Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS JURNAL

Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Konseling Rumah Sakit

Dosen pengampu: Yuliyatun, S.Ag, M.Si

Disusun oleh:

1. Mauliya Khoirunnisa (2040110119)


2. Putri Nor Amalia (204011021)

D5 BKI

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLMAN NEGERI KUDUS
TAHUN 2022

IDENTITAS JURNAL
1. Judul : Pengaruh Konseling Obat Terhadap Pengetahuan Dan Kepatuhan
Pasien Cogestive Heart Failure
2. Nama penulis : Neswita,dkk
3. Nama jurnal : Jurnal Sains Farmasi & Klinis
4. Vol / No / Tahun : 02 / 02 / 2016
5. Halaman : 295-302

Hasil Analisis

Penyakit jantung telah meningkat dan menjadi peringkat pertama sebagai penyebab utama
penyakit kematian di indonesia. Pasien rawat inap sering mengalami permasalahan tidak
konsistennya perawatan, banyaknya perubahan pada pengobatannya, rendahnya pendidikan
pasien, sehingga berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pengobatan dan menyebabkan
ketidak patuhan dalam terapi.

Salah satu upaya yang diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan terapi pasien yaitu
dengan pemberian konseling obat yang menjadi bagian dari pelayanan kefarmasian. Konseling
obat yang diberikan dapat meningkatkan pengetahuan pasien secara signifikan. Konseling obat
bertujuan untuk mendidik pasien sehingga pengetahuan pasien mengenai obat akan meningkat
dan hal ini akan mendorong pada perubahan perilaku. Melalui konseling obat ini (disertai
penjelasan yang memadai), asumsi dan perilaku pasien yang salah akan dapat diperbaiki atau
dikoreksi.

Maka dari itu konseling sangat berperan penting dalam meningkatkan kepatuhan pasien
terhadap pengobatan. Konseling merupakan metode yang sesuai dalam meningkatkan
pengetahuan pasien, karena konseling merupakan komunikasi dua arah yang sistematis antara
pasien dengan farmasis. Konseling terbentuk dari dua unsur yaitu konsultasi dan edukasi,
dimasa dengan konsultasi pasien mengutarakan semua permasalahannya dalam menjalani
pengobatan, dan edukasi seorang farmasis dapat membantu dalam menyelesaikan masalah
pasien tersebut.

Peningkatan perilaku yang terjadi setelah konseling menunjukan bahwa informasi yang di
dapatkan setelah konseling dapat meningkatkan pengetahuan pasien yang berdampak positif
pada perubahan perilaku pasien terhadap penyakit dan pengobatannya. Banyak pasien yang
memiliki presepsi bahwa obat itu adalah racun dan apabila diminum setiap hari, obat tersebut
akan menumpuk didalam tubuh dan berakibat buruk. Untuk itu konselor harus menekankan
bahwa obat yang diberikan itu aman bagi tubuh dan akan dikeluarkan secara berkala melalui
urin maupun fases, bahkan apabila tidak dikonsumsi, obat tersebut akan lebih berbahaya bagi
tubuh mereka. Penyakit yang mereka derita akan semakin mengalami perburukan.

Referensi lain

Konseling obat adalah bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan kefarmasian di rumah
sakit. Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait terapi obat dari
apoteker kepada pasien dan keluarganya. Konseling dapat dilakukan kepada pasien rawat jalan
maupun rawat inap atas inisiatif apoteker sendiri, rujukan dari dokter atau keinginan
pasien/keluarganya. Tujuan pemberian konseling obat adalah untuk mengoptimalkan terapi,
meminimalkan resiko dari reaksi obat yang tidak dikehendaki dan meningkatkan keamanan
pasien (patient safety). Konseling ini ditujukan untuk meningkatkan hasil terapi dengan
memaksimalkan penggunaan obat-obatan yang tepat (Jepson, 1990, Rantucci, 2007). Ketidak
patuhan dan kurangnya pengetahuan pasien tentang obat dan cara penggunaannya merupakan
salah satu paktor penyebab kegagalan terapi.

Konseling diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan pasien tentang pengobatannya dan


memastikan bahwa pasien dapat menggunakan obat dengan benar. Salah satu manfaat dari
konseling adalah meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat, sehingga angka
kematian dan kerugian (baik biaya maupun hilangnya produktivitas) dapat ditekan (Schnipper,
et al.,2006). Selain itu pasien memperoleh informasi tambahan mengenai penyakitnya yang
tidak diperolehnya dari dokter karena tidak sempat bertanya, malu bertanya, atau tidak dapat
mengungkapkan apa yang ingin ditanyakan (Zillich, Sutherland, Kumbera, Carter,
2005;Rantucci, 2007). Kegiatan konseling obat dilakukan oleh tenaga profesi dalam hal ini
Apoteker yang mempunyai kompetensi dalam pemberian konseling obat. Apoteker yang
melaksanakan kegiatan konseling harus memahami baik aspek farmakoterapi obat maupun
teknik berkomunikasi dengan pasien.

Dalam mewujudkan pelayanan konseling yang baik maka kemampuan komunikasi harus
ditingkatkan. Ini penting agar terjalin komunikasi yang efektif dan intensif antara apoteker
dengan pasien. Strategi komunikasi yang dapat dipakai oleh apoteker dalam melaksanakan
konseling adalah sebagai berikut :

1) Membantu dengan cara bersahabat


2) Menunjukkan rasa empati pada pasien
3) Kemampuan nonverbal dalam berkomunikasi

Pemberian konseling ditujukan baik untuk pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap.
Konseling dapat diberikan kepada pasien langsung atau melalui perantara. Perantara yang
dimaksud disini adalah keluarga pasien, pendamping pasien, perawat pasien, atau siapa saja
yang bertanggung jawab dalam perawatan pasien. Pemberian konseling melalui perantara
diberikan jika pasien tidak mampu mengenali obat-obatan dan terapinya.

1) Konseling Pasien Rawat Jalan


Pemberian konseling untuk pasien rawat jalan dapat diberikan pada saat pasien
mengambil obat di apotik, puskesmas dan disarana kesehatan lain. Kegiatan ini bisa
dilakukan dicounter pada saat penyerahan obat tetapi lebih efektif bila dilakukan di ruang
khusus yang disediakan untuk konseling. Pemilihan tempat konseling tergantung dari
kebutuhan dan tingkat kerahasian/kerumitan akan hal-hal yang perlu dikonselingkan ke
pasien.
2) Konseling Pasien Rawat Inap
Konseling pada pasien rawat inap, diberikan pada saat pasien akan melanjutkan terapi
dirumah. Pemberian konseling harus lengkap seperti pemberian konseling pada rawat
jalan, karena setelah pulang dari rumah sakit pasien harus mengelola sendiri terapi obat
dirumah.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, R. I. (2007). Pedoman konseling pelayanan kefarmasian di sarana kesehatan. Jakarta:


Departemen Kesehatan RI Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik.

Ishak Kenre, S. K. M. “Konseling Obat” Disusun oleh.

Lolo, W. A. (2021). Komunikasi Farmasi dan Kesehatan. Penerbit Lakeisha.

Neswita, E, dkk, (2016). Pengaruh Konseling Obat Terhadap Pengetahuan dan Kepatuhan
Pasien Cogestive Hearth Failure, Vol. 02 No. 02.

Anda mungkin juga menyukai