Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SURAH AL-FATIHA

Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
1. SRY IDA MAYANG SARI
2. IMEL KAPUANI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas
dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Pasarwajo, 11 November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................


DAFTAR ISI ...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................
A. LATAR BELAKANG ................................................................................
B. Unsur Pokok Yang Terkandung .................................................................
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................
A. Arti ............................................................................................................
B. Tafsir Ayat {1} .........................................................................................
C. Tafsir Ayat {2} .........................................................................................
D. Tafsir Ayat {3} .........................................................................................
E. Tafsir Ayat {4} ..........................................................................................
F. Tafsir Ayat {5} .........................................................................................
G. Tafsir Ayat {6} .........................................................................................
H. Tafsir Ayat {7} .........................................................................................
BAB III PENUTUP ...............................................................................................
A. Kesimpulan .................................................................................................
B. Saran ...........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Surat Al Fatihah (pembukaan) yang di turunkan di Mekah dan terdiri dari tujuh ayat
adalah surat yang pertama-tama diturunkan denghan lengkap diantara surat-surat yang ada
dalam Al Quran dan termasuk golongan sutrat makiyah. Surat ini disebut Al Fatihah karena
dengan surat inilah dibuka dan dimulainya Al-Quran dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan
bahwa surat ini dinamakan sebagai surat pembuka sebab diantaranya adalah sebagai
pembuka wajib dala setiap shalat.
Dinamakan Ummul Quran atau Ummul Kitab karena ia merupakan induk bagi semua
isi Al Quran, serta menjadi inti sari dari kandungan Al Quran, dank arena itu diwajibkan
membacanya pada tiap tiap sembahyang. Dinamakam pula As Sab’ul Matsany (tujuh yang
berulang-ulang ) karena ayatnya tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam shalat.

