Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan


kabupaten/kota yang bertugas menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
wilayah kerjanya (Yulianti & Jumiati, 2022). Penyelenggaraan kegiatan kesehatan
oleh masyarakat Indonesia untuk meningkatkan pengetahuan, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang ideal dikenal dengan istilah pembangunan kesehatan (Habibie,
2017). Sebagai fasilitas pelayanan kesehatan pertama, Puskesmas akan
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat untuk pertama kali sebelum
berobat ke rumah sakit.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan Menteri


Kesehatan (Permenkes RI) No 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas. Permenkes ini menggantikan Standar Pelayanan
Kefarmasian di puskesmas No 30 tahun 2014.Tujuan dari permenkes RI No 74
tahun 2016 adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian, menjamin
kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dan melindugi pasien dan masyarakat
dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien
(Patient Safety).

Salah satu aspek dari pelayanan farmasi klinik di rumah sakit ialah
Pelayanan informasi obat (PIO) yang merupakan kegiatan pelayanan yang
dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas, dan
terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi Kesehatan lainnya dan pasien.
Yang bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai obat kepada tenaga
kesehatan lain di lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat.
(Permenkes,2016)

Pelayanan informasi obat merupakan salah satu jenis kegiatan kefarmasian


yang diberikan langsung kepada pasien dan bertanggung jawab atas sediaan
farmakologis dengan tujuan menghasilkan outcome yang jelas dan meningkatkan
kesehatan pasien. Layanan informasi obat sangat penting dalam mempromosikan
budaya pengelolaan dan penggunaan obat yang bertanggung jawab. Pelayanan
informasi obat sangat penting, terutama bagi banyak pasien yang tidak
mendapatkan informasi obat yang cukup tentang obat yang diminumnya, karena
penggunaan obat yang salah dapat membahayakan pasien. Tujuan dari pelayanan
informasi obat adalah untuk meningkatkan hasil pengobatan dengan
memaksimalkan penggunaan obat yang relevan (Enck et al., 2013). Salah satu
keuntungan dari layanan informasi obat adalah bahwa mereka meningkatkan
kepatuhan pasien dalam penggunaan obat yang masuk akal, mengurangi kematian
dan kerugian (baik biaya maupun kehilangan produktivitas) (van Boven et al.,
2014). Banyak pasien yang belum mengetahui dan sadar akan apa yang harus
dilakuan tentang obat-obatanya. Untuk menagah kesalahgunaan, penyalahgunaan
dan adanya interaksi obat yang yang tidak dikehendaki, pelayanan informasi obat
dirasakan sangat diperlukan (Yamada dan Nabashima, 2015)

Penelitian sebelumnya terhadap palayanan informasi obat di Instalasi


Farmasi Puskesmas Lerep kabupaten semarang menunjukkan bahwa komponen
informasi obat yang disampaikan oleh apoteker pada saat menyerahkan obat
kepada pasien adalah nama obat, aturan pakai, rute pakai, dosis obat, cara simpan,
dan indikasi. Pelayanan informasi obat secara keseluruhan 5% belum sesuai
dengan Standar prosedur operasional (SPO). (Ririn R Lainjong,2020)

Puskesmas Parit Mayor merupakan salah satu dari dua puskesmas di


Kecamatan Pontianak. Puskesmas Parit Mayor dipilih sebagai lokasi penelitian
karena selain belum pernah dilakukan penelitian di sana, Puskesmas Parit Mayor
juga mudah dijangkau oleh peneliti sehingga memudahkan seluruh rangkaian
kegiatan penelitian.

Berdasarkan latar belakang tersebut, Hal ini mendorong peneliti untuk


melakukan penelitian denga tujuan untuk memperoleh Gambaran tentang
pelayanan informasi obat di Puskesmas Parit Mayor.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana Gambaran Pelayanan Informasi Obat di Puskesmas Parit Mayor
pada tahun 2023
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Gambaran Pelayanan Informasi Obat di Puskesmas
Parit Mayor pada tahun 2023
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Bagi petugas di Puskesmas Parit Mayor

Bagi petugas di Puskesmas Parit Mayor Pontianak sebagai masukan


untuk lebih baik dalam memberikan Pelayanan Informasi Obat

2. Bagi Peneliti

Bagi peneliti dapat memberikan pelayanan informasi obat yang baik


dan benar kepada pasien

3. Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang


pelayanan informasi obat
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kualitas Pelayanan

Kepuasan pasien merupakan emosi menyenangkan yang dialami seseorang


setelah mendapatkan atau langsung mengalami pengobatan. Kepuasan pelanggan
diukur dengan menggunakan lima dimensi kualitas pelayanan, yaitu sebagai
berikut:

1. Daya tanggap mengacu pada kapasitas apoteker untuk menanggapi


kekhawatiran pasien dan memberikan informasi kepada pasien tentang
obat resep.
2. Reliabilitas adalah kemampuan seorang apoteker dalam melaksanakan
pelayanan kefarmasian secara tepat waktu, akurat, dan memuaskan.
3. Assurance adalah kemampuan petugas kefarmasian dalam memberikan
pelayanan informasi tentang perbekalan yang diberikan, kesopanan dalam
memberikan pelayanan, dan kemampuannya dalam memberikan jaminan
bahwa obat yang diberikan sesuai.
4. Empati pelayanan, terutama kebaikan tenaga kefarmasian
5. Bukti nyata, seperti aksesibilitas lokasi puskesmas, kecukupan kursi ruang
tunggu, kebersihan dan kenyamanan ruang tunggu

2.2. Pelayanan Informasi Obat

2.2.1. Defenisi Pelayanan Inforamsi Obat

Apoteker memberikan informasi yang terpercaya, tidak bias, dan terkini


kepada dokter, apoteker, perawat, tenaga kesehatan lainnya, dan pasien melalui
Layanan Informasi Obat.
2.2.2. Tujuan Pelayanan Informasi Obat

Berikut ini adalah tujuan pelayanan informasi obat (Sanders et al., 2016):

1. Memberikan informasi obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di


lingkungan Puskesmas, pasien, dan masyarakat
2. Memberikan informasi kepada pembuat kebijakan untuk memfasilitasi
penggunaan obat yang wajar.

2.2.3. Kegiatan Pelayanan Informasi Obat

Penyelenggaraan pelayanan informasi obat meliputi (H Masum & MD


Mehed, 2018):

1. Memberikan dan menyebarluaskan informasi kepada konsumen baik


secara proaktif maupun pasif. Tugas pelayanan informasi meliputi
penyediaan dan penyebarluasan informasi obat aktif dan pasif. Pelayanan
dikatakan aktif apabila apoteker pelayanan informasi obat aktif
menyampaikan informasi obat daripada menunggu pertanyaan, seperti
melalui pembuatan buletin, booklet, pamflet, seminar, dan sebagainya.
Jika apoteker layanan informasi obat menanggapi pertanyaan dengan
informasi obat, layanan ini pasif.
2. Menanggapi pertanyaan dari pasien dan petugas kesehatan melalui
telepon, surat, atau secara langsung. Kegiatan yang biasa dilakukan oleh
layanan informasi obat adalah menjawab pertanyaan tentang obat-obatan
dan penggunaannya. Pertanyaan yang masuk dapat diberikan secara lisan
(melalui telepon atau secara langsung) atau secara tertulis (surat melalui
pos, faksimili, atau email). Penyelidikan obat mungkin berkisar dari dasar
hingga mendesak dan kompleks, memerlukan studi menyeluruh dan
tinjauan literatur.
3. Membuat buletin, leaflet, label obat, poster, majalah dinding, dan bahan
cetakan lainnya.
4. Melakukan inisiatif penjangkauan masyarakat untuk pasien rawat jalan
dan rawat inap.
5. Memberikan pendidikan dan/atau pelatihan obat dan medis habis pakai
kepada tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya.
6. Mengkoordinasikan penelitian obat dan upaya pelayanan kefarmasian.

2.3. Puskesmas

2.3.1. Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota


yang bertanggung jawab mengkoordinasikan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

2.3.2. Tugas dan Fungsi Puskesmas

Puskesmas bertanggung jawab melaksanakan kebijakan kesehatan di


wilayah kerjanya dalam rangka membantu terwujudnya kecamatan yang sehat.
Puskesmas juga melakukan kegiatan sebagai berikut dalam melaksanakan
tugasnya (Distia Permatasari & Damayanti, 2017):

1. Implementasi UKM tingkat pertama (inisiatif kesehatan masyarakat) di


wilayah kerjanya
2. Pelaksanaan UKP (Upaya Kesehatan Perorangan) tingkat pertama di
tempat kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Distia Permatasari, E., & Damayanti, N. A. (2017). Analisis Beban Kerja Tenaga
Kesehatan di Puskesmas Pacarkeling SurabayaWorkload analysis for health
worker in Pacarkeling Public Health Center Surabaya (Vol. 5).
Enck, P., Bingel, U., Schedlowski, M., & Rief, W. (2013). The placebo response in
medicine: Minimize, maximize or personalize? In Nature Reviews Drug
Discovery (Vol. 12, Issue 3, pp. 191–204). https://doi.org/10.1038/nrd3923
H Masum, & MD Mehed. (2018). Project Report On Pharmaceutical Marketing
Practices of Digital Brochure in Bangladesh.
Habibie, W. L. (2017). Health Reform in Indonesia towards Sustainable Development
Growth (Case Study on BPJS Kesehatan, Health Insurance in Indonesia).
http://buscompress.com/journal-home.html
Sanders, G. D., Neumann, P. J., Basu, A., Brock, D. W., Feeny, D., Krahn, M., Kuntz,
K. M., Meltzer, D. O., Owens, D. K., Prosser, L. A., Salomon, J. A., Sculpher, M.
J., Trikalinos, T. A., Russell, L. B., Siegel, J. E., & Ganiats, T. G. (2016).
Recommendations for conduct, methodological practices, and reporting of cost-
effectiveness analyses: Second panel on cost-effectiveness in health and medicine.
In JAMA - Journal of the American Medical Association (Vol. 316, Issue 10, pp.
1093–1103). American Medical Association.
https://doi.org/10.1001/jama.2016.12195
van Boven, J. F. M., Chavannes, N. H., van der Molen, T., Rutten-Van Mölken, M. P.
M. H., Postma, M. J., & Vegter, S. (2014). Clinical and economic impact of non-
adherence in COPD: A systematic review. Respiratory Medicine, 108(1), 103–
113. https://doi.org/10.1016/j.rmed.2013.08.044
Vatica, J. R., Nur’aini, N., & Lubis, M. (2021). Effect of Health Service Quality
Toward Patients Satisfaction. Journal La Medihealtico, 2(1), 63–72.
https://doi.org/10.37899/journallamedihealtico.v2i1.308
Yulianti, R., & Jumiati, I. (2022, January 24). Strategic Planning Model of The
Department Health in The Implementation Environmental Health Of New Normal
Era In Serang City. https://doi.org/10.4108/eai.15-9-2021.2315235
 

Anda mungkin juga menyukai