Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kesehatan adalah hak dari setiap warga negara. Salah satu upaya pemerintah

dalam memberikan kesehatan kepada masyarakat adalah dengan dibentuknya

instansi pemerintah di setiap jalan sebagai unit penyelenggara pelayanan

kesehatan masyarakat, yaitu Puskesmas atau biasa disebut Puskesmas. Permenkes

No 44 tahun 2016 tentang puskesmas adalah fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

(FKTP) yang bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya

pada satu atau bagian wilayah kecamatan dalam menyelenggarakan upaya

kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal (Irmawati

dkk, 2017)

Puskesmas Kota Binamu adalah Puskesmas yang menjadi salah satu penyedia

pelayanan rawat jalan. Biaya pengobatan di rumah sakit sangat mahal, menjadikan

puskesmas sebagai institusi kesehatan yang diharapkan masyarakat. Puskesmas

Binamu Kota berperan penting dalam menjaga dan merawat kesehatan masyarakat

Binamu Kota. (Profil Puskesmas Kota Binamu 2018).

Dari data yang didapat dari jumlah pasien yang berkunjung di Puskesmas

Binamu Kota pada tahun 2020 pada bagian rawat jalan mengalami peningkatan

dan juga mengalami penurunan. Jumlah kunjungan di tahun 2020 sebanyak

12.736 yaitu pada bulan januari sebanyak 1.217, februari sebanyak 1.497, maret

sebanyak 1.567, april sebanyak 844, mei sebanyak 817, juni sebanyak 1.102, juli
sebanyak 626, agustus sebanyak 905, september sebanyak 784, oktober sebanyak

1.094, november sebanyak 1.118, dan desember sebanyak 1.165 kunjungan

pasien(Profil Puskesmas Binamu kota, 2020).

Jumlah kunjungan rawat jalan pada tahun 2020 sebanyak 12.736, dan data

menunjukkan bahwa setiap bulannya ada pasang surut yang besar, dan terkadang

menurun, begitu juga sebaliknya. Jumlah penduduk wilayah kerja puskesmas

adalah 57.472, yang berarti tingkat kunjungan pasien di puskesmas Binamu Kota

adalah 21% dari standar pelayanan minimal. Akibatnya, tingkat utilisasi

Puskesmas Kota Binamu tidak memenuhi target standar pelayanan minimal 75%

(Tinjauan Puskesmas Kota Binamu 2018).

Berdasarkan pemeriksaan pendahuluan di Puskesmas Kota Binamu, banyak

pegawai yang datang terlambat, pasien menunggu terlalu lama, dan beberapa dari

pegawai Puskesmas pulang sebelum waktunya. Berdasarkan dukungan dari 5

wawancara pasien, 3 merasa tidak puas dan 2 merasa puas dengan pelayanan yang

diberikan. Kepuasan pasien terhadap layanan tergantung pada integritas dan

kebersihan peralatan yang digunakan, informasi diagnostik yang diberikan, dan

perawatan yang benar dan tepat. Lebih banyak pasien menyatakan ketidakpuasan

daripada puas dengan layanan,sehingga puskesmas perlu terus meningkatkan

kualitas pelayanan untuk mencapai kepuasan pasien. Berdasarkan data diatas,

peneliti ingin meneliti tentang kualitas pelayanan dengan kepuasan

pasienPuskesmas Binamu Kota, maka dilakukan penelitian dengan judul

“Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan dengan Kepuasan Pasien Rawat jalan

di Puskesmas Binamu Kota Kabupaten Jeneponto”.

2
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Hubungan Kualitas

Pelayanan Kesehatan dengan Kepuasan Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Binamu

Kota Kabupaten Jeneponto?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya Hubungan Kualitas Pelayanan kesehatan dengan Kepuasan Pasien

Rawat Jalan di Puskesmas Binamu Kota Kabupaten Jeneponto.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan antara dimensi kompetensi teknis dan kepuasan

pasien rawat jalan.

b. Untuk mengetahui hubungan antara dimensi interpersonal dan kepuasan

pasien rawat jalan.

c. Untuk mengetahui hubungan antara kenyamanan dan kepuasan pasien rawat

jalan.

d. Untuk mengetahui hubungan antara dimensi keselamatan dan kepuasan

pasien rawat jalan.

e. Untuk mengetahui hubungan antara dimensi ketepatan waktu dengan

kepuasan pasien.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Diharap dapat menjadi acuan untuk penelitian yang akan datang.

3
2. Manfaat Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat diinvestasikan di Puskesmas Binamu

Kabupaten Geneponto untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan guna

memaksimalkan kepuasan pasien rawat jalan.

3. Manfaat Praktis

Untuk meningkatkan wawasan dan pengalaman selama menjalani proses

perkuliahan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar.

4. Manfaat Untuk Penulis

Hasil penelitian menjadi pelajaran dalam penerapan ilmu yang didapatkan

pada saat bangku perkuliahan.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan

1. Pengertian Kualitas

Kualitas pelayanan kesehatan terkonsentrasi pada tiga basis, yaitu kualitas,

akses, dan biaya. Kualitas yang dapat dicapai dapat disampaikan dengan cara yang

tepat, efisien dan hemat biaya. Layanan berkualitas berorientasi pada pelanggan,

tersedia, dapat diakses, dapat diterima, terjangkau, dan dapat dikontrol.

(Sudirman, 2016).

2. Pengertian Pelayanan Kesehatan

Secara umum bentuk dan jenis pelayanan kesehatan ada 2 bagian, yaitu:

a) Pelayanan medis adalah pelayanan yang ditujukan bagi individu dan

keluarga.

b) Pelayanan kesehatan masyarakat, yaitu tujuan utama memelihara dan

3. Pengertian Kualitas Pelayanan Kesehatan

Mutu pelayanan kesehatan merupakan kinerja kesempurnaan pelayanan

kesehatan (Pohan, 2006).

Meningkatkan mutu pelayanan merupakan pengembangkan standar baik

profesi maupun pelayanan berdasarkan kebutuhan pasien. (Nursalam, 2014).