B. Unsur Pokok Yang Terkandung


Surat ini mengandung beberapa unsure pokok yang mencerminkan seluruh isi Al
Quran yaitu,
1. Keimanan
Beriman kepada allah yang maha esa terdapat dalam ayat 2, dimana dinyatakan dengan
tegas bahwa segala puji dan ucapan syukur atas sesuatu nikmat itu hanya bagi allah, karena
Allah adalah Pencipta dan sumber segala nikmat yang terdapat dalam alam ini. Diantara
nikmat itu ialah nikmat mencipatakan, mendidik, dan menumbuhkan, sebab kata rab dalam
kalimat rabbul aalamiin tidak hanya berarti tuhan dan penguasa tetapi juga mengandung
arti tarbiyah yaitu mendidik dan menumbuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat
yang dilihat oleh seseorang dalam dirinya sendiri dan dalam segala ala mini bersumber dari
allah karena tuhanlah yang maha berkuasa di alam ini.
Pendidikan penjagaan dan penumbuhan oleh Allah haruslah diperhatikan dan
difikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga menjadi berbagai sumper ilmu
pengetahuan yang dapat menambah keyakinan menusia kepada keagungan dan kemuliaan
Allah, serta berguna bagi masyarakat oleh karena keimanan (ketauhidan) itu mrupakan
masalah yang pokok, maka di dalam surat Al Fatihah tidak cukup dinyatkan dengan isyarat
saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi denga ayat 5, yaituiyyaka na’budu wa iyyaka
nasta’iin “hanya Engkau-lah yang kami sembah dan hanya kepada Engkau-lah kami
memohon pertolongan.
Janji memberi pehala terhadap perbuatan yang baik dan ancaman terhadap perbuatan
yang buruk. Yang dimaksud dengan “yang menguasai hari pembalasan” ialah pada hari itu
Allah lah yang berkuasa, segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya sambil mengharap
nikmat dan takut akan siksaanNya.
Hal ini mengandung arti janji untuk memberi pahala terhadap perbuatan yang baik dan
ancaman terhadap perbuatan yang buruk. “ibadat” yang terdapat pada ayat 5 semata-mata
ditujukan kepada Allah.
2. Hukum-hukum
Jalan kebahagiaan dan bagaimana seharusnya menempuh jalan itu untuk memperoleh
kebahagian dunia dan akhirat maksud “hidayah” di sini ialah hidayah yang menjadi sebab
dapatnya keselamatan, kebahagiaan dunia dan akhirat baik yang mengenai keyakinan
maupun akhlak, hokum-hukum dan pelajaran.
3. Kisah-kisah
Kisah para nabi dan kisah orang terdahulu yang menentang Allah. Sebagian besar dari
ayat-ayat Al quran memuat kisah-kisah par nabi dan kisah orang-orang dahulu yang
menentang allah. Yang dimaksud oarng yan diberi nikmat dalam ayat ini ialah para nabi,
para shiddiqiin, syuhadaa’ dan orang-orang shalihiin. Adapun orang-orang yang dimurkai
dan orang oarng yang sesat ialah golongan yang mnyimpang dari ajaran islam.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Arti
ِ ‫) الرهحْ َم ِن الر‬2( ‫ين‬
)3( ‫هحي ِم‬ َ ‫) الْ َح ْم ُد ِ هّلِلِ َربِّ ْال َعالَ ِم‬1( ‫َّللاِ الرهحْ َم ِن ال هر ِح ِيم‬ ‫بِس ِْم ه‬
)6( ‫الصِّراطَ ْال ُم ْستَقِي َم‬
َ ‫) ا ْه ِدنَا‬5( ‫ين‬ ُ ‫هاك نَ ْستَ ِع‬
َ ‫هاك نَ ْعبُ ُد َوإِي‬
َ ‫) إِي‬4( ‫ين‬ ِ ‫ك يَ ْو ِم ال ِّد‬
ِ ِ‫َمال‬
‫) [الفاتحة‬7( ‫ين‬ َ ِّ‫ب َعلَ ْي ِه ْم َو ََل الضهال‬ ِ ‫ت َعلَ ْي ِه ْم َغي ِْر ْال َم ْغضُو‬ َ ‫ين أَ ْن َع ْم‬
َ ‫ص َراطَ اله ِذ‬ ِ
]7 - 1 :
”Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.{1}Segala puji
bagi Allah, Tuhan semesta alam. {1}Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.{1}Yang
menguasai Hari Pembalasan. {1}Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada
Engkaulah kami memintapertolongan. {1}Tunjukkanlah kami jalan yang lurus. {1} (yaitu)
jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka. {1}bukan (jalan) mereka
yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”

B. Tafsir Ayat {1}


‫بِس ِْم ه‬
ِ ‫َّللاِ الرهحْ َم ِن الر‬
‫هح ِيم‬
"Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. "
Maknanya adalah aku memulai pekerjaanku ini, menyiarkan wahyu Ilahi kepada insan
, di atas nama Allah itu sendiri , yang telah memerintahkanku menyampaikannya. Memulai
dngan nama Allah adalah adab dan bimbingan pertama yang diwahyukan kepada nabinya
yaitu Iqra’ Bismi Rabbika karena itu dengan namaNya segala sesuatu harus dimulai dan
dengan namaNya terlaksana setiap gerak dan arah.
Bismillah (Dengan nama Allah). Susunan kalimat yang demikian ini dalam bahasa
Arab berarti ada susunan kata-kata yang mendahuluinya yaitu: Aku mulai perbuatan ini
dengan nama Allah, atau: Permulaan dalam perbuatanku ini dengan nama Allah; untuk
mendapat berkat dan pertolongan rahmat Allah sehingga dapat selesai dengan sempurna dan
baik. Juga untuk menyadari kembali sebagai makhluk Allah, bahawa segalanya bergantung
kepada rahmat kurnia Allah. Hidup, mati dan daya upaya semata-semata terserah kepada
rahmat kurnia Allah Azza wa Jalla.
Allah. Nama Zat Allah Ta'ala. Nama Allah khusus bagi Allah, tidak dinamakan pada
zat yang lain selain Allah. Haram menamakan dengan nama Allah pada zat yang lain selain
Allah melainkan dengan menyandarkan sesuatu seperti Abdullah (hamba Allah) atau
Amatullah (hamba perempuan Allah).
Ar-Rahman Ar-Rahim (Yang Maha Pemurah Yang Maha Penyayang). Ar-Rahman
(Yang Maha Pemurah/pengasih) yakni yang penuh rahmatNya kepada semua makhluk di
dunia hingga di akhirat, kepada yang mukmin maupun yang kafir. Dengan kata Ar-Rahman
digambarkan bahwa Tuhan mencurahkan rahmatNya sedangkan dengan Ar-Rahim
dinyatakan bahwa dia memiliki sifat rahmat yang melekat pada diriNya. Sebagian ulama’
berpendapat bahwa Ar-Rahim (Yang Maha Penyayang) khusus untuk orang yang beriman
saja.
Dalam Alquran (14:34 dan 16:18) Allah menyebutkan bahwa kedua sifat ini, untuk
membuktikan kepada hambaNya bahwa sifat ketuhananNya bukanlah diwarnai oleh
kekerasan dan paksaan, melainkan sifat ketuhanan yang menaburkan rahmat dan kasih
sayang.

