Di susun Oleh :
Supratno (204011012)
Wilda Shofwatul Maula (2040110120)
D5 BKI
b) RUMUSAN MASALAH
1. Apa Yang Dimaksut Dengan Konseling Kelompok Dan Ciri Kelompok ?
2. Bagaimana Teori Pembentukan Kelompok?
3. Bagaimana Manfaat Dan Keterbatasan Kelompok?
4. Bagaimana Jepnis Konseling Kelompok?
5. Bagaimana Dinamika Dan Ketrampilan Dasar Pemimpin Kelompok?
c) TUJUAN MASALAH
1. Untuk Mngetahui Definisi Dan Ciri Konseling Kelompok
2. Untuk Mengetahui Teori Pembentukan Kelompok
3. Untuk Mengetahui Manfaat Dan Keterbatasan Kelompok
4. Untuk Mengetahui Jenis Konseling Kelompok
5. Untuk Mengetahui Dinamika Dan Ketrampilan Dasar Pemimpin Kelompok
BAB II
PEMBAHASAN
1
Prayitno, Pelayanan Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi, 1998), hal 111
2
M. Edi Kurnanto, Konseling Kelompok, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal 7
sikap dan prilaku tertentu.3 Dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok merupakan
konseling yang dilaksanakan dalam bentuk kelompok bersifat pemecahan dan
penyembuhan yang terdiri dari empat sampai delapan konseli sehingga dalam konseling
kelompok konseli dapat berinteraksi untuk meningkatkan pemahaman dan mempelajari
atau menghilangkan perilaku atau sikap-sikap tertentu.
B. Ciri-Ciri Konseling Kelompok
a. Interaksi yang dinamis
adalah suasana interaksi dalam konseling kelompok yang menunjukkan terjadinya
suasana berbagi pendapat, wawasan dan pengalaman, perasaan di antara anggota
kelompok dalam memberikan informasi, menganalisa dan memecahkan
permasalahan yang dimunculkan dalam kelompok. Suasana seperti itu terjadi
karena terjalinnya hubungan yang akrab, hangat, terbuka, saling percaya, dan
menghargai di antara anggota kelompok sehingga menimbulkan perubahan yang
positif dalam diri masing-masing anggota kelompok.
b. Fungsi penyembuhan (therapeutik)
yaitu terbebasnya setiap anggota kelompok dari rasa takut untuk dikecam atau
dikritik oleh orang lain (anggota kelompok lain dan pemimpin kelompok)
sehingga ia bebas menyatakan ide-ide dan kecemasan-kecemasan,
kekecewaankekecewaan, melakukan katarsis, menjelajahi diri sendiri secara
psikologis dan mengekspresikan kebahagiannya. Fungsi terapeutik ini terjadi
karena terpenuhinya kebutuhan psikologis masing-masing anggota seperti
kebutuhan untuk merasa dimiliki, dihargai, dibanggakan, dihormati, dan dipahami
dalam suasana kelompok yang saling menghargai, berbagi, menghormati, empati
dan dialog yang hangat serta ramah.
c. Membahas masalah pribadi yang dikemukakan oleh anggota kelompok.
Oleh karena itu konseling kelompok memungkin anggota kelompok untuk
memahami dirinya sendiri seluas-luas dan sedalam-dalamnya, menganalisis
dirinya, dan menerima dirinya sendiri, dan mengambil keputusan dalam
3
Rifda El Fiah, Ice Anggralisa, Efekitvitas Layanan Konseling Kelompok Dengan Pendekatan Realita Untuk
Mengatasi Kesulitankomunikasi Interpersonal Peserta Didik Kelas X Man Krui Lampung Barat T.P 2015/2016, Vol
3 No, 1 Tahun 2016, Jurnal Bimbingan dan Konseling, hal 50
memecahkan masalah dalam dirinya sehingga dapat menerima dirinya secara
positif.
Dengan demikian bahwa layanan konseling kelompok yaitu dapat dirumuskan
sebagai bentuk layanan kelompok untuk membantu mengentaskan masalah
pribadi anggota kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok.
C. Teori Pembentukan Kelompok
Individu yang memutuskan untuk membentuk kelompok memiliki alasan tertentu. Hal ini
dipaparkan oleh Thomas (2005) yang mengemukakan beberapa teori tentang terbentuk-
nya kelompok, antara lain:
a) Teori Kontrak Sosial/Perjanjian Sosial
Teori ini dikembangkan oleh Rousseau, Hobbes, dan Locke. Mereka sama-sama
berangkat dari suatu pemikiran awal yang menyatakan bahwa terbentuknya suatu
negara adalah karena adanya kesepakatan dari masyarakat atau individu-individu
dalam masyarakat untuk melakukan kesepakatan atau perjanjian. Mereka sama-
sama mendasarkan analisis-analisis mereka pada anggapan dasar bahwa
manusialah sumber dari kewenangan suatu negara.
b) Teori Hasrat Sosial
Teori ini berpendapat, manusia yang tadinya hidup terpisah pisah kemudian hidup
dalam pergaulan antarmanusia disebabkan karena pada diri tiap individu terdapat
hasrat sosial yang senantiasa mendorong untuk bergaul dengan sesamanya.
c) Teori Tenaga yang Menggabungkan
Pencetus teori ini adalah P. J. Bowman. Ia berteori bahwa kelompok terbentuk
karena manusia senantiasa hidup bersama dalam suatu pergaulan yang didorong
oleh tenaga-tenaga yang menggabungkan atau mengintegrasikan individu ke
dalam suatu pergaulan.
d) Teori Kedekatan (Propinquity Theory)
Merupakan teori yang sangat dasar tentang terbentuknya kelompok, yang
menjelaskan bahwa kelompok terbentuk karena adanya afiliasi (perkenalan) di
antara orang-orang tertentu.
e) Teori Keseimbangan (A Balance Theory)
Salah satu teori yang agak menyeluruh (comprehensive) penjelasannya tentang
pembentukan kelompok ialah teori keseimbangan (a balance theory of group
formation) yang dikembangkan oleh Theodore Newcomb. Teori ini menya- takan
bahwa seseorang tertarik yang lain karena ada kesa- maan sikap di dalam
menanggapi suatu tujuan.
f) Teori Alasan Praktis (Practical Theory)
Teori alasan praktis (practicalities of group formation) dicetuskan oleh H. Joseph
Reitz (1985) yang berasumsi bahwa individu bergabung dalam suatu kelompok
untuk memenuhi beragam kebutuhan praktis. Menurut teori Ab- raham H.
Maslow menggolongkan kebutuhan praktis ter- sebut, yaitu: (a) kebutuhan
fisiologis (udara, air, makanan, pakaian); (b) kebutuhan rasa aman; (c) kebutuhan
untuk menyayangi dan disayangi; (d) kebutuhan terhadap penghargaan diri; dan
(e) kebutuhan mengaktualisasikan diri. Berikut teori-teori lainnya yang
dikemukakan oleh para ahli mengenai terbentuknya kelompok:
g) Teori Aktivitas-Interaksi-Sentimen
Teori yang dikemukakan oleh George C. Homans (1910- 1989) ini
mengemukakan bahwa kelompok terbentuk ka- rena individu-individu melakukan
aktivitas bersama se- cara intensif sehingga memperluas wujud dan cakupan
interaksi di antara mereka. Pada akhirnya, akan muncul sentimen (emosi atau
perasaan) keterikatan satu sama lain sebagai faktor pembentuk kelompok sosial.
i. Semakin banyak aktivitas seseorang dengan orang lain, semakin beraneka
interaksinya dan semakin kuat tumbuhnya sentimen mereka.\
ii. Semakin banyak interaksi di antara orang-orang, maka semakin banyak
kemungkinan aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada orang lain.
iii. Semakin banyak aktivitas dan sentimen yang ditular- kan pada orang lain,
dan semakin banyak sentimen orang dipahami oleh orang lain, maka
semakin banyak kemungkinan ditularkannya aktivitas dan interaksi-
interaksi.
h) Teori Pertukaran
Teori ini ada kesamaan fungsinya dengan teori motivasi dalam bekerja. Teori
kedekatan, interaksi, keseimbangan, semuanya memainkan peranan di dalam teori
ini. Secara praktis pembentukan kelompok bisa saja terjadi dengan alasan
ekonomi, keamanan, atau alasan sosial. Para peker- ja umumnya memiliki
keinginan afiliasi kepada pihak lain.
i) Teori Hubungan Pribadi
Teori ini disebut juga sebagai teori FIRO-B (Fundamental Interpersonal Relation
Orientation Behavior), yang dike- mukakan oleh W. C. Schutz (1925-2002). Teori
FIRO-B menyatakan bahwa manusia berkelompok untuk memenuhi kebutuhan
dasar dalam hubungan antarpribadi, yakni:
i. Kebutuhan inklusi, yakni kebutuhan untuk terlibatdan tergabung dalam
suatu kelompok.
ii. Kebutuhan kontrol, yaitu kebutuhan akan arahan, petunjuk, dan pedoman
berperilaku dalam kelompok.
iii. Kebutuhan afeksi, yakni kebutuhan akan kasih sayang dan perhatian
dalam kelompok.
Sejalan dengan itu, W.C. Schutz membagi anggota kelompok dalam dua
tipe, yaitu:
1. Tipe yang membutuhkan (wanted), yaitu membutuh- kan inklusi
(ingin diajak dilibatkan), membutuhkan kontrol (ingin mendapat
arahan, ingin dibimbing), dan membutuhkan afeksi (ingin
diperhatikan, ingin disayangi).
