Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

BERPRILAKU AMANAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

MATA KULIAH PENGEMBANGAN MATERI PAI DASAR 2

Dosen Pengampu : Ana Rosilawati,S.Ag.,M.Ag.

Disusun Oleh :

MUHAMMAD IRFAN : 11901170

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

TAHUN 2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
kekuatan lahir bathin makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga
dilimpahkan-Nya kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini membahas tentang “BERPRILAKU AMANAH” yang menjadi tugas


bagi mahasiswa IAIN Pontianak dalam mata kuliah PENGEMBANGAN MATERI PAI
DASAR 2 pada Prodi Pendidikan Agama Islam yang dibimbing oleh IBU Ana
Rosilawati,S.Ag.,M.Ag. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan
dan kekhilafan. Oleh karena itu kepada semua pembaca dan pakar dimohon saran dan kritik
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Kepada semua pihak yang telah memberikan saran dan kritik demi sempurnanya
makalah ini, ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Amin yan Rabbal ‘Alamin

Pontianak, 17 April 2021

Penyusun

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar..........................................................................................................................ii

Daftar Isi....................................................................................................................................iii

Bab I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang...........................................................................................................iv
b. Rumusan Masalah......................................................................................................iv
c. Tujuan........................................................................................................................v

Bab II PEMBAHASAN

a. Pengertian Amanah....................................................................................................1
b. Dalil Amanah.............................................................................................................2
c. Macam-macam Amanah.………...………………………………………….……..3
d. Contoh sikap dan prilaku
amanah…………………………………………………..4
e. Sifat Amanah Nabi dan Rasul. ..................................................................................4
f. Hikmah Amanah…………………………………………….
……………………..11

Bab III PENUTUP

a. Kesimpulan...............................................................................................................12

Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
amanah merupakan bentuk mashdar. Ini berasal dari kata kerja amina-ya’manu-amnan-wa
amanatan dengan akar kata yang terdiri dari huruf hamzah, mim, dan nun, yang artinya aman,
tentram, tenang, dan hilangnya rasa takut.
Amanah adalah sesuatu yang dapat dipercaya. Dengan begitu, amanah bisa dikaitkan dengan
sifat seseorang yang dapat dipercaya atau sesuatu yang dipercayakan.
Amanah sendiri menjadi salah satu indikator keimanan seorang manusia. Orang yang
beriman akan selalu berupaya menjaga amanah dengan sebaik-baiknya. Dalam sabda
Rasulullah SAW juga dijelaskan:
ُ‫الَ إِي َمانَ لِ َمنْ الَ أَ َمانَةَ لَهُ َوالَ ِدينَ لِ َمنْ الَ َع ْه َد لَه‬
Artinya: “Tidak sempurna iman seseorang yang tidak amanah, dan tidak sempurna agama
orang yang tidak menunaikan janji.”(HR. Ahmad).

B.Rumusan Masalah

1.Apa Pengertian Amanah ?

2.Apa Dalil Amanah?

3.Apa Saja Macam-Macam Amanah ?

4.Apa saja contoh sikap dan prilaku amanah ?

5. Apa saja sifat amanah Nabi dan Rasul?

iv
6.Apa Hikmah Amanah ?

C.Tujuan

1.Mengetahui Pengertian Amanah ?

2.Mengetahui Dalil Amanah?

3.Mengetahui Macam-Macam Amanah ?

4.Mengetahui contoh sikap dan prilaku amanah?

5.Mengetahui sifat amanah Nabi dan Rasul ?

6. Mengetahui hikmah amanah ?

v
vi
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Amanah

Amanah secara etimologis (pendekatan kebahasaan/lughawi) dari bahasa Arab dalam bentuk
mashdar dari (amina- amanatan) yang berarti jujur atau dapat dipercaya. Namun dalam
penggunaanya di bahasa Indonesia, yang menyerap dari bahasa arab. Kata ini juga menjadi
dua kata yang berdekatan, yakni amanat, dan amanah.

