Anda di halaman 1dari 22

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Asma berasal dari kata asthma yang diambil dari bahasa Yunani yang

berarti sukar bernapas. Asma adalah penyakit inflamasi (radang) kronik saluran

napas yang melibatkan berbagai sel terutaman sel mast, eosinofil, sel limfosit-T,

makrofag, neutrofil, dan sel epitel.

Asma menyebabkan peningkatan hiperresponsif jalan nafas yang

menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi (nafas berbunyi ngik-ngik),

sesak nafas, dada terasa berat danbatuk-batuk terutama malam menjelang dini

hari. Gejala tersebut terjadi berhubungan dengan obstruksi jalan nafas yang luas,

bervariasi dan seringkali bersifat reversible dengan atau tanpa pengobatan.

(Pharmaceutical Care, 2007)

2. Penyebab Asma

a. Faktor pada pasien

Aspek genetik

Banyak gen yang ditemukan terlibat atau berhubungan dengan

kemunculan asma. Kekopleksan keterlibatan gen dalam asma

diperlihatkan oleh hubungan pada sifat pengaktif tertentu. Pemindaian

terhadap keluarga untuk kandidat gen telah mengidentifikasi beberapa

bagian kromosom yang berhubungan dengan atropi, peningkatan kadar

IgE, dan saluran napas yang hiperreposif. Peranan genetik dalam

produksi IgE. Hiperresponsivitas saluran napas dan disfungsi pengaturan


terlepas moderator inflamasi (seperti cytokine, chemokine, dan faktor

pertumbuhan) telah memberi banyak perhatian.

Kemungkinan alergi/atopi

Atopi mungkin ditemukan pada 40-50% populasi dalam negara

makmur, dengan hanya sebagian individu atopi menjadi penderita asma.

Faktor genetik atau lingkungan diduga mempengaruhi berkembangnya

asma pada individu atopi. Alergen yang dapat mensensitifisasi biasanya

merupakan protein yang mempunyai aktivitas protease, dan alergen lain

dapat berasal dari tungau, bulu kucing dan anjing, kecoa, tepung sari

bunga, dan binatang pengerat. Atopi dalam kaitannya dengan genetik

ditentukan oleh produksi antibodi IgE spesifik, dengan banyak pasien

menunjukkan adanya sejarah alergi dalam keluarga.

Saluran napas yang memang mudah teransang

Berkaitan dengan alergi/atopi

Jenis kelamin

Pada anak-anak perbandingan penderita asma laki-laki dengan

wanita adalah dua berbanding satu, sedangkan pada penderita dewasa

rasionya sama. Perbedaan pada jenis kelamin pada kekerapan asma

bervariasi , tergantung usia dan mungkin disebabkan oleh perbedaan

karakter biologi.

Ras/etnik

Ras Afrika dan Amerika memiliki resiko terkena asma lebih tinggi

dari pada kaukasia. (mintz, 2006).


b. Faktor lingkungan

Bahan-bahan didalam ruangan:

-Tungau, debu rumah

Asma bronkiale disebabkan oleh masuknya suatu alergen misalnya

tungau debu rumah yang masuk kedalam saluran napas seseorang

sehingga merangsang terjadinya reaksi hipersentitivitas tipe I.

-Binatang

Binatang peliharaan yang berbulu seperti anjing, kucing, hamster,

burung dapat menjadi sumber alergen inhalan. Sumber penyebab asma

adalah alergen protein yang ditemukan pada bulu binatang bagian muka

dan ekskresi. Alergen tersebut memiliki ukuran yang sangat kecil

(sekitar 3-4 mikron) dan dapat terbang diudara sehingga menyebabkan

serangan asma, terutama dari burung dan hewan menyusui

Bahan-bahan diluar ruangan

Bahan-bahan diluar ruangan antara lain tepung sari bunga dan jamur.

Alergen yang paling umum memicu asma adalah Dermatophagoides sp.

