Anda di halaman 1dari 89

MAKALAH KELOMPOK 1

ASMAUL HUSNA ( AR RAHMAN)

Disusun untuk Memenuhi Tugas

MATA KULIAH PENGEMBANAGN MATERI PAI DASAR 2

Dosen Pengampu:

Ana Rosilawati, S. Ag., M. Ag.

Disusun Oleh:

Cholik Hermawan (11901038)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN(FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) PONTIANAK

TAHUN 2021/1442 H

1
KATA PENGANTAR

        Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang. “Asmaul
Husna”. Dan juga kami berterima kasih pada Bu Ana Rosilawati, S. Ag., M. Ag.selaku Dosen
mata kuliah

            Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
bagi para pembaca. Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami  berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Pontianak, 17 April 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................1
BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
A. LATAR BELAKANG.................................................................................2
B.     RUMUSAN MASALAH...........................................................................2
C. TUJUAN MASALAH...................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................4
PEMBAHASAN.....................................................................................................4
A PENGERTIAN ASMAUL HUSNA..............................................................4
B.DALIL NAQLI ASMAUL HUSNA..............................................................5
C. Khasiat Ar-Rahman......................................................................................7
D. Wujud Ar-Rahman-Nya:..............................................................................7
E. MAKNA DAN KEUTAMAAN ASMAUL HUSNA AR RAHMAN.......10
BAB III..................................................................................................................11
A. KESIMPULAN...........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Semua yang ada di alam ini merupakan ciptaan Allah swt. Allah swt mempunyai
sifat-sifat yang agung, mulia, dan besar yang tidak terdapa pada semua makhluk-Nya. Oleh
karena itu, semua makhluk-Nya harus menyembah kepada-Nya . namun sifat-sifat Allah
tersebut hanya tergambar dalam sifat wajib-Nya, melainkan juga dari nama-nama baik yang
menyertai-Nya (Asmaul Husna). Firman Allah swt dalam QS Al-hasyr ayat 24:

‫ض َوه َُو ۡال َع ِز ۡي ُز ۡال َح ِك ۡي ُم‬ ِ ‫ص ِّو ُ‌ر لَـهُ ااۡل َ ۡس َمٓا ُء ۡالح ُۡس ٰنى‌ؕ يُ َسبِّ ُح لَهٗ َما فِى السَّمٰ ٰو‬
‌ِۚ ‫ت َوااۡل َ ۡر‬ َ ‫ئ ۡال ُم‬
ُ ‫ار‬ ۡ ُ ‫ه َُو هّٰللا ُ ۡالخَـالِـ‬
ِ َ‫ق الب‬

“Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang
mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan Dialah
yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Apabila seseorang menyatakan diri mencintai Allah swt, maka hal ini bisa dibuktikan
dari seberapa sering ia menyebut namanya. Menyebut allah swt dapat dilakukan dengan
menyebut kalimat-kalimat tayyibah atau nama-nama Allah swt dalam Asmaul husna.
Keduanya merupakan proses zikir (mengingat) kepada Allah swt.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian Ar rahman?

2.      Dalil apa yang menyatakan tentang AR RAHMAN?

3.      Khasiat Ar Rahman?

4. Wujud Ar Rahman?

5. MAKNA DAN KEUTAMAAN ASMAUL HUSNA AR RAHMAN?

C. TUJUAN MASALAH

4
1.      Untuk mengetahui pengertian Ar rahman.

2.       Untuk mengetahui Dalil apa yang menyatakan tentang AR RAHMAN.

3.      Untuk mengetahui  Khasiat Ar Rahman.

4. .      Untuk mengetahui Wujud Ar Rahman.

5. .      Untuk mengetahui MAKNA DAN KEUTAMAAN ASMAUL HUSNA AR


RAHMAN.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A PENGERTIAN ASMAUL HUSNA

Secara etimologi Asmaul Husna ‫اســــماء‬ jamak dari ‫اسم‬ yang artinya nama-nama


sedangkan ‫الحسنى‬ artinya yang baik atau yang indah, Terminologi asmaul Husna adalah nama-
nama milik Allah yang baik lagi indah. Sejak dulu para ulama telah banyak membahas dan
menafsirkan nama-nama ini, karena nama-nama Allah adalah alamat kepada yang mesti kita
ibadahi denga sebenarnya. Meskipun timbul perbedaan pendapat tentang arti, makna, dan
penafsirannya akan tetapi yang jelas adalah kita tidak boleh dalam mempergunakan atau
menyebut nama-nama Allah. Selain perbedaan dalam mengartikan dan menafsirkan suatu
nama terdapat pula perbedaan jumlah nama, ada yang menyebut 99, 100, 200, bahkan 1000
bahkan 4000 nama, namun menurut mereka, yang terpenting adalah hakikat Allah swt yang
harus dipahami dan dimengerti oleh orang-orang  yang beriman seperti Nabi Muhammad
saw. Seluruh nama Allah bersifat Taufiqiyah, yaitu tidak ada ruang sedikitpun bagi akal
untuk menentukannya. Akal kita tidak mungkin sampai pada segala sesuatu yang
menyangkut hak allah seperti dalam masalah nama-nama-Nya. AR RAHMAN (Maha
Pemurah)

Ar Rahman artinya yang mempunyai rahmat yang luas untuk seluruh makhluk tanpa
terkecuali muslim dan non muslim yang diberikan di dunia ini, meliputi rizky jalan hidup dan
seluruh urusan kebaikan. Dari nama-Nya Ar Rahman, maka Rahmat-Nya menghalangi-Nya 
untuk membiarkan hamba-Nya begitu saja, tidak mengenalkan mereka apa yang dapat
digunakan untuk memperoleh kesempurnaan (sebagai hamba). Maka nama ini menyiratkan
adanya pengutusan para rasul dan turunya kitab-kitab, karena nama ini tidak hanya sekedar
menurunkan hujan, menumbuhkan tanaman dan mengeluarkan biji-bijian, nama ini tidak
sekedar mewujudkan tubuh atau jasad tetapi lebih terwujudnya kehidupan hati atau ruh
seorang hamba.

6
Sedangkan orang awam memahami nama ini sekedar arti tekstual tapi bagi ulul albab (orang-
orang yang berakal sempurna) mampu memahami nama ini secara kontekstual. Kata Ar
Rahman termasuk kedalam kedalam:

Di dalam surah Al-Fatihah : 3

Di dalam surah Al-Ahzab : 43

Di dalam surah Al-A’raf : 156

Di dalam surah Al-Baqarah : 163

B.DALIL NAQLI ASMAUL HUSNA

Beberapa dalil tentang ar rahman:

ِ ‫الرَّحْ مٰ ِن الر‬
‫َّحي ِْم‬

Ar-Rahmaanir-Rahiim

Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang,

‫ت اِلَى النُّ ۡو ِر ؕ َو َكانَ بِ ۡال ُم ۡؤ ِمنِ ۡينَ َر ِح ۡي ًما‬ ُّ َ‫صلِّ ۡى َعلَ ۡي ُكمۡ َو َم ٰلٓ ِٕٕٮِـ َكتُهٗ لِي ُۡخ ِر َج ُكمۡ ِّمن‬
ِ ٰ‫الظلُم‬ َ ُ‫هُ َو الَّ ِذ ۡى ي‬

Huwal lazii yusallii 'alaikum wa malaaa'ikatuhuu liyukhrijakum minazzulumaati ilan-nuur wa


kaana bilmu'miniina Rahiimaa

Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan para malaikat-Nya (memohonkan ampunan
untukmu), agar Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan
Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.

ؕ ‫ص ۡيبُ بِ ٖه َم ۡن اَ َشٓا ُ‌ء ۚ َو َر ۡح َمتِ ۡى َو ِس َع ۡت ُك َّل َش ۡى ٍ‌ء‬ ِ ُ‫ك‌ؕ قَا َل َع َذابِ ۡۤى ا‬ َ ‫َو ۡاكتُ ۡب لَـنَا فِ ۡى ٰه ِذ ِه ال ُّد ۡنيَا َح َسنَةً َّوفِى ااۡل ٰ ِخ َر ِة اِنَّا ه ُۡدن َۤا اِلَ ۡي‬
َ‫فَ َسا َ ۡكتُبُهَا لِلَّ ِذ ۡينَ يَتَّقُ ۡونَ َوي ُۡؤتُ ۡونَ ال َّز ٰكوةَ َوالَّ ِذ ۡينَ هُمۡ بِ ٰا ٰيتِنَا ي ُۡؤ ِمنُ ۡون‬

Waktub lanaa fii haazi hid dunyaa hasanatanw wa fil Aakhirati innnaa hudnaaa ilaik; qoola
'azaabii usiibu bihii man ashaaa'u wa rahmatii wasi'at kulla shai'; fasa aktubuhaa lillaziina
yattaquuna wa yu'tuunaz Zakaata wallaziina hum bi Aayaatinaa yu'minuun

Dan tetapkanlah untuk kami kebaikan di dunia ini dan di akhirat. Sungguh, kami kembali
(bertobat) kepada Engkau. (Allah) berfirman, "Siksa-Ku akan Aku timpakan kepada siapa
yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan
rahmat-Ku bagi orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang
beriman kepada ayat-ayat Kami."

ِ ‫َّاح ٌد  ۚ ٓاَل اِ ٰلهَ اِاَّل ه َُو الر َّۡحمٰ نُ الر‬


‫َّح ۡي ُم‬ ِ ‫َواِ ٰلهُ ُكمۡ اِ ٰلهٌ و‬

7
Wa ilaahukum illaahunw waahid, laaa ilaaha illaa Huwar Rahmaanur Rahiim

Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha
Pengasih, Maha Penyayang.

Sebagaimana dijelaskan dalam hadis Nabi saw:

‫عن ابي هر ير ة ان رسول هللا صل هللا عليه و سلم قا ل ان هلل تسعة و تسعين اســما اومــا عــة اال ؤاحــدا من احصــا هادخــل‬
)‫الجنة (رواه البخا ري ومسلم‬

Artinya :“Dari abi Hurairah Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya Allah mempunyai 99
nama, yaitu seratus kurang satu; barang siapa yang menghitungnya (menghapalnya) ia
masuk surga.” (HR Bukhari dan Muslim)

Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Hasyr ayat : 24.

‫ض َوه َُو ۡال َع ِز ۡي ُز ۡال َح ِك ۡي ُم‬ ِ ‫ص ِّو ُ‌ر لَـهُ ااۡل َ ۡس َمٓا ُء ۡالح ُۡس ٰنى‌ؕ يُ َسبِّ ُح لَهٗ َما فِى السَّمٰ ٰو‬
‌ِۚ ‫ت َوااۡل َ ۡر‬ َ ‫ئ ۡال ُم‬
ُ ‫ار‬ ۡ ُ ‫ه َُو هّٰللا ُ ۡالخَـالِـ‬
ِ َ‫ق الب‬

Artinya :”Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang
mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan Dialah
yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. AL-HASYR :24)

ؕ َ‫ص ۡيبَةٌ  ۙ قَالُ ۡ ٓوا ِانَّا هّٰلِل ِ َواِنَّـٓا اِلَ ۡي ِه ٰر ِجع ُۡون‬
ِ ‫صابَ ۡتهُمۡ ُّم‬
َ َ‫الَّ ِذ ۡينَ اِ َذٓا ا‬

Artinya :”Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia
yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (Q.S. AL-BAQARAH : 156)

C. Khasiat Ar-Rahman 

membaca nama Allah Ya Rahman ya Rahim sebanyak 100 kali setiap selesai
melaksanakan shalat wajib akan terpelihara dari kealpaan, kelalaian dan terhindar dari sifat
keras kepala. Lafadz Ar Rahman diulang dalam al-qur’an sebanyak 50 kali, wujud Ar
Rahman-Nya:

·         Rahmat yang agung dan paling besar adalah wahyu Allah al-Qur’an yang diturunkan
kepada nabi Muhammad saw di dalam surah an-nahl : 89

·         Taurat kepada nabi Musa a.s di dalam surah al-a’raf : 154

·         Ilmu, di dalam surah al-kahfi : 65

8
·         Rahmat yang diberikan Allah kepada orang-orang mu’min yaitu dihindarkan dari siksa
yang akan menimpa orang-orang kafir, di dalam surah Huud:58 dan surah huud:94.

·         Turunnya hujan, tanaman, air, beragam suku bangsa, dll. Didalam surah Ar-ruum :204

D. Wujud Ar-Rahman-Nya:
·         Rahmat yang agung dan paling  besar adalah wahyu Allah al-Qur’an yang diturunkan
kepada nabi Muhammad s.a.w didalam surat An-Nahl: 89

·         Taurat kepada nabi Musa a.s, didalam surat Al-A’raaf: 154

·         Ilmu, didalam surat Al-Kahfi: 65

·         Rahmat yang diberikan Allah kepada orang-orang mu’min yaitu dihindarkan dari siksa
yang akan menimpa orang-orang kafir, didalam surat Huud: 58, dan surat Huud: 94

·         Turunya hujan, tanaman, air, beragam suku bangsa, dll. Didalam surat Ar-Ruum: 50

·         Membaca Al-Qur’an, didalam surat Al-A’raaf: 204 

           Salah satu sifat Allah SWT yang mulia dan memiliki makna yang luar biasa ialah Ar-
Rohmân, tentunya tanpa menyampingkan sifat Allah yang lain. Bahkan di dalam al-Quran,
sifat ini diabadikan menjadi salah satu nama surat, yakni surat ke-55 (QS. Ar-Rohmân),
selain itu juga tersebut dalam banyak ayat, misalnya sebagaimana dalam
lafadz basmalah yang seringkali diucapkan. Dalam ayat tersebut kata Ar-Rohmân diiringi
dengan sifat Allah yang lain, yakni Ar-Rohîm.

            Secara bahasa, kata Ar-Rohmân dan Ar-Rohîm berasal dari asal kata atau akar kata
yang sama, yakni: ‫ر ِح َم – يَــرْ َح ُم‬.
َ Ketika melihat terjemahan dalam bahasa Indonesia yang
standar, biasanya diterjemahkan dengan Maha Pengasih-Maha Penyayang. Dua kata yang
seakan akan hampir sama maknanya dalam bahasa Indonesia.

            Akan tetapi, jika menelisik lebih jauh kata tersebut, misalnya dengan melihat kitab-
kitab tafsir yang dikarang oleh para ulama, maka akan didapatkan makna yang luar biasa
mengenai makna dua kata tersebut. Sebagai contoh, dalam kitab tafsir Ibnu Kasir,
menyebutkan bahwa kata Ar-Rohmân memiliki makna yaitu: kepengasihan Allah atau rasa
kasih dan sayang Allah yang diberikan kepada seluruh makhuk-Nya. Bukan hanya kepada
hamba-Nya semata, namun juga kepada makhluk Allah yang lain, yang ada di dunia ini baik
yang beriman maupun yang tidak, baik itu manusia maupun selainnya.

9
            Sedangkan, kata Ar-Rohîm, diartikan dengan sifat pengasih Allah dan sifat penyayang
-Nya yang akan diberikan kelak di akhirat, dan khusus diberikan untuk orang-orang yang
beriman kepada Allah SWT. Demikianlah letak perbedaan di antara keduanya. Sifat Ar-
Rohmân yang dimiliki Allah menunjukkan bahwa kasih sayang-Nya diberikan kepada
siapapun tanpa ada pengecualian. Lantas pertanyaanya ialah, setelah mengetahui makna Ar-
Rohmân tersebut, apa yang perlu dilakukan sebagai hamba Allah?

            Dalam diskursus ilmu kalam modern, orang yang dikatakan bertauhid tidak cukup
mengesakan Allah saja. Akan tetapi, juga mampu mengaplikasikan nilai-nilai ketuhanan
dalam kehidupan sehari-hari. Maka setelah mengetahui makna Ar-Rohmân, kewajiban
seorang yang mengaku muslim ialah berupaya mengaplikasikan sifat kasih sayang tersebut
dalam kehidupan sehari-hari.

            Dalam lintasan sejarah umat Islam, pernah tercatat dan menjadi contoh yang dapat
dijadikan teladan dalam mengaplikasikan sifat Allah ini. Rasulullah SAW adalah sosok
panutan yang banyak mengplikasikan sifat ini, salah satu kisahnya yang masyhur ialah ketika
ada seorang Yahudi yang rajin melemparkan kotoran kepada Rasulullah dari atas rumahnya
setiap kali Rasulullah melewati jalan tersebut. Sampai suatu ketika Rasulullah tidak
menjumpai orang yang selalu melemparkan kotoran kepada dirinya.

            Setelah mencari tahu kabar tentang orang tersebut, diketahuilah bahwa ia sedang
sakit. Maka bergegaslah Rasulullah menjenguknya tanpa sedikitpun membawa rasa dendam,
bahkan diceritakan pula Rasulullah datang membawakan buah tangan. Orang Yahudi yang
selalu mendzolimi Rasulullah tadi terkaget dan mengira bahwa Rasulullah datang akan
membalas dendam, namun justru Rasul datang untuk menjenguknya dan memberikan buah
tangan bahkan membantu memenuhi kebutuhannya. Kemudian orang tersebut meminta maaf
dan akhirnya bersedia memeluk agama Islam.

