AKIDAH AKHLAK
TENTANG:
DOSEN PEMBIMBING:
[1]
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kehagiran Allah SWT atas limpahan rahmad, nikmat dan
karunianya kepada kita semua. Sehingga kami dapat menyusun makalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah AKIDAH AKHLAK ini dapat selesai sesuai dengan yang di harapkan. Salawat
beserta salam tak bosan-bosannya kita ucapkan kepada baginda kita nabi Muhammad SAW.
Dalam penyusuna makalah ini, kami menyadari makalah yang yang kami buat masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami tidak menutup diri dari para pembaca akan
saran dan kritik yantg sifatnya membangun demi perbaikan dan peningkatan kualitas
penyusunan makalah di masa akan datang. Dan kami berharap, semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat bagi kita semuanya.
Penyusun
[2]
DAFTAR ISI
KATA PENGNATAR………………………………………………………………………………………………2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………..3
BAB I……………………………………………………………………………………………………………………4
PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………………..4
LATAR BELAKANG ……………………………………………………………………………………………….4
RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………………………………………..4
TUJUAN PENELITIAN…………………………………………………………………………………………….5
BAB II……………………………………………………………………………………………………………………6
PEMBAHSAN………………………………………………………………………………………………………..6
A. MAKNA IMAN KEPADA ALLAH……………………………………………………………………6
B. SIFAT-SIFAT WAJIB ALLAH YANG NAFSIYAH, SALBIYAH, MA’ANI, DAN
MA’NAWIYAH DAN DALILNYA…………………………………………………………………...8
C. SIFAT-SIFAT MUSTAHIL DAN JAIZ BAGI ALLAH SWT………………………………….17
D. CIRI-CIRI/TANDA PERILAKU ORANG BERIMAN KEPADA SIFAT WAJIB,
MUSTAHIL, DAN JAIZ ALLAH SWT DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI……….21
E. 10. AL-ASMA AL-HUSNA…………………………………………………………………………..23
F. BUKTI KEBENARAN TANDA-TANDA KEBESARAN ALLAH MELALUI
PEMAHAMAN TERHADAP 10 AL-ASMA AL-HUSNA………………………………..…27
G. PERILAKU ORANG YANG MENGAMALKAN 10 AL-ASMA AL-HUSNA ……..…29
BAB III………………………………………………………………………………………………………………..33
Penutup…………………………………………………………………………………………………………..…33
[3]
Kesimpulan………………………………………………………………………………………………………..33
Saran …………………………………………………………………………………………………………………33
Daftar pustaka……………………………………………………………………………………………………34
[4]
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Keimanan atau keyakinan merupakan hal dasar setiap insan dalm beragama. Untuk
melanjutkan sampai perbuatan atau ibadah yang di anjarkan oleh agama, akan selaras
jika dipondasi dengan keimanan yang kuat. Iman kepada Allah agama yang dianjarkan
oleh nabi Muhammmad SAW. Pentgertian tentantg keimanan dan hal lain yang perlu
dikembangkan lebih oleh para muslim untuk dapat memahami dengan sempurna
ajaran-ajaran islam.
Terkait keimanan kepada Allah, sudah bukan hal asing jika sebagai muslim kita
dituntut untuk mampu mempelajari dan memahami apa arti iman kepada Allah. Dalam
penulisan makalah ini akan di coba kita uraikan makna iman kepada Allah, juga
bagaimana kemahaesaan Allah yang selama ini kita yakini bersama sebagai sifat Alah
SWT. Kiranya tidak cukup hanya sebatas pengucapan dibibir tentang kemahaesaan
ataupun sifat-sifat Allah, alangkah lebih baik dan merupakan kewajiban kita sekalian
untuk mempelajari hal tersebut.
2. Rumusam Masalah
1. Mejelaskan makna iman kepada Allah
2. Mengidentifikasi sifat-sifat wajib Allah yang nafsiyah, salbiyah, ma’ani, dan
ma’nawiyah.
3. Menunjukkan bukti atau dalil naqli dan aqli dari sifat-sifat wajib yang nafsiyah,
salbiyah, ma’ani, dan ma’nawiyah.
4. Menguraikan sifat-sifat mustahil dan jaiz bagi Allah SAW.
5. Menunjukkan ciri-ciri/tanda perilaku orang beriman kepada sifat-sifat wajib,
mustahil, dan jaiz Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari.
[5]
6. Menguraikan 10 al-asma al-husna [al-‘aziiz, al-ghaffaar. Al-baasith, an-naafi’, ar-
ra’uuf, al-barr, al-ghaffaar, al-fattaah, al-‘adl, al-qayyuum].
7. Menunjukan bukti kebenaran tanda-tanda kebesaran Allah melalui pemahaman
terhadap 10 al-asma al-husna [al-‘aziiz, al-ghaffaar. Al-baasith, an-naafi’, ar-ra’uuf,
al-barr, al-ghaffaar, al-fattaah, al-‘adl, al-qayyuum].
8. Menunjukan perilaku orang yang mengamalkan 10 al-asma al-husna [al-‘aziiz, al-
ghaffaar. Al-baasith, an-naafi’, ar-ra’uuf, al-barr, al-ghaffaar, al-fattaah, al-‘adl, al-
qayyuum].
3. Tujuan penelitian
1. Mengetahui makna iman kepada Allah
2. Mengetahui sifat-sifat wajib Allah yang nafsiyah, salbiyah, ma’ani, dan ma’nawiyah.
3. Mengetahui bukti atau dalil naqli dan aqli dari sifat-sifat wajib yang nafsiyah,
salbiyah, ma’ani, dan ma’nawiyah.
4. Mengetahui sifat-sifat mustahil dan jaiz bagi Allah SAW.
5. Mengetahui ciri-ciri/tanda perilaku orang beriman kepada sifat-sifat wajib, mustahil,
dan jaiz Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari.
6. Mengetahui 10 al-asma al-husna [al-‘aziiz, al-ghaffaar. Al-baasith, an-naafi’, ar-
ra’uuf, al-barr, al-ghaffaar, al-fattaah, al-‘adl, al-qayyuum].
7. Mengetahui bukti kebenaran tanda-tanda kebesaran Allah melalui pemahaman
terhadap 10 al-asma al-husna [al-‘aziiz, al-ghaffaar. Al-baasith, an-naafi’, ar-ra’uuf,
al-barr, al-ghaffaar, al-fatt aah, al-‘adl, al-qayyuum].
8. Mengetahui perilaku orang yang mengamalkan 10 al-asma al-husna [al-‘aziiz, al-
ghaffaar. Al-baa sith, an-naafi’, ar-ra’uuf, al-barr, al-ghaffaar, al-fattaah, al-‘adl, al-
qayyuum].
[6]
BAB II
PEMBAHASAN
[7]
4). Ibnu Kasir
Iman adalah membenarkan ucapan dengan perbuatan, kemudian melakukan sholat
dan menunaikan zakat dab apa yang dibawa oleh rasulullahsaw, juga apa yang dibawa
oileh rasul sebelumnya, serta keyakinan akan adanya kehidupan akherat.
