Anda di halaman 1dari 12

Kesempurnaan Mengucapkan Harakat

َ ُ ‫إتۡ َم‬
ۡ‫امۡٱلَۡ َكَرا ت‬
Disusun Oleh: Muhammad Laili Al-Fadhli

Muqaddimah
Penting untuk kita pahami bahwa bahasa Arab memiliki karakter
yang sedikit berbeda dengan bahasa Indonesia. Di antaranya adalah adanya
perbedaan suara tebal (tafkhîm) dan suara tipis (tarqîq) pada masing-masing
huruf hijaiyyah. Ketika mengeluarkan harakat yang tiga, kita mesti
menyesuaikan posisi mulut untuk menghasilkan suara yang jelas dan tepat,
tidak kurang dan tidak berlebihan sehingga suara yang dihasilkan benar-
benar sebagaimana yang dikehendaki.
Apabila suara yang dihasilkan tidak sempurna, maka dapat terjadi
perubahan bunyi yang mengakibatkan tidak sempurnanya setiap huruf yang
diucapkan. Hal tersebut termasuk ke dalam perbuatan mengubah keaslian
cara membaca Al-Qurân. Padahal, Al-Qurân diturunkan bersamaan dengan
tata cara membacanya. Al-Imâm Ibnul Jazariy mengatakan:
َ َ َ َ َ ََ َ َ َّ َ
ُ ‫َوهَٰكههههه ُم ۡأنههههه ُُإ أ َۡل َنههههه ُ َو َصههههه‬ َٰ
ُ ‫أِلنههههه ُۥُبأههههه ُأُٱ أإللههههه ُُأنههههه‬
ُ ُ
ُ
ُ

“Karena bersama dengan tajwid (cara membacanya) Allâh menurunkan


Al-Qurân. Serta bersama dengan tajwid pula Al-Qurânُ dari-Nya sampai kepada
kita.”

Pengertian Harakat
Dari sisi bahasa, harakat dapat diuraikan sebagai berikut: 1
ً َ َ َ ً َۡ ۡ َ ۡ َّ َ َ َ َ ۡ ۡ َّ َ َۡ
ُ‫ح َُر ُكة‬
ُ ‫ك ُ ُو‬
ُ ‫يرك ُح ُر‬
ُ ُ ُ‫لّشء‬ ُ ‫لر ءُ ُ َُوٱ ُل‬
ُ ‫كفُ ُ(حُرُك)ُحرك ُٱ‬ َُ ‫ل َُر ُكةُ ُ َُم ُدتُ َُه ُٱ‬
َُّ ‫ل ءُ ُ َُوٱ‬ ُ ‫ٱ‬
ً َۡ َ ‫كُيَركُويَ َت‬ َ َّ َ َُ ‫َُو َُك َُُل أ‬
ُ ‫ت أُر‬
‫يك‬ ُ ُُ‫ح ُّرك‬ ‫كُحر ُ أ‬
“Kata “Al-Harakah” tersusun oleh tiga huruf Al-Hâ, Ar-Râ, dan Al-Kâf.
Kata dasarnya adalah Haraka, seperti pada kalimat Haraka Asy-Syay` (Sesuatu

1
Lih. Al-Khalîl bin Ahmad Al-Farâhîdiy. Kitab Al-‘Ayn (III/ 361).
Muhammad Laili Al-Fadhli

itu bergerak), yahruku-harkan-harakatan. Begitupula yang satu makna dengan


ini adalah harraka-yuharriku-yataharruku-tahrîkan (menggerakkan).”
Ibn Fâris mengatakan dalam Maqâyîsul Lughah (II/ 45):
َ َۡ َ
ُ‫ون‬ ُُّ ‫ض ُُّدُٱ‬
‫لسكُ أ‬ ُ‫ل َُر ُكةُُ أ‬
ُ ‫ُفٱ‬
“Kata “al-harakah” itu lawan dari kata “sukun”.”
Adapun secara istilah, Asy-Syaikh Muhammad Makkiy Al-Juraysiy
dalam Nihâyatul Qawlil Mufîd (hlm. 44) mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan harakat adalah:
ۡ َّ ۡ َّ َ ۡ ۡ ُّ َ َ ُّ َ َ
.‫يب‬
ُ‫كأ أ‬ ُ ‫ظُ َُوٱ‬
ُ ‫لّت‬ ُ ‫نُٱ ُلل ُف أ‬
ُ‫ك أ‬
ُ ‫إل ُم‬ ُ ‫ل ُۡر أ‬
ُ‫فُ أ أ‬ َُ ‫لُُب أٱ‬
ُ‫ت‬ ُۡ ‫ع َرضُُتل ُُُأ‬
ُ ُ‫ي‬
“Faktor eksternal yang menghiasi sebuah huruf sehingga membuat huruf
dapat diucapkan dan dapat tersusun dalam sebuah kata atau kalimat.”
Istilah “harakat” juga digunakan untuk menyebutkan durasi
pelafalan huruf-huruf berharakat, dimana sebagian orang mengatakan
bahwa yang dimaksud dengan harakat adalah:
َ َ َ َ َّ َ
ُ ‫ح ُۡرفُُمُ ُت‬
.ُ‫ح أُرك‬ ُ‫هُٱل َُّ ُمنُُٱ أ‬
ُ ُ‫ّليُيُ ُنطقُُ ُفأي أ‬ َُ ‫أ‬
“Harakat adalah durasi suara pada saat huruf berharakat diucapkan.”

Asal Harakat
Para ulama berbeda pendapat mengenai asal-usul harakat. Di antara
mereka ada yang mengatakan bahwa harakat diambil dari huruf. Di antara
mereka ada yang mengatakan sebaliknya, bahwa harakat adalah asalnya,
dan huruf diambil dari harakat. Sedangkan sebagian lagi berpendapat bahwa
baik huruf atau harakat merupakan sesuatu yang asli, tidak diambil dari
salah satunya.
Adapun pendapat yang banyak dipegang para ulama adalah
pendapat yang pertama. Ini pula yang dipilih oleh Ibnul Jazariy, Sibawaih,
dan Al-Khalîl.

Makhraj dan Sifat Harakat


Para ulama berbeda pendapat mengenai hal ini. Yakni apakah
harakat memiliki makhraj dan sifat tersendiri atau tidak. Dr. Muhsin
Muhammad Jabal dalam Al-Mukhtashar Fî Ashwâtil Lughah (hlm. 162)
mengatakan:
Kesempurnaan Mengucapkan Harakat

َ َّ َّ َ َّ َ ۡ َ َ َ ۡ َ ۡ َ ۡ َ ۡ َ َ ۡ َ ۡ َ َّ َّ
ُ‫لض َُّم ُة‬
ُ ‫ن ُٱ‬ ُ ‫سةُُ ُأ ُۡب َُع ضُُُل أ َُو ُوأُٱُل َُم أُدُ َُوُأ ُل أ أ‬
ُ ‫فُٱُل ُم أُدُ ُوُُي ءأُُٱُل ُم أُدُُإ أ ُُُأ‬ َُ ‫ك‬ ُ ‫حةُُ ُوٱ ُل‬ ُ ‫لض ُمةُُ ُوٱ ُل ُف ُت‬
ُ ‫وٱ‬
ۡ َۡ َّ َ ً ۡ ۡ َ َ َ َۡ َ َۡ ۡ َ
َُ ‫م َُرجُ ُ َُو أُو ُٱُل َُم أُد ُ َُو‬
ُ‫س ُئ أ أُر‬ ُ ُ ‫لض َُّم أُة‬
ُ ‫ن ُُل أ‬ ُۡ ‫ك‬ ُ‫ ُ َُو ُل أ‬. ‫خ َُت ُۡي َُه ُٱ ُۡم ُت أ َُد ُد ُ َُو َُز َُم ًُن‬
ُ ُ‫ن ُٱُل َُو ُوأ ُ َُوأ‬
ُ ‫ص ُ أُم‬ُ ‫خ ُت ُي ُه ُُأ ُق‬ ُ ُ‫ُوأ‬
ۡ َۡ َ ۡ َ ۡ َ َ َ ۡ َ َۡ َ َۡۡ َ َ َ
َُ ‫م َُرجُ ُ ُيَ ءأُ ُٱُل َُم أُد ُ َُو‬
ُ‫س ُئ أ أُر‬ ُ ُ ‫سُة أ‬ ُ ‫ك‬ ُ ‫ ُ ُوُل أُل‬, ‫ص ُف ُت أ ُه‬ ُ‫س ُئ أ أُر ُ أ‬َُ ‫ف ُٱُل َُم أُد ُ َُو‬
ُ ‫م َُرجُ ُُأ ُل أ أ‬ ُ ُ ‫حةأ‬ ُ ‫ ُ ُوُل أُل ُف ُت‬, ‫ص ُف ُت أ ُه‬ُ‫أ‬
َ
. ‫ص ُف ُت أ َُه‬
ُ‫أ‬
“Dhammah, Fathah, dan Kasrah merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Waw madd, Alif, dan Ya madd. Perbedaannya Dhammah dan
kedua saudarinya ini lebih pendek dan lebih singkat durasi suaranya daripada
Waw dan kedua saudarinya. Akan tetapi Dhammah memiliki makhraj dan sifat
yang sama dengan Waw madd, Fathah memiliki makhraj dan sifat yang sama
dengan Alif, dan Kasrah memiliki makhraj dan sifat yang sama dengan Ya madd.”
Artinya, makhraj dan sifat harakat sama dengan makhraj dan sifat
huruf-huruf madd. Makhraj mereka adalah di Al-Jawf sebagaimana makhraj
huruf-huruf Madd. Al-Imâm Ibnul Jazariy mengatakan:
َ
َ ۡ
ُ‫حههههروفُُ َمههههدُُل أل َههههه َو ءأُُتنهههه َت أه‬ َ ۡ
ُ‫فُ َوأخ َت ههههه ُ َو أه‬ ۡ ‫ٱۡل‬
ُ ‫ههههو أ‬ َ ۡ ُُ‫فَههههفل أف‬
ُ ُ
ُ
ُ

“Maka pada al-jauf (rongga, yang mencakup rongga tenggorokan hingga


rongga mulut), terdapat Alif dan kedua saudarinya yakni huruf-huruf madd
(Waw mad dan Ya mad) yang berhenti seiring dengan berhentinya napas.”

Adapun sifat-sifatnya terkumpul dalam syair Al-Qawlul Ma`lûf:


َ َ َ
ۡ َۡ
ُ‫فُمههههه أسُأ ُۡو َصههههه فُل َهههههه ُإ أ ُد َر ك‬ ُ‫أ‬ َ ‫ُٱل ۡ َمههههدأُل َ َههههه ُٱ ۡ هههه أ‬
ُ‫ّت ك‬ ُ ‫َوأ ۡحههههرُف‬
ُ ُ
ُ
ُ

َُ ‫ُث َبههههه‬ َ َ ۡ َ َ ۡ ََ ۡ َ ۡ ََ ۡ َ َ َ َ
ُ

‫إأصهههههم تُكُوٱسهههههتأف ل‬ ُ ‫هههدُأ‬


‫ت‬ ُ ‫هههتحُقه‬ ُ ‫رخهههه ُوةُُجهههههرُوفه‬
ُ ُ
ُ ُ
ُ

“Dan huruf-huruf mad memiliki lima sifat yang sama dan telah diketahui,
yaitu:
Rakhâwah, jahr, infitâh, ishmât, dan istifâl, seluruhnya telah ditetapkan
para ulama.”

