Anda di halaman 1dari 19

KONSELING KELOMPOK PART I

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Konseling Individu dan Kelompok
Dosen Pengampu : Ahmad Nafi', M. Pd.

Di susun Oleh :

Supratno (204011012)
Wilda Shofwatul Maula (2040110120)
D5 BKI

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS TAHUN 2022
BAB 1
PENDAHULUAN
a) LATAR BELAKANG
Perkembangan global abad ke-21 meniti keberatkan pada perkembangan penduduk yang
selaras berbagai dimensi kehidupan dengan masalah yang kompleks. Masalah yang
kompleks menuntut setiap indivudu untuk berinteraksi dengan individu lain atau dengan
kelompok. Semakin kompleks masalah tersebut, mem buat individu memilih kelompok
sebagai layanan konseling baginya. Maka sudah selayaknya layanan konseling berada
pada garis terdepan sebagai layanan dengan intervensi yang profesional. Layanan
konseling diharapkan dapat membantu individu dalam pemecahan masalah melalui
setting kelompok. Latar belakang kehadiran konseling sebagai bentuk penanganan
terhadap orang-orang yang mengalami gangguan psikologis dimulai sejak tahun 1986
yang dipelopori oleh Lightner Witmer dengan mendirikan sebuah Psychological
Counseling Clinic di University of Pen- nsylvania (Latipun, 2001).
Perkembangan dunia konseling semakin menunjukkan eksistensi- nya ketika pada tahun
1952, American Psychological Association (APA) membedakannya dari psikologi klinis.
Konseling dinilai berbeda dalam metodenya memberikan tindak lanjut terhadap
permasalahan yang di- hadapi oleh individu. Penekanannya yang berbasis ilmiah dan
memiliki teori yang menjadi dasar dalam praktik pelaksanaannya menjadikan konseling
sebagai ilmu yang dapat dipertanggung jawabkan.
Di seluruh penjuru dunia, konseling dianggap mutlak diperlukan untuk memberikan
penanganan pada setiap permasalahan psikologis individu. Perkembangan konseling
diwujudkan dengan dibentuknya lembaga-lembaga konsultasi yang disusul oleh
merebaknya buku, jurnal, dan hasil penelitian yang berfokus pada kasus-kasus konseling.
Hal ini pada akhirnya menjadikan konseling sebagai media alternatif yang paling di-
minati oleh kebanyakan orang untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya
secara ilmiah dan rasional.

b) RUMUSAN MASALAH
1. Apa Yang Dimaksut Dengan Konseling Kelompok Dan Ciri Kelompok ?
2. Bagaimana Teori Pembentukan Kelompok?
3. Bagaimana Manfaat Dan Keterbatasan Kelompok?
4. Bagaimana Jepnis Konseling Kelompok?
5. Bagaimana Dinamika Dan Ketrampilan Dasar Pemimpin Kelompok?
c) TUJUAN MASALAH
1. Untuk Mngetahui Definisi Dan Ciri Konseling Kelompok
2. Untuk Mengetahui Teori Pembentukan Kelompok
3. Untuk Mengetahui Manfaat Dan Keterbatasan Kelompok
4. Untuk Mengetahui Jenis Konseling Kelompok
5. Untuk Mengetahui Dinamika Dan Ketrampilan Dasar Pemimpin Kelompok

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konseling Kelompok


Konseling kelompok adalah sebuah layanan yang dilakukan dalam bentuk kelompok.
Pada layanan konseling kelompok ada kemungkinan konseli mendapatkan kesempatan
berbagi permasalahan dan pengentasan masalah yang dialami saat ini melalui konseling
kelompok.1 Menurut Pauline Harrison di dalam bukunya Edi Kurnanto berpendapat
bahwa konseling kelompok terdiri dari empat sampai delapan konseli yang bertemu
dengan satu ataupun dua konselor.2
Konseling kelompok adalah salah satu bantuan yang diberikan kepada konseli dalam
bentuk kelompok dan mempunyai metode pemecahan dan penyembuhan,kemudian
konselor mengarahkan untuk memberikan kemudahan untuk perkembangan dan
pertumbuhannya. Pada konseling kelompok seorang konseli menggunakan interaksi
dalam kelompok untuk mendapatkan peningkatan, pemahaman dan penerimaan pada
sebuah nilai dan banyak tujuan tertentu, untuk mempelajari atau menghilangkan sikap-

1
Prayitno, Pelayanan Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi, 1998), hal 111
2
M. Edi Kurnanto, Konseling Kelompok, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal 7
sikap dan prilaku tertentu.3 Dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok merupakan
konseling yang dilaksanakan dalam bentuk kelompok bersifat pemecahan dan
penyembuhan yang terdiri dari empat sampai delapan konseli sehingga dalam konseling
kelompok konseli dapat berinteraksi untuk meningkatkan pemahaman dan mempelajari
atau menghilangkan perilaku atau sikap-sikap tertentu.
B. Ciri-Ciri Konseling Kelompok
a. Interaksi yang dinamis
adalah suasana interaksi dalam konseling kelompok yang menunjukkan terjadinya
suasana berbagi pendapat, wawasan dan pengalaman, perasaan di antara anggota
kelompok dalam memberikan informasi, menganalisa dan memecahkan
permasalahan yang dimunculkan dalam kelompok. Suasana seperti itu terjadi
karena terjalinnya hubungan yang akrab, hangat, terbuka, saling percaya, dan
menghargai di antara anggota kelompok sehingga menimbulkan perubahan yang
positif dalam diri masing-masing anggota kelompok.
b. Fungsi penyembuhan (therapeutik)
yaitu terbebasnya setiap anggota kelompok dari rasa takut untuk dikecam atau
dikritik oleh orang lain (anggota kelompok lain dan pemimpin kelompok)
sehingga ia bebas menyatakan ide-ide dan kecemasan-kecemasan,
kekecewaankekecewaan, melakukan katarsis, menjelajahi diri sendiri secara
psikologis dan mengekspresikan kebahagiannya. Fungsi terapeutik ini terjadi
karena terpenuhinya kebutuhan psikologis masing-masing anggota seperti
kebutuhan untuk merasa dimiliki, dihargai, dibanggakan, dihormati, dan dipahami
dalam suasana kelompok yang saling menghargai, berbagi, menghormati, empati
dan dialog yang hangat serta ramah.
c. Membahas masalah pribadi yang dikemukakan oleh anggota kelompok.
Oleh karena itu konseling kelompok memungkin anggota kelompok untuk
memahami dirinya sendiri seluas-luas dan sedalam-dalamnya, menganalisis
dirinya, dan menerima dirinya sendiri, dan mengambil keputusan dalam

3
Rifda El Fiah, Ice Anggralisa, Efekitvitas Layanan Konseling Kelompok Dengan Pendekatan Realita Untuk
Mengatasi Kesulitankomunikasi Interpersonal Peserta Didik Kelas X Man Krui Lampung Barat T.P 2015/2016, Vol
3 No, 1 Tahun 2016, Jurnal Bimbingan dan Konseling, hal 50
memecahkan masalah dalam dirinya sehingga dapat menerima dirinya secara
positif.
Dengan demikian bahwa layanan konseling kelompok yaitu dapat dirumuskan
sebagai bentuk layanan kelompok untuk membantu mengentaskan masalah
pribadi anggota kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok.
C. Teori Pembentukan Kelompok
Individu yang memutuskan untuk membentuk kelompok memiliki alasan tertentu. Hal ini
dipaparkan oleh Thomas (2005) yang mengemukakan beberapa teori tentang terbentuk-
nya kelompok, antara lain:
a) Teori Kontrak Sosial/Perjanjian Sosial
Teori ini dikembangkan oleh Rousseau, Hobbes, dan Locke. Mereka sama-sama
berangkat dari suatu pemikiran awal yang menyatakan bahwa terbentuknya suatu
negara adalah karena adanya kesepakatan dari masyarakat atau individu-individu
dalam masyarakat untuk melakukan kesepakatan atau perjanjian. Mereka sama-
sama mendasarkan analisis-analisis mereka pada anggapan dasar bahwa
manusialah sumber dari kewenangan suatu negara.
b) Teori Hasrat Sosial
Teori ini berpendapat, manusia yang tadinya hidup terpisah pisah kemudian hidup
dalam pergaulan antarmanusia disebabkan karena pada diri tiap individu terdapat
hasrat sosial yang senantiasa mendorong untuk bergaul dengan sesamanya.
c) Teori Tenaga yang Menggabungkan
Pencetus teori ini adalah P. J. Bowman. Ia berteori bahwa kelompok terbentuk
karena manusia senantiasa hidup bersama dalam suatu pergaulan yang didorong
oleh tenaga-tenaga yang menggabungkan atau mengintegrasikan individu ke
dalam suatu pergaulan.
d) Teori Kedekatan (Propinquity Theory)
Merupakan teori yang sangat dasar tentang terbentuknya kelompok, yang
menjelaskan bahwa kelompok terbentuk karena adanya afiliasi (perkenalan) di
antara orang-orang tertentu.
e) Teori Keseimbangan (A Balance Theory)
Salah satu teori yang agak menyeluruh (comprehensive) penjelasannya tentang
pembentukan kelompok ialah teori keseimbangan (a balance theory of group
formation) yang dikembangkan oleh Theodore Newcomb. Teori ini menya- takan
bahwa seseorang tertarik yang lain karena ada kesa- maan sikap di dalam
menanggapi suatu tujuan.
f) Teori Alasan Praktis (Practical Theory)
Teori alasan praktis (practicalities of group formation) dicetuskan oleh H. Joseph
Reitz (1985) yang berasumsi bahwa individu bergabung dalam suatu kelompok
untuk memenuhi beragam kebutuhan praktis. Menurut teori Ab- raham H.
Maslow menggolongkan kebutuhan praktis ter- sebut, yaitu: (a) kebutuhan
fisiologis (udara, air, makanan, pakaian); (b) kebutuhan rasa aman; (c) kebutuhan
untuk menyayangi dan disayangi; (d) kebutuhan terhadap penghargaan diri; dan
(e) kebutuhan mengaktualisasikan diri. Berikut teori-teori lainnya yang
dikemukakan oleh para ahli mengenai terbentuknya kelompok:
g) Teori Aktivitas-Interaksi-Sentimen
Teori yang dikemukakan oleh George C. Homans (1910- 1989) ini
mengemukakan bahwa kelompok terbentuk ka- rena individu-individu melakukan
aktivitas bersama se- cara intensif sehingga memperluas wujud dan cakupan
interaksi di antara mereka. Pada akhirnya, akan muncul sentimen (emosi atau
perasaan) keterikatan satu sama lain sebagai faktor pembentuk kelompok sosial.
i. Semakin banyak aktivitas seseorang dengan orang lain, semakin beraneka
interaksinya dan semakin kuat tumbuhnya sentimen mereka.\
ii. Semakin banyak interaksi di antara orang-orang, maka semakin banyak
kemungkinan aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada orang lain.
iii. Semakin banyak aktivitas dan sentimen yang ditular- kan pada orang lain,
dan semakin banyak sentimen orang dipahami oleh orang lain, maka
semakin banyak kemungkinan ditularkannya aktivitas dan interaksi-
interaksi.
h) Teori Pertukaran
Teori ini ada kesamaan fungsinya dengan teori motivasi dalam bekerja. Teori
kedekatan, interaksi, keseimbangan, semuanya memainkan peranan di dalam teori
ini. Secara praktis pembentukan kelompok bisa saja terjadi dengan alasan
ekonomi, keamanan, atau alasan sosial. Para peker- ja umumnya memiliki
keinginan afiliasi kepada pihak lain.
i) Teori Hubungan Pribadi
Teori ini disebut juga sebagai teori FIRO-B (Fundamental Interpersonal Relation
Orientation Behavior), yang dike- mukakan oleh W. C. Schutz (1925-2002). Teori
FIRO-B menyatakan bahwa manusia berkelompok untuk memenuhi kebutuhan
dasar dalam hubungan antarpribadi, yakni:
i. Kebutuhan inklusi, yakni kebutuhan untuk terlibatdan tergabung dalam
suatu kelompok.
ii. Kebutuhan kontrol, yaitu kebutuhan akan arahan, petunjuk, dan pedoman
berperilaku dalam kelompok.
iii. Kebutuhan afeksi, yakni kebutuhan akan kasih sayang dan perhatian
dalam kelompok.
Sejalan dengan itu, W.C. Schutz membagi anggota kelompok dalam dua
tipe, yaitu:
1. Tipe yang membutuhkan (wanted), yaitu membutuh- kan inklusi
(ingin diajak dilibatkan), membutuhkan kontrol (ingin mendapat
arahan, ingin dibimbing), dan membutuhkan afeksi (ingin
diperhatikan, ingin disayangi).
2. Tipe memberi (expressed), yakni memberi inklusi (mengajak,
melibatkan orang lain), memberi kontrol (mengarahkan,
memimpin, membimbing), dan mem- beri afeksi (memperhatikan,
menyayangi).
j) Teori Identitas Sosial
Teori ini menegaskan bahwa kelompok terbentuk karena adanya sekumpulan
orang-orang yang menyadari atau mengetahui adanya satu identitas sosial
bersama. Adapun identitas sosial dapat dimaknai sebagai proses yang meng-
ikatkan individu pada kelompoknya dan menyebabkan individu menyadari diri
sosial (social self) atau status yang melekat padanya. Kesamaan identitas lantas
menjadi faktor pemersatu individu hingga membentuk suatu kelompok sosial.
k) Teori Identitas Kelompok
Menurut D. L. Horowitz, bahwa individu-individu dapat berkelompok karena
memiliki kesamaan identitas etnis atau suku bangsa. Identitas etnis tersebut
misalnya, me wujud pada ciri fisik (baik bawaan lahir maupun akibat perlakuan
tertentu seperti dikhitan), kebiasaan hidup, penggunaan bahasa atau ekspresi
budaya.
l) Teori Pembentukan Beralasan
Alvin Zander (1917-1981) mencetuskan teori ini. Yang menjadi penekanan dalam
teori ini ialah terdapat sejumlah alasan pembentukan kelompok, yaitu:
i. Deliberate formation Kelompok dibentuk berdasarkan pertimbangan ter-
tentu, seperti mendukung pencapaian tujuan. Seba- gai contoh, untuk
meningkatkan kesejahteraan para petani di suatu desa dibentuklah
kelompok tani yang bercirikan tolong-menolong dan gotong-royong.
ii. Spontaneous formation Kelompok ini dibentuk secara spontan, tanpa
adanya perencanaan terlebih dahulu. Misalnya, siswa-siswi yang
mengelompok secara sukarela untuk mengerja- kan penugasan dari guru.
iii. External designation Pembentukan kelompok didasarkan atas hal-hal
tertentu yang dapat digunakan sebagai patokan. Contoh- nya, orang-orang
dikelompokkan berdasarkan warna kulit, jenis kelamin, usia,
pekerjaan/jabatan, pendi- dikan, agama, minat, dan sebagainya.

D. Manfaat Dan Keterbatasan Kelompok


Manfaat Konseling Kelompok Gazda (1984:132) mengemukakan beberapa manfaat yang
ditemukan dalam konseling kelompok sebagai pencapaian tujuan yang intensional
membantu konseli, antara lain:
a. Mengemukakan bersama orang lain yang emmiliki permasalahan yang sama,
meningkatkan kesadaran diri melalui perolehan balikan yang ikhlas dan jujur dari
orang lain, dan belajar menghormati perbedaan individual dan belajar
mempertahankan keunikannya sendiri.
b. Belajar tentang persepsi orang lain kepadanya, meningkatkan kesadaran dirinya
dan memfokuskan perhatian kepada aspek kehidupan yang diubahnya; dapat pula
menguji responnya terhadap perasaan dan pengalaman orang lain yang dapat
meningkatkan kesadaran dirinya itu.
c. Menyatakan perasaan yang selama ini enggan dinyatakannya mengemukakan
dirinya dengan cara baru, dan menguji ide baru. d. Mengembangkan kepercayaan
diri yang cukup besar untuk bersikap terbuka dan jujur untuk membuka
menyatakan kepedulian dan perasaan.
Keterbatasan, di manfaat konseling kelompok terdapat pula keterbatasannya, yaitu
sebagai berikut :
1) Tidak semua orang cocok berada dalam kelompok. Beberapa di antaranya
membutuhkan perhatian dan intervensi individual.
2) Perhatian konselor menjadi lebih menyebar, oleh karena itu yang dihadapi tidak
hanya satu orang tetapi banyak orang.
3) Sulit untuk dibina kepercayaan. Untuk itu dibutuhkan norma atau aturan main
khusus mengenai konfidensialitas.
4) Sering klien mengharapkan terlalu banyak dari kelompok, sehingga ia tidak
berusaha untuk berubah
5) Sering kelompok bukan dijadikan sarana untuk berlatih melakukan perubahan,
tetapi justru digunakan sebagai tujuan. Oleh karena seseorang merasa teralalu
nyaman di dalam kelompok, ia tidak mau mencoba perilakunya yang baru karena
takut meninggalkan rasa nyaman yang diperolehnya di dalam kelompok.
E. Jenis Kelompok
Jenis-jenis kelompok dibedaka, aras beberapa klasifikasi. cara pengklasifikasian yang umum
dipakai ialah pengklasifikasian "dua dpe" atau "dua arah", yang satu merupakan kebalikan dari
vang lain. Dalam pengklasifikasian seperti itu dikenali adanya kelonrpok primer dan kelompok
sekundeq kelompok sosial dan kelompok psikologikal, kelompok terorganisasikan dan kelompok
tidak terorganisasikan, kelompok formal dan kelompok informal, dan sebagainya :
a) Kelompook Primer dan Kelompok Sekunder
kelompok primer diwarnai oleh hubungan pribadi secara akrab dan kerjasama yang terus-
menerus diantara para anggotanya. keluarga merupakan bentuk kelompok primer yang
amat mantap dan kompak di seluruh dunia dan sepanjang peradaban manusia contoh-
contoh kelompok primer lainnya seperti kesatuan anak-anak permainan kesatuan
sekelompok remaja.
kelompok sekunder didasarkan pada kepentingan-kepentingan tertentu yang diwarnai
arah kegiatan dan gerak-gerik kelompok itu seperti kelompok politik kelompok
keagamaan kelompok para ahli pada suatu bidang. keberadaan dan kegiatan kelompok
sekunder tidak tergantung pada hubungan pribadi secara akrab meskipun hubungan
antara anggota baik langsung ataupun tidak langsung) tetap ada.
b) Kelompok Sosial dan Kelompok psikologikal
Jenis-jenis kelompok ini dibedakan terutama sekah atas dasar tujuan pokok yang ingin
dicapai. Pada kelompok sosial, tujuan yang ingin-dicapai biasanya tidak bersifat pribadi
(impersonal), melainkan merupakan tujuan bersama untuk kepentingan bersama.
Perszrtuzrn buruh merupakan salah satu contoh kelompok sosial seperti ini. Sedangkan
kelompokpsikologikal pada dasarnya lebih bersilat mempribadi (personal). Para anggota
kelompok psikologikal memasuki kelompok itu biasanya didorong oleh kepentingan
yang nrenyangkut hubungan antarpribadi. Sekelompok anak perempuan yang berkumpul
di barvah pohon rindang di sudut pekarangan sekolah setiap rvaktu istirzrhat membentuk
kelompok psikologikal seperti ini. Himpunan para korban kebakaran atau perkosaan
cenderung membentuk kelompok psikologikal.
Jika antara kelompok primer dan kelompok sekunder terdapat perbedaan yang jelas dan
tegas, tidaklah demikian halnya dengan kelompok sosial dan kelompok psikologikal.
Kelompok sosial dan kelompok psikologikal sering tumpang tindih. Sejumlah anggota
suatu organisasi buruh di suatu unit yang kecil (sebagai kelompok sosial) mungkin tidak
terlalu memikirkan lagi tujuan ataupun permasalahan yang menyangkut organisasinya itu,
namun mereka terus-menerus mengadakan pertemuan, bukan untuk kepentingan
organisasi buruhnya itu, melainkan karena mereka senang berkumpul dan saling
mengadakan hubungan antarpribadi (dalam hal ini suasananya menjadi suasana
kelompok psikologikal). Demikian juga gadis-gadis yang setiap kali bertemu di ban,ah
pohon yang rindang itu (kelompok psikologikal) pada suatu ketika dapat membicarakan
hal-hal yang sepatutnya menjadi urusan kelompok sosial, misalnya membicarakan
bagaimana meningkatkan disiplin sekolah, bagaimana memperbanyak buku-buku
pelajaran, dan sebagainya.
c) Kelonmpok Terorganisasikan dan Kelompok Tidak Terorganisasikan
Dalam suatu kelompok yang terorganisasikan rnasing-masing anggota memainkan
peranan vang persamaan, perbedaan dan kaitan yang satu dengan lainnya jelas dan tegas,
untuk mencapai tujuan bersama. Ciri utama kelompok terorganisasikan ialah adanya
pemimpin yang mengatur dan memberi kemudahan dan mengawasi dijalankannya
peranan masing-masing anggota. Sebaliknya, pada kelompok yang tidak terorganisasikan
para anggotanya bertindak lebih bebas, tidak saling terikat pada angeota lain. jika pada
kelompok yang terorganisasikan secara ketat boleh dikatakan tidak ada fleksibilitas
karena setiap anggota dituntut melakukan peranan yang telah ditetapkan maka pada
kelompok yang tidak terorganisasikan itu terdapat fleksibilitas yang besar. kalaupun pada
kelompok tidak terorganisasikan ada keterikatan tertentu maka keterikatan itu tidak di
terapkan di atas melainkan ditemukan sendiri oleh para anggota yang pada dasarnya
bebas itu titik pada kelompok yang tidak terorganisasikan peranan pemimpin tidak
menonjol peranan pemimpin justru ditentukan oleh selera para anggotanya
d) Kelompok forman dan kelompok informal
Kelompok formal biasanya terbentuk berdasarkan tujuan dan aturan tertentu yang
bersifat resmi (dan tertulis). Gerak dan kegiatan kelompok formal pun diatur dan tidak
boleh menyimpang dari ketentuan yang telah dibuat untuk itu. Aturan ini biasanya tertulis
dalam Anegaran Dasar dan Angearan Rumah Tangga. Sebaliknva, keberadaa, dan
serakgerik kelompok informal tidak didasarkan atas hal-hal resmi seperti itu, melainkan
didasarkan pada kemauan, kebebasan clan selera orang-orang yang terlibat di dalamnya.
Dalam kelompok vang terorsanisasikan dapat muncul hal-hal baik yang bersifat resmi
(formal) maupun tidak resmi (informal). pembagian tugas dan peranan ,vang dilakukan
oleh para anggota akan saling hubungan antaranggota yang didasarkan atas tugas dan
peranan itu bersifat formal, namun di antara hal-hal vang bersifat formal itu dapat muncul
kegiatan ataupun suasana informal, misalnya hubungan pribadi yang akra-b di antara para
anggota. Dalam kelompok vang terorganisasikan itu tidak jarang muncul satuan
kelompok yang lebih kecil yang sifatnrra inlormal Kelompok arisan antar karyaawan di
suatu kantor adalah kelompok informal yang anggota-anggotanva beracla dalam ruang
lingkup kelompok yang lebih besar yang terorganisasikan.
F. Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang teratur dari dua individu ataupun
lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara satu dan yang lainnya
(Kurt Lewing dala Setiawan. 2015) DInamika kelompok adalah suatu penyelidikan
tentang hubangan antar sebab akibat didalam kelompok , suatu penyelidikan tentang
hubungan antar anggota kelompok, sebagaimana kelompok terbentuk , daan bagaimana
suatu kelompok lain. Dinamika kelompok mencakup studi tentang Cohesivenes,
leadership, proses pengambilan keputusan dan pembentukan sub-kelompok (Chaplin,
2009) menurut suardi 1998 dalam kurnoto, 2013) bahwa dinamika kelompok adalah
suatu istilah yang digunakan untuk menggunakan untuk menghubngkan kekuatan-
kekuatan aspek pekerjaan Kelompok.
Dalam layanan bimbingan dan konseling kelompok, maka kita harus mengetahui terlebih
