Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
TAHUN 2021/1442 H
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang. “Asmaul
Husna”. Dan juga kami berterima kasih pada Bu Ana Rosilawati, S. Ag., M. Ag.selaku Dosen
mata kuliah
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
bagi para pembaca. Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................1
BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
A. LATAR BELAKANG.................................................................................2
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................2
C. TUJUAN MASALAH...................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................4
PEMBAHASAN.....................................................................................................4
A PENGERTIAN ASMAUL HUSNA..............................................................4
B.DALIL NAQLI ASMAUL HUSNA..............................................................5
C. Khasiat Ar-Rahman......................................................................................7
D. Wujud Ar-Rahman-Nya:..............................................................................7
E. MAKNA DAN KEUTAMAAN ASMAUL HUSNA AR RAHMAN.......10
BAB III..................................................................................................................11
A. KESIMPULAN...........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Semua yang ada di alam ini merupakan ciptaan Allah swt. Allah swt mempunyai
sifat-sifat yang agung, mulia, dan besar yang tidak terdapa pada semua makhluk-Nya. Oleh
karena itu, semua makhluk-Nya harus menyembah kepada-Nya . namun sifat-sifat Allah
tersebut hanya tergambar dalam sifat wajib-Nya, melainkan juga dari nama-nama baik yang
menyertai-Nya (Asmaul Husna). Firman Allah swt dalam QS Al-hasyr ayat 24:
ض َوه َُو ۡال َع ِز ۡي ُز ۡال َح ِك ۡي ُم ِ ص ِّو ُر لَـهُ ااۡل َ ۡس َمٓا ُء ۡالح ُۡس ٰنىؕ يُ َسبِّ ُح لَهٗ َما فِى السَّمٰ ٰو
ِۚ ت َوااۡل َ ۡر َ ئ ۡال ُم
ُ ار ۡ ُ ه َُو هّٰللا ُ ۡالخَـالِـ
ِ َق الب
“Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang
mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan Dialah
yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Apabila seseorang menyatakan diri mencintai Allah swt, maka hal ini bisa dibuktikan
dari seberapa sering ia menyebut namanya. Menyebut allah swt dapat dilakukan dengan
menyebut kalimat-kalimat tayyibah atau nama-nama Allah swt dalam Asmaul husna.
Keduanya merupakan proses zikir (mengingat) kepada Allah swt.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Ar rahman?
3. Khasiat Ar Rahman?
4. Wujud Ar Rahman?
C. TUJUAN MASALAH
4
1. Untuk mengetahui pengertian Ar rahman.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Ar Rahman artinya yang mempunyai rahmat yang luas untuk seluruh makhluk tanpa
terkecuali muslim dan non muslim yang diberikan di dunia ini, meliputi rizky jalan hidup dan
seluruh urusan kebaikan. Dari nama-Nya Ar Rahman, maka Rahmat-Nya menghalangi-Nya
untuk membiarkan hamba-Nya begitu saja, tidak mengenalkan mereka apa yang dapat
digunakan untuk memperoleh kesempurnaan (sebagai hamba). Maka nama ini menyiratkan
adanya pengutusan para rasul dan turunya kitab-kitab, karena nama ini tidak hanya sekedar
menurunkan hujan, menumbuhkan tanaman dan mengeluarkan biji-bijian, nama ini tidak
sekedar mewujudkan tubuh atau jasad tetapi lebih terwujudnya kehidupan hati atau ruh
seorang hamba.
6
Sedangkan orang awam memahami nama ini sekedar arti tekstual tapi bagi ulul albab (orang-
orang yang berakal sempurna) mampu memahami nama ini secara kontekstual. Kata Ar
Rahman termasuk kedalam kedalam:
ِ الرَّحْ مٰ ِن الر
َّحي ِْم
Ar-Rahmaanir-Rahiim
ت اِلَى النُّ ۡو ِر ؕ َو َكانَ بِ ۡال ُم ۡؤ ِمنِ ۡينَ َر ِح ۡي ًما ُّ َصلِّ ۡى َعلَ ۡي ُكمۡ َو َم ٰلٓ ِٕٕٮِـ َكتُهٗ لِي ُۡخ ِر َج ُكمۡ ِّمن
ِ ٰالظلُم َ ُهُ َو الَّ ِذ ۡى ي
Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan para malaikat-Nya (memohonkan ampunan
untukmu), agar Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan
Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.
ؕ ص ۡيبُ بِ ٖه َم ۡن اَ َشٓا ُء ۚ َو َر ۡح َمتِ ۡى َو ِس َع ۡت ُك َّل َش ۡى ٍء ِ ُكؕ قَا َل َع َذابِ ۡۤى ا َ َو ۡاكتُ ۡب لَـنَا فِ ۡى ٰه ِذ ِه ال ُّد ۡنيَا َح َسنَةً َّوفِى ااۡل ٰ ِخ َر ِة اِنَّا ه ُۡدن َۤا اِلَ ۡي
َفَ َسا َ ۡكتُبُهَا لِلَّ ِذ ۡينَ يَتَّقُ ۡونَ َوي ُۡؤتُ ۡونَ ال َّز ٰكوةَ َوالَّ ِذ ۡينَ هُمۡ بِ ٰا ٰيتِنَا ي ُۡؤ ِمنُ ۡون
Waktub lanaa fii haazi hid dunyaa hasanatanw wa fil Aakhirati innnaa hudnaaa ilaik; qoola
'azaabii usiibu bihii man ashaaa'u wa rahmatii wasi'at kulla shai'; fasa aktubuhaa lillaziina
yattaquuna wa yu'tuunaz Zakaata wallaziina hum bi Aayaatinaa yu'minuun
Dan tetapkanlah untuk kami kebaikan di dunia ini dan di akhirat. Sungguh, kami kembali
(bertobat) kepada Engkau. (Allah) berfirman, "Siksa-Ku akan Aku timpakan kepada siapa
yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan
rahmat-Ku bagi orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang
beriman kepada ayat-ayat Kami."
7
Wa ilaahukum illaahunw waahid, laaa ilaaha illaa Huwar Rahmaanur Rahiim
Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha
Pengasih, Maha Penyayang.
عن ابي هر ير ة ان رسول هللا صل هللا عليه و سلم قا ل ان هلل تسعة و تسعين اســما اومــا عــة اال ؤاحــدا من احصــا هادخــل
)الجنة (رواه البخا ري ومسلم
Artinya :“Dari abi Hurairah Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya Allah mempunyai 99
nama, yaitu seratus kurang satu; barang siapa yang menghitungnya (menghapalnya) ia
masuk surga.” (HR Bukhari dan Muslim)
ض َوه َُو ۡال َع ِز ۡي ُز ۡال َح ِك ۡي ُم ِ ص ِّو ُر لَـهُ ااۡل َ ۡس َمٓا ُء ۡالح ُۡس ٰنىؕ يُ َسبِّ ُح لَهٗ َما فِى السَّمٰ ٰو
ِۚ ت َوااۡل َ ۡر َ ئ ۡال ُم
ُ ار ۡ ُ ه َُو هّٰللا ُ ۡالخَـالِـ
ِ َق الب
Artinya :”Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang
mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan Dialah
yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. AL-HASYR :24)
ؕ َص ۡيبَةٌ ۙ قَالُ ۡ ٓوا ِانَّا هّٰلِل ِ َواِنَّـٓا اِلَ ۡي ِه ٰر ِجع ُۡون
ِ صابَ ۡتهُمۡ ُّم
َ َالَّ ِذ ۡينَ اِ َذٓا ا
Artinya :”Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia
yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (Q.S. AL-BAQARAH : 156)
C. Khasiat Ar-Rahman
membaca nama Allah Ya Rahman ya Rahim sebanyak 100 kali setiap selesai
melaksanakan shalat wajib akan terpelihara dari kealpaan, kelalaian dan terhindar dari sifat
keras kepala. Lafadz Ar Rahman diulang dalam al-qur’an sebanyak 50 kali, wujud Ar
Rahman-Nya:
· Rahmat yang agung dan paling besar adalah wahyu Allah al-Qur’an yang diturunkan
kepada nabi Muhammad saw di dalam surah an-nahl : 89
8
· Rahmat yang diberikan Allah kepada orang-orang mu’min yaitu dihindarkan dari siksa
yang akan menimpa orang-orang kafir, di dalam surah Huud:58 dan surah huud:94.
· Turunnya hujan, tanaman, air, beragam suku bangsa, dll. Didalam surah Ar-ruum :204
D. Wujud Ar-Rahman-Nya:
· Rahmat yang agung dan paling besar adalah wahyu Allah al-Qur’an yang diturunkan
kepada nabi Muhammad s.a.w didalam surat An-Nahl: 89
· Rahmat yang diberikan Allah kepada orang-orang mu’min yaitu dihindarkan dari siksa
yang akan menimpa orang-orang kafir, didalam surat Huud: 58, dan surat Huud: 94
· Turunya hujan, tanaman, air, beragam suku bangsa, dll. Didalam surat Ar-Ruum: 50
Salah satu sifat Allah SWT yang mulia dan memiliki makna yang luar biasa ialah Ar-
Rohmân, tentunya tanpa menyampingkan sifat Allah yang lain. Bahkan di dalam al-Quran,
sifat ini diabadikan menjadi salah satu nama surat, yakni surat ke-55 (QS. Ar-Rohmân),
selain itu juga tersebut dalam banyak ayat, misalnya sebagaimana dalam
lafadz basmalah yang seringkali diucapkan. Dalam ayat tersebut kata Ar-Rohmân diiringi
dengan sifat Allah yang lain, yakni Ar-Rohîm.
Secara bahasa, kata Ar-Rohmân dan Ar-Rohîm berasal dari asal kata atau akar kata
yang sama, yakni: ر ِح َم – يَــرْ َح ُم.
َ Ketika melihat terjemahan dalam bahasa Indonesia yang
standar, biasanya diterjemahkan dengan Maha Pengasih-Maha Penyayang. Dua kata yang
seakan akan hampir sama maknanya dalam bahasa Indonesia.
Akan tetapi, jika menelisik lebih jauh kata tersebut, misalnya dengan melihat kitab-
kitab tafsir yang dikarang oleh para ulama, maka akan didapatkan makna yang luar biasa
mengenai makna dua kata tersebut. Sebagai contoh, dalam kitab tafsir Ibnu Kasir,
menyebutkan bahwa kata Ar-Rohmân memiliki makna yaitu: kepengasihan Allah atau rasa
kasih dan sayang Allah yang diberikan kepada seluruh makhuk-Nya. Bukan hanya kepada
hamba-Nya semata, namun juga kepada makhluk Allah yang lain, yang ada di dunia ini baik
yang beriman maupun yang tidak, baik itu manusia maupun selainnya.
9
Sedangkan, kata Ar-Rohîm, diartikan dengan sifat pengasih Allah dan sifat penyayang
-Nya yang akan diberikan kelak di akhirat, dan khusus diberikan untuk orang-orang yang
beriman kepada Allah SWT. Demikianlah letak perbedaan di antara keduanya. Sifat Ar-
Rohmân yang dimiliki Allah menunjukkan bahwa kasih sayang-Nya diberikan kepada
siapapun tanpa ada pengecualian. Lantas pertanyaanya ialah, setelah mengetahui makna Ar-
Rohmân tersebut, apa yang perlu dilakukan sebagai hamba Allah?
Dalam diskursus ilmu kalam modern, orang yang dikatakan bertauhid tidak cukup
mengesakan Allah saja. Akan tetapi, juga mampu mengaplikasikan nilai-nilai ketuhanan
dalam kehidupan sehari-hari. Maka setelah mengetahui makna Ar-Rohmân, kewajiban
seorang yang mengaku muslim ialah berupaya mengaplikasikan sifat kasih sayang tersebut
dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam lintasan sejarah umat Islam, pernah tercatat dan menjadi contoh yang dapat
dijadikan teladan dalam mengaplikasikan sifat Allah ini. Rasulullah SAW adalah sosok
panutan yang banyak mengplikasikan sifat ini, salah satu kisahnya yang masyhur ialah ketika
ada seorang Yahudi yang rajin melemparkan kotoran kepada Rasulullah dari atas rumahnya
setiap kali Rasulullah melewati jalan tersebut. Sampai suatu ketika Rasulullah tidak
menjumpai orang yang selalu melemparkan kotoran kepada dirinya.