2. Tipe memberi (expressed), yakni memberi inklusi (mengajak,
melibatkan orang lain), memberi kontrol (mengarahkan,
memimpin, membimbing), dan mem- beri afeksi (memperhatikan,
menyayangi).
j) Teori Identitas Sosial
Teori ini menegaskan bahwa kelompok terbentuk karena adanya sekumpulan
orang-orang yang menyadari atau mengetahui adanya satu identitas sosial
bersama. Adapun identitas sosial dapat dimaknai sebagai proses yang meng-
ikatkan individu pada kelompoknya dan menyebabkan individu menyadari diri
sosial (social self) atau status yang melekat padanya. Kesamaan identitas lantas
menjadi faktor pemersatu individu hingga membentuk suatu kelompok sosial.
k) Teori Identitas Kelompok
Menurut D. L. Horowitz, bahwa individu-individu dapat berkelompok karena
memiliki kesamaan identitas etnis atau suku bangsa. Identitas etnis tersebut
misalnya, me wujud pada ciri fisik (baik bawaan lahir maupun akibat perlakuan
tertentu seperti dikhitan), kebiasaan hidup, penggunaan bahasa atau ekspresi
budaya.
l) Teori Pembentukan Beralasan
Alvin Zander (1917-1981) mencetuskan teori ini. Yang menjadi penekanan dalam
teori ini ialah terdapat sejumlah alasan pembentukan kelompok, yaitu:
i. Deliberate formation Kelompok dibentuk berdasarkan pertimbangan ter-
tentu, seperti mendukung pencapaian tujuan. Seba- gai contoh, untuk
meningkatkan kesejahteraan para petani di suatu desa dibentuklah
kelompok tani yang bercirikan tolong-menolong dan gotong-royong.
ii. Spontaneous formation Kelompok ini dibentuk secara spontan, tanpa
adanya perencanaan terlebih dahulu. Misalnya, siswa-siswi yang
mengelompok secara sukarela untuk mengerja- kan penugasan dari guru.
iii. External designation Pembentukan kelompok didasarkan atas hal-hal
tertentu yang dapat digunakan sebagai patokan. Contoh- nya, orang-orang
dikelompokkan berdasarkan warna kulit, jenis kelamin, usia,
pekerjaan/jabatan, pendi- dikan, agama, minat, dan sebagainya.
b. Keterampilan interaksi
Keterampilan yang berhubungan dengan fungsi mediasi/menengahi dalam kelompok.
a) Moderating
merupakan keterampilan mengatur yang digunakan oleh pemimpin untuk
mengendalikan interaksi dalam kelompok, memastikan bahwa semua opini,
persepsi, pemikiran, dan perasaan tersampaikan
digunakan untuk menjaga cara berdiskusi adil untuk semua anggota
membutuhkan suatu objektifitas dari pemimpin sehingga tidak dilihat sebagai
bias oleh para anggota
b) Interpretasi
merupakan keterampilan menguhubungkan materi dan perasaan yang sedang
didiskusikan dengan sebuah kriteria eksternal sebagai kerangka acuan untuk
membantu para anggota memperoleh pemahaman
Keterampilan ini sering digunakan untuk memperkenalkan dan mengajarkan
teori pada anggota kelompok, suatu faktor yang sangat membantu dalam
menyediakan dasar konseptual bagi apa yang dilakukan seorang pemimpin
dalam kelompok
c) Linking
Merupakan proses menghubungkan orang-orang secara bersama-sama untuk
memunculkan adanya ikatan.
Keterampilan ini sangat bermakna, terutama pada tahap permulaan dari
sebuah kelompok karena pemimpin menginginkan para anggota untuk merasa
saling terhubung satu sama lain
Keterampilan ini yang membuat pembicaraan antar anggota kelompok saling
terhubung satu sama lain
Keterampilan ini menunjukkan bahwa perhatian seorang pemimpin dibagi
dengan anggota kelompok lain
d) Blocking
Blocking berhubungan dengan proteksi
pemimpin menyela aktifitas kelompok untuk menghentikan perilaku yang
kontraproduktif.