Makanan-makanan tertentu, penyedap, pewarna makanan, pengawet

makanan

Beberapa makanan penyebab alergi makanan seperti susu sapi, ikan

laut, kacang, telur, berbagai buah-buahan seperti tomat, strawberry,

mangga, durian berperan menjadi penyebab asma. Kerang-kerangan dan

kacang dapat menginduksi reaksi anafilaksis termasuk mengi. Makanan

prosuk industri dengan pewarna buatan (misalnya: tartazine), pengawet


(metabisulfit), vetsin (monosodium glutamat- MSG) juga bisa memicu

asma. Metabisulfit dapat memicu asma dengan mengeluarkan gas sulfur

dioksida dalam perut, serta dapat menghambat jalur siklooksigenase. Bir,

wine, buah kering, open salad bars mengandung metabisulfit dalam

konsentrasi tinggi. Pasien yang bergantung dengan kortikosteroid oral

harus diingatkan dalam memakan makanan yang diproses dengan sulfit.

Penderita asma beresiko mengalami reaksi anafilaksis akibat alergi

makanan fatal yang dapat mengancam jiwa. Alergi makanan sering kali

tidak terdiaknogsis debagai salah satu pencetus asma meskipun

penelitian membuktikan alergi makanan sebagai pencetus

bronkokontriksi pada 2%-5% anak dengan asma.

Bahan pengawet

Benzalkonium klorida yang banyak digunakan sebagai pengawet

pada beberapa larutan nebulizer obat asma dapat menyebabkan

bronkospasme.

Obat- obatan tertentu

Beberapa obat dapat memicu asma. Beta bloker dapat meningkatkan

bronkokonstriksi sehingga dapat memperparah asma dan dapat berakibat

fatal. ACE inhibitor secara teori dapat menyebabkan bronkokonstriksi,

tetapi pada kenyataan ACE inhibitor jarang memperparah asma. Asprin

pada sebagian pasien dapat memperparah asma. Mekanisme aspirin dan

NSAID berkaitan dengan penghambatan 5-lipoksigenase dan enzim

siklooksigenase yang dapat menyebabkan pembentukkan prostaglandin

berkurang, sedangkan prostaglandin membantu bronkodilator.


Obat anti kanker yang dapat menyebabkan fibrosis pulmoner

sehingga terjadi obstruksi saluran napas.

Iritan (parfum, bau-bauan merangsang, household spray)

Ekspresi emosi yang berlebihan

Gelisah, stress, tertawa terbahak-bahak. Mekanisme yang terjadi

berhubungan dengan peningktan dan penuruna efek farmakologi dari

stimulus adrenergic dan kolinergik pada saluran napas (stimulus

parasimpatik).

Asap rokok dari perokok aktif dan pasif

Paparan asap perokok pasif berakibat lebih berbahaya, dapat

menyebabkan naiknya resiko asma dan serangan asma.

Polusi udara dari luar dan dalam ruangan

Polusi udara seperti sulfurdioksida, ozon, partikulat diesel dapat

memicu gejala asma. Polusi udara dalam ruangan didapat dari paparan

nitrogen oksida dari kompor dan paparan asap rokok. Mekanisme yang

terjadi diperkirakan kerusakan epitel dan inflamasi mukosa saluran

napas.

Infeksi saluran napas (rhinovirus, influenza, pneumonia, dll)

Pengaruh infeksi virus saluran pernapasan pada perkembangan

penyakit asma dapat bergantung dari interaksi dengan atopi.

Mekanismenya belum diketahui, tetapi virus dapat meningkatan

inflamasi salurran napas dengan peningkatan jumlah eosinofil dan

neutrofil. Keadaan atopi dapat mempengaruhi respon jalan napas palig


rendah dengan infeksi virus, dan infeksi virus kemudian dapat

mempengaruhi perkembangan sensitisasi alergik. Interaksi saluran napas

yang dapat terjadi ketika seseorang terpapar alergen atau virus secara

bersamaan tetapi tidak dijelaskan pada saat itu.

Exercise induced asthma

Mekanisme exercise berhubungan dengan hiperventilasi yang

menghasilkan peningkatan osmolalitas cairan saluran napas dan memicu

pengeluaran mediator sel mast sehingga menyebabkan bronkokonstriksi.

Perubahan cuaca

Kondisi cuaca yang berlawanan seperti temperatur dingin, tingginya

kelembapan dapat menyebabkan asma lebih parah. Epidemik yamg dapat

membuat asma menjadi parah berhubungan dengan badai meningkatkan

konsentrasi partikel alergenik. Dimana partikel tersebut dapat menyapu

polen sehingga terbawa oleh air dan udara. Perubahan tekanan atsmosfir

dan suhu memperburuk asma sesak nafas dan pengeluaran lendir yang

berlebihan. Ini umum terjadi ketika kelembapan tinggi, hujan, badai

selama musim dingin. Udara yang kering dan dingin menyebabkan sesak

di saluran pernapasan.

