Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TAUHID

“IMAN, ISLAM, dan IKHSAN”

Disusun Oleh:
Kelompok III/ SI 4A
1. Luthfi Rafif (17710115)
2. Muhammad Agisna Subhan (17710029)

PROGRAM STUDI S1 SISTEM INFORMASI


FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN (UNISKA)
MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI
BANJARBARU
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. atas bimbingan dan
penyertaan-Nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini berjudul ”Iman, Islam, dan Ikhsan ” disusun dalam rangka memenuhi
tugas mata kuliah Tauhid.
Kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu kami menyelesaikan makalah ini. Terutama kepada dosen mata kuliah
yang bersangkutan yang telah membimbing kami agar dapat mengerti tentang
materi yang di bahas.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca, walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Dalam
penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki, untuk
itu kami mengharapkan dukungan dari pembaca sekalian demi menyempurnakan
tugas makalah berikutnya Terima kasih.

Banjarbaru, 20 Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................1

C. Tujuan Penulisan...................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Pengertian Iman, Islam, dan Ikhsan......................................................3

1. Pengertian Iman.............................................................................3

2. Pengertian Islam.............................................................................4

3. Pengertian Ikhsan...........................................................................8

B. Hubungan Antara Iman, Islam, dan Ikhsan...........................................9

C. Perbedaan Antara Iman, Islam, dan Ikhsan.........................................10

BAB III PENUTUP...............................................................................................11

A. Kesimpulan.........................................................................................11

B. Saran....................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hakikat manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah semata-mata
untuk ta’abbudi yaitu penghambaan yang penuh dengan cara beribadah
hanya karena Allah SWT. Beribadah tanpa ilmu tiada guna dan akan sia-sia.
Ada tiga komponen yang saling berkaitan satu sama lain dan sangat urgen
untuk dijaga dan diamalkan oleh seorang hamba. Tiga komponen dasar yang
menjadikan sempurnanya predikat hamba disisi tuhannya. Tiga komponen
tersebut adalah Iman, Islam, dan Ihsan.
Seseorang dikatakan beriman jikalau mereka meyakini dan
membenarkan adanya Allah ta’ala tuhan yang maha Esa, adanya Malaikat
Allah, adanya Rasul, Kitab-kitab samawi, hari Kiamat serta adanya Qadla’
dan Qadar. Sedangkan seseorang dikatakan muslim ketika ia melaksanakan
kewajiban dan meninggalkan larangan agama dan dikatakan muhsin ketika
seseorang dapat merasakan manisnya beribadah serta selalu merasa diawasi
oleh Allah SWT, pada ujungnya segala yang diperbuat lillahita’ala hanya
karena-Nya.
Maka dari itu, mengingat betapa pentingnya tiga komponen tersebut,
makalah ini dibuat untuk terlebih dahulu mengetahui apa itu iman, islam
dan ihsan, mengetahui rukun-rukun iman dan islam, mengetahui tingkatan-
tingkatan dalam iman maupun islam, serta korelasi antarketiga komponen
tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari iman, islam, dan ikhsan ?
2. Bagaimana hubungan antara iman, islam, dan ikhsan ?
3. Bagaimana perbedaan antara iman, islam, dan ikhsan ?

4
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari iman, islam, dan ikhsan.
2. Mengetahui bagaimana hubungan antara iman, islam, dan ikhsan.
3. Mengetahui apa perbedaan dari iman, islam, dan ikhsan.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Iman, Islam, dan Ikhsan
1. Pengertian Iman
Iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan
menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati,
diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan).
Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah
membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan
segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan
itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan
secara nyata.
Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang
beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas.
Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah,
kemudian diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal
perbuatan. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu
kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar
bagi seseorang. Allah memerintahkan agar ummat manusia beriman
kepada-Nya, sebagaimana firman Allah yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah
dan RasulNya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang
diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang diturunkan
sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-
Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka
sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.”
(Q.S. An Nisa : 136).
Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa Bila kita ingkar
kepada Allah, maka akan mengalami kesesatan yang nyata. Orang
yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan dalam hidup. Oleh