4. Dimensi Layanan Kesehatan

Dimensi terbagi dari beberapa bagian, meliputi :

5
1. KompetensiTeknis

Dimana pemberi pelayanan kesehatan mampu mengikuti standar

kesehatan sesuai kesepakatan.

2. Keterjangkauan

Dimana masyarakat mampu menjangkau layanan kesehatan tanpa

terhalang oleh keadaan apapun.

3. Efektivitas

Dimana pelayanan yang diberikan harus bisa mengurangi keluhan dan

resiko penyakit lainnya.

4. Efisiensi

Bisa melayani lebih banyak lagi pasien dan masyarakat.

5. Berkesinambungan

Artinya pasien harus dilayani sesuai apa yang dibtuhkannya.

6. Keamanan

Dimana semua pelayanan kesehatan aman untuk semua pihak.

7. Kenyamanan

Memberi pengaruh terhadap kepuasan pasien yang membuat pasien

terdorong untuk berobat kembali ketempat tersebut.

6
8. Informasi

Layanan kesehatan harus memebrikan informasi yang bermutu dan

berkulitas serta jelas dari berbagai hal.

9. Ketepatan Waktu

Harus dilakukan dalam waktu dan cara yang tepat jika ingin berhasil.

10. Hubungan Antar manusia

Adanya interaksi antara pemberi layanan dan masyarakat.

B. Tinjauan Umum tentang Kepuasan Pasien

1. Definisi Kepuasan Pasien

Kepuasan pasien merupakan outcome pelayanan kesehatan. Tanpa

mengukur kepuasan pasien, mustahil untuk menargetkan dan berhasil dalam

menerapkan perubahan dalam sistem perawatan kesehatan yang dirancang untuk

diterapkan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien

Faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan pasien yaitu:

a. Pengetahuan

b. Kesadaran

c. Sikap positif

d. Sosial ekonomi

e. Sistem nilai

7
f. Pemahaman pengguna jasa

g. Empati

C. Tinjauan Umum tentang Rawat Jalan

Layanan raawat jalan adalah layanan yang menyediakan fasilitas pengobatan

kepada pasien dengan melakukan prosedur terapeutik dan diagnostik (Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Tujuan pelayanan rawat jalan

meliputi penyuluhan, pengobatan, dan tindak lanjut pasien rawat inap yang boleh

pulang. Sasaran pelayanan rawat jalan meliputi penyuluhan kesehatan bagi pasien

yang memerlukan nasihat spesialis, dengan atau tanpa pengobatan, dan tindak

lanjut pengobatan rawat jalan.

D. Tinjauan Umum tentang Puskesmas

1. Pengertian Puskesmas

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang

Puskesmas, Puskesmas adalah pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

kegiatan kesehatan masyarakat dan kesehatan dasar dengan fokus pada

promosi dan pencegahan. sanitasi yang maksimal. Tingkat pekerjaannya tinggi.

Setiap jalan pasti memiliki Puskesmas sendiri, namun sebuah jalan dapat

memiliki beberapa Puskesmas berdasarkan pertimbangan permintaan layanan,

jumlah penduduk dan aksesibilitas, salah satunya adalah pendirian Jalan

Puskesmas.

2. Fungsi dan Tugas Puskesmas

Puskesmas memiliki fungsi sebagai (Permenkes Nomor 46 Tahun 2015):

8
a. Kelompok Kerja Kesehatan Masyarakat

Pelaksanaan UKM ini mengutamakan promosi dan pencegahan.

b. Upaya kesehatan pribadi

Pelayanan kesehatan UKP, termasuk pelayanan rawat jalan dan rawat inap.

3. Upaya dan Asas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas

a. Upaya

Pelayanan kesehatan adalah bagian dari sistem kesehatan nasional dan

bekerjasama dengan subsistem lainnya secara berkelanjutan, sistematis, terarah,

terpadu, dan terpadu untuk menjamin derajat kesehatan masyarakat. Upaya-upaya

yaang dilakukan tersebut antara lain (Trihono, 2005):

1) Upaya Kesehatan Wajib

Upaya kesehatan wajib di Puskesmas ini didasarkan pada

komitmen nasional (Deliana dan Irwan, 2017).

2) Upaya Kesehatan Pengembangan

Untuk mendirikan puskesmas didasarkan pada identifikasi masalah

kesehatan di masyarakat dan disesuaikan dengan kemampuan puskesmas.

c. Asas Pelayanan Kesehatan

Asas pelayanan kesehatan wajib menetapkan prinsip

penyelenggaraan Puskesmas. Prinsip pelaksanaan puskesmas antara lain (Trihono,

2005):

Prinsip tanggung jawab teritorial

1) Asas Pertanggungjawaban Wilayah

9
Prinsip pertama yang diterapkan adalah prinsip tanggung jawab

daerah. Kedua, memantau dampak kesehatan masyarakat dari berbagai

upaya pembangunan di bidang pekerjaannya; dan ketiga,

mempromosikan pekerjaan kesehatan di semua tingkatan. Keempat,

memberikan pelayanan kesehatan primer (primer) secara adil di wilayah

kerja.

2) Asas Pemberdayaan Masyarakat

Prinsip pelaksanaan yang kedua adalah pemberdayaan

masyarakat, artinya puskesmas memiliki kewajiban untuk

memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat untuk pemberdayaan

masyarakat yang relevan meliputi kegiatan kesehatan ibu dan anak,

Pengembangan Keluarga Anak Usia Dini (BKB) di posyandu.

3) Asas Keterpaduan

Prinsip keterpaduan adalah mengatasi kendala yang ada seperti

sumber daya agar tercapai hasil yang optimal.

4) Asas Rujukan

Prinsip rujukan puskesmas memiliki keterbatasan kapasitas

dalam perannya sebagai fasilitas primer dalam kesehatan.

