk Kalimah Isim Mu’tal. dalam hal ini terdapat dua isim Mu’tal yaitu
Maqshur dan Manqush:

°°°
ISIM MAQSHUR ‫المقصور‬

Definisi Maqshur adalah: Kalimah Isim Mu’rob yang berakhiran Alif Lazim. contoh ‫صى – َف َيى‬ َ ‫– َع‬
َ Keluar dari definisi Maqshur adalah: ‫( يَ ْخشَى – َر َمى‬Kalimah Fi’il). ‫( َعلى‬Kalimah Huruf). ‫( َمتَى‬Isim
‫ر َحى‬.
ٌْ ‫( ْال َهاد‬berakhiran Ya’). ‫َان‬
Mabni). ‫ِي‬ ٌِ ‫( زَ ْيد‬Berakhiran Alif tidak Lazim).
Irab Isim Maqshur :
Di-i’rab dengan Harakat Muqaddar/dikira-kira atas Alif pada semua keadaan i’rabnya. Sebab yang
mencegah i’rab zhahirnya karena udzur. Contoh Imamuna As-Syafi’i berkata:

contoh ketika Rafa’:

‫هللا‬
ِ ‫ضا‬ ِ ‫أ َ َه ُّم ا ْل َم َطا ِل‬
َ ‫ب ِر‬
Paling pentingnya pengharapan adalah mengharap Kerelaan Allah
contoh ketika Nashab:

ُ‫غايَةٌ الَ تُد َْرك‬


َ ‫اس‬
ِ َّ‫ضا الن‬
َ ‫ِإ َّن ِر‬
Sesungguhnya kerelaan manusia adalah batas yang belum final.
contoh ketika Jar:

َ ‫علَى ِر‬
َ‫ضا َوا ِل َد ْيك‬ َ ‫ص‬
ْ ‫ِحْر‬
ِ ‫ا‬
Tamaklah..! terhadap kerelaan kedua orang tuamu !
Allah berfirman:

ِ ‫ذَ ِلكَ ُهدَى‬


‫هللا يَ ْهدِي ِب ِه َم ْن يَشَا ُء ِم ْن ِعبَا ِد ِه‬
Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang
dikehendakiNya di antara hamba-hambaNya

‫ِين ا ْهتَد َْوا َزا َد ُه ْم ُهدًى َوآتَا ُه ْم ت َ ْق َوا ُه ْم‬


َ ‫َوالَّذ‬
Dan orang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka
dan memberikan balasan ketaqwaannya.

ُ ‫عنَّكَ فِي ْاأل َ ْم ِر َوا ْد‬


َ‫ع إِلَى َر ِبِّكَ إِنَّك‬ ُ ‫سكُوهُ فَ َل يُنَ ِاز‬ َ ‫ِل ُك ِ ِّل أ ُ َّم ٍة َجعَ ْلنَا َم ْن‬
ِ ‫سكًا ُه ْم نَا‬
ْ ‫لَعَلَى هُدًى ُم‬
‫ست َ ِق ٍيم‬
Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari’at tertentu yang mereka lakukan, maka
janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syari’at) ini dan serulah
kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus.
°°°

ISIM MANQUSH ‫المنقوص‬


Definisi Manqush adalah: Kalimah Isim Mu’rob yang berakhiran Ya’ Lazim tidak bertasydid
dan berada setelah harakat Kasrah . Contoh ‫الواف ْي – الساع ْي – القَض ْي‬. َ Keluar dari definisi Maqshur
adalah: ‫ي‬ٌْ ِ‫( يَعْط‬Kalimah Fi’il). ‫ِي‬ ٌْ ‫( ف‬Kalimah Huruf). ‫ِي‬ ٌْ ‫( ْالفَت‬berakhiran ٌِAlif layyinah/Ya’
ٌْ ‫( الذ‬Isim Mabni). ‫َى‬
maqshur). ‫ن‬ َ (jatuh sesudah sukun) ٌ‫( ُكرْ سِي‬Ya’ bertasydid). Untuk
ٌِ ‫( زَ ْي َد َي‬Berakhiran Ya’ tidak Lazim). ٌ‫ظبْي‬
َ dan ٌ‫ ُكرْ سِي‬tetap di-i’rab dengan harakat zhahir, Firman Allah:
Lafazh ٌ‫ظبْي‬
َ ‫فَأَذَاقَ ُه ُم هللاُ ا ْل ِخ ْز‬
‫ي فِي ا ْل َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا‬
Maka Allah merasakan kepada mereka kehinaan pada kehidupan dunia

ِ ُ‫علَى أ َ ْنف‬
‫س ُك ْم‬ ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬
َ ‫اس إِنَّ َما بَ ْغيُ ُك ْم‬
Hai manusia, sesungguhnya kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri
°

Tanda I’rab Isim Manqush, apabila ia dimasuki AL atau menjadi Mudhaf maka huruf Ya’-nya
ditetapkan:
Tanda Rofa’-nya dengan Dhammah yang dikira-kira atas Ya. Juga tanda Jar-nya dengan Kasrah
yang dikira-kira atas Ya’. Sedangkan sebab yang menjadikan tercegahnya Harakat secara zhahir
karena berat mengucapkannya » rujukan lihat pada Kaidah I’lal ke 5.
contoh ketika Rofa’ bersama AL:

‫سا ِع ْي ِل ْل َخ ْي ِر َكفَا ِع ِل ِه‬


َّ ‫ال‬
orang yang bertugas untuk kebaikan sama halnya dengan orang yg berbuat kebaikan itu
sendiri.
contoh ketika Rofa’ menjadi Mudhaf:

ِ َ‫َجا َء ق‬
َ ُ‫اضي ا ْلق‬
‫ضا ِة‬
Hakim agung telah datang.
contoh ketika Jar bersama AL:

‫علَى ا ْلبَا ِغ ْي تَد ُْو ُر الد ََّوا ِئ ُر‬


َ
balasan atas orang yang aniaya, bencana akan kembali padanya (karma tetap berlaku)
contoh ketika Jar menjadi Mudhaf:

‫ضا ِة‬ ِ َ‫علَى ق‬


َ ُ‫اضي ا ْلق‬ َ ُ‫سلَّ ْمت‬
َ
aku memberi salam pada Hakim agung.
Terkadang huruf Ya’ nya dibuang ketika rafa’ atau jar, sebagai penunjukan bahwa sebelum Ya’
berharakat kasrah, maka berlaku juga Isim Manqush yang bersamaan AL dan tanpa tanwin, seperti
berlakunya Isim Manqush yang tanpa AL dengan ditanwin. contoh:

contoh ketika Rafa’

َ ‫يَ ْو َم يَ ْدعُ الدَّاعِ ِإلَى‬


‫ش ْي ٍء نُك ٍُر‬
(Ingatlah) hari (ketika) seorang penyeru (malaikat) menyeru kepada sesuatu yang tidak
menyenangkan (hari pembalasan)
contoh ketika Jar

‫َان‬ ُ ‫يب أ ُ ِج‬


ِ ‫يب َدع َْوةَ الدَّاعِ ِإذَا َدع‬ َ ‫سأَلَكَ ِعبَادِي‬
ٌ ‫ع ِنِّي فَ ِإ ِنِّي قَ ِر‬ َ ‫َو ِإذَا‬
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila
ia memohon kepada-Ku
Tanda Nashab Isim Manqush yg dimasuki AL atau menjadi Mudhaf tersebut, adalah Nashab dengan
Harakat Zhahir.
contoh besamaan dengan AL

‫ي‬ ِ َ ‫ي َوا ْل ُم ْرت‬


َ ‫ش‬ َ ‫ش‬
ِ ‫الرا‬
َّ ‫هللا‬ ُ ‫لَعَ َن َر‬
ِ ‫س ْو ُل‬
Rasulullah melaknat orang yang memberi suap dan orang yang menerima suap.
contoh menjadi mudhaf

َ ُ‫ي الق‬
‫ضا ِة‬ َ ‫رأيت قاض‬
Aku melihat Hakim Agung

‫َّللا‬
ِ َّ ‫ي‬َ ‫يَا قَ ْو َمنَا أ َ ِجيبُوا دَا ِع‬
Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah
°

Tanda I’rab Isim Manqush, apabila ia tanpa AL atau tidak Mudhaf maka huruf Ya’-nya
dibuang dan mendatangi Tanwin ketika Rafa’ dan Jar. Atau Ya’-nya ditetapkan ketika
Nashab:
Tanda Rofa’-nya dengan Dhammah yang dikira-kira atas Ya yang dibuang. Juga tanda Jar-
nya dengan Kasrah yang dikira-kira atas Ya’ yang dibuang. Sedangkan sebab terbuangnya Ya’
tersebut, karena bertemunya dua mati yaitu Ya’ Manqush dan Tanwin » rujukan lihat pada Kaidah I’lal
ke 5.
contoh Rafa’ :

‫اض قَانِ ٍع‬


ٍ ‫ا ْل ُم ْؤ ِم ُن َر‬
Sorang Mu’min adalah seorang yang suka rela dan menerima apa adanya.

