Maret 2, 2016
Tinggalkan komentar
Qiraah Warsh berasal dari cara baca Nafi’ bin Abdur-Rahman ibnu Nu’aim dari Madinah yang meninggal di kota tersebut pada
169 H, dari Abdur Rahman ibnu Mur uz al A’raj (Si Lumpuh) dan Shiba ibnu Nisah al Qadi (Sang Hakim) dan Muslim ibnu
Jundub al Hudhali yang merupakan maula mereka dan Yazid ibnu Ruman dan Abu Ja’far Yazid bin Al Qa’qa al Qari (Qari) dari
Abu Hurairah dan Ibnu Abbas dan Abdullah ibnu Ayyash ibnu Abi Rabi’ah dari Ubay bin Ka’ab dari Nabi Shalallahu ‘alaihi
wassalam. Kendati semua qira’ah sama benar dan saling memperkaya, tetapi yang dibaca sehari-hari di Madinah oleh Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wassalam dan para Sahabat, tetap merupakan yang utama dari sudut otoritas dan makna.
Dari “Tujuh” qira’ah mutawatir yang diakui secara umum (sebagaimana, misalnya, dalam Kitab as-Sab’ah fi al-Qira’ah karya Ibnu
Mujahid), qira’ah Nafi’ adalah satu-satunya qira’ah Madinah. Qira’ah Madinah lainnya, yaitu qira’ah Abu Ja’far Yazid Ibn al-Qa’qa
(pembaca al-Qur’an terkemuka di Madinah hingga wafatnya pada 130 H. Ketika tempatnya digantikan oleh Nafi’), dimasukkan ke
dalam qira’ah-qira’ah yang ‘Tujuh’ oleh, misalnya Ibnu al-Jazari dalam kitabnya Nasyr.
Penghargaan yang tinggi terhadap Nafi’ sebagai seorang ahli qira’ah al-Qur’an terefleksikan dalam komentar Imam Malik, ketika
ia ditanya mengenai seluk-beluk teknik qira’ah al-Qur’an, “Bertanyalah kepada Nafi’, setiap cabang pengetahuan memiliki para
ahlinya sendiri yang kepada mereka pertanyaan-pertanyaan seharusnya ditujukan, dan Nafi’ adalah imam dari semua hal yang
berkaitan dengan qira’ah al-Qur’an.” (Qamhawi, Tarajim, hlm 10; adz-Dzahabi, Ma’rifah, hlm. 108)
Imam Malik memandang qira’ah Nafi’ sebagai sunnah dan karenanya merupakan cara membaca al-Qur’an yang lebih di
dahulukan (Ibnu Mujahid, hlm.62; adz-Dzahabi, Ma’rifah, i. 108; Gayah, ii. 331; Nasyr, i. 112). Karakteristik normatif dari qira’ah
Nafi’ tampak jelas dalam sebuah riwayat yang dikutip oleh Ibnu Mujahid (hlm. 61-62) di mana Nafi’ menjelaskan bahwa ia akan
menerima macam-macam bacaan (huruf) yang setidaknya disepakati oleh dua orang dari para gurunya dan akan menolak mereka
yang hanya diajarkan oleh satu dari para gurunya dan karenanya, qira’ah-nya hanya tersusun dari beragam bacaan yang telah
disepakati semacam itu.
1
Sanad Qira’at Imam Warsh an Nafi’ ibn Abi Nuaym Al-Madani dari Tariq Imam Al-Azraq
1. Membaca Basmalah dan tanpa Basmalah (saktah dan wasol) antara dua surah kecuali antara surah al-Anfal dan at-Taubah.
2. Menghaza an (buang) alif pada kalimah ( )ﻣﺎﻟﻚdi dalam surah al-Fatihah saja menjadi ()ﻣﻠﻚ.
ِ ( َﺍﻭﻳ ِﻪ )ﻥ
ﺍﺻ ٌﺮ ِ (ﱢﻳﻦ ) َﺭ ِ َِﻭ َﻣﺎﻟ
ِ ﻚ ﻳَﻮْ ِﻡ ﺍﻟﺪ
3. Membaca dengan silah mim jama’ sekiranya setelah mim jama’ terdapat huruf hamzah Qato’.
Contohnya :
( ) َﻋﻠَ ْﻴ ِﻬ ْﻢ َءﺍﻧ َﺬﺭْ ﺗَﻬُ ْﻢdibaca ( ) َﻋﻠَ ْﻴ ِﻬ ُﻤﻮﺁ َءﺍﻧ َﺬﺭْ ﺗَﻬُ ْﻢdengan kadar 6 harakat madnya.