Dapat disimpulkan pengertian iman adalah keyakina dengan segala pembenaran
kepada ketentuan Allah swt dan rasul-Nya yang dierapkan dalam amal kepada sebagian
dari nama-nama sifat-sifat Allah swt.
Dan pengertian Iman kepada Allah adalah menyakini dalam hati sifat-sifat
kesempurnaan Allah yang maha suci dari sifat-sifat kekurangan, ditunjukkan dengan lisan,
dan dilaksanakan dengan amal perbuatan.
1.sifat nafsiyah
Sifat Nafsiyah yaitu sifat yang berhubungan dengan dzat Allah. Sifat nafsiyah hanya
ada satu yaitu wujud.
a. Wujud
Allah bersifat wujud yang berarti ada. Maksudnya bahwa adanya Allah itu bukan
karena ada yang menciptakan, tetapi ada dengan sendirinya. Suatu hal yang tidak masuk
akal, jika Allah itu tidak ada. Jadi wujud Allah
itu wajib. Allah SWT berfirman :
ض َو َما يَ ْخ ُر ُج ِ ْااْل َر يَلِ ُج فِى ِ ۚ ْض فِ ْي ِستَّ ِة اَي ٍَّام ثُ َّم ا ْست َٰوى َعلَى ْال َعر
ش يَ ْعلَ ُم َما َ ْت َوااْل َر َ َه َُو الَّ ِذيْ خَ ل
ِ ق السَّمٰ ٰو
ص ْي ۗ ٌر ُك ْنتُ ۗم وهّٰللا ِم ْنهَا َو َما يَ ْن ِز ُل ِمنَ ال َّس َم ۤا ِء َو َما يَ ْع ُر ُج فِ ْيهَ ۗا َوهُ َو َم َع ُك ْم اَ ْينَ َما
ِ َُ بِ َما تَ ْع َملُوْ نَ ب َ ْ
Artinya :
Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: kemudian Dia
bersemayam di atas ´arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa
yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya .
dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. dan Allah Maha melihat apa yang
kamu kerjakan. (QS. Al Hadid : 4)
[8]
2. Sifat Salbiyah
Sifat salbiyah yaitu sifat yang harus melekat pada Allah SWT yang menunjukkan
keberadaan dan kesempurnaan-NYa. Sifat Salbiyah ada 5 yaitu
a. Qidam
Qidam artinya dahulu, maksudnya bahwa Allah itu terdahulu dan tidak didahului
sesuatu (tidak ada permulaan-Nya). Jika Allah ada permulaan-Nya, berarti ada yang
menciptakan-NYa.
Firman Allah :
اط ۚنُ َوهُ َو بِ ُكلِّ َش ْي ٍء َعلِ ْي ٌم
ِ َهُ َو ااْل َ َّو ُل َوااْل ٰ ِخ ُر َوالظَّا ِه ُر َو ْالب
Artinya :
Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin; dan Dia
Maha mengetahui segala sesuatu. ( QS. Al Hadid : 3 )
b. Baqa'
Allah SWT bersifat baqa' artinya kekal. Sudah menjadi sunnatullah atau hukum
Allah,bahwa setiap makhluk berproses menuju kepada kehancuran atau kebinasaan. Begitu
juga manusia, dari janin dalam kandungan, dilahirkan,menjadi bayi, anak-anak, remaja
,dewasa, tua dan pada waktunya akan meninggal dunia. Semua makhluk berubah-ubah,
berproses menuju kepada kehancuran. Sedangkan Allah sebagai pencipta makhluk itu
bersifat kekal, tidak berubah-ubah. Allah SWT berfirman :
ٌ ِع َم َع هّٰللا ِ اِ ٰلهًا ٰا َخ ۘ َر ٓاَل ِا ٰلهَ اِاَّل هُ ۗ َو ُكلُّ َش ْي ٍء هَال
َك اِاَّل َوجْ هَهٗ ۗ لَهُ ْال ُح ْك ُم َواِلَ ْي ِه تُرْ َجعُوْ ن ُ َواَل تَ ْد
Artinya :
“Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, Tuhan apapun yang lain.
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. tiap-tiap sesuatu pasti binasa,
kecuali Allah. bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu
dikembalikan. ( Al Qashash : 88)
[9]
Allah SWT bersifat Mukhalafatu lil Hawadatsi artinya berbeda dengan semua
makhluk. Banyak sudah hasil karya telah diciptakan oleh manusia, mulai dari barang yang
sederhana sampai kepada barang nyang rumit atau canggih. Semua hasil karya manusia
tidak ada yang sama dengan pembuatnya yakni manusia. Dan akal sehatpun tentu
meyakini bahwa tidak mungkin Allah Yang Maha Pencipta sama dengan makhluk
ciptaannya, baik Dzat maupun sifat-sifat-NYa. Firman Allah :
َ ض َج َع َل لَ ُك ْم ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ُك ْم اَ ْز َواجًا َّو ِمنَ ااْل َ ْن َع ِام اَ ْز َواج ًۚا يَ ْذ َر ُؤ ُك ْم فِ ْي ۗ ِه لَي
ْس َك ِم ْثلِ ٖه َش ْي ٌء َۚوه َُو ِ ۗ ْت َوااْل َر ِ َف
ِ اط ُر السَّمٰ ٰو
ص ْي ُرِ َال َّس ِم ْي ُع ْالب
Artinya :
(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri yang
berpasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak yang ber pasangan- pasangan
(pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. tidak ada sesuatupun
yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat. (QS AsySyura : 11)
d. Qiyamuhu Binafsihi
Allah SWT bersifat qiyamuhu binafsihi artinya berdiri sendiri, maksudnya Allah SWT
itu tidak membutuhkan bantuan apapun dan siapapun. Semua makhluk dalam
melangsungkan kehidupannya tergantung kepada makhluk lain, termasuk manusia yang
paling banyak ketergantungannya kepada makhluk lain. Mustahil Allah membutuhkan
orang lain. Allah maha kaya. Meskipun Dia menciptakan berbagai jenis makhluk dan
memberi nikmat kepadanya, tetapi Allah tidak pernah mengharapkanNya. Allah SWT
berfirman :
ََو َم ْن َجاهَ َد فَاِنَّ َما ي َُجا ِه ُد لِنَ ْف ِس ٖه ۗاِ َّن هّٰللا َ لَ َغنِ ٌّي ع َِن ْال ٰعلَ ِم ْين
Artinya :
Dan Barangsiapa yang berjihad, Maka Sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya
sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari
semesta alam.( QS. Al Ankabuut : 6 )
e. Wahdaniyah
Allah SWT bersifat wahdaniyah artinya Maha Esa, mustahil Allah SWT bersifat
ta'addud artinya berbilang. Tidak ada dua Tuhan. Sebab jika ada dua Tuhan bisa
[10]
dibayangkan apa yang akan terjadi. Jika Tuhan yang satu dengan Tuhan yang lain berbeda
pendapat, tentu akan terjadi malapetaka dahsyat di jagat raya ini.
Allah SWT berfirman :
هّٰللا ۚ هّٰللا
َصفُوْ ن ِ ْلَوْ َكانَ فِ ْي ِه َمٓا ٰالِهَةٌ اِاَّل ُ لَفَ َس َدتَا فَ ُسب ْٰحنَ ِ َربِّ ْال َعر
ِ َش َع َّما ي
Artinya :
Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu
telah Rusak binasa. Maka Maha suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka
sifatkan.( QS. Al Anbiya' : 22 )
3. Sifat Ma'ani
Sifat ma'ani yaitu sifat wajib Allah yang dapat digambarkan oleh akal pikiran manusia
dan dapat meyakinkan orang lain karena kebenarannya dan dapat dibuktikan dengan panca
indera. Sifat ma'ani ada 7 macam yaitu
a. Qudrat ( Kuasa )
Qudrat artinya kuasa. Jagat raya ini yang terdiri dari berjuta-juta bintang dan planet
yang selalu bergerak teratur tanpa terjadi tabrakan. Juga adanya manusia sejak Adam
hingga sekarang, tidak ada dua orang manusiapun yang persis sama. Kesemuanya itu
adalah merupakan bukti Allah itu Maha Kuasa. Wajib Allah bersifat kudrat (kuasa). Manusia
saja dapat menguasai dan memanfaatkan alam untuk meningkatkan taraf hidupnya ,
apalagi Allah yang menciptakan manusia itu. Maka mustahil Allah bersifat lemah. Allah SWT
berfirman :
وْ هَا َۗو َكانَ هّٰللا ُ ع َٰلى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِد ْيرًاmُُٔضهُ ْم َو ِديَا َرهُ ْم َواَ ْم َوالَهُ ْم َواَرْ ضًا لَّ ْم تَطَٔـ
َ َْواَوْ َرثَ ُك ْم اَر
Artinya :
Dan Dia mewariakan kepada kamu tanah-tanah, rumah-rumah dan harta benda
mereka, dan (begitu pula) tanah yang belum kamu injak dan adalah Allah Maha Kuasa
terhadap segala sesuatu.( QS. Al Ahzab : 27 )
Di antara tanda kekuasaan-Nya adalah :
1. Bumi dalam keadaan tandus,lalu ketika hujan diturunkan kepadanya, kemudian menjadi
subur, serta menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.
[11]
2. Adanya berbagai bencana dan siksaan yang ditimpakan Allah kepada umat-umat yang
Mendustakan Allah dan orang-orang kafir yang zhalim.
3. Kekuatan, kemampuan dan teknologi tidak berguna sedikitpun untuk menghadapi
musibah dan hukumNya ( yang memunahkan) yang menimpa mereka, padahal mereka
telah berusaha keras untuk mengantiapasinya, tetapi ketentuan Allah memang pasti
menang.
b. Iradat ( Berkehendak )
Allah SW4T bersifat Iradat artinya berkehendak. Allah bebas menentukan kehendak
atau kemauanNya tanpa ada apa dan siapapun yang dapat memerintah atau melarangnya.
Segala sesuatau yang diciptakan Allah atas kehendak-Nya, bukan karena terpaksa atau
disengaja.Jika Allah menghendaki sesuatu cukup berfirman" kun jadilah " Allah SWT
berfirman :
ًُ اَ ْن يَّقُوْ َل لَهٗ ُك ْن فَيَ ُكوْ نmاِنَّ َمٓا اَ ْمر ٗ ُٓه اِ َذٓا اَ َرا َد َش ْي ۖٔـًٔا
Artinya :
Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata
kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia.( QS. Yasin : 82 )
c. Ilmu ( mengetahui )
Allah SWT bersifat ilmu artinya mengetahui. Allah SWT mengetahui segala sesuatunya
baik yang tampak maupun yang tidak tampak, yang kecil maupun yang besar. Allah SWT
mengetahui sagala sesuatu , baik yang telah, sedang maupun yang akan terjadi. Allah SWT
mengetahui segala yang ada dalam hati, baik yang rahasia maupun yang terang-terangan.
Jika dibandingkan dengan ilmu Allah SWT ., ilmu manusia tidak lebih dari setitik air di
tengah samudra yang maha luas. Oleh karena itu Orang yang beriman harus senantiasa
mencari ilmu dan mengembangkannya demi kebaikan umat manusia. Allah SWT berfirman :
ۗ اِ َّن هّٰللا َ بِ ُك ِّل َش ْي ٍء َعلِ ْي ٌم
Artinya :
Sesungguhkanya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu . ( QS. Al Anfaal : 75 )
d. Hayat (Hidup )
[12]
Allah SWT bersifat Hayat artinya hidup. Allah hidup dengan sendirinya,tidak ada yang
menghidupkan. Allah SWT adalah Dzat yang hidup dan mustahil mati. Hidupnya Allah tidak
sama dengan hidupnya manusia atau binatang. Allah hidup tidak memerlukan sesuatu. Ia
hidup sebagaimana Ia ada tanpa didahului oleh tidak ada . Dan hidupnya Allah tanpa
berkesudahan. Hidup Allah SWT sempurna dan kekal selama-lamanya,tidak menngantuk
dan tidak tidur.
Alam semesta ini pasti diciptakan oleh Dzat yang hidup. Sesuatu yang mati pasti tidak
akan mampu menciptakan sesuatu. Allah SWT berfirman :
اِاَّل هُ ۚ َو اَ ْل َح ُّي ْالقَيُّوْ ُم ۚە اَل تَأْ ُخ ُذ ٗه ِسنَةٌ َّواَل هّٰللَا
ض َم ْن َذا الَّ ِذيْ يَ ْشفَ ُع ِ ۗ ْت َو َما فِى ااْل َر ِ نَوْ ۗ ٌم لَهٗ َما فِى السَّمٰ ٰو َُ ٓاَل اِ ٰله
ِ يُ ِح ْيطُوْ نَ بِ َش ْي ٍء ِّم ْن ِع ْل ِم ٖ ٓه ِااَّل بِ َما َش ۤا ۚ َء َو ِس َع ُكرْ ِسيُّهُ السَّمٰ ٰو
ت بِا ِ ْذنِ ٖ ۗه يَ ْعلَ ُم َما بَ ْينَ اَ ْي ِد ْي ِه ْم َو َما َخ ْلفَهُ ۚ ْم َواَل ِع ْند ٗ َٓه اِاَّل
وْ د ُٗه ِح ْفظُهُ َم ۚا َوهُ َو ْال َعلِ ُّي ْال َع ِظ ْي ُمmُُٔض َواَل ئَـَ ۚ َْوااْل َر
Artinya :
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi
terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. KepunyaanNya
apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa
izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka,
dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendakiNya.