Setelah mencari tahu kabar tentang orang tersebut, diketahuilah bahwa ia sedang
sakit. Maka bergegaslah Rasulullah menjenguknya tanpa sedikitpun membawa rasa dendam,
bahkan diceritakan pula Rasulullah datang membawakan buah tangan. Orang Yahudi yang
selalu mendzolimi Rasulullah tadi terkaget dan mengira bahwa Rasulullah datang akan
membalas dendam, namun justru Rasul datang untuk menjenguknya dan memberikan buah
tangan bahkan membantu memenuhi kebutuhannya. Kemudian orang tersebut meminta maaf
dan akhirnya bersedia memeluk agama Islam.
10
E. MAKNA DAN KEUTAMAAN ASMAUL HUSNA AR RAHMAN
1.Makna
Pengertian Ar Rahman adalah Yang Mana Pengasih. Nama indah itu dimiliki oleh Allah
SWT yang memiliki kasih sayang yang sangat luas kepada seluruh mahluk-Nya. Ada
berbagai kenikmatan yang telah Allah SWT berikan kepada mahluknya, seperti kesehatan,
hingga rezeki.
2.Keutamaan
هّٰللا
ك َواَل تُخَافِ ۡت بِهَا َو ۡابت َِغ بَ ۡينَ ٰذ لِكَ َسبِ ۡياًل َ ِقُ ِل ۡادعُوا َ اَ ِو ۡادعُوا الر َّۡحمٰ نَ ؕ اَ يًّا َّما ت َۡدع ُۡوا فَلَهُ ااۡل َ ۡس َمٓا ُء ۡالح ُۡس ٰنىۚ َواَل ت َۡجهَ ۡر ب
َ ِصاَل ت
Artinya: Katakanlah (Muhammad), "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama
yang mana saja kamu dapat menyeru, karena Dia mempunyai nama-nama yang terbaik
(Asm±‘ul ¦usn±) dan janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam shalat dan janganlah
(pula) merendahkannya dan usahakan jalan tengah di antara kedua itu."
11
BAB III
A. KESIMPULAN
Salah satu sifat Allah SWT yang mulia dan memiliki makna yang luar biasa ialah Ar-
Rohmân, tentunya tanpa menyampingkan sifat Allah yang lain. Bahkan di dalam al-Quran, sifat ini
diabadikan menjadi salah satu nama surat, yakni surat ke-55 (QS. Ar-Rohmân), selain itu juga tersebut
dalam banyak ayat, misalnya sebagaimana dalam lafadz basmalah yang seringkali diucapkan. Dalam
ayat tersebut kata Ar-Rohmân diiringi dengan sifat Allah yang lain, yakni Ar-Rohîm. Secara bahasa,
kata Ar-Rohmân dan Ar-Rohîm berasal dari asal kata atau akar kata yang sama, yakni: ر ِح َم – يَرْ َح ُم.
َ Ketika
melihat terjemahan dalam bahasa Indonesia yang standar, biasanya diterjemahkan dengan Maha
Pengasih-Maha Penyayang. Dua kata yang seakan akan hampir sama maknanya dalam bahasa Indonesia.
Akan tetapi, jika menelisik lebih jauh kata tersebut, misalnya dengan melihat kitab-kitab tafsir yang
dikarang oleh para ulama, maka akan didapatkan makna yang luar biasa mengenai makna dua kata
tersebut. Sebagai contoh, dalam kitab tafsir Ibnu Kasir, menyebutkan bahwa kata Ar-Rohmân memiliki
makna yaitu: kepengasihan Allah atau rasa kasih dan sayang Allah yang diberikan kepada seluruh
makhuk-Nya. Bukan hanya kepada hamba-Nya semata, namun juga kepada makhluk Allah yang lain,
yang ada di dunia ini baik yang beriman maupun yang tidak, baik itu manusia maupun selainnya.
Sedangkan, kata Ar-Rohîm, diartikan dengan sifat pengasih Allah dan sifat penyayang -Nya yang akan
diberikan kelak di akhirat, dan khusus diberikan untuk orang-orang yang beriman kepada Allah SWT.
Demikianlah letak perbedaan di antara keduanya. Sifat Ar-Rohmân yang dimiliki Allah
menunjukkan bahwa kasih sayang-Nya diberikan kepada siapapun tanpa ada pengecualian. Lantas
pertanyaanya ialah, setelah mengetahui makna Ar-Rohmân tersebut, apa yang perlu dilakukan sebagai
hamba Allah? Dalam diskursus ilmu kalam modern, orang yang dikatakan bertauhid tidak cukup
mengesakan Allah saja. Akan tetapi, juga mampu mengaplikasikan nilai-nilai ketuhanan dalam
kehidupan sehari-hari. Maka setelah mengetahui makna Ar-Rohmân, kewajiban seorang yang mengaku
muslim ialah berupaya mengaplikasikan sifat kasih sayang tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://islamiccenter.uad.ac.id/meneladani-sifat-ar-rahman-dalam-kehidupan/
http://syaikhotin.blogspot.com/2017/11/makalah-tauhid-asmaul-husna-ar-rahman_27.html
http://uinetikpuspita.blogspot.com/2017/06/makalah-asmaul-husna-ar-rahman-dan-ar.html
https://www.academia.edu/6375512/Asmaul_Husna_Ar_Rahman_
https://news.detik.com/berita/d-4762001/makna-dan-keutamaan-asmaul-husna-ar-rahman
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31436/3/KAMBARISAH-
FITK.pdf
https://id.scribd.com/document/394270582/Makalah-Asmaul-Husna
13
MAKALAH
BERPRILAKU AMANAH
Disusun Oleh :
TAHUN 2021
14
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
kekuatan lahir bathin makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga
dilimpahkan-Nya kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Kepada semua pihak yang telah memberikan saran dan kritik demi sempurnanya
makalah ini, ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Penyusun
15
Daftar Isi
Kata Pengantar................................................................................................................................... ii
Bab I PENDAHULUAN
Latar Belakang........................................................................................................................ iv
Rumusan Masalah................................................................................................................... iv
Tujuan....................................................................................................................................... v
Bab II PEMBAHASAN
Pengertian Amanah................................................................................................................. 1
Dalil Amanah........................................................................................................................... 2
Macam-macam Amanah.………...………………………………………….……..2
Contoh sikap dan prilaku amanah…………………………………………………..
Sifat Amanah Nabi dan Rasul. ...............................................................................................
Hikmah Amanah…………………………………………….……………………..7
Kesimpulan.............................................................................................................................. 8
Daftar Pustaka
16
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
amanah merupakan bentuk mashdar. Ini berasal dari kata kerja amina-ya’manu-amnan-wa
amanatan dengan akar kata yang terdiri dari huruf hamzah, mim, dan nun, yang artinya aman,
tentram, tenang, dan hilangnya rasa takut.
Amanah adalah sesuatu yang dapat dipercaya. Dengan begitu, amanah bisa dikaitkan dengan
sifat seseorang yang dapat dipercaya atau sesuatu yang dipercayakan.
Amanah sendiri menjadi salah satu indikator keimanan seorang manusia. Orang yang
beriman akan selalu berupaya menjaga amanah dengan sebaik-baiknya. Dalam sabda
Rasulullah SAW juga dijelaskan:
ُالَ إِي َمانَ لِ َم ْن الَ أَ َمانَةَ لَهُ َوالَ ِدينَ لِ َم ْن الَ َع ْه َد لَه
Artinya: “Tidak sempurna iman seseorang yang tidak amanah, dan tidak sempurna agama
orang yang tidak menunaikan janji.”(HR. Ahmad).
B.Rumusan Masalah
17
6.Apa Hikmah Amanah ?
C.Tujuan
18
19
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Amanah
Amanah secara etimologis (pendekatan kebahasaan/lughawi) dari bahasa Arab dalam bentuk
mashdar dari (amina- amanatan) yang berarti jujur atau dapat dipercaya. Namun dalam
penggunaanya di bahasa Indonesia, yang menyerap dari bahasa arab. Kata ini juga menjadi
dua kata yang berdekatan, yakni amanat, dan amanah.
Amanat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Adalah pesan; perintah (dari atas):
menyampaikan -- orang tuanya; 2 keterangan (dari pemerintah); 3 wejangan (dari orang yang
terkemuka): dibacakan sebuah -- Jenderal Sudirman; -- Presiden dalam Kongres Pemuda; 4
Ling keseluruhan makna atau isi pembicaraan; konsep dan perasaan yang disampaikan
pembicara untuk dimengerti dan diterima pendengar atau pembaca; 5 Sas gagasan yang
mendasari karya sastra; pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau
pendengar;[1]
Sedangkan Amanah menurut KBBI sesuatu yang dipercayakan (dititipkan) kepada orang lain:
kemerdekaan Indonesia merupakan -- dari para pahlawan bangsa; 2 n keamanan;
ketenteraman: bahagia dan -- yang sukar dicari; 3 a dapat dipercaya (boleh dipercaya); setia:
temanku adalah orang --;[2]
Adapaun Amanah menurut pengertian terminologi (istilah) terdapat beberapa pendapat,
diantaranya menurut Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Amanah adalah sesuatu yang harus
dipelihara dan dijaga agar sampai kepada yang berhak memilikinya.
Sedangkan menurut Ibn Al-Araby, amanah adalah segala sesuatu yang diambil dengan izin
pemiliknya atau sesuatu yang diambil dengan izin pemiliknya untuk diambil manfaatnya3.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil suatu pengertian bahwa amanah adalah
menyampaikan hak apa saja kepada pemiliknya, tidak mengambil sesuatu melebihi haknya
dan tidak mengurangi hak orang lain, baik berupa harga maupun jasa.
Amanah merupakan hak bagi mukallaf yang berkaitan dengan hak orang lain untuk
menunaikannya karena menyampaikan amanah kepada orang yang berhak memilikinya
adalah suatu kewajiban.[3]
Maka dari banyak pengertian di atas, kita bisa simpulkan bahwa amanat adalah melaksanakan
sesuatu seuai dengan haknya, baik secara individu, social, interaksi lingkungan, maupun
tentang hal ketuhanan.
Mengutip jurnal Konsep Amanah dalam Perspektif Pendidikan Islam oleh Iwan Hermawan
(2020), amanah merupakan bentuk mashdar. Ini berasal dari kata kerja amina-ya’manu-
amnan-wa amanatan dengan akar kata yang terdiri dari huruf hamzah, mim, dan nun, yang
artinya aman, tentram, tenang, dan hilangnya rasa takut.
Amanah adalah sesuatu yang dapat dipercaya. Dengan begitu, amanah bisa dikaitkan dengan
sifat seseorang yang dapat dipercaya atau sesuatu yang dipercayakan.
Amanah sendiri menjadi salah satu indikator keimanan seorang manusia. Orang yang
beriman akan selalu berupaya menjaga amanah dengan sebaik-baiknya. Dalam sabda
Rasulullah SAW juga dijelaskan:
ُالَ ِإي َمانَ ِل َم ْن الَ أَ َمانَةَ لَهُ َوالَ ِدينَ لِ َم ْن الَ َع ْه َد لَه
Artinya: “Tidak sempurna iman seseorang yang tidak amanah, dan tidak sempurna agama
orang yang tidak menunaikan janji.”(HR. Ahmad).
QS. Annisa : 58
َاس أَ ْن تَحْ ُك ُموا بِ ْال َع ْد ِل ۚ ِإ َّن هَّللا َ نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُك ْم بِ ِه ۗ ِإ َّن هَّللا َ َكان ِ إِ َّن هَّللا َ يَأْ ُم ُر ُك ْم أَ ْن تُؤَ ُّدوا اأْل َ َمانَا
ِ َّت إِلَ ٰى أَ ْهلِهَا َوإِ َذا َح َك ْمتُ ْم بَ ْينَ الن
صيرًا
ِ ََس ِميعًا ب
21
C.Macam-macam Amanah
Setelah semua tentang amanah yang kami ketahui dari berbagai sumber, dapat di
simpulkan bahwa amanah terbagi menjadi 4 bagian, yakni sebagai berikut :
Amanah manusia terhadap Tuhan, yaitu semua ketentuan Tuhan yang harus dipelihara berupa
melaksankan semua perintah Tuhan dan meninggalkan semua laranganNya. Termasuk di
dalamnya menggunakan semua potensi dan anggota tubuh untuk hal-hal yang bermanfaat
serta mengakui bahwa semua itu berasal dari Tuhan. Sesungguhnya seluruh maksiat adalah
perbuatan khianat kepada Allah Azza wa Jalla.