10
E. MAKNA DAN KEUTAMAAN ASMAUL HUSNA AR RAHMAN

1.Makna

Pengertian Ar Rahman adalah Yang Mana Pengasih. Nama indah itu dimiliki oleh Allah
SWT yang memiliki kasih sayang yang sangat luas kepada seluruh mahluk-Nya. Ada
berbagai kenikmatan yang telah Allah SWT berikan kepada mahluknya, seperti kesehatan,
hingga rezeki.

2.Keutamaan

Keutamaan Asmaul Husna Ar Rahman difirmankan oleh Allah SWT pada beberapa


ayat di Quran karena spesial. Nama tersebut hanya boleh digunakan oleh Allah SWT.

Artinya: (yaitu) Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas 'Arsy.

‫هّٰللا‬
‫ك َواَل تُخَافِ ۡت بِهَا َو ۡابت َِغ بَ ۡينَ ٰذ لِكَ َسبِ ۡياًل‬ َ ِ‫قُ ِل ۡادعُوا َ اَ ِو ۡادعُوا الر َّۡحمٰ نَ‌ ؕ اَ يًّا َّما ت َۡدع ُۡوا فَلَهُ ااۡل َ ۡس َمٓا ُء ۡالح ُۡس ٰنى‌ۚ َواَل ت َۡجهَ ۡر ب‬
َ ِ‫صاَل ت‬

Artinya: Katakanlah (Muhammad), "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama
yang mana saja kamu dapat menyeru, karena Dia mempunyai nama-nama yang terbaik
(Asm±‘ul ¦usn±) dan janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam shalat dan janganlah
(pula) merendahkannya dan usahakan jalan tengah di antara kedua itu."

11
BAB III

A. KESIMPULAN

      Salah satu sifat Allah SWT yang mulia dan memiliki makna yang luar biasa ialah Ar-
Rohmân, tentunya tanpa menyampingkan sifat Allah yang lain. Bahkan di dalam al-Quran, sifat ini
diabadikan menjadi salah satu nama surat, yakni surat ke-55 (QS. Ar-Rohmân), selain itu juga tersebut
dalam banyak ayat, misalnya sebagaimana dalam lafadz basmalah yang seringkali diucapkan. Dalam
ayat tersebut kata Ar-Rohmân diiringi dengan sifat Allah yang lain, yakni Ar-Rohîm. Secara bahasa,
kata Ar-Rohmân dan Ar-Rohîm berasal dari asal kata atau akar kata yang sama, yakni: ‫ر ِح َم – يَرْ َح ُم‬.
َ Ketika
melihat terjemahan dalam bahasa Indonesia yang standar, biasanya diterjemahkan dengan Maha
Pengasih-Maha Penyayang. Dua kata yang seakan akan hampir sama maknanya dalam bahasa Indonesia.
Akan tetapi, jika menelisik lebih jauh kata tersebut, misalnya dengan melihat kitab-kitab tafsir yang
dikarang oleh para ulama, maka akan didapatkan makna yang luar biasa mengenai makna dua kata
tersebut. Sebagai contoh, dalam kitab tafsir Ibnu Kasir, menyebutkan bahwa kata Ar-Rohmân memiliki
makna yaitu: kepengasihan Allah atau rasa kasih dan sayang Allah yang diberikan kepada seluruh
makhuk-Nya. Bukan hanya kepada hamba-Nya semata, namun juga kepada makhluk Allah yang lain,
yang ada di dunia ini baik yang beriman maupun yang tidak, baik itu manusia maupun selainnya.       
Sedangkan, kata Ar-Rohîm, diartikan dengan sifat pengasih Allah dan sifat penyayang -Nya yang akan
diberikan kelak di akhirat, dan khusus diberikan untuk orang-orang yang beriman kepada Allah SWT.
Demikianlah letak perbedaan di antara keduanya. Sifat Ar-Rohmân yang dimiliki Allah
menunjukkan bahwa kasih sayang-Nya diberikan kepada siapapun tanpa ada pengecualian. Lantas
pertanyaanya ialah, setelah mengetahui makna Ar-Rohmân tersebut, apa yang perlu dilakukan sebagai
hamba Allah? Dalam diskursus ilmu kalam modern, orang yang dikatakan bertauhid tidak cukup
mengesakan Allah saja. Akan tetapi, juga mampu mengaplikasikan nilai-nilai ketuhanan dalam
kehidupan sehari-hari. Maka setelah mengetahui makna Ar-Rohmân, kewajiban seorang yang mengaku
muslim ialah berupaya mengaplikasikan sifat kasih sayang tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://islamiccenter.uad.ac.id/meneladani-sifat-ar-rahman-dalam-kehidupan/

http://syaikhotin.blogspot.com/2017/11/makalah-tauhid-asmaul-husna-ar-rahman_27.html

http://uinetikpuspita.blogspot.com/2017/06/makalah-asmaul-husna-ar-rahman-dan-ar.html

https://www.academia.edu/6375512/Asmaul_Husna_Ar_Rahman_

https://news.detik.com/berita/d-4762001/makna-dan-keutamaan-asmaul-husna-ar-rahman

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31436/3/KAMBARISAH-
FITK.pdf

https://id.scribd.com/document/394270582/Makalah-Asmaul-Husna

13
MAKALAH
BERPRILAKU AMANAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

MATA KULIAH PENGEMBANGAN MATERI PAI DASAR 2

Dosen Pengampu : Ana Rosilawati,S.Ag.,M.Ag.

Disusun Oleh :

MUHAMMAD IRFAN : 11901170

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

TAHUN 2021

14
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
kekuatan lahir bathin makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga
dilimpahkan-Nya kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini membahas tentang “BERPRILAKU AMANAH” yang menjadi tugas


bagi mahasiswa IAIN Pontianak dalam mata kuliah PENGEMBANGAN MATERI PAI
DASAR 2 pada Prodi Pendidikan Agama Islam yang dibimbing oleh IBU Ana
Rosilawati,S.Ag.,M.Ag. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan
dan kekhilafan. Oleh karena itu kepada semua pembaca dan pakar dimohon saran dan kritik
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Kepada semua pihak yang telah memberikan saran dan kritik demi sempurnanya
makalah ini, ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Amin yan Rabbal ‘Alamin

Pontianak, 17 April 2021

Penyusun

15
Daftar Isi

Kata Pengantar................................................................................................................................... ii

Daftar Isi.............................................................................................................................................. iii

Bab I PENDAHULUAN

Latar Belakang........................................................................................................................ iv
Rumusan Masalah................................................................................................................... iv
Tujuan....................................................................................................................................... v

Bab II PEMBAHASAN

Pengertian Amanah................................................................................................................. 1
Dalil Amanah........................................................................................................................... 2
Macam-macam Amanah.………...………………………………………….……..2
Contoh sikap dan prilaku amanah…………………………………………………..
Sifat Amanah Nabi dan Rasul. ...............................................................................................
Hikmah Amanah…………………………………………….……………………..7

Bab III PENUTUP

Kesimpulan.............................................................................................................................. 8

Daftar Pustaka

16
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
amanah merupakan bentuk mashdar. Ini berasal dari kata kerja amina-ya’manu-amnan-wa
amanatan dengan akar kata yang terdiri dari huruf hamzah, mim, dan nun, yang artinya aman,
tentram, tenang, dan hilangnya rasa takut.
Amanah adalah sesuatu yang dapat dipercaya. Dengan begitu, amanah bisa dikaitkan dengan
sifat seseorang yang dapat dipercaya atau sesuatu yang dipercayakan.
Amanah sendiri menjadi salah satu indikator keimanan seorang manusia. Orang yang
beriman akan selalu berupaya menjaga amanah dengan sebaik-baiknya. Dalam sabda
Rasulullah SAW juga dijelaskan:
ُ‫الَ إِي َمانَ لِ َم ْن الَ أَ َمانَةَ لَهُ َوالَ ِدينَ لِ َم ْن الَ َع ْه َد لَه‬
Artinya: “Tidak sempurna iman seseorang yang tidak amanah, dan tidak sempurna agama
orang yang tidak menunaikan janji.”(HR. Ahmad).

B.Rumusan Masalah

1.Apa Pengertian Amanah ?

2.Apa Dalil Amanah?

3.Apa Saja Macam-Macam Amanah ?

4.Apa saja contoh sikap dan prilaku amanah ?

5. Apa saja sifat amanah Nabi dan Rasul?

17
6.Apa Hikmah Amanah ?

C.Tujuan

1.Mengetahui Pengertian Amanah ?

2.Mengetahui Dalil Amanah?

3.Mengetahui Macam-Macam Amanah ?

4.Mengetahui contoh sikap dan prilaku amanah?

5.Mengetahui sifat amanah Nabi dan Rasul ?

6. Mengetahui hikmah amanah ?

18
19
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Amanah

Amanah secara etimologis (pendekatan kebahasaan/lughawi) dari bahasa Arab dalam bentuk
mashdar dari (amina- amanatan) yang berarti jujur atau dapat dipercaya. Namun dalam
penggunaanya di bahasa Indonesia, yang menyerap dari bahasa arab. Kata ini juga menjadi
dua kata yang berdekatan, yakni amanat, dan amanah.

Amanat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Adalah pesan; perintah (dari atas):
menyampaikan -- orang tuanya; 2 keterangan (dari pemerintah); 3 wejangan (dari orang yang
terkemuka): dibacakan sebuah -- Jenderal Sudirman; -- Presiden dalam Kongres Pemuda; 4
Ling keseluruhan makna atau isi pembicaraan; konsep dan perasaan yang disampaikan
pembicara untuk dimengerti dan diterima pendengar atau pembaca; 5 Sas gagasan yang
mendasari karya sastra; pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau
pendengar;[1]
Sedangkan Amanah menurut KBBI sesuatu yang dipercayakan (dititipkan) kepada orang lain:
kemerdekaan Indonesia merupakan -- dari para pahlawan bangsa; 2 n keamanan;
ketenteraman: bahagia dan -- yang sukar dicari; 3 a dapat dipercaya (boleh dipercaya); setia:
temanku adalah orang --;[2]
Adapaun Amanah menurut pengertian terminologi (istilah) terdapat beberapa pendapat,
diantaranya menurut Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Amanah adalah sesuatu yang harus
dipelihara dan dijaga agar sampai kepada yang berhak memilikinya.

Sedangkan menurut Ibn Al-Araby, amanah adalah segala sesuatu yang diambil dengan izin
pemiliknya atau sesuatu yang diambil dengan izin pemiliknya untuk diambil manfaatnya3.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil suatu pengertian bahwa amanah adalah
menyampaikan hak apa saja kepada pemiliknya, tidak mengambil sesuatu melebihi haknya
dan tidak mengurangi hak orang lain, baik berupa harga maupun jasa.

Amanah merupakan hak bagi mukallaf yang berkaitan dengan hak orang lain untuk
menunaikannya karena menyampaikan amanah kepada orang yang berhak memilikinya
adalah suatu kewajiban.[3]
Maka dari banyak pengertian di atas, kita bisa simpulkan bahwa amanat adalah melaksanakan
sesuatu seuai dengan haknya, baik secara individu, social, interaksi lingkungan, maupun
tentang hal ketuhanan.
Mengutip jurnal Konsep Amanah dalam Perspektif Pendidikan Islam oleh Iwan Hermawan
(2020), amanah merupakan bentuk mashdar. Ini berasal dari kata kerja amina-ya’manu-
amnan-wa amanatan dengan akar kata yang terdiri dari huruf hamzah, mim, dan nun, yang
artinya aman, tentram, tenang, dan hilangnya rasa takut.
Amanah adalah sesuatu yang dapat dipercaya. Dengan begitu, amanah bisa dikaitkan dengan
sifat seseorang yang dapat dipercaya atau sesuatu yang dipercayakan.
Amanah sendiri menjadi salah satu indikator keimanan seorang manusia. Orang yang
beriman akan selalu berupaya menjaga amanah dengan sebaik-baiknya. Dalam sabda
Rasulullah SAW juga dijelaskan:
ُ‫الَ ِإي َمانَ ِل َم ْن الَ أَ َمانَةَ لَهُ َوالَ ِدينَ لِ َم ْن الَ َع ْه َد لَه‬
Artinya: “Tidak sempurna iman seseorang yang tidak amanah, dan tidak sempurna agama
orang yang tidak menunaikan janji.”(HR. Ahmad).

B.Dalil Berprilaku Amanah


QS. Al-Anfal :27 ; َ‫وا ٱهَّلل َ َوٱل َّرسُو َل َوتَ ُخونُ ٓو ۟ا أَ ٰ َم ٰنَتِ ُك ْم َوأَنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬ ۟ ُ‫“ ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬Hai orang-orang
۟ ُ‫وا اَل تَ ُخون‬
َ
yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga)
janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu
mengetahui.” (QS. Al-Anfal :27)

QS. Annisa : 58
َ‫اس أَ ْن تَحْ ُك ُموا بِ ْال َع ْد ِل ۚ ِإ َّن هَّللا َ نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُك ْم بِ ِه ۗ ِإ َّن هَّللا َ َكان‬ ِ ‫إِ َّن هَّللا َ يَأْ ُم ُر ُك ْم أَ ْن تُؤَ ُّدوا اأْل َ َمانَا‬
ِ َّ‫ت إِلَ ٰى أَ ْهلِهَا َوإِ َذا َح َك ْمتُ ْم بَ ْينَ الن‬
‫صيرًا‬
ِ َ‫َس ِميعًا ب‬

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak


menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

21
C.Macam-macam Amanah
Setelah semua tentang amanah yang kami ketahui dari berbagai sumber, dapat di
simpulkan bahwa amanah terbagi menjadi 4 bagian, yakni sebagai berikut :

Amanah manusia terhadap Tuhan, yaitu semua ketentuan Tuhan yang harus dipelihara berupa
melaksankan semua perintah Tuhan dan meninggalkan semua laranganNya. Termasuk di
dalamnya menggunakan semua potensi dan anggota tubuh untuk hal-hal yang bermanfaat
serta mengakui bahwa semua itu berasal dari Tuhan. Sesungguhnya seluruh maksiat adalah
perbuatan khianat kepada Allah Azza wa Jalla.

Amanah manusia kepada orang lain, diantaranya mengembalikan titipan kepada yang
mempunyainya, tidak menipu dan berlaku curang, menjaga rahasia dan semisalnya yang
merupakan kewajiban terhadap keluarga, kerabat dan manusia secara keseluruhan. Termasuk
pada jenis amanah ini adalah pemimpin berlaku adil terhadap masyarakatnya, ulama berlaku
adil terhadap orang-orang awam dengan memberi petunjuk kepada mereka untuk memiliki
i'tikad yang benar, memberi motivasi untuk beramal yang memberi manfaat kepada mereka
di dunia dan akhirat, memberikan pendidikan yang baik, menyuruh berusaha yang halal serta
memberikan nasihat-nasihat yang dapat memperkokoh keimanan agar terhindar dari segala
kejelekan dan dosa serta mencintai kebenaran dan kebaikan. Amanah dalam katagori ini juga
adalah seorang suami berlaku adil terhadap istrinya berupa salah satu pihak pasangan suami-
istri tidak menyebarkan rahasia pasangannya, terutama rahasia yang bersifat khusus yaitu
hubungan suami istri.

Amanah manusia terhadap dirinya sendiri, yaitu berbuat sesuatu yang terbaik dan bermanfaat
bagi dirinya baik dalam urusan agama maupun dunia, tidak pernah melakukan yang
membahayakan dirinya di dunia dan akhirat[9].

4. yakni Amanah terhadap lingkungan. Amanah terhadap lingkungan hidup berupa


memakmurkan dan melestarikan lingkungan (Q.S. 11 : 61), tidak berbuat kerusakan di muka
bumi (Q.S.7 :85). Eksploitasi terhadap kekayaan alam secara berlebihan tanpa
memperhatikan dampak negatifnya yang berakibat rusaknya ekosistem, ilegal loging, ilegal
maning dan pemburuan binatang secara liar merupakan sikap tidak amanah terhadap
lingkungan yang berakibat terjadinya berbagai bentuk bencana alam seperti gempa bumi,
longsor dan banjir serta bencana lainnya yang mempunyai dampak rusak bahkan musnahnya
tatanan sosial kehidupan manusia.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa amanah melekat pada diri setiap manusia
sebagai mukallaf dalam kapasitasnya sebagai hamba Allah, individu, makhluk social dan
interaksinya dengan lingkungan.

Untuk menutup Argument tentang Amanah Ini, berikut adalah Hadist Nabi tentang Amanah :
ْ ‫ َوإِ َذا‬، َ‫ َوإِ َذا َو َع َد أَ ْخلَف‬،‫ب‬
َ‫اؤتُ ِمنَ خَ ان‬ َ ‫ إِ َذا َحد‬:‫ث‬
َ ‫َث َك ِذ‬ ِ ِ‫آيَةُ ْال ُمنَاف‬
ٌ َ‫ق ثَال‬
“Tanda-tanda orang munafik ada tiga; jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia ingkar,
dan jika diberi amanah ia berkhianat.” (Muttafaq Alaihi).[10]

22
D. Contoh sikap dan prilaku amanah:
Berikut ini beberapa contoh amanah dalam kehidupan sehari-hari:
Ketika seseorang dipercaya untuk menjaga rahasia maka hal tersebut adalah amanah, maka ia
harus menjaga kerahasiaan informasi tersebut agar tidak diketahui pihak lain.
Ketika dipercaya untuk mengemban jabatan atau posisi tertentu maka itu adalah amanah yang
wajib dijaga sebaik-baiknya dan tidak menyalahgunakannya karena itu bentuk
pengkhianatan.
Setiap orang memiliki sesuatu yang berharga di dalam hidupnya, baik kesehatan, keluarga,
pekerjaan, harta benda, dan lain sebagainya yang semua itu adalah amanah yang harus dijaga
dengan baik.
Ketika seseorang menerima titipan dari seseorang, baik berupa informasi maupun benda.
maka itu adalah suatu bentuk amanah yang diberikan oleh orang lain kepada seseorang.
Menjaga titipan tersebut dengan baik dan menyerahkannya pada orang yang berhak adalah
bentuk pelaksanaan amanah.

E.Sifat Amanah Nabi dan Rasul


Dalam al-Qur’an, makhluk yang paling sering disifati dengan amanah adalah para nabi dan
rasul, sehingga dalam kitab-kitab ilmu kalam, para nabi dan rasul memiliki empat sifat yang
wajib bagi mereka, seperti al-tablig/ menyampaikan risalah kepada umatnya, al-
fat}anah/memiliki kecerdasan atau intelegensia yang tinggi, al-s}idq/memiliki kejujuran dan
al-amanah/dapat dipercaya atau memiliki integritas yang tinggi.[19][19]Dengan demikian,
sering ditemukan dalam beberapa ayat, para rasul menyipati dirinya sebagai al-amin.

Nabi Nuh} misalnya ketika mengajak kaumnya untuk takut kepada siksaan Allah swt. atas
kesyirikan yang mereka lakukan, namun kaum Nuh} itu tetap mendustakan dia dan rasul-
rasul sebelumnya, sehingga nabi Nuh} mengatakan kepada kaumnya:

ٌ ‫ إِنِّي لَ ُك ْم َرسُو ٌل أَ ِم‬. َ‫أَال تَتَّقُون‬.


‫ين‬

Terjemahnya: “Mengapa kamu tidak bertakwa?. Sesungguhnya Aku adalah


seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu” (QS. al-Syu’ara’: 106-107).[20][20]

23
Nabi Nuh} mengatakan hal tersebut di atas, sebagai bentuk keheranannya atas kesyirikan
yang mereka lakukan padahal sudah dilarang olehnya dan dia termasuk orang yang dikenal
terpercaya dan tidak pernah dicurigai oleh kaumnya.[21][21]

Senada dengan Nabi Nuh}, Nabi Hud juga mengajak kaumnya agar mengenal Allah swt. dan
taat kepada-Nya dengan melakukan hal-hal yang dapat mendekatkan diri kepada-Nya dan
menjauhkan dari siksaan-Nya, namun mereka tetap inkar dan mendustakan Nabi Hu>d
dengan mengatakan seperti apa yang dikatakan oleh Nabi Nu>h}.

ٌ ‫ إِنِّي لَ ُك ْم َرسُو ٌل أَ ِم‬. َ‫أَال تَتَّقُون‬.


‫ين‬

Terjemahnya: “Mengapa kamu tidak bertakwa?. Sesungguhnya Aku adalah


seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu” (QS. al-Syu’ara’: 124-125).[22][22]

Bahkan pada ayat yang lain, Nabi Hud disebutkan sebagai pemberi nasehat yang dapat
dipercaya, ketika kaumnya menolak ajakannya untuk menyembah Allah swt. dan takut
kepada-Nya, akan tetapi kaumnya kemudian mengejeknya dengan menuduhnya sebagai
orang bodoh dan pendusta, lalu Nabi Hud menyanggah ejekan itu dengan mengatakan:

ٌ ‫َاص ٌح أَ ِم‬
‫ين‬ ِ ‫ أُبَلِّ ُغ ُك ْم ِر َسااَل‬. َ‫ْس بِي َسفَاهَةٌ َولَ ِكنِّي َرسُو ٌل ِم ْن َربِّ ْال َعالَ ِمين‬
ِ ‫ت َربِّي َوأَنَا لَ ُك ْم ن‬ َ ‫يَا قَوْ ِم لَي‬.

Terjemahnya: “Hai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikitpun,


tetapi Aku Ini adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku menyampaikan amanat-amanat
Tuhanku kepadamu dan Aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu” (QS. al-
A‘raf: 67-68).[23][23]

Menurut al-Razi, maksud dari ungkapan nas}ih} amin dalam ayat tersebut sebagai 1)
َ ‫ ) ِوإِنَّا لَنَظُ ُّن‬Pokok pembicaraan tentang
Sanggahan terhadap ungkapan kaumnya 2 ,‫ك ِمنَ الكاذبين‬
risalah dan tablig adalah amanah, sehingga ungkapan tersebut sebagai penguat terhadap
risalah dan kenabian, 3) penjelasan tentang integritas Nabi Hud sebelum menjadi rasul
sebagai seorang yang dikenal amanah oleh kaumnya. Oleh karena itu tidak seharusnya
kaumnya menganggapnya sebagai pembohong atau orang bodoh.[24][24]

24
Hal yang sama dilakukan oleh Nabi Salih}, Nabi lut} dan Nabi Syu’aib dengan mengatakan
seperti apa yang dikatakan oleh Nabi Nuh} dan Nabi Hud, yaitu:

ٌ ‫ إِنِّي لَ ُك ْم َرسُو ٌل أَ ِم‬. َ‫أَال تَتَّقُون‬.


‫ين‬

Terjemahnya: “Mengapa kamu tidak bertakwa?. Sesungguhnya Aku adalah


seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu”.[25][25]

Di samping nabi-nabi yang telah disebutkan di atas, nabi yang juga disifati sebagai al-ami>n
adalah Nabi Musa as., bahkan Nabi Musa disebutkan dua kali sebagai al-ami>n dalam al-
Qur’an, yaitu pada QS. al-Dukhan: 18.

ٌ ‫ي ِعبَا َد هَّللا ِ إِنِّي لَ ُك ْم َرسُو ٌل أَ ِم‬


‫ين‬ َّ َ‫ أَ ْن أَ ُّدوا إِل‬.‫ َولَقَ ْد فَتَنَّا قَ ْبلَهُ ْم قَوْ َم فِرْ عَوْ نَ َو َجا َءهُ ْم َرسُو ٌل َك ِري ٌم‬.

Terjemahnya: “Sesungguhnya sebelum mereka Telah kami uji kaum Fir’aun


dan Telah datang kepada mereka seorang Rasul yang mulia. (dengan berkata): “Serahkanlah
kepadaku hamba-hamba Allah (Bani Israil yang kamu perbudak). Sesungguhnya Aku adalah
utusan (Allah) yang dipercaya kepadamu”.[26][26]

Kata rasul al-amin dalam ayat tersebut sebagai dasar ajakan Nabi Musa terhadap kaumnya
agar beribadah kepada Allah swt. pengakuan Nabi Musa as. diperkuat oleh mukjizat yang
dimilikinya.

Sedangkan al-amin kedua yang diberikan kepada Nabi Musa terjadi bukan dalam masalah
risalah, akan tetapi tentang penilaian putri Nabi Syu’aib kepada Nabi Mu>sa> as. dengan
mengatakan:

ُ‫ت ا ْستَأْ ِجرْ هُ إِ َّن خَ ْي َر َم ِن ا ْستَأْ َجرْ تَ ْالقَ ِويُّ األ ِمين‬
ِ َ‫ت إِحْ دَاهُ َما يَا أَب‬
ْ َ‫قَال‬.

Terjemahnya: “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku
ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), Karena Sesungguhnya orang yang paling
baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang Kuat lagi dapat dipercaya”
(QS. al-Qasas}: 26).[27][27]

25
Dalam tafsir al-Tabari dijelaskan bahwa penilaian salah satu putri Nabi Syu’aib terhadap
Nabi Musa bahwa dia sangat kuat dan dapat dipercaya karena apa yang dilihatnya pada saat
Nabi Musa memberi minum terhadap hewan ternak mereka, sedangkan penilaian amanah
terjadi karena keterjagaan pandangan Nabi Musa terhadap kedua putri Nabi Syu’aib dalam
perjalanan ke rumah mereka.[28][28]

2. Malaikat

Di antara makhluk yang menjadi objek amanah adalah malaikat. Malaikat terkadang disifati
sebagai al-amin oleh Allah swt., khususnya Jibril pembawa wahyu kepada para nabi.

َ‫ َعلَى قَ ْلبِ َك لِتَ ُكونَ ِمنَ ا ْل ُم ْن ِذ ِرين‬. ُ‫وح األ ِمين‬ ُّ ‫ نز َل بِ ِه‬. َ‫ َوإِنَّهُ لَتَنزي ُل َر ِّب ا ْل َعالَ ِمين‬.
ُ ‫الر‬

Terjemahnya: “Dan Sesungguhnya Al Quran Ini benar-benar


diturunkan oleh Tuhan semesta Alam. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril). Ke
dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang
memberi peringatan” (QS. al-Syu’ara>’: 192-194).[29][29]

Menurut Ibn ‘A<syu>r, yang dimaksud dengan al-ru>h} al-ami>n dalam ayat tersebut adalah
Jibri>l as. Menurutnya, Jibri>l as. dinamakan al-ru>h} karena malaikat berasal dari alam
ruhaniyah, sedangkan al-amin diberikan sebagai kepercayaan Allah swt. terhadap Jibri>l
untuk menyampaikan wahyu-Nya.[30][30]

Lain halnya dengan al-Sya’ra>wi>, menurutnya Jibri>l as. disebut al-ru>h} karena dengan
ruh seseorang akan hidup dan para malaikat itu hidup meskipun tidak memiliki jasad.
Sedangkan al-ami>n diberikan kepadanya karena dia terpelihara di sisi Allah swt., terpelihara
di sisi al-Qur’an dan terpelihara di sisi Nabi saw.[31][31]

Dengan demikian, mayoritas ulama tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud al-ru>h} al-
ami>n dalam ayat tersebut adalah Jibri>l as.[32][32]karena hal itu diperkuat oleh ayat lain
dalam QS. al-Baqarah: 97 yang menyebutkan nama Jibri>l as.

ِ ‫ك بِإ ِ ْذ ِن هَّللا‬
َ ِ‫…قُلْ َم ْن َكانَ َع ُد ًّوا لِ ِجب ِْري َل فَإِنَّهُ نزلَهُ َعلَى قَ ْلب‬

26
Terjemahnya: “Katakanlah: “Barang siapa yang menjadi musuh Jibril,
Maka Jibril itu Telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah”.[33]
[33]

Ayat lain yang menjelaskan tentang malaikat disifati dengan amanah adalah QS. al-Takwi>r:
21-22:

ٍ ُ‫احبُ ُك ْم بِ َمجْ ن‬
‫ون‬ ِ ‫ص‬َ ‫ َو َما‬.‫اع ثَ َّم أَ ِمي ٍن‬
ٍ َ‫ ُمط‬.

Terjemahnya: “Yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya.


Dan temanmu (Muhammad) itu bukanlah sekali-kali orang yang gila”.[34][34]

Ayat tersebut di atas dan ayat sebelumnya menjelaskan beberapa sifat mulya malaikat Jibri>l
as. di antaranya kari>m/mulya karena diberikan tugas yang paling mulya yaitu
menyampaikan wahyu kepada para nabi, z\i> quwwah/memiliki kekuatan dalam menjaga dan
dijauhkan dari kelupaan dan kesalahan, z\i> al-‘arsy maki>n/mempunyai posisi yang tinggi di
sisi Allah swt. karena dia diberi apa yang dimintanya, mut}a>’in/yang ditaati di alam
malaikat karena pendapatnya menjadi rujukan para malaikat, ami>n/dipercaya membawakan
wahyu dan risalah Allah swt. terhadap para nabi-Nya.[35][35]

Dari kedua ayat tersebut, diketahui bahwa amanah bukan saja diberikan kepada manusia,
akan tetapi amanah juga dapat disematkan kepada para malaikat, khususnya malaikat Jibri<l
as. selaku penghubung Allah swt. dengan para nabi-Nya.

3. Jin

Jin meskipun sering dikonotasikan sebagai makhluk durhaka, akan tetapi dalam al-Qur’an
sebagian jin ada yang beriman kepada Allah swt.[36][36] bahkan ‘Ifri>t dari golongan jin
yang hidup pada masa nabi Sulaima>n berkenan membantu nabi Sulaima>n dengan berusaha
memindahkan singgasana ratu Balqi>s, sebagaimana dalam QS. al-Naml: 39:

ٌ ‫ريت ِمنَ ْال ِجنِّ أَنَا آَتِيكَ بِ ِه قَ ْب َل أَ ْن تَقُو َم ِم ْن َمقَا ِمكَ َوإِنِّي َعلَ ْي ِه لَقَ ِويٌّ أَ ِم‬
‫ين‬ ٌ ‫قَا َل ِع ْف‬.

27
Terjemahnya: “Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan
datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari
tempat dudukmu; Sesungguhnya Aku benar-benar Kuat untuk membawanya lagi dapat
dipercaya”.[37][37]

Ayat tersebut menegaskan tentang kemampuan ‘Ifri>t memindahkan singgasana ratu Balqi>s
pada saat itu dalam waktu singkat. ‘Ifri>t juga menjamin bahwa dia dapat dipercaya dalam
melaksanakan tugas tersebut.

Al-Ma>wardi> dalam tafsirnya menjalaskan bahwa yang dimaksud dengan al-ami>n dalam
ayat tersebut ada tiga pendapat, yaitu: 1) dia dapat dipercaya menjaga permata dan berlian
yang terdapat dalam istana tersebut, 2) dia dapat dipercaya mendatangkan istana tersebut dan
tidak menggantinya dengan istana lain, 3) dia dapat dipercaya menjaga kehormatan ratu
balqi>s.[38][38]

Namun mayoritas ulama tafsir menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan al-ami>n dalam
ayat tersebut adalah jaminan kepercayaan yang diberikan oleh ‘Ifri>t untuk membawa istana
seperti sedia kala tanpa ada perubahan, pengurangan atau penambahan, khususnya yang
terkait dengan isi singgasana.

4. Manusia

Dalam al-Qur’an, manusia satu-satunya makhluk yang dicela karena menerima amanah dari
Allah swt. pada saat makhluk lain menolaknya ketika ditawarkan kepadanya.

‫ض َو ْال ِجبَا ِل فَأَبَ ْينَ أَ ْن يَحْ ِم ْلنَهَا َوأَ ْشفَ ْقنَ ِم ْنهَا َو َح َملَهَا اإْل ِ ْن َسانُ إِنَّهُ َكانَ ظَلُو ًما َجهُواًل‬
ِ ْ‫ت َواأْل َر‬
ِ ‫إِنَّا َع َرضْ نَا اأْل َ َمانَةَ َعلَى ال َّس َما َوا‬.

Terjemahnya: “Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat


kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu
dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”.[39][39]

Al-Biqa>’i ketika menafsirkan ayat di atas mengatakan bahwa yang dimaksud al-insa>n
adalah mayoritas manusia, bukan setiap individu manusia. Oleh karena itu, manusia yang

28
khianat terhadap amanah jauh lebih banyak dari pada yang memegang amanah, karena nafsu
manusia pada dasarnya penuh dengan kekurangan dan keinginan. Oleh sebab itu, Allah swt.
menyifati manusia dengan z}alu>m jahu>l agar manusia tidak sekedar melihat sifatnya yang
al-ins/jinak dan ramah, al-‘isyq/keinginan yang kuat, al-‘aql/akal fikiran dan al-
fahm/pemahaman sehingga seakan tidak memiliki kekurangan.[40][40]

C. Sikap Al-Qur’an terhadap Amanah

Untuk melihat seberapa penting amanah dalam kehidupan sehari-hari, maka penting
menjelaskan sikap al-Qur’an terhadap amanah. Sikap al-Qur’an ketika menjelaskan ayat-ayat
amanah dapat dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu:

E.Hikmah berprilaku amanah

Orang yang berbuat baik kepada orang lain sesungguhnya ia telah berbuat baik kepada diri
sendiri. Begitu juga sikap amanah memiliki dampak positif bagi diri sendiri, di antaranya:
Kita akan dipercaya orang lain. Ini merupakan modal yang sangat berharga dalam kehidupan
sosial. Orang lain akan memberikan pandangan simpati. Mendorong kesuksesan dalam
kehidupan. Allah SWT akan memberikan kemudahan dalam menjalankan kehidupan.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman dalam surat al - Anfal (8) : 27, "Wahai orang-orang
yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu
mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui."

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam diberi gelar al-amin karena amanah dan tanggung
jawabnya yang sungguh mulia. Bahkan sebelum Rasulullah memulai hijrah ke Madinah,
orang - orang kafir Quraisy yang saat itu ingin menangkap Rasulullah, mereka menitipkan
barang - barangnya.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun orang-orang kafir Quraisy menentang ajaran Allah,
tetapi mereka tetap mempercayai Rasulullah sebagai manusia yang sangat menjaga
amanahnya.