C. Tafsir Ayat {2}


َ ‫ا ْل َح ْم ُد ِ هّلِلِ َربِّ ْال َعالَ ِم‬
‫ين‬
“segala puji bagi Allah pemelihara seluruh alam”
Pada ayat ini ditegaskan bahwa segala puji bagi Allah, apalagi karena Dia adalah
pemelihara seluruh alam. Ini merupaka ayat yang juga sering kita gunakan sebagai bentuk
kalimat syukur pada momen-momen bahagia. Merupakan bentuk pujian pada Allah Swt,
sebagai wujud rasa terima kasih yang tak terhingga atas nikmat yang diberikan.
Ibn Jarir Ath Thabary mengatakan bahwa ungkapan Al hamdulillah adalah ungkapan
pujian yang diungkapkan oleh Allah untuk diriNya, namun secara tersirat mengandung
perintah kepada para hambaNya untuk memuji Allah Ta'ala. Seolah-olah dalam ayat ini,
Allah Ta'ala menyatakan : "Ucapkanlah Al hamdulillah".
Hamd atau pujian yang ditujukan kepada yang dipuji atas sikap atau perbuatannya yang
baik walau ia tidak memberi sesuatu kapada yang si pemuji. Berbeda dengan
kata syukur yang pada dasarnya digunakan untuk mengakui dengan tulus dan dengan penuh
hormat pemberian yang dianugerahkan oleh siapa yang disyukuri itu.
Ada tiga unsur yang menjadikan suatu hal menjadi layak dipuji, indah (baik), dilakukan
secara sadar, dan tidak terpaksa atau dipaksa.
Kata al-hamdu dalam surat ini dalam surat ini ditujukan kepada Allah SWT. Ini berarti
bahwa Allah dalam segala perbuatanNya telah memenuhi ketiga unsur yang disebutkan
diatas.
Rabb berarti pemilik yang berhak penuh, juga berarti majikan, juga yang memelihara
serta menjamin kebaikan dan perbaikan, dan semua makhluk alam semesta.
Alam ialah segala sesuatu selain Allah. Maka Allah Rabb dari semua alam itu sebagai
pencipta, yang memelihara, memperbaiki dan menjamin. Sebagaimana tersebut dalam surat
asy- Syu'araa 23-24. Fir'aun bertanya, "Apakah rabbul alamin itu?" Jawab Musa, "Tuhan
Pencipta, Pemelihara penjamin langit dan bumi dan apa saja yang di antara keduanya, jika
kalian mahu percaya dan yakin."
Alam itu juga pecahan dari alamat (tanda) sebab alam ini semua menunjukkan dan
membuktikan kepada orang yang memperhatikannya sebagai tanda adanya Allah Tuhan
yang menjadikannya.
Kata Al 'Alamin dalam bahasa Arab adalah bentuk jamak dari 'alam –dalam bahasa
indonesia kemudian menjadi 'alam'. Dan segala sesuatu selain Allah Ta'ala adalah 'alam.
Banyak definisi dan batasan yang disebutkan para ulama untuk menjelaskan hakikat 'alam
ini. Ada yang mengatakan bahwa 'alam adalah seluruh makhluq yang berakal, dan termasuk
dalam kategori ini adalah manusia, jin, malaikat dan syaithan. Ada pula yang mengatakan
bahwa semua yang mempunyai ruh adalah 'alam. Namun yang nampaknya lebih tepat adalah
bahwa 'alam itu adalah segala sesuatu yang diciptakan Allah Azza wa Jalla baik di dunia
maupun di akhirat. Pendapat ini diungkapkan oleh Az Zajjaj, dan dibenarkan oleh Imam Al
Qurthuby

