Anda di halaman 1dari 7

Nama : Betyce singhina

NIM : 2018.132.012
Semester : IV
Prodi : Farmasi

ASMA

A. Pengertian penyakit
Penyakit Asma (Asthma) adalah suatu penyakit kronik (menahun) yang menyerang saluran
pernafasan (bronchiale) pada paru dimana terdapat peradangan (inflamasi) dinding rongga
bronchiale sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang akhirnya seseorang
mengalami sesak nafas.

B. Patofissilogi
Asma merupakan penyakit inflamasi kronis yang dikarakteristikan dengan proses
yang sangat kompleksdan melibatkan beberapa komponen yaitu hiperresponsif dari
bronkial, inflamasi dan remodeling saluran pernafasan4,5

C. Etiologi
Etiologi asthma berhubungan dengan faktor-faktor risiko tertentu. Namun pemahaman
mengenai patofisiologi athsma telah berkembang dan telah mengidentifikasi bentuk asthma
yang heterogen hingga variasi secara molekular yang disebut sebagai fenotip dan
endotip.Etiologi asthma berhubungan dengan genetik dan fenotip. Asthma merupakan
penyakit yang disebabkan oleh faktor genetika dan faktor lingkungan dengan inflamasi
kronis sebagai patologi utamanya. Walaupun begitu pasien asthma memiliki heterogenitas
yang tinggi dan 30-45% pasien asthma tidak respon dengan pemberian kostikosteroid
inhalasi. Dari heterogenitas asthma dapat dinilai perbedaan fenotipnya. Fenotip adalah sifat
atau karakteristik individu yang dapat diobservasi dan merupakan hasil interaksi antara
genotip dan lingkungan. Pembagian fenotip asthma dikelompokkan dalam berbagai level
antara lain fenotip selular, fenotip klinis, dan fenotip molekular.
Fenotip Selular
Fenotip selular mayoritas pasien asthma mengalami peningkatan eosinofil. Pasien asthma
dengan peningkatan eosinofil umumnya respon terhadap tatalaksana kortikosteroid inhalasi.
Namun fenotip selular lainnya tidak respon. Kategori fenotip selular pada asthma antara lain:
 Eosinofilik, paling sering pada pasien asthma dengan atopi dan alergi

 Neutrofilik, paling sering pada asthma yang berkaitan dengan iritan, polutan dan obesitas
 Campuran eosinofilik dan neutrofilik, dihubungkan dengan asthma yang refrakter
 Pausigranulositik.

Fenotip Klinis

Fenotip klinis, yakni kelompok berdasarkan klinis pasien antara lain:

 Asthma atopik onset dini, eosinofilia


 Asthma dengan jumlah yang lebih besar pada pasien obesitas dan perempuan, jarang
eosinofilia
 Asthma dengan penyakit ringan dan jarang eosinofilia

Faktor Risiko

Faktor risiko yang berhubungan dengan asthma dengan onset masa anak-anak antara lain:

 Predisposisi genetik
 Riwayat alergi dan asthma pada keluarga
 Atopi pada orang tua
 Infeksi virus saluran pernapasan
 Kolonisasi bakteri
 Sensitisasi alergen
 Paparan terhadap tembakau prenatal maupun post natal

Sementara asthma yang onsetnya terjadi saat dewasa masih belum jelas faktor risikonya. Faktor atopi
tidak jelas, namun prevalensinya lebih tinggi pada perempuan. Beberapa faktor risiko yang
dihubungkan dengan asthma pada orang dewasa antara lain:

 Asthma okupasional, akibat pekerjaan yang berhubungan dengan industri


 Lingkungan yang tercemar oleh polutan, termasuk asap rokok baik oleh perokok aktif
maupun perokok pasif
 Hormon seks pada perempuan, prevalensi asthma ditemukan lebih tinggi pada pasien
perempuan dewasa dibandingkan pasien laki-laki dewasa, namun prevalensinya lebih rendah
pada pasien perempuan yang mendapatkan kontrasepsi estrogen atau sulih estrogen
 Penyakit saluran napas atas seperti rinitis dan infeksi sistem pernapasan

D. Patogenesis
Asma merupakan suatu bentuk penyakit yang termasuk dalam reaksi
hipersensitivitas tipe 1 yang melibatkan ikatan silang antara antigen dan IgE yang
diikat sel mast dan basophil melepas mediator vasoaktif.