KursiAllah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara
keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar. ( QS. Al Baqarah : 255)
e. Sama' (Mendengar)
Allah SWT bersifat sama' artinya mendengar. Allah maha mendengar apa yang ada di
langit dan di bumi. Pendengaran Allah tidak terbatas. Ia mendengar baik yang pelan
maupun yang keras.Allah SWt berfirman :
Artinya :
هّٰللا
ِ ََو َكانَ ُ َس ِم ْيع ًۢا ب
ص ْيرًا
……Dan Allah Maha mendengar lagi Maha melihat. ( QS. An Nisaa' : 134 )
f. Bashar ( melihat )
Allah SWT bersifat bashar artinya melihat.Penglihatan Allah mencakup seluruh hal yang
terlihat di semua penjuru langit danbumi. Allah SWT melihat segala sesuatu, baik yang telah
,sedang maupun yang akan terjadi.Penglihatan Allah SWT tidak dibatasi oleh alat dan
[13]
waktu. Semua makhluk dan benda yang ada di alam ini tidak lepas dari penglihatan Allah
SWT.
Allah SWT berfirman :
ٱلَّ ِذى يَ َر ٰىكَ ِحينَ تَقُو ُم
َك فِى ٱل ٰ َّس ِج ِدين
َ ََوتَقَلُّب
إِنَّهۥُ ه َُو ٱل َّس ِمي ُع ْٱل َعلِي ُم
Artinya :
Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang),dan (melihat pula)
perobahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. Sesungguhnya Dia adalah
yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui. ( QS. Asy Syu'ara : 218-220 )
g. Kalam ( berfirman )
Allah SWT bersifat kalam artinya berfirman atau berbicara. Firman Allah SWT
berbeda dengan kata-kata makhluk yang diciptakannya. Allah berkomunikasi dengan
hamba yang dikehendaki-Nya.Allah berkomunikasi dengan bahasa-Nya yang disebut
kalamullah atau firman Allah ..
Allah SWT berfirman :
ك ِم ْن قَ ْب ُل َو ُر ُساًل لَّ ْم نَ ْقصُصْ هُ ْم َعلَ ْيكَ ۗ َو َكلَّ َم هّٰللا ُ ُموْ ٰسى تَ ْكلِ ْي ًم ۚا
َ صصْ ٰنهُ ْم َعلَ ْي
َ ََو ُر ُساًل قَ ْد ق
Artinya :
Dan (kami telah mengutus) Rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan
tentang mereka kepadamu dahulu, dan Rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang
mereka kepadamu. dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.( QS. An
Nisa' : 164 )
4. Sifat Maknawiyah
Sifat maknawiyah yaitu sifat-sifat yang berhubungan dengan sifat ma'ani atau
merupakan kelanjutan sifat-sifat ma'ani. Dengan kata lain adanya tujuh sifat ma'ani berarti
ada tujuh sifat ma'nawiyah. Ketujuh sifat maknawiyah adalah sbagai berikut :
a. Qadiran ( Maha Kuasa )
Allah SWT bersifat qadiran yang berarti Maha Kuasa. Sesungguhnya Allah adalah Dzat
Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu .
[14]
Allah SWT berfirman :
Artinya :
ََوقَالُوْ ا لَوْ اَل نُ ِّز َل َعلَ ْي ِه ٰايَةٌ ِّم ْن َّرب ٖ ِّۗه قُلْ اِ َّن هّٰللا َ قَا ِد ٌر ع َٰلٓى اَ ْن يُّنَ ِّز َل ٰايَةً و َّٰل ِك َّن اَ ْكثَ َرهُ ْم اَل يَ ْعلَ ُموْ ن
Dan mereka (orang-orang musyrik Mekah) berkata: "Mengapa tidak
diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu mukjizat dari Tuhannya?" Katakanlah:
"Sesungguhnya Allah Kuasa menurunkan suatu mukjizat, tetapi kebanyakan mereka
tidak mengetahui." ( QS. Al An'am : 37 )
b. Muridan (Maha Berkehendak)
Allah SWT bersifat Muridan artinya maha berkehendak. Sesungguhnya Allah
adalah Dzat YangMaha berkehendak atas segala sesuatu.
Allah SWT berfirman :
ب َعلَ ْي ُك ْم ۗ َوهّٰللا ُ َعلِ ْي ٌم َح ِك ْي ٌم هّٰللا
َ ْي ُِر ْي ُد ُ لِيُبَيِّنَ لَ ُك ْم َويَ ْه ِديَ ُك ْم ُسنَنَ الَّ ِذ ْينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم َويَتُو
Artinya :
Allah hendak menerangkan (hukum syari'at-Nya) kepadamu, dan menunjukimu
kepada jalan-jalan orang yang sebelum kamu (para Nabi dan shalihin) dan (hendak)
menerima taubatmu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. ( QS. An Niaa' :26 )
c. Aliman ( Maha Mengetahui)
Allah SWT bersifat aliman yang berarti maha mengetahui.Pengetahuan Allah tidak
terbatas dan mencakup atas segala sesuatu baik yang tampak maupun yang tidak tampak.
Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha Mengetahui.
اِ َّن هّٰللا َ بِ ُك ِّل َش ْي ٍء َعلِ ْي ٌم
Artinya :
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.(QS.Al Mujadilah:7)
d. Hayyan ( Maha Hidup )
Allah SWT bersifat Hayyan yang berarti Maha Hidup.Allah SWT maha hidup dan
hidupnya kekal selama-lamanya. Allah SWT berfirman :
هّٰللَا ُ ٓاَل اِ ٰلهَ اِاَّل ه َُو ْال َح ُّي ْالقَيُّوْ ۗ ُم
Artinya :
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. yang hidup
kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya. (QS Ali Imran :2 )
[15]
e. Sami'an ( Maha Mendengar )
Sami'an artinya maha mendengar,Allah SWT Maha Mendengar dan pendengaran-Nya
tidak terbatas yakni mencakup segala sesuatu baik yang bersuara maupun tidak bersuara.
Sesungguhnya Allah Dzat Yang Maha Hidup, hidup selamanya dan tidak akan mati.
Allah SWT berfirman:
َ َّت َواِسْمٰ ِع ْي ۗ ُل َربَّنَا تَقَبَّلْ ِمنَّا ۗ اِن
ك اَ ْنتَ ال َّس ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم ِ اع َد ِمنَ ْالبَ ْي
ِ َواِ ْذ يَرْ فَ ُع اِب ْٰر ٖه ُم ْالقَ َو
Artinya :
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah
bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan Kami terimalah daripada Kami (amalan
kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". (QS.Al
Baqarah : 127 )
f. Bashiran ( Maha Melihat)
Allah SWT bersifat Bashiran artinya maha melihat. Allah SWT maha melihat baik yang
tampak maupun yang tidak tampak. Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha Melihat
atas segala sesuatu.