D. Tafsir Ayat {3}


ِ ‫الرهحْ َم ِن الر‬
‫هح ِيم‬
“Ar-rahmaani rahiim”
Yang Maha Pemurah Yang Maha Penyayang
Ar-rahman yang memberi nikmat yang sebesar-besarnya seperti nikmat makan,
minum, harta benda dan lain-lain.
Ar-Rahim yang memberi nikmat yang halus sehingga tidak terasa, seperti nikmat iman
dan islam. Jika anda akan menghitung nikmat kurnia Allah maka takkan dapat
menghitungnya.
Kedua kata tersebut adalah kata sifat yang berakar pada satu kata, yaitu ar-rahmah.
Secara bahasa, kata rahmat berarti kasih di dalam hati yang mendorong timbulnya perbuatan
baik. Makna bahasa ini kurang tepat untuk menggambarkan sifat Allah. Karena itulah, para
ulama lantas lebih sepakat untuk menyatakan bahwa kasih sayang adalah sifat yang ada
dalam Dzat Allah. Kita tidak mengetahui bagaimana hakikatnya. Kita hanya menyadari efek
dari sifat kasih sayang-Nya, yaitu berupa kebaikan.
Banyak para ulama yang membedakan antara makna ar-Rahman dan ar-
Rahim. Sifat ar-Rahman merupakan sifat kasih sayang Allah yang memberikan kenikmatan
kepada seluruh makhluk-Nya. Sedangkan sifat ar-Rahim adalah sifat kasih sayang-Nya yang
memberikan kenikmatan secara khusus untuk orang-orang mukmin saja. Sebagian ulama
lain menyatakan bahwa sifat ar-Rahman merupakan sifat kasih sayang Allah yang
memberikan kenikmatan yang bersifat umum. Sedangkan sifat ar-Rahim merupakan sifat
kasih Allah yang memberikan kenikmatan yang bersifat khusus.
Menurut Syekh Thanthawi Jauhari, kata ar-Rahman merupakan sifat kasih sayang
Allah yang berkaitan dengan Dzat-Nya. Allah merupakan sumber kasih sayang dan
kebaikan. Sedangkan kata ar-Rahim adalah sifat kasih sayang Allah yang berkaitan dengan
perbuatan, yaitu bagaimana sampainya kasih sayang dan kebaikan Allah kepada para hamba-
Nya yang diberi kenikmatan.
Penyebutan ar-Rahim setelah ar-Rahman bertujuan menjelaskan bahwa anugerah
Allah apapun bentuknya sama sekali bukan kepentingan Allah atau sesuatu pamrih, tetapi
semata-mata lahir dari sifat rahmat dan kasih sayangNya yang telah melekat pada dirinya.
Dalam konteks hubungan ayat dapat dikatakan bahwa pemeliharaan dan pendidikan yang
dilakkanNya terhadap seluruh alam. Bukan untuk kepentingannya, sebagaimana tidak jarang
dilakukan oleh makhluk. Bukankah kita memelihara ayam agar dia gemuk, atau bertelur
dalam rangka memperoleh keuntungan bila dijual? Allah tidak demikian! Pemeliharaan dan
pendidikanNya lahir dari rahmat kasih sayangNya.

