Anda di halaman 1dari 15

Konsep Pemberi

Pelayanan
Kesehatan
Primer (PPKP)

Moh. Dicky Surya 1910070160002

Buyamin 1910070160006

Nanda Farhan 1910070160008


Pelayanan Kesehatan Primer

Pelayanan Kesehatan Primer atau Primary Health Care (PHC) adalah pelayanan
kesehatan pokok yang berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah
dan sosial yang dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga
dalam masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang
dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat
perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri dan menentukan
nasib sendiri.
Pelayanan Kesehatan Primer

Pelayanan Kesehatan Primer di Indonesia menganut Gatekeeper. Pelayanan


Kesehatan primer sendiri dibagi menjadi dua yaitu Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP), yang termasuk pelayanan
kesehatan UKP adalah puskesmas dan pembantunya, praktek dokter umum, klinik
pratama dan bidan. UKM adalah puskesmas dan pembantunya yang dimiliki oleh
pemerentah kota atau daerah setempatnya. UKP dan UKM ini harus saling
bekerjasama, tidak bisa bekerja sendiri-sendiri.
Pelayanan Kesehatan Primer

Terdapat 3 unsur utama yang terkandung dalam pelayanan kesehatan primer


1) Mencakup upaya-upaya dasar kesehatan (promotif,preventif, kuratif dan
Rehabilitatif);
2) Melibatkan Peran serta masyarakat;
3) Melibatkan kerjasama lintas sektoral.
Prinsip Pelayanan kesehatan Primer

Menurut Panduan Praktis Gatekeeper Concept Faskes BPJS Kesehatan, Konsep


Gatekeeper konsep sistem pelayanan kesehatan dimana fasilitas kesehatan tingkat
pertama yang berperan sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar berfungsi
optimal sesuai standar kompetensinya dan memberikan pelayanan kesehatan
sesuai standar pelayanan medik.
Fasilitas kesehatan tingkat pertama yang berfungsi optimal sebagai gatekeeper
biasanya akan memberikan iuran kualitas kesehatan yang lebih baik kepada
peserta, akan mengurangi beban negara dalam pembiayaan kesehatan karena
mampu menurunkan angka kesakitan
Prinsip Pelayanan kesehatan Primer

Empat prinsip pokok Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama sebagai Gatekeeper :


1) Kontak pertama pelayanan (First Contact)
2) Pelayanan berkelanjutan (Continuity)
3) Pelayanan paripurna (Comprehensiveness)
4) Koordinasi pelayanan (Coordination).
Prinsip Pelayanan kesehatan Primer

Empat prinsip pokok Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama sebagai Gatekeeper :


1) Kontak pertama pelayanan (First Contact)
2) Pelayanan berkelanjutan (Continuity)
3) Pelayanan paripurna (Comprehensiveness)
4) Koordinasi pelayanan (Coordination)
Implementasi PHC di Indonesia

Primary Health Care (PHC) diperkenalkan oleh World Health Organization (WHO)
sekitar tahun 70-an, dengan tujuan untuk meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Di Indonesia, PHC memiliki 3 (tiga)
strategi utama, yaitu :
1) Kerjasama multisektoral.
2) Partisipasi masyarakat.
3) Penerapan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dengan pelaksanaan di
masyarakat.
Implementasi PHC di Indonesia

Menurut Deklarasi Alma Ata (1978) PHC adalah kontak pertama individu,
keluarga, atau masyarakat dengan sistem pelayanan. Pengertian ini sesuai dengan
definisi Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009, yang menyatakan bahwa
Upaya Kesehatan Primer adalah upaya kesehatan dasar dimana terjadi kontak
pertama perorangan atau masyarakat dengan pelayanan kesehatan.
Implementasi PHC di Indonesia

Tujuan atau goal dari Pelayanan kesehatan primer harus dicapai agar dapat terjadi
jangkauan universal. Agar tujuan tersebut tercapai maka ada 5 prinsip dasar
pelayanan kesehatan primer :
1) Pemerataan upaya kesehatan
2) Penekanan pada upaya preventif
3) Menggunakan teknologi tepat guna
4) Melibatkan peran serta masyarakat
5) Melibatkan kerjasama Lintas sektoral.
KOMPENSASI PPKP

Adalah penghargaan berbentuk finansial (uang) dan non-finansial (bukan uang) yang langsung
dan tidak langsung diberikan kepada seseorang sebagai imbalan untuk suatu pekerjaan,
dengan mempertimbangkan nilai pekerjaaan tersebut serta kontribusi dan kinerja seorang
dalam melaksanakan pekerjaan tersebut.
 Kompensasi langsung biasanya berbentuk pendapatan per periodik (pendapatan dasar
plus insentif yang terkait dengan produktivitas), sedangkan,

 kompensasi tidak langsung berbentuk manfaat/imbalan tambahan yang punya nilai


ekonomi (fringe benefits), misalnya: tunjangan kesehatan, jamsostek, THR, bonus tahunan,
mobil perusahaan, program kepemilikan rumah, tunjangan telepon seluler, dan lain-lain.
Perspektif Dokter dan Perspektif Kebijakan Publik terhadap
Kompensasi

Perspektif Dokter :
Menarik untuk mengetahui perspektif dokter tentang bagaimana seharusnya
dokter dibayar dan apa alasannya. Berikut ini berbagai pandangan para dokter
tentang kompensasi yang dihimpun dari berbagai sumber:
1) Dokter seyogianya dibayar sepadan dengan pola pendidikannya yang lebih lama dari
profesi lain, dan sepadan dengan kewajiban belajar sepanjang hayat untuk
memelihara dan mengembangkan keterampilan dan pengetahuannya. Kewajiban ini
tidak ada pada profesi lain.
2) Dokter seyogianya dibayar lebih tinggi karena jam kerja dokter umumnya lebih tinggi
dari jam kerja profesi lain.
3) Dokter yang menghasilkan pelayanan bermutu tinggi seyogianya dibayar lebih
banyak dibandingkan dokter yang menghasilkan layanan yang berkualitas rendah.
Perspektif Dokter dan Perspektif Kebijakan Publik terhadap
Kompensasi

4) Dokter yang menghasilkan kuantitas layanan banyak seyogianya dibayar lebih


banyak dibandingkan dokter yang menghasilkan pelayanan yang lebih sedikit.
5) Pelayanan berupa prosedur atau tindakan medis seyogianya bukan satu-
satunya faktor penentu bahwa dokter dibayar lebih dari dokter lainnya.
6) Cara pembayaran profesi dokter seyogianya tidak mengurangi otonomi profesi
dokter dan tidak membatasi kebebasan profesi dokter dalam memilih dan
memberi layanan medik yang dibutuhkan pasiennya.
7) Kompensasi yang diberikan pada profesi dokter seyogianya bukan bersadarkan
status kepegawaian, kepangkatan atau institusi tempat dokter bekerja.
Perspektif Dokter dan Perspektif Kebijakan Publik terhadap
Kompensasi

Perspektif Kebijakan Publik :


1) Pembayaran dokter hendaknya tidak menjadi hambatan bagi individu pasien
untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya.
2) Jasa profesi dokter seyogianya mempertimbangkan kemampuan masyarakat
(ability to pay) dan kemauan masyarakat (willingness to pay) membayar
pelayanan kesehatan, dan nilainya seyogianya wajar, masuk akal, dan
berkeadilan.
3) Keseimbangan pendapatan antar-dokter dan antar-spesialisasi seyogianya dapat
mendorong terwujudnya piramida pelayanan kesehatan (primary, secondary &
tertiary care).
4) Keseimbangan pendapatan dokter antar-wilayah seyogianya dijaga agar
pemerataan distribusi dokter di Indonesia dapat terwujud.
Perspektif Dokter dan Perspektif Kebijakan Publik terhadap
Kompensasi

5) Kompensasi dokter integral dengan produktivitas dokter dan seyogianya dihitung berdasarkan
kerja dokter dalam menjalankan praktik kedokteran dengan mempertimbangkan karakteristik
profesi dokter, waktu dan intensitas kerja dokter, dan kontribusi dokter dalam pembangunan
kesehatan.
6) Metode pembayaran dokter seyogianya dapat mendorong peningkatan efisiensi dan efektivitas
pelayanan kedokteran bagi sebesar-besarnya kepentingan individu pasien, dokter dan pembayar.
7) Metode untuk menentukan kompensasi dokter seyogianya mempertimbangkan produktivitas
dan mutu layanan, mudah diterapkan, transparan dan akuntabel.
8) Kompensasi dokter dipengaruhi hukum ekonomi (supply and demand), sehingga harus dikawal
dengan regulasi untuk menjamin ketersediaan dan distribusi dokter di seluruh wilayah Indonesia.
9) Dokter seyogianya menerima kompensasi yang seimbang dengan trias peran dokter (agent of
change, angent of development & agent of treatment) yang sangat strategis dalam
pembangunan nasional, khususnya pembangunan kesehatan nasional.

Anda mungkin juga menyukai