Amanat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Adalah pesan; perintah (dari atas):
menyampaikan -- orang tuanya; 2 keterangan (dari pemerintah); 3 wejangan (dari orang yang
terkemuka): dibacakan sebuah -- Jenderal Sudirman; -- Presiden dalam Kongres Pemuda; 4
Ling keseluruhan makna atau isi pembicaraan; konsep dan perasaan yang disampaikan
pembicara untuk dimengerti dan diterima pendengar atau pembaca; 5 Sas gagasan yang
mendasari karya sastra; pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau
pendengar;[1]
Sedangkan Amanah menurut KBBI sesuatu yang dipercayakan (dititipkan) kepada orang lain:
kemerdekaan Indonesia merupakan -- dari para pahlawan bangsa; 2 n keamanan;
ketenteraman: bahagia dan -- yang sukar dicari; 3 a dapat dipercaya (boleh dipercaya); setia:
temanku adalah orang --;[2]
Adapaun Amanah menurut pengertian terminologi (istilah) terdapat beberapa pendapat,
diantaranya menurut Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Amanah adalah sesuatu yang harus
dipelihara dan dijaga agar sampai kepada yang berhak memilikinya.

Sedangkan menurut Ibn Al-Araby, amanah adalah segala sesuatu yang diambil dengan izin
pemiliknya atau sesuatu yang diambil dengan izin pemiliknya untuk diambil manfaatnya3.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil suatu pengertian bahwa amanah adalah
menyampaikan hak apa saja kepada pemiliknya, tidak mengambil sesuatu melebihi haknya
dan tidak mengurangi hak orang lain, baik berupa harga maupun jasa.

Amanah merupakan hak bagi mukallaf yang berkaitan dengan hak orang lain untuk
menunaikannya karena menyampaikan amanah kepada orang yang berhak memilikinya
adalah suatu kewajiban.[3]

1
Maka dari banyak pengertian di atas, kita bisa simpulkan bahwa amanat adalah melaksanakan
sesuatu seuai dengan haknya, baik secara individu, social, interaksi lingkungan, maupun
tentang hal ketuhanan.
Mengutip jurnal Konsep Amanah dalam Perspektif Pendidikan Islam oleh Iwan Hermawan
(2020), amanah merupakan bentuk mashdar. Ini berasal dari kata kerja amina-ya’manu-
amnan-wa amanatan dengan akar kata yang terdiri dari huruf hamzah, mim, dan nun, yang
artinya aman, tentram, tenang, dan hilangnya rasa takut.
Amanah adalah sesuatu yang dapat dipercaya. Dengan begitu, amanah bisa dikaitkan dengan
sifat seseorang yang dapat dipercaya atau sesuatu yang dipercayakan.
Amanah sendiri menjadi salah satu indikator keimanan seorang manusia. Orang yang
beriman akan selalu berupaya menjaga amanah dengan sebaik-baiknya. Dalam sabda
Rasulullah SAW juga dijelaskan:
ُ‫الَ إِي َمانَ لِ َمنْ الَ أَ َمانَةَ لَهُ َوالَ ِدينَ لِ َمنْ الَ َع ْه َد لَه‬
Artinya: “Tidak sempurna iman seseorang yang tidak amanah, dan tidak sempurna agama
orang yang tidak menunaikan janji.”(HR. Ahmad).

B.Dalil Berprilaku Amanah


QS. Al-Anfal :27 ; َ‫وا ٱهَّلل َ َوٱل َّرسُو َل َوتَ ُخونُ ٓو ۟ا أَ ٰ َم ٰنَتِ ُك ْم َوأَنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬ ۟ ُ‫“ ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬Hai orang-orang
۟ ُ‫وا اَل تَ ُخون‬
َ
yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga)
janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu
mengetahui.” (QS. Al-Anfal :27)

QS. Annisa : 58
َ‫اس أَ ْن تَحْ ُك ُموا بِ ْال َع ْد ِل ۚ إِ َّن هَّللا َ نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُك ْم بِ ِه ۗ إِ َّن هَّللا َ َكان‬ ِ ‫إِ َّن هَّللا َ يَأْ ُم ُر ُك ْم أَ ْن تُؤَ ُّدوا اأْل َ َمانَا‬
ِ َّ‫ت إِلَ ٰى أَ ْهلِهَا َوإِ َذا َح َك ْمتُ ْم بَ ْينَ الن‬
‫صيرًا‬
ِ َ‫َس ِميعًا ب‬

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak


menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

2
C.Macam-macam Amanah
Setelah semua tentang amanah yang kami ketahui dari berbagai sumber, dapat di
simpulkan bahwa amanah terbagi menjadi 4 bagian, yakni sebagai berikut :

1. Amanah manusia terhadap Tuhan, yaitu semua ketentuan Tuhan yang harus dipelihara
berupa melaksankan semua perintah Tuhan dan meninggalkan semua laranganNya.
Termasuk di dalamnya menggunakan semua potensi dan anggota tubuh untuk hal-hal
yang bermanfaat serta mengakui bahwa semua itu berasal dari Tuhan. Sesungguhnya
seluruh maksiat adalah perbuatan khianat kepada Allah Azza wa Jalla.
2. Amanah manusia kepada orang lain, diantaranya mengembalikan titipan kepada yang
mempunyainya, tidak menipu dan berlaku curang, menjaga rahasia dan semisalnya
yang merupakan kewajiban terhadap keluarga, kerabat dan manusia secara
keseluruhan. Termasuk pada jenis amanah ini adalah pemimpin berlaku adil terhadap
masyarakatnya, ulama berlaku adil terhadap orang-orang awam dengan memberi
petunjuk kepada mereka untuk memiliki i'tikad yang benar, memberi motivasi untuk
beramal yang memberi manfaat kepada mereka di dunia dan akhirat, memberikan
pendidikan yang baik, menyuruh berusaha yang halal serta memberikan nasihat-
nasihat yang dapat memperkokoh keimanan agar terhindar dari segala kejelekan dan
dosa serta mencintai kebenaran dan kebaikan. Amanah dalam katagori ini juga adalah
seorang suami berlaku adil terhadap istrinya berupa salah satu pihak pasangan suami-
istri tidak menyebarkan rahasia pasangannya, terutama rahasia yang bersifat khusus
yaitu hubungan suami istri.

3. Amanah manusia terhadap dirinya sendiri, yaitu berbuat sesuatu yang terbaik dan
bermanfaat bagi dirinya baik dalam urusan agama maupun dunia, tidak pernah
melakukan yang membahayakan dirinya di dunia dan akhirat1[9].

4.      yakni Amanah terhadap lingkungan. Amanah terhadap lingkungan hidup berupa
memakmurkan dan melestarikan lingkungan (Q.S. 11 : 61), tidak berbuat kerusakan di muka
bumi (Q.S.7 :85). Eksploitasi terhadap kekayaan alam secara berlebihan tanpa
memperhatikan dampak negatifnya yang berakibat rusaknya ekosistem, ilegal loging, ilegal
maning dan pemburuan binatang secara liar merupakan sikap tidak amanah terhadap
lingkungan yang berakibat terjadinya berbagai bentuk bencana alam seperti gempa bumi,
longsor dan banjir serta bencana lainnya yang mempunyai dampak rusak bahkan musnahnya
tatanan sosial kehidupan manusia. 

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa amanah melekat pada diri setiap manusia
sebagai mukallaf dalam kapasitasnya sebagai hamba Allah, individu, makhluk social dan
interaksinya dengan lingkungan.

Untuk menutup Argument tentang Amanah Ini, berikut adalah Hadist Nabi tentang Amanah :
ْ ‫ َوإِ َذا‬، َ‫ َوإِ َذا َو َع َد أَ ْخلَف‬،‫ب‬
َ‫اؤتُ ِمنَ خَ ان‬ َ ‫ إِ َذا َحد‬:‫ث‬
َ ‫َث َك ِذ‬ ِ ِ‫آيَةُ ْال ُمنَاف‬
ٌ َ‫ق ثَال‬

3
“Tanda-tanda orang munafik ada tiga; jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia ingkar,
dan jika diberi amanah ia berkhianat.” (Muttafaq Alaihi).2[10]