E. Tafsir Ayat {4}


ِ ‫ك يَ ْو ِم ال ِّد‬
‫ين‬ ِ ِ‫َمال‬
“Yang menguasai di hari Pembalasan”
Pemelihara pendidik yang Rahman dan Rahim boleh jadi tidak memiliki (sesuatu).
Sedang sifat ketuhanan tidak dapat dilepas dari kepemilikandan kekuasaan. Karena itu
kepemilikan dan kekuasaan dimaksud perlu ditegaskan. Inilah yang dikandung oleh ayat
keempat ini. Demikian al Biqa’ menghubungkan ayat ini dengan ayat sebelumnya.
Perlu digaris bawahi bahwa Allah yang Rahman dan Rahim, serta pemelihara dan
pembimbing itu juga adalah Dia pemilik hari kemudian. Disana kelak dia akan memberi
setiap jiwa balasan dan ganjaran sesuai dengan amal perbuatan mereka.informasi itu
diharapkan mendorong setiap orang untuk melaksanakan dan menjauhi laranganNya.
Ada dua bacaan populer menuangkut ayat ini yaitu malik yang berarti raja
dan maalik yang berarti pemilik.ayat keempat surah ini dapat dibaca dengan bacaan itu, dan
keduanya adalah bacaan Nabi saw. Berdasar riwayat-riwayat yang dapat
dipertanggungjawabkan keshahihannya (mutawatir)
Kata malik mengendung arti penguasaan terhadap sesuatudisebabkan oleh kekuatan
pengendalian dan keshahihannya. Malik yang bisa diterjemahkan denganraja adalah yang
menguasai dan menegani perintah dan larngan, anugerah dan pencabutan dan karena itu
biasanya kerajaan terarah kepada manusia dan tidak kepada barang yang sifatnya tidak dapat
menerima perintah dan larangan.
Yaum biasa diterjemahkan dengan hari. Kata ini terulang dalam Al Quran sebanyan
365 kali. Namun demikian tidak semua kata kata tersebut mengandung arti yang sama
dengan hari yang kita kenal dalam kehidupan dunia ini.
Al Quran menggunakan kata yaum dalam arti waktu terkadan sangat panjang menurut
ukuran kita. contoh alam raya diciptakan dalam waktu enam hari. Enam hari disini bukan
dalam arti 6 x 24 jam. Kelahiran isa as juga dinamai hari “kelahiran” dan ini tentu hanya
berlangsung beberapa saat.
Kata ad-din dalam ayat ini dalam ayat ini diartikan sebagai pembalasan atau
perhitungan atau ketaatan, karena pada hari itu (hari kiamat) terjadi perhitungan dan
pembalasan allah, dan juga ketika waktu tiu semua makhluk tanpa terkecuali menampakkan
ketaatannya kepada Allah swt. Dalam bentuk yang sangat nyata.

F. Tafsir Ayat {5}


َ ‫هاك نَ ْعبُ ُد َوإِي ها‬
‫ك نَ ْستَ ِعين‬ َ ‫إِي‬.
“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta
pertolongan.”
Dengan kalimat hanya kepada-Mu kami menyembah (‫هاك نَ ْعبُ ُد‬
َ ‫)إِي‬, Allah
membatasi penyembahan atau ibadah hanya kepada Diri-Nya semata. Dengan ayat tersebut,
kita pun harus memutuskan bahwa ibadah hanyalah satu-satunya kepada Allah. Tidak boleh
ibadah tersebut dikait-kaitkan dengan selain Allah. Ibadah juga merupakan bentuk
ketundukan manusia kepada Allah untuk mengikuti berbagai perintah dan larangan-Nya.
Shalat merupakan bentuk ibadah yang paling dasar (asasi). Dalam hal ini, sujud
merupakan bentuk ketundukan yang paling tinggi kepada Allah. Hal ini karena dalam
bersujud, orang menundukkan wajahnya yang notabene merupakan bagian tubuh yang
paling dimuliakan. Saat bersujud, orang menempelkan wajahnya di atas lantai yang notabene
merupakan tempat yang biasa diinjak-injak oleh kaki. Apalagi di dalam shalat, terutama
shalat berjamaah, ketundukan seseorang kepada Allah juga dipertontonkan kepada semua
orang.
Meski diperintahkan untuk hanya menyembah Allah semata, manusia tetap diberi
kebebasan untuk memilih, apakah sudi menyembah-Nya atau tidak; beriman atau kafir
kepada-Nya; taat atau membangkang kepada-Nya. Padahal Allah bisa saja menciptakan
semua makhluk-Nya jadi seperti malaikat yang hanya menyembah-Nya dan tidak pernah
membangkang pada-Nya. Namun, Allah tetap memberikan kebebasan untuk memilih pada
diri manusia agar manusia betul-betul menyembah Allah karena pilihannya sendiri, bukan
karena paksaan. Menyembah Allah karena betul-betul menyadari sepenuhnya bahwa Allah
memang layak dan seharusnya untuk disembah. Jika kesadaran itu semakin besar dan
merasuk dalam hati manusia, ia pun menyembah Allah karena didasari rasa cinta kepada-
Nya.
Setelah menyebutkan “hanya kepada-Mu kami menyembah”, Allah lantas
menyebutkan “hanya kepada-Mu, kami meminta pertolongan”. Hal ini menunjukkan
pengertian bahwa “kami tidak menyembah kepada selain Diri-Mu, dan kami tidak meminta
pertolongan kecuali kepada Diri-Mu”. Permintaan tolong hanya kepada Allah akan
menghindarkan kita dari hinanya kehidupan dunia. Saat kita meminta tolong kepada selain
Allah, misalnya manusia, maka kita sebenarnya meminta pertolongan kepada makhluk yang
memiliki berbagai keterbatasan. Manusia bisa saja memberikan pertolongan kepada orang
lain sesuai kemampuan dan kekuatannya. Manusia yang saat ini mampu dan kuat boleh jadi
dalam sekejap bisa menjadi orang yang sangat lemah dan tidak memiliki kemampuan
apapun.
Allah bermaksud membebaskan orang-orang beriman dari hinanya kehidupan dunia.
Allah pun meminta mereka agar hanya meminta pertolongan kepada Diri-Nya yang Maha
Hidup dan tak pernah mati; Maha Kuat dan tak pernah lemah; Maha Kuasa dan tak bisa
dikuasai oleh apapun serta siapapun. Jika kita betul-betul meminta pertolongan kepada
Allah, Dia pun akan menyertai kita. Dia akan memberikan kekuatan saat kita lemah. Dia
akan memberi petunjuk saat kita kebingungan memilih antara kebenaran dan kebatilan.
Ditempatkannya kalimat “permintaan tolong” ُ ‫)نَ ْستَ ِع‬
(‫ين‬ setelah kalimat
“penyembahan” (‫ )نَ ْعبُ ُد‬juga merupakan bentuk pengajaran Allah kepada manusia tentang
sopan santun. Allah memerintahkan kita untuk beribadah kepada-Nya terlebih dahulu.
Setelah kita beribadah kepada-Nya, barulah kita pantas untuk meminta pertolongan kepada-
Nya. Dengan kata lain, sudah selayaknya, orang meminta sesuatu setelah ia terlebih dahulu
mengerjakan apa yang diperintahkan. Sangat tidak pantas jika seseorang meminta segala
sesuatu terlebih dahulu padahal ia belum melaksanakan apa yang diperintahkan.