Reaksi hipersensitivitas pada asma terjadi dalam beberapa jalur. :


Fase sensitasi
Sensitasi terhadap allergen mungkin terjadi pada usia awal. Fase sensitasi
merupakan waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IGE sampai diikat silang oleh
reseptor spesifik (Fc –R) pada permukaan sel mast atau basophil.
Antigen presenting cell (APCs) di bronkial menangkap alerggen dan
mengenalkannya pada CD4 sel T yang kemudian akan berdeferensiasi masuk ke sel
T dari TH2 fenotip. Sel akan mensekresi IL-4, IL-5, IL-9, IL-10, dan IL-13 yang
mencetus pengaktifan pada sekresi immunoglobulin limfosit B. IL-13 juga akan
menginduksi aktifasi eosinophil dan basophilic granulocytes sebagaimana pelepasan
kemokin dan enzim proteolitik seperti metalloproteinase. IgE kemudian akan
bersirkulasi dan berikatan dengan reseptor spesifik afinitas tinggi (FcεRI) disel mast
dan basophil dan berikatan dengan reseptor spesifik afinitas rendah (FcεRI, CD23)
pada eosinophil dan makrofag.
Ketika terjadi reekspos, allergen dapat dengan cepat berikatan ke permukaan sel.
Histamine, protease, leukotriene, prostaglandin, platelet –activating factor (PAF)
akan dilepaskan.
Respon bronkokonstriktif asmatikus terjadi dalam 2 fase.
Pada fase pertama, fungsi paru dengan cepat menurun dalam waktu 10-20 menit
pertama dan secara perlahan kembali 2 jam berikutnya. Respon awal ini melibatkan
Histamin, PGD2, cysteinyl-leukotrienes (LTC4, LTD4,LTE4) dan PAF. Cysteinyl-
leukotrienes akan menginduksi pelepasan protease : tryptase cleaves D3a dan
bradikinin dan molekul prokursor protein yang menimbulkan kontraksi sel otot
bronkial dan peningkatan permeabelitas vascular. Chymase disisi lain akan
mencetus sekresi mucus.
Adanya induksi bronkokonstriksi dengan edema mukosa dan sekresi mucus akan
menimbulkan batuk, wheezing,dan breathlessness.
Fase kedua dimulai 4-6 jam berikutnya. LTB4 dan PAF akan menarik eosinophil.
LTB4 dan PAF dalam hal ini akan menarik major basic protein (MBP) dan eosinophil
cationic protein (ECP) yang memiliki efek toksik terhadap sel epitel. Destruksi sel
epitel terjadi pada late stage. Pada akhirnya akan menimbulkan akumulasi
mucus di lumen bronkial akibat dari peningkatan jumlah sel goblet dan hipertropi
dari kelenjar mucous submukosal.

E. Jenis penyakit asma


Asma sebenarnya terdiri dari beberapa jenis dan tiap jenisnya memiliki
karakterisik yang berbeda. Diagnosa yang tepat akan memudahkan dokter untuk
meresepkan obat yang sesuai dan memberikan rekomendasi yang tepat. Berikut
adalah 9 jenis asma yang perlu Anda ketahui:

1. Asma Alergi
Jenis asma ini adalah yang paling umum di antara yang lain. Statistik
menunjukkan bahwa anak-anak lebih rentan terhadap asma alergi dengan
kurang lebih 90% memiliki gangguan tersebut. Alergen seperti debu, serbuk sari,
dan tungau adalah penyebab paling umum asma alergi. Berolahraga di udara
dingin atau menghirup asap, parfum atau cologne dapat membuat lebih buruk
kondisi ini. Karena alergen dapat ditemukan di mana-mana, orang dengan asma
alergi harus berhati-hati dengan selalu menjaga kebersihan lingkungan.Sebisa
mungkin, mereka harus menjauhi tempat-tempat yang berdebu dan membuat
rumah bebas debu.
2. Asma Non-alergi
Dari namanya jelas bahwa asma non-alergi tidak dipicu oleh faktor alergi. Asma
jenis ini biasanya muncul setelah usia paruh baya dan sering disebabkan akibat
infeksi pada saluran pernafasan bawah dan atas. Asma non-alergi ditandai oleh
penyumbatan saluran udara akibat peradangan. Asma jenis ini bisa dikontrol
dengan pengobatan yang tepat. Gejala asma non-alergi meliputi mengi, batuk,
sesak napas, napas menjadi cepat, dan dada terasa sesak. Asma non-alergi
dapat dipicu oleh berbagai faktor seperti stres, kecemasan, kurang atau
kelebihan olahraga, udara dingin, hiperventilasi, udara kering, virus, asap, dan
iritasi lainnya.
3. Asma Nocturnal
Dari namanya jelas bahwa asma jenis ini ada hubungannya dengan tidur. Asma
nocturnal dapat mengganggu tidur karena penderitanya dapat terbangun di
tengah malam akibat batuk kering. Dada sesak adalah salah satu gejala pertama
dari asma nocturnal yang diikuti oleh batuk kering. Asma nocturnal dapat
membuat penderitanya lesu di pagi hari akibat tidur malam yang terganggu.
4. Asma Akibat Pekerjaan
Dari namanya dapat disimpulkan bahwa asma jenis ini diperoleh akibat
lingkungan kerja yang tidak sehat. Salah satu pekerjaan yang bisa memicu asma
adalah mengajar (guru) akibat paparan debu kapur papan tulis. Jenis pekerjaan
lain meliputi pekerja pabrik (paparan debu dan bahan kimia lainnya), pelukis dan
pekerja konstruksi (terkena uap cat dan asap). Gejala asma jenis ini tidak
berbeda dari gejala asma secara umum seperti mengi, batuk kering, sesak
napas, serta napas pendek dan cepat.
5. Asma Anak
Asma jenis ini biasanya terjadi ketika anak terpapar alergen tertentu seperti
tungau debu, jamur, protein hewani, dan alergen potensial lainnya.
6. Asma Dewasa
Asma jenis ini berkembang setelah seseorang berusia dewasa. Kondisi ini bisa
disebabkan alergi, non-alergi, pekerjaan, musiman, atau nocturnal.
7. Asma Batuk
Jenis asma ini agak sulit didiagnosa karena dapat terkaburkan oleh batuk lain
yang berhubungan dengan bronkhitis kronis atau penyakit sinus. Dibutuhkan tes
dan check-up sebelum dokter dapat membuat diagnosa yang tepat.
8. Asma Campuran
Ini adalah campuran dari asma ekstrinsik dan intrinsik. Asma jenis ini umumnya
lebih serius karena penderita harus waspada terhadap kedua faktor ekstrinsik
dan intrinsik yang dapat memicu serangan asma.
9. Asma Musiman
Asma musiman hanya terjadi pada musim-musim tertentu dimana serbuk sari
atau alergen hadir dalam jumlah melimpah. Sebagai contoh, seorang individu
mungkin cukup sehat sepanjang tahun kecuali saat musin tanaman berbunga.
Musim bunga berarti akan lebih banyak serbuk sari beterbangan di udara yang
dapat memicu asma.

F. Gejala dan tanda-tanda


Adapun tanda dan gejala asma sebagai berikut :
1. Kesulitan bernapas yang disebabkan sesak napas atau napas yang sering
terengah-engah. Gejala ini menjadi penanda asma yang paling umum.
2. Sering batuk. Batuk bisa menjadi tanda adanya sesuatu yang salah pada
paru-paru atau saluran pernapasan.
3. Mengi
4. Dada terasa sesak. Kondisi ini menunjukkan bahwa paru-paru berada di
bawah tekanan dan sebagai akibatnya timbul rasa sakit konstan yang
terjadi di daerah tersebut.
5. Perasaan lelah dan lesu. Kedua hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
cukup oksigen yang didistribusikan ke tubuh oleh paru-paru.
6. Cepat lelah ketika melakukan aktivitas fisik seperti olahraga.
7. Susah tidur. Kondisi ini dapat menyebabkan tubuh terasa lesu keesokan
harinya.
8. Lebih sensitif terhadap alergi.
9. Pembacaan rendah bila diperiksa menggunakan peak flow meter. Peak
flow meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur fungsi paru-paru
dan untuk menentukan apakah paru-paru bekerja di tingkat normal
dalam memanfaatkan oksigen.
10. Ketidakmampuan untuk terlibat dalam aktivitas fisik yang panjang tanpa
mengalami masalah pernapasan.

G. Pengobatan asam
Ventolin Inhaler merupakan obat dengan kandungan Salbutamol yang digunakan untuk
mengobati penyakit pada saluran pernafasan seperti asma dan penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK). Obat ini bekerja dengan cara merangsang secara selektif reseptor beta-2
adrenergik terutama pada otot bronkus. hal ini menyebabkan terjadinya bronkodilatasi
karena otot bronkus mengalami relaksasi. Dalam penggunaan obat ini harus SESUAI
DENGAN PETUNJUK DOKTER.
a. Indikasi Inhaler Ventolin
Secara umum, manfaat obat Ventolin Inhaler adalah untuk mengatasi
bronkospasme, yaitu penyempitan saluran paru-paru akibat dari
gangguan pernapasan tertentu. Berikut adalah beberapa kondisi yang
bisa diatasi menggunakan Ventolin Inhaler:
- Mengatasi bronkospasme pada pasien dengan asma atau
penyakit paru obstruktif kronis.
- Profilaksis akut terhadap asma yang diinduksi olahraga.
- Rangsangan lain yang diketahui menginduksi bronkospasme.

b. Kontraindikasi Inhaler Ventolin


Hipersensitivitas.Tdk dapat digunakan utk mengatasi abortus yg mengancam.
c. Mekanisme kerja obat
Seperti disebutkan sebelumnya, ketika terjadi serangan asma, saluran
napas mengalami penyempitan dan pembengkakan sehingga
membuat bernapas menjadi sulit.
Penyempitan atau pengetatan otot-otot saluran udara dikenal sebagai
bronkospasme.
Inhaler bekerja dengan mempengaruhi reseptor beta dalam tubuh
Reseptor ini adalah jenis khusus dari molekul protein yang
bertanggung jawab untuk pengolahan pesan yang dibawa oleh sistem
saraf pusat.
Jadi, albuterol bekerja dengan merangsang reseptor untuk
menghasilkan efek relaksasi pada otot
Efek relaksasi ini yang akan membantu membuka saluran udara
sehingga penderitanya dapat kembali bernapas normal.
d. Efek samping
Setiap obat berpotensi menimbulkan efek samping, begitu juga
dengan Ventolin Inhaler. Berikut adalah beberapa efek samping yang
mungkin muncul akibat dari penggunaan Ventolin Inhaler:
- Gugup
- Gemetar
- Sakit kepala
- Mulut atau tenggorokan kering
- Perubahan rasa pada lidah
- Batuk
- Mual
- Pusing
- Tekanan darah tinggi
- Jantung berdebar
- Reaksi alergi
Efek samping tidak selalu terjadi. Efek samping dapat terjadi
akibat dari penggunaan dosis yang tidak tepat, penggunaan
jangka panjang, atau kondisi tertentu dari pasien. Jika efek
samping berat atau reaksi alergi terjadi, segera hentikan
penggunaan obat dan konsultasikan ke dokter untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Jika merasakan efek samping lainnya yang tidak disebutkan di
atas, laporkan pada dokter untuk mengetahui kemungkinan
efek samping lainnya dari Ventolin Inhaler.

e. Interaksi Obat
Interaksi obat dapat terjadi ketika Ventolin Inhaler digunakan bersama
dengan jenis obat-obatan lain tertentu. Interaksi obat menyebabkan
efektivitas obat menurun dan dapat meningkatkan potensi terjadinya
efek samping.
Berikut adalah obat yang sebaiknya tidak digunakan bersama dengan
Ventolin Inhaler yang memiliki kandungan Salbutamol:
- Amineptine
- Amitriptyline
- Amitriptylinoxide
- Amoxapine
- Atomoxetine
- Clomipramine
- Desipramine
- Dibenzepin
- Digoxin
- Doxepin
- Imipramine
- Iobenguane I 123
- Levalbuterol
- Lofepramine
Daftar di atas kemungkinan bukan merupakan daftar lengkap.
Beri tahu dokter apabila Anda sedang mengonsumsi atau
belakangan mengonsumsi obat-obatan tertentu termasuk obat
resep, non-resep, hingga obat herbal.Konsumsi alkohol juga
dapat menyebabkan interaksi obat, maka sebaiknya dihindari.
Diskusikan juga dengan dokter tentang jenis makanan atau
minuman yang sebaiknya dihindari selama penggunaan obat
Ventolin Inhaler untuk menghindari interaksi obat.

Anda mungkin juga menyukai