‫إِنَّ َما أ َ ْنتَ ُم ْنذ ٌِر َو ِل ُك ِ ِّل قَ ْو ٍم َها ٍد‬


Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan; dan bagi tiap-tiap kaum ada
orang yang memberi petunjuk.
contoh Jar :

‫ساعٍ ِلقَا ِع ٍد‬


َ ‫ب‬
َّ ‫ُر‬
Mungkin kali… seorang yg berusaha orang yg duduk-duduk (usaha bung…!)

‫ض ِل ِل هللاُ فَ َما لَهُ ِم ْن َها ٍد‬


ْ ُ‫َو َم ْن ي‬
Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka baginya tak ada seorangpun yang akan
memberi petunjuk.
Tanda Nashab-nya dengan Fathah yang Zhahir/terang contoh:

‫صلَ ِة‬ ْ ‫س ِم ْعتُ ُمنَادِيا ً يُنَاد‬


َّ ‫ِي ِلل‬ َ
Aku mendengar seorang pemanggil sedang memanggil untuk shalat.
ً ‫َو َكفَى ِب َر ِبِّكَ َها ِديًا َونَ ِص‬
‫يرا‬
Dan cukuplah Tuhanmu menjadi Pemberi petunjuk dan Penolong

Tanda I’rab Kalimah Fi’il Mu’tal » Kitab Alfiyah


Bait 49-50-51
8 November 2010Ibnu Toha3 komentar

◊◊◊

ْ ‫او ْأو يَا ٌء فَ ُم ْعتَلًّ ع ُِر‬


‫ف‬ ْ ‫آخ ٌر ِم ْنهُ أ َ ِل‬
ٌ ‫ ْأو َو‬¤ ‫ف‬ ُّ َ ‫َوأ‬
ِ ‫ي فِ ْعــ ٍل‬
Setiap Kalimah Fi’il yang akhirnya huruf illat Alif , Wau atau Ya’, maka dinamakan Fi’il
Mu’tal.

َ ‫ َوأ َ ْبـــ ِد نَص‬¤ ‫غ ْي َر ا ْل َج ْز ِم‬


‫ْب َما َكيَ ْدعُو يَ ْر ِمي‬ َ ‫فَاأل َ ِل‬
َ ‫ف ا ْن ِو فِ ْي ِه‬
Kira-kirakanlah! I’rab untuk Kalimah Fi’il yang berakhiran Alif pada selain Jazmnya. Dan
Zhohirkanlah! tanda nashab untuk Kalimah Fi’il yang seperti ‫( ججججججج‬Berakhiran
huruf Wau) dan ‫( ججججججج‬Berakhiran huruf Ya’)…

‫الز َمــــا‬ ِ ْ‫ ثَــلَثَـــ ُه َّن تَقـ‬¤ ‫ِف َج ِاز َما‬


ِ ‫ـــض ُحك َمــا‬ ْ ‫والرف َع فِ ْي ِه َما ا ْن ِو َواحْ ذ‬
َّ
dan kira-kirakanlah! tanda Rofa’ untuk kedua lafadz
(‫ ججججججج‬dan ‫) ججججججج‬. Buanglah (huruf-huruf illat itu) dimana engkau sebagai
orang yang menjazmkan ketiga Kalimah Fi’il Mu’tal tsb, maka berarti engkau memutuskan
dengan Hukum yang pasti.
Disebutkan dalam bait-bait ini tentang kalimah yang mu’tal bagian kedua. Yaitu kalimah Mu’tal untuk
kata kerja/kalimah Fi’il. Adalah pembahasan terakhir dari kitab Alfiyah Bab Mu’rab dan Mabni.
Merupakan bagian ketujuh dari tanda-tanda irab niyabah atau irab pengganti asal.

Pengertian kalimah Fi’il Mu’tal adalah: setiap kalimah Fi’il yang berakhiran huruf wau
setelah harakat dhammah, atau berakhiran huruf ya’ setelah harakat kasrah, atau
berakhiran alif setelah harakat fathah. Maksud dari kalimah Fi’il dalam hal ini adalah Fi’il
Mudhari’. Sebab asal pembahasan mengenai kalimah Mu’rab.
Tanda I’rab Fi’il Mu’tal:
(1). Mu’tal Alif:
Rafa‘ dengan Dhammah yang dikira-kira atas alif, dicegah i’rab zhahirnya karena udzur, contoh:

ُ‫ا ْل ُمت َّ ِق ْي يَ ْخشَى َربَّه‬


Orang yang bertaqwa adalah dia yang takut kepada Tuhannya.

‫هللا ِم ْن ِعبَا ِد ِه ا ْلعُلَ َما ُء‬


َ ‫ِإنَّ َما يَ ْخشَى‬
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.
Nashab dengan fathah yang dikira-kira atas alif. contoh:

‫ضى ا ْلعَا ِق ُل ِباْألَذَى‬


َ ‫لَ ْن يَ ْر‬
seorang yang berakal tidak akan rela disakiti.
َ‫اب إالَّ َرحْ َمةً ِم ْن َر ِبِّك‬ َ ‫َو َما ُك ْنتَ ت َ ْر ُجو أ َ ْن يُ ْل‬
ُ َ ‫ق ََى ِإلَ ْيكَ ا ْل ِكت‬
Dan kamu tidak pernah mengharap agar Al Quran diturunkan kepadamu, tetapi ia
(diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu
Jazm dengan membuang huruf Illah Alif, dan harakat Fathah adalah sebagai buktinya. contoh:

ِ َ‫ا ْلع‬
َ ‫اص ْي لَ ْم يَ ْخ‬
ُ‫ش َربَّه‬
Orang yang suka maksiat adalah dia yang tidak takut kepada Tuhannya.

َ ‫اآلخ َرةَ َوالَ ت َ ْن‬


‫س نَ ِصيبَكَ ِم َن ال ُّد ْنيَا‬ َ ‫َوا ْبت َ ِغ فِي َما آتَاكَ هللاُ الد‬
ِ ‫َّار‬
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi
°
(2). Mu’tal Wau:
Rafa‘ dengan dikira-kira atas wau, dicegah i’rab zhahirnya karena berat. contoh:

َ‫ا ْل ُم َو ِ ِّح ُد الَ يَ ْدع ُْو إالَّ هللا‬


Seorang yang meyakini keesaan Allah, dia tidak menyeru kecuali kepada-Nya.

ْ َ ‫ُهنَا ِلكَ ت َ ْبلُو ُك ُّل نَ ْف ٍس َما أ‬


ْ‫سلَفَت‬
Di tempat itu (padang Mahsyar), tiap-tiap diri merasakan pembalasan dari apa yang telah
dikerjakannya dahulu
Nashab dengan harakat Fathah zhahir atas wau, karena paling ringnnya harakat. contoh:

‫س ُم َو أ َ َح ٌد إالَّ ِبأ َ َدبِ ِه‬


ْ َ‫لَ ْن ي‬
seseorang tidak akan dipandang kecuali dengan budi perkertinya.

‫لَ ْن نَ ْدع َُو ِم ْن دُونِ ِه إِلَ ًها‬


kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia
Jazm dengan membuang huruf Illah Wau, dan harakat Dammah adalah sebagai buktinya. contoh:

‫ال تَدعُ على أوالدك‬


Jangan.. berdo’a jelek untuk anak-anakmu…!