G. Tafsir Ayat {6}


‫الصِّراطَ ْال ُم ْستَقِي َم‬
َ ‫ا ْه ِدنَا‬
“Tunjukkanlah kami jalan yang lurus”
Setelah mempersembahkan puja puji kepada Allah dan mengakui kekuasaan dan
kepemilikanNya, ayat selanjutnya merupakan pernyataan hambatentang ketulusan beribadah
serta kebutuhannya kepada pertolongan Allah. Nah dengan ayat ini sang hamba mengajukan
permohonan kepada Allah, yakni bimbingan memasuki jalan yang lurus.
ْ ‫ )ا‬berarti “berilah kami ilham.”
Menurut Ibnu Abbas, kata “tunjukkanlah kami” (‫ه ِدنَا‬
ْ ‫ْال ُم‬
Sedangkan “jalan yang lurus” (‫ستَقِي َم‬ َ‫ )الصِّ َراط‬berarti kitab Allah. Dalam riwayat lain
“jalan yang lurus” itu adalah agama Islam. Selain itu, ada juga riwayat yang menyatakan
bahwa ia berarti “al-haqq” (kebenaran). Dengan demikian, menurut Ibnu Abbas lagi, kalimat
“tunjukkan kami jalan yang benar” berarti “berilah kami ilham tentang agama-Mu yang
benar, yaitu tiada tuhan selain Allah satu-satunya; serta tiada sekutu bagi-Nya.”
Kata ash-shirath (َ‫)الصِّراط‬
َ dalam ayat di atas mempunyai tiga macam cara membaca
(qiraat). Pertama, mayoritas qari, membacanya dengan dengan hurufshad, sebagaimana
yang tercantum dalam mushaf Utsmani. Kedua, sebagian lain membacanya dengan
huruf siin, sehingga menjadi (‫)الس َراط‬
ِ . Ketiga, dibaca dengan huruf zay (‫)ز‬, sehingga
menjadi (‫)الزراَط‬ ِ . Sedangkan menurut bahasa, seperti dikatakan at-Thabari, kata ash-
shirath (َ‫)الصِّراط‬
َ berarti jalan yang jelas dan tidak bengkok.
Kata ‫ ا ْه ِدنَا‬berasal dari akar kata hidayah (‫)هداية‬. Menurut al-Qasimi, hidayah berarti
petunjuk –baik yang berupa perkataan maupun perbuatan– kepada kebaikan. Hidayah
tersebut diberikan Allah kepada hamba-Nya secara berurutan. Hidayahpertama diberikan
Allah kepada manusia melalui kekuatan dasar yang dimiliki manusia, seperti pancaindra dan
kekuatan berpikir. Dengan kekuatan inilah, manusia bisa memperoleh petunjuk untuk
mengetahui kebaikan dan keburukan.
Hidayah kedua adalah melalui diutusnya para Nabi. Macam hidayah ini terkadang
disandarkan kepada Allah, para rasul-Nya, atau Alquran. Hidayah tingkatan ketiga adalah
hidayah yang diberikan oleh Allah kepada para hamba-Nya yang karena perbuatan baik
mereka. Hidayah keempat adalah hidayah yang telah ditetapkan oleh Allah di alam
keabadian. Dalam pengertian hidayah keempat inilah, maka Nabi Muhammad tidak berhasil
mengajak sang paman, Abi Thalib, untuk masuk Islam.

