Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan kesehatan dapat dilakukan di Rumah Sakit, Puskesmas, dan
Apotek. Salah satu bagian dari pelayanan di Puskesmas adalah pelayanan
kefarmasian yang merupakan pelayan untuk menjamin mutu pelayanan di
puskesmas yang bertujuan untuk keselamatan pasien di keluarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 72 tahun 2016 (PEMENKES, 2016).
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Wayan
Citra dkk, 2017).
Puskesmas memiliki peranan penting di wilayah yang menjangkau
masyarakat diwilayah terkecil dalam hal pengorganisasian masyarakat serta peran
aktif masyarakat dalam penyelenggaraan kesehatan secara mandiri yang menjadi
pengerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat
dan dan keluarga dan menjadi pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama
khususnya pelayanan di bidang kefarmasian (Wayan Citra dkk, 2017).
Pelayanan kefarmasian merupakan suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab pada pasien yang berhubungan dengan sediaan farmasi untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien. Paradigma lama tentang pelayanan
kefarmasian yang hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi kini
telah berubah menjadi pelayanan secara menyeluruh serta mengacu kepada asuhan
kefarmasian yang merupakan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam
pekerjaan kefarmasian dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
serta memberikan kepuasan kepada masyarakat. Apotik mencoba membantu
Puskesmas memiliki tiga fungsi utama kesehatan yaitu sebagai pusat
Pemberdayaan Masyarakat, pusat pembangunan inklusif Kesehatan dan pusat
perawatan kesehatan primer inklusif pelayanan kesehatan perorangan dan
pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan medis bertujuan untuk mendeteksi,

1
mencegah dan untuk memecahkan masalah terkait obat dan masalah kesehatan
pada umumnya. Pelayanan medis memiliki peran tersendiri dalam pekerjaan
kesehatan meringankan gejala penyakit, mencegah penyakit dan dapat untuk
menyembuhkan penyakit. Di sisi lain, terdapat kekurangan pelayanan kefarmasian
secara optimal dapat menimbulkan kerugian bagi pasien. Oleh karena itu layanan
diperlukan kefarmasian yang benar, objektif dan komprehensif untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Meyske dkk, 2021).
Belum semua pasien tahu dan sadar akan apa yang harus dilakukan tentang
obat-obatnya. Oleh karena itu, untuk mencegah penyalahgunaannya dan adanya
interaksi obat yang tidak dikehendaki, pelayanan informasi obat dirasa sangat
diperlukan. Apoteker memiliki andil besar untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat dalam berbagai cara, salah satunya melalui pelayanan kefarmasian
seperti promosi kesehatan, pendidikan kesehatan, konseling pengobatan pasien,
rekonsiliasi obat, pelatihan disease selfmanagement, pengujian di tempat
perawatan, pemeriksaan, dan kesiapsiagaan dan tanggap darurat dalam
manajemen bencana (Hedima, et al, 2020).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Novitasari, 2017 ada beberapa
masalah yang ditemukan saat melakukan pelayanan informasi obat yakni
dokumentasi yang belum sesuai, evaluasi sumber informasi yang digunakan
sebagai acuan dalam pelayanan informasi obat belum dilakukan serta sarana fisik
seperti ruang pelayanan informasi obat yang dilengkapi dengan sumber informasi
dan teknologi komunikasi belum.
Penelitian ini mempunyai tujuan umum yaitu untuk memaparkan secara
jelas dan terperinci mengenai pelayanan informasi obat yang diberikan pada
pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas dengan mengacu pada standar pelayanan
kefarmasian di Puskesmas menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 74 tahun
2016. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah mengidentifikasi kelengkapan
informasi yang diberikan Apoteker pada pasien di instalasi farmasi Puskesmas
dengan standar pelayanan kefarmasian berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
No. 74 tahun 2016 dan mengidentifikasi permasalahan yang ditemukan dalam

2
teknis pelayanan informasi obat yang diberikan pada pasien di instalasi farmasi
Puskesmas.
Pemberian informasi obat memiliki peranan penting untuk mencapai hasil
pengobatan yang optimal, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.
Dampak dari tidak adanya pelayanan informasi obat salah satu contohnya yaitu
jika pasien memiliki resep lebih dari 1 obat, kemungkinan terdapat adanya
interaksi obat maupun efek samping obat meningkat. Semakin tingginya
kesadaran masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan, para petugas
kefarmasian pun dituntut meningkatkan kemampuan dan kecakapan dalam rangka
mengatasi permasalahan yang timbul dalam Pelaksanaan Pelayanan Informasi
Obat kepada masyarakat (Apriansyah, 2017).
Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, di bidang
kefarmasian telah terjadi pergeseran orientasi Pelayanan Kefarmasian dari
pengelolaan obat sebagai komoditi kepada pelayanan yang komprehensif
(pharmaceutical care) dalam pengertian tidak saja sebagai pengelola obat namun
dalam pengertian yang lebih luas mencakup pelaksanaan pemberian informasi
untuk mendukung penggunaan obat yang benar dan rasional (Anggraeni dan
Rochmawati, 2018).
Peneliti tertarik untuk mengambil masalah ini karena untuk mewujudkan
pelayanan informasi obat sesuai standar yaitu dengan meningkatkan kualitas
hidup pasien. Hal penting yang harus dilakukan adalah dengan pelayanan
informasi obat yang lebih baik. Karena belum semua pasien tahu dan sadar akan
apa yang harus dilakukan tentang obat-obatnya, oleh sebab itu untuk mencegah
kesalahgunaan, penyalahgunaan, dan adanya interaksi obat yang tidak
dikehendaki, pelayanan informasi obat sangat diperlukan.
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dilakukan penelitian yang
berjudul “Evaluasi Pelayanan Informasi Obat pada Pasien Rawat Jalan di Unit
Pelayanan Farmasi Puskesmas”
1.2 Rumusan Masaalah
Bagaimana Evaluasi Pelayanan Informasi Obat pada Pasien Rawat Jalan di
Unit Pelayanan Farmasi Puskesmas?

3
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana evaluasi pelayanan informasi obat pada
pasien rawat jalan di unit pelayanan farmasi puskesmas
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Masyarakat
Sebagai sumber informasi kepada masyarakat mengenai informasi obat
pada pasien rawat jalan di unit pelayanan farmasi di puskesmas.
1.4.2 Bagi Institut Pendidikan
Peneliti mengharapkan agar hasil dari penelitian ini bisa berguna
menambah wawasan dan ilmu terutama yang berkaitan dengan bidang pelayanan
informasi obat dari siapapun yang membacanya.
1.4.3 Bagi Peneliti Lanjut
Bagi peneliti lanjut diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan serta masukan untuk penelitian.

4
DAFTAR PUSTAKA
Anggreani, C. and Rochmawati, R. 2018. Gambaran Pelayanan Informasi Obat
Terhadap Pasien Oleh Petugas Farmasi di Apotek X Kuningan. Jurnal
Farmaku (Farmasi Muhammadiyah Kuningan). 3, 1 (Mar. 2018), 38-45.

Apriansyah, A, 2017. Kajian Pelayanan Informasi Obat Di Apotek Wilayah Kota


Tangerang Selatan. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah

Hedima EW, Adeyemi MS, Ikunaiye NY, Community pharmacists: On the


frontline of health service against COVID-19, Research in Social &
Administrative Pharmacy (2020).

Meyske M; Randy T; Douglas P; Selvana T. 2021. Evaluasi Kepuasan Pelayanan


Kefarmasian Di Instalasi Farmasi RSJ. Prof. DR. V.L Ratumbuysang.
Jurnal Biofarmasetikal Tropis. 2021, 4 (1), 109-117.

Novitasari, 2016, Evaluasi Pelayanan Informasi Obat Pada Pasien di Instalasi


Farmasi RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta

Wayan CWSP; Putu CDY; Putu Aryani;Komang AKS; A.A Sagung Sawitri.
2017. Dasar-dasar pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
Universitas Udayana. Fakultas Kedokteran. Bali.

Anda mungkin juga menyukai