ُ ‫فَ ْليَ ْد‬


ُ‫ع نَا ِديَه‬
Maka biarlah dia memanggil golongannya.
°

(3). Mu’tal Ya’:


Rafa‘ dengan Dhammah yang dikira-kira atas Ya’, dicegah i’rab zhahirnya karena berat, contoh:

َ َ‫أ َ ْنتَ ت ُ َر ِبِّ ْي أ َ ْوالَدَك‬


‫علَى ا ْلفَ ِض ْيلَ ِة‬
Kamu didik anak-anakmu dengan kemulyaan.

ُ‫الَ إِلَهَ إالَّ ُه َو يُحْ ي ِ َِ ْي َويُ ِميْت‬


Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menghidupkan dan Yang
mematikan.
Nashab dengan harakat Fathah Zhahir atas Ya’, karena merupakan peling ringannya harakat. contoh:

َ َ‫ش ْيئا ً إالَّ أ ُ ِج ْرت‬


‫علَ ْي ِه‬ َ ‫ي ا ْلفَ ِق ْي َر‬
َ ‫لَ ْن ت ُ ْع ِط‬
Jangan berikan sesuatupun kepada orang faqir kecuali engkau diganjar untuk itu.

‫ُون أ َ َّو َل َم ْن أ َ ْلقَى‬


َ ‫ي َو ِإ َّما أ َ ْن نَك‬
َ ‫سى ِإ َّما أ َ ْن ت ُ ْل ِق‬
َ ‫قَالُوا يَا ُمو‬
(Setelah mereka berkumpul) mereka berkata: “Hai Musa (pilihlah), apakah kamu yang
melemparkan (dahulu) atau kamikah orang yang mula-mula melemparkan?”
Jazm dengan membuang huruf Illah berupa Ya’, dan harakat Kasrah merupakan buktinya. contoh:

َ‫اركَ ِبقُت َ ِار قِد ِْرك‬


َ ‫الَ ت ُ ْؤ ِذ َج‬
Jangan sakiti hati tetanggamu dengan bau asap periukmu…!

ُ‫سلَ ِم دِينًا فَلَ ْن يُ ْقبَ َل ِم ْنه‬


ْ ‫اإل‬ َ ‫َو َم ْن يَ ْبت َ ِغ‬
ِ ‫غ ْي َر‬
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu)daripadanya
Kesimpulan pembahasan: Fi’il Mu’tal adalah Fi’il yang berakhiran Alif, Wau atau Ya’. Semua i’rabnya
dikira-kira atas Alif selain Jazm. Dan untuk yang berakhiran wau atau ya’, zhahirkan pada nashabnya
dan dikira-kira pada rafa’nya. Dan semua fi’il mu’tal tanda jazemnya dengan membuang huruf illah.

Pengertian Isim Nakirah dan Isim Ma’rifah »


Alfiyah Bait 52-53
9 November 2010Ibnu Toha35 komentar

ُ‫ا ْلنَّ ِك َرةُ َوا ْل َم ْع ِرفَة‬


Bab Nakirah dan Makrifah

‫ أ َ ْو َواقِ ٌع َم ْوقِ َع َما قَ ْد ذُ ِك َرا‬¤ ً ‫ــــرا‬


َ ِّ ِ‫نَ ِك َرةٌ قَـــــا ِب ُل أ َ ْل ُمؤث‬
Nakirah adalah Isim yang dapat menerima AL pemberi bekas Ma’rifah, atau Isim yang
menempati tempatnya Isim tersebut (dapat menerima AL Ma’rifah).

‫ َو ِه ْنـ َد َوا ْبنـي ِ َوا ْلغُلَ ِم َوالَّذِي‬¤ ‫ــرهُ َم ْع ِرفَـةٌ كَــ ُه ْم َوذِي‬ َ ‫َو‬
ُ ‫غ ْي‬
Selain tersebut (pengertian Isim Nakirah) dinamakan Isim Ma’rifah, yaitu seperti ‫( هم‬Isim
Dhamir), ‫( ذي‬Isim Isyarah), ‫( هند‬Isim Alam), ‫( ابني‬Isim Mudhaf), ‫( الغالم‬Isim dg AL ma’rifah)
dan ‫( الذي‬Isim Maushul).
Kalimah Isim/kata benda dibagi menjadi Isim Nakirah (tak tentu) dan Isim Ma’rifah (tertentu).
°°°

Isim Nakirah
Definisi Isim Nakirah adalah: Kalimah isim menunjukkan pada sesuatu secara kesatuan yang tidak
ditentukan. contoh:
ٌ ‫َجا َء َطا ِل‬
‫ب‬
Penuntut telah datang

‫ف‬ َ ‫قَ ِد َم‬


ٌ ‫ض ْي‬
Tamu telah tiba
Ada dua jenis isim Nakirah:
(1). Kalimah Isim dapat dipasangi AL dan membekaskan ma’rifah atau menjadikannya tertentu.
contoh:

ٌ َ ‫ِكت‬
‫ َر ُج ٌل‬،‫اب‬
Buku, Laki-laki
maka dapat dipasangi AL dan membekaskan Ma’rifah menjadi contoh:

ٌ ‫اب نَ ِف ْي‬
‫س‬ ُ َ ‫ ال ِكت‬،ٌ‫ش َجاع‬
ُ ‫الر ُج ُل‬
َّ
Laki-laki itu pemberani, Buku itu sangat bagus.
(2). Kalimah Isim menduduki kedudukan Isim yang dapat dipasangi AL, seperti lafazh ‫ ذُ ٌْو‬artinya
“pemilik” sinonim dengan lafazh ٌ‫صاحِ ب‬
َ “pemilik“. contoh

‫َجا َء ذُ ْو ِع ْل ٍم‬
seorang yang berilmu telah datang
َ ٌ‫“ ع ِْلم‬pemilik Ilmu” maka lafadz ‫ ذُ ٌْو‬adalah isim nakirah yang tak
pada contoh ini maksudnya adalah ٌُ‫صاحِ ب‬
dapat dijodohkan dengan AL, akan tetapi ia menduduki kedudukan Isim yang dapat dipasangi AL
pemberi bekas ma’rifah, yaitu lafazh ٌُ‫صاحِ ب‬
َ .
°°°

Isim Ma’rifah
Definisi Isim Ma’rifah adalah: Kalimah isim menunjukkan pada sesuatu secara kesatuan yang
tertentu. contoh:

ٌ ‫أ َ ْنتَ ُم ْخ ِل‬
‫ص‬
Enkau seorang yang tulus.
Ada dua jenis isim Ma’rifah:
(1). Kalimah Isim tidak dapat dipasangi AL, pun tidak menduduki kedudukan Isim dapat dipasangi
AL. Contoh:

‫ع ِلي‬
َ ‫َجا َء‬
Sayyidina Ali telah datang.
(2). Kalimah Isim dapat menerima AL, akan tetapi tidak membekaskan ma’rifat. contoh:

ُ َّ‫َجا َء ا ْلعَب‬
‫اس‬
Sayyidina ‘Abbas telah datang.
contoh AL pada lafazh ‫ العباس‬tidak berfungsi mema’rifahkan, karena ia sudah ma’rifah sebab Isim
‘Alam. Mengenai AL jenis ini, Insya-Allah akan diterangkan pada Babnya sendiri. untuk sementara
bisa dijadikan rujukan » Terjemah Alfiyah Bab Ma’rifat sebab alat Ta’rif.
°°°
Isim Ma’rifah ada Tujuh:
1. Isim Dhamir, menurut qaul yg shahih merupakan paling ma’rifahnya dari isim-isim ma’rifah setelah
lafazh Jalalah. contoh:

‫ ُه َو‬، َ‫ أ ْنت‬،‫أنَا‬
aku, kamu, dia
2. Isim Alam, contoh:

ُ‫ َمكَّة‬،‫ب‬
ُ َ‫ َز ْين‬،ٌ‫َخا ِلد‬
khalid, zainab, makkah
3. Isim Isyarah, contoh:

‫ َه ُؤالَ ِء‬،‫ َه ِذ ِه‬،‫َهذَا‬


ini (male), ini (female), ini (jamak)
4. Isim Maushul, contoh:

‫ الَّ ِذ ْي َن‬،‫ الَّتِ ْي‬،‫ِي‬


ْ ‫الَّذ‬
yang tunggal (lk), yang tunggal (pr), yang jamak(lk/pr)
5. Isim yg dima’rifahkan oleh AL, contoh:

ُ ‫ ال َّطا ِل‬،‫اب‬
‫ب‬ ُ َ ‫ا ْل ِكت‬
kitab itu, siswa itu
6. Isim Mudhaf pada isim ma’rifah, contoh:

‫ي بَ ِل ْي ٌغ‬ َ ‫ َكلَ ُم‬.ٌ‫ِكتَا ِب ْي َج ِد ْيد‬


ٍِّ ‫ع ِل‬
kitabku baru, perkataan Ali fasih
7. Isim Nakirah Maqshudah (dari sebagian Munada, jika dimaksudkan kepada satu orang
tertentu) contoh:

‫ب أ َ ِج ْب‬
ُ ‫يَا َطا ِل‬
hai siswa… jawablah!
Kesimpulan pembahasan Bait: Isim Nakirah adalah isim yang dapat dipasangi AL yang membekaskan
ma’rifah, atau isim menempati kedudukan isim yang dapat dipasangi AL. selain isim Nakirah
dinamakan Isim Ma’rifah. disebutkan 6 jenis Isim alam: Isim Dhamir, Isim Alam, Isim Isyarah, Isim
Maushul, Isim yg dima’rifahkan oleh AL, Isim Mudhaf pada isim ma’rifah, dan tidak diuraikan yang ke
7 yaitu Nakirah Maqshudah, karena sempitnya Nadzam.
Iklan

Pengertian Isim Dhamir » Alfiyah Bait 54


9 November 2010Ibnu Toha13 komentar
◊◊◊

‫ض ِم ْي ِر‬ َ ‫ َكأ َ ْنـتَ َو ْه َـو‬¤ ‫ور‬


َّ ‫س ِ ِّم ِبال‬ َ ‫فَ َما ِلذِي‬
ُ ‫غ ْيبَ ٍة ْأو ُح‬
ِ ‫ض‬
Setiap Isim yang menunjukkan arti ghaib dan hadir seperti contoh: ‫ ججج‬dan ‫ جج‬, maka
namakanlah! Isim Dhomir.

Pengertian Isim Dhamir (kata ganti): Isim Jamid yang menunjukkan pada Mutakallim (orang
pertama), Mukhatab (orang kedua) atau Ghaib (orang ketiga). contoh:

ِ ‫أنَا ع ََر ْفتُ َو‬


‫اج ِب ْي‬
Aku mengetahui kewajibanku

َ‫أ ْنتَ تَحْ ت َ ِر ُم أَبَاك‬


Engkau menghormati ayahmu

ُ َ‫ال ُم ْؤ ِم ُن ي‬
‫ص ْو ُن ِع ْر ِضــ ِه‬
Seorang Mu’min menjaga kehormatan dirinya.
Maksud Isim Jamid: tidak mempunyai asal bentuk pun tidak terdapat bentuk pecahannya. Dhamir
Mutakallim dan dhamir Mukhatab keduanya disebut dhamir hadir, karena suatu yang didhamirkan ada
secara hadir pada waktu pengucapan.

Pengertian Dhamir Muttashil, Alfiyah Bait 55-56


11 November 2010Ibnu Toha10 komentar

Kitab Alfiyah Ibnu Malik » Bab Nakirah dan Ma’rifah » Bait 55-56

–·•Ο•·–

‫ــــارا ً أبَــدَا‬
َ َ‫اختِي‬ َ ِّ ِ‫َوذُو ات‬
ْ َّ‫ َوالَ يَ ِلي إال‬¤ ‫صا ٍل ِم ْنهُ َما الَ يُ ْبتَدَا‬
Dhomir Muttashil adalah Isim Dhomir yang tidak bisa dijadikan permulaan dan tidak boleh
mengiringi ‫ ججج‬selama masih bisa memilih demikian..

َ ‫ــاء َوا ْل َها ِم ْن‬


‫س ِل ْي ِه َما َملَ ْك‬ ِ َ‫ َوا ْلي‬¤ ‫َاف ِم ِن ا ْبني أ ْك َر َم ْك‬
ِ ‫اء َوا ْلك‬
ِ َ‫كَا ْلي‬
Seperti Ya’ dan Kaf dari contoh lafadz: ‫( أك َْر َمكْ ابْني‬Ya’ Mutakallim dan Kaf Mukhothob), dan
َ ْ‫( َما َملَك‬Ya’ Mukhatabah dan Ha’ Ghaib)
seperti Ya’ dan Ha’ dari contoh lafadz: ‫س ِل ْي ِه‬
–·•Ο•·–
Isim Dhamir dari segi penampakannya ada dua golongan:

(1). Dhamir Bariz (‫ )بارز‬: adalah Isim Dhamir yang mempunyai bentuk penampakan lafazh secara
hakikiyah (kongkrit) atau secara hukmiyah (abstrak).
Contoh dhamir bariz yang hakikiyah

َ ‫أ َ ْك َرمـْتُ ا ْلغَ ِر ْي‬


‫ب‬
Aku memulyakan orang asing itu.
Contoh dhamir bariz yang hukmiyah:

ُ‫ِي أ َ ْك َر ْمت‬
ْ ‫ج َََ ََ ََ ََ ََا َء الَّذ‬
seorang yang aku mulyakan telah datang
(maksudnya: ُ‫ أَك َْر ْمت ُــه‬yang aku memulyakan-nya. maka dhamir yang berupa ‫“ ـه‬nya” pada contoh
kalimat diatas, ada secara hukumnya).
(2). Dhamir Mustatir (‫)مستتر‬: adalah Isim Dhamir yang tidak mempunyai bentuk lafazh. contoh:

َ ‫َحا ِف ْظ‬
َّ ‫علَى ال‬
‫صلَ ِة‬
Peliharalah… shalat !
(yakni, ‫ أ ْنتَ حَاف ْظ‬Peliharalah olehmu…!)

Dhamir Bariz ada dua macam:


1. (‫ )متصل بارز ضمير‬Dhamir Bariz Muttashil
2. (‫ )منفصل بارز ضمير‬Dhamir Bariz Munfashil (akan diterangkan pada bait-bait selanjutnya)
(‫ )متصل بارز ضمير‬Dhamir Bariz Muttashil/dhamir muttashil: adalah dhamir yang tidak bisa dijadikan
permulaan kalimat dan tidak bisa berada setelah lafazh ‫ إال‬secara ikhtiar (‫“ )اختيارا‬pemilihan”,
maksud ikhtiar adalah longgar atau lowong dalam susunan kalimat tidak sempit semisal pada
dharurah syi’ir. Contoh Dhamir Muttashil:

َ ‫ست َ َم ْعـتُ ِل ْل ُم َحا‬


‫ض َر ِة‬ ْ ِ‫ا‬
Aku mendengarkan ceramah
Contoh syawahid syair yang melafalkan dhamir bariz muttashil jatuh sesudah ‫ إال‬secara Syadz:

ُ ‫ي فَ َما ِلي ع َْو‬


ِ َ‫ض ِإالِّهُ ن‬
‫اص ُر‬ َّ َ‫عل‬ ِ ِّ ‫أَعُوذُ ِب َر‬
َ × ْ‫ب ا ْلعَ ْر ِش ِم ْن ِفئ َ ٍة بَغَت‬
Aku berlindung pada Tuhan yang memiliki Arsy….
daripada golongan orang yang menganiayaiku……
maka sebab itu….
tidaklah bagiku seorang penolong kecuali Dia selamanya….
(syahid pada syair diatas adalah pada lafazh ُ‫ إالِّه‬dimana dhamir muttashil jatuh setelah ِّ‫ال‬
ٌ ‫ ِإ‬adalah
Syad, yakni tidak boleh kecuali pada dharurah syi’il)
Demikian juga Dhamir muttashil jatuh sesudah “Illa” pada syair berikut:

‫ارتَنَا × أالَّ يُ َجا ِو َرنَا إِالَّ ِك َديَّا ُر‬ ِ ‫علَ ْينَا إِذَا َما ُك ْن‬
َ ‫ت َج‬ َ ‫َو َما‬
(wahai kekasih…)
tidaklah kami menaruh perhatian…
bilamana dikau sudi menjadi tetangga kami…
seakan tidak ada tetangga lain kecuali hanya dikau seorang…

Bentuk Dhamir Muttashil di dalam mahal


i’rabnya » Alfiyah Bait 57-58-59
14 November 2010Ibnu Toha2 komentar
Kitab Alfiyah Ibnu Malik » Bab Nakirah dan Ma’rifah » Bait 57-58-59

–·•Ο•·–

ُ ‫ َولَ ْف‬¤ ‫ض َم ٍر لَـهُ ا ْل ِبنَا يَ ِج ْب‬


‫ظ َما ُج َّر َكلَ ْف ِظ َما نُ ِص ْب‬ ْ ‫َوكُـ ُّل ُم‬
Semua Dhomir wajib Mabni. Lafadz Dhomir yang dijarrkan, sama bentuknya dengan
lafadz Dhomir yang dinashobkan.

ْ‫ف بِنَا فَـ ِإنَّنَا نِ ْلـنَا ا ْل ِمـنَح‬


ْ ‫ كَاع ِْـر‬¤ ‫صلَ ْح‬
َ ‫ب َو َج َر نا‬ ْ َّ‫لر ْف ِع َوا ْلن‬
ِ ‫ص‬ َّ ‫ِل‬
Dhomir Muttashil ‫ نا‬mencocoki semua bentuknya dalam mahal Rofa’, Nashob, dan
Jarrnya. Seperti contoh lafadz: ‫ف بِنَا فَ ِإنَّ َنا ِن ْلنَا ا ْل ِمنَ ْح‬
ْ ‫ ( اع ِْر‬ket. ‫ = بنا‬Mahal Jarr, ‫ = فَ ِإنَّ َنا‬Mahal
nashab, ‫ = ِن ْلنَا‬Mahal rofa’)

َ ‫اب َو‬
‫غ ْي ِر ِه َكقَا َما َوا ْعلَ َما‬ َ ¤ ‫او َوا ْلنُّ ْو ُّن ِل َما‬
َ ‫غ‬ ٌ ‫َوأ َ ِل‬
َ ‫ف َوا ْل‬
ُ ‫ــو‬
Alif, Wau dan Nun, termasuk Dhomir Muttashil untuk Ghoib juga Hadhir. Seperti
contoh: ‫( قَا َما‬Alif Dhomir Muttashil Ghoibain, artinya: “mereka berdua telah berdiri”)
dan contoh: ‫( ا ْعلَ َما‬Alif Dhomir Muttashil Mukhothobain, artinya: “ketahuilah kalian
berdua!”).
–·•Ο•·–
Telah dijelaskan pada pelajaran dahulu dalam bab Mu’rab dan Mabni, bahwa semua lafazh dhamir
adalah mabni. Dan tentunya kemabnian isim dhamir tersebut menempati pada mahal/posisi irabnya
masing-masing.

Untuk Dhamir Muttashil (‫ )متصل ضمير‬didalam mahal irabnya terdapat tiga kategori:
(1). Hanya menempati pada Mahal Rofa’ saja. yaitu ada 5 bentuk dhamir:
1- Ta’ dhamir Mutaharrik/berharkah (‫)المتحرك التاء‬. dhamir hadir (untuk Mutakallim, mukhatab ,
atau mukhatabah). contoh:

َ ‫ب ا ْل ُمت َ َو ِ ِّك ِل‬


‫ين‬ َ ‫فَ ِإذَا ع ََز ْمـتَ فَت َ َو َّك ْل‬
ِ ‫علَى‬
ُّ ‫هللا إِ َّن هللاَ يُ ِح‬
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
2- Alif Tatsniyah (‫)اإلثنين الف‬. (untuk dhamir hadir juga ghaib) contoh:

‫ش ْيئ ًا‬
َ ‫هللا‬ َ ‫فَ َخانَتـ َـا ُه َما فَلَ ْم يُ ْغنِيـ َـا‬
ِ ‫ع ْن ُه َما ِم َن‬
lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya
itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah
3- Wau Jamak (‫)الجماعة واو‬, (untuk dhamir hadir juga ghaib) contoh:

َ ‫َو ِإذَا أ َ ْظلَ َم‬


‫علَ ْي ِه ْم قَا ُمـ ْـوا‬
dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti
4- Ya’ Mukhatabah (‫( )المخاطبة ياء‬untuk dhamir hadir) contoh:

َ ‫فَ ُك ِلــ ْي َواش َْر ِبــ ْي َوقَ ِ ِّر ْي‬


‫ع ْينًا‬
maka makan (kamu pr) , minum (kamu pr) dan bersenang hatilah kamu (pr)
5- Nun Jamak muannats (‫( )اإلناث نون‬dhamir hadir juga ghaib) contoh:
ٍ ‫س ِه َّن ثَلَثَةَ قُ ُر‬
‫وء‬ ِ ُ‫ـن ِبأ َ ْنف‬
َ ‫َوا ْل ُم َطلَّقَاتُ يَت َ َربَّصْـ‬
Wanita-wanita yang ditalak handaklah (mereka pr) menahan diri (menunggu) tiga kali
quru’.

(2). sama bisa menempati pada Mahal Nashab dan Jar saja . yaitu ada 3 bentuk dhamir:
1. Ya’ Mutakallim, (dhamir hadir) contoh:

ً‫علَى بَيِِّنَ ٍة ِم ْن َربِِّــ ْي َوآتَانِــ ْي ِم ْنهُ َرحْ َمة‬


َ ُ‫قَا َل يَا قَ ْو ِم أ َ َرأ َ ْيت ُ ْم إِ ْن ُك ْنت‬
Shaleh berkata: “Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata
dari Tuhanku dan diberi-Nya aku rahmat (kenabian) dari-Nya
2. Kaf Mukhatab (dhamir hadir) contoh:

‫َما َودَّعـ َـكَ َربـ ُّـكَ َو َما قَلَى‬


Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu
3. Ha’ Ghaib (dhamir ghaib) contoh:

ُ‫احبـ ُـهُ َوهُ َو يُ َحا ِو ُره‬


ِ ‫ص‬َ ُ‫قَا َل لـ َـه‬
Kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya – sedang dia bercakap-cakap dengannya

(3). Sama bisa menempati pada Mahal Rafa’, Nashab dan Jar . yaitu 1 bentuk dhamir
berupa “Naa” (‫( )نا‬dhamir hadir).
contoh:

َ َ‫عذ‬
‫اب النَّ ِار‬ َ ‫َربـ َّـنَا إِنـ َّـنَا آ َمــنَّا فَا ْغ ِف ْر لَــنَا ذُنُوبَــنا َوقِــنَا‬
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman (kami), maka ampunilah (kami) segala
dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka
Ada juga bentuk isim dhamir yang sama bisa digunakan pada semua mahal i’rab (rafa’, nashab dan
jar) yaitu ‫ ُه ٌْم‬dan ‫ي‬. Namun statusnya tidak seperti ‫ نا‬yang digaribawahi oleh Kiyai Mushannif Ibnu Malik
tsb. karena khusus ‫ نا‬adalah satu-satunya bentuk isim dhamir Muttashil dan Mutakallim yang dapat
digunakan pada semua kedudukan i’rab.
Contoh ‫هم‬:
Sebagai dhamir Munfashil ketika mahal Rafa’:

ُّ َ‫هللا َحتَّى يَ ْنف‬


‫ضوا‬ ُ ‫علَى َم ْن ِع ْن َد َر‬
ِ ‫سو ِل‬ َ ‫ون الَ ت ُ ْن ِفقُوا‬
َ ُ‫ِين يَقُول‬
َ ‫ُه ُم الَّذ‬
Mereka orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang Anshar): “Janganlah kamu
memberikan perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada disisi Rasulullah
supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah).
Sebagai dhamir Muttashil ketika mahal Nashab:

‫سلـْـ ُه ْم أَيـ ُّـ ُه ْم بِذَ ِلكَ َز ِعي ٌم‬


َ
Tanyakanlah kepada mereka: “Siapakah di antara mereka yang bertanggung jawab
terhadap keputusan yang diambil itu?”
Juga sebagai dhamir Muttashil ketika mahal Jar:
َ ‫َو ِمنـْـ ُه ْم َم ْن يَقُو ُل ائْذَ ْن ِلي َوالَ ت َ ْفتِنِِّي أَالَ فِي ا ْل ِفتْنَ ِة‬
ُ َ‫سق‬
‫طوا‬
Di antara mereka ada orang yang berkata: “Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang)
dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah.” Ketahuilah bahwa mereka
telah terjerumus ke dalam fitnah
Contoh ‫ي‬:
Sebagai dhamir mua’annats mukhatabah (kamu pr) ketika mahal Rafa’:

َ ‫فَ ُك ِلــ ْي َواش َْربِــ ْي َوقَ ِ ِّر ْي‬


‫ع ْينًا‬
maka makan (kamu pr) , minum (kamu pr) dan bersenang hatilah kamu (pr)
Sebagai dhamir mutakallim (lk/pr) ketika mahal Nashab:

ً‫َوآتَانِــي ِم ْنهُ َرحْ َمة‬


dan diberi-Nya aku rahmat (kenabian) dari-Nya
Juga sebagai dhamir mutakallim (lk/pr) ketika mahal Jar:

ْ ‫أ َ ِن ا‬
َ‫شك ُْر ِلــ ْي َو ِل َوا ِل َد ْيك‬
Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu

Kesimpulan Bait diatas: semua dhamir adalah Mabni. diantara isim dhamir ada yang mencocoki
bentuknya dalam mahal jar dan mahal nashab. kemudian digaris bawahi oleh Mushannif bahwa
dhamir ‫“ نا‬naa” mencocoki bentuknya untuk semua mahal i’rab yang tiga (rafa’-nashab-jar)
sebagaimana contoh dalam bait: ‫ن ِْلنَا فَإ َّننَا بِنَا‬. disebutkan bahwa dhamir yang berupa Alif tatsniyah, Wau
jamak dan Nun jamak muannats, adalah dhamir mahal Rafa’ bisa digunakan untuk Ghaib juga Hadir*
(*mukhatab saja). sebagimana contoh bait: ‫وا ْعلَ َما قَا َما‬.

Isim Dhamir Mustatir wajib dan jaiz » Alfiyah


Bait 60
17 November 2010Ibnu Toha35 komentar

–·•Ο•·–

ْ ‫ ك َْافعَ ْل َأوافِقْ نَغت َ ِب ْط‬¤ ‫ست َ ِت ُر‬


‫إذ تُشْك ُر‬ ْ َ‫ض ِم ْي ِر ا ْل َّر ْف ِع َما ي‬
َ ‫َو ِم ْن‬
Dhomir Mustatir ada pada sebagian dhomir Rofa’. Seperti pada contoh: ‫أوافِقْ َنغتَ ِب ْط إ ْذ‬ َ ‫ْافعَ ْل‬
‫ْكر‬ ُ ْ ْ ْ
ُ ‫( تش‬ket: ‫ = افعَل‬Fi’il ‘Amar untuk satu mukhotob, taqdirannya ‫ انت‬. dan ‫ = َأوافِق‬Fi’il Mudhori’
untuk satu Mutakallim, taqdirannya ‫انا‬. dan ‫ط‬ ْ ِ‫ = نَغتَب‬Fi’il Mudhori’ untuk Mutakallim Ma’al
Ghair, taqdirannya ‫ نحن‬. dan ‫كر‬ ُ ‫ = ت ُ ْش‬Fi’il Mudhori’ untuk satu Mukhotob, taqdirannya ‫)انت‬
–·•Ο•·–
Telah dijelaskan pada pelajaran dahulu bahwa dhamir ada dua golongan 1. Isim Dhamir Bariz
(mempunyai bentuk lafazh) dan 2. Isim Dhamir Mustatir (tidak mempunyai bentuk lafaz).

Dhamir Mustatir (‫ )مستتر ضامر‬atau dhamir yang tidak berbentuk Lafazh, ada dua macam 1. Wajib
Mustatir dan 2. Jaiz Mustatir

1. Wajib Mustatir ‫االستتار واجب‬


Pengertian dhamir yang Wajib Mustatir adalah: Isim Dhamir Mustatir dimana posisinya tidak bisa
digantikan oleh Isim Zhahir pun oleh Isim Dhamir Munfashil. contoh:

‫حْو قَ َرابَ ِت ْي‬ ِ ‫أَقُ ْو ُم ِب َو‬


َ َ‫اج ِب ْي ن‬
aku menunaikan kewajibanku pada keluargaku
Contoh ‫ أقوم‬pada kalimat diatas, mempunyai Fa’il (subjek) yang berupa Isim Dhamir Mustatir yang
wajib. takdirannya adalah ‫( أنا‬saya), maka posisi dhamir ini tidak bisa digantikan isim zhahir semisal
‫خالد أقوم‬. Atau tidak bisa digantikan isim dhamir munfashil semisal ‫ أنا أقوم‬dengan maksud sebagai
Fa’ilnya, bisa juga dilafalkan demikian, akan tetapi ia bukan Fail tapi sebagai taukid bagi damir
mustatir.
Isim Dhamir wajib mustatir menempati pada 10 kategori kalimah. lihat tabel berikut :

ISIM DHAMIR WAJIB MUSTATIR

NO TEMPAT WAJIB MUSTATIR CONTOH

1 Fi’il Amar untuk satu mufrad (laki-


laki) َ‫ست َ ِق ْم َك َما أ ُ ِم ْرت‬
ْ ‫فَــا‬
Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar,
sebagaimana diperintahkan kepadamu
2 Fi’il Mudhari’ yang diawali
Hamzah Mudhara’ah untuk ‫ض أ َ ْم ِري ِإلَى هللا‬
ُ ‫َوأُفَ ِّ ِو‬
Mutakallim (aku lk/pr) Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah

3 Fi’il Mudhari’ yang diawali Nun


Mudhara’ah untuk Mutakallim ‫ص‬
ِ ‫ص‬ َ ْ‫علَ ْيكَ أَح‬
َ َ‫س َن ا ْلق‬ ُّ ُ‫نَحْ ُن نَق‬
َ ‫ص‬
Ma’al Ghair (kami lk/pr) Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling
baik
4 Fi’il Mudhari’ yang diawali Ta’
Mudhara’ah untuk Mukhatab ‫ت ُ ْؤتِي ا ْل ُم ْلكَ َم ْن تَشَا ُء‬
Mufrad (kamu satu laki-laki) Engkau berikan kerajaan kepada orang yang
Engkau kehendaki
5 Isim Fi’il Amar
َ ُ‫علَ ْي ُك ْم أ َ ْنف‬
‫س ُك ْم‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذ‬
َ ‫ِين آ َمنُوا‬
Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu
6 Isim Fi’il Mudhari’
ٍ ِّ ُ ‫فَ َل تَقُ ْل لَ ُه َما أ‬
‫ف‬
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan “ah”
7 Fi’il Ta’ajub
َ ‫الص ْد‬
‫ق‬ َ ْ‫َما أَح‬
ِّ ِ ‫س َن‬
Alangkah indahnya kenyataan ini
8 Isim Masdar yang menggantikan
tugas Fi’ilnya َ ْ‫َوبِا ْل َوا ِل َد ْي ِن إِح‬
‫سانًا‬
Dan kepada kedua orang tua, berbuat baiklah!
9 Fi’il-Fi’il Istitsna’ seperti ‫خال‬، ‫عدا‬،
‫حاشا‬ ِ ‫ف َخلَ َو‬
ً ‫احدا‬ َ ‫َح‬
ُّ ‫ض َر ال‬
ُ ‫ضيُ ْو‬
Tamu-tamu sudah hadir selain satu orang
10 Perangkat Istitsna semisal ‫ليس‬
‫علَ ْي ِه‬ ِ َّ َ ‫س ُم‬
َ ‫َّللا‬ ْ ِ‫َما أ ُ ْن ِه َر اَل َّد ُم َوذُ ِك َر ا‬
‫ظ ْف َر‬ُّ ‫س َّن َوال‬
ِّ ِ ‫س اَل‬َ ‫فَ ُك ْل لَ ْي‬
Apa yang dapat menumpahkan darah dengan
diiringi sebutan nama Allah, makanlah, selain gigi
dan kuku
2. Jaiz Mustatir ‫االستتار جائز‬
Pengertian dhamir yang Jaiz Mustatir adalah: Isim Dhamir mustatir dimana posisinya bisa digantikan
oleh Isim Zhahir pun oleh Isim Dhamir Munfashil. yaitu kalimah Fi’il untuk Mufrad Ghaib (subjek orang
ketiga tunggal male) contoh:

َ َ‫ح ع َِن النَّ ِار َوأُد ِْخ َل ا ْل َجنَّةَ فَقَ ْد ف‬


‫از‬ ِ ‫فَ َم ْن ُز‬
َ ‫حْز‬
Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia
telah beruntung.
kalimah Fi’il untuk Mufrad Ghaibah (subjek orang ketiga tunggal female) contoh:

ِّ ِ ُ‫َوقَالَتْ ِأل ُ ْخ ِت ِه ق‬
‫صي ِه‬
Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan
kalimah Isim Fi’il Madhi. contoh:

َ‫ق َه ْي َهات‬
ُ ‫ص ِد ْي‬
َّ ‫ال‬
jauh sekali dari kebenaran.
Isim Sifat yang murni, semisal Isim Fa’il. Contoh:

‫ق ِل َما َمعَ ُه ْم‬


ٌ ‫ص ِ ِّد‬ ِ َّ ‫سو ٌل ِم ْن ِع ْن ِد‬
َ ‫َّللا ُم‬ ُ ‫َولَ َّما َجا َء ُه ْم َر‬
Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa
(kitab) yang ada pada mereka
Maka lafazh ٌ‫ص ِدِّق‬
َ ‫ ُم‬terdapat dhamir Mustatir Jaiz takdirannya adalah ‫ ه ٌَُو‬tertuju kepada lafazh ٌ‫سول‬
ُ ‫َر‬

Dhamir Munfasil Marfu’ » Alfiyah Bait 61


10 November 2011Ibnu Toha11 komentar

–·•Ο•·–

ُ‫ع الَ تَشْــتَبِه‬ ُ ُ‫ َوأ َ ْنــتَ َوا ْلف‬¤‫صا ٍل أَنَا ُه ْو‬


ُ ‫ـــر ْو‬ َ ‫َوذُو ْارتِفَاعٍ َوا ْن ِف‬
Dhomir Rofa’ dan Munfasil, yaitu seperti ‫ جججججج‬,‫ جججج‬,‫ ججججج‬dan cabang-
cabangnya yg tidak ada kemiripan
–·•Ο•·–
Telah dijelaskan bahwa Dhamir Bariz dibagi dua:

1. Dhamir Bariz Muttashil/Dhamir Muttashil (telah dijelaskan pada bait lalu lihat Pengertian Dhamir
Muttashil, Alfiyah Bait 55-56)
2. Dhamir Bariz Munfashil/Dhamir Munfasil.
Dhamir Munfashil adalah Isim Dhamir yang dapat dijadikan permulaan dan bisa berada setelah lafazh
ILLA.

Contoh bisa dijadikan permulaan kalimat

Firman Allah:

‫العدو فاحذرهم‬
ِّ ‫هم‬

Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka (Al-
Munaafiquun : 4)

Contoh bisa berada setelah lafazh ILLA

Firman Allah:

‫وقضى ربِّك أال تعبدوا إال إياه‬

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia (Al-Israa’ :
23)
Dhamir Munfasil dari segi mahal I’robnya hanya ada dua:

1. Mahal Rofa’ (Dhamir Munfasil Marfu’)

2. Mahal Nashab (Dhamir Munfashil Manshub > akan dijelaskan pada bait selanjutnya Insyaallah).

Dhamir Munfasil Marfu’ semuanya berjumlah 12 dhamir:

Rinciannya sbb:

1. Untuk Mutakallim (orang pertama) terdapat 2 bentuk dhamir

– ANA = mutakallim wahdah = AKU

– NAHNU = mutakallim ma’al-ghair aw mu’azh-zham nafsah = KAMI atau AKU mengagungkan diri.

2. Untuk Mukhothob (orang ke dua) terdapat 5 bentuk dhamir:

– ANTA = mufrad mudzakkar = KAMU (LK)

– ANTI = mufrad muannats = KAMU (PR)

– ANTUMAA = mutsanna mudzakkar/muannats = KAMU BERDUA (LK/PR)


– ANTUM = jamak mudzakkar = KAMU SEKALIAN (LK)

– ANTUNNA – jamak muannats = KAMU SEKALIAN (PR)

3. Untuk Ghaib (orang ketiga) terdapat 5 bentuk dhamir:

– HUWA = mufrad mudzakkar = DIA (LK)

– HIYA = mufrad muannats = DIA (PR)

– HUMAA = mutsanna mudzakkar/muannats = DIA BERDUA (LK/PR)

– HUM = jamak mudzakkar = MEREKA (LK)

– HUNNA – jamak muannats = MEREKA (PR)

LIHAT TABEL BERIKUT:

DHAMIR MUNFASIL MARFU’


ORANG KETIGA ORANG KEDUA ORANG PERTAMA
(GHAIB) (MUKHOTHOB) (MUTAKALLIM)

‫هو‬ ‫أنت‬ ‫أنا‬


‫هي‬ ‫أنت‬ ‫نحن‬
‫هما‬ ‫أنتما‬
‫هم‬ ‫أنتم‬

‫هن‬ ‫أنتن‬

Dhamir Munfashil Manshub » Alfiyah Bait 62


11 November 2011Ibnu Toha2 komentar

–••Ο••–

َ ‫اي َوا ْلت َّـــ ْف ِر ْي ُع لَ ْي‬


َ‫س ُمشْـــ ِكل‬ َ ‫ب ِفي ا ْن ِف‬
َ َّ‫ إي‬¤َ‫صا ٍل ُج ِعل‬ َ ‫َوذُو ا ْن ِت‬
ٍ ‫صا‬
Dhamir yang Manshub pada Dhamir Munfashil, dijadikannya seperti lafazh “IYYAAYA”,
berikut cabang-cabangnya tanpa ada kesulitan (mudah dalam menentukannya).

–••Ο••–
Telah dijelaskan bahwa Dhamir Munfasil dari segi mahal I’robnya ada dua macam:
1. Mahal Rofa’ (Dhamir Munfashil Marfu‘ > lihat penjelasannya Dhamir Munfasil Marfu’ » Alfiyah
Bait 61)
2. Mahal Nashab (Dhamir Munfashil Manshub).
Dhamir Munfashil Manshub semuanya berjumlah 12 dhamir:
Rinciannya sbb:
1. Untuk Mutakallim (orang pertama) terdapat 2 bentuk dhamir
– IYYAAYA = mutakallim wahdah = PADAKU
– IYYAANAA = mutakallim ma’al-ghair aw mu’azh-zham nafsah = PADA KAMI atau PADAKU
pengagungan diri.
2. Untuk Mukhothob (orang ke dua) terdapat 5 bentuk dhamir:
– IYYAAKA = mufrad mudzakkar = PADAMU (LK)
– IYYAAKI = mufrad muannats = PADAMU (PR)
– IYYAAKUMAA = mutsanna mudzakkar/muannats = PADAMU BERDUA (LK/PR)
– IYYAAKUM = jamak mudzakkar = PADA KALIAN (LK)
– IYYAAKUNNA – jamak muannats = PADA KALIAN (PR)
3. Untuk Ghaib (orang ketiga) terdapat 5 bentuk dhamir:
– IYYAAHU = mufrad mudzakkar = PADANYA (LK)
– IYYAAHAA = mufrad muannats = PADANYA (PR)
– IYYAAHUMAA = mutsanna mudzakkar/muannats = PADANYA BERDUA (LK/PR)
– IYYAAHUM = jamak mudzakkar = PADA MEREKA (LK)
– IYYAAHUNNA – jamak muannats = PADA MEREKA (PR)
LIHAT TABEL BERIKUT:

DHAMIR MUNFASHIL MANSHUB

ORANG KETIGA(GHAIB) ORANG KEDUA(MUKHOTHOB) ORANG PERTAMA(MUTAKALLIM)

‫إياه‬ َ
‫إياك‬ ‫إياي‬
‫إياها‬ ‫إياك‬ ‫إيانا‬
‫إياهما‬ ‫إياكما‬
‫إياهم‬ ‫إياكم‬

Iklan
‫إياهن‬ ‫أياكن‬
Penggunaan Bentuk Dhamir » Alfiyah Bait 63
13 November 2011Ibnu Toha5 komentar
–••Ο••–

‫ــص ْل‬ ْ ‫ إذَا تَــــأَتَّى‬¤ ‫اخ ِتيَ ٍار الَ يَ ِجيء ا ْل ُم ْنفَ ِص ْل‬
ِ َّ ‫أن يَ ِجيء ا ْل ُمت‬ ْ ‫َو ِفي‬
Dalam keadaan bisa memilih, tidak boleh mendatangkan Dhomir Munfashil jika masih
memungkinkan untuk mendatangkan Dhomir Muttashil.
–••Ο••–
Jikalau masih memungkinkan menggunakan dhamir Muttashil janganlah menggantikannya dengan
dhamir Munfashil. Sebab dhamir digunakan untuk tujuan meringkas kata. Bentuk dhamir Muttashil
jauh lebih ringkas daripada Dhamir Munfashil. Contoh:

‫أكرمتـك‬
AKROMTUKA = aku memulyakanmu
jangan mengatakan:

‫أكرمت إياك‬
AKROMTU IYYAKA = aku memulyakanmu
Terkadang di beberapa tempat ada yg harus menggunakan dhamir Munfashil karena tidak
memungkinkan menggunakan dhamir Muttashil diantaranya adalah:

1. Dhamir dikedepankan dari Amilnya karena suatu motif semisal untuk Faidah Qashr, contoh:

ْ َ‫إِيَّاكَ نَ ْعبُ ُد َوإِيَّاكَ ن‬


‫ست َ ِعي ُن‬
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta
pertolongan (al-Fatihah : 5)
2. Dhamir Jatuh sesudah ILLA, contoh:

ُ‫ضى َربُّكَ أ َ َّال ت َ ْعبُدُوا ِإ َّال ِإيَّاه‬


َ َ‫َوق‬
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia (Al-Israa’ :
23)
3. Dhamir dipisah dari Amil oleh Ma’mul lain, contoh:

‫سو َل َوإِيَّا ُك ْم‬


ُ ‫الر‬ َ ‫يُ ْخ ِر ُج‬
َّ ‫ون‬
mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu (Al-Mumtahanah : 1)
4. Dharurah Syi’ir, contoh:

‫بالباعث الوارث األموات قد ضمنت إياهم األرض في دهر الدهارير‬


Iklan

Penggunaan Dhamir Antara Muttashil Dan


Munfashil » Alfiyah Bait 64 dan 65
15 November 2011Ibnu Toha13 komentar
–••Ο••–

‫ف ا ْنت َ َمى‬
ُ ‫شبَ َهـهُ ِفي ُك ْنـتُهُ ا ْل ُخــ ْل‬ َ ‫َو ِص ْل أ َ ِو ْاف ِص ْل َهاء‬
ْ َ ‫ أ‬¤ ‫س ْل ِن ْي ِه َو َما‬
Muttashil-kanlah atau Munfashil-kanlah..! (boleh memilih) untuk Dhomir Ha’ pada contoh
lafadz ‫ جججججججججج‬dan lafadz yang serupanya. Adapun perbedaan Ulama
bernisbatkan kepada lafadz‫جججججججج‬

َ ‫ار اال ْن ِف‬


َ‫صاال‬ َ ‫ أ َ ْختَأا ُر‬¤ َ‫صــــــاال‬
ْ ‫غ ْي ِري‬
َ َ ‫اخت‬ َ ِّ ِ‫كَـــذَاكَ ِخ ْلتَنِ ْيــ ِه َوات‬
Seperti itu juga, yaitu lafadz ‫ جججججججججججج‬, aku memilih menggunakan Dhomir
Muttashil, selainku memilih menggunakan Dhomir Munfashil

–••Ο••–
Boleh menggunakan Dhamir Munfashil beserta masih memungkinkan menggunakan Dhamir Muttashil,
yg demikian ada di tiga permasalahan:

PERMASALAHAN PERTAMA: Amilnya berupa Fi’il yang bukan Amil Nawasikh yg serupa A’THOO Cs
menashabkan dua maf’ul yg berupa dua Dhamir, dhamir yg pertama lebih khusus dari dhamir yg
kedua (yakni, dhamir mutakallim lebih khusus dari dhamir mukhothob dan dhamir mukhothob lebih
khusus dari dhamir ghaib).
Contoh menggunakan dhamir Muttashil:

‫الكتاب سلـنيه‬
AL-KITAABU SALNII HI = Mintalah kitab itu padaku..!
Boleh menggunakan dhamir Munfashil contoh:

‫الكتاب سلـني إياه‬


AL-KITAABU SALNII IYYAAHU = Mintalah kitab itu padaku..!
Jika dhamir yg pertama tidak lebih khusus dari dhamir yg kedua, maka wajib menggunakan dhamir
Munfashil. Contoh:

‫الكتاب أعطاه إياك زيد‬


ALKITAABU A’THOO HU IYYAKA ZAIDUN = Zaid memberikan kitab itu kepadamu
Atau jika kedua dhamir itu tidak nashab semuanya yakni salah satunya, maka wajib menggunakan
Dhamir Muttashil contoh:

‫النظام أحببـته‬
AN-NIZHAAM AHBABTU HU = aku menyukai undang-undang itu.
PERHATIAN:
Dalam permasalahan pertama ini, lebih diutamakan menggunakan dhamir Muttashil daripada dhamir
Munfashil, mengingat pada hukum asalnya (lihat Penggunaan Bentuk Dhamir » Alfiyah Bait 63)
beserta dikokohkan oleh dalil dalam Al-Qur’an, contoh:

َ َ‫ف‬
َّ ‫سيَ ْك ِفيـ َك ُه ُم‬
ُ‫َّللا‬
FASAYAKFIIKAHUMU-LLAAHU = Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka (Al-
Baqarah : 137)

َ ‫أَنُ ْل ِز ُمـ ُك ُمو َها َوأ َ ْنت ُ ْم لَ َها ك َِار ُه‬


‫ون‬
ANULZIMUKUMUUHAA WA ANTUM LAHAA KAARIHUUN = Apa akan kami paksakankah kamu
menerimanya, padahal kamu tiada menyukainya? (Hud : 28)

‫سأ َ ْلـ ُك ُمو َها‬


ْ َ‫ِإ ْن ي‬
IN YAS-ALKUMUUHAA = Jika Dia meminta harta kepadamu (Muhammad : 47)
Terkadang ditemukan menggunakan dhamir Munfashil sebagaimana dalil dalam Hadits. Oleh
karenanya dalam masalah ini, penggunaan dhamir Muttashil tidaklah wajib dan penggunaan dhamir
Munfashil tidak khusus pada Syair saja. Contoh dalam Hadits:

‫أَفَ َل تَت َّ ِقي هللاَ فِ ْي َه ِذ ِه ا ْلبَ ِه ْي َم ِة الَّتِى َملَكَّـكَ هللاُ ِإيَّا َها‬
Tidakkah engkau bertakwa kepada Allah dalam binatang ini, yang telah dijadikan sebagai
milikmu oleh Allah? (Shahih Muslim).
PERMASALAHAN KEDUA: bersambung….

Anda mungkin juga menyukai