Keadaan Huruf Hijâiyyah


Penting untuk diketahui bahwa pelafalan huruf hijâiyyah tidak
terlepas dari dua keadaan: sukun atau berharakat, dan tidak ada keadaan
yang ketiga.
Muhammad Laili Al-Fadhli

Huruf-Huruf Hijâiyyah

Harakat Sukun

Dhammah Fathah Kasrah

Sukun artinya diam, yakni mengembalikan pengucapan setiap huruf


kepada asal makhrajnya. Adapun harakat artinya bergerak, yakni
menggerakkan mulut kita dari makhraj huruf yang bersangkutan. Baik
menggerakkannya dengan memonyongkannya (dhammah), dengan
membukanya (fathah), atau dengan menariknya/ merendahkannya (kasrah).
Catatan:
1. Huruf bertasydid merupakan dua huruf yang digabung menjadi satu:
huruf pertama adalah sukun, huruf kedua berharakat.
2. Huruf Alif tidaklah aktif/ dibaca dalam sebuah kata atau kalimat
kecuali apabila sebelumnya huruf berharakat fathah. Karena Alif tidak
pernah berharakat dan hanya berfungsi sebagai madd. Alif dapat saja
didahului oleh dhammah, kasrah, atau sukun, namun status Alif
menjadi pasif (tidak dibunyikan).2 Contoh:
Keadaan Contoh Kata
َ ْ ُّ ٗ
ُ‫ََعدُٱ ؤ َٰل‬
Alif didahului dhammah
[QS. An-Najm, 53: 50]3
َْ
ُ‫أم ئة‬
Alif didahului kasrah
[QS. Al-Baqarah, 2: 261]
ْٓ َ
ُ‫ق لو‬
Alif didahului sukun
[QS. Al-Baqarah, 2: 11]

2
Lih. Muhammad Al-Farabi. Dawâm Al-Ibtihâl (hal. 29).
3
Khusus riwayat Qâlûn.
Kesempurnaan Mengucapkan Harakat

Pembagian Harakat
Apabila dilihat dari durasi pelafalannya, secara harakat terbagi
menjadi tiga:4
1. Harakât Thawîlah (harakat yang panjang), yaitu madd.
2. Harkakât Qashîrah (harakat yang pendek), yaitu harakat yang tiga:
dhammah, fathah, dan kasrah.
3. Harakât Mukhtazilah aw Nâqishah (harakat yang kurang), yakni
sebagian harakat far’iyyah, seperti: al-isymâm, ar-rawm, dan alikhtilâs.

Adapun apabila dilihat dari bercampurnya sebuah harakat dengan


harakat yang lain, maka terbagi menjadi:
1. Harakat yang bercampur dengan sukun. Seperti ar-rawm saat waqf
dan washl dan al-isymâm saat waqf.
2. Harakat yang bercampur dengan harakat yang lain. Seperti Al-Imâlah
(Shughrâ dan Kubrâ), Al-Isymâm saat washl, dan Al-Fath Asy-Syadîd
(Fathah Tafkhîm pada huruf Lâm).

Sebagian ulama membagi harakat menjadi dua jenis:


1. Al-Harakât Al-Ashliyyah, yakni harakat yang tiga: dhammah, fathah,
dan kasrah.
2. Al-Harakât Al-Far’iyyah, selain harakat yang tiga.

Pelafalan Harakat yang Tiga


Di antara kaidah yang disebutkan para ulama dalam mengucapkan
huruf berharakat dapat disimpulkan melalui kalimat berikut:
.‫يم‬
ُ‫خ أ‬
ۡ
َُّ ‫يقُ َُوٱ‬
ُ‫ل ُف أ‬ ۡ َّ
ُ‫لّت ُقأ أ‬ َ ۡ
َُ ‫ح ُفظُ ُه ُ أُم‬
ُ ‫نُٱ‬ َ َ َۡ ۡ
ُ‫ك َُم لُُُأ ُو ُز ُن أ ُه ُ َُو أ‬ َ ۡ َ ۡ
ُ ‫تُُإ أ ُت َُم مُ ُه ُِإَو‬
ُ‫ل َُر ُك أ‬
َُ ‫فُٱ‬ َۡۡ
ُ ‫صلُُ أ‬
ُ ‫ِل‬
ُ‫ٱ‬
“Asal pengucapan harakat adalah menyempurnakan suaranya,
menyempurnakan durasinya, dan menjaga suara tipis dan tebalnya.”

