Anda di halaman 1dari 12

SATUAN PEMBELAJARAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN

Mata Ajar

: Keperawatan Anak

Sub.Topik

: Terapi Bermain Pada Anak Sakit

Sasaran

: Anak Toddler

Hari/Tanggal : Rabu, 20 Juli 2016


Waktu

: 10.00 WIB - Selesai

Permainan

: Bermain puzzel Sederhana

A. Latar belakang
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara
optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap
dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah
sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti
marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari
hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada
dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas
dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak
akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi
melalui kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada
prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara
optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti
kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit
atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Puzzle game merupakan permainan yang tidak hanya berfungsi sebagai hiburan,
tetapi juga dapat melatih kemampuan otak. Berdasarkan penelitian seorang ahli saraf
bernamaIan Robertson, puzzel dapat meningkatkan kemampuan mental. Selain itu,
permainan ini juga dapat mencegah penyakit Alzheimer dan hilang ingatan(Baras, 2010)
Berdasarkan pengamatan dirumah sakit M. Djamil Padang diruangan anak kronis
didapatkan pasien anak usia toddler (3-5 tahun) lebih mendominasi. Anak-anak pada
umumnya dapat memainkan sesuatu dengan tangannya yaitu dengan bongkar pasang
yang bisa melatih kecerdasan otak anak dan berpikir secara logis untuk menyelesaikan
gambar yang bisa menjadi sesuatu yang menarik seperti binatang atau orang.

Bermain ini menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan keterampilan


anak yang diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil dalam sebagai hal. Sifat
permainan ini adalah sifat aktif dimana anak selalu ingin mencoba kemampuan dalam
keterampilan tertentu seperti bermain dalam puzzel gambar, disini anak selalu dipacu
untuk selalu terampil dalam meletakkan gambar yang telahdi bongkar.
B. Tujuan umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya, mengembangkan
aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan beradaptasi efektif terhadap
stress karena penyakit dan dirawat.
C. Tujuan khusus
Setelah dilakukan program bermain selama 30 menit, diharapkan:
1. Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
2. Mengekspresikan perasaannya selama menjalani perawatan.
3. Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
4. Beradaptasi dengan lingkungan
5. Mempererat hubungan antara perawat dan anak
D. Kriteria hasil
Secara verbal anak mengatakan senang dapat mengikuti aktivitas bermain bersama
yang telah dilaksanakan, anak keluar dari ruangan bermain dengan wajah ceria dan
menceritakan pengalamannya pada orang tua, anak termotivasi untuk bermain lagi, anak
tidak merasa cemas selama dirawat di Rumah Sakit.
E. Pengorganisasian
Leader
Co.leader
Fasilitator
Observer

:
:
:
:

F. Kriteria peserta
Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien di Ruang anak kronik yang
memenuhi kriteria :
Anak usia 3 5 tahun
Tidak mempunyai keterbatasan fisik
Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
Pasien kooperatif
G. Kegiatan
NO

WAKTU

KEGIATAN BERMAIN

KEGIATAN ANAK

Fase orientasi
(5 menit)

o Ucapkan salam
o Memperkenakan diri
o Memperkenalkan

o Menjawab salam
o Mendengar dengan

antusias
pembimbing
o Kontrak waktu dengan anak
memahami
o Menjelaskan tema bermain o Anak
2

Fase kerja
15 menit

tujuan bermain
dan tujuan bermain
o Menjelaskan cara permainan o Anak
tertarik
o Menanyakan pada anak
dengan permainan
o
Menjawab
apakah telah memahami
cara bermain
pertanyaan
o Memberikan alat bermain
o Memotivasi anak selama o Anak

dapat

mengikuti

bermain

permainan

dengan

antusias

Fase terminasi
5 menit

o Menghentikan permainan
o Menanyakan perasaan anak

o Selesai bermain
o Mengungkapkan

o Menyampaikan

perasaan
o Mendengarkan

permainan
o Memberikan

hasil
kenang-

kenangan pada anak


o Menanyakan perasaan anak
o Salam penutup

dengan antusias
o Anak
terlihat
antusias

dan

gembira
o Anak

menjawab

salam

H. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
- Kelengkapan alat
- Kegiatan terlaksana sesuai yang direncanakan
2. Evaluasi proses
- Terapi dapat berjalan dengan lancar
- Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
- Tidak ada hambatan saat melakukan terapi
3. Evaluasi hasil

Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan satu gambar

yang utuh dari potongan puzzel yang acak


Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
Anak merasa senang
Anak tidak takut lagi dengan perawat
Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas bermain

MATERI TERAPI BERMAIN


A. Pengertian Bermain puzzel
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau
mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif,
mempersiapkan diri untuk berperan dan berpilaku dewasa. (aziz alimul, 2009)
Bermain

adalah

suatu

kegiatan

yang

dilakukan

dengan

atau

tanpa

mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi


kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak (Anggani Sudono, 2000).
Menurut Patmonodewo (Misbach, Muzamil, 2010) kata puzzle berasal dari
bahasa Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang, media puzzle merupakan
media sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang.
Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan bahwa
media puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat merangsang kemampuan
matematika anak, yang dimainkan dengan cara membongkar pasang kepingan puzzle
berdasarkan pasangannya.
B. Tujuan Bermain puzzel
Tujuan

brmain

pada

anak

yaitu

memberikan

kesenangan

maupun

mengembangkan imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan stimulus dalam
kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak akan selau mengenal
dunia, maupun mengembangkan kematangan fisik, emosional, dan mental sehingga akan
membuat anak tumbuh menjadi anak yang kreatif, cerdas dan penuh inovatif.
C. Fungsi Bermain Puzzel
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,
perkembangan

intelektual,

perkembangan

social,

perkembangan

kreativitas,

perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.


1. Perkembangan Sensoris Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk
perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi
yang mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat permainan untuk anak

usia toddler dan prasekolah yang banyak membantu perkembangan aktivitas motorik
baik kasar maupun halus.
2. Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala
sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk,
ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan melatih
diri untuk memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-mobilan, kemudian
bannya terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan
masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini,
anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin
sering anak melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih kemampuan
intelektualnya.
3. Perkembangan Social
Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan
hubungan social dan belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut. Pada saat
melakukan aktivitas bermain, anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami
bahasa lawan bicara, dan belajar tentang nilai social yang ada pada kelompoknya.
Hal ini terjadi terutama pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian,
anak usia toddler dan prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan
aktivitas sosialnya dilingkungan keluarga.
4. Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya
kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan
bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya,
dengan membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang
kreativitasnya untuk semakin berkembang.
5. Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur
mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan
membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan
mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang
lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya sehingga temannya
menangis, anak akan belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti
teman. Dalam hal ini penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan

etika, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak


positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang lain
6. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari
orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapatkan
kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di
lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang
ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai
moral dan etika, belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta
belajar bertanggung-jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya,
merebut mainan teman merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat
permainan sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab
terhadap tindakan serta barang yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan
kognitifnya, bagi anak usia toddler dan prasekolah, permainan adalah media yang
efektif untuk mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan memberikan
nasihat. Oleh karena itu, penting peran orang tua untuk mengawasi anak saat anak
melakukan aktivitas bermain dan mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau
benar/salah.
D. Katagori Bermain
Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain aktif
dan

yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif kesenangan

diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan bermain pasif
kesenangan didapatkan dari orang lain.
a) Bermain aktif
Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)
Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan
tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-ngocok apakah ada
bunyi mencuim, meraba, menekan, dan kadang-kadang berusaha membongkar.

