Anda di halaman 1dari 12

RESUME

KOMUNIKASI FARMASI

Nama : Meidy Siti Aisyah

NIM : 2013015004

Kelas : D3 Farmasi

Dosen :

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2021
1. Apa beda nya PIO dan KIE ?

 PIO adalah Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan


penyediaan dan pemberian informasi obat, rekomendasi obat yang
independen, akurat, komprehensif, terkini, oleh apoteker kepada
pasien, masyarakat, profesional kesehatan lain, dan pihak-pihak
yang memerlukan (Menkes, 2014). Pelayanan ini meliputi
penyediaan, pengolahan, penyajian, dan pengawasan mutu
data/informasi obat dan keputusan profesional.
Tujuan dari PIO antara lain (Kurniawan dan Chabib, 2010)
adalah :
1. Menunjang ketersediaan dan penggunaan obat yang rasional
berorientasi kepada pasien, tenaga kesehatan dan pihak lain.
2. Menyediakan dan memberikan informasi obat kepada pasien,
tenaga kesehatan, dan pihak lain.
3. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan
yang berhubungan dengan obat.

PIO bagi profesional kesehatan akan meningkatkan peran


apoteker dalam perawatan kesehatan, antara lain :
a. Pengetahuan apoteker tentang obat terpakai.
b. Apoteker menjadi lebih aktif dalam pelayanan kesehatan.
c. Peran apoteker dapat membuka fungsi klinis lain, misal
kunjungan pasien.
d. Peningkatan terapi rasional dapat tercapai. Terdapat dua
metode yang digunakan dalam informasi obat, yaitu metode
tertulis dan metode tidak tertulis. Informasi tertulis yang
sudah biasa diberikan adalah penulisan etiket pada kemasan
obat. Informasi ini biasanya diikuti dengan informasi lisan
yang disampaikan pada saat penyerahan obat kepada pasien.
Sedangkan KIE adalah suatu proses penyampaian
informasi antara apoteker dengan pasien atau keluarga
pasien yang dilakukan secara sistematis untuk memberikan
kesempatan kepada pasien atau keluarga pasien dan
membantu meningkatkan pengetahuan, pemahaman
sehingga pasien atau keluarga pasien memperoleh
keyakinan akan kemampuan dalam penggunaan obat yang
benar. Tujuan dari KIE sendiri adalah agar farmasis dapat
menjelaskan dan menguraikan (explain and describe)
penggunaan obat yang benar dan baik bagi pasien sehingga
tujuan terapi pengobatan dapat tercapai dan pasien merasa
aman dengan obat yang dikonsumsi (Pariang, 2013)

Mengapa Apoteker Perlu memberikan informasi??


Agar pasien dapat memahami dan meningkatkan  kepatuhan
untuk memperoleh terapi yang optimal. dan untuk
mencegah :
- kegagalan terapi
- toksisitas
- kambuh
- meningkatnya biaya

Farmasi --> Spesialisasi ahli obat --> Pelayanan


Pharmaceutical Care (asuhan kefarmasian) :
Pemberian informasi merupakan hal vital dalam
Pharmaceutical care diantaranya :
- menghindari/mencegah Drug related problem (DRP)
- meningkatkan outcome (tujuan terapi)
- individualized regimen/ penerapan rejimen sesuai individu
- monitoring/ follow up

Dalam Pharmaceutical care penting memberikan


konseling, konseling adalah suatu kegiatan pemberian
informasi terkait masalah penggunaan dan pemilihan obat
untuk mengatasi masalah dalam penggunaan obat yang
bertujuan untuk meningkatkan outcome terapi yang
rasional. alasan diberikannya konseling, karena :
 1/3 pasien bahkan lebih, tidak mendapatkan konseling
obat
 30% pasien bahkan lebih gagal menaati instruksi
dalam pengobatan
 agar pasien makin taat dan patuh sehingga terapi
dapat berjalan dengan semestinya
  untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terkait
terap

2. Pelayanan Informasi Obat (PIO) dalam :


a. Pemenkes 72 2016
b. Pemenkes 73 2016
c. Pemenkes 74 2016
d. Pemenkes 26 2020

a. Pemenkes 72 2016
 Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan
dan pemberian informasi, rekomendasi Obat yang independen,
akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh
Apoteker kepada dokter, Apoteker, perawat, profesi kesehatan
lainnya serta pasien dan pihak lain di luar Rumah Sakit.
PIO bertujuan untuk:
a. menyediakan informasi mengenai Obat kepada pasien dan tenaga
kesehatan di lingkungan Rumah Sakit dan pihak lain di luar Rumah
Sakit;
b. menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan
dengan Obat/Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai, terutama bagi Komite/Tim Farmasi dan Terapi;
c. menunjang penggunaan Obat yang rasional. Kegiatan PIO meliputi:
a. menjawab pertanyaan;
b. menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter;
c. menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan
dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit;
d. bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat
inap;
e. melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya; dan
f. melakukan penelitian.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam PIO:

a. sumber daya manusia;


b. tempat; dan
c. perlengkapan. Petunjuk teknis mengenai Pelayanan Informasi Obat
akan diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal.
 Konseling

Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait terapi
Obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya. Konseling
untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas kesehatan dapat
dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien atau
keluarganya. Pemberian konseling yang efektif memerlukan kepercayaan pasien
dan/atau keluarga terhadap Apoteker. Pemberian konseling Obat bertujuan untuk
mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko reaksi Obat yang tidak
dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan costeffectiveness yang pada akhirnya
meningkatkan keamanan penggunaan Obat bagi pasien (patient safety). Secara
khusus konseling Obat ditujukan untuk:

a. meningkatkan hubungan kepercayaan antara Apoteker dan pasien;

b. menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien;

c. membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan Obat;

d. membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan Obat dengan


penyakitnya;

e. meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan;

f. mencegah atau meminimalkan masalah terkait Obat;

g. meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam hal terapi;

h. mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan; dan

i. membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan Obat sehingga dapat


mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan pasien.