Adapun cara untuk mencapai kesempurnaan suara harakat adalah


sebagaimana yang disampaikan Al-‘Allâmah Ath-Thîbiy (w. 979 H) dalam Al-
Mufîd:

4
Lih. Abû Dâwûd bin Najâh. Ushûludh Dhabthi Wa Kayfiyyatuhu Bilikhtishâr.
Muhammad Laili Al-Fadhli

َ ۡ َ َّ َ َّ ََ ۡ ُّ َ
َّ
‫ههههههم‬ ‫ههههههمُٱلشههههههف َت أُُض‬ ُ‫أ‬ ‫إ أ ُُبأض‬ ‫كُ َمضمُههههه ۡومُُفلههههنُيَت أ َُّمههههه‬ ُ ‫و‬
ُ ُ ُ
ُ

ۡ َۡۡ ۡ َ ۡ َ ُّ َۡ َ ۡ َ ۡ
ُ‫يَهههت أ ُمُ ُوُٱلمفتهههوحُُبأههه لفتحأُُٱفه أ‬
َ ۡ ُ‫َوذوُٱۡنأفههه ضُُُب أٱۡنأفههه ضُُل ألفههه أُمۦ‬
ُ

‫هههمۦ‬
ُ ُ
ۡ ُ
ُ

َ
ُۡ ‫ل َر َكههه‬ َُۡ ‫لُٱ‬ ۡ َ َۡ َ َ َۡ ُۡ ‫ُم َّر َكههههه‬ َ ۡ َ ۡ
ُ

ُ‫يشههههركه ُمهههرجُُأصههه أ‬ ُ‫ههن‬


ُ ‫نُتك‬ ُ ‫إ أ ُذأُٱلههروفُُإ أ‬
ُ ُ ُ
ُ

ۡ َّ َ َۡ ۡ َ ۡ َۡ َۡ َ َ ۡ َ َۡ ۡ َ
َ َ َ
ُ

ُ ‫ههههههر‬
‫ف‬ ‫أ‬ ‫جهههه ُٱّلأيُع‬ ‫مر أ‬ ُ ُ‫ف‬ ُ ‫ُوٱَلههه ءُُ أ‬ ُ ‫ِلل أهه‬
‫ههف‬ ُ ‫يُم هرجُُٱل هو ُوأُوم هرجُُٱ‬ ُ ‫أ‬
ُ ُ ُ
ُ

َ َ ۡ َّ َ َ ََۡ ۡ َ َ َۡ َ َ ۡ َ
ُ

‫ههنُُم أققهههههههه‬ ُ ‫ههمُكه‬ ُ‫أ هههف ه ُُب أ لضه أ‬ ‫هنُت ُنطبأقههههههه‬ ُ ‫هرُٱ ُلق ه رأ ُُله‬ ُ ‫نُته‬ ُ ‫ف هن أ‬
ُ ُ ُ
ُ

َّ َ ۡ ُّ َ ۡ َ َّ َ َ َ ۡ َّ َ
ُ

‫جهههبُُٱنلطهههقُُبأههه ُأۦُمتمههههههههه‬ ‫ُوٱُلو أ‬ ُ ‫بأأنهه ُُمنههتقأُصُُمهه ُضمههههههههه‬


ُ ُ ُ
ُ

ۡ‫ههههههب‬ ۡ َ ۡ َ ۡ َ ْ ۡ‫هههب‬ َ ۡ َ َ ۡ َ َ َ َ
ُ

ُ ‫ص‬ ‫إأتمهه ُُكُُم ُأنهمهه ُٱ ُفهمهه ُۥُت أ‬ ُ ‫َي‬


‫هتحُُوذوُكسههرُُ أ‬ ُ ‫كُذوُف‬ ُ ‫ك‬
َُ ُ ُ
ُ

َۡ ۡ َّ َ ۡ ۡ ۡ ُّ َ َّ َ َ َ ۡ َّ َ
ُ َ ‫فُٱُل َمعهه‬ ُ ‫أق ه َبحُُ أ‬ َ
ُ

‫ۡلل أهههي‬ ُ ‫نُٱ‬ ُ‫هنُٱللحهه أ‬ ُ ‫نُمأه‬ ُ‫أ‬


‫ههههههل‬ ‫فُههه َُلىُٱلفم‬ ُ ‫فهه نل ُقصُُ أ‬
ُ ُ ُ
ُ

ۡ َۡ َ َۡ ۡ َّ َ ۡ َ ۡ َ ۡ َ َ ۡ
ُ

‫فۦ‬ ُ ‫صههههههه أ‬ ُ ‫لُُب أٱُلو‬ ُ ُُ ‫ُوٱللحههههنُُت ُغيأهههه‬ ‫فۦ‬ ُ ‫ههههههر أ‬


ُ ُ ‫تُٱ‬
‫ل‬ ُ‫ههوُت ُغيأهه ُُ أّل أ‬ ُ ‫إ أ ُذُه‬
ُ ُ ُ
ُ

ً َّ َ ۡ ۡ َ ۡ َ َّ َ َّ َ
ۡ
ُ

‫ههقُبأهه ُأۦُمكمهه ُُبأكل أههههههههه ُأۦ‬ ُ ‫ُوٱُن أط‬ ‫صل أههههههههه ُأۦ‬ ُ ‫ههرفُُردهُُ أِل‬ ُ ‫فههه ُُحه‬
ُ ُ ُ
ُ

“Dan setiap dhammah tidak akan sempurna, kecuali dengan benar-benar


memonyongkan kedua bibir,
Dan Kasrah dengan merendahkan rahang akan sempurna, dan fathah
dengan membukanya, fahamilah!
Sesungguhnya huruf-huruf hijaiyyah apabila dalam keadaan berharakat,
makhraj asal harakatnya selalu menyertai pengucapan tersebut,
Yakni makhraj Waw pada saat mengucapkan dhammah, makhraj Alif
pada saat mengucapkan fathah, dan makhraj Ya pada saat mengucapkan kasrah,
sesuai dengan makhrajnya masing-masing yang telah diketahui,
Maka apabila engkau melihat seorang qâri` tidak menyempurnakan
pengucapan harakatnya, seperti tidak memonyongkan mulutnya pada saat
mengucapkan dhammah, maka tegurlah dan jadilah orang yang mengoreksinnya
secara tepat,
Karena ia telah mengurangi apa-apa yang mestinya saat mengucapkan
dhammah, sedangkan wajib baginya untuk mengucapkan setiap harakat dengan
sempurna,
Kesempurnaan Mengucapkan Harakat

Sama halnya dengan kewajiban menyempurnakan pengucapan fathah


dan kasrah, maka fahamilah kesempurnaan pengucapan harakat agar engkau
bisa dengan benar mengucapkannya,
Karena kekurangan dalam mengucapkan harakat lebih buruk daripada
lahn jaliy bagi orang yang memiliki ketelitian,
Karena lahn jaliy mengubah dzat sebuah huruf menjadi huruf yang lain
namun kadang mengubah makna dan kadang tidak, sedangkan lahn dalam
harakat mengubah sebagian sifat-sifatnya dan mengubah makna,
Maka engkau mesti mengembalikan setiap huruf kepada asal
makhrajnya, dan mengucapkan keseluruhannya dengan sempurna.”