H. Tafsir Ayat {7}


ِ ‫ت َعلَ ْي ِه ْم َغي ِْر ْال َم ْغضُو‬
َ ِّ‫ب َعلَ ْي ِه ْم َو ََل الضهال‬
‫ين‬ َ ‫ين أَ ْن َع ْم‬
َ ‫ص َراطَ اله ِذ‬
ِ
“(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan
(jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”
Ayat ini merupakan penjelasan dan tafsir dari ayat sebelumnya tentang apa yang
dimaksud dengan “jalan yang lurus” ( ‫ط ْال ُم ْستَقِي َم‬
َ ‫)الص َِّرا‬. Jadi, yang dimaksud dengan
“jalan yang lurus” adalah “jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada
mereka”. Sedangkan yang dimaksud dengan “jalan orang-orang yang telah Engkau beri
nikmat kepada mereka” adalah jalan orang-orang yang telah Allah beri anugerah kepada
mereka, lalu Allah pun menjaga hati mereka dalam Islam, sehingga mereka mati tetap dalam
keadaan Islam. Mereka itu adalah para nabi, orang-orang suci, dan para wali. Sedangkan,
menurut Rafi’ bin Mahran, seorang tabi’in yang juga dikenal dengan nama Abu al-Aliyah,
yang dimaksud dengan “orang-orang yang Engkau beri nikmat itu” adalah Nabi
Muhammad dan kedua sahabat beliau, yaitu Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab.
Selanjutnya, yang dimaksud dengan “bukan jalan mereka yang dimurkai”( ‫غير‬
‫ )المغضوب عليهم‬adalah jalan yang ditempuh oleh orang-orang Yahudi. Mereka dimurkai
oleh Allah dan mendapatkan kehinaan karena melakukan berbagai kemaksiatan. Sedangkan
yang dimaksud dengan orang-orang yang sesat (‫)الضالين‬ pada lanjutan ayat tersebut
adalah orang-orang Nasrani. Tafsir bahwa orang-orang dimurkai adalah Yahudi dan orang-
orang sesat adalah Nasrani sudah disepakati oleh banyak para ulama dan diuraikan di dalam
beberapa hadis dan ayat-ayat Alquran sendiri.
Amiin
Dianjurkan menagakhiri ucapan ini dengan bacaan Amiin wallaupun kata ini bukan
bagian dari surah al-Fatihah.
Ada beberapa pendapat tentang makna dari amiin,
1. Ya Allah perkenenkanlah! – Ini adalah pendapat mayoritas ulama.
2. Ya Allah lakukanlah!
3. Demikian itu ya Allah. Maka semoga Engkau mengabulkannya.
4. jangan kecewakan kami ya Allah!
5. Amiin adalah salah satu nama Allah swt.
Jika pengertian amiin dikaitkan langsung dengan ayat-ayat surah al-Fatihah maka
permohonan yang kita ajukan adalah kandungan dari ayat ketujuh, dan dengan demikian
permohonan itu diakhiri dengan permohonan baru yaitu amiin, yakni kiranya Allah
memperkenankan dan tidak mengecewakan pemohon.
Tetapi jika amiin dikaitkan dengan bunyi salah satu hadis yang diriwayatkan oleh
imam muslim melalui abu hurairah- yang menyatakan bahwa Allah membagi surah ini
menjadi dua yaitu separuh untukNya dan separuh untuk hambaNya, dan bahwa jika seorang
membaca satu ayat dari surat ini maka Allah menyambutnya- maka permohonan itu
mencakup seluruh isi dari al-Fatihah.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Surat ini hanya tujuh ayat, mengandung pujian dan syukur kepada Allah dengan
menyebut nama Allah dan sifat-sifat-Nya yang mulia, lalu menyebut hal Hari Kemudian,
pembalasan dan tuntutan, kemudian menganjurkan kepada hamba supaya meminta kepada
Allah dan merendah diri pada Allah, serta lepas bebas dari daya kekuatan diri menuju kepada
tulus ikhlas dalam melakukan ibadat dan tauhid pada Allah, kemudian menganjurkan kepada
hamba agar selalu minta hidayat taufik dan pimpinan Allah untuk dapat mengikuti shirat
mustaqiim supaya dapat tergolong dari golongan hamba-hamba Allah yang telah mendapat
nikmat yaitu golongan Nabi, Siddiqin, Syuhada dan Shalihin. Juga mengandung anjuran
supaya berlaku baik mengerjakan amal saleh jangan sampai tergolong orang yang dimurkai
atau tersesat dari jalan Allah.

B. Saran
Penulis sangat mengharap saran dan kritik yang membangun apabila ada kekeliruan
atau hal yang tidak memuaskan dalam penulisan makalah ini untuk lebih menyempurnakan
dalam penulisan makalah yang berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Al Quran dan terjemahan, gema rislah pers edisi 1993


http://www.wahdah.or.id/wis/index.php?option=com_content&task=view&id=93&Itemid
=191
http://racheedus.wordpress.com/makalahku/tafsir-al-fatihah/
http://kongaji.tripod.com/myfile/al-fatihah
Shihab Quray, Tafsir Al-Misbah, (Ciputat: Lentera Hati,2006)
Surin Bachtiar, Az-zikra terjemah dan tafsir Al-Quran
http://imammuttaqin58.blogspot.com/2012/05/makalah-tafsir-al-fatihah.html

Anda mungkin juga menyukai