Kelompok XIII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigmanya dengan orientasi
obat kepada pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian (Pharmaceutical care). Sebagai
kosekuensi perubahan oreantasi tersebut, apoteker/asisten apoteker sebagai tenaga farmasi
dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat berinteraksi
lansung dengan pasien. Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM,
sarana prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan pelayanan
farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat dan
pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga, dana, prasarana, sarana dan
metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya mencapai tujuan yang di tetapkan.
3. Apa yang dokter jelaskan tentang harapan setelah minum obat anda?
Pengajuan ketiga pertanyaan di atas dilakukan dengan tujuan agar tidak terjadi pemberian
informasi berulang atau yang bertentangan dengan informasi yang telah disampaikan oleh
dokter, untuk menggali pemahaman penderita mengenai terapinya dan memberikan edukasi
yang tepat pada penderita dan keluarganya.
Salah satu interaksi antara apoteker dengan pasien adalah melalui konseling obat.
Konseling adalah suatu kegiatan bertemu dan berdiskusinya seseorang yang membutuhkan
(klien) dan seseorang yang memberikan (konselor) dukungan dan dorongan sedemikian rupa
sehingga klien memperoleh keyakinan akan kemampuannya dalam pemecahan masalah.
Konseling pasien merupakan bagian tidak terpisahkan dalam elemen kunci dari pelayanan
kefarmasian, karena Apoteker sekarang ini tidak hanya melakukan kegiatan compounding
dan dispensing saja, tetapi juga harus berinteraksi dengan pasien dan tenaga kesehatan
lainnya dimana dijelaskan dalam konsep Pharmaceutical Care.
Menurut KEPMENKES RI No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di apotik, konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang
sistematik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang
berkaitan dengan obat dan pengobatan. Melalui konseling, apoteker dapat mengetahui
kebutuhan pasien saat ini dan yang akan datang. Apoteker dapat memberikan informasi
kepada pasien apa yang perlu diketahui oleh pasien, keterampilan apa yang harus
dikembangkan dalam diri pasien, dan masalah yang perlu di atasi. Selain itu, apoteker
diharapkan dapat menentukan perilaku dan sikap pasien yang perlu diperbaiki.
Syarat agar pelaksanaan konseling bisa berjalan dengan baik adalah tersedianya
ruangan khusus untuk melakukan konseling, efektivitas pemberian kenseling, informasi yang
disampaikan kepada pasien harus lengkap dan jelas, yaitu cara pakai obat, efek samping obat,
indikasi, kontraindikasi, dosis, interaksi obat, mekanisme aksi, penggunaan ibu hamil dan
menyusui. Untuk mengatasi kendala-kendala yang terjadi diperlukan suatu perubahan dari
apoteker itu sendiri, perubahan masing-masing apoteker sangat diperlukan agar apoteker
dapat melaksanakan layanan konseling kepada pasien dengan baik.
Kegiatan konseling dapat diberikan atas inisiatif lansung dari Apoteker mengingat
perlunya pemberian konseling karena pemakaian obat-obat dengan cara penanganan khusus,
obat-obat yang membutuhkan terapi jangka panjang sehingga perlu memastikan untuk
kepatuhan pasien meminum obat. Konseling yang diberikan atas inisiatif lansung dari
apoteker disebut konseling aktif. Selain konseling aktif dapat juga konseling terjadi jika
pasien datang untuk berkonsultasi pada apoteker untuk mendapatkan penjelasan tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan obat dan pengobatan, bentuk konseling seperti ini
disebut konseling pasif.
Penyakit Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi jiwa
dan dengan adanya gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir,
perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan jiwa ini menimbulkan stress
dan penderitaan bagi penderita dan keluarganya. Gejala utama atau gejala yang menonjol
pada gangguan jiwa terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di
badan (somatogenik), di lingkungan sosial (sosiogenik) ataupun psikis (psikogenik).
Beberapa gejala kambuh yang perlu diidentifikasi oleh klien dan keluarganya yaitu :
Menjadi ragu-ragu dan serba takut (nervous), Tidak nafsu makan, Sukar konsentrasi, Sulit
tidur, Depresi, Tidak ada minat, dan Menarik diri. Pentingnya peran serta keluarga pada
pasien gangguan jiwa dapat dipandang dari berbagai segi. Pertama, keluarga merupakan
tempat dimana individu memulai hubungan interpersonal dengan lingkungannya. Keluarga
merupakan institusi pendidikan utama bagi individu untuk belajar dan mengembangkan
nilai, keyakinan, sikap dan perilaku. Individu menguji coba perilakunya di dalam keluarga,
dan umpan balik keluarga mempengaruhi individu dalam mengadopsi perilaku tertentu.
Aturan pemakaian Dewasa 1 tablet 3 kali sehari, Anak-anak 6-12 tahun : tablet 3
kali sehari
Kontraindikasi
Penderita dengan gangguan jantung dan DM, Penderita dengan
gangguan fungsi hati yang berat, Penderita yang hipersensitif
terhadap komponen ini
Curvitkaplet
Reg.No. SD011501171
Komposisi Vit.B1 3mg, Vit.B2 2mg, Vit.B6 5mg, Vit.B12 5mg, betakaroten
10% 4 mg, curcuma 13,3mg, calcium glukonat 300mg, kalsium
pantotenat 3mg
Kontra indikasi
-
Efek samping -
Peringatan dan perhatian
Sebaiknya diberikan bersama makanan atau berikan sesudah
makan
Dialog
Apoteker : Selamat pagi, saya akbar apoteker di apotek ini (perkenalan diri) ada yang
bisa saya bantu?
Keluarga Pasien: saya mau beli obat flu, obat penambah nafsu makan dan obat untuk
gangguan tidur (insomnia) untuk adik saya ini.
Apoteker : iya bu tunggu sebentar (mengambilkan obat)
Apoteker : ini obatnya bu, bisa minta waktu sebentar untuk menjelaskan mengenai cara
penggunaan obat-obatan ini?
Keluarga Pasien: iya, bisa pak
Apoteker : mari bu silahkan masuk ke ruang konseling (apoteker mempersilahkan pasien
dan keluarganya untuk duduk)
Apoteker : sebelumnya saya mau bertanya, obat ini untuk ibu sendiri?
Keluarga Pasien : Bukan pak untuk adik saya
Apoteker : Sudah berapa lama mengalami keluhan sakitnya bu?
Keluarga Pasien : beberapa hari ini pak
Apoteker : Apakah sudah ada cara yang dilakukan untuk mengurangi sakit flunya bu?
Keluarga Pasien: Belum ada pak ini baru beli obat saya
Apoteker : Saya perhatikan dari tadi dia cenderung murung dan terlihat sedih
Keluarga pasien: iya pak, semenjak ditinggal calon suaminya meninggal dunia, adik saya
suka murung, menyendiri, susah makan dan tidur, mengeluh pusing, kadang marah-marah
sendiri dan tiba-tiba menangis sendiri.
Apoteker : sudah berapa lama adik ibu seperti itu?
Keluarga pasien: kira-kira sudah hampir satu bulan ini pak
Apoteker : begini bu, sepertinya adik ibu ini terkena depresi ringan. Sebaiknya ibu mengajak
adik ibu melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke RS dan ini saya berikan obat intunal untuk
meredakan rasa flu yang sekaligus memberikan efek samping mengantuk dan ini curvit kaplet
sebagai obat penambah nafsu makan.
Keluarga pasien: iya pak, ini cara minumnya bagaimana?
Apoteker : untuk intunal diminum 3x1 yaitu 3 kali sehari 1 tablet dan untuk curvit kaplet
juga diminum 3x1 yaitu 3 kali sehari 1 kaplet. Obat ini nanti disimpan di tempat yang kering
& terlindung dari cahaya ya bu.
Apoteker : boleh minta tolong ibu ulangi lagi bagaimana cara pemakaian obatnya?
Kluarga pasien: (sambil menunjuk masing masing obat dan menjelaskan sesuai dengan
anjuran apoteker)
Apoteker : baik bu, benar sekali.. minum obatnya teratur ya bu, dan sebenarnya untuk
masalah depresi ringan masih bisa diatasi dengan mengajak olahraga setiap hari, mengajak
berkomunikasi, diberi support atau semangat agar adik ibu ini tidak merasa tertekan dan
sendirian. Mbaknya sakit apa?
Pasien : (tersenyum dan menganggukkan kepala) suamiku hilang, pak.. dia tidak
pulang-pulang
Apoteker : mbak yang sabar ya, nanti suaminya pasti pulang. Ini nanti obatnya jangan
lupa diminum, makannya yang teratur.
Apoteker : bu, nanti kalau obatnya sudah habis tapi adik ibu masih mengeluh flu dan
susah makan, adiknya diajak periksa kedokter ya. Apa ada yang ingin ditanyakan lagi?
Apoteker : baik kalau sudah jelas saya cukupkan konsultasi hari ini dan semoga adik ibu
lekas sembuh. (Salaman).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Pada kasus ini, apoteker berperan penting dalam keberhasilan penatalaksanaan terapi pada
gangguan jiwa yang bersifat depresif yaitu dengan memberikan pelayanan kefarmasian
melalui kegiatan monitoring dan mengevaluasi keberhasilan terapi, memberikan rekomendasi
terapi, memberikan pendidikan dan konseling yang didukung dengan adanya ilmu
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai, dimana dalam kasus ini yang perlu mendapat
PIO dan konseling lebih pada kluarga pasien terkait dengan keadaan pasien yang sulit
memahami atau mengerti apa yang kita bicarakan maka pasien cukup diberikan sedikit
konseling.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2007. Pharmaceutical Care Untuk Penderita Gangguan
Depresif. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Ditjen Bina
Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI: Jakarta.