Walaupun pada akhirnya, kesempurnaan pengucapan huruf sangat


bergantung pada suara yang dihasilkan, namun keadaan mulut saat
mengucapkannya juga penting untuk diperhatikan. Terutama bagi para
pemula yang membutuhkan latihan dan belum terbiasa dengan pengucapan
harakat mengikuti dialek Arab. Perhatikan keadaan mulut pada gambar
berikut untuk mencapai kesempurnaan harakat:5

Bentuk mulut saat mengucapkan huruf Bentuk mulut saat mengucapkan


tipis berharakat dhammah (Waw Mad) huruf tebal berharakat dhammah

Bentuk mulut saat mengucapkan huruf Bentuk mulut saat mengucapkan


tipis berharakat kasrah (Ya Mad) huruf tebal berharakat kasrah

5
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=zvoExXX5FjQ
Muhammad Laili Al-Fadhli

Bentuk mulut saat mengucapkan huruf Bentuk mulut saat mengucapkan


tipis berharakat fathah (Alif huruf tebal berharakat fathah (Alif
Muraqqaqah) Mufakhkhamah)

Kemudian sebagaimana disampaikan oleh Al-‘Allâmah Ath-Thîbiy


bahwa pengucapan harakat mesti selalu diiringi dengan asal hurufnya,
pengucapan dhammah diiringi dengan huruf Waw, kasrah diiringi dengan
huruf Ya, dan fathah diiringi dengan huruf Alif. Perhatikan gambar berikut: 6
Pengucapan Fathah yang diiringi Alif:

Pengucapan fathah dengan cara


membuka mulut dan diiringi dengan getaran
pada pita suara serta lidah yang rileks di
dasar mulut.

Pengucapan Kasrah yang diiringi Ya:

Pengucapan kasrah dengan cara


merendahkan rahang dan diiringi dengan
getaran pada pita suara serta lidah yang
naik ke makhraj Ya.

6
Dr. Ayman Suwayd, Syarh Al-Muqaddimah I/ 71
Kesempurnaan Mengucapkan Harakat

Pengucapan Dhammah yang diiringi Waw:

Pengucapan dhammah dengan cara


memonyongkan bibir dan diiringi dengan
getaran pada pita suara serta sedikit
naiknya pangkal lidah.

Beberapa Peringatan yang Berkaitan dengan Sifat Syiddah


dan Rikhwah sebuah Huruf
1) Huruf-huruf rikhwah sakinah mesti diucapkan mengalir, jangan
sampai terbaca sebagaimana huruf-huruf syiddah yang tertahan,
sedangkan huruf-huruf bayniyyah memiliki aliran suara namun tidak
sederas huruf-huruf rikhwah.
2) Huruf-huruf syiddah sakinah menekan kuat ke makhrajnya, kecuali
Hamzah di tengah bacaan, maka ia di-takhfîf. Sedangkan pada
Hamzah di akhir kalimat yang didahului madd atau lîn, mesti di-nabr
untuk menunjukkan keberadaannya.
3) Pada Qaf, Tha, Ba, Jim, dan Dal dipantulkan.
4) Pada Kaf dan Ta ditekan hingga terhembus udara/ nafas.
5) Berhati-hatilah dengan ikhtilâs (‫ ) خت س‬dan isybâ’ (‫) إل ب ع‬.
Ikhtilâs artinya memendekkan harakat suatu huruf sehingga
terdengar lebih cepat dibandingkan huruf di sebelahnya.

Sedangkan isybâ’ adalah menambah huruf atau menambah kadar


panjangnya suatu huruf. Isybâ’ dikenal juga dengan istilah tawallud (‫)ٱلوَل‬

atau tamthîth (‫)ٱلمطيط‬.


Muhammad Laili Al-Fadhli

Baik ikhtilâs maupun isybâ’, merupakan kesalahan yang mesti


dihindari oleh setiap pembaca Al-Qurân. Karenanya, kita mesti memahami
kadar panjang harakat setiap huruf hijaiyyah.

Ukuran Panjang Huruf

Saat Berharakat Saat Sukun

Syiddah Bayniyyah Rakhawah Syiddah Bayniyyah Rakhawah

ُ
َ‫كتِب‬ َ‫منع‬ ِ ‫ف‬
َ‫حش‬ َ‫أكَب‬ َ‫أنَع َمت‬ ‫أسَل ِم‬

Durasi huruf saat berharakat ataupun sukun sangat bergantung


pada sifat yang melekat padanya, namun bila diukur dengan tempo
membaca Al-Qurân ia mesti sesuai dan dibaca secara konsisten.