dahulu bagian bagian dari bimbingan dan konseling kelompok yang meliputi: dinamika
suatu kelompok, bimbingan belajar yang tepat untuk kelompok tersebut, bimbingan
kelompok di kelas, bimbingan kelompok ekstra kurikuler.
Bimbingan kelompok yang baik adalah apabila dalam kelompok tersebut diwarnai
dengan semangat yang tinggi, hubungan yang harmonis serta kerja sama yang erat.
Kelompok seperti itu hanya akan terwujud apabila setiap anggota pada kelompok tersebut
mempunyai sikap tolerir, saling menghormati, setia pada kelompok dan mau berkorban
untuk kelompok. Kualitas – kualitas sikap yang dimiliki oleh setiap anggota kelompok itu
akan mampu menggerakan kelompok dan bahkan mendorong kelompok tersebut ke arah
yang lebih baik. Kekuatan mendorong tersebut dikenal sebagai dinamika kelompok
Tujuan yang akan tercapai dalam kelompok dapat tercapai dinamika kelompok tersebut
berjalan dengan baik. Dengan memanfaatkan dinamika kelompok dalam konseling
kelompok , setiap klien dapat mengembangkan kemampuan sosialnya, ketrampilan
berkomunikasi secara efektif, setiap efektif, sikap tenggang asa, memberi dan menerima,
toleran, mementingkan musyawaroah untuk mencapai mufakat, memiliki rasa tanggung
jawab social (Kurnanto, 2013).
Prayitno (dalam Kurnanto, membagi peranan anggota kelompok dalam konseling
kelompok sebagai berikut :
1. Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hunungan antar anggota
kelompok
2. Melibatkan diri dalam kegiatan kelompok
3. Membantu tercapainya tujuan bersama
4. Membantu menyusun aturan kelompok dan mematuhi aturan tersebut
5. Ikut serta efektif dalam dalam seluruh kegiatan kelompok
6. Mampu berkomunikasi secara efektif dan terbuka
7. Memberi kesempatan pada anggota lain untuk dapat mengembangkan dirinya
8. Menyadari petingnya kegiatan kelompok tersebut
Dinamika kelompok mengacu interaksi dan pertukaran energy antar sesame anggota
kelompok dan antara anggota kelompok denganpimpinan kelompok atau pada konseling
kelompok disebut sebagai konselor. Ketika konseling kelompok dilakukan, seorang
dituntut untuk menjadi seorang dinamisator dalam kelompok. Dinamisator kelompok
dalah orang yang melakukan observasi secara dekat mengenai jalannya layanan konseling
kelompok secara langsung.
G. Dasar Kepemimpinan Kelompok
Kategori Keterampilan Kepemimpinan
a. Keterampilan reaksi
Yaitu keterampilan untuk menanggapi, yang menjadikan pemimpin mudah
untuk menerima individu dan kelompok secara keseluruhan.
a) Mendengarkan aktif
 Merupakan keterampilan paling penting bagi seorang pemimpin kelompok
 Untuk memastikan bahwa pemimpin memahami para anggotamasalah
mereka, dan komunikasi mereka dalam kelompok
 Mendengarkan aktif meliputi mendengarkan terhadap isi, suara, dan bahasa
tubuh dari orang yang sedang berbicara
 pemimpin perlu menyadari apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh anggota
meskipun mereka tidak berbicara
 Teknik utama yang digunakan adalah mengamati bahasa tubuh para anggota,
terutama perubahan ekspresi muka dan tubuh
b) Refleksi
 Keterampilan untuk mengekspresikan makna dari komunikasi anggota, yang
mengindikasikan bahwa Anda tidak hanya mendengarkan tapi juga
memahaminya
 Tujuannya untuk membantu anggota kelompok yang sedang berbicara untuk
menjadi lebih menyadari apa yang dia bicarakan dan mengkomunikasikan
pada dia bahwa Anda memahami apa yang dia pikirkan dan rasakan
c) Klarifikasi dan bertanya
 Klarifikasi merupakan keterampilan untuk meningkatkan komunikasi dengan
cara merespon pada bagian-bagian pesan yang kurang jelas dan
membingungkan sebagai cara untuk memahami apa yang dimaksud oleh
pembicara dengan lebih baik
 Klarifikasi digunakan untuk memperkuat dan menonjolkan komponen-
komponen kunci dari pernyataan anggota sehingga semua anggota kelompok
saling memahami.
d) Merangkum
 Merangkum adalah keterampilan mengumpulkan bagian-bagian percakapan
yang penting dalam sebuah kelompok dan menyampaikannya kembali dengan
singkat
 Para anggota sering sibuk mendengarkan dan berbagi pendapat selama sesi
konseling, sehingga mereka sering tidak mengingat secara detil. Oleh karena
itu rangkuman yang singkat akan sangat membantu para anggota.

b. Keterampilan interaksi
Keterampilan yang berhubungan dengan fungsi mediasi/menengahi dalam kelompok.
a) Moderating
 merupakan keterampilan mengatur yang digunakan oleh pemimpin untuk
mengendalikan interaksi dalam kelompok, memastikan bahwa semua opini,
persepsi, pemikiran, dan perasaan tersampaikan
 digunakan untuk menjaga cara berdiskusi adil untuk semua anggota
 membutuhkan suatu objektifitas dari pemimpin sehingga tidak dilihat sebagai
bias oleh para anggota
b) Interpretasi
 merupakan keterampilan menguhubungkan materi dan perasaan yang sedang
didiskusikan dengan sebuah kriteria eksternal sebagai kerangka acuan untuk
membantu para anggota memperoleh pemahaman
 Keterampilan ini sering digunakan untuk memperkenalkan dan mengajarkan
teori pada anggota kelompok, suatu faktor yang sangat membantu dalam
menyediakan dasar konseptual bagi apa yang dilakukan seorang pemimpin
dalam kelompok
c) Linking
 Merupakan proses menghubungkan orang-orang secara bersama-sama untuk
memunculkan adanya ikatan.
 Keterampilan ini sangat bermakna, terutama pada tahap permulaan dari
sebuah kelompok karena pemimpin menginginkan para anggota untuk merasa
saling terhubung satu sama lain
 Keterampilan ini yang membuat pembicaraan antar anggota kelompok saling
terhubung satu sama lain
 Keterampilan ini menunjukkan bahwa perhatian seorang pemimpin dibagi
dengan anggota kelompok lain
d) Blocking
 Blocking berhubungan dengan proteksi
 pemimpin menyela aktifitas kelompok untuk menghentikan perilaku yang
kontraproduktif.
 Pemimpin mengalihkan perhatian atau menghentikan perilaku-perilaku
kelompok yang merugikan para anggota atau kelompok
 Intervensi ini dapat dilakukan baik secara verbal maupun non verbal
 Penting sekali bagi pemimpin untuk menggunakan keterampilan ini dengan
hangat namun tetap tegas dan tidak terpengaruh oleh suasana emosional yang
ada dalam kelompok.
e) Supporting
 merupakan keterampilan untuk memberikan penguatan, dorongan, dan
sandaran bagi anggota kelompok ketika mereka berusaha berinteraksi dalam
kelompok
 Keterampilan ini sangat berguna pada saat para anggota mengungkapkan
informasi pribadi yang sulit, atau memberikan feedback yang diwarnai emosi
 menjadikan anggota sebagai pusat perhatian sebagai cara untuk memberikan
dukungan.
c. Keterampilan aksi
merupakan alat bagi pemimpin yang dapat digunakan untuk memimpin dan
meningkatkan proses kelompok.
a) Bertanya
 Supportif, artinya mendorong kemandiriandan memberikan kebebsan pada
individu untuk berfikir dan menjawab
 Relefan, artinya berhubungan dengan pengalaman anggota dan berperan bagi
munculnya diskusi yang produktif
 Teratur, artinya frekuensi dan waktunya tepat serta dalam kontrol pemimpin
 Ekspansif, artinya memungkinkan anggota mengekspresikan sikap yang
berlawanan dengan pertanyaan (tertutup)
 Terbuka, mendorong anggota untuk menghasilkan dan memperluas respon
b) Probing (menyelidiki)
 merupakan keterampilan untuk membantu anggota melihat lebih dalam pada
dirinya sendiri dan masalahnya.
 Para anggota sering merasa tidak perlu melakukan hal itu tanpa dibantu oleh
pemimpin
 Probing yang efektif mensyaratkan pemimpin harus menyadari pada poin-poin
sensitif dari kerangka acuan yang digunakan klien serta batas-batas yang dapat
ditanyakan pada klien
 pemimpin harus memahami perbedaan-perbedaan yang ada termasuk
perbedaan budaya
 Probing bermanfaat untuk membantu para anggota untuk melakukan
introspeksi
c) Pengaturan suasana
 Pengaturan ini tidak begitu terlihat namun sangat berpengaruh terhadap
suasana dan sikap kelompok.
 Caranya meliputi pengaturan setting fisik, mood pemimpin yang
diekspresikan pada kelompok, tindakan pemimpin, atau saran-saran yang
diberikan pada kelompok
d) Confronting
 Merupakan keterampilan untuk membuat para anggota dapat menghadapi
bagian dari diri mereka sendiri yang secara terus terang maupun secara halus
berusaha dihindari
 Keterampilan ini harus dilakukan secara tepat dan sensitif, karena berpotensi
untuk merugikan kelompok
 Keterampilan ini membantu individu untuk bertanggungjawab terhadap
masalah mereka sendiri serta meningkatkan kemampuan kelompok dalam
menguji realitas
 Konfrontasi harus digunakan setelah dasar-dasar kepercayaan dan penerimaan
diletakkan serta pada saat kelompok sudah kohesif.
e) Modeling
 Merupakan keterampilan untuk menunjukkan contohcontoh tindakan
berkaitan dengan kualitas, karakteristik, dan keterampilan yang mungkin perlu
dipelajari oleh para anggota
 Modeling sangat membantu dalam mengajarkan keterampilan interpersonal
yang penting bagi anggota yang akan membuat interaksi dan komunikasi
dalam kelompok menjadi lebih efektif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konseling kelompok adalah salah satu bantuan yang diberikan kepada konseli
dalam bentuk kelompok dan mempunyai metode pemecahan dan
penyembuhan,kemudian konselor mengarahkan untuk memberikan kemudahan untuk
perkembangan dan pertumbuhannya. Pada konseling kelompok seorang konseli
menggunakan interaksi dalam kelompok untuk mendapatkan peningkatan, pemahaman
dan penerimaan pada sebuah nilai dan banyak tujuan tertentu, untuk mempelajari atau
menghilangkan sikap-sikap dan prilaku tertentu

B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat dan menambah
wawasan bagi para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam
penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas. Dalam pembuatan makalah ini tentunya
banyak kekurangan dan kelemahan, karna terbatasnya materi dan referensi yang kami
peroleh. Kami juga mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat diterima dengan baik oleh pembaca
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno, Pelayanan Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi, 1998), hal
111
M. Edi Kurnanto, Konseling Kelompok, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal 7
Rifda El Fiah, Ice Anggralisa, Efekitvitas Layanan Konseling Kelompok Dengan Pendekatan
Realita Untuk Mengatasi Kesulitankomunikasi Interpersonal Peserta Didik Kelas X Man
Krui Lampung Barat T.P 2015/2016, Vol 3 No, 1 Tahun 2016, Jurnal Bimbingan dan
Konseling, hal 50
Samuel T Glading (konseling) hal : 295-30
Kurnanto,Edi.2013.konseling Kelompok.Bandung: Alfabeta.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Microsoft%20PowerPoint
%20%20KETERAMPILAN%20pemimpin%20[Compatibility
%20Mode].pdf.14Nov2022

Anda mungkin juga menyukai