4. Pada mad munfasil seperti ( )ﻳﺎ ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﺬﻱdan mad mu asil seperti ( )ﺟﺎء, Warsh membaca dengan 6 harakat madnya.
Dalil as-Syatibi dalam bab al-Mad wal Qasr :
َ ﺼﻞْ ﻓَ ْﺎﻟﻘَﺼْ َﺮ ﺑَﺎ ِﺩﺭْ ﻩُ ﻁَﺎِﻟﺒًﺎ ِﺑ ُﺨﻠﻔِ ِﻬ َﻤﺎ ﻳُﺮْ ِﻭﻳﻚ ﺩ ًَّﺭﺍ َﻭ ُﻣ
ﺨﻀﻼ ِ َﻓَﺎِ ْﻥ ﻳَﻨﻔ
5. Pada mad badal ( َ َءﺍ َﻣﻦ، ) ﺍﻷَ ِﺧ َﺮﺓWarsh membaca dengan tiga wajah madnya iaitu 2,4 dan 6 harakat.
ٍ ْﺖ ﺃَﻭْ ُﻣ َﻐﻴ ٍﱠﺮ ﻓَﻘَﺼْ ٌﺮ َﻭﻗَ ْﺪ ﻳُﺮْ َﻭﻯ ِﻝ) َﻭﺭ
ُﺵ( ُﻣﻄَﻮ َﱠﻻ َﻭ َﻭ ﱠﺳﻄَﻪ ٍ َِﻭ َﻣﺎ ﺑَ ْﻌ َﺪ ﻫ َْﻤ ٍﺰ ﺛَﺎﺑ
ٍ ُِﺑﻄ
ٍ ْﻮﻝ َﻭﻗَﺼْ ٍﺮ َﻭﺻْ ُﻞ ) َﻭﺭ
(ﺵ
7. Pada satu kalimah yang mempunyai dua huruf hamzah Qato’ seperti ( ﺃَ ِء َﺫﺍ، ﺃَ ُءﻧَﺒﱢﺌُ ُﻜ ْﻢ، ) َءﺃ ْﻧ َﺬﺭْ ﺗَﻬُ ْﻢ, Warsh membaca dengan tashil pada huruf ha
kedua.
2
ﺢ ُﺧ ْﻠﻒٌ ﻟِﺘَﺠْ ُﻤ َﻼ ِ َﻭﺗَ ْﺴ ِﻬﻴ ُﻞ ﺃُ ْﺧ َﺮﻯ ﻫَ ْﻤﺰَ ﺗَﻴ ِْﻦ ﺑِ ِﻜ ْﻠ َﻤ ٍﺔ ) َﺳ َﻤﺎ( َﻭﺑِ َﺬﺍ
ِ ﺕ ﺍﻟَﻔَ ْﺘ
Warsh mempunyai bacaan yang kedua sekiranya kedua huruf hamzah Qato’ tersebut berbaris atas. Contohnya (
) َءﺃ ْﻧ َﺬﺭْ ﺗَﻬُ ْﻢ, maka Warsh membaca dengan 6 harakat madnya yaitu pada huruf hamzah Qato’ yang pertama sekiranya huruf yang ketiga
yaitu nun berbaris sukun. Tetapi sekiranya huruf yang ketiga tersebut berbaris seperti (ُ ) َءﺃَ ِﻟﺪyaitu huruf lam berbaris, maka Warsh hanya m
pertama.
ﺵ( َﻭﻓِﻰ ﺑَ ْﻐﺪَﺍ َﺩ ﻳُﺮْ َﻭﻯ ُﻣ َﺴﻬ َﱠﻼ ْ ََﻭﻗُﻞْ ﺃَﻟِﻔًﺎ ﻋ َْﻦ ﺃَ ْﻫ ِﻞ ِﻣﺼْ َﺮ ﺗَﺒَ ﱠﺪﻟ
ٍ ْﺖ ِﻝ) َﻭﺭ
8. A.) Apabila bertemu dua huruf hamzah Qato’ yang sama barisnya dalam dua kalimah, maka Warsh membacanya dengan 2 cara
yaitu :
i. Warsh akan mentashilkan huruf hamzah Qato’ yang kedua.