Stimulus pekerjaan

Asma yang terkait dengan pekerjaan ini umumnya diperantai dengan

IgE- related alergy. Contoh: pembuat roti (tepung), petani (jerami,

jamur), tukang kayu (debu kayu), bekerja diindustri kimia.

3. Gejala
Manifestasi klinis asma ditandai dengan dyspnea, kesesakan dada, wheezing,

dan batuk malam hari, dimana hanya menjadi tanda dalam beberapa kasus.

Pasien melaporkan gejala seperti gangguan tidur dan nyeri dada. Batuk yang

memicu spasme kesesan dalam saluran pernapasn, ataua berlanjut terus, dapat

berbahaya. Beberapa serangan dimulai dengan batuk yang menjadi progresif

lebih sesak, dan kemudian bunyi wheezing terjadi. Adapula yang berbeda,

beberapa penderita sma hanya dimulai wheezing tanpa batuk. Beberapa yang lain

tidak pernak wheezing tetapi hanya batuk selama serangan asma terjadi. Selama

serangan asma, mukus cenderung menjadi kering dan sukar, sebagian karena

cepat, beratnya pernapasan umumnya terjadi serangan asma. Mukus juga

memiliki lebih kental karena sel-sel mati terkelupas.

Kontraksi otot bronkus menyebabkan saluran udara menyempit atau

konstriksi. Hal ini disebut bronkokonstriksi yang memperbesar obstruksi yaitu

asma.

4. Modifikasi asma berdasarkan National Asthma Education Program

(NAEPP) yaitu

1) Asma ringan

Singkat (<1 jam) eksaserbasi simpomatik <dua kali/ minggu

Puncak aliran udara ekspirasi > 80% diduga akan tanpa gejala.

2) Asma sedang

Gejala asma kambuh >2 kali/ minggu

Kekambuhan mempengaruhi aktivitasnya

Kekambuhan mungkin berlangsung berhari-hari


Kemampuan puncak ekspirasi/ detik dan kemampuan volume ekspirasi

berkisar antara 60-80%

3) Asma berat

Gejala terus menerus menggangu aktivitas sehari-hari

Puncak aliran ekspirasi dan kemampuan volume ekspirasi kurang dari 60%

dengan variasi luas

Diperlukan kotriksteroid oral untuk menghilangkan gejala.

5. Patofisiologi Asma

Pada asma terdapat penyempitan saluran pernafasan yang disebabkan oleh

spasme otot polos saluran nafas, edema mukosa dan adanya hipersekresi yang

kental. Penyempitan ini akan menyebabkan gangguan ventilasi (hipoventilasi),

distribusi ventilasi tidak merata dalam sirkulasi darah pulmonal dan gangguan

difusi gas di tingkat alveoli. Akhirnya akan berkembang menjadi hipoksemia,

hiperkapnia dan asidosis pada tingkat lanjut.

Ciri patofisiologi asma adalah inflamasi kronis dan hiperaktif bronkial

termasuk interaksi antara banyak sel dan mediator radang. Sel infiltrat saluran

pernapasan yang radang termasuk T sel aktif, terdiri dari yang terbesar adalah

eosinofil dan limfosit TH2. Karena alasan inilah, agen anti-inflamasi merupakan

hal pokok dalam pengawasan persisten. Walaupun kortikosteroid mengurangi

produksi sitokin dan chemokines pada pasien asma atau dengan rhinitis dan alur

peobatan utama untuk banyak pasien, leukotriene modifiers dan antagonis yang

bersifat anti inflamasi. Timbulnya serangan asma disebabkan terjadinya reaksi

antigen antibodi pada permukaan sel mast paru, yang akan diikuti dengan
pelepasan berbagai mediator kimia untuk reaksi hipersensitifitas cepat.

Terlepasnya mediator-mediator ini menimbulkan efek langsung cepat pada otot

polos saluran nafas dan permiabilitas kapiler bronkus. Mediator yang dilepaskan

meliputi bradikinin, leukotrien C, D, E, prostaglandin PGG2, PGD2a, PGD2, dan

tromboksan A2. Mediator-mediator ini menimbulkan reaksi peradanga dengan

bronkokonstriksi, kongesti vaskuler dan timbulnya edema, di samping

kemampuan mediator-mediator ini untuk menimbulkan bronkokontriksi,

leukotrien juga meningkatkan sekresi mukus dan menyebabkan terganggunya

mekanisme transpor mukosilia.

Pada asma dengan kausa non alergik terjadinya bronkokontriksi tampaknya

diperantai oleh perubahan aktifitas eferan vagal yang mana terjadi ketidak

seimbangan antara tonus simpatis dan parasimpatis. Saraf simpatis dengan

reseptor beta-2 menimbulkan bronkodilatasi, sedangkan saraf parasimpatis

menimbulkan bronkokontriksi.

6. Penatalaksanaa Asma

A. Penanganan Non-farmakologi

1. Edukasi

Edukasi yang baik akan menurunkan mobiditi dan motaliti, menjaga

penderita agar tetap masuk sekolah/ kerja dab mengurangi biaya pengobatan

karena berkurangnya serangan akut terutama kunjungan ke unit gawat

darurat/ perawatan rumah sakit.

Edukasi kepada penderita/ keluarga bertujuan untuk meningkatkan

pemahaman (mengenai penyakit asma secara umum dan pola penakitasma

sendiri), meningktakan keterampilan (kemampuan dalam penanganan asma),


mengerti kerja obat-obatan (obat mana yang harus digunakan saat serangan

dan obat mana yang harus digunakan sebagai pengontrol asma), memahami

cara dan waktu penggunaan obat (meliputi cara pemakaian inhaler yang baik

dan benar), menghindari pencetus, mengenali efek samping obat,

meningkatkan kepatuhan (compliance) dan pemahaman tentang kegunaan

kontrol teratur pada pengobatan asma.

Edukasi sebaiknya diberikan dalam waktu khusus di ruang tertentu,

dengan alat peraga yang lengkap seperti gambar pohon bronkus, phantom

rongga toraks dengan saluran napas dan paru, atau dengan gambar potongan

melintang saluran napas. Hal yang demikian mungkin dapat diberikan di

klinik konseling asma. Edukasi sudah harus dilakukan saat kunjungan

pertama baik gawat darurat, klinik, atau klub asma.

2. Pola Hidup Sehat

a. Meningkatkan kebugaran fisis

Olahraga menghasilkan kebugaran fisis secara umum, menambah

rasa percaya diri dan meningkatkan ketahanan tubuh. Walaupun terdapat

salah satu bentuk asma yang timbul serangan sesudah exercise

(excercise-induced asthma/ EIA), akan tetapi tidak berarti penderita EIA

dilarang melakukan olahraga. Bila dikhawatirkan terjadi serangan asma

akibat olahraga, maka dianjurkan menggunakan beta2-agonis sebelum

melakukan olahraga. Olahraga yang dianjurkan adalah olahraga yang

tidak mempunyai intensiti yang tinggi, antara lain: renang, bersepeda,

atau senam asma.


Senam Asma Indonesia (SAI) adalah salah satu bentuk olahraga

yang dianjurkan karena melatih dan menguatkan otot-otot pernapasan

khususnya, selain manfaat lain pada olahraga umumnya. Senam asma

Indonesia dikenal oleh yayasan asma Indonesia dan dilakukan di setiap

klub asma di wilayah yayasan asma di seluruh Indonesia. Manfaat senam

asma telah diteliti baik manfaat subjektif (kuesioner) maupun objektif

(faal paru); didapatkan manfaat yang bermakna setelah melakukan

senam asma secara teratur dalam waktu 3-6 bulan, terutama manfaat

subjektif dan peningkatan VO2 max.

b. Berhenti atau jangan pernah merokok

Asap rokok merupakan oksidan, menimbulkan inflamasi dan

menyebabkan ketidak seimbangan protease antiprotease. Penderita asma

yang merokok akan mempercepat perburukan fungsi paru dan

emempunyai resiko mendapatkan bronkitis kronik dan atau emfisema

sebagaimana perokok lainnya dengan gambaran perburukkan gejala

klinis, beresiko mendapatkan kecacatan, semakin tidak produktif dan

menurunkan kualitas hidup. Oleh karena itu penderita asma dianjurkan

untuk tidak merokok. Penderita asma yang sudah merokok diperingatkan

agar menghentikan kebiasaan tersebut karena dapat memperberat

penyakitnya.

B. Penanganan secara farmakologi

Obat-obat yang digunakan untuk penderita asma:

1. Agonis 2
Agonis 2 merupakan bronkodilator yang paling efektif. Stimulasi

reseptor 2- adrenergik mengaktivasi enzym adenylate cyclase complex

intracelluler, yang menghasilkan peningkatan kadar cycle adenosine

monophosphates (cAMP) intraselular. Hal ini menyebabkan relaksasi otot

polos saluran nafas, stabilisasi membran sel mast, menghambat sekresi

kelenjear mukus dan stimulasi otot skelet. Berdasarkan onset kerjanya,

agonis 2 terbagi menjadi:

Short-acting 2-agonist (SABA)

Termasuk golongan ini adalah salbutamol (albuterol), terbutalin,

fenoterol, dan prokaterol yang telah beredar di Indonesia. Mempunyai waktu

mulai kerja (onset) yang cepat. SABA memiliki onset kerja kurang dari 5

menit dan memiliki durasi kerja 4-6 jam. Pemberian dapat secara inhalasi

atau oral, pemberian inhalasi mempunyai onset yang lebih cepat dan efek

samping minimal/ tidak ada. Merupakan terapi pilihan pada serangan akut

dan sangat bermanfaat sebagai praterapi pada excercise-induced ashtma.

Penggunaan agonis 2 kerja singkat direkomendasikan bila diperlukan untuk

mengatasi gejala. Kebutuhan yang meningkat atau bahkan setiap hari adalah

petanda perburukan asma dan menunjukkan perlunya terapi anti inflamasi.

Demikian pula, gagal melegakan jalan napas segera atau respons tidak

memuaskan dengan agonis 2 kerja singkat saat serangan asma adalah

pertanda dibutuhkannya glukokortikosteroid oral.

Efek sampingnya adalah rangangan kardiovaskular, tremor otot rangka

dan hipokalemia. Pemberian secara inhalasi jauh lebih sedikit menimbulkan


efek samping dari pada oral. Dianjurkan pemberian inhalasi, kecuali pada

penderita yang tidak dapat/ mungkin menggunakan terapi inhalasi.

Long-acting 2-agonist (LABA)

Termasuk di dalam agonis 2 kerja lama inhalasi adalah salmetreol dan

formoterol yang mempunyai waktu kerja lama (>12 jam). Kenyataanya pada

pemberian jangka lama, mempunyai efek antiinflamasi walau kecil. Inhalasi

agonis 2 kerja lama yang diberikan jangka lama mempunyai efek protektif

terhadap rangsang bronkokonstriktor. Pemberian inhalasi agonis 2 kerja

lama, menghasilkan efek bronkodilatasi lebih baik dibandingkan preparat

oral.

2. Kontrikosteroid (kortikosteroid inhalasi, kortikosteroid sistemik)

Kortikosteroid bekerja menghambat respon imunologi dan respon radang

dengan cara meningkatkan jumlah reseptor 2-adrenergik dan meningkatkan

respon reseptor terhadap stimulasi 2-adrenergik yang mengakibatkan

penurunan produksi mucus dan hipersekresi, mengurangi hiperresponsivitas

bronkus serta mencegah dan mengembalikan perbaikan jalur nafas.

Kortikosteroid inhalasi

Adalah medikasi jangka panjang yang paling efektif untuk mengontrol asma.

Berbagai penelitian menunjukkan penggunaan steroid inhalasi menghasilkan

perbaikan faal paru, menurunkan hiperesponsif jalan nafas, mengurangi gejala,

mengurangi frekuensi dan berat serangan dan memperbaiki kualitas hidup.

Steroid inhalasi adalah pilihan bagi pengobatan asma persisten (ringan sampai

berat). Steroid inhalasi ditoleransi dengan baik dan aman pada dosis yang
direkomendasikan. Efek samping kortikosteroid inhalasi yaitu disfonia (parau),

candidiasis.

Pemberian kortikosteroid secara inhalasi memiliki keuntungan yaitu

diberikan dalam dosis kecil secara langsung ke saluran pernafasan (efek lokal),

sehingga tidak menimbulkan efek samping sistemik yang serius. Kortikosteroid

inhalasi tidak menyembuhkan asma. Pada kebanyakan pasien, asma akan kembali

kambuh beberapa minggu setelah berhenti menggunakan kortikosteroid inhalasi,

walaupun pasien telah menggunakan kortikosteroid inhalasi dengan dosis tinggi

selama 2 tahun atau lebih. Kortikosteroid inhalasi tunggal juga tidak efektif untuk

pertolongan pertama pada serangan akut yang parah.

Kortikostreroid sistemik

Cara pemberian melalui oral atau parenteral. Kemungkinan digunakan

sebagai pengontrol pada asma persisten berat (setiap hari atau selang sehari),

tetapi penggunaan terbatas mengingat resiko efek sistemik. Di Indonesia, steroid

oral jangka panjang terpaksa diberikan apabila penderita asma persisten

sedang-berat tetapi tidak mampu untuk membeli steroid inhalasi, maka

dianjurkan pemberiannya mempertimbangkan berbagai hal dibawah ini untuk

mengurangi efek samping sistemik. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan

saat memberi steroid oral: gunakan prednison, prednisolon, atau metil

prednisolon karena mempunyai efek mineralkortikoid minimal, waktu paruh

pendek, pada bentuk oral, bukan parenteral, penggunaan selang sehari atau sekali

sehari pada pagi hari.

Efek samping kortikosteroid sistemik diantaranya supresi hypothalamic

pituitary-adrenal, menghambat pertumbuhan, osteoporosis, nekrosis aseptik pada


tulang, retensi air dan natrium, hiperkalemia, hiperglikemia, imunosupresan, luka

sulit sembuh, glucoma, moon faces.

3. Antikolinergik (Ipratropium bromide)

Pemberiannya secara inhalasi. Mekanisme kerjanya menekan efek

penglepasan asetilkolin dari saraf kolinergik pada jalan napas. Menimbulkan

bronkodilatasi dengan menurunkan tonus kolinergik vagal instrinsik, selain

itu juga menghambat refleks bronkokostriksi yang disebabkan iritan. Efek

bronkodilatasi tidak selektif agonis beta-2 kerja singkat, onsetnya lama dan

dibutuhkan 30-60 menit untuk mencapai efek maksimum. Tidak

mempengaruhi reaksi alergi tipe cepat ataupun tipe lambat dan juga tidak

berpengaruh terhadap inflamasi.

Termasuk dalam golongan ini adalah ipratropium bromide dan

tiotropium bromide. Analisis meta penelitian menunjukkan ipratropium

mempunyai efek meningkatkan bronkodilatasi agonis beta-2 kerja singkat

pada serangan asma, memperbaiki faal paru dan menurunkan resiko

perawatan rumah sakit secara bermakna. Oleh karena disarankan

menggunakan kombinasi inhalasi antikolinergik dan agonis beta-2 kerja

singkat sebagai bronkodilator pada terapi awal serangan asma berat atau pada

serangan asma yang kurang respons dengan agonis beta-2 saja, sehingga

dicapai efek bronkodilatasi maksimal. Tidak bermanfaat diberikan jangka

panjang, dianjurkan sebagai alternatif pelega pada penderita yang

menunjukkan efek samping dengan agonis beta-2 kerja singkat inhalasi

seperti takikardia, aritmia dan tremor. Efek samping berupa rasa kering di

mulut dan rasa pahit. Tidak ada bukti mengenai efeknya pada sekresi mukus.
4. Leukotrien modifiers (Montelukast, Zafirlukast, Zileuton)

Obat ini merupakan antiasma yang relatif baru dan pemberiannya

melalui oral. Mekanisme kerjanya menghambat 5-lipoksigenase (yang

mengkatalis konversi asam arakidonat menjadi leukotrien) sehingga

memblok sintesis semua leukotrien (contohnya zileuton) atau memblok

pengikatan leukotrien D4 (LTD4) pada reseptor LTD4 (contohnya

montelukast, pranlukast, zafirlukast). LTD4 adalah leukotrien sisteinil yang

dominan dalam jalan nafas. Mekanisme kerja tersebut menghasilkan efek

bronkodilator minimal dan menurunkan bronkokonstriksi akibat alergen,

sulfurdioksida dan exercise. Selain bersifat bronkodilator, juga mempunyai

efek antiinflamasi.

Berbagai studi menunjukkan bahwa penambahan leukoreiene modifiers

dapat menurunkan kebutuhan dosis glukokortikosteroid inhalasi penderita

asma persisten sedang sampai berat, mengontrol asma pada penderita dengan

asma yang tidak terkontrol walau dengan glukokortikosteroid inhalasi.

Diketahui sebagai terapi tambahan tersebut, leukotriene modifiers tidak

selektif agonis beta-2 kerja lama. Kelebihan obat ini adalah preparatnya

dalam bentuk tablet (oral) sehingga mudah diberikan. Penderita dengan

aspirin induced asthma menunjukkan respons yang baik dengan pengobatan

leukotriene modifiers.

Saat ini yang beredar di Indonesia adalah zafirlukast (antagonis reseptor

leukotrien sistenil). efek samping jarang ditemukan. Zileuton dihubungkan

dengan toksik hati, sehingga monitor fungsi hati dianjurkan apabila diberikan

terapi zileuton.
5. Penghambat sel mast (Cromolyn dan Neocromil <sodium kromoglikat dan

nedokromil sodium>)

Mekanisme yang pasti dari sodium kromoglikat dan nedokromil sodium

belum sepenuhnya dipahami, tetapi diketahui merupakan antiinflamasi

nonsteroid, menghambat pelepasan mediator dari sel mast melalui reaksi

yang diperantarai IgE yang bergantung kepada dosis dan seleksi serta supresi

sel inflamasi tertentu (makrofag, eosinofil, monosit); selain kemungkinan

menghambat saluran kalsium pada sel target. Pemberiannya secara inhalasi.

Digunakan sebagai pengontrol pada asma persisten ringan.

Studi klinis menunjukkan pemberian sodium kromoglikat dapat

memperbaiki faal paru dan gejala, menurunkan hiperresponsif jalan napas

waktu tidak seefektif glukokortikosteroid inhalasi. Dibutuhkan waktu 4-6

minggu pengobatan untuk menetapkan apakah obat ini bermanfaat atau tidak.

Efek samping umumnya minimal seperti batuk atau rasa obat tidak enak saat

melakukan inhalasi.

6. Metilxantine (Aminofilin, Teofilin)

Teofilin menghasilkan bronkodilatasi dengan menginhibisi

fosfodiesterase, yang juga dapat menghasilkan antiinflamasi dan aktivitas

nonbronkodilatasi lain melalui penurunan pelepasan mediator sel mast,

penurunan pelepasan protein dasar eosinofil, penurunan poliferasi limfosit T,

penurunan pelepasan sitokin sel T, dan penurunan eksudasi plasma

(pembesaran plasma melalui dinding-dinding pembuluh darah di dalam

jaringan akibat dari peradangan).


Efek bronkodilatasi dapat terjadi pada konsentrasi tinggi (>10 mg/dl),

sedangkan efek antiinflamasi melalui mekanisme yang belum jelas terjadi

pada konsentrasi rendah (5-10 mg/dl). pada dosis yang sangat rendah efek

antiinflamasinya minim pada inflamasi kronik jalan napas dan studi

menunjukkan tidak berefek pada hiperresponsif jalan napas. Teofilin juga

digunakan sebagai bronkodilator tambahan pada serangan asma berat.

Sebagai pelega, teofilin/ aminofilin oral diberikan bersama/ kombinasi

dengan agonis beta-2 kerja singkat, sebagai alternatif bronkodilator jika

dibutuhkan.

Teofilin atau aminofilin lepas lambat dapat digunakan sebagai obat

pengontrol, berbagai studi menunjukkan pemberian jangka lama efektif

mengontrol gejala dan memperbaiki faal paru. Preparat lepas lambat

mempunyai aksi/ waktu kerja yang lama sehingga digunakan untuk

mengontrol gejala asma malam dikombinasi dengan antiinflamasi yang lazim.

