Anda di halaman 1dari 9

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah dengan judul
“Konseling Kelompok” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak
terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah Psikologi
Konseling II. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah pengetahuan dan
wawasan bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempuraan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat berguna bagi para pembaca.

Tomohon, 2 Juni 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu dalam rangka memberikan
kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya dan juga bersifat pencegahan. Konseling
kelompok dapat pula bersifat penyembuhan masalah atau topik yang dibahas dalam konseling kelompok
bersifat pribadi, yaitu masalah yang di bahas merupakan masalah pribadi yang secara langsung dialami
atau lebih tepat lagi merupakan masalah atau kebutuhan yang sedang dialami oeh para anggota kelompok
yang menyampaikan topik atau masalah. Layanan konseling kelompok merupakan suatu proses antar
pribadi yang dinamis yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang sadar dan melibatkan fungsi-fungsi
terapi seperti sifat permisif, berorientasi pada kenyataan, katarsis, saling mempercayai, saling pengertian,
saling menerima, dan saling mendukung. Dalam layanan konseling kelompok ada beberapa asas yang
harus di terapkan, antara lain asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kekinian, kenormatifan.
Konseling kelompok dapat berjalan dengan baik apabila komponen-komponen dalam kelompok itu
terbentuk, misalnya di tetapkannya Pemimpin kelompok (PK), Anggota kelompok (AK).

Bimbingan kelompok adalah bantuan yang diberikan oleh orang yang ahli kepada sekumpulan
orang baik anak-anak, remaja maupun dewasa. Sejalan dengan itu menurut Natawidjaja (dalam Lilis
Satriah, 2014 : 17), bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan kepada sekumpulan orang
yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu dalam kelompok tersebut dapat memahami
dirinya, sehingga dapat dan sanggup mengarahkan dirinya, dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan
tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya. Dan
terdapat definisi lain yang dikemukakan oleh Winkel (dalam Lilis Satriah, 2014 : 17 ) bahwasanya
bimbingan kelompok merupakan layanan bantuan yang diberikan kepada individu yang terkumpul dalam
suatu kelompok untuk mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan tempat mereka hidup. Didalam
memberikan layanan bantuan atau dapat kita katakan “bimbingan” dapat diberikan kepada individu
maupun kelompok dari berbagai rentang usia, artinya sasaran bimbingan adalah individu secara
perorangan ataupun individu dalam kelompok, baik anak-anak, remaja, dewasa, maupun lansia.

Bimbingan Konseling yang dilaksanakan atau dipraktekan sebagai upaya untuk membantu individu-
individu yang memerlukan bantuan diperlukan adanya berbagai persiapan-persiapan agar pelayanan yang
diberikan optimal. Persiapan yang dimaksud adalah meliputi perencanaan yang merupakan fungsi dasar
atau fundamental.

Bimbingan dan konseling merupakan suatu bentuk layanan pemberian bantuan kepada individu yang
mempunyai suatu masalah. Layanan bimbingan dan konseling ini dapat dibagi menjadi 2, yakni
bimbingan konseling individu dan bimbingan konseling kelompok. Bimbingan konseling individu
dilakukan secara sendiri atau individual saja, tidak ada orang lain yang ikut di dalamnya kecuali konselor
dan individu itu sendiri. Sedangkan bimbingan dan konseling kelompok itu dilakukan secara bersama-
sama dan berkelompok. Biasanya disesuaikan dengan permasalahan-permasalahan apa yang sedang
dihadapi atau berdasarkan masalah-masalah yang sama antara seseorang dengan orang lainnya. Dengan
adanya pengelompokkan ini akan dapat lebih mudah untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan
cara berkelompok.
Dalam layanan bimbingan konseling kelompok ini juga akan dibahas tentang bagaimana tahap-tahap
perkembangan kelompok. Tahap-tahap perkembangan kelompok ini dapat dijadikan sebagai pedoman
atau panduan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling kelompok.

B. Rumusan Masalah

 Apa yang dimaksud dengan Konseling Kelompok?


 Apa Tujuan dari Konseling Kelompok?
 Bagaimana Perbedaan dari Konseling Individu dan Konseling Kelompok?
 Apa saja factor-faktor Terapeutik Konseling Kelompok?