Amanah manusia kepada orang lain, diantaranya mengembalikan titipan kepada yang
mempunyainya, tidak menipu dan berlaku curang, menjaga rahasia dan semisalnya yang
merupakan kewajiban terhadap keluarga, kerabat dan manusia secara keseluruhan. Termasuk
pada jenis amanah ini adalah pemimpin berlaku adil terhadap masyarakatnya, ulama berlaku
adil terhadap orang-orang awam dengan memberi petunjuk kepada mereka untuk memiliki
i'tikad yang benar, memberi motivasi untuk beramal yang memberi manfaat kepada mereka
di dunia dan akhirat, memberikan pendidikan yang baik, menyuruh berusaha yang halal serta
memberikan nasihat-nasihat yang dapat memperkokoh keimanan agar terhindar dari segala
kejelekan dan dosa serta mencintai kebenaran dan kebaikan. Amanah dalam katagori ini juga
adalah seorang suami berlaku adil terhadap istrinya berupa salah satu pihak pasangan suami-
istri tidak menyebarkan rahasia pasangannya, terutama rahasia yang bersifat khusus yaitu
hubungan suami istri.
Amanah manusia terhadap dirinya sendiri, yaitu berbuat sesuatu yang terbaik dan bermanfaat
bagi dirinya baik dalam urusan agama maupun dunia, tidak pernah melakukan yang
membahayakan dirinya di dunia dan akhirat[9].
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa amanah melekat pada diri setiap manusia
sebagai mukallaf dalam kapasitasnya sebagai hamba Allah, individu, makhluk social dan
interaksinya dengan lingkungan.
Untuk menutup Argument tentang Amanah Ini, berikut adalah Hadist Nabi tentang Amanah :
ْ َوإِ َذا، َ َوإِ َذا َو َع َد أَ ْخلَف،ب
َاؤتُ ِمنَ خَ ان َ إِ َذا َحد:ث
َ َث َك ِذ ِ ِآيَةُ ْال ُمنَاف
ٌ َق ثَال
“Tanda-tanda orang munafik ada tiga; jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia ingkar,
dan jika diberi amanah ia berkhianat.” (Muttafaq Alaihi).[10]
22
D. Contoh sikap dan prilaku amanah:
Berikut ini beberapa contoh amanah dalam kehidupan sehari-hari:
Ketika seseorang dipercaya untuk menjaga rahasia maka hal tersebut adalah amanah, maka ia
harus menjaga kerahasiaan informasi tersebut agar tidak diketahui pihak lain.
Ketika dipercaya untuk mengemban jabatan atau posisi tertentu maka itu adalah amanah yang
wajib dijaga sebaik-baiknya dan tidak menyalahgunakannya karena itu bentuk
pengkhianatan.
Setiap orang memiliki sesuatu yang berharga di dalam hidupnya, baik kesehatan, keluarga,
pekerjaan, harta benda, dan lain sebagainya yang semua itu adalah amanah yang harus dijaga
dengan baik.
Ketika seseorang menerima titipan dari seseorang, baik berupa informasi maupun benda.
maka itu adalah suatu bentuk amanah yang diberikan oleh orang lain kepada seseorang.
Menjaga titipan tersebut dengan baik dan menyerahkannya pada orang yang berhak adalah
bentuk pelaksanaan amanah.
Nabi Nuh} misalnya ketika mengajak kaumnya untuk takut kepada siksaan Allah swt. atas
kesyirikan yang mereka lakukan, namun kaum Nuh} itu tetap mendustakan dia dan rasul-
rasul sebelumnya, sehingga nabi Nuh} mengatakan kepada kaumnya:
23
Nabi Nuh} mengatakan hal tersebut di atas, sebagai bentuk keheranannya atas kesyirikan
yang mereka lakukan padahal sudah dilarang olehnya dan dia termasuk orang yang dikenal
terpercaya dan tidak pernah dicurigai oleh kaumnya.[21][21]
Senada dengan Nabi Nuh}, Nabi Hud juga mengajak kaumnya agar mengenal Allah swt. dan
taat kepada-Nya dengan melakukan hal-hal yang dapat mendekatkan diri kepada-Nya dan
menjauhkan dari siksaan-Nya, namun mereka tetap inkar dan mendustakan Nabi Hu>d
dengan mengatakan seperti apa yang dikatakan oleh Nabi Nu>h}.
Bahkan pada ayat yang lain, Nabi Hud disebutkan sebagai pemberi nasehat yang dapat
dipercaya, ketika kaumnya menolak ajakannya untuk menyembah Allah swt. dan takut
kepada-Nya, akan tetapi kaumnya kemudian mengejeknya dengan menuduhnya sebagai
orang bodoh dan pendusta, lalu Nabi Hud menyanggah ejekan itu dengan mengatakan:
ٌ َاص ٌح أَ ِم
ين ِ أُبَلِّ ُغ ُك ْم ِر َسااَل. َْس بِي َسفَاهَةٌ َولَ ِكنِّي َرسُو ٌل ِم ْن َربِّ ْال َعالَ ِمين
ِ ت َربِّي َوأَنَا لَ ُك ْم ن َ يَا قَوْ ِم لَي.
Menurut al-Razi, maksud dari ungkapan nas}ih} amin dalam ayat tersebut sebagai 1)
َ ) ِوإِنَّا لَنَظُ ُّنPokok pembicaraan tentang
Sanggahan terhadap ungkapan kaumnya 2 ,ك ِمنَ الكاذبين
risalah dan tablig adalah amanah, sehingga ungkapan tersebut sebagai penguat terhadap
risalah dan kenabian, 3) penjelasan tentang integritas Nabi Hud sebelum menjadi rasul
sebagai seorang yang dikenal amanah oleh kaumnya. Oleh karena itu tidak seharusnya
kaumnya menganggapnya sebagai pembohong atau orang bodoh.[24][24]
24
Hal yang sama dilakukan oleh Nabi Salih}, Nabi lut} dan Nabi Syu’aib dengan mengatakan
seperti apa yang dikatakan oleh Nabi Nuh} dan Nabi Hud, yaitu:
Di samping nabi-nabi yang telah disebutkan di atas, nabi yang juga disifati sebagai al-ami>n
adalah Nabi Musa as., bahkan Nabi Musa disebutkan dua kali sebagai al-ami>n dalam al-
Qur’an, yaitu pada QS. al-Dukhan: 18.
Kata rasul al-amin dalam ayat tersebut sebagai dasar ajakan Nabi Musa terhadap kaumnya
agar beribadah kepada Allah swt. pengakuan Nabi Musa as. diperkuat oleh mukjizat yang
dimilikinya.
Sedangkan al-amin kedua yang diberikan kepada Nabi Musa terjadi bukan dalam masalah
risalah, akan tetapi tentang penilaian putri Nabi Syu’aib kepada Nabi Mu>sa> as. dengan
mengatakan:
ُت ا ْستَأْ ِجرْ هُ إِ َّن خَ ْي َر َم ِن ا ْستَأْ َجرْ تَ ْالقَ ِويُّ األ ِمين
ِ َت إِحْ دَاهُ َما يَا أَب
ْ َقَال.
Terjemahnya: “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku
ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), Karena Sesungguhnya orang yang paling
baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang Kuat lagi dapat dipercaya”
(QS. al-Qasas}: 26).[27][27]
25
Dalam tafsir al-Tabari dijelaskan bahwa penilaian salah satu putri Nabi Syu’aib terhadap
Nabi Musa bahwa dia sangat kuat dan dapat dipercaya karena apa yang dilihatnya pada saat
Nabi Musa memberi minum terhadap hewan ternak mereka, sedangkan penilaian amanah
terjadi karena keterjagaan pandangan Nabi Musa terhadap kedua putri Nabi Syu’aib dalam
perjalanan ke rumah mereka.[28][28]
2. Malaikat
Di antara makhluk yang menjadi objek amanah adalah malaikat. Malaikat terkadang disifati
sebagai al-amin oleh Allah swt., khususnya Jibril pembawa wahyu kepada para nabi.
َ َعلَى قَ ْلبِ َك لِتَ ُكونَ ِمنَ ا ْل ُم ْن ِذ ِرين. ُوح األ ِمين ُّ نز َل بِ ِه. َ َوإِنَّهُ لَتَنزي ُل َر ِّب ا ْل َعالَ ِمين.
ُ الر
Menurut Ibn ‘A<syu>r, yang dimaksud dengan al-ru>h} al-ami>n dalam ayat tersebut adalah
Jibri>l as. Menurutnya, Jibri>l as. dinamakan al-ru>h} karena malaikat berasal dari alam
ruhaniyah, sedangkan al-amin diberikan sebagai kepercayaan Allah swt. terhadap Jibri>l
untuk menyampaikan wahyu-Nya.[30][30]
Lain halnya dengan al-Sya’ra>wi>, menurutnya Jibri>l as. disebut al-ru>h} karena dengan
ruh seseorang akan hidup dan para malaikat itu hidup meskipun tidak memiliki jasad.
Sedangkan al-ami>n diberikan kepadanya karena dia terpelihara di sisi Allah swt., terpelihara
di sisi al-Qur’an dan terpelihara di sisi Nabi saw.[31][31]
Dengan demikian, mayoritas ulama tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud al-ru>h} al-
ami>n dalam ayat tersebut adalah Jibri>l as.[32][32]karena hal itu diperkuat oleh ayat lain
dalam QS. al-Baqarah: 97 yang menyebutkan nama Jibri>l as.
ِ ك بِإ ِ ْذ ِن هَّللا
َ ِ…قُلْ َم ْن َكانَ َع ُد ًّوا لِ ِجب ِْري َل فَإِنَّهُ نزلَهُ َعلَى قَ ْلب
26
Terjemahnya: “Katakanlah: “Barang siapa yang menjadi musuh Jibril,
Maka Jibril itu Telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah”.[33]
[33]
Ayat lain yang menjelaskan tentang malaikat disifati dengan amanah adalah QS. al-Takwi>r:
21-22:
ٍ ُاحبُ ُك ْم بِ َمجْ ن
ون ِ صَ َو َما.اع ثَ َّم أَ ِمي ٍن
ٍ َ ُمط.
Ayat tersebut di atas dan ayat sebelumnya menjelaskan beberapa sifat mulya malaikat Jibri>l
as. di antaranya kari>m/mulya karena diberikan tugas yang paling mulya yaitu
menyampaikan wahyu kepada para nabi, z\i> quwwah/memiliki kekuatan dalam menjaga dan
dijauhkan dari kelupaan dan kesalahan, z\i> al-‘arsy maki>n/mempunyai posisi yang tinggi di
sisi Allah swt. karena dia diberi apa yang dimintanya, mut}a>’in/yang ditaati di alam
malaikat karena pendapatnya menjadi rujukan para malaikat, ami>n/dipercaya membawakan
wahyu dan risalah Allah swt. terhadap para nabi-Nya.[35][35]
Dari kedua ayat tersebut, diketahui bahwa amanah bukan saja diberikan kepada manusia,
akan tetapi amanah juga dapat disematkan kepada para malaikat, khususnya malaikat Jibri<l
as. selaku penghubung Allah swt. dengan para nabi-Nya.
3. Jin
Jin meskipun sering dikonotasikan sebagai makhluk durhaka, akan tetapi dalam al-Qur’an
sebagian jin ada yang beriman kepada Allah swt.[36][36] bahkan ‘Ifri>t dari golongan jin
yang hidup pada masa nabi Sulaima>n berkenan membantu nabi Sulaima>n dengan berusaha
memindahkan singgasana ratu Balqi>s, sebagaimana dalam QS. al-Naml: 39:
ٌ ريت ِمنَ ْال ِجنِّ أَنَا آَتِيكَ بِ ِه قَ ْب َل أَ ْن تَقُو َم ِم ْن َمقَا ِمكَ َوإِنِّي َعلَ ْي ِه لَقَ ِويٌّ أَ ِم
ين ٌ قَا َل ِع ْف.
27
Terjemahnya: “Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan
datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari
tempat dudukmu; Sesungguhnya Aku benar-benar Kuat untuk membawanya lagi dapat
dipercaya”.[37][37]
Ayat tersebut menegaskan tentang kemampuan ‘Ifri>t memindahkan singgasana ratu Balqi>s
pada saat itu dalam waktu singkat. ‘Ifri>t juga menjamin bahwa dia dapat dipercaya dalam
melaksanakan tugas tersebut.
Al-Ma>wardi> dalam tafsirnya menjalaskan bahwa yang dimaksud dengan al-ami>n dalam
ayat tersebut ada tiga pendapat, yaitu: 1) dia dapat dipercaya menjaga permata dan berlian
yang terdapat dalam istana tersebut, 2) dia dapat dipercaya mendatangkan istana tersebut dan
tidak menggantinya dengan istana lain, 3) dia dapat dipercaya menjaga kehormatan ratu
balqi>s.[38][38]
Namun mayoritas ulama tafsir menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan al-ami>n dalam
ayat tersebut adalah jaminan kepercayaan yang diberikan oleh ‘Ifri>t untuk membawa istana
seperti sedia kala tanpa ada perubahan, pengurangan atau penambahan, khususnya yang
terkait dengan isi singgasana.
4. Manusia
Dalam al-Qur’an, manusia satu-satunya makhluk yang dicela karena menerima amanah dari
Allah swt. pada saat makhluk lain menolaknya ketika ditawarkan kepadanya.
ض َو ْال ِجبَا ِل فَأَبَ ْينَ أَ ْن يَحْ ِم ْلنَهَا َوأَ ْشفَ ْقنَ ِم ْنهَا َو َح َملَهَا اإْل ِ ْن َسانُ إِنَّهُ َكانَ ظَلُو ًما َجهُواًل
ِ ْت َواأْل َر
ِ إِنَّا َع َرضْ نَا اأْل َ َمانَةَ َعلَى ال َّس َما َوا.
Al-Biqa>’i ketika menafsirkan ayat di atas mengatakan bahwa yang dimaksud al-insa>n
adalah mayoritas manusia, bukan setiap individu manusia. Oleh karena itu, manusia yang
28
khianat terhadap amanah jauh lebih banyak dari pada yang memegang amanah, karena nafsu
manusia pada dasarnya penuh dengan kekurangan dan keinginan. Oleh sebab itu, Allah swt.
menyifati manusia dengan z}alu>m jahu>l agar manusia tidak sekedar melihat sifatnya yang
al-ins/jinak dan ramah, al-‘isyq/keinginan yang kuat, al-‘aql/akal fikiran dan al-
fahm/pemahaman sehingga seakan tidak memiliki kekurangan.[40][40]
Untuk melihat seberapa penting amanah dalam kehidupan sehari-hari, maka penting
menjelaskan sikap al-Qur’an terhadap amanah. Sikap al-Qur’an ketika menjelaskan ayat-ayat
amanah dapat dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu:
Orang yang berbuat baik kepada orang lain sesungguhnya ia telah berbuat baik kepada diri
sendiri. Begitu juga sikap amanah memiliki dampak positif bagi diri sendiri, di antaranya:
Kita akan dipercaya orang lain. Ini merupakan modal yang sangat berharga dalam kehidupan
sosial. Orang lain akan memberikan pandangan simpati. Mendorong kesuksesan dalam
kehidupan. Allah SWT akan memberikan kemudahan dalam menjalankan kehidupan.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman dalam surat al - Anfal (8) : 27, "Wahai orang-orang
yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu
mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui."
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam diberi gelar al-amin karena amanah dan tanggung
jawabnya yang sungguh mulia. Bahkan sebelum Rasulullah memulai hijrah ke Madinah,
orang - orang kafir Quraisy yang saat itu ingin menangkap Rasulullah, mereka menitipkan
barang - barangnya.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun orang-orang kafir Quraisy menentang ajaran Allah,
tetapi mereka tetap mempercayai Rasulullah sebagai manusia yang sangat menjaga
amanahnya.
Manusia yang mengingkari atau tidak menjalankan amanahnya disebut khianat. Dan diantara
tanda-tanda orang munafik adalah apabila ia diberi amanah, maka diingkari.
29
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Tiga tanda munafik adalah jika berkata ia
dusta; jika berjanji ia mengingkari; dan ketika diberi amanat, maka ia ingkar” (HR. Bukhari
no. 33 dan Muslim no. 59).
Sebagai muslim yang taat, sudah sepatutnya menjalankan apa yang diperintahkan karena
segala sesuatu yang ada pada diri manusia akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat dibuat beberapa poin-poin
penting sebagai kesimpulan sebagai berikut:
1. Amanah adalah kepercayaan yang diberikan oleh Allah swt. atau makhluk lain untuk
dilaksanakan oleh orang yang diberi amanah, baik dari kalangan malaikat, jin dan manusia,
atau bahkan alam semesta. Namun karena amanah sangat berat dilaksanakan dan dijaga
sehingga harus diberikan kepada orang yang profesional di bidang tersebut.
2. Amanah dilihat dari segi objek yang mendapatkan amanah, dapat diklasifikasi dalam
beberapa bagian, yaitu amanah bagi para nabi dan hal tersebut yang paling banyak disebutkan
dalam al-Qur’an karena amanah merupakan sifat wajib bagi para rasul, amanah bagi
malaikat, khususnya pembawa wahyu yaitu Jibri>>l as., amanah bagi jin yang hidup pada
masa Nabi Sulaiman, amanah bagi manusia secara umum dalam melaksanakan hal-hal yang
terkait dengan kewajiban kepada Allah swt., sesama manusia dan kepada dirinya sendiri,
bahkan ada amanah yang diberikan kepada wilayah/kampung yaitu kota Mekah.
3. Amanah juga dapat dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu amanah dalam bentuk
pekerjaan yang mencakup semua bentuk pekerjaan yang dipercayakan kepada seseorang,
baik dari Allah swt. maupun dari sesama manusia. Dan amanah dalam bentuk hukum yang
sebenarnya juga merupakan pekerjaan, akan tetapi khusus disebutkan karena menjadi asas
pemerintahan yang Islami.
30
4. Sikap al-Qur’an terhadap amanah terlihat dari perintah Allah swt. kepada manusia
untuk menunaikan amanah tersebut. Perintah tersebut menggunakan fi’il amr, fi’il mud}a>ri’
dan isim yang menunjukkan betapa amanah tersebut harus dijaga dan dilaksanakan, bahkan
al-Qur’an tidak cukup sekedar memerintahkan akan tetapi juga melarang khianat terhadap
amanah, bahkan khianat terhadap amanah sejajar dengan khianat terhadap Allah dan rasul-
Nya.
DAFTAR PUSTAKA
31
https://kumparan.com/berita-hari-ini/pengertian-amanah-dan-contohnya-dalam-ajaran-islam-
1vNVzmNEVM0/full
https://atikasalma55.wordpress.com/2012/12/18/makalah-tentang-sifat-amanah-menurut-al-
quran/
https://www.pelajaran.co.id/2019/03/pengertian-amanah-macam-jenis-contoh-sikap-dan-
perilaku-amanah.html
http://www.dakwatuna.com/2011/11/14/16463/perintah-menunaikan-amanah-bagian-ke-
1/#ixzz4SA5XdHO3.
32
MAKALAH
TAHARAH ( SEMUA BERSIH,HIDUP JADI NYAMAN)
Disusun Oleh :
TAHUN 2021
33
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
kekuatan lahir bathin makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga
dilimpahkan-Nya kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Kepada semua pihak yang telah memberikan saran dan kritik demi sempurnanya
makalah ini, ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
34
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar................................................................................................................................... ii
Bab I PENDAHULUAN
Latar Belakang........................................................................................................................ iv
Rumusan Masalah................................................................................................................... iv
Tujuan....................................................................................................................................... v
Bab II PEMBAHASAN
Pengertian Taharah.................................................................................................................. 1
Dalil Taharah........................................................................................................................... 2
Macam-macam Taharah…………………………………………………….……..2
35
Macam-macam Najis………………………………………………………………3
Tatacara Taharah……………………...…………………………………………...3
Hikmah Taharah…………………………………………….……………………..7
Kesimpulan.............................................................................................................................. 8
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Thaharah adalah hal yang sangat penting untuk diketahui, terutama dalam beribadah,
seperti halnya shalat. Thaharah menjadi syarat sahnya shalat. Jadi ketika hendak shalat
diharuskan suci badannya, tempatnya, serta suci dari hadast kecil dan hadast besar. Jika tidak
maka shalatnya tidak sah. Banyak sekali hikmah yang terkandung dalam thaharah. Kita
36
sebagai orang islam tentunya harus tahu bahkan wajib untuk mengetahui cara-cara bersuci,
karena suci adalah dasar ibadah bagi orang islam. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak
tidak lepas dari hal kotor ataupun najis, sehingga kita harus mensucikan diri terlebih dahulu
sebelum beribadah, baik dengan cara berwudlu’, mandi, ataupun bertayammum. Kalau kita
melihat secara teliti hamper seluruh kitab-kitab fiqih didahului dengan pembahasan tentang
thaharah. Dari hal ini kita dapat mengetahui bahwa betapa pentingnya tharah dalam
kehidupan sehari-hari. Namun meskipun menjadi hal yang mendasar, masih banyak orang
muslim yang tidak begitu mengerti tentang thaharah, najis, serta macam-macam air yang
dapat digunakan untuk bersuci. Semoga dengan makalah ini bisa membuat para pembaca
lebih memahami tentang thaharah.
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan
37
6.Mengetahui Hikmah Taharah ?
38
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Taharah
Thaharah menurut bahasa ialah bersih dan bersuci dari segala kotoran,
baik yang nyata seperti najis, maupun yang tidak nyata seperti aib. Menurut istilah
para fuqaha’ berarti membersihkan diri dari hadas dan najis, seperti mandi
berwudlu dan bertayammum.
Adapun thaharah menurut istilah syara’ adalah membersihkan segala
sesuatu yang menghalagi sahnya shalat, baik dari hadats atau najis dengan
menggunakan air atau yang lainnya, atau dengan menggunakan debu.
Suci dari hadats ialah dengan mengerjakan wudlu, mandi dan tayammum. Suci
dari najis ialah menghilangkan najis yang ada di badan, tempat dan pakaian.
ق َوا ْم َسحُوْ ا بِ ُرءُوْ ِس ُك ْم َواَرْ ُجلَ ُك ْم اِلَى ِ ِٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا قُ ْمتُ ْم اِلَى الص َّٰلو ِة فَا ْغ ِسلُوْ ا ُوجُوْ هَ ُك ْم َواَ ْي ِديَ ُك ْم اِلَى ْال َم َراف
ضى اَوْ ع َٰلى َسفَ ٍر اَوْ َج ۤا َء اَ َح ٌد ِّم ْن ُك ْم ِّمنَ ْالغ َۤا ِٕٕىِـ ِط اَوْ ٰل َم ْستُ ُم النِّ َس ۤا َء ٓ ٰ ْْال َك ْعبَ ْي ۗ ِن َواِ ْن ُك ْنتُ ْم ُجنُبًا فَاطَّهَّرُوْ ۗا َواِ ْن ُك ْنتُ ْم َّمر
هّٰللا
ج و َّٰل ِك ْن
ٍ طيِّبًا فَا ْم َسحُوْ ا بِ ُوجُوْ ِه ُك ْم َواَ ْي ِد ْي ُك ْم ِّم ْنهُ ۗ َما ي ُِر ْي ُد ُ لِيَجْ َع َل َعلَ ْي ُك ْم ِّم ْن َح َر َ ص ِع ْيدًا َ فَلَ ْم ت َِج ُدوْ ا َم ۤا ًء فَتَيَ َّم ُموْ ا
َي ُِّر ْي ُد لِيُطَهِّ َر ُك ْم َولِيُتِ َّم نِ ْع َمتَهٗ َعلَ ْي ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُوْ ن
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan
salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu
junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali
dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak
memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah
wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu,
tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya
bagimu, agar kamu bersyukur. ( QS.Al-Maidah Ayat:6).
Taharah merupakan anak kunci dan syarat sah salat. Dalam kesempatan
lain Nabi SAW juga bersabda:
ْ َّ َوت َْحلِ ْيلُ َها الت، َوت َْح ِر ْي ُم َها التَّ ْكبِ ْي ُر،ُصاَل ِة أَلطََّ َها َرة
سلِ ْي ُم ُ ِم ْفت:قال عليه الصالة والسالم
َّ َاح ال
“Nabi Bersabda: Kuncinya shalat adalah suci, penghormatannya adalah takbir dan
perhiasannya adalah salam.”
B.Dalil Taharah
َاِنَ هللاَ ي ُِحبُ التَ َوابِ ْينَ َويُ ِحبُ ْال ُمتَطَ ِه ِر ْين
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
menyucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)
Artinya: “Allah tidak akan menerima shalat yang tidak dengan bersuci.” (HR.