Pemimpin mengalihkan perhatian atau menghentikan perilaku-perilaku
kelompok yang merugikan para anggota atau kelompok
Intervensi ini dapat dilakukan baik secara verbal maupun non verbal
Penting sekali bagi pemimpin untuk menggunakan keterampilan ini dengan
hangat namun tetap tegas dan tidak terpengaruh oleh suasana emosional yang
ada dalam kelompok.
e) Supporting
merupakan keterampilan untuk memberikan penguatan, dorongan, dan
sandaran bagi anggota kelompok ketika mereka berusaha berinteraksi dalam
kelompok
Keterampilan ini sangat berguna pada saat para anggota mengungkapkan
informasi pribadi yang sulit, atau memberikan feedback yang diwarnai emosi
menjadikan anggota sebagai pusat perhatian sebagai cara untuk memberikan
dukungan.
c. Keterampilan aksi
merupakan alat bagi pemimpin yang dapat digunakan untuk memimpin dan
meningkatkan proses kelompok.
a) Bertanya
Supportif, artinya mendorong kemandiriandan memberikan kebebsan pada
individu untuk berfikir dan menjawab
Relefan, artinya berhubungan dengan pengalaman anggota dan berperan bagi
munculnya diskusi yang produktif
Teratur, artinya frekuensi dan waktunya tepat serta dalam kontrol pemimpin
Ekspansif, artinya memungkinkan anggota mengekspresikan sikap yang
berlawanan dengan pertanyaan (tertutup)
Terbuka, mendorong anggota untuk menghasilkan dan memperluas respon
b) Probing (menyelidiki)
merupakan keterampilan untuk membantu anggota melihat lebih dalam pada
dirinya sendiri dan masalahnya.
Para anggota sering merasa tidak perlu melakukan hal itu tanpa dibantu oleh
pemimpin
Probing yang efektif mensyaratkan pemimpin harus menyadari pada poin-poin
sensitif dari kerangka acuan yang digunakan klien serta batas-batas yang dapat
ditanyakan pada klien
pemimpin harus memahami perbedaan-perbedaan yang ada termasuk
perbedaan budaya
Probing bermanfaat untuk membantu para anggota untuk melakukan
introspeksi
c) Pengaturan suasana
Pengaturan ini tidak begitu terlihat namun sangat berpengaruh terhadap
suasana dan sikap kelompok.
Caranya meliputi pengaturan setting fisik, mood pemimpin yang
diekspresikan pada kelompok, tindakan pemimpin, atau saran-saran yang
diberikan pada kelompok
d) Confronting
Merupakan keterampilan untuk membuat para anggota dapat menghadapi
bagian dari diri mereka sendiri yang secara terus terang maupun secara halus
berusaha dihindari
Keterampilan ini harus dilakukan secara tepat dan sensitif, karena berpotensi
untuk merugikan kelompok
Keterampilan ini membantu individu untuk bertanggungjawab terhadap
masalah mereka sendiri serta meningkatkan kemampuan kelompok dalam
menguji realitas
Konfrontasi harus digunakan setelah dasar-dasar kepercayaan dan penerimaan
diletakkan serta pada saat kelompok sudah kohesif.
e) Modeling
Merupakan keterampilan untuk menunjukkan contohcontoh tindakan
berkaitan dengan kualitas, karakteristik, dan keterampilan yang mungkin perlu
dipelajari oleh para anggota
Modeling sangat membantu dalam mengajarkan keterampilan interpersonal
yang penting bagi anggota yang akan membuat interaksi dan komunikasi
dalam kelompok menjadi lebih efektif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konseling kelompok adalah salah satu bantuan yang diberikan kepada konseli
dalam bentuk kelompok dan mempunyai metode pemecahan dan
penyembuhan,kemudian konselor mengarahkan untuk memberikan kemudahan untuk
perkembangan dan pertumbuhannya. Pada konseling kelompok seorang konseli
menggunakan interaksi dalam kelompok untuk mendapatkan peningkatan, pemahaman
dan penerimaan pada sebuah nilai dan banyak tujuan tertentu, untuk mempelajari atau
menghilangkan sikap-sikap dan prilaku tertentu
B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat dan menambah
wawasan bagi para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam
penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas. Dalam pembuatan makalah ini tentunya
banyak kekurangan dan kelemahan, karna terbatasnya materi dan referensi yang kami
peroleh. Kami juga mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat diterima dengan baik oleh pembaca
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno, Pelayanan Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi, 1998), hal
111
M. Edi Kurnanto, Konseling Kelompok, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal 7
Rifda El Fiah, Ice Anggralisa, Efekitvitas Layanan Konseling Kelompok Dengan Pendekatan
Realita Untuk Mengatasi Kesulitankomunikasi Interpersonal Peserta Didik Kelas X Man
Krui Lampung Barat T.P 2015/2016, Vol 3 No, 1 Tahun 2016, Jurnal Bimbingan dan
Konseling, hal 50
Samuel T Glading (konseling) hal : 295-30
Kurnanto,Edi.2013.konseling Kelompok.Bandung: Alfabeta.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Microsoft%20PowerPoint
%20%20KETERAMPILAN%20pemimpin%20[Compatibility
%20Mode].pdf.14Nov2022