C. Tujuan

 Untuk memahami apa itu konseling kelompok


 Untuk mengetahui tujuan dari konseling kelompok
 Untuk dapat membedakan konseling individu dan konseling kelompok
 Untuk mengetahui factor-faktor terapeutik Konseling Kelompok
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konseling Kelompok


Konseling kelompok adalah suatu bentuk layanan atau bantuan oleh seorang konselor
kepada individu yang membutuhkan untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi yang
dilaksanakan dalam situasi kelompok dengan melibatkan fungsi saling mempercayai, saling
pengertian, saling menerima dan saling mendukung.
Konseling kelompok adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui
wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada beberapa individu yang
tergabung dalam suatu kelompok kecil dengan mempunyai permasalahan yang sama (disebut
klien) dan membutuhkan bantuan yang bermuara pada terselesaikannya masalah yang sedang
dihadapi oleh segenap anggota kelompok
Konseling kelompok merupakan pemberian bantuan dengan memanfaatkan dinamika
kelompok untuk mengetahui konsep diri masing-masing anggota. Konseling kelompok biasanya
dilakukan untuk jangka waktu pendek atau menengah. Melalui konseling kelompok
memungkinkan terjadinya komunikasi antar pribadi dimana dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan pemahaman dan penerimaan diri terhadap nilai-nilai kehidupan dan segala tujuan
hidup serta untuk belajar perilaku tertentu ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.
Pengertian Konseling Kelompok Menurut Para Ahli:
 Menurut Kurnanto (2014), konseling kelompok adalah suatu bantuan kepada individu
dalam situasi kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, serta diarahkan
pada pemberian kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhan.
 Menurut Lumongga (2011), konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang
dinamis dan terfokus pada pikiran dan tingkah laku yang disadari serta dibina dalam
suatu kelompok yang dimanfaatkan untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan
diri menuju perilaku yang lebih baik dari sebelumnya.
 Menurut Winkel dan Hastuti (2004), konseling kelompok adalah layanan konseling
perorangan yang dilaksanakan dalam suasana kelompok, dalam prosesnya hubungan
konseling diusahakan dalam suasananya hangat, terbuka, permisif, dan penuh keakraban.
 Menurut Adhiputra (2015), konseling kelompok adalah suatu proses antara pribadi yang
dinamis, terpusat pada pemikiran dan perilaku yang sadar dan melibatkan fungsi-fungsi
seperti berorientasi pada kenyataan, saling mempercayai, saling pengertian, saling
menerima, dan saling mendukung.
 Menurut Prayitno (2017), konseling kelompok adalah usaha pemberian bantuan yang
diberikan oleh seorang konselor kepada orang-orang yang membutuhkan untuk
mengentaskan masalah yang sedang dihadapinya dalam suasana kelompok

B. Tujuan Konseling Kelompok 

Menurut Prayitno (2017), kelebihan dari konseling kelompok adalah berkembangnya kemampuan
sosialisasi seseorang, khususnya kemampuan berkomunikasinya. Melalui konseling kelompok, hal-hal
yang dapat menghambat atau mengganggu sosialisasi dan komunikasi diungkap dan didinamikakan
melalui berbagai teknik, sehingga kemampuan sosialisasi dan komunikasi seseorang berkembang secara
optimal.

Menurut Winkel dan Hastuti (2004), tujuan konseling kelompok adalah sebagai berikut: 

1. Masing-masing anggota kelompok memahami dirinya dengan baik dan menemukan dirinya
sendiri. Berdasarkan pemahaman diri itu dia lebih rela menerima dirinya sendiri dan lebih terbuka
terhadap aspek-aspek positif dalam kepribadiannya. 
2. Para anggota kelompok mengembangkan kemampuan berkomunikasi satu sama lain sehingga
mereka dapat saling memberikan bantuan dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan yang
khas pada fase perkembangan mereka.
3. Para anggota kelompok memperoleh kemampuan pengatur dirinya sendiri dan mengarahkan
hidupnya sendiri, mula-mula dalam kontra antar pribadi di dalam kelompok dan kemudian juga
dalam kehidupan sehari-hari di luar kehidupan kelompoknya.
4. Para anggota kelompok menjadi lebih peka terhadap kebutuhan orang lain dan lebih mampu
menghayati perasaan orang lain. Kepekaan dan penghayatan ini akan lebih membuat mereka
lebih sensitif juga terhadap kebutuhan-kebutuhan dan perasaan-perasaan sendiri.
5. Masing-masing anggota kelompok menetapkan suatu sasaran yang ingin mereka capai, yang
diwujudkan dalam sikap dan perilaku yang lebih konstruktif. 
6. Para anggota kelompok lebih berani melangkah maju dan menerima risiko yang wajar dalam
bertindak, dari pada tinggal diam dan tidak berbuat apa-apa. 
7. Para anggota kelompok lebih menyadari dan menghayati makna dan kehidupan manusia sebagai
kehidupan bersama, yang mengandung tuntutan menerima orang lain dan harapan akan diterima
orang.
8. Masing-masing anggota kelompok semakin menyadari bahwa hal-hal yang memprihatinkan bagi
dirinya sendiri kerap juga menimbulkan rasa prihatin dalam hati orang lain. Dengan demikian dia
tidak merasa terisolir, atau seolah-olah hanya dialah yang mengalami ini dan itu.
9. Para anggota kelompok belajar berkomunikasi dengan anggota-anggota yang lain secara terbuka,
dengan saling menghargai dan menaruh perhatian. Pengalaman bahwa komunikasi demikian
dimungkinkan akan membawa dampak positif dalam kehidupan dengan orang-orang yang dekat
di kemudian hari.

C. Perbedaan Konseling Individu dan Konseling Kelompok

Ada beberapa kesamaan dan perbedaan antara layanan konseling kelompok dengan layanan konseling
individual. Prayitnomengungkapkan bahwa unsur-unsur konseling perorangan tampil secara nyata dalam
konseling kelompok, yang menjadi pembeda antara konseling perorangan (individual) dengan konseling
kelompok adalah satu hal yang paling pokok ialah dinamika interaksi social yang dapat berkembang
dengan intensif dalam suasana kelompok, yang justru tidak dijumpai dalam konseling perorangan.9

Ditambahkan oleh Prayitno bahwa suasana kelompok yaitu antar hubungan dari semua orang yang
terlibat didalam kelompok merupakan wahana dimana masing-masing anggota kelompok itu (secara
perorangan) dapat memanfaatkan semua informasi, tanggapan dan berbagai reaksi dari anggota kelompok
lainnya untuk kepentingan dirinya yang bersangkut paut dengan pengembangan diri anggota kelompok
yang bersangkutan. Kesempatan timbal balik inilah yang merupakan dinamika dari kehidupan
berkelompok (dinamika kelompok) yang akan membawakan kemanfaatan bagi para anggotanya.

Winkel dan Sri Hastuti mengungkapkan bahwa ada beberapa perbedaan yang tampak dalam
pelaksanaan layanan konseling individu dan layanan konseling kelompok, yaitu sebagai berikut:
1. Dalam konseling kelompok terdapat kesempatan luas untuk berkomunikasi dengan
teman-teman sebaya mengenai segala apa yang merisaukan hati. Dalam konseling
individual komunikasi terbatas pada interaksi dengan konselor.
2. Dalam konseling kelompok para anggota tidak hanya menerima bantuan psikologis,
tetapi mereka juga saling memberikan bantuan. Suasana usaha kooperatif dapat sangat
berkesan bagi orang muda yang jarang mengalaminya dan akan berdampak positif
terhadap perkembangan kepribadiannya. Dalam konseling individual unsur saling
memberi tidaklah ada.
3. Dalam memimpin suatu kelompok konseling, konselor mengemban tugas yang lebih
berat karena harus membagi perhatiannya dan mengikuti jalannya pembicaraan bersama
secara seksama supaya proses konsseling berjalan sesuai dengan tuntutan suatu proses
konseling, sedangkan dalam konseling individual tugas konselor lebih ringan.
4. Dalam konseling kelompok para konseli ikut bertanggung jawab terhadap pembinaan
persatuan kelompok dan terhadap kelancaran proses konseling. Dengan demikian,
motivasi para konseli mendapat orientasi tambahan, dibanding dengan konseling
individual dimana konseli hanya menghadapi dirinya sendiri.
5. Bahan pembicaraan atau materi diskusi dalam konseling kelompok dan individual sama-
sama menyangkut ragam bimbingan akademik, bimbingan jabatan, atau ragam
bimbingan pribadi-sosial, namun kelihatannya ada persoalan- persoalan yang lebih cocok
untuk ditangani dalam konseling individual.
6. Konseling kelompok dan konseling individual dapat sangat bermanfaat bagi seseorang,
namun orang yang satu lebih tertolong dalam konseling individual dan yang lain lebih
tertolong dalam konseling kelompok

Selain perbedaan yang telah diungkapkan diatas, terdapat beberapa keunggulan yang diberikan oleh
layanan konseling kelompok, seperti yang diungkapkan oleh Prayitno bahwa keunggulan yang diberikan
oleh layanan konseling kelompok adalah aspek ekonomis/efisiensi. Kemudian Prayitno juga
menambahkan bahwa keuntungan lainnya adalah dalam layanan konseling kelompok interaksi antar
individu anggota kelompok yang khas yang tidak mungkin terjadi pada konseling individual. Keuntungan
ketiga layanan konseling kelompok ditambahkan juga oleh Prayitno bahwa dinamika kelompok yang
terjadi didalam kelompok itu mencerminkan suasana kehidupaan nyata yang dapat dijumpai di
masyarakat secara luas.Sedang keuntungan keempat juga ditambahkan oleh Prayitno yaitu yang telah
lama dikenal ialah layanan konseling kelompok dapat merupakan wilayah penjajagan awal bagi (calon)
klien untuk memasuki layanan konseling perorangan/individual11 . Proses dinamika kelompok dalam
layanan konseling kelompok merupakan hal utama yang membedakannya dengan layanan
konselingindividual. Dimana dalam konseling individual, klien hanya mendapatkan masukan, tanggapan,
atau respon dari satu sumber (yaitu konselor) sehingga solusi pemecahan masalah yang didapatkannya
terbatas pada masukan konselor sebagai pembimbing. Sedangkan dalam konseling kelompok, klien
mendapatkan banyak tanggapan dan masukan dari berbagai sumber yang berbeda, sehingga klien akan
mendapatkan beberapa alternatif solusi atau pemecahan dari permasalahannya, dan memilih mana yang
lebih baik untuk dipraktekkan dalam mengenaskan permasalahan tersebut, namun tetap berada dibawah
bimbinganguru pembimbing/konselor.
D. Faktor-Faktor Terapeutik Konseling Kelompok

Menurut Yalom (1975) ada 11 faktor kuratif dalam konseling kelompok:

1. Pembinaan harapan

Harapan klien untuk berubah akan membutanya bertahan dalam konseling. Apalagi jika ada temannya
yang berhasil sebagai saksi dalam konseling.

2. Universalitas

Klien sering beranggapan bahwa dia sendiri yang memiliki masalah dan masalahnya itu unik yang orang
lain tidak akan pernah memiliki. Namun, ketika klien tahu berbagai masalah yang juga unik yang
dihadapi oleh anggota kelompok, maka dia akan merasakan dirinya tidak sendiri dan tidak terisolasi.

3. Penerangan

Penerangan bersifat didaktis yang dapat dilakukan oleh professional atau anggota. Misal, cara belajar
yang baik dan cara menumbuhkan kepercayaan diri.

4. Altruisme

Konseling kelompok melatih anggota menerima dan memberi. Mungkin selama ini menganggap dirinya
sebagai beban keluarga, namun dalam konseling kelompok dia bisa berperan penting bagi orang lain. Dia
dapat menolong, memberikan dukungan, keyakinan, saran-saran pada anggota lain, sehingga dapat
meningkatkan harga dirinya, merasa berharga.

5. Pengulangan Korektif keluarga asal

Konselor, asisten konselor dan anggota kelompok dapat dipandang sebagai representasi dari keluarga asal
klien. Klien seperti mengulang pengalaman masa kecilnya dalam keluarga asal. Dari sini klien akan
belajar perilaku baru dalam berhubungan dengan orang lain.

6. Pengembangan teknik sosialisasi

Umpan balik dari anggota akan menolong klien untuk merubah sikapnya dalam berhubungan dengan
orang lain.

7. Peniruan perilaku

Seringkali klien memperoleh manfaat dari pengamantannya dalam proses konseling kelompok. Klien
dapat mengamati dan meniru cara konselor maupun anggota lain dalam bersikap memcahkan masalah.

8. Belajar berhubungan dengan pribadi lain

Jika klien dapat berinteraksi dengan baik dalam kelompok, maka pengalaman ini dapat diharapkan untuk
dilakukan di luar kelompok.

9. Rasa kebersamaan
Rasa tertarik anggota pada kelompok dapat membuat rasa bersatu, satu anggota dengan yang lain bisa
saling menerima, sehingga dapat membentuk hubungan yang berarti dalam kelompok.

10. Katarsis

Katarsis merupakan faktor penyembuh dalam konseling kelompok. Klien datang dengan penuh gejolak
emosi dan dalam konseling klien dapat mengekspesikannya dengan bantuan konselor maupun anggota
lainnya.

11. Eksistensi

Kadang-kadang ada klien yang menganggap bahwa hidup ini tidak adil dan tidak seimbang. Klien
kemudian mempertanyakan tentang hidup dan mati. Di dalam konseling kelompok topik seperti ini dapat
timbul dan didiskusikan. Tanggapan dan dukungan dari anggota lain akan sangat banyak menolong.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

konseling kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik
(klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya
melalui dinamika kelompok; masalah yang dibahas itu adalah masalah-masalah pribadi yang dialami oleh
masing-masing anggota kelompok.

Tujuan yang dari konseling kelompok yakni Dalam konseling kelompok terdapat kesempatan luas
untuk berkomunikasi dengan teman-teman sebaya mengenai segala apa yang merisaukan hati. Dalam
konseling individual komunikasi terbatas pada interaksi dengan konselor. Dan dalam konseling kelompok
para anggota tidak hanya menerima bantuan psikologis, tetapi mereka juga saling memberikan bantuan.
Suasana usaha kooperatif dapat sangat berkesan bagi orang muda yang jarang mengalaminya dan akan
berdampak positif terhadap perkembangan kepribadiannya. Dalam konseling individual unsur saling
memberi tidaklah ada.

B. Saran dan Kritik

Anda mungkin juga menyukai