Allah SWT berfirman :
ِ َب ِعبَا ِد ٖه َخبِ ْير ًۢا ب َ ِّح َو َك ٰفى بِ َرب ۢ
ص ْيرًا ِ ْك بِ ُذنُو ٍ ۗ َْو َك ْم اَ ْهلَ ْكنَا ِمنَ ْالقُرُوْ ِن ِم ْن بَ ْع ِد نُو
Artinya :
Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan. dan
cukuplah Tuhanmu Maha mengetahui lagi Maha melihat dosa hamba-hamba-Nya. (QS.Al
Iara' : 17 )
g. Mutakalliman ( Maha berkata-kata )
Allah SWT bersifat Mutakalliman artinya Maha berkata-kata (Berbicara). Pembicaraan
Allah tidak memerlukan suara dan bahasa tertentu, karena Allah SWT mengerti akan
pembicaraan makhluknya. Allah SWT berfirman :
َو َكلَّ َم هّٰللا ُ ُموْ ٰسى تَ ْكلِ ْي ًم ۚا
Artinya :
Dan Allah telah berbicara kepada Musa Dengan langsung (QS. An Niaa' : 164)
[16]
C. SIFAT-SIFAT MUSTAHIL DAN JAIZ BAGI ALLAH SWT
Sifat mustahil bagi Allah yaitu sifat yang tidak layak dan tidak mungkin ada pada
Allah dan apabila terdapat sifat tersebut maka akan melemahkan derajat Allah. Sifat-
sifat mustahil ini merupakan kebalikan dari sifat-sifat wajib Allah SWT, karena itu
jumlahnya sama yaitu ada 20 sifat.
[17]
3. Mumatsalatuhu lil-hawadiai artinya menyerupai yang baru atau makhluk.
Jika karya yang dihasilkan manusia tidak akan bisa sama dengan yang manusia
yang membuatnya, maka tidak mungkin Allah menciptakan sesuatu yang sama
dengan-Nya. Allah SWT berfirman :
َولَ ْم يَ ُك ْن لَّهٗ ُكفُ ًوا اَ َح ٌد
Artinya:
"Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia (Allah)." (QS. Al Ikhlas :4)
4. Ihtiyajuhu Lighairihi artinya membutuhkan sesuatu kepada selain dirinya.
Mustahil Allah SWT membutuhkan yang lain. Allah kaya meskipun Dia
menciptakan berbagai jenis makhluk Nya, Allah tidak mengharapkan imbalan. Allah
berfirman dalam Q.S. Muhammad ayat 38.
َوهّٰللا ُ ْال َغنِ ُّي َواَ ْنتُ ُم ْالفُقَ َر ۤا ُء ۗ َواِ ْن تَت ََولَّوْ ا يَ ْستَ ْب ِدلْ قَوْ ًما َغي َْر ُك ۙ ْم ثُ َّم اَل يَ ُكوْ نُ ْٓوا اَ ْمثَالَ ُك ْم
Artinya :
....dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang
berkehendak (kepada-Nya); ......( QS. Muhammad : 38 )
5. Ta'addud artinya berbilang atau lebih dari satu.
Mustahil Allah SWT lebih dari satu, sebab jika Allah ada dua atau lebih, pasti
suatu saat terjadi perdebatan pendapat.Allah SWT berfirman :
ُ ِلَقَ ْد َكفَ َر الَّ ِذ ْينَ قَالُ ْٓوا اِ َّن هّٰللا َ ثَال
ث ثَ ٰلثَ ٍة ۘ َو َما ِم ْن اِ ٰل ٍه آِاَّل اِ ٰلهٌ وَّا ِح ٌد ۗ َواِ ْن لَّ ْم يَ ْنتَهُوْ ا َع َّما يَقُوْ لُوْ نَ لَيَ َمس ََّّن الَّ ِذ ْينَ َكفَرُوْ ا ِم ْنهُ ْم َع َذابٌ اَلِ ْي ٌم
Artinya :
“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah
seorang dari yang tiga", Padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang
Esa. jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang
yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih (QS. Al Maidah : 73)
[18]
"Mahakuasa berbuat apa yang Dia kehendaki." (QS. Al Buruj : 16 )
[19]
sembah selain Allah tiada dapat menghukum dengan sesuatu apapun. Sesungguhnya
Allah Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha melihat. ( QS. Al Mu'min 19 -20 )
[20]
Artinya:
"Memperbuat segala sesuatu yang mungkin terjadi atau tidak memperbuatnya."
Ja’iz artinya boleh-boleh saja, dengan makna Allah Swt menciptakan segala sesuatu, yakni
dengan tidak ada paksaan dari sesuatupun juga, sebab Allah Swt bersifat Qudrat (kuasa) dan
Iradath (kehendak), juga boleh – boleh saja bagi Allah Swt meniadakan akan segala sesuatu
apapun yang ia mau.
Ciri-ciri orang yang beriman terhadap sifat wajib Allah swt yang : Nafsiyah dan
salbiyah :
1. Percaya dan yakin akan adanya Allah serta menjauhkan diri dari paham-
paham yang anti tuhan ( meniadakan Tuhan).
2. Mempercayai bahwa Allah maha pencipta alam dan segala isinya adalah
maha azali yaitu sudah ada sebelum adanya sesuatu apapun selain diri Dia
sendiri.
3. Meyakini bahwa segala sesuatu yang bernama makhluk pasti binasa, rusak,
mati dan musnah kecuali dzat Allah yang kekal, tidak mengalami perubahan. 4.
Percaya bahwa Allah swt sebagai maha pencipta pasti berbeda dengan semua
makhluk yang diciptakannya.
5. Senantiasa hidup bergantung pada kekuasaan dan kehendak Allah swt.
6. Tidak berbuat kemusyrikan (menyekutukan Allah dengan Tuhan yang lain).
[21]
b) Sabar dan ikhlas dalam menjalani semua ketentuan yang telah Allah gariakan.
c) Tidak takut menghadapi kematian
d) Bertawakkal kepada Allah
e) Tidak putus asa (pesimia) tetaoi selalu optimia
f) Tidak suka keluh kesah
3. Ilmu dan Aliman Orang yang beriman bahwa allah bersifat Ilmu dan Aliman :
a) Selalu berbuat baik dimanapun dan kapanpun ia berada.