Manusia yang mengingkari atau tidak menjalankan amanahnya disebut khianat. Dan diantara
tanda-tanda orang munafik adalah apabila ia diberi amanah, maka diingkari.

29
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Tiga tanda munafik adalah jika berkata ia
dusta; jika berjanji ia mengingkari; dan ketika diberi amanat, maka ia ingkar” (HR. Bukhari
no. 33 dan Muslim no. 59).

Sebagai muslim yang taat, sudah sepatutnya menjalankan apa yang diperintahkan karena
segala sesuatu yang ada pada diri manusia akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat dibuat beberapa poin-poin
penting sebagai kesimpulan sebagai berikut:

1. Amanah adalah kepercayaan yang diberikan oleh Allah swt. atau makhluk lain untuk
dilaksanakan oleh orang yang diberi amanah, baik dari kalangan malaikat, jin dan manusia,
atau bahkan alam semesta. Namun karena amanah sangat berat dilaksanakan dan dijaga
sehingga harus diberikan kepada orang yang profesional di bidang tersebut.

2. Amanah dilihat dari segi objek yang mendapatkan amanah, dapat diklasifikasi dalam
beberapa bagian, yaitu amanah bagi para nabi dan hal tersebut yang paling banyak disebutkan
dalam al-Qur’an karena amanah merupakan sifat wajib bagi para rasul, amanah bagi
malaikat, khususnya pembawa wahyu yaitu Jibri>>l as., amanah bagi jin yang hidup pada
masa Nabi Sulaiman, amanah bagi manusia secara umum dalam melaksanakan hal-hal yang
terkait dengan kewajiban kepada Allah swt., sesama manusia dan kepada dirinya sendiri,
bahkan ada amanah yang diberikan kepada wilayah/kampung yaitu kota Mekah.

3. Amanah juga dapat dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu amanah dalam bentuk
pekerjaan yang mencakup semua bentuk pekerjaan yang dipercayakan kepada seseorang,
baik dari Allah swt. maupun dari sesama manusia. Dan amanah dalam bentuk hukum yang
sebenarnya juga merupakan pekerjaan, akan tetapi khusus disebutkan karena menjadi asas
pemerintahan yang Islami.

30
4. Sikap al-Qur’an terhadap amanah terlihat dari perintah Allah swt. kepada manusia
untuk menunaikan amanah tersebut. Perintah tersebut menggunakan fi’il amr, fi’il mud}a>ri’
dan isim yang menunjukkan betapa amanah tersebut harus dijaga dan dilaksanakan, bahkan
al-Qur’an tidak cukup sekedar memerintahkan akan tetapi juga melarang khianat terhadap
amanah, bahkan khianat terhadap amanah sejajar dengan khianat terhadap Allah dan rasul-
Nya.

DAFTAR PUSTAKA

31
https://kumparan.com/berita-hari-ini/pengertian-amanah-dan-contohnya-dalam-ajaran-islam-
1vNVzmNEVM0/full
https://atikasalma55.wordpress.com/2012/12/18/makalah-tentang-sifat-amanah-menurut-al-
quran/
https://www.pelajaran.co.id/2019/03/pengertian-amanah-macam-jenis-contoh-sikap-dan-
perilaku-amanah.html

http://www.dakwatuna.com/2011/11/14/16463/perintah-menunaikan-amanah-bagian-ke-
1/#ixzz4SA5XdHO3.

32
MAKALAH
TAHARAH ( SEMUA BERSIH,HIDUP JADI NYAMAN)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

MATA KULIAH PENGEMBANGAN MATERI PAI DASAR 2

Dosen Pengampu : Ana Rosilawati,S.Ag.,M.Ag.

Disusun Oleh :

SELAMAT SETIYO : 11901144

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

TAHUN 2021

33
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
kekuatan lahir bathin makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga
dilimpahkan-Nya kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini membahas tentang “TAHARAH ( SEMUA BERSIH,HIDUP JADI


NYAMAN)” yang menjadi tugas bagi mahasiswa IAIN Pontianak dalam mata kuliah
PENGEMBANGAN MATERI PAI DASAR 2 pada Prodi Pendidikan Agama Islam yang
dibimbing oleh IBU Ana Rosilawati,S.Ag.,M.Ag. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih terdapat kekurangan dan kekhilafan. Oleh karena itu kepada semua pembaca dan pakar
dimohon saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Kepada semua pihak yang telah memberikan saran dan kritik demi sempurnanya
makalah ini, ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Amin yan Rabbal ‘Alamin

Pontianak, 14 April 2021

34
Penyusun

Daftar Isi

Kata Pengantar................................................................................................................................... ii

Daftar Isi.............................................................................................................................................. iii

Bab I PENDAHULUAN

Latar Belakang........................................................................................................................ iv
Rumusan Masalah................................................................................................................... iv
Tujuan....................................................................................................................................... v

Bab II PEMBAHASAN

Pengertian Taharah.................................................................................................................. 1
Dalil Taharah........................................................................................................................... 2
Macam-macam Taharah…………………………………………………….……..2

35
Macam-macam Najis………………………………………………………………3
Tatacara Taharah……………………...…………………………………………...3
Hikmah Taharah…………………………………………….……………………..7

Bab III PENUTUP

Kesimpulan.............................................................................................................................. 8

Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Thaharah adalah hal yang sangat penting untuk diketahui, terutama dalam beribadah,
seperti halnya shalat. Thaharah menjadi syarat sahnya shalat. Jadi ketika hendak shalat
diharuskan suci badannya, tempatnya, serta suci dari hadast kecil dan hadast besar. Jika tidak
maka shalatnya tidak sah. Banyak sekali hikmah yang terkandung dalam thaharah. Kita

36
sebagai orang islam tentunya harus tahu bahkan wajib untuk mengetahui cara-cara bersuci,
karena suci adalah dasar ibadah bagi orang islam. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak
tidak lepas dari hal kotor ataupun najis, sehingga kita harus mensucikan diri terlebih dahulu
sebelum beribadah, baik dengan cara berwudlu’, mandi, ataupun bertayammum. Kalau kita
melihat secara teliti hamper seluruh kitab-kitab fiqih didahului dengan pembahasan tentang
thaharah. Dari hal ini kita dapat mengetahui bahwa betapa pentingnya tharah dalam
kehidupan sehari-hari. Namun meskipun menjadi hal yang mendasar, masih banyak orang
muslim yang tidak begitu mengerti tentang thaharah, najis, serta macam-macam air yang
dapat digunakan untuk bersuci. Semoga dengan makalah ini bisa membuat para pembaca
lebih memahami tentang thaharah.

B.Rumusan Masalah

1.Apa Pengertian Taharah ?

2.Apa Dalil Taharah ?

3.Apa Saja Macam-Macam Taharah ?

4.Apa Saja Macam-macam Najis ?

5.Bagaimana Tata cara Taharah ?

6.Apa Hikmah Taharah ?

C.Tujuan

1.Mengetahui Pengertian Taharah ?

2.Mengetahui Dalil Taharah ?

3.Mengetahui Macam-Macam Taharah ?

4.Mengetahui Macam-macam Najis ?

5.Mengetahui Tata cara Taharah ?

37
6.Mengetahui Hikmah Taharah ?

38
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Taharah
Thaharah menurut bahasa ialah bersih dan bersuci dari segala kotoran,
baik yang nyata seperti najis, maupun yang tidak nyata seperti aib. Menurut istilah
para fuqaha’ berarti membersihkan diri dari hadas dan najis, seperti mandi
berwudlu dan bertayammum.
Adapun thaharah menurut istilah syara’ adalah membersihkan segala
sesuatu yang menghalagi sahnya shalat, baik dari hadats atau najis dengan
menggunakan air atau yang lainnya, atau dengan menggunakan debu.
Suci dari hadats ialah dengan mengerjakan wudlu, mandi dan tayammum. Suci
dari najis ialah menghilangkan najis yang ada di badan, tempat dan pakaian.

‫ق َوا ْم َسحُوْ ا بِ ُرءُوْ ِس ُك ْم َواَرْ ُجلَ ُك ْم اِلَى‬ ِ ِ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا قُ ْمتُ ْم اِلَى الص َّٰلو ِة فَا ْغ ِسلُوْ ا ُوجُوْ هَ ُك ْم َواَ ْي ِديَ ُك ْم اِلَى ْال َم َراف‬
‫ضى اَوْ ع َٰلى َسفَ ٍر اَوْ َج ۤا َء اَ َح ٌد ِّم ْن ُك ْم ِّمنَ ْالغ َۤا ِٕٕىِـ ِط اَوْ ٰل َم ْستُ ُم النِّ َس ۤا َء‬ ٓ ٰ ْ‫ْال َك ْعبَ ْي ۗ ِن َواِ ْن ُك ْنتُ ْم ُجنُبًا فَاطَّهَّرُوْ ۗا َواِ ْن ُك ْنتُ ْم َّمر‬
‫هّٰللا‬
‫ج و َّٰل ِك ْن‬
ٍ ‫طيِّبًا فَا ْم َسحُوْ ا بِ ُوجُوْ ِه ُك ْم َواَ ْي ِد ْي ُك ْم ِّم ْنهُ ۗ َما ي ُِر ْي ُد ُ لِيَجْ َع َل َعلَ ْي ُك ْم ِّم ْن َح َر‬ َ ‫ص ِع ْيدًا‬ َ ‫فَلَ ْم ت َِج ُدوْ ا َم ۤا ًء فَتَيَ َّم ُموْ ا‬
َ‫ي ُِّر ْي ُد لِيُطَهِّ َر ُك ْم َولِيُتِ َّم نِ ْع َمتَهٗ َعلَ ْي ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُوْ ن‬
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan
salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu
junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali
dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak
memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah
wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu,
tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya
bagimu, agar kamu bersyukur. ( QS.Al-Maidah Ayat:6).

Taharah merupakan anak kunci dan syarat sah salat. Dalam kesempatan
lain Nabi SAW juga bersabda:
ْ َّ‫ َوت َْحلِ ْيلُ َها الت‬،‫ َوت َْح ِر ْي ُم َها التَّ ْكبِ ْي ُر‬،ُ‫صاَل ِة أَلطََّ َها َرة‬
‫سلِ ْي ُم‬ ُ ‫ ِم ْفت‬:‫قال عليه الصالة والسالم‬
َّ ‫َاح ال‬
“Nabi Bersabda: Kuncinya shalat adalah suci, penghormatannya adalah takbir dan
perhiasannya adalah salam.”

B.Dalil Taharah

َ‫اِنَ هللاَ ي ُِحبُ التَ َوابِ ْينَ َويُ ِحبُ ْال ُمتَطَ ِه ِر ْين‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
menyucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)

َ ‫اَل يُ ْقبَ ُل هللاِ ال‬


‫صاَل ةَ بِ َغي ِْر طَهُوْ ُر‬

Artinya: “Allah tidak akan menerima shalat yang tidak dengan bersuci.” (HR.
Muslim)

Sebagaiman telah dijelaskan sebelumnya bahwa, thaharah merupakan kegiatan


bersuci dari najis maupun hadas.untuk mengetahui mana yang dimaksud dengan
najis dan mana yang dimaksud dengan hadas. Maka dari itu, di bawah ini akan
dibahas mengenai najis dan hadas.

C.Macam-macam Taharah

Thaharah dalam islam dibagi menjadi 2, yakni :


1) Ma’nawiyah yakni membersihkan hati dari noda-noda dosa.
2) Hissiyah yakni membersihkan anggota badan, yang terbagi menjadi 2 yaitu
bersuci dari hadas dan bersuci dari khabat atau najis.

40
a) Bersuci dari hadast. Dalam hal ini dibagi menjadi 2 hadas kecil dan hadas
besar. hadas kecil seperti Mengeluarkan sesuatu dari dubur atau kubulnya,
mengeluarkan madzi/ wadi, menyentuh kemaluan tanpa alas, tidur nyenyak
dengan posisi miringtanpa alas. sedangkan hadas besar seperti mengeluarkan mani
atau sperma, hubungan kelamin, serta terhentinya haid atau nifas.
b) Bersuci dari khabat atau najis Khabat (kotoran atau najis) adalah segala sesuatu
yang membuat kita tidak boleh mendirikan sholat.Adapun bersuci dari khabats
adalah menghilangkan kotoran atau najis yang ada pada badan, pakaian maupun
tempat.

D. Macam-macam najis:

(a) Najis mukhoffafah (najis ringan) Ialah najis yang cara menghilangkannya
cukup dengan memercikan air pada tempat yang terkena najis. Contoh: air
kencing bayi laki-laki yang hanya menyusu air susu ibunya.
(b) Najis mutawasitoh (najis sedang) Najis ini terbagi menjadi 2 yaitu najis
hukmiah dan najis ainah
(c) Najis mugholadoh (najis berat) Ialah najis yang cara menghilangkannya harus
dicuci dengan menggunakan air sebanyak tujuh kali dan salah dari padanya
dicampur dengan debu atau tanah yang suci. Najis semacam ini hanya ada satu
jenis saja yaitu badan, pakaian atau bejana yang terkena jilatan anjing.

E.Tata Cara Taharah


a. Wudlu
1) Pengertian Wudlu
Wudlu secara bahasa berarti keindahan dan kecerahan. Sedangkan menurut
istilah syara’ bersuci dengan air dalam rangka menghilangkan hadats kecil yang
terdapat pada wajah, kedua tangan, kepala dan kedua kaki disertai dengan niat.

41
2) Rukun Wudlu
Antara lain:
a. Niat
b. Membasuh muka
c. Membasuh dua tangan sampai siku
d. Mengusap sebagian kepala
e. Membasuh kaki sampai mata kaki
f. Tertib, artinya urut.

3) Sunnah Wudlu
a. Membaca basmallah
b. Membasuh tangan sampai pergelangan terlebih dahulu
c. Berkumur-kumur
d. Membersihkan hidung
e. Menyela-nyela janggut yang tebal
f. Mendahulukan anggota yang kanan
g. Mengusap kepala
h. Menyela-nyela jari tangan dan jari kaki
i. Megusap kedua telinga
j. Membasuh sampai tiga kali
k. Berturut-turut
l. Berdo’a sesudah wudlu

4) Hal-hal yang membatalkan wudlu


a. Keluarnya sesuatu dari dua jalan
b. Tertidur dengan posisi tidak duduk yang tetap
c. Hilangnya akal (gila, pingsan, mabuk dan sebagainya)
d. Tersentuh kemaluan dengan telapak tangan
e. Tersentuhnya kulit laki-laki dengan kulit perempuan yang bukan muhrim
dan tidak beralas.

42
b. Mandi
1) Pengertian
Mandi dalam bahasa arab al ghuslu artinya mengalirkan alir pada apa saja.
Menurut pengertian syara’ berarti meratakan air yang suci pada seluruh tubuh
disertai dengan niat. Pengertian lain ialah mengalirkan air ke seluruh tubuh baik
yang berupa kulit, rambut, ataupun kuku dengan memakai niat tertentu. Mandi ini
ada yang hukumnya wajib dan ada yang sunnah.

2) Hal-hal yang mewajibkan mandi (mandi besar/ mandi wajib)


a) Hubungan suami istri
b) Mengeluarkan mani
c) Mati
d) Haid
e) Nifas
f) Wiladah (melahirkan)

3) Rukun mandi
a) Niat
b) Menghilangkan najis bila terdapat pada badannya
c) Meratakan air ke seluruh tubuh, baik berupa rambut maupun kulit

4) Sunnah mandi
a) Membaca basmallah
b) Berwudlu sebelum mandi
c) Menggosok badan dengan tangan
d) Menyela-nyela pada rambut yang tebal
e) Membasuh sampai tiga kali
f) Berturut-turut

43
g) Mendahulukan anggota yang kanan
h) Memakai basahan

c. Tayammum
1) Pengertian
Tayammum adalah salah satu cara bersuci, sebagai ganti berwudlu atau mandi
apabila berhalangan memakai air. (Imam Zarkasyi, 1995:20)
2) Syarat tayammum
a) Islam
b) Tidak ada air dan telah berusaha mencarinya, tetapi tidak bertemu
c)Berhalangan mengguankan air, misalnya karena sakit yang apabila menggunakan
air akan kambuh sakitnya
d) Telah masuk waktu shalat
e) Dengan debu yang suci
f) Bersih dari Haid dan Nifas

3) Rukun tayammum
a) Niat
b) Mengusap muka dengan debu dari tangan yang baru dipukulkan atau diletakkan
ke debu
c) Mengusap kedua tangan sampai siku, dengan debu dari tangan yang baru
dipukulkan atau diletakkan ke debu, jadi dua kali memukul.
d) Tertib

4) Sunnah tayammum
a) Membaca basmallah
b) Mendahulukan anggota kanan
c) Menipiskan debu di telapak tangan
d) Berturut-turut

44
5) Hal-hal yang membatalkan tayammum
a) Semua yang membatalkan wudlu
b) Melihat air, bagi yang sebabnya ketiadaan air
c) Karena murtad

d. Istinja’
Apabila keluar kotoran dari salah satu dua jalan, wajib istinja’ dengan air atau
dengan tiga buah batu, yang lebih baik mula-mula dengan batu atau sebagainya
kemudian diikuti dengan air. (Sulaiman Rasjid, 1981:37)
Adab buang air:
1) Sunnah mendahulukan kaki kiri ketika masuk ke dalam kamar mandi,
mendahulukan kaki kanan ketika keluar dari kamar mandi.
2) Tidak berbicara selama ada di dalam kamar mandi.
3) Memakai alas kaki.
4) Hendaklah jauh dari orang sehingga bau kotoran tidak sampai kepadanya.
5) Tidak buang air di air yang tenang.
6) Tidak buang air di lubang lubang tanah.
7) Tidak buang air di tempat perhentian.