E. Kerangka Teori

Kualitas Pelayanan Kesehatan

10
Efektivitas

Akses/Keterjangkauan

Kompetensi Teknis

Ketepatan Waktu
Kepuasan

Hubungan antar manusia Pasien

Keamanan

Kenyamanan

Kesinambungan

Informasi

Efisiensi

Gambar 1 Kerangka Teori


Dimensi kualitas pelayanan menurut Lori De Prete Brown
Sumber : Imbalo S. Pohan (2015).

11
F. Sintesa Penelitian

Tabel 1 Distribusi Matriks Hasil Penelitian Terdahulu Yang Berhubungan Dengan Kualitas Pelayanan
No Nama Judul Metode Variabel Hasil Penelitian Keteranga
. Peneliti Penelitian n
(Tahun)
1. Solichah Kualitas Metode Bukti fisik (Tangible), Hasil analisis menunjukkan Jurnal
Supartiningsi Pelayanan penelitian Keandalan (Reliability), Daya bahwa variabel bebas yang
h Kepuasan ini adalah tanggap (Responsiveness), paling kecil pengaruhnya
(2017) Pasien Rumah penelitian Jaminan (Assurance), dan terhadap kepuasan pelanggan
Sakit: Kasus asosiatif Empati (Emphaty) adalah tampilan/bukti fisik dan
Pada Pasien kepastian/kepastian.
Rawat Jalan
2. R. Faris Analisis Metode Bukti fisik (Tangible), Penelitian ini menunjukkan Jurnal
Mukmin Kualitas penelitian Keandalan (Reliability), Daya bahwa rata-rata pasien yang
Kalijogo, Pelayanan kualitatif tanggap (Responsiveness), menjadi konsumen layanan
Wiwiek Pasien Klinik Jaminan (Assurance), dan Klinik AP Pratama
Rabiatul Pratama Empati (Emphaty) menunjukkan ketidaksesuaian
Adawiyah, Dengan antara apa yang diharapkan
dan Metode dengan apa yang sebenarnya
RatnoPurno Servqual Dan terjadi dengan layanan yang
mo Importance diterimanya.
(2019) Performance
Analysis
3. Yusra Hubungan Metode variabel independen (kualitas Kualitas pelayanan di RSU Jurnal
(2020) kualitas Deskriptif pelayanan) dan variabel Tanjung Selamat masih kurang
pelayanan Korelatif dependen (kepuasan pasien baik (46.5%), dengan tingkat
terhadap BPJS ) kepuasan pasien terhadap
tingkat pelayanan masih rendah
kepuasan (58.1%). Secara statistik,
pasien BPJS terdapat hubungan antara
kualitas pelayanan dengan
kepuasan pasien BPJS di RSU
Tanjung Selamat Tahun 2017,
dengan nilai p= 0.001 (p <
0.05).

4. Siti Kurnia Hubungan penelitian Variabel bebas : (tangibility, Responden menilai kualitas Jurnal
Widi Hastuti, Mutu kuantitatif reliability, responsiveness, pelayanan sebanyak 121
Ahmad Ahid Pelayanan dengan assurance, dan emphaty) (59,6%) dalam kategori buruk
Mudayana, dengan pendekata Variabel terikat : kepuasan dan 82 (40,4%) dalam kategori
Arum Puteri Kepuasan n cross pasien baik. Responden mendapat
Nurdhila, Pasien Peserta sectional skor tinggi 128 poin (63,1%)
Deskha BPJS di dalam kategori kurang puas,
Hadiyatma Rumah Sakit sedangkan responden dalam
(2017) Umum Daerah kategori puas mendapat skor
Yogyakarta 75 poin (36,9%).

13
5. Riska Rosita Hubungan penelitian Variabel bebas : kehandalan, Hasil penelitian menunjukan Jurnal
(2017) Kualitas kuantitatif daya tanggap, jaminan, adanya hubungan yang
Pelayanan dengan empati dan bukti fisik. signifikan antara kualitas
Kesehatan pendekata Variabel terikat : kepuasan pelayanan kesehatan dengan
Rumah Sakit n cross pasien tingkat kepuasan pasien
dengan Tingkat sectional
Kepuasan
Pasien Rawat
Inap

14
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Dimensi kualitas pelayanan kesehatan adalah kerangka kerja untuk

menganalisis kualitas masalah pelayanan kesehatan. Oleh karena itu,

penelitian ini menganalisis lima dimensi dalam kualitas pelayanan

kesehatan sebagai berikut:

1. Dimensi kompetensi teknis, yang berkaitan dengan keterampilan,

kemampuan, penampilan, sesuai standar pelayanan kesehatan yang disepakati

2. Dimensi interpersonal, interaksi antara penyedia layanan kesehatan dan

pasien, membangun kepercayaan dengan menghormati dan menanggapi

setiap keluhan pasien.

3. Dimensi kenyamanan, yaitu tampilan pelayanan dan fasilitas pelayanan yang

memuaskan pasien.

4. Dimensi keselamatan, yaitu pelayanan kesehatan aman bagi pasien dan

pemberi pelayanan serta dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan

kesehatan.

5. Dimensi ketepatan waktu, yaitu pelayanan disampaikan dengan cara yang

tepat oleh pemberi pelayanan kesehatan.

Penelitian ini diidentifikasi dua variabel yaitu, variabel bebas adalah

kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas.Dan variabel terikat (dependent

variable) adalah kepuasan pasien di Puskesmas Binamu Kabupaten

Jeneponto.
B. Kerangka Konsep

Kualitas Pelayanan Kesehatan

KompetensiTeknis

Hubunganantarmanusia

KepuasanPasien
Kenyamanan

Keamanan

KetepatanWaktu

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

Gambar 2 Kerangka Konsep

16
C. Definisi Operasional

1. Dimensi Kualitas Pelayanan

a. Kompetensi Teknis

1) Definisi Operasional

Kompetensi teknis dalam penelitian ini yaitu persepsi pasien didasari

kemampuan petugas layanan kesehatan dalammemberikan layanan sesuai

dengan standar pelayanan kesehatanseperti pelayanan penerimaan pasien di

loket pendaftaran, ketelitian dan ketepatan dokter dalam melakukan pemeriksaan

pasien, serta daya tanggap perawat dalam menangani pasien di Puskesmas

Binamu Kota Kabupaten Jeneponto.