b) Selalu berkata jujur
c) Tidak mau berdusta
d) Takut untuk maksiyat
4. Hayat dan Hayyan Orang yang beriman bahwa allah bersifat Hayat dan
Hayyan :
a) Selalu tekun beribadah
b) Berharap ( Raja') hanya kepada Allah sebab Allah tidak akan pernah mati dan
tetap hidup selamanya
c) Tidak akan pernah takut menghadapi apapun
5. Sama' dan Sami'an Orang yang beriman bahwa Allah bersifat Sama' dan
Sami'an :
a) Senantiasa menjaga ucapannya
b) Lemah lembut (ramah)
c) Tidak berteriak saat berdoa,Yakin setiap doanya didengar oleh Allah
d) Tidak suka membicarakan orang lain sebab Allah maha mendengar
6. Bashar dan Bashiran Orang yang beriman bahwa Allah bersifat Bashar dan
Bashiran :
a) Senantiasa menjauhi perbuatan maksiat
b) Berlaku adil
c) Tidak mau curang,meskipun tidak ada satupun manusia yang tahu,sebab
Allah maha melihat
7. Kalam dan Mutakalliman Orang yang beriman bahwa Allah bersifat kalam dan
mutakalliman :
a) Mentaati perintah Allah,melalui kalamnya (Alqur'an) dan menjauhi segala
larangannya
b) Percaya dan yakin bahwa Alqur'an merupakan firman Allah
c) Mentaati perintah rasulullah dan menjauhi larangannya karena semua yang
dibawa Rasulullah berasal dari Allah
[22]
5. Beribadah hanya kepada allah semata sebagai satu-satunya Tuhan yang
patut disembah dan dimintai perlindungan
6. Suka memberi dan tidak mengharap balas jasa
7. Tidak berbuat syirik /menyekutukan Allah dengan yang lain
8. Senantiasa jujur,amanah dan dapat dipercaya serta menjauhi sifat-sifat
kemunafikan
9. Senantiasa mengagungkan Allah, yang memiliki kemahasempurnaan
10. Takut kepada Allah dengan berusaha untuk mengerjakan apa yang
diperintahkan dan menjauhi segala larangan-Nya.
11. Bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah
12. Bersabar atas segala musibah dan kesusahan yang dialami, karena semua
itu merupakan ujian dari Allah SWT 13. Ikhlas dalam belajar, bekerja dan
beramal
E. 10 AL-ASMA AL-HUSNA
Allah maha perkasa dalam segala hal, keperkasaan-Nya tidak terbatas, Allah perkasa
dalam menciptakan menciptakan sesuatu menurut kahaendak-Nya, memelihara atau
[23]
menghacurkan sesuatu menurut kehendak-Nya pula. Adapun orang yang mengamalkan sifat Al-
Aziz maka ia akan tegar, tidak lemah, tegas dan kokoh dalam mengerjakan kewajiban sebagai
hamba Allah, karena godaan selalu ada. Adapun Dalil naqli al-Aziz.[5] Qs. Al-Ankabut/29: 42
إِنَّ هَّللا َ َي ْعلَ ُم َما يَ ْدعُونَ ِمنْ دُونِ ِه ِمنْ ش َْي ٍء َو ُه َو ا ْل َع ِزي ُز ا ْل َح ِكي ُم
Artinya; “Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang mereka seru selain Allah.
Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Allah SWT pasti memiliki nama AL GAFFAR yang brarti Maha Pengampun, yang memiliki
kebebasa untuk memberikan ampunan kepada makhluknya yang bertaubat. Karena manusia
tak mungkin luput dari dosa.
DALIL AQLI : jika kita sebagai manusia mau bertaubat insaallah pasti diterima karena
Allah memiliki sifat Maha Pengampun , jika Allah SWT tidak memiliki nama ini maka niscaya
semua orang pasti masuk surge kerena mereka memiliki dosa, tetapi Allah itu Maha
Pengampun jadi mustahil Allah tidak bersifat Maha pengampun
Ketika kita dihadapkan dengan permasalahan hidup seakan-akan hari-hari yang kita
hadapi cukup lama, ketika kita mendapatkan musibah seakan-akan kita pesimis untuk dapat
melaluinya dan enngan mengikhlaskannya. Tapi ketika kita sadar, Dialah (Allah) yang maha
melapangkan segala-galanya, Dalah yang melapangkan jiwa kita, yang Ar-Rauuf yang Artinya
Maha Belas Kasih, dan orang yang mengamalkan sifattersebut dalam kehidupan sehari-hari ia
Tidak tamak terhadap keduniaan karena sadar bahwa sesuatu yang baik belum tentu membawa
berkah dan manfaat bagi dirinya. Kemanfaatan dan keberkahan sesuatu hanya ada pada Allah
SWT.
[24]
Orang yang mengamalkan sifat ini ia Gemar mendermakan sebagian hartayang dimiliki
untuk menyantuni fakir miskin maupun anak yatim, sebagaimana Allah berderma kepada
semua Mahluk-Nya.[6]
maka orang yang mengamalkan sifattersebut, ia pasti Memutuskan perkara secara adil
sesuai hukum yang berlaku, tidak memihak kepada siapapun dalam memutuskan suatu perkara,
membenarkan yang benar dan menyalahkan yang salah. Adapun Dalil naqli al’Adl, dalam surat
(Fushshilat/41:46)
دmِ صالِحا ً فَلِنَ ْف ِس ِه َو َم ْن أَ َساء فَ َعلَ ْيهَا َو َما َربُّكَ بِظَاَّل ٍم لِّ ْل َعبِي
َ َم ْن َع ِم َل
Artinya:
Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri
dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan
sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya.membesarkan hati kita dan
meningkatkan kesadaran kita. Karena Allah Maha Pengasih lagi penyayang hamba-Nya.
Dikatakan bahwa Dialah yang memberi Manfaat, Allah menciptakan apa-apa yang ada di
bumi ini untuk memberikan manfaat kepada mahluknya.dan orang yang mengamalkan sifat ini
maka ia mudah memaafkan kesalahan orang lain, meskipun orang tidak tersebut tidak meminta
maaf, apalagi meminta maaf. Dan Dalil naqli al-Ghaffar, (Qs. Thaha/20: 82)
Artinya:
Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal
saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.
[25]
Allah yang memutuskan mahluknya akan masuk syurga atau neraka, dan Allah yang
Maha Memberi Rahmat umat-Nya. Maka masuknya seseorang yang mengamalkan sifat ini
maka ia akan Tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Sesua dalam Dalil naqli, (Qs. Saba’/34: 26)
Artinya: Katakanlah: “Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi
keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia-lah Maha Pemberi keputusan lagi Maha
Mengetahui”
Adapun orang yang mengamalkan sifat ini maka ia menunjukkan sikap mandiri dalam
menjalankan kehidupan ini. Kita memang makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu
dengan yang lainnya, akan tetapi hubungan sosial tersebut tidak menjadi alasan untuk
tergantung kepada orang lain. Hubungan sosial mesti dijalin dengan baik, tetapi sikap mandiri
perlu ditanamkan dalam kehidupan sehingga hidup kita tidak menjadi beban orang lain. Berikut
adalah Dalil naqli dari sifat Al-Qayyum, (Qs. Al-Baqarah/2: 255)
Artinya;
“Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus ;
tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang
dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan
mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah
melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak
merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
[26]
F. BUKTI KEBENARAN TANA-TANDA KEBESARAN ALLAH
MELALUI PEMAHAMAN AL-ASMA AL-HUSNA
Allah menyebut diri-Nya dengan al-‘Aziz karena dalam Dzat memenuhi tiga syarat. Tiga syarat
itu, menurut Imam al-Ghazali, adalah peran dan kekuasaan-Nya yang sangat penting, keberadaan-Nya
sangat dibutuhkan, dan sulit diraih atau disentuh.