Studi menunjukkan metilxantin sebagai terapi tambahan glukokortikosteroid

inhalasi dosis rendah atau tinggi adalah efektif mengontrol asma, walau

disadari peran sebagai terapi tambahan tidak seefektif agonis beta-2 kerja

lama inhalasi, tetapi merupakan suatu pilihan karena harga yang jauh lebih

murah.

Termasuk dalam bronkodilator walau efek bronkodilatasinya lebih lemah

dibandingkan agonis beta-2 kerja singkat. Aminofilin kerja singkat dapat

dipertimbangkan untuk mengatasi gejala walau disadari onsetnya lebih lama

dari pada agonis beta-2 kerja singkat. Teofilin kerja singkat tidak menambah

efek bronkodilatasi agonis beta-2 kerja singkat dosis adekuat, tetapi

mempunyai manfaat untuk respiratory drive, memperkuat fungsi otot


pernapasan dan mempertahankan respons terhadap agonis beta-2 kerja

singkat di antara pemberian satu dengan berikutnya.

Efek samping teofilin diantaranya yaitu sakit kepala, mual, muntah, dan

iritabilata. Namun, efek ini hanya terjadi pada konsentrasi serum <20 mg/L>,

jadi jika dosis dimulai dari yang rendah dan ditingkatkan perlahan, efefk ini

jarang terjadi. Teofilin kerja singkat sebaiknya tidak diberikan pada penderita

yang sedang dalam terapi teofilin lepas lambat kecuali diketahui dan dipantau

ketat kadar teofilin dalam serum.

7. Imunomodulator (Omalizumab <anti IgE>)

Omalizumab adalah antibodi rekombinan anti-IgE monoklonal manusia

yang menghambat pengikatan IgE ke reseptor pada sel mast dan basofil,

mengakibatkan penghambatan pelepasan mediator dan meredam fase respon

alergi. Omalizumab juga bekerja dengan berikatan dengan reseptor Fe

berafinitas tinggi IgE sehingga menurunkan konsentrasi IgE bebas dalam

serum. Ini mungkin menjadi pilihan pengobatan bagi penderita asma

persisten sedang sampai berat pada usia 12 tahun atau lebih yang asmanya

tidak dapat dikontrol oleh kortikosteroid inhalasi dan juga merupakan

pengobatan bagi yang memiliki tes kulit positif atau dalam reaktivitas in vitro

terhadap alergen tumbuh-tumbuhan.

Omalizum secara signifikan menurunkan penggunaan kortikosteroid

inhalasi, jumlah dan lama kekambuhan, serta meningkatkan kualitas hidup

penderita asma. Omalizumb diberikan secara injeksi subkutan, dan dosis

berdasarkan berat badan pasien (kg) dan konsentrasi total IgE serum awal

(II/mL). Dosis tidak harus disesuaikan berdasarkan pada pengukuran IgE


serum total berikutnya. Klirens obat bergantung pada berat badan pasien, dan

dosis harus disesuaikan jika ada perubahan yang signifikan dalam berat

badan. Dosis lebih besar dari 150 mg harus diberikan secara injeksi terpisah

di beberapa tempat. Efek samping yang paling umum adalah reaksi di tempat

suntikan dan termasuk memar, kemerahan, nyeri, menyengal, gatal, dan rasa

terbakar.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Dirumah Sakit.WHO

Anonim, 2009. Pelayanan Informasi Obat. Depkes

Anonim, 2007. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma. Depkes

British National Formulary, 2004. England: Royal Pharmaceutical Society of Great


Britain.

Davey, P. 2002. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.

Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G & Posey, L. M.
2005. Pharmacoteraphy A pathophsiological approach sixth edition, United
States: The Mc Graw- Hill Companies, Inc.

Ganiswarna, S. G. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: EGC

Katzung, B.G. 2001. Farmakologi Dasar dan klinis, Jakarta: Salemba Medika.

Mintz, Matthew L.2006. Disorder of the Respiratory Tract: Common Challenges in

Primary Care. New Jersey: Human Press.

Sukandar, E. Y et all. 2009. ISO Farmakoterapi. Jakarta: ISFI.

Sweetman, S. C. 2009. Martindal the Complete Drug Reference. USA: RPS

publishing.
Tjay, T. H dan RAhardja, K. 2002. Obat-obat Penting. Elex Media Komputindo

Gramedia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai