Anda di halaman 1dari 5

Nama : Muhammad Wildan Abdussyukur (11711090)

Kelas / Semester / Jurusan : C / 6 / PAI FTIK


Makul : Bimbingan Konseling Pendidikan
Dosen Pengampu : Dr. Muhammad Edi Kurnanto, S.Ag. M.Pd.
SINOPSIS TEMA 7
Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling.
A. Pendahuluan
Menurut saya mengapa materi strategi layanan bimbingan dan konseling perlu dibahas
karena dengan strategi akan memberikan perbaikan dengan pengalaman hidup baru, artinya
klien/peserta didik harus dapat merubah kehidupan tanpa melihat asal usul masalah mereka serta
dengan strategi akan mendapatkan pendekatan umpan balik langsung kepada klien sehingga
dapat membantu klien menyadari apa yang telah ia kerjakan atau yang belum ia kerjakan, apa
yang telah dipirkan dan apa yang belum dipirkan, dan apa yang ia telah rasakan dan yang ia
belum rasakan dalam berbagai situasi.
B. Ringkasan Materi
1. Bimbingan Kelompok
Hallen (2002) menjelaskan bahwa layanan bimbingan kelompok yaitu layanan yang
memungkinkan sejumlah peserta didik untuk bersamasama mengemukakan pendapat
tentang sesuatu dan membicarakan topik-topik penting. Bimbingan kelompok mengacu
kepada aktivitas-aktivitas yang berfokus pada penyediaan informasi atau pengalaman
melalui sebuah aktivitas kelompok yang terencana dan terorganisir.
Bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok menyediakan informasi-informasi
dan mengarahkan diskusi agar anggota kelompok menjadi lebih sosial atau untuk untuk
membantu anggota-anggota kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan bersama (Mungin
Eddy Wibowo, 2005)
Peranan anggota kelompok dalam bimbingan kelompok, yaitu aktif membahas
permasalahan atau topik umum tertentu yang hasil pembahasannya itu berguna bagi para
anggota kelompok: berpartisipasi aktif dalam dinamika interaksi sosial, menyumbang bagi
pembahasan masalah, dan menyerap berbagai informasi untuk diri sendiri. Suasana interaksi
multiarah, mendalam dengan melibatkan aspek kognitif. Sifat pembicaraan umum, tidak
rahasia, dan kegiatan berkembang sesuai dengan tingkat perubahan dan pendalaman
masalah/topik.
Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang diberikan kepada klien secara
kelompok dengan jumlah anggota kelompok berkisar antara 10-15 orang. Dalam
pelaksanaannya bimbingan kelompok dipimpin oleh satu orang konselor yang telah terampil
dalam memimpin kegiatan kelompok. Oleh karena itu, seorang calon konselor harus benar-
benar mempelajari dan mendalami pelaksanaan layanan bimbingan kelompok agar
pelaksanaan yang professional benar-benar dapat terwujud secara utuh.
2. Konseling Individu
Hallen (2002) mengungkapkan bahwa layanan konseling individual yaitu layanan
bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mendapat layanan langsung
tatap muka dengan guru BK. Lebih lanjut ditegaskan bahwa Layanan Konseling Individu
adalah merupakan salah satu pemberian bantuan secara perorangan dan secara langsung.
Dalam cara ini pemberian bantuan dilakukan secara face to face relationship (hubungan
muka ke muka, atau hubungan empat mata) antara konselor dengan individu yang terjadi
ketika seorang konselor bertemu secara pribadi dengan klien untuk tujuan konseling. Ini
adalah interaksi antara konselor dan konseli dimana banyak yang berfikir bahwa ini adalah
esensi dari pekerjaan konselor.
Konseling individu merupakan bentuk layanan yang paling utama dalam pelaksanaan
fungsi pengentasan masalah klien. Dengan demikian konseling perorangan merupakan
”jantung hati”. Implikasi lain pengertian ”jantung hati” adalah apabila seorang konselor
telah menguasai dengan baik apa, mengapa dan bagaimana pelayanan konseling itu
(memahami, menghayati dan menerapkan wawasan, pengetahuan dan ketrampilan dengan
berbagai teknik dan teknologinya), maka diharapkan ia dapat menyelenggarakan layanan-
layanan bimbingan lainnya tanpa mengalami banyak kesulitan.
Banyak peserta didik yang tidak mau membicarakan masalah pribadi atau urusan pribadi
mereka dalam diskusi kelas dengan guru. Beberapa dari mereka ragu untuk berbicara di
depan kelompok-kelompok kecil. Oleh karena itu, konseling individu dalam sekolah-
sekolah, tidak terlepas dari psikoterapi, didasarkan pada asumsi bahwa klien itu akan lebih
suka berbicara sendirian dengan seorang konselor. Selain itu, kerahasiaan, selalu dianggap
sebagai dasar konseling. Akibatnya, muncul asumsi bahwa siswa membutuhkan pertemuan
pribadi dengan seorang konselor untuk mengungkapkan pikiran mereka dan untuk
meyakinkan bahwa pengungkapan mereka akan dilindungi. Tidak ada yang lebih aman dari
pada konseling individu. Secara menyeluruh dan umum, proses konseling individu dari
kegiatan paling awal sampai kegiatan akhir, terdapat lima tahap yaitu: tahap pengantaran
(introduction), tahap penjajagan (insvention), tahap penafsiran (interpretation), tahap
pembinaan (intervention) dan tahap penilaian (inspection). Dalam keseluruhan proses
layanan konseling individu, konselor harus menyadari posisi dan peran yang sedang
dilakukannya.
3. Konseling Kelompok
Hallen (2002) bahwa layanan konseling kelompok yaitu layanan yang memungkinkan
peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan
yang dialaminya melalui dinamika kelompok. Dinamika kelompok adalah suasana yang
hidup, yang berdenyut, bergerak, yang ditandai dengan adanya interaksi antar sesama
anggota kelompok. Selanjutnya layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok
merupakan dua jenis layanan yang saling keterkaitannya sangat besar. Dalam kegiatan
kelompok (baik layanan bimbingan kelompok maupun konseling kelompok).
Ohlsen dalam Mungin Eddy Wibowo (2005) menyatakan bahwa konseling kelompok
merupakan pengalaman terpenting bagi orang-orang yang tidak mempunyai masalah-
masalah emosional yang serius. Dalam konseling kelompok ada hubungan antara konselor
dengan anggota kelompok penuh rasa penerimaan kepercayaan dan rasa aman. Dalam
hubungan ini anggota kelompok (klien belajar menghadapi, mengekspresikan dan
menguasai perasaan-perasaan atau pemikiran-pemikiran yang mengganggunya yang
merupakan masalah baginya. Topik atau masalah yang dibahas dalam konseling kelompok
bersifat “pribadi” yaitu masalah itu memang merupakan masalah pribadi yang secara
langsung dialami, atau lebih tepat lagi merupakan masalah atau kebutuhan yang sedang
dialami oleh para anggota kelompok yang menyampaikan topik atau masalah itu. Masalah
atau topik pribadi “berada di dalam diri anggota kelompok yang menyampaikannya, menjadi
“milik” atau bagian dari pribadi anggota kelompok yang bersangkutan.
Dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok, sangat berbeda dengan pelaksanaan
layanan bimbingan kelompok, walaupun secara umum kelihatan sama. Dalam beberapa
pemahaman dijelaskan bahwa antara pelaskanaan layanan konseling kelompok dengan
bimbingan kelompok dapat dikatakan “sama tetapi berbeda”. Bahkan dalam beberapa
pendapat dikatakan bahwa perbedaan antara pelaksanaan layanan bimbingan kelompok
dengan konseling kelompok sama dengan “dua orang anak kembar” yang sepintas lalu
kelihatan sama tetapi mengalami banyak perbedaan.
Sepintas lalu memang sulit bagi guru lain dalam memberdayakannya. Tetapi kondisi ini
dapat dijawab dengan memperhatikan secara seksama tentang pelaksanaan yang dilakukan
oleh konselor, apakah yang dilakukan itu layanan bimbingan kelompok atau konseling
kelompok.
Dalam pelaksanaan konseling kelompok, jumlah anggota kelompok berkisar antara 8-10
orang. Jumlah ini agak sedikit dibanding dengan jumlah anggota bimbingan kelompok.
Lebih lanjut ditambakan oleh Prayitno (2017) bahwa pelaksanaan layanan ini dapat
dilakukan dimana saja, baik dalam ruang tertutup atau ruangan terbuka, asalkan kenyamanan
dan keamanan klien dapat terjaga dengan baik.
C. Analisis
Analisis melihat bahwa strategi layanan bimbingan dan konseling merupakan suatu
kebutuhan yang mencakup berbagai dimensi dan dilaksanakan secara terpadu, ditujukan untuk
seluruh peserta didik (murid), dengan menggunakan berbagai strategi dan meliputi ragam
dimensi, serta bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi secara optimal, mencegah
terhadap timbulnya masalah dan berusaha membantu memecahkan masalah peserta didik
(murid). Esensi strategi untuk membantu murid mengembangkan dan menguasai perilaku yang
diharapkan terletak pada pengembangan lingkungan belajar yang memungkinkan murid
memperoleh perilaku baru yang efektif. Dalam suatu lingkungan perkembangan akan
mengandung unsur-unsur peluang, pendukung dan penghargaan.
DAFTAR PUSTAKA
Hallen. 2002. Bimbingan dan Konseling. Ciputat pers: Jakarta.
Prayitno. 2017. Konseling Profesional yang Berhasil. Rajawali Press: Jakarta.
Eddy Wibowo, Mungin. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang: UNNES Press.

Anda mungkin juga menyukai