Pelayanan
Kesehatan
Primer (PPKP)
Buyamin 1910070160006
Pelayanan Kesehatan Primer atau Primary Health Care (PHC) adalah pelayanan
kesehatan pokok yang berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah
dan sosial yang dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga
dalam masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang
dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat
perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri dan menentukan
nasib sendiri.
Pelayanan Kesehatan Primer
Primary Health Care (PHC) diperkenalkan oleh World Health Organization (WHO)
sekitar tahun 70-an, dengan tujuan untuk meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Di Indonesia, PHC memiliki 3 (tiga)
strategi utama, yaitu :
1) Kerjasama multisektoral.
2) Partisipasi masyarakat.
3) Penerapan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dengan pelaksanaan di
masyarakat.
Implementasi PHC di Indonesia
Menurut Deklarasi Alma Ata (1978) PHC adalah kontak pertama individu,
keluarga, atau masyarakat dengan sistem pelayanan. Pengertian ini sesuai dengan
definisi Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009, yang menyatakan bahwa
Upaya Kesehatan Primer adalah upaya kesehatan dasar dimana terjadi kontak
pertama perorangan atau masyarakat dengan pelayanan kesehatan.
Implementasi PHC di Indonesia
Tujuan atau goal dari Pelayanan kesehatan primer harus dicapai agar dapat terjadi
jangkauan universal. Agar tujuan tersebut tercapai maka ada 5 prinsip dasar
pelayanan kesehatan primer :
1) Pemerataan upaya kesehatan
2) Penekanan pada upaya preventif
3) Menggunakan teknologi tepat guna
4) Melibatkan peran serta masyarakat
5) Melibatkan kerjasama Lintas sektoral.
KOMPENSASI PPKP
Adalah penghargaan berbentuk finansial (uang) dan non-finansial (bukan uang) yang langsung
dan tidak langsung diberikan kepada seseorang sebagai imbalan untuk suatu pekerjaan,
dengan mempertimbangkan nilai pekerjaaan tersebut serta kontribusi dan kinerja seorang
dalam melaksanakan pekerjaan tersebut.
Kompensasi langsung biasanya berbentuk pendapatan per periodik (pendapatan dasar
plus insentif yang terkait dengan produktivitas), sedangkan,
Perspektif Dokter :
Menarik untuk mengetahui perspektif dokter tentang bagaimana seharusnya
dokter dibayar dan apa alasannya. Berikut ini berbagai pandangan para dokter
tentang kompensasi yang dihimpun dari berbagai sumber:
1) Dokter seyogianya dibayar sepadan dengan pola pendidikannya yang lebih lama dari
profesi lain, dan sepadan dengan kewajiban belajar sepanjang hayat untuk
memelihara dan mengembangkan keterampilan dan pengetahuannya. Kewajiban ini
tidak ada pada profesi lain.
2) Dokter seyogianya dibayar lebih tinggi karena jam kerja dokter umumnya lebih tinggi
dari jam kerja profesi lain.
3) Dokter yang menghasilkan pelayanan bermutu tinggi seyogianya dibayar lebih
banyak dibandingkan dokter yang menghasilkan layanan yang berkualitas rendah.
Perspektif Dokter dan Perspektif Kebijakan Publik terhadap
Kompensasi
5) Kompensasi dokter integral dengan produktivitas dokter dan seyogianya dihitung berdasarkan
kerja dokter dalam menjalankan praktik kedokteran dengan mempertimbangkan karakteristik
profesi dokter, waktu dan intensitas kerja dokter, dan kontribusi dokter dalam pembangunan
kesehatan.
6) Metode pembayaran dokter seyogianya dapat mendorong peningkatan efisiensi dan efektivitas
pelayanan kedokteran bagi sebesar-besarnya kepentingan individu pasien, dokter dan pembayar.
7) Metode untuk menentukan kompensasi dokter seyogianya mempertimbangkan produktivitas
dan mutu layanan, mudah diterapkan, transparan dan akuntabel.
8) Kompensasi dokter dipengaruhi hukum ekonomi (supply and demand), sehingga harus dikawal
dengan regulasi untuk menjamin ketersediaan dan distribusi dokter di seluruh wilayah Indonesia.
9) Dokter seyogianya menerima kompensasi yang seimbang dengan trias peran dokter (agent of
change, angent of development & agent of treatment) yang sangat strategis dalam
pembangunan nasional, khususnya pembangunan kesehatan nasional.