2) Kriteria Objektif

Cukup : jika responden memperoleh persentase nilai ≥ 62,5%

Kurang : jika responden memperoleh persentase nilai <


62,5%

b. Hubungan antarmanusia

1) Definisi Operasional

Hubungan antar manusia adalah interaksi antara petugas dan pasiennya,

Hubungan antar manusia sangat penting dalam membangun komunikasi yang

meliputi pikiran dan perasaan seperti komunikasi dokter atau petugas

kesehatan dengan pasien dalam menerima keluhan pasien, memberikan

penjelasan mengenai penyakit yang diderita pasien, serta sikap yang harus di

berikan dokter atau petugas kesehatan kepada pasien.

2) Kriteria Objektif

17
Cukup : jika responden memperoleh persentase nilai ≥ 62,5%

Kurang : jika responden memperoleh persentase nilai < 62,5%

c. Kenyamanan

1) Definisi Operasional

Kenyamanan merupakan perasaan yang bersifat positif yang responden

rasakan secara langsung. Kenyamanan yang dimaksud dalam hal ini berkaitan

dengan penampilan fisik puskesmas dan kebersihan lingkungan puskesmas

tersedianya fasilitas. Misalnya kursi, tempat sampah dan toilet serta sikap dan

kerapian petugas maupun staf kesehatan di Puskesmas Binamu Kota

Kabupaten Jeneponto.

2) Kriteria Objektif

Cukup : jika responden memperoleh persentase nilai ≥ 62,5%

Kurang : jika responden memperoleh persentase nilai < 62,5%

d. Keamanan

1) Definisi Operasional

Keamanan adalah kemampuan petugas kesehatan dalam memberikan

pelayanan yang aman. Misalnya : prosedur dalam memeriksa pasien harus

aman dari risiko cedera dan infeksi serta mampu menjaga privasi pasien selama

berada dalam ruangan pemeriksaan di Puskesmas Binamu Kota Kabupaten

Jeneponto.

2) Kriteria Objektif

Cukup : jika responden memperoleh persentase nilai ≥ 62,5%

18
Kurang: jika responden memperoleh persentase nilai < 62,5%

e. Ketepatan Waktu

1) Definisi Operasional

Ketepatan waktu adalah pelayanan yang diberikan itu cepat dan tepat.

Pelayanan kesehatan yang dimaksud seperti jadwal pemeriksaan pasien oleh

dokter, pemberian obat kepada pasien dengan cepat dan tepat serta petugas

kesehatan baik dokter maupun perawat yang datang tepat waktu di Puskesmas

Binamu Kota Kabupaten Jeneponto.

2) Kriteria Objektif

Cukup : jika responden memperoleh persentase nilai ≥ 62,5%

Kurang : jika responden memperoleh persentase nilai < 62,5%

f. Kepuasan Pasien

1) Definisi Operasional

Kepuasan pasien dalam penelitian ini berkaitan dengan respon evaluatif

yang muncul atau timbul disebabkan oleh akibat dari kinerja layanan kesehatan

yang diperoleh setelah pasien membandingkan apa yang diharapkannya.

2) Kriteria Objektif

Cukup Puas : jika responden memperoleh persentase nilai ≥ 62,5%

Kurang Puas : jika responden memperoleh persentase nilai < 62,5%

D. Hipotesa Penelitian
1. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Tidak ada hubungan antara dimensi kompetensi teknis dengan

kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Binamu Kabupaten

19
Jenponto.

b. Tidak ada hubungan antara dimensi interpersonal dengan

kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Binamu Kabupaten

Jeneponto.

c. Tidak ada hubungan antara kenyamanan rawat jalan dengan

kepuasan pasien di Puskesmas Binamu Kabupaten Jeneponto.

d. Tidak ada hubungan antara keselamatan dan kepuasan pasien

rawat jalan di Puskesmas Binamu Kabupaten Jeneponto.

e. Ada hubungan antara dimensi ketepatan waktu Puskesmas

Binamu Kabupaten Jeneponrto dengan kepuasan pasien rawat

jalan.

20
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian kuantitatif,

menggunakan rancangan cross sectional study untuk mengetahui

hubungan antar variabel.

B. Lokasi dan waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Binamu Kota Kabupaten

Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai pada bulan 19 Oktober 2021-19 November

2021.

C. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan objek penelitian. Populasi dalam

penelitian ini adalah pasien dengan rawat jalan di Puskesmas Binamu Kota

Kabupaten Jeneponto. Besar populasi diambil dari data kunjungan pada

tahun 2020 yaitu sebesar 12.736 orang.

b. Sampel

1. Besar Sampel

21
Sampel penelitian ini adalah seluruh subjek dan dianggap mewakili

seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah

pasien di Puskesmas Binamu Kota. Pengambilan sampel menggunakan

teknik random sampling, dimana siapa saja yang bertemu peneliti dan

memenuhi kriteria peneliti dalam pengambilan sampel.

Jumlah sampel dalam penelitian ini, dengan rumus Slovenia sebagai

berikut:

N
n =
Nd 2 +1

Keterangan :

N = Besaran populasi

n = Besaran Sampel

d = Tingkat Kesalahan yang diinginkan 0,10 (10%)

N
Jadi :n = 2
Nd +1

12736
n=
(12736.(0,1¿¿ 2))+1 ¿

12736
n=
128,36

n = 99 Sampel

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan dalam

mengumpulkan data. Dalam penelitian ini, kuesioner digunakan sebagai

alat ukur.

22
D. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung seperti melalui wawancara kepada

responden.

2. Data Sekunder

Data diperoleh dengan mengumpulkan dokumen dari Puskesmas

Benham Kabupaten Jeneponto.