D. Contoh sikap dan prilaku amanah:


Berikut ini beberapa contoh amanah dalam kehidupan sehari-hari:
 Ketika seseorang dipercaya untuk menjaga rahasia maka hal tersebut adalah amanah,
maka ia harus menjaga kerahasiaan informasi tersebut agar tidak diketahui pihak lain.
 Ketika dipercaya untuk mengemban jabatan atau posisi tertentu maka itu adalah
amanah yang wajib dijaga sebaik-baiknya dan tidak menyalahgunakannya karena itu
bentuk pengkhianatan.
 Setiap orang memiliki sesuatu yang berharga di dalam hidupnya, baik kesehatan,
keluarga, pekerjaan, harta benda, dan lain sebagainya yang semua itu adalah amanah
yang harus dijaga dengan baik.
 Ketika seseorang menerima titipan dari seseorang, baik berupa informasi maupun
benda. maka itu adalah suatu bentuk amanah yang diberikan oleh orang lain kepada
seseorang. Menjaga titipan tersebut dengan baik dan menyerahkannya pada orang
yang berhak adalah bentuk pelaksanaan amanah.

E.Sifat Amanah Nabi dan Rasul


Dalam al-Qur’an, makhluk yang paling sering disifati dengan amanah adalah para nabi dan
rasul, sehingga dalam kitab-kitab ilmu kalam, para nabi dan rasul memiliki empat sifat yang
wajib bagi mereka, seperti al-tablig/ menyampaikan risalah kepada umatnya, al-
fat}anah/memiliki kecerdasan atau intelegensia yang tinggi, al-s}idq/memiliki kejujuran dan
al-amanah/dapat dipercaya atau memiliki integritas yang tinggi.[19][19]Dengan demikian,
sering ditemukan dalam beberapa ayat, para rasul menyipati dirinya sebagai al-amin.

Nabi Nuh} misalnya ketika mengajak kaumnya untuk takut kepada siksaan Allah swt. atas
kesyirikan yang mereka lakukan, namun kaum Nuh} itu tetap mendustakan dia dan rasul-
rasul sebelumnya, sehingga nabi Nuh} mengatakan kepada kaumnya:

ٌ‫سو ٌل أَ ِمين‬
ُ ‫ إِنِّي لَ ُك ْم َر‬. َ‫أَال تَتَّقُون‬.

4
Terjemahnya: “Mengapa kamu tidak bertakwa?. Sesungguhnya Aku adalah
seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu” (QS. al-Syu’ara’: 106-107).[20][20]

Nabi Nuh} mengatakan hal tersebut di atas, sebagai bentuk keheranannya atas kesyirikan
yang mereka lakukan padahal sudah dilarang olehnya dan dia termasuk orang yang dikenal
terpercaya dan tidak pernah dicurigai oleh kaumnya.[21][21]

Senada dengan Nabi Nuh}, Nabi Hud juga mengajak kaumnya agar mengenal Allah swt. dan
taat kepada-Nya dengan melakukan hal-hal yang dapat mendekatkan diri kepada-Nya dan
menjauhkan dari siksaan-Nya, namun mereka tetap inkar dan mendustakan Nabi Hu>d
dengan mengatakan seperti apa yang dikatakan oleh Nabi Nu>h}.

ٌ‫سو ٌل أَ ِمين‬
ُ ‫ إِنِّي لَ ُك ْم َر‬. َ‫أَال تَتَّقُون‬.

Terjemahnya: “Mengapa kamu tidak bertakwa?. Sesungguhnya Aku adalah


seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu” (QS. al-Syu’ara’: 124-125).[22][22]

Bahkan pada ayat yang lain, Nabi Hud disebutkan sebagai pemberi nasehat yang dapat
dipercaya, ketika kaumnya menolak ajakannya untuk menyembah Allah swt. dan takut
kepada-Nya, akan tetapi kaumnya kemudian mengejeknya dengan menuduhnya sebagai
orang bodoh dan pendusta, lalu Nabi Hud menyanggah ejekan itu dengan mengatakan:

ٌ‫اص ٌح أَ ِمين‬
ِ َ‫ت َربِّي َوأَنَا لَ ُك ْم ن‬ َ ‫ أُبَلِّ ُغ ُك ْم ِر‬. َ‫سو ٌل ِمنْ َر ِّب ا ْل َعالَ ِمين‬
ِ ‫سااَل‬ ُ ‫سفَا َهةٌ َولَ ِكنِّي َر‬ َ ‫ َيا قَ ْو ِم لَ ْي‬.
َ ‫س بِي‬

Terjemahnya: “Hai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikitpun,


tetapi Aku Ini adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku menyampaikan amanat-amanat
Tuhanku kepadamu dan Aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu” (QS. al-
A‘raf: 67-68).[23][23]

Menurut al-Razi, maksud dari ungkapan nas}ih} amin dalam ayat tersebut sebagai 1)
Sanggahan terhadap ungkapan kaumnya 2 ,‫ ) ِوإِنَّا لَنَظُنُّ َك ِمنَ الكاذبين‬Pokok pembicaraan tentang
risalah dan tablig adalah amanah, sehingga ungkapan tersebut sebagai penguat terhadap
risalah dan kenabian, 3) penjelasan tentang integritas Nabi Hud sebelum menjadi rasul

5
sebagai seorang yang dikenal amanah oleh kaumnya. Oleh karena itu tidak seharusnya
kaumnya menganggapnya sebagai pembohong atau orang bodoh.[24][24]

Hal yang sama dilakukan oleh Nabi Salih}, Nabi lut} dan Nabi Syu’aib dengan mengatakan
seperti apa yang dikatakan oleh Nabi Nuh} dan Nabi Hud, yaitu:

ٌ‫سو ٌل أَ ِمين‬
ُ ‫ إِنِّي لَ ُك ْم َر‬. َ‫أَال تَتَّقُون‬.

Terjemahnya: “Mengapa kamu tidak bertakwa?. Sesungguhnya Aku adalah


seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu”.[25][25]

Di samping nabi-nabi yang telah disebutkan di atas, nabi yang juga disifati sebagai al-ami>n
adalah Nabi Musa as., bahkan Nabi Musa disebutkan dua kali sebagai al-ami>n dalam al-
Qur’an, yaitu pada QS. al-Dukhan: 18.

ٌ‫سو ٌل أَ ِمين‬
ُ ‫ أَنْ أَدُّوا إِلَ َّي ِعبَا َد هَّللا ِ إِنِّي لَ ُك ْم َر‬.‫سو ٌل َك ِري ٌم‬
ُ ‫ َولَقَ ْد فَتَنَّا قَ ْبلَ ُه ْم قَ ْو َم فِ ْرع َْونَ َو َجا َء ُه ْم َر‬.

Terjemahnya: “Sesungguhnya sebelum mereka Telah kami uji kaum Fir’aun


dan Telah datang kepada mereka seorang Rasul yang mulia. (dengan berkata): “Serahkanlah
kepadaku hamba-hamba Allah (Bani Israil yang kamu perbudak). Sesungguhnya Aku adalah
utusan (Allah) yang dipercaya kepadamu”.[26][26]

Kata rasul al-amin dalam ayat tersebut sebagai dasar ajakan Nabi Musa terhadap kaumnya
agar beribadah kepada Allah swt. pengakuan Nabi Musa as. diperkuat oleh mukjizat yang
dimilikinya.

Sedangkan al-amin kedua yang diberikan kepada Nabi Musa terjadi bukan dalam masalah
risalah, akan tetapi tentang penilaian putri Nabi Syu’aib kepada Nabi Mu>sa> as. dengan
mengatakan:

ُّ ‫ستَأْ َج ْرتَ ا ْلقَ ِو‬


ُ‫ي األ ِمين‬ ْ ‫ستَأْ ِج ْرهُ إِنَّ َخ ْي َر َم ِن ا‬ ِ َ‫قَالَتْ إِ ْحدَا ُه َما يَا أَب‬.
ْ ‫تا‬

Terjemahnya: “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku
ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), Karena Sesungguhnya orang yang paling

6
baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang Kuat lagi dapat dipercaya”
(QS. al-Qasas}: 26).[27][27]

Dalam tafsir al-Tabari dijelaskan bahwa penilaian salah satu putri Nabi Syu’aib terhadap
Nabi Musa bahwa dia sangat kuat dan dapat dipercaya karena apa yang dilihatnya pada saat
Nabi Musa memberi minum terhadap hewan ternak mereka, sedangkan penilaian amanah
terjadi karena keterjagaan pandangan Nabi Musa terhadap kedua putri Nabi Syu’aib dalam
perjalanan ke rumah mereka.[28][28]

2. Malaikat

Di antara makhluk yang menjadi objek amanah adalah malaikat. Malaikat terkadang disifati
sebagai al-amin oleh Allah swt., khususnya Jibril pembawa wahyu kepada para nabi.