Rikhwah

Bayniyyah

Syiddah

Perbandingan durasi (zaman) huruf-huruf syiddah, rakhâwah, dan bayniyyah saat sukun
Kesempurnaan Mengucapkan Harakat

Cara Mengucapkan Huruf-Huruf Bertasydid Dilihat dari Sisi


Sifat Syiddah dan Rikhwah-nya
1. Huruf-huruf rakhâwah, mesti diucapkan dengan suara yang mengalir
tanpa terhenti.
 Dalam hal ini termasuk huruf Ya dan Waw. Walaupun keduanya
mesti di-nabr saat bertasydid, bukan berarti menghilangkan sifat
rakhâwah-nya.
2. Huruf-huruf syiddah, diucapkan dengan suara yang tertahan dan
tidak dialirkan.
3. Huruf-huruf bayniyyah selain ghunnah, diucapkan dengan
menampakkan sedikit aliran suara, tidak terputus sebagaimana
huruf-huruf syiddah, juga tidak mengalir deras sebagaimana huruf-
huruf rakhâwah.
4. Huruf-huruf ghunnah, diucapkan dengan menyempurnakan
ghunnahnya dan menahan suara sepanjang dua harakat ghunnah.

Beberapa Lahn Saat Mengucapkan Huruf Berharakat


Beberapa kesalahan begitu sering terjadi pada saat seseorang,
khususnya non-Arab- saat mengucapkan harakat, di antaranya:
1. Menebalkan harakat pada huruf-huruf yang seharusnya diucapkan
tipis, khususnya pada saat mengucapkan fathah dan dhammah.
2. Menipiskan harakat pada huruf-huruf yang seharusnya diucapkan
tebal, khususnya pada saat kasrah.
3. Memiringkan suara hingga fathah tidak terucap dengan jelas, berada
di antara “a” dan “i”, menyerupai vokal “eu” atau bahkan “e”.
4. Mengalirkan suara melalui rongga hidung, padahal sebagaimana
telah diuraikan, bahwasanya rongga hidung adalah kekhususan bagi
“Mim” (suara “m”) dan “Nun” (suara “n”).
5. Menahan suara, sehingga bacaan terdengar seperti menggumam.
6. Berlebihan atau kurang dalam membuka rahang, menariknya, atau
memonyongkannya.

Beberapa Solusi Pengucapan Huruf Berharakat


Untuk mengatasinya, kita bisa melakukan dan melatih beberapa hal
berikut:
Muhammad Laili Al-Fadhli

1. Hendaknya melepaskan suara dan tidak menahannya agar harakat


terasa jelas diucapkan, namun tetap menjaganya agar tidak
berlebihan.
2. Memahami huruf-huruf tipis dan tebal, agar kita bisa menjaga
kesempurnaan harakat pada huruf-huruf tersebut. Sedangkan ukuran
tipis dan tebalnya adalah ukuran orang Arab, bukan ukuran menurut
kita sendiri.
3. Pada huruf-huruf tipis, kesempurnaan harakat fathah adalah dengan
membuka rongga mulut sambil menarik rahang pada posisi seperti
kasrah. Suara yang dihasilkan mungkin akan terasa asing bagi
sebagian orang –khususnya di Indonesia- karena “A”-nya lebih tipis
dan berbeda dengan “A”-nya orang Indonesia pada umumnya.
4. Menjaga ketipisan huruf-huruf tipis pada saat dhammah adalah
dengan tidak terlebih dahulu memonyongkan bibir pada saat huruf
diucapkan melainkan diucapkan dulu pada posisi hampir fathah, baru
didorong sambil memonyongkan bibir. Sedangkan pada saat sukun,
adalah dengan menarik rahang seperti kasrah saat huruf tersebut
diucapkan.
5. Menjaga ketebalan huruf-huruf tebal adalah dengan mengangkat
lidah ke arah langit-langit.
6. Melatihnya dengan menutup hidung kita agar suara bisa mengalir
sempurna melalui rongga mulut.

Wallâhu a’lam.

Anda mungkin juga menyukai