6
karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya adalah untuk
kebaikan manusia.
Iman memiliki beberapa tingkatan, sebagaimana terdapat dalam
sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam :
ُ‫ َوَأ ْدنَاهَ<ا ِإ َماطَ<ة‬،ُ‫<و ُل الَ ِإل<هَ ِإالَّ هللا‬ َ ‫ فََأ ْف‬،ً‫ش ْعبَة‬
ْ <َ‫ض<لُ َها ق‬ ُ َ‫ست ُّْون‬ ْ ‫س ْب ُع ْونَ َأ ْو ِب‬
ِ ‫ض ٌع َو‬ ْ ِ‫ْاِإل ْي َمانُ ب‬
َ ‫ض ٌع َو‬
‫ش ْعبَةٌ ِمنَ ْاِإل ْي َما ِن‬
ُ ‫ َوا ْل َحيَا ُء‬،‫ق‬ِ ‫ ْاَأل َذى ع َِن الطَّ ِر ْي‬.
“Iman memiliki lebih dari tujuh puluh cabang atau lebih dari enam
puluh cabang, cabang yang paling tinggi adalah ucapan laa ilaaha
illallaah, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri
(rintangan) dari jalan, dan malu adalah salah satu cabang iman.”
Rukun Iman ada enam, yaitu:
1. Iman kepada Allah.
2. Iman kepada Malaikat-Malaikat-Nya.
3. Iman kepada Kitab-Kitab-Nya.
4. Iman kepada Rasul-Rasul-Nya.
5. Iman kepada hari Akhir.
6. Iman kepada takdir yang baik dan buruk.
Keenam rukun iman ini berdasarkan hadits yang di riwayatkan
dari ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu dalam jawaban Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam atas pertanyaan Malaikat Jibril
Alaihissallam tentang iman, yaitu:

ُ ‫ َو ُر‬،‫ َو ُكتُبِ ِه‬،‫ َو َمالَِئ َكتِ ِه‬،ِ‫َأنْ تُْؤ ِمنَ بِاهلل‬.


َ ‫ َوتُْؤ ِمنَ بِا ْلقَ َد ِر َخ ْي ِر ِه َو‬،‫ َوا ْليَ ْو ِم ْاآل ِخ ِر‬،‫سلِ ِه‬
‫ش ِّر ِه‬
“Engkau beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-
Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari Akhir, dan engkau beriman kepada takdir
yang baik dan buruk.”
2. Pengertian Islam
Islam secara etimologi (bahasa) berarti tunduk, patuh, atau
berserah diri. Adapun menurut syari’at (terminologi), apabila
dimutlakkan berada pada dua pengertian: Pertama: Apabila disebutkan
sendiri tanpa diiringi dengan kata iman, maka pengertian Islam

7
mencakup seluruh agama, baik ushul (pokok) maupun furu’ (cabang),
juga seluruh masalah ‘aqidah, ibadah, perkataan dan perbuatan.
Allah Azza wa Jalla juga berfirman:
‫َاب ِإاَّل ِمن بَ ْع ِد َما َجا َء ُه ُم ا ْل ِع ْل ُم‬ َ ‫اختَلَفَ الَّ ِذينَ ُأوتُوا ا ْل ِكت‬ ْ ‫ِإنَّ الدِّينَ ِعن َد هَّللا ِ اِإْل‬
ْ ‫ساَل ُم ۗ َو َما‬
‫ب‬
ِ ‫سا‬ َ ‫س ِري ُع ا ْل ِح‬ َ َ ‫ت هَّللا ِ فَِإنَّ هَّللا‬
ِ ‫َب ْغيًا بَ ْينَ ُه ْم ۗ َو َمن يَ ْكفُ ْر بِآيَا‬
“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah
berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah
mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka.
Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh,
Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” [Ali ‘Imran: 19).
Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman:
ِ ‫ساَل ِم ِدينًا فَلَن يُ ْقبَ َل ِم ْنهُ َو ُه َو فِي اآْل ِخ َر ِة ِمنَ ا ْل َخا‬
َ‫س ِرين‬ ْ ‫َو َمن يَ ْبت َِغ َغ ْي َر اِإْل‬
“Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan
diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi.”
[Ali ‘Imran: 85]
Menurut Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab rahimahulllah,
definisi Islam adalah:
‫سالَ ُم ِهللِ بِالت َّْو ِح ْي ِد َو ْاِإل ْنقِيَا ُد لَهُ باِلطَّا َع ِة َوا ْلبَ َرا َءةُ ِمنَ الش ِّْر ِك َوَأ ْهلِ ِه‬ ْ ‫ َ ْاِإل‬:‫سالَ ُم‬
ْ ِ ‫ست‬ ْ ‫ ْاِإل‬.
“Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan
mentauhidkan-Nya, tunduk dan patuh kepada-Nya dengan
ketaatan, dan berlepas diri dari perbuatan syirik dan para
pelakunya.”
Kedua: Apabila kata Islam disebutkan bersamaan dengan kata iman,
maka yang dimaksud Islam adalah perkataan dan amal-amal lahiriyah
yang dengannya terjaga diri dan hartanya , baik dia meyakini Islam
atau tidak. Sedangkan kata iman berkaitan dengan amal hati.
Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla:
ۖ ‫سلَ ْمنَا َولَ َّما َيد ُْخ ِل اِإْل ي َم<<انُ فِي قُلُ<<وبِ ُك ْم‬ ْ ‫اب آ َمنَّا ۖ قُل لَّ ْم تُْؤ ِمنُوا َو ٰلَ ِكن قُولُوا َأ‬
ُ ‫ت اَأْل ْع َر‬
ِ َ‫قَال‬
َ ‫سولَهُ اَل يَلِ ْت ُكم ِّمنْ َأ ْع َمالِ ُك ْم‬
‫ش ْيًئا ۚ ِإنَّ هَّللا َ َغفُو ٌر َّر ِحي ٌم‬ ُ ‫َوِإن تُ ِطي ُعوا هَّللا َ َو َر‬
“Orang-orang Arab Badui berkata, ‘Kami telah beriman.’
Katakanlah (kepada mereka), ‘Kamu belum beriman, tetapi