Allah memiliki kewenangan, kekuasaan, dan kedigjayaan mutlak, termasuk dalam memberikan
dan menahan rahmat-Nya untuk makhluk-Nya. “Apa saja di antara rahmat Allah yang dianugerahkan
kepada manusia, maka tidak ada yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan-Nya, maka tidak
ada yang sanggup melepaskannya setelah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana” (Qs
Fathir [35]: 2).
Kemuliaan itu bisa diperoleh apabila hamba selalu tunduk dan taat kepada al-‘Aziz. Ketaatan
kepada al-‘Aziz mengantarkan hamba kepada kedekatan, sedangkan kedekatan kepada-Nya
membuatnya selalu menghamba, meneladani, dan memiliki jiwa al-‘izzah.
Nabi Muhammad saw bersabda, “Sesungguhnya Tuhan kalian berfirman setiap hari; Akulah
al-‘Azîz (Yang Maha Mulia, Maha Perkasa), siapa yang menghendaki kemuliaan dunia dan akhirat,
hendaklah dia taaat kepada al-‘Aziz,” (HR al-Hakim, al-Dailami, dan Ibn Asakir dari Ibn Anas ra).
Dengan demikian, kekuatan dan kemuliaan manusia itu tidak terletak pada kedudukan sosial
dan kekuasaan politiknya, melainkan tergantung pada kedekatan hubungan dan ketaatannya kepada
Allah al-‘Aziz
Allah menyuruh manusia meminta maghfirah dengan istighfâr supaya ditutupi dosa-dosanya
dengan ghufrân (ampunan). Dengan selalu beristighfâr, Allah akan memberi ampunan (penutup dosa),
sehingga manusia selalu mulia di hadapan manusia lainnya.
Kita tidak dapat membayangkan jika Allah membuka seluruh dosa, aib, dan kekurangan kita di
hadapan orang lain. Kita akan menjadi hina di hadapan orang lain. Allah berfirman,
[27]
ُ فَقُ ْل
١٠ ت ا ْستَ ْغفِرُوا َربَّ ُك ْم إِنَّهُ َكانَ َغفَّارًا
Maka aku katakan kepada mereka, “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia
adalah Maha Pengampun,” (QS. Nuh[71]: 10).
Dengan menghayati makna al-Ghaffâr tersebut, manusia akan menyadari dirinya adalah
makhluk yang lemah. Kemuliaan yang selama ini disandangnya tidak lain karena kekurangan, aib, dan
dosa-dosanya ditutupi oleh Allah dari penglihatan manusia.
Allah adalah An-Nafi, Yang Maha Menguntungkan, Dia yang menentukan bahaya terhadap
mereka yang Dia kehendaki dan rezeki terhadap mereka yang juga Dia kehendaki. An Nafi Dari Al
Qur’an & Hadits
jangan engkau menyembah sesuatu yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi
bencana kepadamu selain Allah, sebab jika engkau lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya engkau
termasuk orang-orang zalim.” (Surat Yunus Ayat 106)
Ar Rauf artinya yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang. banyak bukti seperti diberi nikmat
kesehatan, rezki, dll.
5.al Fattah
Sementara makna 'Al-Fattah' yakni Allah Yang Maha Membuka Pintu Kebaikan menggambarkan
Allah membuka pintu rahmat bagi umat yang percaya dan berserah diri kepada-Nya. Seperti firman
Allah dalam Alquran Surat Fatir:2 berikut ini:
“Apa saja di antara rahmat Allah yang dianugerahkan kepada manusia, maka tidak ada yang
dapat menahannya
6.al adl”
Buktinya yaitu:
[28]
*.allah tidak membedakan mana yang berkulit putih dan berkulit hitam, allah tetap sama sama
menolong walaupun berbeda
*. allah memberi keadilan bagi hmbanya yaitu apabila hamba tersebut melakukan perilaku tercela maka
allah akan memberikan adzab bagi hamba yang melakukan kegiatan tercela itu
*.allah memberikan kebahagiaan pada semua hamba nya baik itu orang kaya atau orang kurang mampu
7.al Qoyum
Al-Qayyum disebutkan 3 kali di dalam Al-Qur'an, di antaranya: Surat al-Baqarah ayat 255, awal
surat Ali Imron ayat 2, dan surat Thaha ayat 111.
8.al basit
Al-Basith, Yang Maha Melapangkan. Salah satu nama Allah dalam asmaul husna, Al Basith yang
berarti Maha Melapangkan Rezeki.Salah satu nama Allah dalam asmaul husna, Al Basith yang berarti
Maha Melapangkan Rezeki. Kata Al-Basith sebagai nama Allah tidak disebutkan secara langsung dalam
Al-Quran. Al-Basith, sebagaimana Al-Mu’jam Al-Mufahras li Alfadz Al-Quran Al-Karim, diambilkan dari
kata kerja basatha – yabsuthu yang terdapat pada 13 ayat. Dari kata kerja inilah ditetapkan satu nama
Asmaul Husna, Al-Basith, yang berarti Yang Maha Melapangkan Rezeki.
Perilaku Asmaul Husna yang pertama, Menjadi orang yang dermawan Sifat dermawan adalah sifat
Allah Swt. al-Karim (Maha Pemurah), sehingga sebagai wujud keimanan tersebut, kita harus menjadi
orang yang pandai membagi kebahagiaan kepada orang lain baik dalam bentuk harta atau bukan. Wujud
kedermawanan tersebut, misalnya seperti berikut.
Selalu menyisihkan uang jajan untuk kotak amal setiap hari Jum’at yang diedarkan oleh petugas
Rohis.Membantu teman yang sedang dalam kesulitan.Menjamu tamu yang datang ke rumah sesuai
dengan kemampuan.
[29]
Perilaku Asmaul Husna yang kedua, Menjadi orang yang jujur dan dapat memberikan rasa aman
Wujud dari meneladani sifat Allah Swt al-Mu’min adalah seperti berikut.
Perilaku Asmaul Husna yang ketiga, Senantiasa bertawakkal kepada Allah Swt. Wujud dari
meneladani sifat Allah Swt. al-Wakil dapat berupa hal-hal berikut.
1. Menjadi pribadi yang mandiri, melakukan pekerjaan tanpa harus merepotkan orang
lain.
2. Bekerja/belajar dengan sunguh-sungguh karena Allah Swt. tidak akan mengubah nasib
seseorang apabila orang tersebut tidak mau berusaha.
Perilaku Asmaul Husna yang keempat, Menjadi pribadi yang kuat dan teguh pendirian
Perwujudan meneladani dari sifat Allah Swt. al-Matin dapat berupa hal-hal berikut.