E. Pengolahan dan Analisis Data


1. Pengolahan Data

Pengolahan data adalah proses mendapatkan ringkasan data atau grafik dengan

menggunakan metode atau rumus tertentu. Pemrosesan data berlangsung dalam

tahapan:

a) Editing ( penyuntingan data)

Editin merupakan pengecekan kembali data-data yang sudah didapatkan.

b) Coding ( Pengkodean variabel)

Coding adalah pemberian kode pada tiap data yang termasuk dalam

kategori yang sama.

c) Entry data

Dalam Entry data kita melakukan penginputan data pada setiap

variabel penelitian.

d) Cleaning data

23
Setelah proses penginputan data, maka dilakukan cleaning data

dengan melakukan analisis frekuensi pada semua variabel untuk melihat

ada tidaknya missing data.

e) TabulasiData

Tabulasi adalah pembuatan tabel-tabel yang berisi data yang telah diberi kode

sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.

2. Analisis Data

a. AnalisisUnivariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.

b. AnalisisBivariat

Analisis Bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Ho akan diuji tingkat kemaknaan 0,05. Uji

statistik yang digunakan adalah Uji Statistik Chi-square x 2 = ∑


(O−E)2
karena dapat digunakan untuk menguji apakah data sampel yang
E

diambil mendukung hipotesis. Jika ada cell yang nilai expected count (fh)

yang kurang dari 5 maka akan di lakukan uji alternatif Fisher exact test

( A+ B ) ! ( C+ D ) !(B+ D)!
p=
N ! A ! B !C ! D !

F. Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, grafik, dan

asumsi penjelas untuk setiap tabel atau grafik.

24
G. Etika Penelitian
Etika Penelitian penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak subjek

penelitian. Dalam penelitian, hak-hak subjek harus dilindungi. Hak-hak

subjek seperti:

1. Lembar persetujuan (Informed Consent)

Peneliti menjelaskan tujuan penelitian yang akan dilakukan.

2. Tanpa nama (anonymity)

Tanpa nama (anonymity) untuk menjaga kerahasiaan responden. Peneliti

tidak mencantumkan nama responden dalam pengolahan data penelitian.

Peneliti hanya menggunakan kode dalam perangkat instrument yang

diberikan pada responden.

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Informasi yang diberikan oleh responden dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti.

25
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 19 Oktober hingga 19

November 2021. Data dikumpulkan melalui penggunaan langsung

responden survei.

Responden dalam penelitian ini yaitu 99 responden, dimana

merupakan pasien rawat jalan di poliklinik, dan data yang terkumpul

ditabulasi dan dimasukkan, dan dianalisis menggunakan aplikasi SPSS dan

disajikan dalam tabel disertai penjelasannya.

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Binamu Kota merupakan puskesmas di Kabupaten

Jeneponto berada di Jalan M. Ali Gassing kelurahan Pabiringa,

Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto

2. Analisis Univariat

a. Karakteristik Responden

Tabel 2

26
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik
di Puskesmas Binamu KotaTahun 2021

Karakteristik N %

Umur (Tahun)

17-25 15 15,2
26-45 41 41,4
46-65 38 38,4
65> 5 5,1
Jenis Kelamin

Laki – Laki 27 27,3


Perempuan 72 72,7
Pendidikan

Tamat SD 4 4,0
Tamat SMP 4 4,0
Tamat SMA 78 78,8
Tamat Perguruan
13 13,1
Tinggi
Pekerjaan
PNS/TNI/POLRI 6 6,1
Wiraswasta 12 12,1
Petani 4 4,0
IRT 49 49,5
Pelajar/Mahasiswa 9 9,1
Lain-lain 19 19,2
Jumlah 99 100
Sumber: Data Primer 2021
Tabel 2 menunjukkan bahwa distribusi responden

berdasarkan umur paling banyak adalah 26-45 tahun sebanyak 41

responden (41,4%) dan umur paling sedikit adalah adalah >65

tahun yaitu 5 responden (5,1%). Jenis Kelamin Paling banyak

adalah responden dengan jenis kelamin perempuan yaitu 72

responden (72,7%) dan jenis kelamin paling sedikit adalah

responden dengan jenis kelamin laki-laki yaitu 27 responden

(27,3%). Jumlah pendidikan terakhir responden terbanyak adalah

27
tamat SMA sebanyak 78 responden (78,8%), dan yang paling

sedikit yaitu tamat SD dan SMPsebanyak 4 responden (4,1%).

Dominan pekerjaan responden yaitu IRT sebanyak 49 responden

(49,5%) sedangkan pekerjaan terendah adalah petani sebanyak 4

responden (4,0%).

b. Variabel yang diteliti


Tabel 3
Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel
Tahun 2021
Variabel N %
Kompetensi Teknis
Kurang 14 14.1
Cukup 85 85.9
Hubungan Antar
Manusia
Kurang 18 18.2
Cukup 81 81.8
Kenyamanan
Kurang 15 15.2
Cukup 84 84.4
Keamanan
Kurang 13 13.1
Cukup 86 86.9
Ketepatan Waktu
Kurang 18 18.2
Cukup 81 81.8
Kepuasan Pasien
Kurang Puas 23 23.2
Cukup Puas 76 76.8
Jumlah 99 100
Sumber: Data Primer, 2021

Tabel 3 menunjukkan responden yang menilai cukup pada

kompetensi teknis sebanyak 85 orang (85.9%) dibandingkan yang

menilai kurang sebanyak 14 orang (14.1%). Lebih banyak yang menilai

cukup pada kenyamanan sebanyak 84 orang (84.4%) dibandingkan

28
yang kurang ada 15 orang (15.2%). Lebih banyak responden yang

menilai cukup pada keamanan sebanyak 86 orag (86.9%) dibandingkan

yang kurang sebanyak 13 orang (13.1%). Lebih banyak yang menilai

cukup pada ketepatan waktu sebanyak 81 orang (81.8%) dibandingkan

yang kurang sebanyak 18 orang (18.2%). Lebih banyak yang menilai

cukup puas pada kepuasan pasien sebanyak 76 orang (76.8%) dan yang

menilai kurang puas sebanyak 23 orang (23.2%).