َ‫ َعلَى قَ ْلبِ َك لِتَ ُكونَ ِمنَ ا ْل ُم ْن ِذ ِرين‬. ُ‫وح األ ِمين‬ ُّ ‫ نز َل بِ ِه‬. َ‫ َوإِنَّهُ لَتَنزي ُل َر ِّب ا ْل َعالَ ِمين‬.
ُ ‫الر‬

Terjemahnya: “Dan Sesungguhnya Al Quran Ini benar-benar


diturunkan oleh Tuhan semesta Alam. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril). Ke
dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang
memberi peringatan” (QS. al-Syu’ara>’: 192-194).[29][29]

Menurut Ibn ‘A<syu>r, yang dimaksud dengan al-ru>h} al-ami>n dalam ayat tersebut adalah
Jibri>l as. Menurutnya, Jibri>l as. dinamakan al-ru>h} karena malaikat berasal dari alam
ruhaniyah, sedangkan al-amin diberikan sebagai kepercayaan Allah swt. terhadap Jibri>l
untuk menyampaikan wahyu-Nya.[30][30]

Lain halnya dengan al-Sya’ra>wi>, menurutnya Jibri>l as. disebut al-ru>h} karena dengan
ruh seseorang akan hidup dan para malaikat itu hidup meskipun tidak memiliki jasad.
Sedangkan al-ami>n diberikan kepadanya karena dia terpelihara di sisi Allah swt., terpelihara
di sisi al-Qur’an dan terpelihara di sisi Nabi saw.[31][31]

Dengan demikian, mayoritas ulama tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud al-ru>h} al-
ami>n dalam ayat tersebut adalah Jibri>l as.[32][32]karena hal itu diperkuat oleh ayat lain
dalam QS. al-Baqarah: 97 yang menyebutkan nama Jibri>l as.

7
ِ ‫…قُ ْل َمنْ َكانَ َع ُد ّوًا لِ ِج ْب ِري َل فَإِنَّهُ نزلَهُ َعلَى قَ ْلبِكَ ِبإ ِ ْذ ِن هَّللا‬

Terjemahnya: “Katakanlah: “Barang siapa yang menjadi musuh Jibril,


Maka Jibril itu Telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah”.[33]
[33]

Ayat lain yang menjelaskan tentang malaikat disifati dengan amanah adalah QS. al-Takwi>r:
21-22:

َ ‫ َو َما‬.‫اع ثَ َّم أَ ِمي ٍن‬


ٍ ُ‫صا ِحبُ ُك ْم ِب َم ْجن‬
‫ون‬ ٍ َ‫ ُمط‬.

Terjemahnya: “Yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya.


Dan temanmu (Muhammad) itu bukanlah sekali-kali orang yang gila”.[34][34]

Ayat tersebut di atas dan ayat sebelumnya menjelaskan beberapa sifat mulya malaikat Jibri>l
as. di antaranya kari>m/mulya karena diberikan tugas yang paling mulya yaitu
menyampaikan wahyu kepada para nabi, z\i> quwwah/memiliki kekuatan dalam menjaga dan
dijauhkan dari kelupaan dan kesalahan, z\i> al-‘arsy maki>n/mempunyai posisi yang tinggi di
sisi Allah swt. karena dia diberi apa yang dimintanya, mut}a>’in/yang ditaati di alam
malaikat karena pendapatnya menjadi rujukan para malaikat, ami>n/dipercaya membawakan
wahyu dan risalah Allah swt. terhadap para nabi-Nya.[35][35]

Dari kedua ayat tersebut, diketahui bahwa amanah bukan saja diberikan kepada manusia,
akan tetapi amanah juga dapat disematkan kepada para malaikat, khususnya malaikat Jibri<l
as. selaku penghubung Allah swt. dengan para nabi-Nya.

3. Jin

Jin meskipun sering dikonotasikan sebagai makhluk durhaka, akan tetapi dalam al-Qur’an
sebagian jin ada yang beriman kepada Allah swt.[36][36] bahkan ‘Ifri>t dari golongan jin
yang hidup pada masa nabi Sulaima>n berkenan membantu nabi Sulaima>n dengan berusaha
memindahkan singgasana ratu Balqi>s, sebagaimana dalam QS. al-Naml: 39:

8
ٌ‫ي أَ ِمين‬
ٌّ ‫قَا َل ِع ْفريتٌ ِمنَ ا ْل ِجنِّ أَنَا آَتِيكَ بِ ِه قَ ْب َل أَنْ تَقُو َم ِمنْ َمقَا ِمكَ َوإِنِّي َعلَ ْي ِه لَقَ ِو‬.

Terjemahnya: “Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan
datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari
tempat dudukmu; Sesungguhnya Aku benar-benar Kuat untuk membawanya lagi dapat
dipercaya”.[37][37]

Ayat tersebut menegaskan tentang kemampuan ‘Ifri>t memindahkan singgasana ratu Balqi>s
pada saat itu dalam waktu singkat. ‘Ifri>t juga menjamin bahwa dia dapat dipercaya dalam
melaksanakan tugas tersebut.

Al-Ma>wardi> dalam tafsirnya menjalaskan bahwa yang dimaksud dengan al-ami>n dalam
ayat tersebut ada tiga pendapat, yaitu: 1) dia dapat dipercaya menjaga permata dan berlian
yang terdapat dalam istana tersebut, 2) dia dapat dipercaya mendatangkan istana tersebut dan
tidak menggantinya dengan istana lain, 3) dia dapat dipercaya menjaga kehormatan ratu
balqi>s.[38][38]

Namun mayoritas ulama tafsir menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan al-ami>n dalam
ayat tersebut adalah jaminan kepercayaan yang diberikan oleh ‘Ifri>t untuk membawa istana
seperti sedia kala tanpa ada perubahan, pengurangan atau penambahan, khususnya yang
terkait dengan isi singgasana.

4. Manusia

Dalam al-Qur’an, manusia satu-satunya makhluk yang dicela karena menerima amanah dari
Allah swt. pada saat makhluk lain menolaknya ketika ditawarkan kepadanya.

‫س†انُ إِنَّهُ َك††انَ ظَلُو ًم††ا‬ ْ َ‫ض َوا ْل ِجبَ††ا ِل فَ††أَبَيْنَ أَنْ يَ ْح ِم ْلنَ َه††ا َوأ‬
َ ‫ش†فَ ْقنَ ِم ْن َه††ا َو َح َملَ َه††ا اإْل ِ ْن‬ ِ ‫ت َواأْل َ ْر‬ َّ ‫ضنَا اأْل َ َمانَةَ َعلَى‬
ِ ‫الس† َما َوا‬ ْ ‫إِنَّا َع َر‬
‫ج ُهواًل‬.
َ

Terjemahnya: “Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat


kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu
dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”.[39][39]

9
Al-Biqa>’i ketika menafsirkan ayat di atas mengatakan bahwa yang dimaksud al-insa>n
adalah mayoritas manusia, bukan setiap individu manusia. Oleh karena itu, manusia yang
khianat terhadap amanah jauh lebih banyak dari pada yang memegang amanah, karena nafsu
manusia pada dasarnya penuh dengan kekurangan dan keinginan. Oleh sebab itu, Allah swt.
menyifati manusia dengan z}alu>m jahu>l agar manusia tidak sekedar melihat sifatnya yang
al-ins/jinak dan ramah, al-‘isyq/keinginan yang kuat, al-‘aql/akal fikiran dan al-
fahm/pemahaman sehingga seakan tidak memiliki kekurangan.[40][40]

C. Sikap Al-Qur’an terhadap Amanah

Untuk melihat seberapa penting amanah dalam kehidupan sehari-hari, maka penting
menjelaskan sikap al-Qur’an terhadap amanah. Sikap al-Qur’an ketika menjelaskan ayat-ayat
amanah dapat dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu:

E.Hikmah berprilaku amanah

Orang yang berbuat baik kepada orang lain sesungguhnya ia telah berbuat baik kepada diri
sendiri. Begitu juga sikap amanah memiliki dampak positif bagi diri sendiri, di antaranya:
Kita akan dipercaya orang lain. Ini merupakan modal yang sangat berharga dalam kehidupan
sosial. Orang lain akan memberikan pandangan simpati. Mendorong kesuksesan dalam
kehidupan. Allah SWT akan memberikan kemudahan dalam menjalankan kehidupan.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman dalam surat al - Anfal (8) : 27, "Wahai orang-orang
yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu
mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui."

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam diberi gelar al-amin karena amanah dan tanggung
jawabnya yang sungguh mulia. Bahkan sebelum Rasulullah memulai hijrah ke Madinah,
orang - orang kafir Quraisy yang saat itu ingin menangkap Rasulullah, mereka menitipkan
barang - barangnya.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun orang-orang kafir Quraisy menentang ajaran Allah,
tetapi mereka tetap mempercayai Rasulullah sebagai manusia yang sangat menjaga
amanahnya.

10
Manusia yang mengingkari atau tidak menjalankan amanahnya disebut khianat. Dan diantara
tanda-tanda orang munafik adalah apabila ia diberi amanah, maka diingkari.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Tiga tanda munafik adalah jika berkata ia
dusta; jika berjanji ia mengingkari; dan ketika diberi amanat, maka ia ingkar” (HR. Bukhari
no. 33 dan Muslim no. 59).

Sebagai muslim yang taat, sudah sepatutnya menjalankan apa yang diperintahkan karena
segala sesuatu yang ada pada diri manusia akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan

11
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat dibuat beberapa poin-poin
penting sebagai kesimpulan sebagai berikut:

1. Amanah adalah kepercayaan yang diberikan oleh Allah swt. atau makhluk lain untuk
dilaksanakan oleh orang yang diberi amanah, baik dari kalangan malaikat, jin dan manusia,
atau bahkan alam semesta. Namun karena amanah sangat berat dilaksanakan dan dijaga
sehingga harus diberikan kepada orang yang profesional di bidang tersebut.

2. Amanah dilihat dari segi objek yang mendapatkan amanah, dapat diklasifikasi dalam
beberapa bagian, yaitu amanah bagi para nabi dan hal tersebut yang paling banyak disebutkan
dalam al-Qur’an karena amanah merupakan sifat wajib bagi para rasul, amanah bagi
malaikat, khususnya pembawa wahyu yaitu Jibri>>l as., amanah bagi jin yang hidup pada
masa Nabi Sulaiman, amanah bagi manusia secara umum dalam melaksanakan hal-hal yang
terkait dengan kewajiban kepada Allah swt., sesama manusia dan kepada dirinya sendiri,
bahkan ada amanah yang diberikan kepada wilayah/kampung yaitu kota Mekah.

3. Amanah juga dapat dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu amanah dalam bentuk
pekerjaan yang mencakup semua bentuk pekerjaan yang dipercayakan kepada seseorang,
baik dari Allah swt. maupun dari sesama manusia. Dan amanah dalam bentuk hukum yang
sebenarnya juga merupakan pekerjaan, akan tetapi khusus disebutkan karena menjadi asas
pemerintahan yang Islami.

4. Sikap al-Qur’an terhadap amanah terlihat dari perintah Allah swt. kepada manusia
untuk menunaikan amanah tersebut. Perintah tersebut menggunakan fi’il amr, fi’il mud}a>ri’
dan isim yang menunjukkan betapa amanah tersebut harus dijaga dan dilaksanakan, bahkan
al-Qur’an tidak cukup sekedar memerintahkan akan tetapi juga melarang khianat terhadap
amanah, bahkan khianat terhadap amanah sejajar dengan khianat terhadap Allah dan rasul-
Nya.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://kumparan.com/berita-hari-ini/pengertian-amanah-dan-contohnya-dalam-ajaran-islam-
1vNVzmNEVM0/full
https://atikasalma55.wordpress.com/2012/12/18/makalah-tentang-sifat-amanah-menurut-al-
quran/
https://www.pelajaran.co.id/2019/03/pengertian-amanah-macam-jenis-contoh-sikap-dan-
perilaku-amanah.html

http://www.dakwatuna.com/2011/11/14/16463/perintah-menunaikan-amanah-bagian-ke-
1/#ixzz4SA5XdHO3.

13

Anda mungkin juga menyukai