Anda di halaman 1dari 20

Farmasi Komunitas

SWAMEDIKASI, PIO DAN KONSELING


Dosen Pengampu : Ainun Wulandari, S. Farm., M. Sc., Apt

Kelompok 9 :
1. NANDA PRATAMA 20340202
2. INNAYATUL MUNAWARROH 20340230
3. MONIKA ANGGRAINI SAFITRI 20340205
4. FRELIS SETYA NANDA 20340233
5. DIAH SAHARA 20340243
LATAR BELAKANG

Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah mengalami


perubahan orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu
kepada Pharmaceutical Care, kegiatan pelayanan
kefarmasian yang awalnya hanya dilakukan pada
pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan
yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatlan
kualitas hidup pasien, pelayanan kefarmasian adalah salah
satu tanggung jawab apoteker untuk memaksimalkan
terapi dengan cara mencegah dan memecahkan masalah
terkait obat (Drug Related Problem).
*SWAMEDIKASI
* Menurut WHO Definisi swamedikasi adalah pemilihan dan
penggunaan obat modern, herbal, maupun obat tradisional oleh
seorang individu untuk mengatasi penyakit atau gejala penyakit
(WHO, 2010)
* Menurut World Health Organization (WHO) dalam Responsible
Self Medication, swamedikasi atau self-medication perlu
memperhatikan beberapa hal, diantaranya:
a. Obat yang digunakan adalah obat yang terbukti keamanannya,
kualitas dan khasiat.
b. Obat-obatan yang digunakan adalah obat yang diindikasikan untuk
kondisi yang dikenali diri sendiri dan untuk beberapa kondisi kronis
atau berulang (beserta diagnosis medis awal). Dalam semua kasus,
obat-obatan ini harus dirancang khusus untuk tujuan tersebut, dan
akan memerlukan bentuk dosis dan dosis yang tepat
Faktor yang Mempengaruhi
Tindakan Swamedikasi
Faktor Sosial Ekonomi

Gaya Hidup

Kemudahan memperoleh produk obat

Faktor kesehatan lingkungan

Ketersediaan produk baru


Swamedikasi yang Rasional
Tepat Diagnosis
Pengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh dokterberdasarkan
temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan. Dalam proses
pengobatan terkandung keputusan ilmiah yang dilandasi oleh pengetahuan dan
keterampilan untuk melakukan intervensi pengobatan yang memberi manfaat
maksimal dan resiko sekecil mungkin bagi pasien

Tepat Pemilihan Obat


Beberapa pertimbangan dalam pemilihan obat menurut World Health Organization
(WHO) yaitu manfaat (efficacy), kemanfaatan dan keamanan obat sudah terbukti
keamanan (safety), resiko pengobatan yang paling kecil dan seimbang dengan
manfaat dan keamanan yang sama dan terjangkau oleh pasien (affordable),
kesesuaiaan/suittability (cost).
Tepat Dosis

Dosis, jumlah, cara, waktu dan lama pemberian obat harus tepat. Pemberian dosis
yang berlebihan, khususnya untuk obat yang dengan rentang terapi yang sempit akan
sangat beresiko timbulnya efek samping. Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak
akan menjamin tercapainya kadar terapi yang diharapkan

Waspada Efek Samping


Pasien hendaknya mengetahui efek samping yang mungkin timbul pada penggunaan
obat sehingga dapat mengambil tindakan pencegahan serta mewaspadainya.
Efektif, aman, mutu terjamin, dan harga terjangkau
Apoteker sebagai salah satu profesi kesehatan sudah seharusnya berperan sebagai
pemberi informasi (drug informer) khususnya untuk obat-obat yang digunakan dalam
swamedikasi (Depkes RI, 2006).
Tepat tindak lanjut (follow up)

Apabila pengobatan sendiri telah dilakukan, bila sakit berlanjut konsultasikan ke


dokter (Depkes RI, 2007).
Kriteria Obat Yang Digunakan Dalam
Swamedikasi
Jenis obat yang digunakan dalam swamedikasi meliputi: Obat Bebas, Obat Bebas
Terbatas, dan OWA (Obat Wajib Apotek).
Menurut Permenkes No. 919/Menkes/Per/X/1993 Obat yang diserahkan tanpa resep
harus memenuhi kriteria berikut :
1. Tidak dikontraindikasikan untuk pengguna pada wanita hamil, anak di
bawah usia 2 tahun, dan orang tua diatas 65 tahun.
2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko
pada kelanjutan penyakit.
3. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
4. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang pravalensinya tinggi
diindonesia.
5. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat
dipertanggung jawabkan untuk pengobatan sendiri.
* PIO (PELAYANAN INFORMASI
OBAT)

