Anda di halaman 1dari 10

TUGAS FARMASI RUMAH SAKIT

PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN

SOAL-SOAL UKAI

OLEH:

RENSI FRANSISKUS ( 01B120075 )

SILVIA RAHMI ALRIZEK ( 01B120077 )

ZARAH SAGITA TAWULO ( 01B120091 )

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2021
PELAYANAN INFORMASI OBAT (PIO)

A. Definisi Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Menurut PERMENKES No. 35 Tahun 2014:
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
Apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak,
dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek
penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat.
Informasi mengenai obat termasuk obat resep, obat bebas dan herbal.

Menurut PERMENKES No. 72 Tahun 2016 :


Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi, rekomendasi Obat yang independen, akurat, tidak bias,
terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada dokter,
Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di
luar Rumah Sakit.

Menurut DEPKES R1 2006 :

Pelayanan informasi obat didefinisikan sebagai kegiatan penyediaan


dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat,
komprehensif, terkini oleh apoteker kepada pasien, masyarakat maupun pihak
yang memerlukan di rumah sakit. Pelayanan informasi obat meliputi
penyediaan, pengolahan, penyajian, dan pengawasan mutu data/informasi obat
dan keputusan profesional.
Menurut Kemenkes No 1197 tahun 2004 BAB VI

Mendefinisikan PIO sebagai kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh


apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, terkini baik kepada
dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Kegiatan
yang dilakukan dalam PIO dapat berupa:

a.  Pemberian informasi kepada konsumemn secara aktif maupun pasif melalui


surat, telfon, atau tatap muka,

b. Pembuatan leaflet, brosur, maupun poster terkait informasi kesehatan,

c.  Memberikan informasi pada panitia farmasi terapi dalam penyusunan


formularium rumah sakit,

d. Penyuluhan,

e.  Penelitian.

B. Tujuan Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Menurut PERMENKES No. 72 Tahun 2016 :
a) menyediakan informasi mengenai Obat kepada pasien dan tenaga
kesehatan di lingkungan Rumah Sakit dan pihak lain di luar Rumah
Sakit;
b) menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan
dengan Obat/Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai, terutama bagi Komite/Tim Farmasi dan Terapi;
c) menunjang penggunaan Obat yang rasional.

Menurut DEPKES RI 2006 :

1. Menunjang ketersediaan dan penggunaan obat yang rasional,


berorientasi kepada pasien, tenaga kesehatan, dan pihak lain.
2. Menyediakan dan memberikan informasi obat kepada pasien, tenaga
kesehatan, dan pihak lain.

3. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan kebijakan yang


berhubungan dengan obat terutama bagi PFT/KFT.

C. Kegiatan Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Menurut PERMENKES No. 72 Tahun 2016 :
a) menjawab pertanyaan;
b) menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter;
c) menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan
dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit;
d) bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat
inap;
e) melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya; dan
f) melakukan penelitian.

Menurut DEPKES RI 2006 :

 Menjawab pertanyaan
 Menerbitkan bulletin
 Membantu unit lain dalam mendapatkan informasi obat
 Menyiapkan materi untuk brosur/leaflel informasi obat
 Mendukung kegiatan Panitia/Komite Farmasi dan Terapi dalam
menyusun dan merevisi formularium.

Berdasarkan DEPKES RI (2006), pertanyaan dari pasien atau


tenaga medis lain dapat diterima secara lisan, tulisan ataupun via
telpon. Tenggang waktu untuk menyampaikan jawaban dapat
dilakukan segera dalam 24 jam atau lebih dari 24 jam, baik secara
lisan, tulisan ataupun via telpon.

D. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam Pelayanan Informasi Obat (PIO):


Menurut PERMENKES No. 72 Tahun 2016 :
a) sumber daya manusia;
b) tempat; dan
c) perlengkapan.

Menurut DEPKES RI 2006 :

Untuk dapat memberikan pelayanan informasi obat, Instalasi Farmasi


Rumah Sakit perlu mengakses lingkungan disekitarnya termasuk ketersediaan
berbagai sumber daya. Sumber daya meliputi :

 Tenaga kesehatan : Dokter, apoteker, dokter gigi, perawat, tenaga


kesehatan lain di rumah sakit.
 Pustaka Terdiri dari : majalah ilmiah, buku teks, laporan penelitian dan
Farmakope.
 Sarana : Fasilitas ruangan, peralatan, komputer, internet dan
perpustakaan.
 Prasarana Industri farmasi, Badan POM, Pusat Informasi Obat,
Pendidikan tinggi farmasi, Organisasi profesi (dokter, apoteker dan lain
lain.)

E. Pedoman Pelayanan Informasi Obat di Rumah Sakit


Pelayanan informasi obat merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian dirumah sakit. Tujuan umum dari
pedoman pelayanan informasi obat di rumah sakit yaitu tersedianya pedoman
untuk pelayanan informasi obat yang bermutu dan berkesinambungan dalam
rangka mendukung upaya penggunaan obat yang rasional di rumah sakit.
Tujuan khusus dari pedoman pelayanan informasi obat di rumah sakit,
antara lain:
a) Tersedianya acuan dalam rangka pelayanan informasi obat di rumah
sakit
b) Tersedianya landasan hukum dan operasional penyediaan dan
pelayanan informasi obat dirumah sakit
c) Terlaksananya penyediaan pelayanan informasi obat dirumah sakit
d) Terlaksananya pemenuhan kompetensi apoteker Indonesia dalam hal
pelayanan kefarmasian.
Pedoman pelayanan informasi obat di rumah sakit dimaksudkan untuk
dapat dimanfaatkan oleh petugas kesehatan terkait provider, pasien dan
kelurganya, masyarakat umum, serta institusi yang memerlukan (Depkes RI,
2006).

F. Teknis Pelayanan Informasi Obat di Rumah Sakit


Metode Pelayanan informasi obat
Menurut DEPKES RI (2006), terdapat 5 metode yang dapat digunakan
untuk melakukan pelayanan informasi obat yaitu :
a) Pelayanan informasi obat dilayani oleh apoteker selama 24 jam atau
on call
b) Pelayanan informasi obat dilayani oleh apoteker pada jam kerja,
sedang diluar jam kerja dilayani oleh apoteker instalasi farmasi yang
sedang tugas jaga
c) Pelayanan informasi obat dilayani oleh apoteker pada jam kerja, dan
tidak ada pelayanan informasi obat diluar jam kerja
d) Tidak ada petugas khusus pelayanan informasi obat, dilayani oleh
semua apoteker instalasi farmasi, baik pada jam kerja maupun diluar
jam kerja
e) Tidak ada apoteker khusus, pelayanan informasi obat dilayani oleh
semua apoteker instalasi farmasi di jam kerja dan tidak ada pelayanan
informasi obat diluar jam kerja.

G. Konseling

Menurut direktorat jendral bina kefarmasia 2008 :

Konselong adalah suatu proses yang sistematis untuk mengidentifikasi


dan menyelesaikan masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan
penggunaan obat. Konseling dapat dilakukan pada :

1. Pasien dengan penyakit kronik seperti : diabetes, TB, dan asma, dll.
2. Pasien dengan sejarah ketidakpatuhan dalam pengobatan

3.Pasien yang menerima obat dengan indeks terapi sempit yang


memerlukan pemantauan.

4. Pasien dengan multirejimen obat

5. Pasien lansia

6. Pasien pediatrik melalui orang tua atau pengasuhnya

7. Pasien yang mengalami Drug Related Problems

H. Prosedur tetap konseling

Menurut direktorat jendral bina kefarmasia 2008 :

1. Melakukan konseling sesuai dengan kondisi penyakit pasien

2. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien / keluarga pasien


3. Menanyakan tiga pertanyaan kunci menyangkut obat yang dikatakan oleh
dokter kepada pasien dengan metode open-ended question :

a. Apa yang telah dokter katakan mengenai obat ini

b. Cara pemakaian, bagaimanan dokter menerangkan cara pemakaian

c. Apa yang diharapkan dalam pengobatan ini

4. Memperagakan dan menjelaskan mengenai pemakaian obat-obat tertentu


(inhaler, supositoria, dll)

5. Melakukan verifikasi akhir meliputi:

- Mengecek pemahaman pasien

- Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan


cara penggunaan obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi

6. Melakukan pencatatan konseling yang dilakukan pada kartu pengobatan

I. Pelayanan Residensial (Home Care)

Menurut direktorat jendral bina kefarmasia 2008 :

Pelayanan kefarmasian yang diberikan kepada pasien yang dilakukan


di rumah khususnya untuk kelompok lanjut usia dan pasien dengan penyakit
kronis serta pasien dengan pengobatan paliatif

Tujuan : pasien yang karena keadaan fisiknya tidak memungkinkan


datang ke apotek masih mendapatkan pelayanan kefarmasian secara optimal
Pasien yang memerlukan pelayanan home care diantaranya :

1. Pasien lanjut usia yang tidak mampu lagi memenuhi aktivitas dasar sehari-
hari misal : mandi, makan, minum, memakai baju secara mandiri

2. Pasien dengan penyakit kronis dan memerlukan perhatian khusus tentang


penggunaan obatnya, interaksi obat dan efek samping obat
3. Pasien yang memerlukan obat secara berkala dan terus menerus misal:
pasien TB

Jenis layanan Home Care:

1. Informasi penggunaan obat

2. Konseling pasien

3. Memantau kondisi pasien pada saat menggunakan obat dan kondisinya


setelah menggunakan obat serta kepatuhan pasien dalam minum obat

Home Care dapat dilakukan dengan 2 cara:

1. Dengan kunjungan langsung ke rumah pasien

2. Dengan melalui telepon Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat


catatan pengobatan (medication record) terlampir.

J. Prosedur Tetap Pelayanan Residensial (Home Care)

Menurut direktorat jendral bina kefarmasia 2008 :

1. Menyeleksi pasien melalui kartu pengobatan

2. Menawarkan pelayanan residensial

3. Mempelajari riwayat pengobatan pasien

4. Menyepakati jadwal kunjungan

5. Melakukan kunjungan ke rumah pasien

6. Melakukan tindak lanjut dengan memanfaatkan sarana komunikasi yang ada


atau kunjungan berikutnya, secara berkesinambungan

7. Melakukan pencatatan dan evaluasi pengobatan.


DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI, 2008, Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian


Di Apotek (Sk Nomor 1027/Menkes/Sk/Ix/2004),Direktorat Bina Farmasi
Komunikasi dan Klinik, Depkes RI, Jakarta..

Depkes RI. (2004). Keputusan Menkes RI No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang


Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.

Depkes RI. 2006, Pedoman Pelayanan Informasi Obat Di Rumah Sakit. Dirjen


Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI: Jakarta.

Permenkes .,Peraturan Menteri Kesehatan Nonor 35 Tahun 2014, Standar Pelayanan


Kefarmasian Di Apotek, Jakarta, Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Permenkes, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor72 Tahun


2016 TentangStandar Pelayanan kefarmasian di Rumah sakit.Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai