Husein Abdullah
2040110123
hahusein143@gmail.com
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) mahasiswa IAIN Kudus Fakultas
Dakwah dan Komunikasi Islam Program Studi Bimbingan Konseling Islam (BKI)
Tahun 2023 yang dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2023 telah memenuhi
persyaratan sebagaimana dijelaskan dalam buku Pedoman Kuliah Kerja Lapangan
Program Studi Bimbingan Komunikasi Islam (BKI) Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Islam IAIN Kudus dan diterima serta disahkan.
Mengetahui
ii
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga penulis bisa membuat laporan Kuliah Kerja Lapangan
(KKL) Semester Enam Tahun Akademik 2023.
Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini disusun bertujuan sebagai bukti
pelaksanaan dan pertanggungjawaban atas terlaksananya Kuliah Kerja Lapangan
(KKL) tersebut.
1. Prof. Dr. H. Abdurrahman Kasdi, Lc., M.Si. Selaku Rektor Institut Agama
Islam Negeri Kudus yang telah menyelenggarakan Kuliah Kerja Lapangan
(KKL)
3. Ibu Dr. Fatma Laili K.N, S.Ag.,MSi. Selaku Kaprodi Bimbingan Konseling
Islam (BKI)
6. Semua pihak yang sudah memberikan do’a, dukungan serta semangat demi
terselesaikannya laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL).
iv
Semoga kebaikan Bapak/Ibu serta semua yang membantu dalam penulisan
laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini mendapat balasan yang sesuai dari
Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa laporan Kuliah Kerja
Lapangan (KKL) ini masih banyak kekurangan, maka penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Semoga laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang kurang mumpuni ini dapat
bermanfaat bagi pihak-pihak yang bersangkutan. Serta apa yang penulis terima
selama pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dapat berguna bagi penulis
serta pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan petunjuk dan
melindungi kita semua. Aamiin.
Husein Abdullah
v
ABSTRAK
Difabel adalah istilah untuk orang yang berkebutuhan khusus. Masyarakat sering
memandang rendah terhadap difabel. Sikap negatif masyarakat membawa dampak
kesulitan fisik dan psikologis bagi kaum difabel. Secara psikologis, kaum difabel
harus menanggung beban rasa rendah diri. Secara fisik, mereka menerima
perlakuan yang kurang wajar, misalnya hambatan dalam belajar, penyesuaian
dalam kehidupan mayarakat, mencari pekerjaan, aksesibilitas, dan sebagainya..
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, permasalahan yang akan di teliti
dalam penelitian ini adalah bagaimana intervensi pelayanan Sentra Terpadu Prof.
Dr. Soeharso Surakarta Terhadap Penyandang Disabilitas Dan Masyarakat
Berkebutuhan Khusus Di Jawa Tengah?
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah dengan wawancara, observasi, dan telaah dokumen. Guna menjamin
validitas data, penulis menggunakan cara triangulasi data, sedangkan teknik
analisa datanya menggunakan model analisis interaktif.
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
ABSTRAK..............................................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
BAB II.....................................................................................................................6
A. Landasan teori 6
B. Penelitian terdahulu17
C. Landasan Konseptual 20
D. Kerangka Berfikir 21
BAB III..................................................................................................................22
METODE PENELITIAN 22
A. Jenis Penelitian 22
B. Lokasi Penelitian 22
C. Subjek penelitian 22
D. Sumber Data Penelitian 23
vii
E. Teknik Pengumpulan Data 23
F. Pengujian Keabsahan Data 24
G. Teknik Analisis Data 25
BAB IV..................................................................................................................27
A. Hasil Penelitian 27
B. Pembahasan 30
BAB V 38
PENUTUP 38
A. Kesimpulan 38
B. Saran 39
LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
tunanetra, tunarungu, tunawicara dan tunadaksa maupun yang berasal dari
psikologis sepereti autisme dan ADHA (Ayuning et al., 2022). Anak
berketubutuhan khusus bukan merupakan anak yang tidak dapat itangani tetapi
yang membutuhkan dukungan yang khusus dikarenakan anak berkebutuhan
khusus ini sering dipandang tidak sempurna dan kurang. pada lingkungan
masyarakat yang membuat anak berkebutuhan khusus dikucilkan
keberadaannya dilingkungan tersebut (Mahmuda., 2021).
2
rehabilitasi keterampilan, resosialisasi, penyaluran dan bimbingan lanjut.
Disamping tugas pokok tersebut, BBRSPDF juga memiliki tugas untuk
melaksanakan pengkajian dan pengembangan standar pelayanan rehabilitasi
sosial. Semua pelayanan rehabilitasi tersebut memiliki satu tujuan yaitu dalam
rangka menyiapkan kemandirian dan kesejahteraan orang-orang dengan
kecacatan fisik.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang akan
diangkat oleh peneliti adalah :
3
3. Mempersiapkan dan melatih profesionalisme di bidang Bimbingan
Konseling Islam yang merupakan disiplin ilmu yang menjadi ujung tombak
di dalam pelayanan sosial.
a. untuk mahasiswa
b. untuk dosen
4
c. Untuk Perguruan Tinggi
D. Sistematika Pembahasan
Bab kedua, Pada bab ini memuat kajian pustaka dan penelitian terdahulu.
Dimana di dalamnya berisi landasan teori, penelitian terdahulu, landasan
konseptual, dan kerangka pemikiran. keberadaan teori baik yang dirujuk dari
pustaka atau hasil penelitian terdahulu yang digunakan sebagai penjelasan dan
berakhir pada konstruksi teori baru yang dikemukan oleh peneliti.
5
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN TERDAHULU
A. Landasan Teori
1. Pengertian Difabel
Kelainan pada disabilitas ini yang diamali seseorang karena dari lahir, atau
peristiwa setelah kelahiran, disabilitas ini memiliki macam-macam kelainan
atas penyakit maupun kecelakaan yang menyebabkan akibat pada psikologis
yang beragam pada kondisinya.
6
Menurut Badriyani & Riani (Ramadhanti, 2018) seseorang dengan
disabilitas seringkali disamakan dengan orang yang mempunyai keterbatasan,
tidak berdaya, penyakitan, serta dianggap lainnya yang bisa membuat orang
tersebut mendapatkan pemikiran lemah juga perlakuan diskriminasi dari orang
yang normal.
7
nya, yang membutuhkan perlakuan yang baik dan tersusun dalam menangani
anak berkebutuhan khusus sehingga mereka bisa bersosialisasi dan ikut serta
dalam kegiatan di lingkungan sekitarnya (Mahmuda., 2021).
a) Pre-Natal
b) Peri-Natal
Kelainan pada anak terjadi pada saat proses melahirkan dimana susah
mendapatkan pertolongan dikarenakan proses persalinannya sulit, dan
melahirkan dalam kondisi yang prematur.
8
c) Pasca – Natal
9
Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dalam bentuk barang dan atau jasa,
baik dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan menurut Bab 1 Pasal 1 Ayat 1 UU No. 25/2009, yang dimaksud
dengan pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/ atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
10
Menurut Hardiyansyah (2011:23) jenis pelayanan umum atau publik yang
diberikan pemerintah terbagi dalam tiga kelompok, yaitu : Pelayanan
Administratif, Pelayanan Barang, dan Pelayanan Jasa. Pendapat lain
dikemukakan menurut Lembaga Administrasi Negara (dalam SANKRI Buku
III 2004 : 185) yaitu :
3. Pelayanan utilitas adalah jenis pelayanan yang terkait dengan utilitas bagi
masyarakat seperti penyediaan listrik, air, telepon, dan transportasi lokal.
5. Pelayanan kemasyarakatan adalah jenis pelayanan yang dilihat dari sifat dan
kepentingannya lebih ditekankan pada kegiatan-kegiatan sosial
kemasyarakatan, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, ketenaga kerjaan,
penjara, rumah yatim piatu, dan lainnya. Dari kedua pendapat tersebut, jenis
pelayanan di Politeknik Pelayaran Surabaya termasuk ke dalam kategori
pelayanan administratif dan pelayanan jasa. Pelayanan publik dapat diartikan
sebagai jasa pelayanan yang mempunyai unsur-unsur didalamnya. Unsur-
unsur proses pelayanan publik diperlukan agar dapat mendukung pelayanan
yang diinginkan.
11
1. Penyedia Layanan
2. Penerima Layanan
3. Jenis Layanan
4. Kepuasan Pelanggan.
5. Mampu berkomunikasi
Adanya citra organisasi yang baik, maka segala yang dilakukan oleh
organisasi akan dianggap baik pula. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan
banyak faktor yang mempengaruhi, antara lain sumber daya manusia,
kesadaran, aturan, organisasi, ketrampilan dan kemampuan, sarana pelayanan,
serta pengalaman pelanggan selain itu faktor internal dan eksternal menjadi
12
penting dan berpengaruh dalam mewujudkan pelayanan yang berkualitas bagi
setiap pengguna. Azas-azas pelayanan publik menurut Keputusan Menpan
Nomor 63/2003 adalah : Transparansi, Akuntabilitas, Kondisional,
Partisipatif, Kesamaan Ham, Keseimbangan Hak dan Kewajiban.
Pusat Pelayanan Difabel merupakan suatu tempat atau saran bagi para
penyandang cacat untuk bertempat tinggal atau berlatih. Pusat Pelayanan
Difabel biasanya menawarkan beberapa kegiatan yang membangun para
penyandang cacat agar dapat merasakan kehidupan layaknya manusia normal.
Biasanya ada banyak fasilitas juga yang ditawarkan pada tempat Pusat
Pelayanan Difabel ini. Di berbagai tempat di Jawa Tengah belum ditemukan
pelayanan disabilitas yang sangat memadai sepeerti sentra terpadu. Faktor
inilah yang menjadi salah satu penyebab kurang terfasilitasinya para
penyandang cacat di berbagai daerah di Jawa Tengah .
13
Pusat pelayanan difabel yang merupakan sarana tempat tinggalnya para
penyandang cacat memiliki banyak fungsi. Berikut merupakan fungsi dari
pusat pelayanan ini :
a) Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang penting bagi kaum difabel, dimana
setiap orang dianjurkan untuk menerima pembelajaran termasuk para kaum
difabel untuk mensejajarkan kedudukan antara kaum difabel dan manusia
normal pada umumnya. Pembelajaran ini dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan yang paling penting dan wajib
bagi para kaum difabel. Kegiatan pelatihan dan pemulihan yang dilakukan
pada Pusat Rehabilitasi Difabel ini ada seperti; terapi untuk pengembangan
berjalan, dan lainnya. Sebagai sarana bertempat tinggalnya para penyandang
cacat, sehingga mereka tidak merasakan suatu perbedaan yang sangat
menonjol.
14
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang sangat penting bagi kaum difabel ini
dimana kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kesehatan badan, merawat
tubuh mereka, memeriksa kesehatan badan mereka dan melakukan latihan
mandiri dalam pemeliharaan dan perawatan. Bagi para kaum difabel diberi
tugas besar yang melipitu berbagai latihan kemandirian selama sepanjang hari
(misalnya: mencuci piring, kerja sama dalam kelompok, kebersihan sendiri)
dan diasuh, dibimbing, didampingi oleh para pelayan di Pusat Rehabilitasi
ini. Kegiatan ini sering disebut Bina Mandiri.
15
b) Pembelajaran Agama, Pembelajaran ini deberikan dengan tujuan agar
para penyandang cacat selalu semangat dalam menjalakan hidupnya dan
agar mendapat bimbingan rohani.
d) Rekreasi atau Liburan, Hal ini diberikan dengan tujuan agar para
penyandang cacat ini tidak stress dan dapat merasakan yang pada
umumnya semua orang dapat rasakan.
f) Rekreasi atau Bermain, Hal ini diberikan dengan tujuan untuk sekedar
memeberikan hiburan atau dan agar mereka dapat saling mengenal satu
sama lain.
16
17
7. Fasilitas Pada Pusat Pelayanan Difabel
b) Taman Bermain, taman bermain ini biasanya berupa area terbuka hijau
yang biasanya terdiri dari taman – taman yang dipenuhi oleh kolam, air
mancur dan sebagainya. Hal ini bertujuan sebagai penyegaran dan
memberikan hiburan bagi penyandang cacat sehingga penyandang cacat
tidak merasa bosan.
c) Kamar Tidur, ruang tidur bagi penyandang cacat yang biasanya dibagi
menjadi 2 kamar, kamar pria dan wanita. Pada ruangan ini ada yang
keseluruhannya digabung dalam satu kamar, ada yang dibagi menjadi
kelompok – kelompok.
B. Penelitian Terdahulu
18
Berikut merupakan beberapa penelitian terdahulu yang ada dengan
penelitian ini, diantaranya :
19
2. Jurnal Skripsi “PELAYANAN PUBLIK TERHADAP KAUM DIFABEL di
BIDANG PENDIDIKAN dan KETENAGAKERJAAN di KOTA
YOGYAKARTA” 2016, yang disusun oleh Rendy Oktovianus Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa Berdasarkan hasil penilitian yang
dilakukan, pelayanan publik terhadap difabel di bidang pendidikan dan
tenaga kerja di Yogyakarta sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari indikator
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yang sudah menunjukan arah
yang baik. Meskipun ada beberapa hal yang harus di perbaiki seperti di
bidang pendidikan adalah kualitas dan kuantitas guru di sekolah dan di
bidang tenaga kerja adalah fasilitas yang diberikan perusahaan terhadap
karyawan nya.
20
KOTA SURABAYA” disusun oleh Siti Aisyah ,Teguh Santoso , Zakariya.
Hasil penelitiannya Berdasarkan pada hasil penelitian diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa: (1) Transparan Dalam pelaksanaan pelayanan pada
pendidikan khusus anak berkebutuhan khusus ini sudah mudah diakses dan
terbuka. Hal ini terbukti dengan dukungan pemerintah memberikan
kemudahan akses dan dukungan fasilitas sarana dan prasarana dalam
menunjang pembelajaran untuk anak penyandang disabilitas pada sekolah
luar biasa YPAC Surabaya. (2) Akuntabilitas Dengan adanya pendidikan
khusus disabilitas di YPAC Surabaya ini membantu dalam menangani
permasalahan pemenuhan hak dalam bidang pendidikan. Hal ini
dipertanggungjawabkan dalam undang-undang bahwa setiap warga berhak
mendapatkan pendidikan tidak terkecuali anak penyandang disabilitas. (3)
Kondisional Pelaksanaan Pelayanan pendidikan dan pemenuhan hak anak
disabilitas di sekolah luar biasa YPAC Surabaya sudah efektif. Dengan
menyesuaikan kondisi dan kemampuan anak berkebutuhan khusus pada
tingkat disabilitasnya untuk mendapatkan pelayanan pendidikan yang
bermutu. (4) Partisipatif Partisipatif pemerintah dalam pelaksanaan
pelayanan pendidikan belum efektif. Hal ini ditunjukan dengan aspirasi atau
harapan masyarakat yang belum terwujudnya sekolah luar biasa Negri milik
pemerintah di Kota Surabaya. (5) Kesamaan Hak sekolah luar biasa YPAC
Surabaya menerapkan pelaksanaan pelayanan pendidikan yang tidak
diskriminasi. Dengan menyama ratakan pelayanan dan tidak memandang
sebelah mata jenis disabilitasnya semua diberikan layanan yang merata dan
diberikan hak untuk mengemban pendidikan yang layak dan bermutu. (6)
Keseimbangan Hak dan Kewajiban Sekolah luar biasa di YPAC Surabaya
melakukan pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan untuk anak
berkebutuhan khusus. Dengan memberikan dukungan dan rehabilitasi
semua anak didiknya sehingga dapat membentuk sikap percaya diri dan
mengembangkan bakat untuk masing-masing individu.
C. Landasan Konseptual
21
Berdasarkan pada kajian diatas maka peneliti dapat memberikan landasan
konseptual tentang variabel dalam penelitian tersebut dalam skema sebagai
berikut: Difabel dan berkebutuhan khusus adalah individu yang memiliki
kelainan yang berasal dari bawaan dan non- bawaan. Individu dengan
berkebutuhan khusus ini berbeda dengan individu pada umumnya, dimana
individu berkebutuhan khusus ini masih harus dalam pantauan serta
pendampingan penuh sehingga bisa menerima kondisi fisiknya dan tidak akan
merasa putus asa karena adanya pendampingan tersebut. Oleh karena itu,
difabel tersebut bisa lebih nyaman berada di sekitar masyarakat dan bisa
berfikir positif jika mendapatkan pelayanan atau fasilitas yang sangat
diharapkan oleh individu berkebutuhan khusus. Maka dari itu peneliti ingin
meneliti mutu pelayanan balai besar sentra terpadu Prof. Dr. Soeharso
Surakarta guna mengembangkan hak dan pemenuhan kebutuhan penyandang
disabilitas dan berkebutuhan khusus.
D. Kerangka Pemikiran
22
Mekanisme Pelayanan yang diberikan sentra terpadu Prof. Dr. Soeharso
dimulai dari aduan masyarakat, LSM, Orsos dan Dinas Sosial setempat, kemudian
dilakukan penjangkauan berupa seleksi dan identifikasi dan melaksanakan tahap
asesmen terhadap masalah dan kebutuhan klien. setelah melakukan tahap asesmen
maka dilakukanlah pertemuan kasus (Case Conference) untuk menentukan apakah
klien memenuhi syarat atau tidak untuk mendapatkan proses pelayanan dalam
panti. Setelah klien dinyatakan diterima maka dilakukan proses penempatan di
wisma yang sudah di tentukan dan mendapatkan proses pelayanan. hingga
akhirnya tahap Terminasi, tahap ini adalah tahap akhir dimana klien sudah
meninggal atau mereka yang sudah tidak mau menerima pelayanan lagi dan akan
kembali ke keluarga.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
23
berasal dari edukasi materi, diskusi aktif, wawancara, observasi, dan
dokumentasi (Moleong, 2017).
B. Lokasi Penelitian
Lokasi Dalam penelitian ini yakni di Sentra Terpadu Prof. Dr. Soeharso
Surakarta. Alasan peneliti melakukan penelitian di tempat ini berdasarkan
tempat kunjungan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang dilaksanakan oleh
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam Program Studi Bimbingan Konseling
Islam pada hari Rabu tanggal 17 Mei 2023
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yaitu benda, sumber data atau orang terkait tempat dan
data untuk variabel yang melekat juga yang dipermasalahkan (Harianti, 2021).
Dalam pengumpulan data menggunakan sampel dengan teknik purposive
sampling dimana teknik ini merupakan penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Sampel merupakan sebagian dari jumlah serta
karakteristik dari populasi terseut (Sugiyono, 2019). Adapun subjek dalam
penelitian adalah semua stekholder petugas dari sentra terpadu Prof. Dr.
Soeharso Surakarta. Baik petugas asesmen, psikolog, konselor, kepala bidang
keterampilan difabel, sampai terapis di sentra terpadu Prof. Dr. Soeharso
Surakarta.
24
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
2. wawancara
3. Dokumentasi
25
merupakan pelengkap dari metode observasi juga wawancara sehingga
penelitian dapat dipercaya kebenarannya dalam melakukan penelitian
dikarenakan mendapat dukungan dari dokumentasi (Harianti, 2021). Metode
dokumentasi ini digunakan peneliti yang bertujuan untuk mengumpulkan
bukti selama melaksanakan penelitian yang berupa foto, video atau
dokumen lainnya untuk memperkuat hasil penelitian. Dokumentasi yang
dicari terkait dengan data dokumentasi yang menunjukkan pelayanan
difabel dan anak berkebutuhan khusus yang berada di Sentra Terpadu Prof.
Dr.Soeharso Surakarta.
Dalam penelitian ini ada banyak cara untuk melakukan keabsahan data,
peneliti melakukan keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi
yaitu sumber data dan triangulasi teknik. Triangulasi teknik merupakan metode
pengumpulan data yang beragam dalam upaya mendapatkan informasi data
dari sumber yang sama dengan cara membandingkan hasil wawancara,
dokumentasi dan observasi. Sedangkan triangulasi sumber merupakan metode
untuk mengunpulkan data berasal dari sumber yang sama dengan cara
membandingkan data yang lainnya. Pada dasarnya triangulasi merupakan
teknik mengumpulkan data yang bersifat gabungan dari beberapa teknik
pengumpulan data berserta sumber data nya, tujuan triangulasi ini untuk
mencari kebenaran mengenai kejadian yang meningkatkan pada pengetahuan
peneliti pada temuannya (Sugiyono, 2019).
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisa interaktif ( interactive model of analysis ). Dalam model ini terdapat 3
26
komponen pokok. Menurut Miles dan Huberman dalam H.B. Sutopo (2002:
91-96), ketiga komponen tersebut adalah :
Dalam awal pengumpulan data peneliti sudah harus mulai mengerti apa arti
dari hal-hal yang ia temui dengan melakukan pencatatan peratuan-
peraturan, pola-pola, pernyataan-pernyataan, konfigurasi yang mungkin,
arahan sebab akibat, dan berbagai proposisi sehingga memudahkan dalam
pengambilan kesimpulan.
27
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini, penulis akan melakukan pembahasan terkait dengan hasil
penelitian terhadap “Intervensi Pelayanan Sentra Terpadu Prof. Dr. Soeharso
Surakarta Terhadap Penyandang Disabilitas Dan Masyarakat Berkebutuhan
Khusus Di Jawa Tengah”. Melalui penelitian yang telah dilakukan maka peneliti
memperoleh data-data dari berbagai pihak terkait, baik berupa hasil wawancara,
observasi, maupun data-data tertulis lainnya. Adapun hasil peneliti an ini adalah
sebagai berikut :
Sentra terpadu Prof. Dr. Soeharso Surakarta ini berdiri pada tahun
1951 tidak lepas dari situasi perang kemerdekaan untuk mempertahankan
kemerdekaan (1945-1950), banyak para pejuang yang gugur dan menjadi
cacat. Pada tahun 1946 Dr. Soeharso dibantu oleh bapak R. Soeroto Rekso
Pranoto mulai melakukan percobaan dalam pembuatan kaki tiruan yang
disebut dengan prothese.
29
Tahun 1971, tangga 29 Juni 1971, memberikan penghargaan kepada
almarhum Prof. Dr. Soeharso atas jasanya dalam merintis rehabilitas
sehingga nama RC ( Rehabilitasi Centrum ) menjadi RC ( Rehabilitasi
Centrum ) Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Dan pada akhirnya di tahun 2019
berubah nama menjadi Balai Besar Rehabilitas Sosial Penyandang
Disabilitas Fisik ( BBRSPDF ) Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Dan terakhir
sekarang tahun 2022 menjadi Sentra Terpadu Prof. Dr. Soeharso
Surakarta.
Lokasi Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso
Surakarta terletak di Kelurahan Kandang Sapi, Kecamatan Jebres, atau
tepatnya beralamat di Jalan Tentara Pelajar Jebres Surakarta. Adapun
lokasi ini berbatasan dengan:
Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta
ini berdiri diatas tanah seluas 6.655 m2 dengan status milik Negara.
C. Visi dan Misi, Moto, Tugas Pokok, Fungsi, dan Struktur Organisasi
Sentra Terpadu Prof. dr. Soeharso Surakarta.
C.2 Misi
30
2) Mengembangkan Inovasi, Metode dan Model Rehabilitas Sosial.
C.5 Fungsi
31
2) Bidang Program dan Advokasi Sosial, terdiri dari tiga seksi
b) Seksi Advokasi
a) Seksi Resosialisasi
b) Seksi Kerjasama
2. PEMBAHASAN
32
pelayanan pemerintah terhadap kaum difabel, berkebutuhuhan khusus, hingga
orang dalam gangguan jiwa juga membutuhkan peranan pelayanan dari
pemerintah guna mewujudkan kesamaan hak bagi masyakarat berkebutuhan
khusus.
33
Republik Indonesia Tahun 1945 menghormati dan menjunjung tinggi harkat
dan martabat manusia. Hak asasi manusia sebagai hak dasar yang secara
kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng, juga
dilindungi, dihormati, dan dipertahankan oleh Negara Republik Indonesia,
sehingga perlindungan dan pemajuan hak asasi manusia terhadap kelompok
rentan khususnya penyandang disabilitas perlu ditingkatkan.” Uraian tersebut
menunjukkan bahwa dalam hal ini Indonesia secara peraturan perundang-
undangan telah memiliki komitmen untuk memberikan perlindungan pada
kelompok difabel. Perlindungan tersebut diperlukan mengingat kelompok
difabel termasuk dalam kelompok yang rentan. Selain itu, perlindungan
tersebut juga menjadi perwujudan Indonesia sebagai negara yang melindungan
hak-hak asasi manusia.
A. Aksesibilitas (tangibles)
1) Azas kemudahan
2) Azas kegunaan
3) Azas keselamatan
4) Azas kemandirian
34
jalan umum, pertamanan dan pemakaman umum serta angkutan umum.
Sedangkan aksesibilitas non fisik di terapkan pada pelayanan informasi dan
pelayanan khusus.
35
membutuhkan penjelasan atas pelayanan yang diberikan agar pelayanan
tersebut jelas dimengerti. Untuk mewujudkan dan merealisasikan hal
tersebut, maka kualitas layanan daya tanggap mempunyai peranan penting
atas pemenuhan berbagai penjelasan dalam kegiatan pelayanan kepada
masyarakat. Apabila pelayanan daya tanggap diberikan dengan baik atas
penjelasan yang bijaksana, penjelasan yang mendetail, penjelasan yang
membina, penjelasan yang mengarahkan dan yang bersifat membujuk,
apabila hal tersebut secara jelas dimengerti oleh individu yang mendapat
pelayanan, maka secara langsung pelayanan daya tanggap berhasil, dan ini
menjadi suatu bentuk keberhasilan prestasi kerja.
C. Courtesy
Aspek courtesy (sopan santun dan rasa hormat) menjadi penting untuk
dijadikan mata pisau untuk membedah persoalah kualitas layanna bagi kaum
difabel sebab disabilitas seringkali dianggap sebagai suatu hal yang
menyebabkan seorang individu tersebut merasa terpinggirkan dan menjadi
warga negara non pririotas. Oleh karena itu, semua penyelenggara layanan
publik dituntut untuk menunjukkan penghormatan dalam bentuk gestur dan
sopan santun yang merupakan wujud apresiasi warga negara non disabilitas
terhadap warga negara yang menderita disabilitas.
D. Competence
Dari aspek kompetensi, sampai sejauh ini para personal yang bersinggungan
langsung dengan pelayanan bagi kaum difabel masih minim dengan
pelatihan dan pendidikan yang spesifik kebutuhan disabilitas. Mereka
bekerja dan memberikan pelayanan tulus kepada penyandang disabilitas
lebih dikarenakan faktor kemanusiaan dan keahlian khusus yang mereka
miliki sekarang ini mereka dapatkan melalui proses autodidak. Artinya
bahwa basik pendidikan dan/atau skill khusus ketika mereka direkrut
menjadi pegawai adalah basik pendidikan yang bersifat umum dan tidak
spesifik pada pemenuhan kebutuhan penyandang disabilitas.
36
Sentra Terpadu Prof. Dr. Soeharso Sukarta merupakan lembaga
sosial dibawah naungan pemerintah. Artinya Sentra Terpadu Prof. Dr.
Soeharso merupakan dinas sosial dari pemerintah untuk mewujudkan
masyarakat yang berkebutuhan khusus guna mendapatkan perhatian dari
pemerintah selayaknya pada masyarakat umum. Khususnya pada
masyarakat Jawa tengah. Maka dari itu peneliti ingin meneliti seberapa jauh
peran Sentra Terpadu Prof. Dr. Soeharso dalam pelayanan kaum disabilitas
dan masyarakat berkebutuhan khusus di wilayah Jawa Tengah.
37
elektrik, pembuatan tas, sampai bengkel motor yang pekerjanya disabilitas
semua.
38
ini dibuktikan apabila calon penerima manfaat memenuhi syarat atau
rujukan dari Lembaga sosial di Kota / Kabupaten akan langsung diproses
melalui asesmen. Bukti lain, dalam peninjauan langsung dilapangan
mengenai masyarakat berkebutuhan langsung yang membutuhkan Sentra
Terpadu Prof. Dr. Soeharso untuk diperhatikan dan dibina di Sentra Terpadu
Prof. Dr. Soeharso petugas akan datang kelapangan untuk melakukan
peninjauan dan asesmen. Dalam aspek sopan santun dan rasa hormat, Sentra
Terpadu Prof. Dr. Soeharso sangat menghargai kaum disabilitas dan
masyarakat berkebutuhan khusus dibuktikan dengan diberikannya fasilitas
mess atau wisma bagi penerima manfaat yang datang dari luar kota
Surakarta. Dan yang tak kalah bagian administrasi sangat santun dalam
melayani calon penerima manfaat dengan diarahkan secara baik dan tidak
dipungut biaya sepeserpun.
39
40
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pusat Pelayanan Difabel merupakan suatu tempat atau saran bagi para
penyandang cacat untuk bertempat tinggal atau berlatih. Di Jawa Tengah
terdapat pelayanan difabel dan berkebutuhan khusus yaitu Sentra Terpadu Prof.
Dr. Soeharso Surakarta. Salah satu tugas pokok Sentra Terpadu adalah
menjalankan pelayanan dan rehabilitas sosial, resosialisasi, penyaluran
kehidupan masyarakat, rujukan nasional, pengkaji dan penyiapan standar
pelayanan, memberikan informasi serta koordinasi dengan instansi terkait
sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
41
B. Saran
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kata sempurna, maka
dari itu peneliti selanjutnya diharapkan lebih menguasai teori sehingga
dapat menyempurnakan kekurangan dari penelitian ini.
42
DAFTAR PUSTAKA
Meilani, Nur Laila. 2018. “Kualitas Pelayanan Publik Bagi Kaum Difabel.”
Jurnal Kebijakan Publik(JKP) 9(1): 11–18.
Napitupulu, Raja Henok. 2013. “Tinjauan Difabel Dan Pusat Pelayanan Difabel.”
Pusat Pelayanan Difabel di Yogyakarta: 16–17.
http://e-journal.uajy.ac.id/3398/3/2TA13145.pdf.
43
Publik Pada Politeknik Pelayaran Surabaya.” Jurnal Baruna Horizon 3(2):
223–29.
44
LAMPIRAN
45
46
Gb. 3 Di ruang belajar bagi anak berkebutuhan khusus
47