E.Hikmah Taharah
1. Thaharah termasuk tuntutan fitrah.
2. Memelihara kehormatan dan harga diri orang Islam.
3. Memelihara kesehatan.
4. Menghadap Allah dalam keadaan suci dan bersih.
5. Thaharah berfungsi menghilangkan hadas dan najis juga berfungsi sebagai
penghapus dosa kecil dan berhikmah membersihkan kotoran indrawi.

45
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Kebersihan yang sempurna disebut thaharah, merupakan masalah yang
sangat penting dalam beragama dan menjadi pangkal dalam beribadah yang
menghantarkan manusia berhubungan dengan Allah SWT. Tidak ada cara bersuci
yang lebih baik dari pada cara yang dilakukan oleh syarit Islam, karena syariat
Islam menganjurkan manusia mandi dan berwudlu. Walaupun manusia masih
dalam keadaan bersih, tapi ketika hendak melaksanakan sholat dan ibadah-ibadah
lainnya yang mengharuskan berwudlu, begitu juga dia harus pula membuang

46
kotoran pada diri dan tempat ibadahnya dan mensucikannya karena kotoran itu
sangat menjijikkan bagi manusia

DAFTAR PUSTAKA

Ai Qahthani, Dr. Said bin Ali bin Wahb. 2004. Thaharah Nabi, Tuntunan
Bersuci Lengkap. Yogyakarta. Media Hidayah

http://annaba.sch.id/?p=1187#:~:text=Thaharah%20menurut%20bahasa
%20adalah%20bersih,tepat%20itu%20terbebas%20dari%20ketoran.

https://sites.google.com/site/yusminpadanggalosblancos/about-islam/bersuci-atau-
thahara-dalam-

Sa’di Adil. 2006. Fiqhun Nisa Thaharah dan Sholat. (Bandung: PT Mizan
Publika)

Dr.Yusuf Al-Qaradhawi, Fiqih thaharah, (jakarta:pustaka al-kautsar,2004)

Muhammad bagir al-habsyi, fiqih praktis, (bandung:media utama{mmu})

Muhammad jawad mughaniyah, fiqih lima madzab, (jakarta:pt lentera basri tama)

47
MAKALAH
INDAHNYA KEBERSAMAAN SHOLAT BERJAMAAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

MATA KULIAH PENGEMBANGAN MATERI PAI DASAR 2

Dosen Pengampu : Ana Rosilawati,S.Ag.,M.Ag.

48
Disusun Oleh :

Ramadhan Ansyahri : 11901077

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

TAHUN 2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita semua, shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada rasulullah SAW. Yang telah berkenan memberi petunjuk dan kekuatan
kepada saya sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul: “
INDAHNYA KEBERSAMAAN SHALAT BERJAMAAH”.

49
Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi-materi yang ada.
Materi-materi bertujuan agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan
mahasiswa dalam belajar agama islam, serta mahasiswa juga dapat memahami
pengertian dan tata cara shalat.

Mudah-mudahan dengan mempelajari makalah ini, para mahasiswa akan


mampu mengamalkan isi dari makalah ini.

Pontianak, 17 April 2021

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang...................................................................................................1

50
2. Rumusan
Masalah...............................................................................................2
3. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian shalat berjamaah.............................................................................3
B. Dasar perintah shalat berjama’ah.....................................................................3
C. Fadhilah shalat berjama’ah...............................................................................3
D. Cara gerakan shalat berjama’ah dan masbuk...................................................3
E. Hikmah shalat berjama’ah................................................................................6
BAB III PENUTUP
Kesimpulan.......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA

51
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Shalat berjama’ah itu adalah wajib bagi tiap-tiap mukmin laki-laki, tidak ada
keringanan untuk meninggalkannya terkecuali ada udzur (yang dibenarkan dalam agama).
Hadits-hadits yang merupakan dalil tentang hukum ini sangat banyak, di antaranya:
Dari Abu Hurairah radhiallaahu anhu, ia berkata, Telah datang kepada Nabi
shallallaahu alaihi wasallam seorang lelaki buta, kemudian ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku
tidak punya orang yang bisa menuntunku ke masjid, lalu dia mohon kepada Rasulullah
shallallaahu alaihi wasallam agar diberi keringanan dan cukup shalat di rumahnya.’ Maka
Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam memberikan keringanan kepadanya. Ketika dia
berpaling untuk pulang, beliau memanggilnya, seraya berkata, ‘Apakah engkau mendengar
suara adzan (panggilan) shalat?’, ia menjawab, ‘Ya.’ Beliau bersabda, ‘Maka hendaklah kau
penuhi (panggilah itu)’. (HR. Muslim)

HR. Muslim dan Muttafaq “alaih adalah dua dari sekian banyak sabda Rasulullah
shallallaahu alaihi wasallam yang meneggaskan bahwa sholat itu amatlah penting terutama
sholat berjamaah. Tetapi dewasa ini umat islam tidak terlalu memperdulikan panggilan adzan
yang terdengar di telinganya. Banyak alasan yang didapat dari hal tersebut, salah satunya
adalah kurangnya pengetahuan umat isalam akan dalil-dalil sholat berjamaah. Maka dari itu
penulis membuat makalah “DALIL SHOLAT BERJAMAAH” yang insyallah akan
membantu pembaca dan meberikan pengetahuan akan pentingnya sholat berjamaah.

B. Rumusan Masalah
Berdaasarkan latar belakang tersebut, masalah-masalah yang di bahas dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud shalat berjamaah?
2. Bagaimana tata cara shalat berjamaah?
3. Apa saja hikmah shalat berjamaah?

C. Tujuan
Adapun tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Mahasiswa bisa lebih mengerti tentang shalat berjamaah
2. Mahasiswa bisa mempraktekkan shalat berjamaah.

BAB II
PEMBAHASAN

(SHALAT BERJAMAAH)

A. Pengertian Shalat Berjamaah


Shalat berjamaah adalah shalat yang dilakukan secara bersama-sama oleh dua orang atau
lebih, salah seorang di antara mereka menjadi imam dan yang lain sebagai makmum, dengan
aturan serta kaifiat yang tertentu.

53
B. Dasar Perintah shalat berjamaah
Sebagaimana firman Alllah:

۟ ‫وا ٱل َّز َك ٰوةَ َوٱرْ َكع‬


َ‫ُوا َم َع ٱل ٰ َّر ِك ِعين‬ ۟ ُ‫صلَ ٰوةَ َو َءات‬ ۟ ‫َوأَقِي ُم‬
َّ ‫وا ٱل‬
Artinya: dan dirikanlah shalat, bayar lah zakat dan ruku’ lah bersama orang-orang yang
ruku’. “(Al-baqarah: 43).

C. Fadilah Shalat Berjamaah


Sesuai dengan sabda Nabi SAW:

‫ { رواه‬.ً‫صاَل ِة ْالفَ ِّذ بِ َسب ِْع َو ِع ْشـ ِر ْينَ َد َر َجـ ة‬ َ ‫صاَل ةُ ْال َج َما َع ِة تَ ْف‬
َ ‫ض ُل َعلَى‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ‫ع َِن ا ْب ِن ُع َم َر قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬
}‫البخا ري و مسلم‬
Artinya: “dari Ibnu Umar RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda: shalat berjamaah itu
melebihi keutamaan shalat sendirian, dengan dua puluh tujuh derajat”. (HR.Bukhari).

D. Cara Gerakan Shalat Berjamaah dan Masbuk (tertinggal)


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh imam dan makmum ketika shalat
berjamaah, sebagai berikut:

1. Apabila shalat telah di iqomatkan, maka datangilah dengan tenang.


Sesuaai dengan sabda nabi saw yang artinya: “dari Abu Hurairah ra, bahwa nabi SAW
bersabda: apabila kamu teah mendengar qomat, maka berjalan lah mendatangi shalat dan
hendaklah berjalan dengan tenang dan tentram dan jangan terburu-buru. Maka apabila kamu
dapat menyusul, shalat lah mengikuti imam, sedang yang sudah tertinggal, maka
sempurnakanlah”. (HR.Bukhari Muslim).
2. Hendaklah salah seorang diantara kamu menjadi imam
Sebagaimana sabda Nabi saw yang artinya: “dari Abu said, ia berkata bahwa rasululla
SAW bersabda: apabila ada tiga orang hendaklah salah seorang diantara mereka menjadi
imam, dan yang lebih berhak menjadi imam adalah yang lebih ahli membaca alquran.
(Ahmad, Muslim dan Nasa’i).
3. Orang buta boleh menjadi imam.

54
Sebagaimana sabda Nabi saw yang artinya: “dari Anas bahwa Nabi SAW
menguasakan kepad Ibnu Maktum atas madinah dua kali mengimani mereka, padahal dia
buta”. (HR. Ahmad dan Abu Daud)
4. Jika makmum hanya seorang, berdirilah disebelah kanan imam.
Sebagaimana sabda Nabi SAW yang artinya: “dari Jabir bin Abdullah yang berkata,
bahwa pada suatu ketika nabi saw shalat magrib, maka sayang datang lalu berdiri di sebelah
kirinya, maka beliau mencegah akudan menjadikan aku disebelah kanannya. Kemudian
datang temanku, maka kami berbaris dibelakangnya”. (HR. Abu Daud).
5. Hendaklah meluruskan dan merapatkan barisan.
Sebagaimana sabda Rasulullaah saw yang artinya: “dari Anas bahwa nabi SAW
ersabda: ratakanlah shafmu, karena merapatkan shaft itu termasuk sebagian dari
kesempurnaan shalat”. (HR. Bukhori muslim).
6. Isilah shaf (barisan) yang kosong.
Sebagaimana sabda Rasulullaah saw yang artinya: “dari annas,bahwa rasullah saw
brsabda : penuhilah dulu saf yang pertama kemudian saf berikutnya.hendaklah saf yang tidak
penuh itu saf yang di belangkang”(hr.ahmad,abu daut,nasai,dan ibnu maja ).
7. Saf wanita,letaknya dibelakang saf pria,
Sebagai mana sabda nabi saw yang artinya: “dari ibnu abas yang berkata : saya sholat
disamping nabi saw sedangkan aisa bersama kami dia sholat dibelakang dan aku disisi nabi” .
(hr.ahmad dan nasa’i).
8. Kemudian,apabilah imam betakbir,maka betakbirlah jangan mendahului, atau kita harus
mengikuti imam .
sebagai mana sabda nabi saw yang artinya: “dari abu hurairah,bahwa rasullah saw
sumgguh bahwa imam itu diangkat untuk diikuti.oleh karenanya apabila dia betakbir,maka
takbirlah kamu dan jangan lah kamu betakbir hingga ia bertakbir.dan apabila dia dia telah
ruku’,maka rukuklah kamu dan jangan kau ruku hingga ia ruku “.dan apabila dia bersujut
maka sujutlah kamu ,dan jangan kau bersujut hingga dia bersujut”.(hr.ahmad dan abu daut)
9. Baca imam jangan panjang panjang.
Sebagai mana sabda nabi saw yang artinya: “jika salah seorang diantara mu sholat
dengan orang banyak,maka hendalah diringgankannya,karena diantara mereka ,ada yang
lemah,sakit atau tua . adaun jika ia sholat sendirian bolehlah dipanjangkannya sekendak
hatinya”.(hr.jamaah).
10. Hendalah memperhatikan baca imam.

55
Makmum hendalah memperhatikan bacaan dan gerakkn imam . seandainya imam
salah atau lupa tentang bacaan dan gerakkan di saat sholat,makmum dapat meneggur dengan
bertasbih dengan laki laki dan bertepuk tanggan bgi perempuan.
Sebaimana sabda nabi saw yang artinya: “barang siapa yang tergangangung oleh
sesuatu dala sholatnya,hendaklah ia mengucapkan “subhanaullah”.bertepuktanggan untuk
kaum wanita,sedangkan tasbih untuk kaum lelaki”.(hr.ahmad,abu daut dan nasa’i).
11. Jika imam telah membaca “walladha-dhallin”maka bacalah “amin”.
Sebagaimana sabda nabi saw yang artinya: “Dari abu hurairah RA, bahwa rasallah
saw bersabda bahwa imam telah membaca “Ghairah Maghdlubi Alaihim walladha-dhallin”,
maka membaca “Amin”, sesungguh malaikat membaca “Amin” bersama-sam dengan imam
membaca “amin”. Barang siapa membaca bersama para malaikat, nisca diampuni dosa-
dosanya yang telah lampau “. (HR. Ahmad dan Nasa’i)
12. Hendaklah imam mengeraskan takbir intiqal.
Sebagaimana sabda nabi saw yang artinya: “Dari Said Ibnu Haris, berkata : Abu Said
bersholat menjadi imam kita, maka membaca takbir dengan nyaring takala menangkat
kepalany bangun dari sujud, ketika akan sujud, ketika bangun, dan ketika berdiri dari dua
rakaat. Selanjutnya dikatakan demikianlah aku melihat rasallah saw. (HR. Bukhoiri dan
Ahmad).
13. Jika kamu menjumpai imam telah sholat maka bertakbirlah lalu mengikuti pegerakan imam
dan jangan hitung rakaatnya, kecuali mendapatkan rukuk.
Sebagaimana sabda nabi saw yang artinya: “Dari Abu Khoirah, bahwa saw bersabda :
apabila kamu datang untuk sholat (jamaah) padahal kita sedang sujud, maka sujudlah dan
jangan kamu menghitungnya satu rakaat dan barang siapa yang menjumpai rukuknya imam,
berarti dia menjumpai sholat (rakaat sempurna)”. (HR. Abu Daud, Hakim dan Ibnu
Khuzaima).
14. Kemudian sempurnakanlah sholatmu setelah imam bersalam.
15. imam menghadap makmu atau ke arah sebelah kanan.
Sebagaimana sabda nabi saw yang artinya: “Dari Samura berkata : adalah nabi saw,
apabila telah mengerjakan sholat, beliau menghadapkan mukanya kepada kita. (HR.
Bukhoirah).

E. Hikmah Sholat Berjamaah


Beberapa hikmah dalam melaksanakan shalat berjamaah:
1. Allah telah mensyariatkan pertemuan bagi umat ini pada waktu-waktu tertentu.

56
Ada yang dilaksanakan secara berulang kali dalam sehari semalam, yaitu shalat lima
waktu dengan berjamaah di masjid. Ada juga pertemuan yang dilaksanakan sekali dalam
sepekan, yaitu shalat Jum'at. Ada juga yang dilangsungkan setelah pelaksanaan ibadah yang
agung, dan terulang dua kali setiap tahunnya. Yaitu Iedul Fitri sesudah pelaksanaan ibadah
puasa Ramadlan dan Iedul Adha sesudah pelaksanaan ibadah Haji. Dan ada juga yang
dilaksakan setahun sekali yang dihadiri umat Islam dari seluruh penjuru negeri, yaitu wukuf
di Arafah. Semua ini untuk menjalin hubungan persaudaraan dan kasih sayang sesama umat
Islam, juga dalam rangka membersihkan hati sekaligus dakwah ke jalan Allah, baik dalam
bentuk ucapan maupun perbuatan.
2. Sebagai bentuk ibadah kepada Allah melalui pertemuan ini dalam rangka memperoleh
pahala dari-Nya dan takut akan adzab-Nya.
3. Menanamkan rasa saling mencintai. Melalui pelaksanaan shalat berjamaah, akan saling
mengetahui keadaan sesamanya.
Jika ada yang sakit dijenguk, ada yang meninggal di antarkan jenazahnya, dan jika ada
yang kesusahan cepat dibantu. Karena seringnya bertemu, maka akan tumbuh dalam diri
umat Islam rasa cinta dan kasih sayang.
4. Ta'aruf (saling mengenal).
Jika orang-orang mengerjakan shalat secara berjamaah akan terwujud ta'aruf. Darinya
akan diketahui beberapa kerabat sehingga akan tersambung kembali tali silaturahim yang
hampr putus dan terkuatkan kembali yang sebelumnya telah renggang. Dari situ juga akan
diketahui orang musafir dan ibnu sabil sehingga orang lain akan bisa memberikan haknya.
5. Memperlihatkan salah satu syi'ar Islam terbesar.
Jika seluruh umat Islam shalat di rumah mereka masing-masing, maka tidak mungkin
diketahui adanya ibadah shalat di sana.
6. Memperlihatkan kemuliaan kaum muslimin.
Yaitu jika mereka masuk ke masjid-masjid dan keluar secara bersamaan, maka orang
kafir dan munafik akan menjadi ciut nyalinya.
7. Memberi tahu orang yang bodoh terhadap syariat agamanya.
Melalui shalat berjamaah, seorang muslim akan mengetahui beberapa persoalan dan
hukum shalat yang sebelumnya tidak diketahuinya. Dia bisa mendengarkan bacaan yang bisa
dia petik manfaat sekaligus dijadikan pelajaran. Dia juga bisa mendengarkan beberapa bacaan
dzikir shalat sehinga lebih mudah menghafalnya. Dari sini, orang yang belum mengetahui
tentang syariat shalat, khususnya, bisa mengetahuinya.

57
8. Memberikan motifasi bagi orang yang belum bisa rutin menjalankan shalat berjamaah,
sekaligus mengarahkan dan membimbingnya seraya saling mengingatkan untuk membela
kebenaran dan senantiasa bersabar dalam menjalankannya.
9. Membiasakan umat Islam untuk senantiasa bersatu dan tidak berpecah belah. Dalam
berjamaah terdapat kekuasaan kecil, karena terdapat imam yang diikuti dan ditaati secara
tepat.
Hal ini akan membentuk pandangan berIslam secara benar dan tepat tentang pentingnya
kepemimpinan (imamah atau khilafah) dalam Islam.
10. Membiasakan seseorang untuk bisa menahan diri dari menuruti kemauan egonya.
Ketika dia mengikuti imam secara tepat, tidak bertakbir sebelum imam bertakbir, tidak
mendahului gerakan imam dan tidak pula terlambat jauh darinya serta tidak melakukan
gerakan bebarengan dengannya, maka dia akan terbiasa mengendalikan dirinya.
11. Membangkitkan perasaan orang muslim dalam barisan jihad.
sebagaimana yang Allah firmankan,

ٌ َ‫صفًّا َكأَنَّهُ ْم بُ ْني‬


ٌ‫ان َمرْ صُوص‬ َ ‫إِ َّن هَّللا َ يُ ِحبُّ الَّ ِذينَ يُقَاتِلُونَ فِي َسبِيلِ ِه‬
Artinya: "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya
dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun
kokoh." (QS. Ash Shaff: 4)
12. Orang yang mengerjakan shalat lima waktu dengan berjamaah dan membiasakan diri untuk
berbaris rapi, lurus dan rapat, akan menumbuhkan dalam dirinya kesetiaan terhadap
komandan dalam barisan jihad sehingga dia tidak mendahului dan tidak menunda perintah-
peritnahnya.
13. Menumbuhkan perasaan sama dan sederajat dan menghilang status sosial yang terkadang
menjadi sekat pembatas di antara mereka.
Di sana, tidak ada pengistimewaan tempat bagi orang kaya, pemimpin, dan penguasa.
Orang yang miskin bisa berdampingan dengan yang kaya, rakyat jelata bisa berbaur dengan
penguasa, dan orang kecil bisa duduk berdampingan dengan orang besar. Karena itulah Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk menyamakan shaff (barisan) shalat. Beliau
bersabda, "janganlah kalian berselisih yang akan menyebabkan perselisihan hati-hati kalian."
(HR. Muslim)
14. Dapat terlihat orang fakir miskin yang serba kekurangan, orang sakit, dan orang-orang yang
suka meremehkan shalat.

58
Jika terlihat orang memakai pakaian lusuh dan tampak tanda kelaparan dan kesusahan,
maka jamaah yang lain akan mengasihi dan membantunya. Jika ada yang tidak terlihat di
masjid, akan segera diketahui keadaannya, apakah sakit atau meremehkan kewajiban shalat
berjamaah. Orang yang sakit akan dijenguk dan diringankan rasa sakit dan kesusahannya,
sedangkan orang yang meremehkan shalat akan cepat mendapat nasihat sehingga akan
tercipta suasana saling tolong menolong dalam kebaikan dan takwa.
15. Akan menggugah keinginan untuk mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
dan para shabatnya.
Melalui shalat berjamaah, umat Islam bisa membayangkan apa yang pernah dijalani
oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersama para shabatnya. Sang imam seolah
menempati tempat Rasulullah yang para jamaah seolah menempati posisi sahabat.
16. Berjamaah menjadi sarana turunnya rahmat dan keberkahan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.
17. Akan menumbuhkan semangat dalam diri seseorang untuk meningkatkan amal shalihnya
dikarenakan ia melihat semangat ibadah dan amal shalih saudaranya yang hadir berjamaah
bersamanya.
18. Akan mendapatkan pahala dan kebaikan yang berlipat ganda, sebagaimana yang disabdakan
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "shalat berjamaah itu lebih utama 27 derajat daripada shalat
sendirian." (HR. Muslim)
19. Menjadi sarana untuk berdakwah, baik dengan lisan maupun perbuatan. Berkumpulnya
kaum muslimin pada waktu-waktu tertentu akan mendidik mereka untuk senantiasa mengatur
dan menjaga waktu.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Shalat berjama’ah itu adalah wajib bagi tiap-tiap mukmin laki-laki, tidak ada
keringanan untuk meninggalkannya terkecuali ada udzur (yang dibenarkan dalam agama).

59
Hal yang diperhatikan oleh imam dan makmum ketika shalat berjamaah, sebagai
berikut:
1. Apabila shalat telah di iqomatkan, maka datangilah dengan tenang
2. Hendaklah salah seorang diantara kamu menjadi imam
3. Orang buta boleh menjadi imam.
4. Jika makmum hanya seorang, berdirilah disebelah kanan imam.
5. Hendaklah meluruskan dan merapatkan barisan
6. Isilah shaf (barisan) yang kosong.
7. Saf wanita,letaknya dibelakang saf pria
8. Kemudian,apabilah imam betakbir,maka betakbirlah jangan mendahului, atau kita harus
mengikuti imam
9. Baca imam jangan panjang panjang.
10. Hendalah memperhatikan baca imam
11. Jika imam telah membaca “walladha-dhallin”maka bacalah “amin”.
12. Hendaklah imam mengeraskan takbir intiqal
13. Jika kamu menjumpai imam telah sholat maka bertakbirlah lalu mengikuti pegerakan imam
dan jangan hitung rakaatnya, kecuali mendapatkan rukuk.
14. Kemudian sempurnakanlah sholatmu setelah imam bersalam
15. imam menghadap makmu atau ke arah sebelah kanan
Demikian yang dapat kami paparkan di materi ini. Kami berharap, teman-teman bisa
mengerti tentang materi ini dan memaklumi kekurangan kami dalam membuat makala tentan
shalat berjamaah.

60
DAFTAR PUSTAKA

Al-islam Kemuhammadiaan Universitas Muhammadiyah Palembang


https://m2.facebook.com/notes/laki-laki-muslim-sejati-adalah-yang-menegakkan-sholat-5-
waktu-di-masjid/manfaat-dan-hikmah-sholat-berjamaah/466459859498/?refsrc=http%3A
%2F%2Fwww.google.com%2Furl&_rdr, (diakses, 22-03-2015)
http://www.tayibah.com/eIslam/cara_solat_orang_sakit.php, (diakses, 22-03-2015)

MAKALAH
PENGEMBANGAN MATERI PAI

“SELAMAT DATANG WAHAI NABIKU KEKASIH ALLAH SWT”

DOSEN PENGAMPU : Ana Rosilawati, S.Ag., M.Ag.

61
Disusun Oleh

Kelompok 1 :

ROCY WAHYUDI ( 11901283 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PONTIANAK

2021

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakaaatuh


Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam yang telah memberikan taufiq, hidayah serta
inayah-Nya kepada kami sehingga kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini bisa berjalan
tanpa adanya hambatan yang di luar kemampuan.
Shalawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabib Agung kita Muhammad,
yang telah membawa risalah dari Allah terutama nabib yang telah membawa mu’jizat-Nya
yang berupa Al-Qur’an, yang dengannya bisa kita peroleh petunjuk dan segala macam ilmu.
Untuk yang selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada segenap rekan-rekan kami,
terutama kepada dosen kami yang telah memberi tugas dan bimbingan kepada kami, sehingga
dapat tersusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam makalah kami masih banyak terdapat kesalahan yang itu
memang kelemahan dari kami, untuk itu, kami mohon untuk diberikan kritik dan saran untuk
kemajuan kami khususnya dan rekan-rekan umumnya. Akhirnya kami berharap, makalah ini
semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

62
Sekadau, 17 Januari

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Nabi Muhammad saw. lahir pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awwal bertepatan dengan
tanggal 20 April 571 Masehi. Nabi Muhammad saw. lahir dalam keadaan yatim. Ayahnya,

63
Abdullah bin Abdul Muthalib wafat saat Nabi Muhammad saw. Masih berusia 6 bulan di
dalam kandungan ibunya, Siti Aminah. Saat bayi, Nabi Muhammad saw. diasuh oleh
Halimah Sa‘diyah dari Bani Saad, Kabilah Hawazin. Di perkampungan bani Saad inilah Nabi
diasuh dan dibesarkan sampai usia 5 tahun. Saat Nabi Muhammad saw. memasuki usia 6
tahun, ibunya wafat. Ia pun diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Kakeknya adalah seorang
pemuka Quraisy yang sangat disegani. Nabi Muhammad saw. mendapatkan kasih sayang dan
perhatian yang sangat besar dari sang kakek. Sayang, hanya dua tahun Nabi diasuh kakeknya.
Abdul Muthalib meninggal saat Nabi Muhammad saw. Berusia 8 tahun. Selanjutnya, Nabi
Muhammad saw. diasuh oleh pamannya, Abu Thalib sampai menginjak remaja.

Sejak diasuh oleh pamannya, Nabi Muhammad saw. berkembang sebagai seorang anak yang
mulai menginjak masa remaja. Di situlah Nabi Muhammad saw. diperkenalkan oleh
pamannya bagaimana cara menjalani hidup. Nabi Muhammad saw. mulai mencari pekerjaan
sebagai buruh di usianya yang baru sepuluh tahun agar dapat menghidupi dirinya sendiri.
Mulailah ia menjadi penggembala ternak milik orang lain di daerah gurun Mekah yang sangat
panas Ia makan dari tumbuhan liar yang terdapat di gurun. Di gurun pasir itulah ia
menghayati arti kehidupan. Kesulitan hidup, kesendirian, dan rasa tanggung jawab
menjadikannya lebih matang dari pada usianya.

BAB II
PEMBAHASAN

Kehadiran sang kekasih


Nabi Muhammad saw. lahir pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awwal bertepatan dengan
tanggal 20 April 571 Masehi. Nabi Muhammad saw. lahir dalam keadaan yatim. Ayahnya,
Abdullah bin Abdul Muthalib wafat saat Nabi Muhammad saw. Masih berusia 6 bulan di
dalam kandungan ibunya, Siti Aminah. Saat bayi, Nabi Muhammad saw. diasuh oleh
Halimah Sa‘diyah dari Bani Saad, Kabilah Hawazin. Di perkampungan bani Saad inilah Nabi
diasuh dan dibesarkan sampai usia 5 tahun.
Saat Nabi Muhammad saw. memasuki usia 6 tahun, ibunya wafat. Ia pun diasuh oleh
kakeknya, Abdul Muthalib. Kakeknya adalah seorang pemuka Quraisy yang sangat disegani.
Nabi Muhammad saw. mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang sangat besar dari sang

64
kakek. Sayang, hanya dua tahun Nabi diasuh kakeknya. Abdul Muthalib meninggal saat Nabi
Muhammad saw. Berusia 8 tahun. Selanjutnya, Nabi Muhammad saw. diasuh oleh
pamannya, Abu Thalib sampai menginjak remaja. Sejak diasuh oleh pamannya, Nabi
Muhammad saw. berkembang sebagai seorang anak yang mulai menginjak masa remaja. Di
situlah Nabi Muhammad saw. diperkenalkan oleh pamannya bagaimana cara menjalani
hidup. Nabi Muhammad saw. mulai mencari pekerjaan sebagai buruh di usianya yang baru
sepuluh tahun agar dapat menghidupi dirinya sendiri. Mulailah ia menjadi penggembala
ternak milik orang lain di daerah gurun Mekah yang sangat panas Ia makan dari tumbuhan
liar yang terdapat di gurun. Di gurun pasir itulah ia menghayati arti kehidupan. Kesulitan
hidup, kesendirian, dan rasa tanggung jawab menjadikannya lebih matang dari pada usianya.
Sang paman melihat kecerdasan dan kematangan keponakannya, maka pada usia 12 tahun,
Nabi Muhammad saw. diperkenalkan kepada ilmu perniagaan.. Nabi Muhammad saw. yang
masih remaja pun turut serta dalam pengelolaan ekonomi pamannya. Ia sudah ikut membawa
barang dagangan yang diambil dari majikannya, Siti Khadijah. Hampir 3 tahun Nabi
Muhammad saw. mengikuti pamannya untuk menjajakan barang dagangannya. Ketika
kafilah dagang mereka sampai di kota Basra di wilayah Syria Besar, seorang pendeta terkenal
di masa itu, Buhairah, menghampiri Abu Thalib dan mengatakan, “Aku mengenali anak
muda ini sebagai sosok yang kelak akan dinobatkan sebagai rahmat bagi semesta alam. Hal
ini telah tertulis jelas dalam kitab-kitab kami.” Buhairah selanjutnya menyarankan kepada
Abu Thalib, “Lindungi anak muda ini dari orang-orang Yahudi, lebih baik bawa ia kembali
ke Mekah.” Abu Thalib pun menuruti saran pendeta tersebut.
Pada usia 25 tahun, Nabi Muhammad saw. mulai berdagang sendiri tanpa bantuan
pamannya. Ia mengambil sendiri barang dagangannya dan memasarkannya. Ketika
berdagang, Nabi Muhammad saw. sangat jujur, tidak pernah membohongi para pembelinya.
Nabi tidak pernah mengambil keuntungan yang terlalu besar, selalu berkata sopan, ramah,
dan penuh kasih sayang.
Jadi, keberhasilan usaha dagang Nabi Muhammad saw. itu disebabkan oleh pribadi mulia
berikut ini.

1. Berpendirian teguh.
2. Memiliki semangat kerja yang tinggi.
3. Memiliki kejujuran yang luar biasa.
4. Menjunjung tinggi amanah atau kepercayaan yang diberikan orang lain.
5. Mampu menghadapi segala cobaan dan rintangan dalam perjalanan.
6. Menyamakan pelayanan terhadap para pembeli.
7. Memiliki sifat percaya diri.
8. Menampilkan keramahan dan kesopanan, serta kasih sayang kepada siapa saja.
9. Kejujuran, perilaku santun,
10. kesopanan berbicara, kerja keras,
11. dan kecerdasan Nabi Muhammad

65
12. saw. merebut hati setiap orang,
13. termasuk Siti Khadijah. Pertama-tama
14. ia meminta Nabi Muhammad saw.
15. untuk memasarkan barang dagangannya
16. ke Syria. Hasilnya luar biasa.
17. Itulah yang membuat Siti Khadijah
18. tertarik dan akhirnya menikah dengan
19. Nabi Muhammad saw. Mereka
20. dikaruniai 7 orang anak, yaitu: Ibrahim, Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah,
21. Ummi Kulsum dan Fatimah.

Nabi Muhammad saw diangkat menjadi rasul


Nabi Muhammad saw. merasakan keresahan atas perilaku yang dialami oleh
masyarakat Arab yang sudah jauh dari nilai-nilai kebenaran. Kemudian, Nabi Muhammad
saw. melakukan uzlah (mengasingkan diri) di Gua Hira. Hal ini dilakukan oleh beliau
berkali-kali. Maka tepat pada tanggal 17 Ramadan tahun ke-40 dari kelahirannya, Nabi
didatangi Jibril dan menerima wahyu pertama Q.S. al-Alaq/96: 1-5.
Allah ta’ala berfirman di dalam Al Qur`an surat Al ‘Alaq ayat 1 sampai 5:

‌َ َ‫اس ِم َربِّكَ الَّ ِذ ۡى خَ ل‬


ۚ‫ق‬ ۡ ِ‫ب‬ ‫اِ ۡق َر ۡا‬

ٍ َ‫ااۡل ِ ۡن َسانَ ِم ۡن َعل‬


‌ۚ‫ق‬ َ َ‫خَ ل‬
‫ق‬
‫ك ااۡل َ ۡك َر ۙ ُم‬ َ ُّ‫اِ ۡق َر ۡا َو َرب‬
‫الَّ ِذ ۡى عَلَّ َم بِ ۡالقَلَ ۙ ِم‬
ؕ ۡ‫َعلَّ َم ااۡل ِ ۡن َسانَ َما لَمۡ يَ ۡعلَم‬
Artinya :
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia,
Yang mengajar (manusia) dengan pena.
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

Wahyu per tama inilah yang menandakan bahwa Nabi Muhammad saw. dipilih dan diangkat
Allah Swt. Untuk menjadi utusan-Nya atau Rasul.
Setelah wahyu pertama ini Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama, sementara Nabi
Muhammad saw. terus menantikan wahyu berikutnya dan selalu datang ke Gua Hira. Dalam
keadaan menanti itulah turun wahyu kedua, yaitu Q.S.al-Mudda£ir/74: 1-7.

66
‫ٰۤياَيُّهَا ۡال ُم َّدثِّ ُر‬
‫قُمۡ فَا َ ۡن ِذ ۡر‬
‫َو َربَّكَ فَ َكب ِّۡر‬
‫َوثِيَابَكَ فَطَه ِّۡر‬
‫اهج ُۡر‬ ۡ َ‫َوالرُّ ۡجزَ ف‬
‫َواَل تَمۡ نُ ۡن ت َۡست َۡكثِ ُر‬
ؕ‫اصبِ ۡر‬ۡ َ‫ك ف‬ َ ِّ‫َو لِ َرب‬
Artinya :
Wahai orang yang berkemul (berselimut)!
bangunlah, lalu berilah peringatan!
dan agungkanlah Tuhanmu,
dan bersihkanlah pakaianmu,
dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji,
dan janganlah engkau (Muhammad) memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang
lebih banyak.
Dan karena Tuhanmu, bersabarlah.

Dakwah Nabi Muhammad saw di mekkah

Dengan turunnya wahyu yang kedua, yaitu Q.S. al-Muddasir/74:1-7, Rasulullah saw.
mulai berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Nabi mengajak orang-orang yang terdekat
dengannya. Tujuannya, agar mereka lebih dulu percaya kepada seruannya dan mengikutinya.
Tempat yang beliau pilih untuk berdakwah adalah rumah al-Arqam bin Abil Arqam al
Akhzumi.
Orang-orang yang pertama kali memeluk Islam atau yang dikenal as-Sabiqun al-Awwalun,
Mereka adalah Siti Khadijah, Abu Bakar, Ali bin Abi Talib, Zaid bin Harisah, dan Ummu
Aiman.
Selain yang tersebut di atas, berkat bantuan Siti Khadijah dan Abu Bakar Siddiq, dari hari ke
hari bertambahlah orang-orang yang beriman kepada seruan beliau, baik pria maupun wanita.
Sahabat pria yang kemudian segera beriman, adalah: Usman bin Affan, Zubair bin Awwam,
Abdurrahman bin Auf, Abdullah bin Mas’ud, Ammar bin Yasir, Yasir (bapak ‘Amar), Sa’id
bin Zaid, Amir bin Abdullah, Usman bin Madlun, Qudamah bin Madlun, Abdullah bin
Madlun, Khalid bin Sa’ad, Sa’ad bin Abi Waqqas, Thalhah bin Ubaidillah, Arqam bin Abil
Arqam, Ja’far bin Abi Thalib, Khabab bin Al Art, Bilal bin Rabah, Abi Dzarim Al Ghafary,
Abu Salamah, ‘Imran bin Hasyim, Hasyim (bapak Imran), ‘Amir bin Sa’id, dan ‘Ubaidah bin
Al-Haris.

Sementara itu, para wanitanya adalah: Shafiyyah binti Abdil Muthallib, Lubabah Ummul
Fadhal binti Haris, Ummu Salamah (istri Abu Salamah), Asma binti Abu Bakar, Asma binti

67
Amies (istri Ja’far), Ratimah binti Khattab, Summiyah (Ibu Ammar)
Setelah Nabi Muhammad saw. berdakwah secara sembunyi-sembunyi, maka turunlah wahyu
yang ketiga, yaitu Q.S. al-Hijr/15: 94-95:

َ‫ض َع ِن ۡال ُم ۡش ِر ِك ۡين‬


ۡ ‫اصد َۡع بِ َما تُ ۡؤ َم ُر َو اَ ۡع ِر‬ ۡ َ‫ف‬
َ‫ك ۡال ُم ۡست َۡه ِز ِء ۡي ۙن‬
َ ‫اِنَّا َكفَ ۡي ٰن‬
artinya :
Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik.
Sesungguhnya Kami memelihara engkau (Muhammad) dari (kejahatan) orang yang
memperolok-olokkan (engkau),

Setelah Rasulullah saw. menerima wahyu tersebut, beliau mulai berdakwah secara terang-
terangan. Pertama-tama, Nabi mengumpulkan seluruh sanak keluarganya di kaki Gunung
¢afa untuk mengajak mereka beriman kepada Allah Swt. Akan tetapi, salah seorang
pamannya, Abu Lahab, bersikap sinis dan tidak mau menerima dakwah Rasulullah saw.
Banyak cara yang dilakukan oleh orang-orang kafir Quraisy untuk menghambat dakwah
Rasul, di antaranya mencoba menyuruh pamannya Abu Thalib untuk menghentikan dakwah
keponakannya itu. Namun, Nabi Muhammad menolak dan mengatakan,”Demi Allah,
meskipun seluruh anggota keluarga mengucilkanku, aku akan terus berdakwah menyebarkan
ajaran Islam”.
Kegagalan kafir Quraisy untuk menghambat dakwah Rasul, menjadikan mereka semakin
marah dan emosi. Budak-budak mereka yang masuk Islam dibunuh dan disiksa. Seluruh
pengikut Nabi selalu diancam dan diteror agar menolak ajakan Nabi Muhammad saw. Abu
Jahal, paman Nabi Muhammad saw. menyewa orang Yahudi untuk mengejek dan mencaci
maki Nabi dengan harapan ia berhenti berdakwah. Akan tetapi, justru akhirnya si Yahudi itu
masuk Islam karena keluhuran akhlak Nabi.
Setelah kafir Quraisy gagal melakukan tekanan, mereka menawarkan harta benda, wanita,
dan pangkat agar Nabi mau meninggalkan dakwahnya. Kaum Quraisy mengutus Utbah bin
Rabiah untuk menawarkan hal-hal tersebut. Utbah mengatakan: “Hai Muhammad! Jika kau
menginginkan kekayaan, saya sanggup menyediakannya. Jika kau menginginkan pangkat
yang tinggi, saya sanggup mengangkatmu menjadi raja. Jika kau menginginkan seorang
wanita cantik, saya sanggup mencarikannya dengan syarat kau berhenti melanjutkan
dakwahmu. Nabi Muhammad saw. tidak tertarik pada tawaran itu dan terus berdakwah.
Setelah kafir Quraisy gagal lagi, akhirnya mereka memboikot Nabi Muhammad saw. Bani
Muthallib, dan Bani Hasyim. Karena pemboikotan ini, umat Islam terkurung di celah-celah
kota Mekah bernama Syiib. Pemboikotan berlangsung selama tiga tahun dimulai pada tahun
ketujuh kenabian. Isi pemboikotan itu ditulis dalam selembar surat yang berisi:

1. Kaum Quraisy tidak akan menikahi orang Islam.


2. Kaum Quraisy tidak menerima permintaan nikah dari orang Islam.

68
3. Kaum Quraisy tidak akan melakukan jual-beli dengan orang Islam.
4. Kaum Quraisy tidak akan berbicara ataupun menengok orang Islam yang sakit.
5. Kaum Quraisy tidak akan mengantar mayat orang Islam ke kubur.
6. Kaum Quraisy tidak akan menerima permintaan damai dengan orang Islam dan
menyerahkan Muhammad untuk dibunuh.
Undang-undang pemboikotan itu digantung di dinding Ka’bah. Penulisnya bernama Manshur
bin Ikrimah. Setelah tiga tahun, undang-undang tersebut rusak karena dimakan rayap.
Kemudian, undang-undang tersebut dirobek oleh Zubair bin Umayyah, Hisyam bin Amr,
Muth’im bin Adi, Abu Bakhtari bin Hisyam, dan Zama’ah bin Al-Aswad. Mereka merasa
kasihan dengan siksaan kaumnya kepada Bani Hasyim dan Bani Muthallib.

Umar bin Khathab Bersaksi


Pada suatu hari, Umar marah mendengar adiknya, Fatimah dan iparnya masuk Islam. Lalu ia
menganiaya keduanya. Dengan nada marah Fatimah berkata, “Hai, Umar! Jika kebenaran
bukan terdapat pada agamamu, maka aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak
disembah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah Rasulullah.”
Melihat adiknya berdarah, timbul penyesalan dan rasa malu di hati Umar. Ia pun meminta
lembaran al-Qur’an tersebut. Namun, Fatimah menolaknya seraya mengatakan bahwa Umar
najis,dan al-Qur’an tidak boleh disentuh kecuali oleh orang-orang yang telah bersuci.
Fatimah memerintahkan Umar untuk mandi jika ingin menyentuh mushaf tersebut dan Umar
pun menurutinya.
Setelah membaca lembar demi lembar, Umar berkomentar “Ini adalah namanama yang indah
nan suci. Betapa indah dan mulianya ucapan ini. Tunjukkan padaku di mana Muhammad.”
Umar bergegas menemui Nabi Muhammad saw. Seraya membawa pedangnya. Tiba di sana
dia mengetuk pintu. Seseorang yang berada di dalamnya berupaya mengintipnya lewat celah
pintu. Dilihatnya Umar bin Khathab datang dengan garang bersama pedangnya. Segera dia
beritahu Rasulullah saw. Mereka pun berkumpul. Berkatalah Umar, “Aku bersaksi bahwa
tidak ada Tuhan yang disembah selain Allah dan Engkau adalah Rasulullah.”Kesaksian Umar
tersebut disambut gema takbir oleh orang-orang yang berada di dalam rumah saat itu hingga
suaranya terdengar ke Masjidil Haram. Umar bin Kha¯¯±b r.a. terkenal dengan orang yang
berwatak keras dan bertubuh tegap. Sebelum masuk Islam, ia sangat ditakuti oleh orang
Islam. Sebaliknya, sesudah masuk Islam, ia sangat ditakuti oleh musuh-musuhnya.

69
BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan

Nabi Muhammad saw. lahir hari Senin, 12 Rabiul Awwal atau bertepatan dengan 20
April 571 Masehi. Tahun kelahiran Nabi Muhammad saw. disebut Tahun Gajah.Sifat-sifat
Nabi Muhammad saw., antara lain tidak mudah putus asa, semangat kerja yang tinggi, selalu
jujur, amanah, tabah, optimis, dan percaya diri.
Nabi Muhammad saw. diangkat menjadi Rasul pada usia 40 tahun dengan menerima wahyu
pertama Q.S. al-Alaq/96:1-5 melalui perantara Malaikat Jibril di Gua Hira.
Dakwah Nabi secara sembunyi-sembunyi dimulai setelah turun wahyu kedua, Q.S. al-
Mudda£ir/74: 1-7, masih sebatas keluarga dekat. Dakwah Nabi secara terang-terangan
dimulai setelah turun wahyu Q.S. al-Hijr/15: 94-95.
Dalam berdakwah beliau mendapatkan berbagai rintangan, baik dari keluarga maupun kaum
Quraisy dan pihak luar. Namun, semua dihadapi oleh Nabi dengan penuh kesabaran dan
keikhlasan. As-S±biqμn al-Awwalμn adalah orang-orang yang pertama kali memeluk Islam.
Mereka adalah Siti Khadijah, Abu Bakar, Ali bin Abi T±lib, Zaid bin Harisah, dan Ummu
Aiman.

Cara meneladani perjuangan Nabi Muhammad saw. di Mekah :


a. tugas dan tanggung jawab tidak bisa dipikul seorang diri, tetapi harus ada kebersamaan
dan persatuan dari berbagai kalangan masyarakat.
b. Dalam bergaul harus bisa memilih teman yang dapat mengajak kepada hal-hal yang
positif dan baik.

70
c. Dalam mengajak teman untuk berbuat baik tidak boleh dengan cara-cara
kekerasan,tetapi perlu dengan keteladanan, sabar, lemah lembut dan kasih sayang.

DAFTAR PUSTAKA

https://mahsyarsejuk11.wordpress.com
https://ustadzuna-gpaismpngresik.blogspot.com
id.scribd.com/presentaion

71
MAKALAH
(KANDUNGAN SURAH AL – MUJADALAH AYAT 11)

PERILAKU ORANG YANG CINTA ILMU PENGETAHIAAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

72
MATA KULIAH PENGEMBANGAN MATERI PAI DASAR 2

Dosen Pengampu : Ana Rosilawati,S.Ag.,M.Ag.

Disusun Oleh :

SYARIF MUHAMMAD FIQRI ALYDRUS (11901078)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

TAHUN 2021

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan

kekuatan lahir bathin makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga

dilimpahkan-Nya kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

73
Makalah ini membahas tentang “(KANDUNGAN SURAH AL – MUJADALAH

AYAT 11 )”yang menjadi tugas bagi mahasiswa IAIN Pontianak dalam mata kuliah

PENGEMBANGAN MATERI PAI DASAR 2 pada Prodi Pendidikan Agama Islam yang

dibimbing oleh IBU Ana Rosilawati,S.Ag.,M.Ag. Penulis menyadari bahwa makalah ini

masih terdapat kekurangan dan kekhilafan. Oleh karena itu kepada semua pembaca dan pakar

dimohon saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Kepada semua pihak yang telah memberikan saran dan kritik demi sempurnanya

makalah ini, ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat

bermanfaat.

Amin yan Rabbal ‘Alamin

Pontianak, 15 April 2021

Penyusun

74
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Bagi umat islam, ilmu pengetahuan berkaitan erat dengan keyakinan terhadap al-Quran yang

diwahyukan serta pemahaman mengenai kehidupan dan alam semesta yang diciptakan. Di

dalam keduanya terdapat ketentuan-ketentuan Allah yang bersifat absolut, dimana yang satu

dinamakan kebenaran Qur’ani (ayat Qur’aniyah) dan yang satunya lagi disebut kebenaran

kauni (ayat Kauniyyah). Kebenaran tersebut hanya dapat didekati oleh manusia melalui

proses pendidikan dengan berbagai pendekatan dan dilakukan secara continue. Al-Quran

yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW mengemban beberapa fungsi utama, yaitu

sebagai hudan, (petunjuk), bayyinah (pe njelas) dan furqan (pembeda). Ketiga fungsi ini

sangat relevan dan mampu menjawab berbagai macam permasalahan sejak al-Quran

diturunkan sampai masa kini, bahkan mampu memberikan keyakinan bagi setiap orang yang

bertanya kepadanya, hal ini tergambar dengan ayat pertama dengan perintah “iqra”(bacalah).

Kata “iqra” ini mengandung berbagai ragam arti, antara lain, menyampaikan, menelaah,

75
membaca, mendalami, meneliti mengetahui ciri-cirinya dan sebagainya, yang kesemuanya

dapat dikembalikan kepada hakikat “menghimpun” (Shihab, 1996: 67). Di samping itu Al-

Quran juga membawa tiga wawasan yang perlu dikaji dan di alami. Ketiga wawasan tersebut

adalah wawasan kesejahteraan (al-wa’y al-qashqash), wawasan keilmuan (al-awa’y al-ilmi)

dan wawasan kesejahteraan (al-wa’y al falah). Membahas hubungan antara alQuran dan ilmu

pengetahuan ibarat membahas tentang teori relavitas atau bahasan tentang luar angkasa,

misalnya: ilmu komputer tercantum dalam al-Quran akan tetapi yang lebih penting adakah

satu ayat al-Quran yang menghalangi kemajuan ilmu pengetahuan atau sebaliknya, serta

adakah satu ayat al-Quran yang bertentangan dengan hasil kemajuan ilmiah yang telah teruji

kebenarannya? Dengan kata lain, meletakkannya pada sisi “social psychoogy” (psikologi

soial) bukan pada sisi “history of scientific progress” (sejarah perkembangan ilmu

pengetahuan). Pandangan Al-Quran tentang ilmu teknologi dapat diketahui prinsipprinsipnya

dari wahyu pertama yang diterima oleh nabi Muhammad SAW. Pada surah Al-‘alaq ayat 1-5

sebagai wahyu pertama itu tidak menjelaskan apa yang dibaca, karena al-Quran menghendaki

apa saja yang dibaca umatnya untuk membaca apa saja selama bacaan itu didasarkan pada

bismi Rabbik, yakni bermanfaat bagi kesejahteraan dan kehidupan manusia. Hal ini

mengandung pengertian bahwa objek perintah iqra mencakup segala sesuatu yang dapat

dijangkau oleh akal pikiran manusia. Dari wahyu pertama tersebut diperoleh isyarat bahwa

ada dua cara perolehan dan pengembangan ilmu, yaitu Allah mengajar dengan pena yang

telah diketahui oleh manusia sebelumnya dan juga mengajar tanpa pena yang belum diketahui

caranya. Artinya bahwa cara pertama, adalah belajar menggunakan media atau alat bantu atas

dasar usaha manusia. Cara kedua, mengandung arti bahwa mengajar tanpa menggunakan

media alat bantu atas dasar usaha manusia. Walaupun demikian, keduanya berasal dari

sumber utama, yaitu Allah SWT. Eksistensi manusia baik posisinya sebagai makhluk sosial

maupun individual tidak akan terlepas dari kebutuhannya akan ilmu pengetahuan. Bahkan

76
tinggi rendahnya kedudukan manusia di muka bumi ini, salah satunya ditentukan oleh ilmu

yang dimilikinya, disamping faktor lainya seperti nilai ketakwaan. Disamping itu juga, ilmu

pengetahuan dapat menentukan kualitas keimanan seseorang, sekalipun manusia itu

dilahirkan tidak mengetahui apa-apa (la ta’lamuna syaia). Namun demikian, dalam

perkembangan berikutnya, manusia sebagai anak cucu Adam, mengetahui pengetahuan

dengan berbagai cara dan pendekatan dengan mendayagunakan berbagai potensi yang

dimilikinya baik fisik maupun fsikis (Burhanudin: 71).