8
katakanlah, ‘Kami telah tunduk (Islam),’ karena iman belum
masuk ke dalam hatimu. Dan jika kamu taat kepada Allah dan
Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun (pahala)
amalmu. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang.’” [Al-Hujuraat: 14]
Tidak diragukan lagi bahwa prinsip agama Islam yang wajib diketahui
dan diamalkan oleh setiap muslim ada tiga, yaitu; (1) mengenal Allah
Azza wa Jalla, (2) mengenal agama Islam beserta dalil-dalilnya, dan
(3) mengenal Nabi-Nya, Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Islam di bangun diatas lima rukun. Seseorang tidak akan menjadi
muslim yang sebenarnya hingga dia mengimani dan melaksanakannya
yaitu:
a. Rukun pertama: syahadat (bersaksi) bahwa, tiada tuhan yang
berhak disembah kecuali Allah, dan bahwasanya Muhammad
Rasulullah. Syahadat ini merupakan kunci islam dan pondasi
bangunannya. Makna syahadat la ilaha illallah ialah : tidak ada
yang berhak disembah kecuali Allah saja,dilah ilahi yang hak,
sedangkan ilahi selainnya adalah batil dan ilahi itu artinya
sesuatu yang disembah. Dan makna syahadat: bahwasanya
Muhammad itu adalah Rasulullah ialah: membenarkan semua
apa yang diberitakannya, dan mentaati semua perintahnya srta
menjauhi semua yang dilarang dan dicegahnya.
b. Rukun kedua: shalat: Allah telah mengsyari’atkan lima shalat
setiap hari sebagai hubungana antara seorang muslim dengan
Tuhanya. Didalamnya dia bermunajat dan berdo’a kepada-
Nya, disamping agar menjadi pencegah bagi muslim dari
perbuatan keji dan mungkar. Dan Alah telah menyiapkan bagi
yang menunaikanya kebaikan dalam agama dan kemantapan
iman serta ganjaran,baik cepat maupun lambat. Maka  dengan
demikian seorang hamba akan mendapatkan ketenangan jiwa