Contohnya :
ii. Bacaan yang kedua, Warsh mentahkikkan huruf hamzah yang pertama dan mengibdalkan huruf hamzah yang kedua.
Sekiranya huruf yang ketiga berbaris sukun seperti pada kalimah ( َﺟﺎ َء
) ﺃَ ْﻣ ُﺮﻧَﺎyaitu huruf mim nya sukun ,maka madnya diibdalkan dengan 6 harakat .Tetapi jika huruf yang ketiga berbaris seperti pada
kalimah ( ﻚ َ ِ ) ﺃَﻭْ ﻟِﻴَﺎ ُء ﺃُﻭْ ﻟﺌyaitu huruf lam nya berbaris, maka madnya diibdalkan dengan 2 harakat saja.
*Khusus pada kalimah ( ) ﻫَﺆ َُﻻ ِء ِﺇﻥdi dalam surah al-Baqarah dan ( َﻋﻠَﻰ ْﺍﻟ ِﺒﻐَﺎ ِء
) ِﺇﻥdalam surah an-Nur, Warsh mempunyai wajah yang ketiga yaitu mengibdalkan huruf hamzah Qato’ yang kedua dengan huruf
ya’ yaitu ( )ﻫَﺆ َُﻻ ِء ِﻳ ْﻦdan ( ) َﻋﻠَﻰ ْﺍﻟ ِﺒﻐَﺎ ِء ﻳِﻦ.
B.) Apabila bertemu dua huruf hamzah Qato’ yang berbeda barisnya dalam dua kalimah, maka Warsh membaca seperti berikut :
i. Jika huruf hamzah yang pertama berbaris atas dan hamzah kedua berbaris bawah seperti ( )ﺗَﻔِﻰ َء ﺇِﻟَﻰ, maka Warsh membaca dengan tashil
kedua.
ii. Jika huruf hamzah yang pertama berbaris atas dan hamzah kedua berbaris depan seperti ( ٌ ) َﺟﺎ َء ﺃُ ﱠﻣﺔ,maka Warsh membaca dengan ta
kedua.
iii. Jika huruf hamzah yang pertama berbaris depan dan hamzah kedua berbaris atas seperti ( )ﺍﻟ ُﺴﻔَﻬَﺎ ُء ﺃَ َﻻ,maka Warsh membaca dengan ibda
).
iv. Jika huruf hamzah yang pertama berbaris bawah dan hamzah kedua berbaris atas seperti ( ) ِﻣﻦَ ﺍﻟ ﱠﺴ َﻤﺎ ِء ﺃَ ِﻭﺍﺋﺘِﻨَﺎ,maka Warsh membaca dengan
).
v. Jika huruf hamzah yang pertama berbaris depan dan hamzah kedua berbaris bawah seperti ()ﻳَﺸَﺎ ُء ﺇِﻟَﻰ, maka Warsh membaca dengan dua
:
a) Tashil huruf hamzah yang kedua.
b) Ibdal huruf hamzah yang kedua dengan huruf wau menjadi ( ) ﻳَﺸَﺎ ُء ِﻭﻟﻰ.
3
َﺎﻥ ِﻣ ْﻨﻬَﺎ ﺃُ ْﺑ ِﺪ َﻻ ِﻣ ْﻨﻬُ َﻤﺎ َﻭﻗُﻞْ ﻳَﺸَﺎ ُء ﺇِﻟَﻰ ﻛ َْﺎﻟﻴَﺎ ِء ﺃَ ْﻗ َﻴﺲُ َﻣ ْﻌ ِﺪﻻ
ِ َﻭﻧَﻮْ ﻋ
9. Pada bab Hamzah Mufrad,Warsh mengibdalkan huruf hamzah yang terletak pada wazan ( )ﻑfi’il.
Contoh : ( َ ) ﻳ ُْﺆ ِﻣﻨُﻮْ ﻥmenjadi ( َ) ﻳُﻮْ ِﻣﻨُﻮْ ﻥ.
َﺖ ﻓَﺎ ًء ِﻣﻦَ ْﺍﻟﻔِﻌ ِْﻞ ﻫَ ْﻤ َﺰﺓٌ ﻑَ ) َﻭﺭْ ﺵٌ ( ﻳ ُِﺮﻳﻬَﺎ َﺣﺮْ ﻑَ َﻣ ﱟﺪ ُﻣﺒَﺪ َﱢﻻ
ْ ﺇِ َﺫﺍ َﺳ َﻜﻨ
10. Warsh akan memindahkan ( )ﻧﻘﻞhuruf hamzah Qato’ yang berbaris kepada huruf sebelumnya yang sukun.
Contoh :
11. Warsh mengidghamkan huruf ( )ﺕke dalam huruf ( )ﺫdi dalam kalimah ( ) ﺍِﺗﱠﺨَ ْﺬﺗُﻢ.
Contoh :
ْ ﺛﻢ
ﺃﺧﺬﺗُﻬَﺎ
dibaca
ﺛﻢ ﺃَﺧَﺬﺗﱡﻬَﺎ
dibaca
ﻟﺌﻦ ﺍﺗﱠﺨَ ﱠ
ﺬﺕ
Dalil as-Syatibi dalam bab Huruf Qurubat Makhrijiha :
12. A.)Taklil atau Imalah Sughra, cara bacaannya adalah diantara Fatah dan Imalah Kubra. Warsh membaca fatah dan taklil dan
pada zawatil Ya’ ( ) ﺫﻭﺍﺕ ﺍﻟﻴﺎyang diujungnya bukan huruf ( )ﺭseperti ( ) ُﻣﻮ َﺳﻰdan semisal dengannya. Tetapi sekiranya diujungnya ada huruf
khilaf.
B) Warsh juga akan mentaklilkan kalimah yang diujungnya terdapat huruf ( )ﺭyang berbaris bawah dan sebelumnya ada huruf alif seperti
dengannya.
4
Perhatian :
Sekiranya terdapat dalam satu ayat (dalam satu nafas bacaan) mad badal dan Zawatil Ya (fatah dan taklil) seperti ﻓَﺘَﻠَﻘﱠﻰ َءﺍ َﺩ ُﻡ، ,maka
Warsh membaca dengan :
13. Warsh akan menipiskan huruf ( )ﺭyang berbaris atas atau berbaris depan dengan syarat:
A.) Sebelum huruf Ra ada huruf Ya yang sukun di dalam satu kalimah seperti ( ) ﺑَ ِﺸﻴْﺮًﺍ,( ) ﺧَ ْﻴ ٌﺮ ﻟَ ُﻜ ْﻢ
B.) Sebelum huruf Ra ada huruf yang berbaris bawah di dalam satu kalimah seperti ( ) ِﺳ َﺮﺍﺟًﺎatau ( ) ُﻣﺒَ ﱢﺸﺮًﺍ
C.) Sebelum huruf Ra ada huruf yang sukun dan sebelumnya berbaris bawah serta huruf yang sukun tersebut bukanlah terdiri
ْ ),
dari huruf-huruf Isti’la’ kecuali huruf ( )ﺥseperti ( ﺇﺧ َﺮﺍﺝ () ﺇﺟْ َﺮﺍ ِﻣﻰ
14. Warsh akan menebalkan huruf lam yang berbaris atas sama ada bertasydid atau tidak sekiranya sebelum huruf lam terdapat
huruf ( )ﺹatau ( )ﻁatau ( )ﻅ,dan ketiga huruf tersebut berbaris sukun atau pun berbaris atas.
Contoh :
15. Dalam bab Ya’ Idhofah, Warsh akan menghidupkan huruf Ya Idhofah yang sukun kepada berbaris atas apabila bertemu
dengan huruf hamzah yang berbaris atas seperti ( ) ﺇﻧﱢ ْﻰ ﺃَ ْﻋﻠَﻢmenjadi ( ) ﺇﻧﱢ َﻰ ﺃَ ْﻋﻠَﻢ.
Dalil as-Syatibi dalam bab Ya al-Idhofah :
Atau huruf hamzah yang berbaris depan seperti ( ) ﺇﻧﱢ ْﻰ ﺃُﻋَﻴ ُﺬﻫَﺎmenjadi ( ) ﺇﻧﱢ َﻰ ﺃُ ِﻋﻴ ُﺬﻫَﺎ.
16. Pada kalimah ( ) ﺍﻟﻨﱠﺒِﻰ,Warsh menambah huruf hamzah dan membaca dengan mad mu asil dengan kadar 6 harakat menjadi ( ﺍﻟﻨﱠ ِﺒﻰء
).
