Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
Aida Fitri
111032
Mona Syafera
111032
110322056
111032
111032
111032
Zulhidayati Mulia
111032
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015
1110323020
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat
strategis dalam upaya mempercepat derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Pemerintah telah
bersungguh-sungguh dan terus-menerus berupaya untuk meningkatkan mutu pelayanan baik
yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi. Peran tersebut pada dewasa ini
semakin dituntut akibat adanya perubahan-perubahan epidemiologik penyakit, perubahan
struktur organisasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan sosio-ekonomi
masyarakat dan pelayanan yang lebih efektif, ramah dan sanggup memenuhi kebutuhan mereka.
Era reformasi yang sedang kita jalani, telah membawa perubahan yang mendasar dalam
berbagai bidang kehidupan termasuk masalah pelayanan kesehatan. Salah satu perubahan yang
mendasar dalam berbagai bidang kehidupan termasuk masalah pelayanan kesehatan. Salah satu
perubahan mendasar yang sedang digulirkan saat ini adalah manajemen negara yaitu dari
manajemen berbasis pusat menjadi manajemen berbasis daerah secara resmi perubahan
manajemen ini diwujudkan dalam bentuk Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1999 tentang
pemerintah daerah yang kemudian diikuti pedoman pelaksanaannya berupa Peraturan Pemeritah
RI Nomor 25 tahun 2000 tentang kewenangan propinsi sebagai daerah otonomi konsekuensi
logis dari undang-undang dan peraturan pemerintah tersebut adalah bahwa efektivitas pelayanan
kesehatan harus disesuaikan dengan jiwa dan semangat otonomi sesuai dengan peraturan tersebut
maka disusunlah tugas pokok dan fungsinya yakni; (1) menyelenggarakan, melaksanakan
pelayanan kesehatan meliputi promotif, pemulihan rehabilitasi. (2) penyelenggaraan pelayanan
medik, penyelenggaraan sistem rujukan, penyelenggaraan pelayanan penunjang dan non medik,
penyelenggaraan pelayanan asuhan keperawatan, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
serta penelitian dan pengembangan.
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat banyak hal yang perlu
diperhatikan. Salah satu diantaranya yang dianggap mempunyai peranan yang cukup penting
adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Sesuai dengan peraturan Undang-Undang No. 23
Tahun 1999 tentang Pelayanan Kesehatan. Agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat
mencapai tujuan yang diinginkan maka pelayanan harus memenuhi berbagai syarat diantaranya;
tersedia dan berkesinambungan, dapat diterima dan wajar, mudah dicapai, mudah dijangkau, dan
bermutu (Azwar, 1996).
Saat ini, rumah sakit berada dalam iklim persaingan yang sangat ketat. Masyarakat
sebagai pelanggan berada dalam posisi yang lebih kuat karena semakin banyak pilihan rumah
sakit yang dapat melayaninya. Pada saat yang bersamaan, masyarakat juga semakin kritis
terhadap pelayanan kesehatan. Dalam kondisi seperti ini, agar tetap dapat eksis melayani
pelanggannya, rumah sakit harus memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas. Salah satu
aspeknya adalah kemauan dan kemampuan dalam memberikan pelayanan yang prima. Oleh
karena itu diperlukan paradigma dan sikap mental yang berorientasi melayani, serta pengetahuan
dan keterampilan yang memadai dalam melaksanakan pelayanan yang prima.
1.2.
Rumusan Masalah
a. Bagaimana Konsep Pelayanan Prima di Bidang Kesehatan pada Rumah Sakit ?
1.3.
Tujuan
a. Dapat mengetahui konsep pelayanan prima di bidang kesehatan pada rumah sakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pelayanan kesehatan yang bermutu merupakan salah satu tolak ukur kepuasan yang
berefek terhadap keinginan pasien untuk kembali kepada institusi yang memberikan pelayanan
kesehatan yang efektif. Untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien sehingga dapat
memperoleh kepuasan yang ada pada akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan pada rumah
sakit melalui pelayanan prima. Melalui pelayanan prima, rumah sakit diharapkan akan
menghasilkan keunggulan kompetitif (competitive advantage) dengan pelayanan bermutu,
efisien, inovatif dan menghasilkan sesuai dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang
perlindungan pasien.
Bentuk pelayanan yang efektif antara pasien dan pemberi pelayanan (provider) disadari
sering terjadi perbedaan persepsi. Pasien mengartikan pelayanan yang bermutu dan efektif jika
pelayanannya nyaman, menyenangkan dan petugasnya ramah yang mana secara keseluruhan
memberikan kesan kepuasan terhadap pasien. Sedangkan provider mengartikan pelayanan yang
bermutu dan efesien jika pelayanan sesuai dengan standar pemerintah. Adanya perbedaan
persepsi tersebut sering menyebabkan keluhan terhadap pelayanan (Aswar,1996).
Adapun kondisi yang menunjukkan masalah mutu dan keefektifan yang ada di rumah
sakit yakni adanya keluhan yang sering terdengar dari pihak pemakai layanan kesehatan yang
biasanya menjadi sasaran ialah sikap dan tindakan dokter atau perawat, sikap petugas
administrasi, selain itu juga tentang sarana yang kurang memadai, kelambatan pelayanan,
persediaan obat, tarif pelayanan kesehatan, peralatan medis dan lain-lain.
2.1. Pengertian pelayanan Prima
Pelayanan prima (Excellent Service) menurutpengertian pelayanan yang berarti
usahamelayanikebutuhan orang lain atau dari pengertian melayani yang berarti membantu
menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan seseorang (KBBI). Dengan prima atau excellent
yang berarti bermutu tinggi dan memuaskan (melebihi harapan).
Jadi, secara sederhana, pelayanan prima (excellent service) adalah suatu pelayanan yang
terbaik dalam memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan. Dengan kata lain, pelayanan prima
merupakan suatu pelayanan yang memenuhi standar kualitas. Pelayanan yang memenuhi standar
kualitas adalah suatu pelayanan yang sesuai dengan harapan dan kepuasan pasien/klien.
Terdapat beberapa definisi tentang kualitas pelayanan yang dikemukakan oleh para ahli.
Dan dari sejumlah definisi tersebut terdapat beberapa kesamaan, yaitu:
1.
2.
3.
4.
yang
memberikan perawatan rawat inap dan pelayanan untuk observasi, diagnosis dan pengobatan
aktif untuk individu dengan keadaan medis, bedah, kebidanan, penyakit kronis dan rehabilitasi
yang memerlukan pengarahan dan
fungsional rumah sakit komunitas adalah suatu institusi dengan tujuan untuk menyelenggarakan
perawatan kesehatan pribadi dengan memanfaatkan sumber yang dimiliki secara efektif untuk
kepentingan masyarakat.
Menurut WHO, rumah sakit adalah institusi yang merupakan bagian integral dari organisasi
kesehatan dan organisasi sosial, berfungsi menyediakan pelayanan kesehatan yang lengkap, baik
kuratif maupun preventif bagi pasien rawat jalan dan rawat inap melalui kegiatan pelayanan
medis serta perawatan. Institusi pelayanan ini juga merupakan pusat latihan personil kesehatan
dan riset kesehatan.
Menurut Departemen Kesehatan RI, rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan
pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan sub spesialistik. Rumah sakit
mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat.
Rumah sakit mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil
guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan
secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya
rujukan. Untuk menyelenggarakan upaya tersebut rumah sakit umum mempunyai fungsi
menyelenggarakan:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Pelayanan medis,
Pelayanan penunjang medis,
Pelayanan asuhan keperawatan,
Pelayanan rujukan,
Pendidikan dan pelatihan,
Penelitian,
Pengembangan, administrasi dan keuangan
dicapai oleh organisasi. Menurut Amitai Etzioni yang dikutip Lubis dan Husaini (1987:55),
pengertian efektivitas organisasi dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan organisasi dalam
usaha untuk mencapai tujuan atau sasarannya. Sedangkan Soewarno Handayaningrat (1983:16)
memberikan defenisi efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya.