Muslim)
C.Macam-macam Taharah
40
a) Bersuci dari hadast. Dalam hal ini dibagi menjadi 2 hadas kecil dan hadas
besar. hadas kecil seperti Mengeluarkan sesuatu dari dubur atau kubulnya,
mengeluarkan madzi/ wadi, menyentuh kemaluan tanpa alas, tidur nyenyak
dengan posisi miringtanpa alas. sedangkan hadas besar seperti mengeluarkan mani
atau sperma, hubungan kelamin, serta terhentinya haid atau nifas.
b) Bersuci dari khabat atau najis Khabat (kotoran atau najis) adalah segala sesuatu
yang membuat kita tidak boleh mendirikan sholat.Adapun bersuci dari khabats
adalah menghilangkan kotoran atau najis yang ada pada badan, pakaian maupun
tempat.
D. Macam-macam najis:
(a) Najis mukhoffafah (najis ringan) Ialah najis yang cara menghilangkannya
cukup dengan memercikan air pada tempat yang terkena najis. Contoh: air
kencing bayi laki-laki yang hanya menyusu air susu ibunya.
(b) Najis mutawasitoh (najis sedang) Najis ini terbagi menjadi 2 yaitu najis
hukmiah dan najis ainah
(c) Najis mugholadoh (najis berat) Ialah najis yang cara menghilangkannya harus
dicuci dengan menggunakan air sebanyak tujuh kali dan salah dari padanya
dicampur dengan debu atau tanah yang suci. Najis semacam ini hanya ada satu
jenis saja yaitu badan, pakaian atau bejana yang terkena jilatan anjing.
41
2) Rukun Wudlu
Antara lain:
a. Niat
b. Membasuh muka
c. Membasuh dua tangan sampai siku
d. Mengusap sebagian kepala
e. Membasuh kaki sampai mata kaki
f. Tertib, artinya urut.
3) Sunnah Wudlu
a. Membaca basmallah
b. Membasuh tangan sampai pergelangan terlebih dahulu
c. Berkumur-kumur
d. Membersihkan hidung
e. Menyela-nyela janggut yang tebal
f. Mendahulukan anggota yang kanan
g. Mengusap kepala
h. Menyela-nyela jari tangan dan jari kaki
i. Megusap kedua telinga
j. Membasuh sampai tiga kali
k. Berturut-turut
l. Berdo’a sesudah wudlu
42
b. Mandi
1) Pengertian
Mandi dalam bahasa arab al ghuslu artinya mengalirkan alir pada apa saja.
Menurut pengertian syara’ berarti meratakan air yang suci pada seluruh tubuh
disertai dengan niat. Pengertian lain ialah mengalirkan air ke seluruh tubuh baik
yang berupa kulit, rambut, ataupun kuku dengan memakai niat tertentu. Mandi ini
ada yang hukumnya wajib dan ada yang sunnah.
3) Rukun mandi
a) Niat
b) Menghilangkan najis bila terdapat pada badannya
c) Meratakan air ke seluruh tubuh, baik berupa rambut maupun kulit
4) Sunnah mandi
a) Membaca basmallah
b) Berwudlu sebelum mandi
c) Menggosok badan dengan tangan
d) Menyela-nyela pada rambut yang tebal
e) Membasuh sampai tiga kali
f) Berturut-turut
43
g) Mendahulukan anggota yang kanan
h) Memakai basahan
c. Tayammum
1) Pengertian
Tayammum adalah salah satu cara bersuci, sebagai ganti berwudlu atau mandi
apabila berhalangan memakai air. (Imam Zarkasyi, 1995:20)
2) Syarat tayammum
a) Islam
b) Tidak ada air dan telah berusaha mencarinya, tetapi tidak bertemu
c)Berhalangan mengguankan air, misalnya karena sakit yang apabila menggunakan
air akan kambuh sakitnya
d) Telah masuk waktu shalat
e) Dengan debu yang suci
f) Bersih dari Haid dan Nifas
3) Rukun tayammum
a) Niat
b) Mengusap muka dengan debu dari tangan yang baru dipukulkan atau diletakkan
ke debu
c) Mengusap kedua tangan sampai siku, dengan debu dari tangan yang baru
dipukulkan atau diletakkan ke debu, jadi dua kali memukul.
d) Tertib
4) Sunnah tayammum
a) Membaca basmallah
b) Mendahulukan anggota kanan
c) Menipiskan debu di telapak tangan
d) Berturut-turut
44
5) Hal-hal yang membatalkan tayammum
a) Semua yang membatalkan wudlu
b) Melihat air, bagi yang sebabnya ketiadaan air
c) Karena murtad
d. Istinja’
Apabila keluar kotoran dari salah satu dua jalan, wajib istinja’ dengan air atau
dengan tiga buah batu, yang lebih baik mula-mula dengan batu atau sebagainya
kemudian diikuti dengan air. (Sulaiman Rasjid, 1981:37)
Adab buang air:
1) Sunnah mendahulukan kaki kiri ketika masuk ke dalam kamar mandi,
mendahulukan kaki kanan ketika keluar dari kamar mandi.
2) Tidak berbicara selama ada di dalam kamar mandi.
3) Memakai alas kaki.
4) Hendaklah jauh dari orang sehingga bau kotoran tidak sampai kepadanya.
5) Tidak buang air di air yang tenang.
6) Tidak buang air di lubang lubang tanah.
7) Tidak buang air di tempat perhentian.
E.Hikmah Taharah
1. Thaharah termasuk tuntutan fitrah.
2. Memelihara kehormatan dan harga diri orang Islam.
3. Memelihara kesehatan.
4. Menghadap Allah dalam keadaan suci dan bersih.
5. Thaharah berfungsi menghilangkan hadas dan najis juga berfungsi sebagai
penghapus dosa kecil dan berhikmah membersihkan kotoran indrawi.
45
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Kebersihan yang sempurna disebut thaharah, merupakan masalah yang
sangat penting dalam beragama dan menjadi pangkal dalam beribadah yang
menghantarkan manusia berhubungan dengan Allah SWT. Tidak ada cara bersuci
yang lebih baik dari pada cara yang dilakukan oleh syarit Islam, karena syariat
Islam menganjurkan manusia mandi dan berwudlu. Walaupun manusia masih
dalam keadaan bersih, tapi ketika hendak melaksanakan sholat dan ibadah-ibadah
lainnya yang mengharuskan berwudlu, begitu juga dia harus pula membuang
46
kotoran pada diri dan tempat ibadahnya dan mensucikannya karena kotoran itu
sangat menjijikkan bagi manusia
DAFTAR PUSTAKA
Ai Qahthani, Dr. Said bin Ali bin Wahb. 2004. Thaharah Nabi, Tuntunan
Bersuci Lengkap. Yogyakarta. Media Hidayah
http://annaba.sch.id/?p=1187#:~:text=Thaharah%20menurut%20bahasa
%20adalah%20bersih,tepat%20itu%20terbebas%20dari%20ketoran.
https://sites.google.com/site/yusminpadanggalosblancos/about-islam/bersuci-atau-
thahara-dalam-
Sa’di Adil. 2006. Fiqhun Nisa Thaharah dan Sholat. (Bandung: PT Mizan
Publika)
Muhammad jawad mughaniyah, fiqih lima madzab, (jakarta:pt lentera basri tama)
47
MAKALAH
INDAHNYA KEBERSAMAAN SHOLAT BERJAMAAH
48
Disusun Oleh :
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita semua, shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada rasulullah SAW. Yang telah berkenan memberi petunjuk dan kekuatan
kepada saya sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul: “
INDAHNYA KEBERSAMAAN SHALAT BERJAMAAH”.
49
Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi-materi yang ada.
Materi-materi bertujuan agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan
mahasiswa dalam belajar agama islam, serta mahasiswa juga dapat memahami
pengertian dan tata cara shalat.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang...................................................................................................1
50
2. Rumusan
Masalah...............................................................................................2
3. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian shalat berjamaah.............................................................................3
B. Dasar perintah shalat berjama’ah.....................................................................3
C. Fadhilah shalat berjama’ah...............................................................................3
D. Cara gerakan shalat berjama’ah dan masbuk...................................................3
E. Hikmah shalat berjama’ah................................................................................6
BAB III PENUTUP
Kesimpulan.......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
51
BAB I
PENDAHULUAN
Shalat berjama’ah itu adalah wajib bagi tiap-tiap mukmin laki-laki, tidak ada
keringanan untuk meninggalkannya terkecuali ada udzur (yang dibenarkan dalam agama).
Hadits-hadits yang merupakan dalil tentang hukum ini sangat banyak, di antaranya:
Dari Abu Hurairah radhiallaahu anhu, ia berkata, Telah datang kepada Nabi
shallallaahu alaihi wasallam seorang lelaki buta, kemudian ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku
tidak punya orang yang bisa menuntunku ke masjid, lalu dia mohon kepada Rasulullah
shallallaahu alaihi wasallam agar diberi keringanan dan cukup shalat di rumahnya.’ Maka
Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam memberikan keringanan kepadanya. Ketika dia
berpaling untuk pulang, beliau memanggilnya, seraya berkata, ‘Apakah engkau mendengar
suara adzan (panggilan) shalat?’, ia menjawab, ‘Ya.’ Beliau bersabda, ‘Maka hendaklah kau
penuhi (panggilah itu)’. (HR. Muslim)
HR. Muslim dan Muttafaq “alaih adalah dua dari sekian banyak sabda Rasulullah
shallallaahu alaihi wasallam yang meneggaskan bahwa sholat itu amatlah penting terutama
sholat berjamaah. Tetapi dewasa ini umat islam tidak terlalu memperdulikan panggilan adzan
yang terdengar di telinganya. Banyak alasan yang didapat dari hal tersebut, salah satunya
adalah kurangnya pengetahuan umat isalam akan dalil-dalil sholat berjamaah. Maka dari itu
penulis membuat makalah “DALIL SHOLAT BERJAMAAH” yang insyallah akan
membantu pembaca dan meberikan pengetahuan akan pentingnya sholat berjamaah.
B. Rumusan Masalah
Berdaasarkan latar belakang tersebut, masalah-masalah yang di bahas dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud shalat berjamaah?
2. Bagaimana tata cara shalat berjamaah?
3. Apa saja hikmah shalat berjamaah?
C. Tujuan
Adapun tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Mahasiswa bisa lebih mengerti tentang shalat berjamaah
2. Mahasiswa bisa mempraktekkan shalat berjamaah.
BAB II
PEMBAHASAN
(SHALAT BERJAMAAH)
53
B. Dasar Perintah shalat berjamaah
Sebagaimana firman Alllah:
{ رواه.ًصاَل ِة ْالفَ ِّذ بِ َسب ِْع َو ِع ْشـ ِر ْينَ َد َر َجـ ة َ صاَل ةُ ْال َج َما َع ِة تَ ْف
َ ض ُل َعلَى َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم
َ ِع َِن ا ْب ِن ُع َم َر قَا َل َرسُوْ ُل هللا
}البخا ري و مسلم
Artinya: “dari Ibnu Umar RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda: shalat berjamaah itu
melebihi keutamaan shalat sendirian, dengan dua puluh tujuh derajat”. (HR.Bukhari).
54
Sebagaimana sabda Nabi saw yang artinya: “dari Anas bahwa Nabi SAW
menguasakan kepad Ibnu Maktum atas madinah dua kali mengimani mereka, padahal dia
buta”. (HR. Ahmad dan Abu Daud)
4. Jika makmum hanya seorang, berdirilah disebelah kanan imam.
Sebagaimana sabda Nabi SAW yang artinya: “dari Jabir bin Abdullah yang berkata,
bahwa pada suatu ketika nabi saw shalat magrib, maka sayang datang lalu berdiri di sebelah
kirinya, maka beliau mencegah akudan menjadikan aku disebelah kanannya. Kemudian
datang temanku, maka kami berbaris dibelakangnya”. (HR. Abu Daud).
5. Hendaklah meluruskan dan merapatkan barisan.
Sebagaimana sabda Rasulullaah saw yang artinya: “dari Anas bahwa nabi SAW
ersabda: ratakanlah shafmu, karena merapatkan shaft itu termasuk sebagian dari
kesempurnaan shalat”. (HR. Bukhori muslim).
6. Isilah shaf (barisan) yang kosong.
Sebagaimana sabda Rasulullaah saw yang artinya: “dari annas,bahwa rasullah saw
brsabda : penuhilah dulu saf yang pertama kemudian saf berikutnya.hendaklah saf yang tidak
penuh itu saf yang di belangkang”(hr.ahmad,abu daut,nasai,dan ibnu maja ).
7. Saf wanita,letaknya dibelakang saf pria,
Sebagai mana sabda nabi saw yang artinya: “dari ibnu abas yang berkata : saya sholat
disamping nabi saw sedangkan aisa bersama kami dia sholat dibelakang dan aku disisi nabi” .