Dalil as-Syatibi dalam bab Surah al-Baqarah :
َﻭ َﺟ ْﻤﻌًﺎ َﻭﻓَﺮْ ﺩًﺍ ﻓِﻰ ﺍﻟﻨﱠﺒِﻰ ِء َﻭﻓِﻰ ﺍﻟﻨﱡﺒُﻮ َءﺓَ ْﺍﻟﻬَ ْﻤ َﺰ ُﻛ ﱞﻞ ) َﻏ ْﻴ َﺮ ﻧَﺎﻓِﻊٍ( ﺃَ ْﺑﺪ ََﻻ
5
17. Pada huruf-huruf tahaji yang terdapat pada awal surah, Warsh membaca dengan Taklil pada huruf Ra dalam ( ) ﺍﻟﺮpada awal surah Yu
Ra’du.
Dalil as-Syatibi dalam bab surah Yunus :
19. Pada huruf Ha dalam surah ( ) ﻁﻪ, Warsh membaca dengan Imalah.(satu-satunya tempat dalam al-Quran yang Warsh membaca dengan
Imalah).
ﺖ ) َﺝ(ﻧًﻰ
ُ َْﻭﺗَﺤ
20. Pada huruf ( ) ﺍﻟﺤﺎdalam semua surah yang dimulai dengan ( ) ﺣﻢ,Warsh membaca dengan Taklil.
Dalil as-Syatibi dalam bab surah Yunus :
ُﺝ(ﻳ ُﺪﻩ
ِ ) َﻭ َﺣﺎ
21. Pada kalimah ( َ ) ﺍﻟﺘﱠﻮْ َﺭ ﺔyang terdapat pada seluruh al-Quran, Warsh membaca dengan Taklil.
Dalil as-Syatibi dalam bab surah Ali Imran :
ِ َﻭ ِﺇﺿْ َﺠﺎ ُﻋﻚَ ﺍﻟﺘﱠﻮْ َﺭﺍﺓَ َﻣﺎ ُﺭ ﱠﺩ ُﺣ ْﺴﻨُﻪُ َﻭﻗُﻠﱢ َﻞ ﻓِﻰ ) َﺝ(ﻭْ ٍﺩ َﻭ ِﺑ ْﺎﻟ ُﺨ ْﻠ
ﻒ ﺑَﻠﱠ َﻼ
Demikianlah beberapa kaidah dalam membaca al-Qur’an riwayat Warsh ‘an Nafi’. Alangkah lebih baik dan lebih utama untuk
bertalaqqi langsung pada guru atau ulama’ yang mengetahui dengan benar dalam ilmu al-Qur’an dan qira’ah-qira’ahnya. Karena,
sesungguhnya proses “Membaca” yang Rasulullah sebutkan dalam banyak riwayat hadits adalah proses membaca Al-Quran yang
berasal dari ingatan atau hafalan (Hifzh fish shuduur) bukan bacaan yang berasal dari tulisan (fish shutuur), karena begitulah awal
mula Al-Qur’an diturunkan juga berasal dari ingatan, sebagaimana proses turunnya wahyu Al-Quran dari Allah subhaanahu
wata’ala kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam melalui perantaraan Malaikat Jibril ‘alaihi salam dengan sebuah proses
yang disebut dengan metode Talaqqi.
Walaupun sangat tidak disarankan oleh para ulama untuk belajar lewat murotal MP3 dan semisalnya, tapi jika hanya untuk
mengenal dan sebagai pengantar untuk belajar tidak apa-apa untuk memanfaatkan media-media tersebut. Semisal youtube untuk
dapat melihat bentuk bibir ketika huruf dibacakan, atau dari murotal MP3 untuk membiasakan mendengar bacaan. Tapi tetap
diusahakan sebisa mungkin untuk mencari guru. Kenapa? Karena jika kita salah dalam mengucapkan huruf-huruf hijaiyah, baik
itu dari makharijul (tempat keluar) huruf maupun sifat-sifat yang khas pada setiap huruf-huruf tersebut jelas si MP3 tidak akan
bisa mengoreksi bacaan kita. Satu-satunya yang bisa membenarkan bacaan kita ketika salah hanya sang guru al-Quran, maka
carilah ilmu dari mereka dengan kesungguhan dan mengharap keridhaan dari Allah Azza wa Jalla.
Wallahu a’lam.