Dengan demikian efektivitas merupakan konsep yang sangat penting dalam teori organisasi,
karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan organisasi dalam mencapai
sasaran atau tujuannya. Oleh karena itu, pengukuran efektivitas organisasi memerlukan ketepatan
tergantung pendekatan yang digunakan
Dari beberapa pengertian efektivitas yang telah dikemukakan, defenisi lain dalam tulisan ini
adalah kesehatan. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 1 ayat 1
menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang produktif secara sosial-ekonomi. Jadi pengertian kesehatan
cakupannya sangat luas, mencakup sehat fisik maupun non fisik (jiwa, sosial, ekonomi)
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara, meningkatkan kesehatan, mencegah
dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, dan
ataupun masyarakat (Azwar, 1998). Pelayanan oleh Moenir (1995) dirumuskan setiap kegiatan
yang dilakukan oleh pihak lain yang ditujukan untuk memenuhi kepentingan orang banyak.
Pengertian pelayanan kesehatan lainnya, dikemukakan oleh Gani (1995) bahwa pelayanan
kesehatan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat berupa tindakan penyembuhan, pencegahan,
pengobatan, dan pemulihan fungsi organ tubuh seperti sedia kala.
Berdasarkan rumusan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa bentuk dan jenis pelayanan
kesehatan tergantung dari beberapa faktor yakni:
1. Pengorganisasian pelayanan; pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan secara sendiri atau
bersama-sama sebagai anggota dalam suatu organisasi.
untuk perawatan intensif semakin meningkat, tetapi rumah sakit tetap menggunakan jumlah
tempat tidur sebagai ukuran bagi tingkat hunian, pelayanan dan keuangan, meskipun hanya 10
% dari seluruhnya yang membutuhkan pelayanan memerlukan rawat inap.
Suatu institusi dikategorikan sebagai rumah sakit apabila paling sedikit memiliki 6 tempat tidur
untuk merawat orang sakit dengan lama perawatan di rumah sakit di atas 24 jam setiap kali
admisi. Jadi rawat inap adalah pelayanan pasien yang perlu menginap untuk
keperluan
observasi, diagnosis dan terapi bagi individu dengan keadaan medis, bedah, kebidanan, penyakit
kronis atau rehabilitasi dan memerlukan pengawasan dokter setiap hari.
Rawat inap adalah pelayanan terhadap pasien masuk rumah sakit yang menempati tempat tidur
untuk keperluan observasi, diagnosis, terapi, rehabilitasi medik dan atau pelayanan medik
lainnya.
2.5. Mutu Pelayanan Kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan pelayanan
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata
penduduk, serta yang menyelenggarakannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang
telah ditetapkan dengan menyesuaikan potensi sumber daya yang tersedia secara wajar, efisien
dan efektif serta diberikan secara aman, dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum,
dan sosio budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan
masyarakat konsumen.
Kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan pasien walaupun merupakan nilai subyektif, tetapi
tetap ada dasar obyektif yang dilandasi oleh pengalaman masa lalu, pendidikan, situasi psikis
waktu pelayanan dan pengaruh lingkungan. Khususnya mengenai penilaian performance pemberi
jasa pelayanan kesehatan terdapat dua elemen yang perlu diperhatikan yaitu teknis medis dan
hubungan interpersonal.
Hal ini meliputi penjelasan dan pemberian informasi kepada pasien tentang penyakitnya serta
memutuskan bersama pasien tindakan yang akan dilakukan atas dirinya. Hubungan interpersonal
ini berhubungan dengan pemberian informasi, empati, kejujuran, ketulusan hati, kepekaan dan
kepercayaan dengan memperhatikan privacy pasien.
Ware dan Snyder telah melakukan desain tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi mutu
penyakit
yang
diderita
2. Pencegahan
3. Tenggang rasa
4. Perawatan lebih lanjut
5. Kebijakan manajemen
c. Fungsi perawatan yang terdiri dari:
1. Nyaman dan menyenangkan
2. Adanya perhatian yang baik
3. Bersikap sopan
4. Tanggap terhadap keluhan pasien
5. Kebijakan manajemen
d. . Sarana dan prasarana yang terdiri dari:
1. Adanya tempat perawatan
2. Mempunyai tenaga dokter spesialis
3. Mempunyai tenaga dokter
4. Fasilitas perkantoran yang lengkap
Sedangkan
menurut
Leboeuf,
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi
k. Keandalan yang mencakup dua hal pokok yaitu: konsistensi kerja dan kemampuan untuk
dipercaya;
l. Daya tanggap,
yaitu
suatu
sikap
tanggap
para
karyawan
melayani
saat
dibutuhkan pasien;
m. Kemampuan, yaitu memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat
memberikan jasa tertentu;
n. Mudah dihubungi dan ditemui;
o. Komunikasi, yaitu memberikan informasi kepada pelanggan dengan bahasa yang dapat
mereka pahami serta selalu mendengarkan keluhan pelanggan, yang terangkum dalam
lima dimensi mutu pokok yang dapat digunakan untuk mengukur persepsi pelanggan
tentang mutu pelayanan kesehatan yang meliputi:
1. Reliability (Kehandalan), yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan
yang sesuai dengan janji yang ditawarkan
2. Responsiveness (Daya tanggap), yaitu respon atau kesigapan karyawan
dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan
tanggap, yang meliputi: kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan,
kecepatan
karyawan
dalam
menangani
transaksi
dan
penanganan
terhadap
keramahtamahan,
pelayanan,
dalam
ditawarkan,
perhatian
ketrampilan
memberikan
dan
produk/jasa
dan
dalam
secara
tepat,
kesopanan
memberikan
dalam
informasi,
kualitas
memberikan
kemampuan
keamanan
di
dalam
memanfaatkan
kemampuan
di
dalam
menanamkan
jasa
di
yang
kepercayaan
perhatian,
para karyawan
c. Kredibilitas,
meliputi
yang
berhubungan
seperti
reputasi,
kepercayaan
sebagainya
4. Emphaty (Empati),
perusahaan
kepada
kepada
yaitu
hal-hal
perusahaan,
perhatian
pelanggan
seperti
secara
individual
kemudahan
dan
sikap
dengan
prestasi
yang
untuk
dan
diberikan
menghubungi
perusahaan,
pelanggan
kemampuan
dan
usaha
karyawan
perusahaan
untuk
untuk
berkomunikasi
memahami
dengan
keinginan
dan
menyampaikan
mengetahui
informasi
kepada
pelanggan,
dan
memahami
pelanggan
meliputi
atau
usaha
kebutuhan
dan
memperoleh
perusahaan
keinginan
pelanggan
5. Tangibles (Berwujud), meliputi penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan
ruangan front office, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapihan dan
kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi dan penampilan
karyawan.
Asuhan keperawatan sendiri merupakan bagian integral dari
dilaksanakan oleh tenaga keperawatan. Asuhan keperawatan merupakan bantuan yang diberikan
karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan
untuk melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.
Menjadi harapan dari setiap pasien sebagai konsumen dari layanan jasa rumah sakit bahwa
perawat akan dapat memberikan bantuan dan pertolongan kepada mereka. Pasien atau klien
cenderung menilai bahwa asuhan keperawatan itu bermutu atau tidak lebih banyak didasarkan
atas pengalaman atau persepsi subyektif, system nilai yang berlaku, latar belakang sosial,
pendidikan dan banyak faktor lagi yang terkait pada masyarakat atau individu yang terkait
dengan jasa pelayanan itu sendiri.
menyatakan bahwa kegiatan keperawatan di rumah sakit dapat dibagi menjadi keperawatan
klinik dan manajemen keperawatan. Kegiatan keperawatan klinik antara lain terdiri dari:
1. Pelayanan
keperawatan
keperawatan
pemberian
umum
motivasi
dan lain-lain.
2. Berkomunikasi
perawat
merupakan
hubungan
dengan
antara
atau
spesifik
untuk
sistem
tubuh
pada
pasien,
pemberian
dan
dukungan
dokter
dan
berkomunikasi
petugas
pasien.
3. Menjalin
yang
dan
dengan
selalu
personal,
keluarga
yang
terhadap
tertentu,
obat,
medik,
mengingat
setiap
waktu
sehingga
seyogyanya
paling
tahu
tentang
keadaan
keluarga
kerabat
lingkungan
penunjang
pelayanan
pasien
petugas
berupa
dengan
dengan
atau
emosi
lain
pasien.
pasien
tempat
bangsal
Komunikasi
akan
membantu
perawatan.
perawatan
yang
Perawat
pasien,
upaya
baik
proses
bertanggung
baik
lingkungan
pencegahan
penyakit.
Program ini diberikan pada pasien dengan materi spesifik sesuai dengan
penyakit yang di deritanya.
Dalam
hal
manajemen
keperawatan
di
rumah
sakit,
tugas
yang
harus
dilakukan adalah:
1. Penanganan
masuknya
catatan
administratif,
pasien
medik
ke
antara
rumah
dengan
lain
sakit,
baik,
dapat
pengawasan
membuat
mengatur
kerja
berupa
perawatan
ringannya
baik
pengisian
dokumen
penjadwalan
secara
pengurusan
penyakit,
optimal
pelayanan
kegiatan
proses
pada
dan
setiap
keperawatan
ini
meliputi
keperawatan
dimanfaatkan
3. Aman
bagi
pasien
dan
tenaga
keperawatan
pelayanan
4. Memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan
5. Memperhatikan aspek sosial, ekonomi, budaya,
sebagai
agama,
pemberi
etika,
dan
jasa
tata
nilai masyarakat
Standar Praktek Keperawatan di Indonesia disusun oleh Depkes RI yang terdiri dari beberapa
standar. Menurut JCHO: Joint Commission on Accreditationof Health care Organisation (1999)
terdapat 8 standar tentang asuhan keperawatan yang meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
terus
menerus
dan
berkesinambungan.
Standar intervensi keperawatan yang merupakan lingkup tindakan keperawatan dalam upaya
pemenuhan kebutuhan dasar manusia (14 KDM dari Henderson):
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
Oksigen
Cairan dan elektrolit
Eliminasi
Keamanan
Kebersihan dan kenyamanan fisik
Istirahat dan tidur
Gerak dan jasmani
Spiritual
Emosional
Komunikasi
Mencegah dan mengatasi resiko psikologis
Pengobatan dan membantu proses penyembuhan
Penyuluhan
Rehabilitasi
Menurut Marquis dan Huston dalam Nursalam pemberian asuhan keperawatan terdapat empat
model yaitu:
1. Model fungsional
a. Berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan
b. Perawat melaksanakan tugas / tindakan tertentu
kegiatan yang ada
c. Metode fungsional
asuhan
keperawatan
dilaksanakan
sebagai
kedua
d. Kelebihan model fungsional
1. Manajemen klasik yang
oleh
pilihan
perawat
utama
menekankan
berdasar
dalam
pada
saat
efisiensi,
jadwal
pengelolaan
perang
dunia
pembagian
tugas
diserahkan
kepada
perawat
yunior
cenderung
kepada
tindakan
yang
menerapkan
berkaitan
jaminan
bahwa
pasien
akan
dirawat
oleh
perawat
yang
sama
memberikan
Perawat
asuhan
ruangan
dibagi
keperawatan
menjadi
terhadap
2-3
tim
sekelompok
yang
terdiri
dari
tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu grup kecil yang
saling bekerja sama.
d. Kelebihan model keperawatan tim
1. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
2. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
3. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga
e.
konflik
mudah
dalam
bentuk
profesional
agar
harus
kontinuitas
mampu
rencana
keperawatan terjamin
3. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
4. Peran kepala ruangan penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik
g.
pada pasien
jawabnya
2. Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim
3. Memberikan laporan
h. Tanggung jawab ketua tim
1. Membuat perencanaan
2. Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi
3. Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan
di bawah tanggung
dapat
menilai
kebutuhan pasien
4. Mengembangkan kemampuan anggota
5. Menyelenggarakan konferensi
i. Tanggung jawab kepala ruang
1. Perencanaan
a. Menunjukkan ketua tim akan bertugas di ruangan masing masing
tingkat
dan
kebutuhan
perawat
yang
klien
bersama
dibutuhkan
penugasan/penjadwalan
e. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
f. Mengikuti visit dokter untuk mengetahui
tindakan
medis
mendiskusikan
yang
dengan
dilakukan,
dokter
ketua
tim,
kondisi,
program
tentang
berdasarkan
patofisiologi,
pengobatan
tindakan
mengatur
yang
dan
dan
akan
menilai
keluarga
yang
dua
membuat
administrasi pasien
j. Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
k. Identifikasi masalah dan cara penanganan
3. Pengarahan
a. Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
b. Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan
tugas dengan baik
c. Memberikan
motivasi
dalam
memberikan
pengetahuan,
ketua
tim
maupun
pelaksana
mengenai
tim,
membaca
serta
catatan
keperawatan
yang
memeriksa
dibuat
selama
dilaksanakan,
membandingkan
dengan
rencana
dan
mendengarkan
asuhan
mengamati
mengecek
dan
langsung
upaya
sendiri
daftar
hadir
keperawatan
sesudah
proses
laporan
ketua
pelaksanaan
keperawatan
yang
dan
sudah
Keuntungan
dimanusiawikan
yang
karena
diperoleh
terpenuhinya
adalah
kebutuhan
pasien
merasa
secara
individu.
berpengalaman
dan
pelayanan
yang
sosial di masyarakat
9. Membuat jadwal perjanjian klinik
10. Mengadakan kunjungan rumah
h. Peran Kepala Ruang/Bangsal dalam Metode Primer
1. Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer
2. Orientasi dan merencanakan karyawan baru
3. Menyusun jadwal dinas dan memberikan penugasan pada perawat
asisten
4. Evaluasi kerja
5. Merencanakan/menyelenggarakan pengembangan staf
6. Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan
yang terjadi
i. Ketenagaan Model Keperawatan Primer
1. Setiap perawat primer adalah perawat bed side
2. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat
3. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
4. Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun non
profesional sebagai perawat asisten
j. Keuntungan utama
Memuakan pasien dan perawat
2.9.
Sementara itu faktor pihak pelaku persepsi dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti sikap,
motivasi, kepentingan atau minat, pengalaman dan pengharapan. Variabel lain yang ikut
menentukan persepsi adalah umur, tingkat pendidikan, latar belakang sosial ekonomi, budaya,
lingkungan fisik, pekerjaan, kepribadian dan pengalaman hidup individu.
Faktor pemersepsi:
a.
b.
c.
d.
Sikap, motivasi
Kepentingan
Pengalaman
Pengharapan
Faktor situasi:
a. Waktu
b. Keadaan / situasi
c. Keadaan sosial
d. Persepsi
Faktor Target:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Hal baru
Gerakan
Bunyi
Ukuran
Latar belakang
Kedekatan
Persepsi setiap orang terhadap suatu obyek dapat berbeda-beda, oleh karena itu persepsi
mempunyai sifat subyektif, yang dipengaruhi oleh isi memorinya. Semua apa yang telah
memasuki indra dan mendapat perhatiannya akan disimpan dalam memorinya dan akan
digunakan sebagai referensi untuk menanggapi stimuli baru. Dengan demikian proses persepsi
dipengaruhi oleh pengalaman masa lalunya yang tersimpan dalam memori.
2.10.Kepuasan Pasien Sebagai Pelanggan Rumah Sakit
Pelanggan adalah orang yang membeli dan menggunakan produk suatu perusahaan.
Pelanggan tersebut merupakan orang yang berinteraksi dengan perusahaan setelah proses
menghasilkan produk. Pelanggan adalah seorang atau sekelompok orang yang menggunakan
atau menikmati produk berupa barang atau jasa dari suatu organisasi atau anggota organisasi
tertentu, yang dikelompokkan menjadi pelanggan internal yaitu mitra kerja dalam organisasi
yang membutuhkan produk barang atau jasa seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi
itu dan pelanggan eksternal yaitu semua orang atau sekelompok orang di luar organisasi yang
membutuhkan produk barang atau jasa suatu organisasi.
Kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan konsumen setelah membandingkan dengan
harapannya. Seorang pelanggan jika merasa puas dengan nilai yang diberikan oleh jasa
pelayanan sangat besar kemungkinannya untuk menjadi pelanggan dalam waktu yang lama.
Kepuasan pelanggan dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu kepuasan fungsional dan kepuasan
psikologis. Kepuasan fungsional merupakan kepuasan yang diperoleh dari fungsi suatu produk
yang dimanfaatkan, sedangkan kepuasan psikologis merupakan kepuasan yang diperoleh dari
atribut yang bersifat tidak terwujud dari produk.
Kepuasan pasien akan terpenuhi apabila proses penyampaian jasa pelayanan kesehatan dari
rumah sakit kepada konsumen sesuai dengan apa yang dipersepsikan pasien. Oleh karena itu,
berbagai faktor seperti subyektifitas yang dipersepsikan pasien dan pemberi jasa pelayanan
kesehatan, maka jasa sering disampaikan dengan cara yang berbeda dengan yang dipersepsikan
konsumen.
Kepuasan pasien dalam mengkonsumsi jasa pelayanan kesehatan cenderung bersifat subyektif,
setiap orang bergantung pada latar belakang yang dimilikinya, dapat menghasilkan tingkat
kepuasan yang berbeda untuk satu pelayanan kesehatan yang sama. Untuk menghindari adanya
subyektifitas individual yang dapat mempersulit pelaksanaan pelayanan kesehatan perlu adanya
pembatasan derajat kepuasan pasien, antara lain:
1. Pembatasan
bersifat
derajat
individual,
kepuasan
tetapi
pasien,
ukuran
diakui
yang
bahwa
digunakan
adalah
pada
pelayanan
diri
setiap
kesehatan
pelayanan
yang
kesehatan,
pasien.
Untuk
pada
umumnya
maka
pelayanan
kepuasan
kesehatan
yang
bersifat
menimbulkan
melindungi
awam
pasien
rasa
pemakai
terhadap
harus
jasa
tindakan
sesuai
jasa
yang
sama,
sebaliknya
konsumen
yang
tidak
puas
akan
sendiri
menyatakan
bahwa
faktor
yang
berpengaruh
dalam
karena itu tingkat kepuasan pasien sangat tergantung pada pandangan pasien terhadap mutu
pelayanan rumah sakit. Kebutuhan pasien sendiri meliputi harga, keamanan, ketepatan dan
kecepatan pelayanan. Hal ini didukung oleh hasil survey yang dilakukan oleh Junadi,
bahwa pelanggan menilai pelayanan rumah sakit terdiri dari 4 aspek, yaitu:
1. Kenyamanan
meliputi
kebersihan,
kenyamanan
ruangan,
meliputi
dan
kesesuaian
keramahan,
ketrampilan
petugas
diberikan tidak sesuai dengan harapan / keinginan pelanggan maka akan menimbulkan
ketidakpuasan pelanggan atau keluhan pelanggan.
2.11.
dapat
pelanggan
dilakukan
dengan
secara
ungkapan
suatu
diminta
berkaitan
atribut
dengan
sangat
mengenai
tertentu
menuliskan
langsung
dan
tidak
dari
seberapa
derajat
kepentingan
setiap
elemen
pertanyaan
kurang
besar
besar
yang
perusahaan
puas,
seberapa
masalah-masalah
penawaran
melalui
mereka
yang
mereka
mereka
hadapi
dan
diminta
atribut
dan
puas,
untuk
penawaran
seberapa
baik
1. Faktor
yang
ekonomi
terdiri
dari
(pendapatan
dan
tingkat
pengetahuan,
pekerjaan),
sikap,
pendidikan,
motivasi,
umur,
sosial
kepentingan,
pengalaman, pengharapan ;
2. faktor situasi yang terdiri dari waktu, keadaan/situasi, keadaan sosial dan
3. faktor target yang terdiri dari hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang dan
kedekatan.
Apabila persepsi pelanggan terhadap mutu pelayanan asuhan keperawatan sesuai dengan
keinginan dan harapan pelanggan maka pelanggan akan puas, namun apabila persepsi pelanggan
tidak
sesuai
dengan
harapan
pelanggan
maka
akan
menimbulkan
ketidakpuasan
1. Pelanggan (pasien) adalah tamu kita yang terpenting di tempat kerja, dia tidak tergantung
kepada kita, tapi kitalah yang tergantung kepada mereka.
2. Kita tidak memberikan pertolongan dengan melayaninya, Dialah yang memberikan
pertolongan dengan memberi kesempatan bekerja pada kita yaitu dengan melayani
kepentingannya.
3. Keluhan pasien adalah suatu pemberian hadiah yang harus diterima dengan tulus
(Complaint is a give).
4. Lakukanlah apa yang dapat dilakukan dengan apa yang dimiliki dimanapun berada.
Upaya yang bisa di lakukan oleh pihak rumah sakit adalah membentuk tim untuk
menyelediki bagaimana pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut. Lalu mengevaluasinya dan
memberikan tindak lanjut.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Rumah sakit di Indonesia yang semula adalah bersifat sosial, dalam proses
selanjutnya mengalami perubahan menjadi badan usaha yang bersifat sosial ekonomi,
sebagai satu badan usaha rumah sakit harus menciptakan dan memperhatikan para
pelanggannya. Dengan memahami pelanggannya maka organisasi akan bertahan hidup
dan meningkatkan keuntungannya.
3.2. Saran
4. Salah satu efektivitas Pelayanan Rumah Sakit Umum harus menciptakan dan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit agar dapat melayani kebutuhan
dan keinginan serta memberikan kepuasan kepada pasien yang penerapannya harus
dilaksanakan oleh semua elemen organisasi rumah sakit secara komprehensif dan
berkelanjutan termasuk pula pasien sebagai pihak pemakai.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar Asrul. 2011. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Gani, Ascobat, 1995. Aspek-Aspek Pelayanan Kesehatan, Jakarta: Rajawali Press.
Jacobalis, Samsi, 1982. Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan dan Akreditasi Rumah Sakit,
Jakarta: Kumpulan Naskah Ilmiah Kongres PERSI II.
Moenir, HAS. 1996. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Wijono, Djoko, 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Vol. I, Surabaya, Airlangga,
University Press.
Departemen Kesehatan RI, 1994. Standar Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta: ditjen Yanmed.
Departemen Kesehatan RI, 1999. Dirjen Pelayanan Medik Direktorat RSU dan Pendidikan.
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 1999. Pedoman Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit.
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 1999. Undang-undang Nomor 23 Tentang kesehatan. Jakarta.