1. Tidak mudah terpengaruh oleh rayuan atau ajakan orang lain untuk melakukan
perbuatan tercela.
2. Kuat dan sabar dalam menghadapi setiap ujian dan cobaan yang dihadapi.
Perilaku Asmaul Husna yang kelima, Berkarakter pemimpin Pewujudan meneladani sifat Allah
Swt. al-Jāmi’, di antaranya seperti berikut.
Perilaku Asmaul Husna yang keenam, Menjadi orang yang bertakwa Meneladani sifat Allah Swt.
al-Ākhir adalah dengan cara seperti berikut.
1. Selalu melaksanakan perintah Allah Swt. seperti śalat lima waktu, patuh dan hormat
kepada orang tua dan guru, puasa, dan kewajiban lainnya.
2. Meninggalkan dan menjauhi semua larangan Allah Swt. seperti mencuri, minum-
minuman keras, berjudi, pergaulan bebas, melawan orang tua, dan larangan lainnya.
[30]
Perilaku Asmaul Husna yang ketuju, Berlaku adil Perwujudan meneladani sifat Allah Swt. al-‘Adl,
misalnya seperti berikut.
1. Tidak memihak atau membela orang yang bersalah, meskipun orang tersebut saudara atau
teman kita.
2. Menjaga diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar dari kezaliman.
1. Sadar diri bahwa sebagai seorang hamba, mempunyai banyak kekurangan dan kelemahan. Tidak
ada manusia yang sempurna. Adapun kekuatan dan kehormatan serta kemuliaan yang melekat
dalam diri manusia tersebut adalah sebuah anugrah dari Allah swt., Dzat yang Maha Esa
2. Suka berbagi atau bersedekah kepada orang-orang yang tidak mampu, dan memang
pantas menerima sedekah tersebut. Suka membagi atau memberikan sesuatu yang memang
pantas untuk orang lain ini juga merupakan salah satu bentuk dari sabda nabi Muhammad saw.,
yang artinya : “ Tangan di atas lebih baik dari tangan yang dibawah”. Maksud tangan di atas
adalah orang yang suka menolong, atau memberi kepada orang lain, sedangkan untuk tangan di
bawah mempunyai arti orang yang ditolong atau orang yang diberi.
3. Berusaha untuk membantu satu sama lain dalam hal kebaikan. Bantuan ini akan sangat
bermanfaat, karena bisa meringankan saudara kita yang sedang menjalankan masa-masa
sulitnya. Tatapi perlu diingat, bahwa ketika memberikan bantuan, kita berikan semampunya dan
secukupnya saja, dan tidak berlebihan.
4. Mempunyai kepribadian yang tangguh dan punya mental tanggung jawab terhadap apa saja
yang kita lakukan. Serta berusaha untuk mandiri tanpa bergantung pada siapapun kecuali Allah
swt.
5. Senantiasa memberikan peringatan atau nasihat kepada orang yang belum mengetahui baik
buruknya sesuatu, atau ketika orang tersebut sedang dalam keadaan lupa. Sikap seperti ini juga
dijelaskan dalam surat al-‘Ashr, wa tawaa shau bil haqqi wa tawaa shau bis shabr...
(berwasiatlah kalian semua untuk perkara yang haq dan berwasiatlah pula untuk senantiasa
berbuat sabar-pen)
6. Berbuat untuk adil dalam menyelasikan suatu perkara atau keputusan. Hal ini juga merupakan
sikap yang sangat penting, karena maraknya sikap ketidak adilan yang merajalela.
[31]
7. Memutuskan suatu kepentingan dengan bijaksana. Contoh kecil, ketika waktu adzan tiba, tetapi
orangtua kita memanggil kita untuk membantunya melaksanakan sesuatu yang ingin
dikerjakannya atau di ambilnya. Dalam kondisi seperti ini, alangkah baiknya untuk
mendahulukan kepentingan orangtua terlebih dahulu dan setelah selesai, bergegas untuk
mengerjakan sholat berjamaah.
8. Teliti dalam mengerjakan sesuatu, supaya apa yang sedang kita kerjakan menjadi buah karya
yang memuaskan, karena tidak ada suatu kesalahan dalam membuat atau menata sebuah
sistem, jikalau ada kesalahan tersebut tidak sampai berakibat fatal atau minim.
9. Memaafkan kesalahan orang lain. Menjadi orang yang pemaaf bisa dibilang sulit. Karena ketika
orang lain berbuat salah pada kita, tidak semua orang bisa menerima begitu saja. Bahkan orang
tersebut ingin membalas kesalahan yang sudah diperbuat pada dirininya. Oleh karena itulah
berusahalah untuk senantiasa membuka pintu hati untuk memaafkan, atau lekaslah minta maaf
pada orang lain jika kita berbuat salah.
10. Melakukan tindakan-tindakan yang terpuji, dan menjauhkan diri dari perbuatan yang buruk dan
tercela. Serta berusaha untuk membiasakan diri untuk senantiasa melakukan perbuatan yang
terpuji, sehingga meminimalkan diri dari perbuatan yang buruk atau tercela.
[32]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Iman kepada Allah adalah menyakini dalam hati sifat-sifat kesempurnaan Allah
yang maha suci dari sifat-sifat kekurangan, ditunjukkan dengan lisan, dan dilaksanakan
dengan amal perbuatan.
B. Saran
Penulis masih menyadari bahwa makalh ini masih jauh dari kta sermpurna karena
keterebatasan dari sumber yang didapatkan. Maka dari itu panulis mengharapkan kritikan
dan sarannya dari pembaca kepada pemakalah untuk memperbaikinya kedepan.
[33]
DATAR PUSTAKA
Al-Baydawi.Abdullah Bin ’Umar, Anwar at-Tanzil wa Asrar at-Ta’wil,Jld. I,
ditahqiq oleh aburrahman al-4Mir’asyly, (Beirut: Dar Ihya’ at-Turat
Al-‘Arabi1418H),hlm.38
CHAM, Hamzah, S.Ag., AKIDAH AKHLAK, Untuk siswa kelas VII-1 MTs./ Chamzah,
S.Ag, Editor: Ahmad Sholahuddin, M.M. Tegal. 2016
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran: Memfungsikan Wahyu dalam
Kehidupan, jilid II (tangerang: Lentera Hati, 2010),hlm.18
Muhammad Ibnu Mukrim Ibn Manzur Al-Afriki Al-Misri. Lisan al- Arabi ( Beirut:
dar sodir), hlm.21
Muhammad Nawawi Al-Jawi, Tafsir Uubir, Marah Labid, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2011), hlm. 8
Muhammad Shidqi ‘Athori, al- Mu’jam al-Mufahros li Ahfadz Al Quran al-Karim,
(Beirut: Dar Fikr, 2010), Hlm 14-20
.Krishna Anad, Asmaul Husna 99 Nama Allah Bagi Orang Modern, 1999, Jakarta;
Gramedia Pustaka Utama.
[34]