3. Analisis Bivariat

a. Variabel Kompetensi Teknis dengan Kepuasan Pasien

Tabel 4
Hubungan Dimensi Kompetensi Teknis dengan Kepuasan Pasien Rawat
Jalandi Puskesmas Binamu Kota Tahun 2021
Kepuasan Pasien Uji
Dimensi
Kurang Cukup Jumlah Statisti
Kompetensi
Puas Puas k/ρ
Teknis
N % n % n % value
1 100,
Kurang 11 78.6 3 21.4
4 0
8 100,
Cukup 12 14.1 73 85.9 0,000
5 0
9 100,
Jumlah 23 23.2 76 76.8
9 0
Sumber : Data primer, tahun 2021

Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 14 orang responden (100,0%)

yang menilai dimensi kompetensi teknis kurang dengan kurang puas

sebanyak 11 orang (78.6%) dan yang cukup puas sebanyak 3 orang

(21.4%). Dari 85 orang responden (100,0%) yang menilai dimensi

kompetensi teknis cukup dengan kurang puas sebanyak 12 orang

(14.1%) dan yang cukup puas sebanyak 73 orang (85.9%). Karena X 2

tidak terpenuhi karena terdapat 1 sel kurang dari 5 maka dipakai uji

29
alternative yaitu fisher yang diperoleh nilai ρ = 0,000 ( ρ<α = 0,05).

Hal ini berarti ada hubungan antara variabel kompetensi teknis dengan

pelayanan dengan kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Binamu

Kota.

b. Variabel Hubungan Antar Manusia dengan Kepuasan Pasien

Tabel 5
Hubungan Dimensi Hubungan Antar Manusia dengan Kepuasan Pasien
Rawat Jalandi Puskesmas Binamu Tahun 2021
Dimensi Kepuasan Pasien Uji
Hubungan Kurang Cukup Jumlah Statisti
Antar Puas Puas k/ρ
Manusia N % n % n % value
1 100,
Kurang 14 77.8 4 22.2
8 0
8 100,
Cukup 9 11.1 72 88.9 0,000
1 0
9 100,
Jumlah 23 23.2 76 76.8
9 0
Sumber : Data primer, tahun 2021

Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 18 orang responden (100,0%)

yang menilai dimensi hubungan antar manusia kurang dengan kurang

puas sebanyak 14 orang (77.8%) dan yang cukup puas sebanya 4 orang

(22.2%). Dari 81 orang responden (100,0%) yang menilai dimensi

hubungan antar manusia cukup dengan kurang puas sebanyak 9 orang

(11.1%) dan yang cukup puas sebanyak 72 orang (88.9%). Karena X 2

tidak terpenuhi karena terdapat 1 sel kurang dari 5 maka dipakai uji

alternatif lain yaitu fisher yang diperoleh nilai ρ = 0,000 ( ρ<α = 0,05).

Hal ini menunjukkan ada hubungan antara variabel hubungan antar

manusia dengan pelayanan dengan kepuasan pasien rawat jalan di

Puskesmas Binamu Kota.

30
c. Variabel Kenyamanan dengan Kepuasan Pasien

Tabel 6
Hubungan Dimensi Kenyamanan dengan Kepuasan Pasien
Rawat Jalandi Puskesmas Binamu Kota Tahun 2021
Kepuasan Pasien Uji
Dimensi
Kurang Cukup Jumlah Statisti
Kenyamana
Puas Puas k/ρ
n
n % n % n % value
1 100,
Kurang 12 80.0 3 20.0
5 0
8 100,
Cukup 11 13.1 73 86.9 0,000
4 0
9 100,
Jumlah 23 23.2 76 76.8
9 0
Sumber : Data primer, tahun 2021

Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 15 orang responden (100,0%)

yang menilai dimensi kenyamanan kurang dengan kurang puas

sebanyak 12 orang (80.0%) dan yang cukup puas sebanya 3 orang

(20.0%). Dari 84 orang responden (100,0%) yang menilai dimensi

kenyamanan cukup dengan kurang puas sebanyak 11 orang (13.1%)

dan yang cukup puas sebanyak 73 orang (86.9%). Karena X 2 tidak

terpenuhi karena terdapat 1 sel kurang dari 5 maka dipakai uji

alternatif lain yaitu fisher yang diperoleh nilai ρ = 0,000 ( ρ<α = 0,05).

Hal ini menunjukkan ada hubungan antara variabel kenyamanan

dengan kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Binamu Kota.

d. Variabel Keamanan dengan Kepuasan Pasien

Tabel 7
Hubungan Dimensi Keamanan Manusia dengan Kepuasan Pasien
Rawat Jalan di Puskesmas Binamu Kota Tahun 2021
Kepuasan Pasien Uji
Dimensi Kurang Cukup Jumlah Statisti
Keamanan Puas Puas k/ρ
n % n % n % value

31
1 100,
Kurang 10 76.9 3 23.1
3 0
8 100,
Cukup 13 15.1 73 94.9 0,000
6 0
9 100,
Jumlah 23 23.2 76 76.8
9 0
Sumber : Data primer, tahun 2021

Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 13 orang responden (100,0%)

yang menilai dimensi keamanan kurang dengan kurang puas sebanyak

10 orang (76.9%) dan yang cukup puas sebanya 3 orang (23.1%). Dari

86 orang responden (100,0%) yang menilai dimensi keamanan cukup

dengan kurang puas sebanyak 13 orang (15.1%) dan yang cukup puas

sebanyak 73 orang (94.9%). Karena X2 tidak terpenuhi karena terdapat

1 sel kurang dari 5 maka dipakai uji alternatif lain yaitu fisher yang

diperoleh nilai ρ = 0,000 ( ρ<α = 0,05). Hal ini menunjukkan adanya

hubungan antara variabel keamanan dengan kepuasan pasien rawat

jalan di Puskesmas Binamu Kota.