Kegiatan dalam konseling Obat meliputi:

a. membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien;

b. mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan Obat melalui


Three Prime Questions;

c. menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien


untuk mengeksplorasi masalah penggunaan Obat;

d. memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah


pengunaan Obat;

e. melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien; dan

f. dokumentasi. Faktor yang perlu diperhatikan dalam konseling Obat:


a. Kriteria Pasien:

1) pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal, ibu hamil dan
menyusui);

2) pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (TB, DM, epilepsi, dan
lain-lain);

3) pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus (penggunaan


kortiksteroid dengan tappering down/off);

4) pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit (digoksin,


phenytoin);

5) pasien yang menggunakan banyak Obat (polifarmasi); dan

6) pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah.

b. Sarana dan Peralatan:

1) ruangan atau tempat konseling; dan

2) alat bantu konseling (kartu pasien/catatan konseling). Petunjuk teknis mengenai


konseling akan diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal

b. Pemenkes 73 2016
 Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh Apoteker dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak
memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala
aspek penggunaan Obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau
masyarakat. Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep, Obat bebas
dan herbal. Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus,
rute dan metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan
alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui,
efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau
kimia dari Obat dan lain-lain. Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di
Apotek meliputi:
1. menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan;
2. membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan
masyarakat (penyuluhan);
3. memberikan informasi dan edukasi kepada pasien;
4. memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa farmasi
yang sedang praktik profesi;
5. melakukan penelitian penggunaan Obat;
6. membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah;
7. melakukan program jaminan mutu.

Pelayanan Informasi Obat harus didokumentasikan untuk membantu


penelusuran kembali dalam waktu yang relatif singkat dengan
menggunakan Formulir 6 sebagaimana terlampir. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam dokumentasi pelayanan Informasi Obat :

1. Topik Pertanyaan;

2. Tanggal dan waktu Pelayanan Informasi Obat diberikan;

3. Metode Pelayanan Informasi Obat (lisan, tertulis, lewat telepon);

4. Data pasien (umur, jenis kelamin, berat badan, informasi lain seperti
riwayat alergi, apakah pasien sedang hamil/menyusui, data
laboratorium);

5. Uraian pertanyaan;

6. Jawaban pertanyaan;

7. Referensi;
8. Metode pemberian jawaban (lisan, tertulis, pertelepon) dan data
Apoteker yang memberikan Pelayanan Informasi Obat.

 Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman,
kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku
dalam penggunaan Obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi
pasien. Untuk mengawali konseling, Apoteker menggunakan three
prime questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah,
perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief Model. Apoteker
harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien
sudah memahami Obat yang digunakan. Kriteria pasien/keluarga
pasien yang perlu diberi konseling:
1. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati
dan/atau ginjal, ibu hamil dan menyusui).
2. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya:
TB, DM, AIDS, epilepsi)
3. Pasien yang menggunakan Obat dengan instruksi khusus
(penggunaan kortikosteroid dengan tappering down/off).
4. Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit
(digoksin, fenitoin, teofilin).
5. Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa Obat
untuk indikasi penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga
termasuk pemberian lebih dari satu Obat untuk penyakit yang
diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis Obat.
6. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah. Tahap kegiatan
konseling:
1. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien
2. Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan Obat
melalui Three Prime Questions, yaitu:
a. Apa yang disampaikan dokter tentang Obat Anda?
b. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian
Obat Anda?
c. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang
diharapkan setelah Anda menerima terapi Obat tersebut?
3. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi
kesempatan kepada pasien untuk mengeksplorasi masalah
penggunaan Obat
4. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk
menyelesaikan masalah penggunaan Obat
5. Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan
pemahaman pasien Apoteker mendokumentasikan
konseling dengan meminta tanda tangan pasien sebagai
bukti bahwa pasien memahami informasi yang diberikan
dalam konseling dengan menggunakan Formulir 7
sebagaimana terlampir.

c. Permenkes 74 2016
 Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker
untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini
kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan
pasien. Tujuan:
1. Menyediakan informasi mengenai Obat kepada tenaga kesehatan
lain di lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat.
2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang
berhubungan dengan Obat (contoh: kebijakan permintaan Obat
oleh jaringan dengan mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki
alat penyimpanan yang memadai).
3. Menunjang penggunaan Obat yang rasional. Kegiatan:
1. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen
secara pro aktif dan pasif.
2. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan
melalui telepon, surat atau tatap muka.

3. Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster, majalah dinding


dan lain-lain.
4. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan
rawat inap, serta masyarakat.
5. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga
kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya terkait dengan Obat
dan Bahan Medis Habis Pakai.
6. Mengoordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan
Pelayanan Kefarmasian. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:
1. Sumber informasi Obat.
2. Tempat.
3. Tenaga.
4. Perlengkapan.

 Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian
masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien
rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien. Tujuan
dilakukannya konseling adalah memberikan pemahaman yang
benar mengenai Obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain
tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan
Obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan
penggunaan Obat. Kegiatan:
1. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
2. Menanyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang dikatakan
oleh dokter kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka
(open-ended question), misalnya apa yang dikatakan dokter
mengenai Obat, bagaimana cara pemakaian, apa efek yang
diharapkan dari Obat tersebut, dan lain-lain.
3. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan
Obat 4.Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien,
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang berhubungan
dengan cara penggunaan Obat untuk mengoptimalkan tujuan
terapi.

d. Permenkes 26 2020

Anda mungkin juga menyukai