(hr.ahmad dan nasa’i).
8. Kemudian,apabilah imam betakbir,maka betakbirlah jangan mendahului, atau kita harus
mengikuti imam .
sebagai mana sabda nabi saw yang artinya: “dari abu hurairah,bahwa rasullah saw
sumgguh bahwa imam itu diangkat untuk diikuti.oleh karenanya apabila dia betakbir,maka
takbirlah kamu dan jangan lah kamu betakbir hingga ia bertakbir.dan apabila dia dia telah
ruku’,maka rukuklah kamu dan jangan kau ruku hingga ia ruku “.dan apabila dia bersujut
maka sujutlah kamu ,dan jangan kau bersujut hingga dia bersujut”.(hr.ahmad dan abu daut)
9. Baca imam jangan panjang panjang.
Sebagai mana sabda nabi saw yang artinya: “jika salah seorang diantara mu sholat
dengan orang banyak,maka hendalah diringgankannya,karena diantara mereka ,ada yang
lemah,sakit atau tua . adaun jika ia sholat sendirian bolehlah dipanjangkannya sekendak
hatinya”.(hr.jamaah).
10. Hendalah memperhatikan baca imam.
55
Makmum hendalah memperhatikan bacaan dan gerakkn imam . seandainya imam
salah atau lupa tentang bacaan dan gerakkan di saat sholat,makmum dapat meneggur dengan
bertasbih dengan laki laki dan bertepuk tanggan bgi perempuan.
Sebaimana sabda nabi saw yang artinya: “barang siapa yang tergangangung oleh
sesuatu dala sholatnya,hendaklah ia mengucapkan “subhanaullah”.bertepuktanggan untuk
kaum wanita,sedangkan tasbih untuk kaum lelaki”.(hr.ahmad,abu daut dan nasa’i).
11. Jika imam telah membaca “walladha-dhallin”maka bacalah “amin”.
Sebagaimana sabda nabi saw yang artinya: “Dari abu hurairah RA, bahwa rasallah
saw bersabda bahwa imam telah membaca “Ghairah Maghdlubi Alaihim walladha-dhallin”,
maka membaca “Amin”, sesungguh malaikat membaca “Amin” bersama-sam dengan imam
membaca “amin”. Barang siapa membaca bersama para malaikat, nisca diampuni dosa-
dosanya yang telah lampau “. (HR. Ahmad dan Nasa’i)
12. Hendaklah imam mengeraskan takbir intiqal.
Sebagaimana sabda nabi saw yang artinya: “Dari Said Ibnu Haris, berkata : Abu Said
bersholat menjadi imam kita, maka membaca takbir dengan nyaring takala menangkat
kepalany bangun dari sujud, ketika akan sujud, ketika bangun, dan ketika berdiri dari dua
rakaat. Selanjutnya dikatakan demikianlah aku melihat rasallah saw. (HR. Bukhoiri dan
Ahmad).
13. Jika kamu menjumpai imam telah sholat maka bertakbirlah lalu mengikuti pegerakan imam
dan jangan hitung rakaatnya, kecuali mendapatkan rukuk.
Sebagaimana sabda nabi saw yang artinya: “Dari Abu Khoirah, bahwa saw bersabda :
apabila kamu datang untuk sholat (jamaah) padahal kita sedang sujud, maka sujudlah dan
jangan kamu menghitungnya satu rakaat dan barang siapa yang menjumpai rukuknya imam,
berarti dia menjumpai sholat (rakaat sempurna)”. (HR. Abu Daud, Hakim dan Ibnu
Khuzaima).
14. Kemudian sempurnakanlah sholatmu setelah imam bersalam.
15. imam menghadap makmu atau ke arah sebelah kanan.
Sebagaimana sabda nabi saw yang artinya: “Dari Samura berkata : adalah nabi saw,
apabila telah mengerjakan sholat, beliau menghadapkan mukanya kepada kita. (HR.
Bukhoirah).
56
Ada yang dilaksanakan secara berulang kali dalam sehari semalam, yaitu shalat lima
waktu dengan berjamaah di masjid. Ada juga pertemuan yang dilaksanakan sekali dalam
sepekan, yaitu shalat Jum'at. Ada juga yang dilangsungkan setelah pelaksanaan ibadah yang
agung, dan terulang dua kali setiap tahunnya. Yaitu Iedul Fitri sesudah pelaksanaan ibadah
puasa Ramadlan dan Iedul Adha sesudah pelaksanaan ibadah Haji. Dan ada juga yang
dilaksakan setahun sekali yang dihadiri umat Islam dari seluruh penjuru negeri, yaitu wukuf
di Arafah. Semua ini untuk menjalin hubungan persaudaraan dan kasih sayang sesama umat
Islam, juga dalam rangka membersihkan hati sekaligus dakwah ke jalan Allah, baik dalam
bentuk ucapan maupun perbuatan.
2. Sebagai bentuk ibadah kepada Allah melalui pertemuan ini dalam rangka memperoleh
pahala dari-Nya dan takut akan adzab-Nya.
3. Menanamkan rasa saling mencintai. Melalui pelaksanaan shalat berjamaah, akan saling
mengetahui keadaan sesamanya.
Jika ada yang sakit dijenguk, ada yang meninggal di antarkan jenazahnya, dan jika ada
yang kesusahan cepat dibantu. Karena seringnya bertemu, maka akan tumbuh dalam diri
umat Islam rasa cinta dan kasih sayang.
4. Ta'aruf (saling mengenal).
Jika orang-orang mengerjakan shalat secara berjamaah akan terwujud ta'aruf. Darinya
akan diketahui beberapa kerabat sehingga akan tersambung kembali tali silaturahim yang
hampr putus dan terkuatkan kembali yang sebelumnya telah renggang. Dari situ juga akan
diketahui orang musafir dan ibnu sabil sehingga orang lain akan bisa memberikan haknya.
5. Memperlihatkan salah satu syi'ar Islam terbesar.
Jika seluruh umat Islam shalat di rumah mereka masing-masing, maka tidak mungkin
diketahui adanya ibadah shalat di sana.
6. Memperlihatkan kemuliaan kaum muslimin.
Yaitu jika mereka masuk ke masjid-masjid dan keluar secara bersamaan, maka orang
kafir dan munafik akan menjadi ciut nyalinya.
7. Memberi tahu orang yang bodoh terhadap syariat agamanya.
Melalui shalat berjamaah, seorang muslim akan mengetahui beberapa persoalan dan
hukum shalat yang sebelumnya tidak diketahuinya. Dia bisa mendengarkan bacaan yang bisa
dia petik manfaat sekaligus dijadikan pelajaran. Dia juga bisa mendengarkan beberapa bacaan
dzikir shalat sehinga lebih mudah menghafalnya. Dari sini, orang yang belum mengetahui
tentang syariat shalat, khususnya, bisa mengetahuinya.
57
8. Memberikan motifasi bagi orang yang belum bisa rutin menjalankan shalat berjamaah,
sekaligus mengarahkan dan membimbingnya seraya saling mengingatkan untuk membela
kebenaran dan senantiasa bersabar dalam menjalankannya.
9. Membiasakan umat Islam untuk senantiasa bersatu dan tidak berpecah belah. Dalam
berjamaah terdapat kekuasaan kecil, karena terdapat imam yang diikuti dan ditaati secara
tepat.
Hal ini akan membentuk pandangan berIslam secara benar dan tepat tentang pentingnya
kepemimpinan (imamah atau khilafah) dalam Islam.
10. Membiasakan seseorang untuk bisa menahan diri dari menuruti kemauan egonya.
Ketika dia mengikuti imam secara tepat, tidak bertakbir sebelum imam bertakbir, tidak
mendahului gerakan imam dan tidak pula terlambat jauh darinya serta tidak melakukan
gerakan bebarengan dengannya, maka dia akan terbiasa mengendalikan dirinya.
11. Membangkitkan perasaan orang muslim dalam barisan jihad.
sebagaimana yang Allah firmankan,
58
Jika terlihat orang memakai pakaian lusuh dan tampak tanda kelaparan dan kesusahan,
maka jamaah yang lain akan mengasihi dan membantunya. Jika ada yang tidak terlihat di
masjid, akan segera diketahui keadaannya, apakah sakit atau meremehkan kewajiban shalat
berjamaah. Orang yang sakit akan dijenguk dan diringankan rasa sakit dan kesusahannya,
sedangkan orang yang meremehkan shalat akan cepat mendapat nasihat sehingga akan
tercipta suasana saling tolong menolong dalam kebaikan dan takwa.
15. Akan menggugah keinginan untuk mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
dan para shabatnya.
Melalui shalat berjamaah, umat Islam bisa membayangkan apa yang pernah dijalani
oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersama para shabatnya. Sang imam seolah
menempati tempat Rasulullah yang para jamaah seolah menempati posisi sahabat.
16. Berjamaah menjadi sarana turunnya rahmat dan keberkahan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.
17. Akan menumbuhkan semangat dalam diri seseorang untuk meningkatkan amal shalihnya
dikarenakan ia melihat semangat ibadah dan amal shalih saudaranya yang hadir berjamaah
bersamanya.
18. Akan mendapatkan pahala dan kebaikan yang berlipat ganda, sebagaimana yang disabdakan
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "shalat berjamaah itu lebih utama 27 derajat daripada shalat
sendirian." (HR. Muslim)
19. Menjadi sarana untuk berdakwah, baik dengan lisan maupun perbuatan. Berkumpulnya
kaum muslimin pada waktu-waktu tertentu akan mendidik mereka untuk senantiasa mengatur
dan menjaga waktu.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Shalat berjama’ah itu adalah wajib bagi tiap-tiap mukmin laki-laki, tidak ada
keringanan untuk meninggalkannya terkecuali ada udzur (yang dibenarkan dalam agama).
59
Hal yang diperhatikan oleh imam dan makmum ketika shalat berjamaah, sebagai
berikut:
1. Apabila shalat telah di iqomatkan, maka datangilah dengan tenang
2. Hendaklah salah seorang diantara kamu menjadi imam
3. Orang buta boleh menjadi imam.
4. Jika makmum hanya seorang, berdirilah disebelah kanan imam.
5. Hendaklah meluruskan dan merapatkan barisan
6. Isilah shaf (barisan) yang kosong.
7. Saf wanita,letaknya dibelakang saf pria
8. Kemudian,apabilah imam betakbir,maka betakbirlah jangan mendahului, atau kita harus
mengikuti imam
9. Baca imam jangan panjang panjang.
10. Hendalah memperhatikan baca imam
11. Jika imam telah membaca “walladha-dhallin”maka bacalah “amin”.
12. Hendaklah imam mengeraskan takbir intiqal
13. Jika kamu menjumpai imam telah sholat maka bertakbirlah lalu mengikuti pegerakan imam
dan jangan hitung rakaatnya, kecuali mendapatkan rukuk.
14. Kemudian sempurnakanlah sholatmu setelah imam bersalam
15. imam menghadap makmu atau ke arah sebelah kanan
Demikian yang dapat kami paparkan di materi ini. Kami berharap, teman-teman bisa
mengerti tentang materi ini dan memaklumi kekurangan kami dalam membuat makala tentan
shalat berjamaah.
60
DAFTAR PUSTAKA
MAKALAH
PENGEMBANGAN MATERI PAI
61
Disusun Oleh
Kelompok 1 :
2021
KATA PENGANTAR
62
Sekadau, 17 Januari
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Nabi Muhammad saw. lahir pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awwal bertepatan dengan
tanggal 20 April 571 Masehi. Nabi Muhammad saw. lahir dalam keadaan yatim. Ayahnya,
63
Abdullah bin Abdul Muthalib wafat saat Nabi Muhammad saw. Masih berusia 6 bulan di
dalam kandungan ibunya, Siti Aminah. Saat bayi, Nabi Muhammad saw. diasuh oleh
Halimah Sa‘diyah dari Bani Saad, Kabilah Hawazin. Di perkampungan bani Saad inilah Nabi
diasuh dan dibesarkan sampai usia 5 tahun. Saat Nabi Muhammad saw. memasuki usia 6
tahun, ibunya wafat. Ia pun diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Kakeknya adalah seorang
pemuka Quraisy yang sangat disegani. Nabi Muhammad saw. mendapatkan kasih sayang dan
perhatian yang sangat besar dari sang kakek. Sayang, hanya dua tahun Nabi diasuh kakeknya.
Abdul Muthalib meninggal saat Nabi Muhammad saw. Berusia 8 tahun. Selanjutnya, Nabi
Muhammad saw. diasuh oleh pamannya, Abu Thalib sampai menginjak remaja.
Sejak diasuh oleh pamannya, Nabi Muhammad saw. berkembang sebagai seorang anak yang
mulai menginjak masa remaja. Di situlah Nabi Muhammad saw. diperkenalkan oleh
pamannya bagaimana cara menjalani hidup. Nabi Muhammad saw. mulai mencari pekerjaan
sebagai buruh di usianya yang baru sepuluh tahun agar dapat menghidupi dirinya sendiri.
Mulailah ia menjadi penggembala ternak milik orang lain di daerah gurun Mekah yang sangat
panas Ia makan dari tumbuhan liar yang terdapat di gurun. Di gurun pasir itulah ia
menghayati arti kehidupan. Kesulitan hidup, kesendirian, dan rasa tanggung jawab
menjadikannya lebih matang dari pada usianya.
BAB II
PEMBAHASAN
64
kakek. Sayang, hanya dua tahun Nabi diasuh kakeknya. Abdul Muthalib meninggal saat Nabi
Muhammad saw. Berusia 8 tahun. Selanjutnya, Nabi Muhammad saw. diasuh oleh
pamannya, Abu Thalib sampai menginjak remaja. Sejak diasuh oleh pamannya, Nabi
Muhammad saw. berkembang sebagai seorang anak yang mulai menginjak masa remaja. Di
situlah Nabi Muhammad saw. diperkenalkan oleh pamannya bagaimana cara menjalani
hidup. Nabi Muhammad saw. mulai mencari pekerjaan sebagai buruh di usianya yang baru
sepuluh tahun agar dapat menghidupi dirinya sendiri. Mulailah ia menjadi penggembala
ternak milik orang lain di daerah gurun Mekah yang sangat panas Ia makan dari tumbuhan
liar yang terdapat di gurun. Di gurun pasir itulah ia menghayati arti kehidupan. Kesulitan
hidup, kesendirian, dan rasa tanggung jawab menjadikannya lebih matang dari pada usianya.
Sang paman melihat kecerdasan dan kematangan keponakannya, maka pada usia 12 tahun,
Nabi Muhammad saw. diperkenalkan kepada ilmu perniagaan.. Nabi Muhammad saw. yang
masih remaja pun turut serta dalam pengelolaan ekonomi pamannya. Ia sudah ikut membawa
barang dagangan yang diambil dari majikannya, Siti Khadijah. Hampir 3 tahun Nabi
Muhammad saw. mengikuti pamannya untuk menjajakan barang dagangannya. Ketika
kafilah dagang mereka sampai di kota Basra di wilayah Syria Besar, seorang pendeta terkenal
di masa itu, Buhairah, menghampiri Abu Thalib dan mengatakan, “Aku mengenali anak
muda ini sebagai sosok yang kelak akan dinobatkan sebagai rahmat bagi semesta alam. Hal
ini telah tertulis jelas dalam kitab-kitab kami.” Buhairah selanjutnya menyarankan kepada
Abu Thalib, “Lindungi anak muda ini dari orang-orang Yahudi, lebih baik bawa ia kembali
ke Mekah.” Abu Thalib pun menuruti saran pendeta tersebut.
Pada usia 25 tahun, Nabi Muhammad saw. mulai berdagang sendiri tanpa bantuan
pamannya. Ia mengambil sendiri barang dagangannya dan memasarkannya. Ketika
berdagang, Nabi Muhammad saw. sangat jujur, tidak pernah membohongi para pembelinya.
Nabi tidak pernah mengambil keuntungan yang terlalu besar, selalu berkata sopan, ramah,
dan penuh kasih sayang.
Jadi, keberhasilan usaha dagang Nabi Muhammad saw. itu disebabkan oleh pribadi mulia
berikut ini.
1. Berpendirian teguh.
2. Memiliki semangat kerja yang tinggi.
3. Memiliki kejujuran yang luar biasa.
4. Menjunjung tinggi amanah atau kepercayaan yang diberikan orang lain.
5. Mampu menghadapi segala cobaan dan rintangan dalam perjalanan.
6. Menyamakan pelayanan terhadap para pembeli.
7. Memiliki sifat percaya diri.
8. Menampilkan keramahan dan kesopanan, serta kasih sayang kepada siapa saja.
9. Kejujuran, perilaku santun,
10. kesopanan berbicara, kerja keras,
11. dan kecerdasan Nabi Muhammad
65
12. saw. merebut hati setiap orang,
13. termasuk Siti Khadijah. Pertama-tama
14. ia meminta Nabi Muhammad saw.
15. untuk memasarkan barang dagangannya
16. ke Syria. Hasilnya luar biasa.
17. Itulah yang membuat Siti Khadijah
18. tertarik dan akhirnya menikah dengan
19. Nabi Muhammad saw. Mereka
20. dikaruniai 7 orang anak, yaitu: Ibrahim, Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah,
21. Ummi Kulsum dan Fatimah.
Wahyu per tama inilah yang menandakan bahwa Nabi Muhammad saw. dipilih dan diangkat
Allah Swt. Untuk menjadi utusan-Nya atau Rasul.
Setelah wahyu pertama ini Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama, sementara Nabi
Muhammad saw. terus menantikan wahyu berikutnya dan selalu datang ke Gua Hira. Dalam
keadaan menanti itulah turun wahyu kedua, yaitu Q.S.al-Mudda£ir/74: 1-7.
66
ٰۤياَيُّهَا ۡال ُم َّدثِّ ُر
قُمۡ فَا َ ۡن ِذ ۡر
َو َربَّكَ فَ َكب ِّۡر
َوثِيَابَكَ فَطَه ِّۡر
اهج ُۡر ۡ ََوالرُّ ۡجزَ ف
َواَل تَمۡ نُ ۡن ت َۡست َۡكثِ ُر
ؕاصبِ ۡرۡ َك ف َ َِّو لِ َرب
Artinya :
Wahai orang yang berkemul (berselimut)!
bangunlah, lalu berilah peringatan!
dan agungkanlah Tuhanmu,
dan bersihkanlah pakaianmu,
dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji,
dan janganlah engkau (Muhammad) memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang
lebih banyak.
Dan karena Tuhanmu, bersabarlah.
Dengan turunnya wahyu yang kedua, yaitu Q.S. al-Muddasir/74:1-7, Rasulullah saw.
mulai berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Nabi mengajak orang-orang yang terdekat
dengannya. Tujuannya, agar mereka lebih dulu percaya kepada seruannya dan mengikutinya.
Tempat yang beliau pilih untuk berdakwah adalah rumah al-Arqam bin Abil Arqam al
Akhzumi.
Orang-orang yang pertama kali memeluk Islam atau yang dikenal as-Sabiqun al-Awwalun,
Mereka adalah Siti Khadijah, Abu Bakar, Ali bin Abi Talib, Zaid bin Harisah, dan Ummu
Aiman.
Selain yang tersebut di atas, berkat bantuan Siti Khadijah dan Abu Bakar Siddiq, dari hari ke
hari bertambahlah orang-orang yang beriman kepada seruan beliau, baik pria maupun wanita.
Sahabat pria yang kemudian segera beriman, adalah: Usman bin Affan, Zubair bin Awwam,
Abdurrahman bin Auf, Abdullah bin Mas’ud, Ammar bin Yasir, Yasir (bapak ‘Amar), Sa’id
bin Zaid, Amir bin Abdullah, Usman bin Madlun, Qudamah bin Madlun, Abdullah bin
Madlun, Khalid bin Sa’ad, Sa’ad bin Abi Waqqas, Thalhah bin Ubaidillah, Arqam bin Abil
Arqam, Ja’far bin Abi Thalib, Khabab bin Al Art, Bilal bin Rabah, Abi Dzarim Al Ghafary,
Abu Salamah, ‘Imran bin Hasyim, Hasyim (bapak Imran), ‘Amir bin Sa’id, dan ‘Ubaidah bin
Al-Haris.
Sementara itu, para wanitanya adalah: Shafiyyah binti Abdil Muthallib, Lubabah Ummul
Fadhal binti Haris, Ummu Salamah (istri Abu Salamah), Asma binti Abu Bakar, Asma binti
67
Amies (istri Ja’far), Ratimah binti Khattab, Summiyah (Ibu Ammar)
Setelah Nabi Muhammad saw. berdakwah secara sembunyi-sembunyi, maka turunlah wahyu
yang ketiga, yaitu Q.S. al-Hijr/15: 94-95:
Setelah Rasulullah saw. menerima wahyu tersebut, beliau mulai berdakwah secara terang-
terangan. Pertama-tama, Nabi mengumpulkan seluruh sanak keluarganya di kaki Gunung
¢afa untuk mengajak mereka beriman kepada Allah Swt. Akan tetapi, salah seorang
pamannya, Abu Lahab, bersikap sinis dan tidak mau menerima dakwah Rasulullah saw.
Banyak cara yang dilakukan oleh orang-orang kafir Quraisy untuk menghambat dakwah
Rasul, di antaranya mencoba menyuruh pamannya Abu Thalib untuk menghentikan dakwah
keponakannya itu. Namun, Nabi Muhammad menolak dan mengatakan,”Demi Allah,
meskipun seluruh anggota keluarga mengucilkanku, aku akan terus berdakwah menyebarkan
ajaran Islam”.
Kegagalan kafir Quraisy untuk menghambat dakwah Rasul, menjadikan mereka semakin
marah dan emosi. Budak-budak mereka yang masuk Islam dibunuh dan disiksa. Seluruh
pengikut Nabi selalu diancam dan diteror agar menolak ajakan Nabi Muhammad saw. Abu
Jahal, paman Nabi Muhammad saw. menyewa orang Yahudi untuk mengejek dan mencaci
maki Nabi dengan harapan ia berhenti berdakwah. Akan tetapi, justru akhirnya si Yahudi itu
masuk Islam karena keluhuran akhlak Nabi.
Setelah kafir Quraisy gagal melakukan tekanan, mereka menawarkan harta benda, wanita,
dan pangkat agar Nabi mau meninggalkan dakwahnya. Kaum Quraisy mengutus Utbah bin
Rabiah untuk menawarkan hal-hal tersebut. Utbah mengatakan: “Hai Muhammad! Jika kau
menginginkan kekayaan, saya sanggup menyediakannya. Jika kau menginginkan pangkat
yang tinggi, saya sanggup mengangkatmu menjadi raja. Jika kau menginginkan seorang
wanita cantik, saya sanggup mencarikannya dengan syarat kau berhenti melanjutkan
dakwahmu. Nabi Muhammad saw. tidak tertarik pada tawaran itu dan terus berdakwah.
Setelah kafir Quraisy gagal lagi, akhirnya mereka memboikot Nabi Muhammad saw. Bani
Muthallib, dan Bani Hasyim. Karena pemboikotan ini, umat Islam terkurung di celah-celah
kota Mekah bernama Syiib. Pemboikotan berlangsung selama tiga tahun dimulai pada tahun
ketujuh kenabian. Isi pemboikotan itu ditulis dalam selembar surat yang berisi:
68
3. Kaum Quraisy tidak akan melakukan jual-beli dengan orang Islam.
4. Kaum Quraisy tidak akan berbicara ataupun menengok orang Islam yang sakit.
5. Kaum Quraisy tidak akan mengantar mayat orang Islam ke kubur.
6. Kaum Quraisy tidak akan menerima permintaan damai dengan orang Islam dan
menyerahkan Muhammad untuk dibunuh.
Undang-undang pemboikotan itu digantung di dinding Ka’bah. Penulisnya bernama Manshur
bin Ikrimah. Setelah tiga tahun, undang-undang tersebut rusak karena dimakan rayap.
Kemudian, undang-undang tersebut dirobek oleh Zubair bin Umayyah, Hisyam bin Amr,
Muth’im bin Adi, Abu Bakhtari bin Hisyam, dan Zama’ah bin Al-Aswad. Mereka merasa
kasihan dengan siksaan kaumnya kepada Bani Hasyim dan Bani Muthallib.
69
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Nabi Muhammad saw. lahir hari Senin, 12 Rabiul Awwal atau bertepatan dengan 20
April 571 Masehi. Tahun kelahiran Nabi Muhammad saw. disebut Tahun Gajah.Sifat-sifat
Nabi Muhammad saw., antara lain tidak mudah putus asa, semangat kerja yang tinggi, selalu
jujur, amanah, tabah, optimis, dan percaya diri.
Nabi Muhammad saw. diangkat menjadi Rasul pada usia 40 tahun dengan menerima wahyu
pertama Q.S. al-Alaq/96:1-5 melalui perantara Malaikat Jibril di Gua Hira.
Dakwah Nabi secara sembunyi-sembunyi dimulai setelah turun wahyu kedua, Q.S. al-
Mudda£ir/74: 1-7, masih sebatas keluarga dekat. Dakwah Nabi secara terang-terangan
dimulai setelah turun wahyu Q.S. al-Hijr/15: 94-95.
Dalam berdakwah beliau mendapatkan berbagai rintangan, baik dari keluarga maupun kaum
Quraisy dan pihak luar. Namun, semua dihadapi oleh Nabi dengan penuh kesabaran dan
keikhlasan. As-S±biqμn al-Awwalμn adalah orang-orang yang pertama kali memeluk Islam.
Mereka adalah Siti Khadijah, Abu Bakar, Ali bin Abi T±lib, Zaid bin Harisah, dan Ummu
Aiman.
70
c. Dalam mengajak teman untuk berbuat baik tidak boleh dengan cara-cara
kekerasan,tetapi perlu dengan keteladanan, sabar, lemah lembut dan kasih sayang.
DAFTAR PUSTAKA
https://mahsyarsejuk11.wordpress.com
https://ustadzuna-gpaismpngresik.blogspot.com
id.scribd.com/presentaion
71
MAKALAH
(KANDUNGAN SURAH AL – MUJADALAH AYAT 11)
72
MATA KULIAH PENGEMBANGAN MATERI PAI DASAR 2
Disusun Oleh :
TAHUN 2021
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
kekuatan lahir bathin makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga
73
Makalah ini membahas tentang “(KANDUNGAN SURAH AL – MUJADALAH
AYAT 11 )”yang menjadi tugas bagi mahasiswa IAIN Pontianak dalam mata kuliah
PENGEMBANGAN MATERI PAI DASAR 2 pada Prodi Pendidikan Agama Islam yang
dibimbing oleh IBU Ana Rosilawati,S.Ag.,M.Ag. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih terdapat kekurangan dan kekhilafan. Oleh karena itu kepada semua pembaca dan pakar
dimohon saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Kepada semua pihak yang telah memberikan saran dan kritik demi sempurnanya
makalah ini, ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Penyusun
74
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Bagi umat islam, ilmu pengetahuan berkaitan erat dengan keyakinan terhadap al-Quran yang
diwahyukan serta pemahaman mengenai kehidupan dan alam semesta yang diciptakan. Di
dalam keduanya terdapat ketentuan-ketentuan Allah yang bersifat absolut, dimana yang satu
dinamakan kebenaran Qur’ani (ayat Qur’aniyah) dan yang satunya lagi disebut kebenaran
kauni (ayat Kauniyyah). Kebenaran tersebut hanya dapat didekati oleh manusia melalui
proses pendidikan dengan berbagai pendekatan dan dilakukan secara continue. Al-Quran
yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW mengemban beberapa fungsi utama, yaitu
sebagai hudan, (petunjuk), bayyinah (pe njelas) dan furqan (pembeda). Ketiga fungsi ini
sangat relevan dan mampu menjawab berbagai macam permasalahan sejak al-Quran
diturunkan sampai masa kini, bahkan mampu memberikan keyakinan bagi setiap orang yang
bertanya kepadanya, hal ini tergambar dengan ayat pertama dengan perintah “iqra”(bacalah).
Kata “iqra” ini mengandung berbagai ragam arti, antara lain, menyampaikan, menelaah,
75
membaca, mendalami, meneliti mengetahui ciri-cirinya dan sebagainya, yang kesemuanya
dapat dikembalikan kepada hakikat “menghimpun” (Shihab, 1996: 67). Di samping itu Al-
Quran juga membawa tiga wawasan yang perlu dikaji dan di alami. Ketiga wawasan tersebut
dan wawasan kesejahteraan (al-wa’y al falah). Membahas hubungan antara alQuran dan ilmu
pengetahuan ibarat membahas tentang teori relavitas atau bahasan tentang luar angkasa,
misalnya: ilmu komputer tercantum dalam al-Quran akan tetapi yang lebih penting adakah
satu ayat al-Quran yang menghalangi kemajuan ilmu pengetahuan atau sebaliknya, serta
adakah satu ayat al-Quran yang bertentangan dengan hasil kemajuan ilmiah yang telah teruji
kebenarannya? Dengan kata lain, meletakkannya pada sisi “social psychoogy” (psikologi
soial) bukan pada sisi “history of scientific progress” (sejarah perkembangan ilmu
dari wahyu pertama yang diterima oleh nabi Muhammad SAW. Pada surah Al-‘alaq ayat 1-5
sebagai wahyu pertama itu tidak menjelaskan apa yang dibaca, karena al-Quran menghendaki
apa saja yang dibaca umatnya untuk membaca apa saja selama bacaan itu didasarkan pada
bismi Rabbik, yakni bermanfaat bagi kesejahteraan dan kehidupan manusia. Hal ini
mengandung pengertian bahwa objek perintah iqra mencakup segala sesuatu yang dapat
dijangkau oleh akal pikiran manusia. Dari wahyu pertama tersebut diperoleh isyarat bahwa
ada dua cara perolehan dan pengembangan ilmu, yaitu Allah mengajar dengan pena yang
telah diketahui oleh manusia sebelumnya dan juga mengajar tanpa pena yang belum diketahui
caranya. Artinya bahwa cara pertama, adalah belajar menggunakan media atau alat bantu atas
dasar usaha manusia. Cara kedua, mengandung arti bahwa mengajar tanpa menggunakan
media alat bantu atas dasar usaha manusia. Walaupun demikian, keduanya berasal dari
sumber utama, yaitu Allah SWT. Eksistensi manusia baik posisinya sebagai makhluk sosial
maupun individual tidak akan terlepas dari kebutuhannya akan ilmu pengetahuan. Bahkan
76
tinggi rendahnya kedudukan manusia di muka bumi ini, salah satunya ditentukan oleh ilmu
yang dimilikinya, disamping faktor lainya seperti nilai ketakwaan. Disamping itu juga, ilmu
dilahirkan tidak mengetahui apa-apa (la ta’lamuna syaia). Namun demikian, dalam
dengan berbagai cara dan pendekatan dengan mendayagunakan berbagai potensi yang
77
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
1
muslim mengambil tempat duduk yang tidak perlu. Hendaklah ia mempersilakan
Ayat ini turun, lanjutnya berkenaan dengan majelis Rasulullah di serambi Masjid
Nabawi pada hari Jumat. Waktu itu datang sejumlah sahabat ahli badar yang
biasanya diberi tempat khusus oleh Rasulullah. Saat ahli badar ini datang dan
mengucap salam, mereka menjawab salam tapi tidak memberi tempat duduk.
Maka Rasulullah pun memerintahkan sahabat lainnya untuk bangkit dan memberi
tempat duduk bagi ahli badar tersebut. Orang-orang munafik yang mengetahui
untuk memberi tempat duduk ahli badar, akan diberkahi Allah. Allah pun
Ayat ini juga menunjukkan keutamaan ahli ilmu. Bahwa orang-orang yang
Asbab an-Nuzul
2
Ayat Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Muqotil bahwa ayat ini turun
pada hari Jumat. Ketika itu, melihat beberapa sahabat yang dulunya
Suyuthi, 2008: 554), diantaranya tsabit ibn qais mereka telah didahului
oleh mereka. Kemudian orang-orang itu berkata, “Demi Allah swt, dia
tidak adil kepada mereka. Orang-orang itu telah mengambil tempat duduk
mereka dan ingin berdekat dengan Rasulullah saw tetapi dia menyuruh
3
Surah Al-Mujadalah ayat 11 ini memberikan gambaran tentang perintah bagi
setiap manusia untuk menjaga adab sopan santun dalam suatu majlis pertemuan
merupakan salah satu surah dalam al-Qur’an dengan jumlah 22 ayat. Surat ini
73). Surah ini termasuk golongan surat madaniyah. Surat ini dinamai “al-
Mujadalah” (wanita yang mengajukan gugatan), karena pada awal surat ini
derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat.
Ibnu Katsir )
4
Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa memberikan kemudahan kepada
orang yang ada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan
selama itu terus membantu saudaranya.” Oleh karena itu Allah Ta’ala
majlis Dzikir. Yaitu, jika mereka melihat salah seorang diantara mereka
berkata bahwa ayat ini diturunkan pada hari Jum’at. Imam Ahmad dan
lain dari tempat duduknya lalu dia menempati tempat duduk itu, tetapi
dari hadits Nafi’) Dan Imam asy-Syafi’i meriwayatkannya dari jabir bin
5
memberikan keringanan untuk berdiri dengan berlandaskan pada hadits:
hadits ini: “Barang siapa yang suka disambut oleh orang-orang dengan
oleh kisah Sa’ad bin Mu’adz, yaitu yang merupakan pejabat di Bani
berdiri itu sebagai suatu kebiasaan, maka hal itu merupakan syi’ar non
seorangpun yang lebih dicintai oleh para Sahabat Nabi selain Rasulullah
sendiri. Dan jika beliau datang, mereka tidak berdiri untuk menyambut
terhadap hal tersebut.” Dan dalam hadist yang diriwayatkan dalam kitab
tempat di mana beliau duduk itu selalu menjadi pusat perhatiaan majelis.
para pejabat duduk sesuai dengan kedudukan mereka. Abu bakar duduk
disebelah kanan beliau, sedangkan ‘Umar duduk disebelah kiri beliau. Dan
6
sering kali ‘Utsman dan ‘Ali berada di hadapan beliau. Sebab, keduanya
termaksud guru tulis yang menulis wahyu dan beliau memang menyuruh
disusul oleh orang-orang berikutnya.” Yang tidak lain itu supaya mereka
setelah beliau, maka di luar shalat sudah pasti lebih dari itu. Abu Dawud
kalian dan janganlah kalian berikan sela untuk syaitan. Dan barang siapa
7
yang menyambung barisan maka Allah akan menyambung dirinya, dan
diirnya.” Demikian ‘Ubay bin Ka’ab, tokoh ulama tafsir, apabila iya
orang itu, Adapun orang yang pertama. Maka ia berlindung kepada Allah
dan Allah pun melindunginya. Kemudian orang yang kedua merasa malu
sehingga Allah pun merasa malu kepadanya. Dan orang yang ketiga
8
kecuali dengan ijin keduanya”. Demikian yang di riwayatkan oleh Abu
Dawud dan at-Tarmidzi dari hadist ‘Utsman bin Zaid al-Laitsi. Hadist
antara kamu dan orangorang yang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
akan pergi lalu dia keluar, maka akan mengurangi haknya. Bahkan hal itu
9
orang yang tidak berhak mendapatkan hal tersebut dan orang-orang yang
BAB III
PENUTUP
ini memberikan gambaran tentang perintah bagi setiap manusia untuk menjaga
adab sopan santun dalam suatu majlis pertemuan dan adab sopan santun terhadap
dengan jumlah 22 ayat. Surat ini turun di Madinah. Yang diturunkan sesudah surat
berhubugan dengan etika dan sopan pendidikan yakni: Pertama, Kajian Tekstual.
10
di muka bumi ini. Sementara itu manusia, menurut al-Quran memiliki potensi
menginformasikan kepada umat manusia bahwa ada beberapa alat yang dapat
digunakan untuk meraih ilmu pengetahuan, diantaranya: (1) panca indra dan akal
yakni ada empat sarana yang dapat digunakan untuk memperoleh ilmu, yaitu
pendengaran, mata (penglihatan), akal dan hati; (2) Observasi dan trial and error
Akal (intellenc) dan pemikiran (reflection). Di samping mata, telinga, dan pikiran
bagaimana pentingnya peran kesucian hati. Ilmu pengetahuan akan mudah diraih
dan dipahami dengan baik, apabila hati seorang itu bersih. Dari sinilah para
DAFTAR PUSTAKA
https://sultra.kemenag.go.id/berita/read/509391/gelar-pertemuan-rutin-
pokjaluh-muna-bahas-keutamaan-menuntut-ilmu#:~:text=Allah%20pun
%20menurunkan%20Surat%20Al,akan%20memberikan%20kelapangan
%20untuk%20mereka.&text=Bahwa%20orang%2Dorang%20yang
%20beriman,akan%20ditinggikan%20derajatnya%20oleh%20Allah.
11
https://media.neliti.com/media/publications/195153-ID-pendidikan-
dalam-al-quran-konsep-talim
12