9
dan kenyamanan raga yang akan membuatnya bahagia di dunia
dan akhirat.
c. Rukun ketiga: Zakat yaitu sedekah yang dibayyar oleh orang
yang memiliki harta sampai  nishab(kadar tertenrtu) setiap
tahun, kepada yang berhak menerimanya seperti kaum fakir
dan lainya, diantara yang berhak menerima zakat. Zakat itu
tidak di wjibkan atas orang fakir yang tidak memiliki nishab,
tapi hanya di wajibkan atas kaum kaya untuk
menyempurnakan agama dan islam mereka, meningkatkan
kondisi dan akhlak mereka,menolak segala balak dari mereka
dan harta mereka mensucikan mereka dari dosa, disamping
sebagai bantuan bagi orang-orang yang membutuhkan dan
fakir diantara mereka,serta untuk memenuhi kebutuhan
keseharian mereka, sementara zakat hanyalah merupakan
bagian kecil sekali dari jumlah harta dan rizki yang diberikan
Allah kepada mereka.
d. Rukun keempat: Puasa yaitu selama satu bulan saja setiap
tahun, pada bulan ramadhan yang mulia, yakni bulan
kesembilan dari bulan-bulan hijriyah. Kaum muslimin secara
keseluruhan serempak meninggalkan kebutuhan-kebutuhan
pokok mereka, makan, minum, dan jimak di siang hari mulai
terbit fajar sampai matahari terbenam. Dan semua itu akan di
ganti oleh Allah bagi mereka berkat karunia dan kemurahan-
Nya, dengan penyempurnaan agama dan iman mereka, serta
peningkatan kesempurnaan diri, dan banyak lagi ganjaran dan
kebaikan lainya, baik di dunia maupun di akhirat yang telah di
janjikan Allah bagi orang-orang yang berpuasa.
e. Rukun kelima: Haji yaiu menuju masjidil haram untuk
melakukan ibadah tertentu. Allah mewajibkan atas orang yang
mampu sekali seumur hidup,Pada waktu itu kaum muslimiin
dari segala penjuru berkumpul di tempat yang paling mulia

10
dimuka bumi ini,menyembah tuhan yang satu,memakai
pakaian yang sama,tidak ada perbedaan antara pemimpin dan
yang dipimpin,antara si kaya dan si fakir dan antara yang
berkulit putih dan berkulit hitam.Mereka semua melaksanakan
bentuk-bentuk ibadah tertentu,yang terpenting diantaranya
adalah: wukuf di padang arafah,tawaf di ka’bah,kiblatnya
kaum muslimin, dan sa’i antara bukit shafa dan marwah.
3. Pengertian Ikhsan
Defenisi ikhsan secara etimologi berasal dari bahasa arab (isim
masdar) ahsana-yuahsinu-ihsanan berarti baik atau penuh perhatian.
Sedangkan secara terminologi ikhsan adalah menyembah Allah
seakan-akan kita melihat-Nya, atau setidaknya kita selalu merasa di
awasi oleh-Nya.
ikhsan sendiri merupakan usaha untuk selalu melakukan yang
lebih baik, yang lebih afdhal, dan bernilai lebih sehingga seseorang
tidak hanya berorientasi untuk menggugurkan kewajiban adalah
beribadah, melainkan justru berusaha bagaimana amal ibadahnya
diterima dengan sebaik-baiknya oleh Allah. SWT. Karena dia akan
merasa diawasi oleh Allah, maka akan terus timbul dihatinya tuntutan
untuk selalu menambah amal perbuatannya dari yang kurang baik
menjadi yang  baik, dari yang sudah baik, terus berusaha untuk yang
lebih baik demi diterimanya amal perbuatan mereka.
Sebagai contoh, seseorang yang melakukan sholat, cukup dengn
melakukan syarat dan rukun sholat saja, tanpa  harus khusu’ maupun
khudu’. Orang itu sudah tidak dituntut lagi kelak karena dia sudah
melakukan kewajibannya walaupun hanya sebatas menggugurkan
kewajiban belaka. Beda dengan orang yang muhsin (ikhsan), maka dia
akan melakukan sholat tersebut dengan sesempurna mungkin, dia
tidak hanya memperhatikan syarat dan rukun saja, melainkan adab
dalam sholat, kekhusyu’an, khudu’, dan hal-hal yang dapat

11
menghalangi sampainya ibadah tersebut sampai kepada hadroh sang
kholiq.
Ikhsan memiliki potensi untuk menjuhkan kita dari sifat buruk
di hati atau bisa di sebut penyakit hati seperti; sombong, riya’, hasud,
dengki dan lain sebagainya. Ikhsan juga salah satu cara agar
bagaimana Allah menerima ibadah-ibadah kita.
B. Hubungan Antara Iman, Islam, dan Ikhsan
Iman, Islam dan Ikhsan satu sama lainya memiliki hubungan karena
merupakan unsur-unsur agama (Ad-Din). Iman, Islam dan Ikhsan adalah
satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Iman adalah
keyakinan yang menjadi dasar akidah. Keyakinan tersebut kemudian
diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun Islam. Sedangkan
pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara Ikhsan, sebagai upaya
pendekatan diri kepada Allah.
Selain itu Iman, Islam, dan Ikhsan sering juga diibaratkan hubungan
diantara ketiganya adalah seperti segitiga sama sisi yang sisi satu dan sisi
lainya berkaitan erat. Segitiga tersebut tidak akan terbentuk kalau ketiga
sisinya tidak saling mengait. Jadi manusia yang bertaqwa harus bisa meraih
dan menyeimbangkan antara iman, islam dan ikhsan.
Iman itu bisa dikatakan sebagai landasan awal.  Seperti sebagai
pondasi dalam keberadaan suatu rumah. Sedangkan Islam merupakan entitas
yang berdiri diatasnya. Maka, apabila iman seseorang lemah, maka islamnya
pun akan condong, lebih lebih akan rubuh. Dalam realitanya mungkin
pelaksanaan sholat akan tersendat-sendat, sehingga tidak dilakukan pada
waktunya, atau malah mungkin tidak terdirikan. Zakat tidak tersalurkan,
puasa tak terlaksana, dan lain sebagainya. Sebaliknya, iman akan kokoh bila
islam seseorang ditegakkan. Karena iman terkadang bisa menjadi tebal,
kadang pula menjadi tipis, karena amal perbuatan yang akan mempengaruhi
hati. Sedang hati sendiri merupakan wadah bagi iman itu. Jadi, bila
seseorang tekun beribadah, rajin taqorrub, maka akan semakin tebal

12
imannya, sebaliknya bila seseorang berlarut-larut dalam kemaksiatan, kebal
akan dosa, maka akan berdampak juga pada tipisnya iman.

C. Perbedaan Antara Iman, Islam, dan Ikhsan


Disamping adanya hubungan diantara ketiganya, juga terdapat
perbedaan diantaranya sekaligus merupakan identitas masing-masing. Iman
lebih menekankan pada segi keyakinan dalam hati. Islam merupakan sikap
untuk berbuat dan beramal.Sedangkan Ikhsan merupakan pernyataan dalam
bentuk tindakan nyata. Dengan ikhsan, seseorang bisa diukur tipis atau tebal
iman dan islamnya.
Iman dan islam bila disebutkan secara bersamaan, maka yang
dimaksud dengan Islam adalah amal perbuatan yang nampak, yaitu rukun
Islam yang lima, dan pengertian iman adalah amal perbuatan yang tidak
nampak, yaitu rukun iman yang enam. Dan bila hanya salah satunya (yang
disebutkan) maka maksudnya adalah makna dan hukum keduanya.
Ruang lingkup ikhsan lebih umum daripada iman, dan iman lebih
umum dari pada Islam. Ikhsan lebih umum dari sisi maknanya; karena ia
mengandung makna iman. Seorang hamba tidak akan bisa menuju martabat
ihsan kecuali apabila ia telah merealisasikan iman dan ihsan lebih spesifik
dari sisi pelakunya; karena ahli ikhsan adalah segolongan ahli iman. Maka,
setiap muhsin adalah mukmin dan tidak setiap mukmin adalah muhsin.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam, iman, dan ikhsan merupakan suatu aspek yang membentuk
sebuah rangkaian kesatuan yang saling mengait satu sama lain. Kita bisa
menganalogikan islam, iman, dan ikhsan sebagai sebuah rumah. Dimana
iman sebagai pondasi, islam sebagai dinding dan ikhsan sebagai atapnya.
Jika diantara ketiganya ada yang hilang, maka maka rumah tersebut tidak
akan sempurna. Dalam kehidupan, jika diantara ketiga aspek tersebut ada
yang hilang dalam diri seseorang, maka orang tersebut tidak akan
merasakan dalam hatinya, muslim yang menjaga rukun islam akan selalu
dekat dengan Tuhannya dan muslim yang selalu berikhsan akan selalu baik
dalam hubungan dengan lingkungannya. Ikhsan merupakan perbuatan atau
wujud pengaplikasian dari iman dan islam itu sendiri.
B. Saran
Dari pembahasan di atas, penulis hanya bisa menyarankan agar
pembaca senantiasa meningkatkan semangat keagamaan dan lebih
meningkatkan keimanan dan lain sebagainya. Penuhilah hati kita dengan
meningkatkan rasa cinta kepada Allah dan Rasul.

14
DAFTAR PUSTAKA
http://jendeladuniaaw.blogspot.com/2017/03/makalah-tentang-islamiman
-dan-ihwan.html
http://megisaputrapers.blogspot.com/2015/12/makalah-iman-islam-ihsan.html
https://akademisi12.blogspot.com/2016/06/makalah-imanislam-dan-ihsan.html
https://thisisqueenashilla.blogspot.com/2016/02/makalah-iman-islam-dan-
ihsan.html

15

Anda mungkin juga menyukai