77
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:

"Berlapanglapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan

memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka

berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orangorang yang beriman di antaramu

dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha

mengetahui apa yang kamu kerjakan”(QS. Almujadalah, 58 : 11).

Surat Al Mujadalah ayat 11 menjelaskan adab menghadiri majelis. Yakni

hendaklah setiap orang berlapang-lapang dalam majlis. Jangan sampai seorang

1
muslim mengambil tempat duduk yang tidak perlu. Hendaklah ia mempersilakan

orang lain agar bisa turut duduk di majelis tersebut,"jelasnya.

Ayat ini turun, lanjutnya berkenaan dengan majelis Rasulullah di serambi Masjid

Nabawi pada hari Jumat. Waktu itu datang sejumlah sahabat ahli badar yang

biasanya diberi tempat khusus oleh Rasulullah. Saat ahli badar ini datang dan

mengucap salam, mereka menjawab salam tapi tidak memberi tempat duduk.

Maka Rasulullah pun memerintahkan sahabat lainnya untuk bangkit dan memberi

tempat duduk bagi ahli badar tersebut. Orang-orang munafik yang mengetahui

peristiwa ini kemudian menuduh Rasulullah tidak adil. Rasulullah lantas

menjelaskan bahwa mereka yang berlapang-lapang dalam majlis dan bangkit

untuk memberi tempat duduk ahli badar, akan diberkahi Allah. Allah pun

menurunkan Surat Al Mujadilah ayat 11 ini.

Ayat ini menjelaskan keutamaan orang-orang yang berlapang-lapang dalam

majlis. Bahwa Allah akan memberikan kelapangan untuk mereka.

Ayat ini juga menunjukkan keutamaan ahli ilmu. Bahwa orang-orang yang

beriman dan berilmu akan ditinggikan derajatnya oleh Allah.

Asbab an-Nuzul

2
Ayat Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Muqotil bahwa ayat ini turun

pada hari Jumat. Ketika itu, melihat beberapa sahabat yang dulunya

mengikuti perang badar dari kalangan muhajirin maupun anshor (As-

Suyuthi, 2008: 554), diantaranya tsabit ibn qais mereka telah didahului

orang dalam hal tempat duduk. Lalu merekapun berdiri dihadapan

rasulullah saw kemudian mereka mengucapakan salam dan Rasullullah

menjawab salam mereka, kemudian mereka menyalami orangorang dan

orang-orang pun menjawab salam mereka. Mereka berdiri menunggu

untuk diberi kelapangan, tetapi mereka tidak diberi kelapangan.

Rasullullah merasa berat hati kemudian beliau mengatakan kepada orang-

orang disekitar beliau ,”berdirilah engkau wahai fulan, berdirilah engkau

wahai fulan”. Merekapun tampak berat dan ketidakenakan beliau tampak

oleh mereka. Kemudian orang-orang itu berkata, “Demi Allah swt, dia

tidak adil kepada mereka. Orang-orang itu telah mengambil tempat duduk

mereka dan ingin berdekat dengan Rasulullah saw tetapi dia menyuruh

mereka berdiri dan menyuruh duduk orang-orang yang datang terlambat

(Al-Maraghi, 1993: 23-24).

Deskripsi Surat Al-Mujadalah

3
Surah Al-Mujadalah ayat 11 ini memberikan gambaran tentang perintah bagi

setiap manusia untuk menjaga adab sopan santun dalam suatu majlis pertemuan

dan adab sopan santun terhadap Rasulullah SAW. Surah Al-Mujadalah

merupakan salah satu surah dalam al-Qur’an dengan jumlah 22 ayat. Surat ini

turun di Madinah. Surah ini diturunkan sesudah surat AlMunaafiqun (Burhanudin:

73). Surah ini termasuk golongan surat madaniyah. Surat ini dinamai “al-

Mujadalah” (wanita yang mengajukan gugatan), karena pada awal surat ini

disebutkan bantahan seorang wanita. Dan dinamai juga “al-Mujadalah” yang

berarti perbantahan. Pada ayat 11 menerangkan bahwa Allah akan meninggikan

derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat.

Penafsiran Mufasir Penafsiran menurut Al-Imam Ibnu Katsir ( Tafsir

Ibnu Katsir )

Allah berfirman seraya mendidik hamba-hambaNya yang beriman seraya

memerintahkan kepada mereka untuk saling berbuat baik kepada sesama

mereka didalam suatu majelis: “Hai orang-orang yang beriman, apabila

dikatakan kepadamu: “Berlapanglapanglah dalam majelis. Maka

lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu“, yang

demikian itu karena balasan itu sesuai dengan perbuatan, sebagaimana

ditegaskan didalam suatu hadist shahih yang artinya: “Barang siapa

membangun masjid karena Allah, maka Allah akan membangunkan

baginya sebuah rumah di syurga.” Dan dalam hadist lain disebutkan,

4
Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa memberikan kemudahan kepada

orang yang ada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan

di dunia dan di akhirat. Dan Allah senantiasa membantu seorang hamba

selama itu terus membantu saudaranya.” Oleh karena itu Allah Ta’ala

berfirman : “maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan

untukmu.“ Qatadah mengatakan: “Ayat ini turun berkenan dengan majlis-

majlis Dzikir. Yaitu, jika mereka melihat salah seorang diantara mereka

datang, maka mereka tidak memberikan peluang kepadanya untuk duduk

di dekat Rasulullah. Kemudian Allah Ta’ala menyuruh mereka

memberikan kelapangan sesama mereka. Sedangkan Muqatil bin Hayyan

berkata bahwa ayat ini diturunkan pada hari Jum’at. Imam Ahmad dan

Imam asy-Syafi’i meriwayatkan dari Ibnu “Umar, bahwasannya

Rasulullah telah bersabda: “Janganlah seseorang membangunkan orang

lain dari tempat duduknya lalu dia menempati tempat duduk itu, tetapi

hendaklah kalian melapangkan dan meluaskan,” (HR.AlBukhari, Muskim

dari hadits Nafi’) Dan Imam asy-Syafi’i meriwayatkannya dari jabir bin

‘Abdillah bahwa rasulullah bersabda: “Janganlah seseorang dari kalian

membangunkan dari saudaranya (dari tempat duduknya) pada hari Jum’at.

Tetapi hendaklah mengatakan: ‘Lapangkanlah kalian.” Hadits tersebut

diriwayatkan berdasarkan syarat sunan, tetapi mereka tidak

meriwayatkannya. Para ahli fiqih berbeda pendapat tentang boleh tidaknya

berdiri untuk menyambut orang yang datang. Perbedaan pendapat ini

terbagi menjadi beberapa pendapat. Ada diantara mereka yang

5
memberikan keringanan untuk berdiri dengan berlandaskan pada hadits:

“berdirilah kalian untuk menyambut pemimpin kalian” Ada juga yang

melarang berdiri menyambut orang yang datang dengan berdasarkan

hadits ini: “Barang siapa yang suka disambut oleh orang-orang dengan

berdiri, maka hendaklah ia menduduki tempatnya di Neraka.” Dan diantara

mereka ada juga yang merinci, dimana mereka ini mengatakan,

dibolehkannya menyambut orang yang datang dari perjalanan jauh atau

seseorang pejabat di dalam kekuasaannya. Sebagaimana yang ditunjukkan

oleh kisah Sa’ad bin Mu’adz, yaitu yang merupakan pejabat di Bani

Quraizhah, dimana ia diminta nabi untuk datang. Ketika ia tiba, Rasulullah

berkata kepada kaum muslimin: “Berdirilah kalian menyambut pemimpin

kalian”. Hal itu dimaksudkan untuk menguatkan posisi Sa’ad dalam

kedudukannya. Adapun menyambut orang-orang yang datang dengan

berdiri itu sebagai suatu kebiasaan, maka hal itu merupakan syi’ar non

Islam. Dan dalam beberapa kitab asSunan disebutkan: “Tidak ada

seorangpun yang lebih dicintai oleh para Sahabat Nabi selain Rasulullah

sendiri. Dan jika beliau datang, mereka tidak berdiri untuk menyambut

kedatangan beliau karena mereka mengetahui ketidak sukaan beliau

terhadap hal tersebut.” Dan dalam hadist yang diriwayatkan dalam kitab

as-shunah, bahwa Rasulullah senantiasa duduk diujung majelis, tetapi

tempat di mana beliau duduk itu selalu menjadi pusat perhatiaan majelis.

para pejabat duduk sesuai dengan kedudukan mereka. Abu bakar duduk

disebelah kanan beliau, sedangkan ‘Umar duduk disebelah kiri beliau. Dan

6
sering kali ‘Utsman dan ‘Ali berada di hadapan beliau. Sebab, keduanya

termaksud guru tulis yang menulis wahyu dan beliau memang menyuruh

keduanya melakukan hal tersebut. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh

imam muslim dari Abu Mas’ud, bahwa Rasulullah bersabda: “Hendaklah

orang-orang yang sabar dan berfikir luas duduk didekatku, kemudian

disusul oleh orang-orang berikutnya.” Yang tidak lain itu supaya mereka

dapat memahami apa yang beliau sampaikan. Imam Ahmad meriwayatkan

dari Abu Mas’ud, ia bercerita bahwa Rasulullah senantiasa mengusap

pundak-pundak kami dalam shalat seraya mengatakan: “Luruskan dan

janganlah kalian berselisih yang menyebabkan hati kalian pun

terceraiberai. Hendaklah orang-orang yang sabar lagi berfikir luas

menempati tempat setelahku, kemudian disusul oleh orang-orang

setelahnya, dan setelah itu orang-orang setelahnya.” Abu mas’ud

mengatakan: ”Sedangkan kalian sekarang ini lebih parah perselisihannya“.

Demikian hadist yang diriwayatkan oleh Muslim dan beberapa penulis

kitab as-Sunah kecuali at-Tharmidzi melalaui beberapa jalan dari al-

A’masy. Jika demikian perintah Rasulullah kepada sahabatnya dalam

shalat. Yaitu supaya orang-orang yang berakal berilmu menempati posisi

setelah beliau, maka di luar shalat sudah pasti lebih dari itu. Abu Dawud

meriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Umar, bahwasannya Rasulullah telah

bersabda: “Luruskanlah barisan dan rekatkanlah antar pundak dan isilah

tempat yang kosong,berlemah lembutlah kalian dihadapan saudarasaudara

kalian dan janganlah kalian berikan sela untuk syaitan. Dan barang siapa

7
yang menyambung barisan maka Allah akan menyambung dirinya, dan

barang siapa memutuskan barisan, maka Dia pun akan memutuskan

diirnya.” Demikian ‘Ubay bin Ka’ab, tokoh ulama tafsir, apabila iya

sampai pada shaff pertama ia menarik seorang yang awam dan

menempatinya (di shaff tersebut) sambil berhujjah dengan hadist ini:

“Hendaklah orang-orang yang sabar lagi berfikir luas menempati tempat

setelahku”. Sedangkan ‘Abdullah bin ‘Umar tidak mau duduk di tempat di

mana seorang duduk padanya lalu berdiri untuknya, dalam rangka

menerapkan hadist yang telah disebutkan sebelumnya. Kami cukuplah

disini tentang contoh-contoh yang berkaitan degan ayat ini, dan

menjelaskan lebih luas memerlukan tempat tersendiri. Dan dalam hadist

shahih diceritakan kepada rasulullah duduk, tiba-tiba ada tiga orang

datang, salah seorang diantara mereka langsung mendapatkan tempat

kosong di selasela barisan, lalu ia mengisinya salah seorang lagi duduk di

belakang barisan, lalu ia mengisinya, salah seorang lagi duduk di belakag

orang-orang sedang yang ketiga pergi meninggalkan majelis. Maka

Rasulullah bersabda: “Maukah aku beritahu kepada kalian tentang ketiga

orang itu, Adapun orang yang pertama. Maka ia berlindung kepada Allah

dan Allah pun melindunginya. Kemudian orang yang kedua merasa malu

sehingga Allah pun merasa malu kepadanya. Dan orang yang ketiga

berpaling sehingga Allahpun berpaling darinya.” Imam ahmad

meriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr, bahwasannya Rasulullah

bersabda: “Tidak dibolehkan bagi seseorang memisahkan dua orang

8
kecuali dengan ijin keduanya”. Demikian yang di riwayatkan oleh Abu

Dawud dan at-Tarmidzi dari hadist ‘Utsman bin Zaid al-Laitsi. Hadist

tersebut di hasankan oleh at-Tarmidzi. Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2,

Desember 2016 211 Mengenai firman-Nya : “Dan apabila dikatakan:

“berdirilah kamu, maka berdirilah,” hendaklah” kalian Qatadah

mengatakan: “jika kalian diseru kepada kebaikan, maka hendaklah kalian

memenuhinya.” Sedangkan Muqatil mengatakan: “jika kalian diseru

mengerjakan shalat, maka hendaklah kalian memenuhinya.” Dan firman

Allah Ta’ala: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di

antara kamu dan orangorang yang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa

derajat. Dan Allah mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan.” Maksudnya,

janganlah kalian berkeyakinan bahwa jika salah seorang diantara kalian

memberi kelapangan kepada saudaranya, baik yang datang maupun yang

akan pergi lalu dia keluar, maka akan mengurangi haknya. Bahkan hal itu

merupakan ketinggian dan perolehan martabat disisi Allah. Dan Allah

tidak menyia-nyiakan hal tersebut, bahkan Dia akan memberikan balasan

kepadanya di dunia dan diakhirat. Sesungguhnya orang yang merendahkan

diri karena Allah, maka Allah akan mengangkat derajat akan,

memashurkan namanya. Oleh karena itu, Allah SWT berfirman: “Allah

akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan

orangorang yag diberi pengetahuan beberapa derajat”. ”Dan Allah

mengetahui apa yang kamu kerjakan: “ maksudnya, Dia Maha mengetahui

orang-orang yang memang berhak mendapatkan hal tersebut dan orang-

9
orang yang tidak berhak mendapatkan hal tersebut dan orang-orang yang

tidak berhak mendapatkannya

BAB III

PENUTUP

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Q.S. Al-Mujadalah ayat 11

ini memberikan gambaran tentang perintah bagi setiap manusia untuk menjaga

adab sopan santun dalam suatu majlis pertemuan dan adab sopan santun terhadap

Rasulullah SAW. Al-Mujadalah merupakan salah satu surat dalam al-qur’an

dengan jumlah 22 ayat. Surat ini turun di Madinah. Yang diturunkan sesudah surat

AlMunaafiqun. Termaksud golongan surat madaniyah yang diturunkan sesudah

surat al-Munafiqun. Adapun isi kandung Q.S. AlMujadalah ayat 11 ini

berhubugan dengan etika dan sopan pendidikan yakni: Pertama, Kajian Tekstual.

Dalam pandangan Al-Quran, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia

unggul dan melebihi dari makhluk-makhluk lain guna menjalankan kekhalifahan

10
di muka bumi ini. Sementara itu manusia, menurut al-Quran memiliki potensi

untuk meraih ilmu dan mengembangkannya dengan seizin Allah. Berkali-kali

Allah menunjukan betapa tinggi derajat dan kedudukan orang-orang yang

memiliki ilmu pengetahuan. Kedua, Kajian Kontekstual. AlQuran

menginformasikan kepada umat manusia bahwa ada beberapa alat yang dapat

digunakan untuk meraih ilmu pengetahuan, diantaranya: (1) panca indra dan akal

yakni ada empat sarana yang dapat digunakan untuk memperoleh ilmu, yaitu

pendengaran, mata (penglihatan), akal dan hati; (2) Observasi dan trial and error

(cobacoba), pengamatan, percobaan danprobability (tes-tes kemungkinan); dan (3)

Akal (intellenc) dan pemikiran (reflection). Di samping mata, telinga, dan pikiran

sebagai sarana untuk meraih pengetahuan. Al-Quran pun menggaris bawahi

bagaimana pentingnya peran kesucian hati. Ilmu pengetahuan akan mudah diraih

dan dipahami dengan baik, apabila hati seorang itu bersih. Dari sinilah para

ilmuan Muslim menerangkan pentingnya Takziah alNafs (penyucian jiwa) guna

memperoleh hidayah (petunjuk dan pengajaran serta bimbingan Allah).

DAFTAR PUSTAKA

https://sultra.kemenag.go.id/berita/read/509391/gelar-pertemuan-rutin-

pokjaluh-muna-bahas-keutamaan-menuntut-ilmu#:~:text=Allah%20pun

%20menurunkan%20Surat%20Al,akan%20memberikan%20kelapangan

%20untuk%20mereka.&text=Bahwa%20orang%2Dorang%20yang

%20beriman,akan%20ditinggikan%20derajatnya%20oleh%20Allah.

11
https://media.neliti.com/media/publications/195153-ID-pendidikan-

dalam-al-quran-konsep-talim

12

Anda mungkin juga menyukai