* Pelayanan informasi obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan


pemberiaan informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak
bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada
Dokter, Apoteker, Perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan
pihak lain diluar Rumah Sakit.
TUJUAN PIO
* Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga
kesehatan dilingkungan Rumah Sakit dan pihak lain diluar
Rumah Sakit.
* Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang
berhubungan dengan obat/sediaan farmasi, alat kesehatan,, dan
bahan medis habis pakai, terutama bagi komite/tim farmasi dan
terapi.
* Menunjang penggunaan obat yang rasional.
Kegiatan PIO
Melakukan penelitian Menjawab pertanyaan

Melakukan pendidikan
Menerbitkan bulletin, leaflet,
berkelanjutan bagi tenaga
poster, newsletter
kefarmasiaan dan tenaga
kesehatan lainnya

Bersama dengan tim Menyediakan informasi


penyuluhan kesehatan bagi tim farmasi dan terapi
Rumah Sakit (PKRS) sehubungan dengan
melakukan kegiatan penyusunan formularium
penyuluhan bagi pasien Rumah Sakit.
rawat jalan dan rawat inap
Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam PIO

Sumber daya
Perelengkapan manusia

Tempat
Keputusan Dirjen Bina Farmasi dan Alat Kesehatan No
HK.00.DJ.II.924 menuliskan prosedur tetap dalam PIO:
a) Menyediakan dan memasang spanduk, poster, booklet,
leaflet yang berisi informasi obat pada tempat yang
mudah dilihat oleh pasien
b) Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tertulis,
langsung atau tidak langsung dengan jelas dan mudah
dimengerti, tidak bias, etis dan bijaksana melalui
penelusuran literatur secara sistematis untuk
memberikan informasi yang dibutuhkan
c) Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan
informasi obat secara sistematis
CONTOH PIO
LEAFLET HIPERTENSI
*KONSELING
* Konseling adalah suatu kegiatan bertemu dan berdiskusinya
seseorang yang membutuhkan (klien) dan seseorang yang
memberikan (konselor) dukungan dan dorongan sedemikian
rupa sehingga klien memperoleh keyakinan akan
kemampuannya dalam pemecahan masalah, Konseling
pasien merupakan bagian tidak terpisahkan dan elemen
kunci dari pelayanan kefarmasian, karena Apoteker
sekarang ini tidak hanya melakukan kegiatan compounding
dan dispensing saja, tetapi juga hams berinteraksi dengan
pasien dan tenaga kesehatan lainnya dimana dijelaskan
dalam konsep Pharmaceutical Care
Tujuan Konseling

* Meningkatkan hubungan kepercayaan antara apoteker dengan pasien


* Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien
* Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obatnya
* Membantu pasien untuk menyesuaikan dengan penyakitnya
* Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan.\
* Mencegah atau meminimalkan Drug Related Problem
* Meningkatkan kemampuan pasien untuk memecahkan masalahnya sendiri dalam hal
terapi
* Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan
* Membimbing dan mendidik pasien dalam menggunakan obat sehingga dapat
mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan pasien
Prinsip Konseling

Medical Model Helping Model


Pasien passive Pasien terlibat secara aktif

Dasar kepercayaan ditunjukan Kepercayaan didasarkan dari hubungan


berdasarkan citra profesi pribadi yang berkembang setiaap saat

Mengidentifikasi masalah dan Menggali semua masalah dan memilih cara


menetapkan solusi pemecahan masalah

Pasien bergantung pada petugas Pasien mengembangkan ras percaya dirinya


kesehatan untuk memecahkan masalah

Hubungan seperti ayah-anak Hubungan setara (seperti teman)


Tahapan Konseling

Pengenalan/Pembuka
Tujuan : pendekatan dan
membangun kepercayaan

Tindak lanjut
Tujuan : Penilaian awal/Identifikasi
Mengikuti perkembangan Tujuan : menilai pengetahuan
pasien. pasien dan kebutuhan informasi
Monitoring keberhasilan yang harus dipenuhi
pengobatan

Verifikasi Pemberiaan informasi


Tujuan : untuk memastikan apakah
pasien memahami informasi yang
Tujuan : mendorong perubahan
sudah disampaikan dan mengulangi sikap/perilaku agar memahami
hal-hal penting dengan teknik fill in dan mengikuti regimen terapi
the gaps
*KESIMPULAN

Pelayanan kefarmasian semakin berkembang, tidak terbatas hanya


penyiapan obat dan penyerahan obat pada pasien, tetapi perlu melakukan
interkasi dengan pasien dan profesional kesehatan lainnya, dengan
melaksanakan pelayanan “Pharmaceutical care” secara menyeluruh oleh
tenaga farmasi.

Anda mungkin juga menyukai