Bermain konstruksi (construction play)


Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok menjadi
rumah-rumahan. Dll.
Bermain drama (dramatik play)
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan saudarasaudaranya atau dengan teman-temanny

Bermain bola, tali, dan sebagainya


b) Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan mendengar.
Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain aktif dan
membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya.
Contohnya:
- Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah
- Mendengarkan cerita atau musik
- Menonton televisi
- Dll
E. Hal-hal yang Harus Diperhatikan
a) Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
b) Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
c) Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada
keterampilan yang lebih majemuk.
d) Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain. Jangan
memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.
F. Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia
1. Usia 0 12 bulan
Tujuannya adalah :
- Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya mengisap,
-

menggenggam.
Melatih kerjasama mata dan tangan.
Melatih kerjasama mata dan telinga.
Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
Melatih mengenal sumber asal suara.
Melatih kepekaan perabaan.
Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.

Alat permainan yang dianjurkan :


- Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
- Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
- Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
- Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
- Alat permainan berupa selimut dan boneka.
2. Usia 13 24 bulan
Tujuannya adalah :
- Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
- Memperkenalkan sumber suara.
- Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
- Melatih imajinasinya.

Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk kegiatan


yang menarik

Alat permainan yang dianjurkan:


- Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
- Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
- Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang tidak
mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-balok besar,
kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-coret, krayon/pensil
berwarna.
3. Usia 25 36 bulan
Tujuannya adalah ;
- Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
- Mengembangkan keterampilan berbahasa.
- Melatih motorik halus dan kasar.
- Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan
-

membedakan warna).
Melatih kerjasama mata dan tangan.
Melatih daya imajinansi.
Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.

Alat permainan yang dianjurkan :


- Alat-alat untuk menggambar.
- Lilin yang dapat dibentuk
- Pasel (puzzel) sederhana.
- Manik-manik ukuran besar.
- Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.
- Bola.
4. Usia 32 72 bulan
Tujuannya adalah :
- Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
- Mengembangkan kemampuan berbahasa.
- Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.
- Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura
-

(sandiwara).
Membedakan benda dengan permukaan.
Menumbuhkan sportivitas.
Mengembangkan kepercayaan diri.
Mengembangkan kreativitas.
Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar.
Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar
rumahnya.

Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal : pengertian

mengenai terapung dan tenggelam.


Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.

Alat permainan yang dianjurkan :


- Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat
-

gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.
Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.

G. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain


a. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
b. Status kesehatan, anak sakit perkembangan psikomotor kognitif terganggu
c. Jenis kelamin
d. Lingkungan : lokasi, negara, kultur
e. Alat permainan anak senang dapat menggunakan
f. Intelegensia dan status sosial ekonomi
H. Tahap Perkembangan Bermain
a. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
b. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
c. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
d. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.
I. Prinsip Bermain Di Rumah Sakit
1. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
2. Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis
3. Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien
4. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien
5. Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak
6. Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan
J. Hambatan Yang Mungkin Muncul
a. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia
b. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan
c. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang bersamaan.
K. Antisipasi hambatan
1. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama

2.
3.
4.
5.

Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain


Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan
Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan lainnya.

L. Cara Bermain Puzzel


1. Sediakan kertas puzzel bergambar
2. Bongkar kertas pazzel tersebut
3. Pasang kembali kertas pazzel sesuai pasangannya masing
4. Di anjurkan lebih baik pada bagian ujung kertas terlebih dahulu
5. Setelah itu bagian samping dengan sesuai pasangannya
6. Kerjakan sampai selesai sesuai dengan gambar seperti semula sebelm kertas puzzel
di bongkar

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


TERAPI AKTIVITAS BERMAIN PUZZLE PADA ANAK
DI IRNA ANAK RSUP Dr. M. DJMAIL PADANG
RABU, 20 JULI 2016

Oleh
Kelompok N15
Gustri Fijriani, S. Kep
Juliana novita, S. Kep
Rahmi Oktavia, S. Kep
Chairani Surya Utami, S. Kep
Febriani Hartih Hendra, S. Kep
Fani Rahma Yunita Sari, S. Kep
Khairat Amini Zulka, S. Kep
Irdha Nasta Kurnia, S. Kep
Hidayatul Fitri, S. Kep
Afdal Rahman, S. Kep
Tara Amalia, S. Kep
Resi Karmila, S. kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2016

Anda mungkin juga menyukai