e. Variabel Ketepatan Waktu dengan Kepuasan Pasien

Tabel 8
Hubungan Dimensi Ketepatan Waktu dengan Kepuasan Pasien Rawat
Jalandi Puskesmas Binamu Kota Tahun 2021
Kepuasan Pasien Uji
Dimensi
Kurang Cukup Jumlah Statisti
Ketepatan
Puas Puas k/ρ
Waktu
n % n % n % value
1 100,
Kurang 11 61.1 7 38.9
8 0
8 100,
Cukup 12 14.8 69 85.2 0,000
1 0
9 100,
Jumlah 23 23.2 76 76.8
9 0
Sumber : Data primer, tahun 2021

32
Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 18 orang responden (100,0%)

yang menilai dimensi ketepatan waktu kurang dengan kurang puas

sebanyak 11 orang (61.1%) dan yang cukup puas sebanyak 7 orang

(38.9%). Dari 81 orang responden (100,0%) yang menilai dimensi

ketepatan waktu cukup dengan kurang puas sebanyak 12 orang

(14.8%) dan yang cukup puas sebanyak 69 orang (85.2%). Karena X 2

tidak terpenuhi karena terdapat 1 sel kurang dari 5 maka dipakai uji

alternative lain yaitu fisher yang diperoleh nilai ρ = 0,000 ( ρ<α =

0,05). Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara variabel ketepatan

waktu dengan kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Binamu Kota.

B. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan responden terbanyak dari penelitian ini

adalah perempuan, 72 responden (72,7%) dan sebanyak 27 (27,3%) laki-laki.

Berdasarkan kelompok umur, responden terbanyak berusia 26-45 tahun atau

41 responden (41,4%). Dilihat dari latar belakang pendidikan, responden

paling banyak dengan pendidikan terakhir tamat SMA, yaitu sebanyak 78

(78,8%). Berdasarkan pekerjaan terbanyak, IRT memiliki 49 responden

(49,5%).

1. Hubungan antara Variabel Kompetensi Teknis dengan kepuasan Pasien

Pada penelitian ini di dapatkan hasil ada yang menilai pada dimensi

kompetensi teknis kurang dengan merasa kurang puas sebanyak 11 orang

responden (78.6%) di karenakan para pasien juga menginginkan petugas

pelayanan kesehatan ramah.

33
Pada penelitian ini di dapatkan hasil bahwa terdapat 73 orang

responden (85.9%) yang menilai dimensi kompetensi teknis dengan merasa

cukup puas. Pada dimensi kompetensi teknis banyak yang menilai cukup

karena responden merasa keterampilan dan kemampuan dokter atau perawat

melebihi ekspetasi mereka. Sementara responden yang menilai dimensi

kompetensi teknis cukup namun merasa cukup puas sebanyak 12 responden

(14.1%). Hal ini dikarenakan responden merasa bahwa dokter maupun petugas

kesehatan belum cukup siap untuk memberikan kepuasan pelayanan pada

mereka.

Berdasarkan Nilai = 0,000 (ρ<α = 0,05) menurut uji Fisher. Ini

menjelaskan ada hubungan variabel kemampuan teknis dan pelayanan dengan

kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Binamu Kota. Hasil penelitian ini

sama dengan hasil penelitian Kartika et al (2018), dengan p-value 0,0001

menunjukkan hubungan yang signifikan antara kompetensi perawat dengan

kepuasan pasien. Dalam pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) di

rawat jalan, kepuasan pasien menjadi salah satu indikator yang dapat

ditingkatkan melalui peningkatan kualitas pelayanan khususnya dalam hal ini

adalah pelayanan keperawatan.

2. Hubungan antara hubungan antar manusia dengan kepuasan pasien

Hubungan interpersonal dalam penelitian ini yaitu hubungan petugas

kesehatan dan pasien. Seperti terlihat dari Tabel 5, terdapat 9 responden

(11,1%) yang berpendapat bahwa dimensi hubungan interpersonal cukup

tetapi tidak puas. Hal ini dikarenakan petugas di bagian pendaftaran kurang

34
ramah dan tidak tanggap terhadap keluhan dari pasien. Sementara responden

yang menilai pada dimensi hubungan antar manusia sudah cukup dengan

merasa cukup puas sebanyak 72 orang responden (88.9%) karena responden

merasa petugas kesehatan begitu responsif dan perhatian terhadap pasien yang

berkunjung.

Sementara responden yang menilai kurang terhadap hubungan antar

manusia dan merasa kurang puas sebanyak 14 (77.8%) karena petugas

kesehatan tidak memperhatikan responden dengan baik bahkan tidak ramah

dalam melayani pasien. Adapun responden yang menilai dimensi hubungan

antar manusia kurang namun merasa cukup puas sebanyak 4 orang (22.2%).

Berdasarkan hasil uji fisher yang diperoleh nilai ρ = 0,000 ( ρ<α =

0,05). Hal ini berarti ada hubungan antara variabel hubungan antar manusia

dengan pelayanan dengan kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Binamu

Kota.

3. Hubungan antara kenyamanan dengan kepuasan pasien

Dalam penelitian ini kenyamanan adalah penampilan dan kebersihan

meliputi kebersihan lingkungan dan ruang pemeriksaan, ketersediaan kursi

pasien, ketersediaan tempat sampah dan toilet, serta ketersediaan ruangan.

Pada penelitian ini di dapatkan hasil bahwa responden yang menilai

cukup pada dimensi kenyamanan dengan merasa puas sebanyak 73 (86.9%)

orang responden, karena responden merasa nyaman dengan lingkungan

puskesmas yang bersih dan indah serta tersedianya dan tempat sampah.

Sementara responden yang menilai dimensi kenyamanan sudah cukup tetapi

35
merasa kurang puas sebanyak 11 orang (13,1%). Hal ini disebabkan karena

pasien merasa belum puas dengan fasilitas yang disediakan.

Pada penelitian ini ada responden yang menilai dimensi kenyamanan

itu kurang dengan merasa kurang puas sebanyak 12 responden (80.0%). Oleh

karena itu, pihak Puskesmas Binamu Kota agar kiranya melakukan perbaikan

fasilitas ruangan sesuai dengan apa yang pasien butuhkan.

Berdasarkan hasil uji fisher yang diperoleh nilai ρ = 0,000 ( ρ<α =

0,05). Hal ini berarti ada hubungan antara variabel kenyamanan dengan

pelayanan dengan kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Binamu Kota.

Hasil penelitian ini searah dengan penelitian Satria dkk (2021), bahwa hasil

analisis statistik menggunakan uji chi square diperoleh nilai p sebesar 0,024

(p<0,05), artinya ada hubungan kenyamanan dengan kepuasan pasien KIA.

4. Hubungan antara Keamanan dengan Kepuasan Pasien

Keamanan adalah kemampuan petugas kesehatan dalam memberikan

pelayanan yang aman. Misalnya prosedur dalam memeriksa pasien harus

aman dari risiko cedera dan infeksi serta mampu menjaga privasi pasien

selama berada dalam ruangan pemeriksaan di Puskesmas.

Pada penelitian ini di dapatkan hasil bahwa responden yang menilai

kurang pada dimensi keamanan dengan merasa kurang puas sebanyak 10

responden (76.9%). Dikarenakan menurut beberapa responden mengatakan

lamanya perubahan keluhan yang dialami dan masih membutuhkan perawatan

yang lebih maksimal

36
Sementara responden yang menilai cukup pada dimensi keamanan

tetapi merasa kurang puas sebanyak 13 responden (15.1%). Hal ini karena

beberapa pasien tidak dapat tindakan tepat dan terkadang petugas belum

cukup cepat dan tanggap apabila pasien mengalami keluhan. Adapun

responden yang menilai cukup pada dimensi keamanan dengan merasa cukup

puas sebanyak 73 orang (94.9%) karena responden merasa safety ketika

dokter melakukan pemeriksaan serta privasi responden merasa terjaga.

Berdasarkan hasil uji fisher yang diperoleh nilai ρ = 0,000 (ρ<α =

0,05). Hal ini berarti ada hubungan antara variabel keamanan dengan

kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Binamu Kota. Pasien dan

keluarganya merasa harapannya tidak terpenuhi dan tidak ingin kembali lagi,

yang dapat mengakibatkan berkurangnya jumlah konsumen.

5. Hubungan antara Ketepatan Waktu dengan Kepuasan Pasien

Indikator penilaian dimensi ini meliputi petugas kesehatan datang tepat

waktu, pemeriksaan oleh dokter dan pemberian obatkepada pasien tepat

waktu, perawatan rutin melakukan kontrol kepada pasien serta petugas

kesehatan yang selalu ada pada saat jam kerja.

Pada penelitian ini di dapatkan hasil ada responden yang menilai

dimensi ketepatan waktu kurang dengan merasa kurang puas sebanyak 11

responden (61.1%). Hal ini terjadi akibat lambatnya pemberian pelayanan

kesehatan oleh petugas kesehatan di Puskesmas Benham City. Oleh karena itu,

petugas kesehatan harus memberikan pelayanan kepada pasien tepat waktu.

Selain itu ada juga menilai dimensi ketepatan waktu cukup tetapi merasa

37
kurang puas sebanyak 12 responden (14.8%). Hal ini dikarenakan oleh

perawat yang biasanya bertugas di loket atau mengontrol pasien tidak ada di

ruang perawatan pada saat jam kerja. Ada juga responden yang menilai

dimensi ketepatan waktu cukup dengan merasa cukup puas sebanyak 69

(85.2%) karena responden merasa petugas tepat waktu dalam menangani

pasien.

Nilai = 0,000 (ρ<α = 0,05) menurut uji eksak Fisher. Artinya ada

hubungan antara variabel ketepatan waktu dengan kepuasan pasien rawat jalan

di Puskesmas Kota Binamu. Ketepatan waktu mengacu pada penyediaan

layanan yang memenuhi kebutuhan pasien. Pelayanan kesehatan yang terbaik

seringkali diberikan melalui pelayanan yang efisien daripada pelayanan yang

terbaik. Dengan mempertahankan kontrol atas permintaan, efisiensi waktu

dapat diciptakan untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi tanpa

membuang biaya.

38
BAB VI

PENUTUP

A. SIMPULAN

Simpulan dari hasil penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Berdasarkan uji eksak Fisher, terdapat hubungan antara dimensi

kemampuan teknis dengan kepuasan pasien sehingga diperoleh nilai p

(0,000). Jadi nilai p < (0,05).

2. Berdasarkan p-value (0,000) yang diperoleh dengan uji eksak Fisher,

terdapat hubungan antara dimensi hubungan antara kepuasan manusia

dengan kepuasan pasien. Oleh karena itu, nilai p < (0,05).

3. Berdasarkan uji eksak Fisher terdapat hubungan antara kenyamanan

dengan kepuasan pasien dengan p-value sebesar 0,000. Oleh karena

itu, nilai p<ɑ (0,05).

4. Berdasarkan uji eksak Fisher, terdapat hubungan antara dimensi

keselamatan dengan kepuasan pasien, menghasilkan p-value sebesar

0,000. Oleh karena itu, nilai p<ɑ (0,05).

5. Berdasarkan uji chi-square, terdapat hubungan antara dimensi

ketepatan waktu dengan kepuasan pasien dengan p-value sebesar

0,000. Oleh karena itu p < (ɑ = 0,05).

39
B. SARAN

Saran yang diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Pihak Puskesmas, agar dapat melakukan evaluasi dan perbaikan

menejemen untuk memperbaiki kualitas pelayanan.

2. Bagi tenaga kesehatan yang langsung menerima pasien khususnya loket

pendaftaran perlu lebih ramah dalam menangani keluhan pasien, dan tingkat

kerja petugas harus lebih meningkat lagi.

3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan agar mampu mengembangkan

penelitian selanjutnya berdasarkan penelitian yang dilakukan saat ini untuk

meneliti variabel yang lain.

40

Anda mungkin juga menyukai