Disusun oleh :
Chairani Surya Utami
NIM. 1541312089
A.
DEFINISI
1. Istirahat
Istirahat merupakan keadaan rileks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya
dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yg membutuhkan ketenangan.
Namun tidak berarti tidak melakukan aktivitas apa pun, duduk santai di kursi empuk atau
berbaring di atas tempat tidur juga merupakan bentuk istirahat. Sebagai pembanding,
klien/orang sakit tidak beraktifitas tapi mereka sulit mendApatkan istirahat begitu pula
dengan mahasiswa yang selesai ujian merasa melakukan istirahat dengan jalan-jalan.
Oleh karena itu perawat dalam hal ini berperan dalam menyiapkan lingkungan atau
suasana yang nyaman untuk beristirahat bagi klien/pasien.
Menurut Narrow (1645-1967) terdapat enam kondisi seseorang dapat beristirahat,
diantaranya yaitu :
Merasa segala sesuatu berjalan normal.
Merasa diterima.
Merasa diri mengerti apa yang sedang berlangsung.
Bebas dari perlukaan dan ketidak nyamanan.
Merasa puas telah melakukan aktifitas-aktifitas yang berguna.
Mengetahui bahwa mereka akan mendapat pertolongan bila membutuhkannya.
2. Tidur.
Tidur merupakan suatu keadaan perilaku individu yang relatif tenang disertai
peningkatan ambang rangsangan yang tinggi terhadap stimulus dari luar. Keadaan ini
bersifat teratur, silih berganti dengan keadaan terjaga (bangun), dan mudah dibangunkan,
(Hartman). Pendapat lain juga menyebutkan bahwa tidur merupakan suatu keadaan
istirahat yang terjadi dalam suatu waktu tertentu, berkurangnya kesadaran membantu
memperbaiki sistem tubuh/memulihkan energi. Tidur juga sebagai fenomena di mana
terdapat periode tidak sadar yang disertai perilaku fisik psikis yang berbeda dengan
keadaan terjaga.
Seorang ahli menyebutkan bahwa tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana
individu dapat dibangunkanoleh stimulus atau sensoris yang sesuai (Guyton, 1986).Tidur
dipicu oleh sekelompok kompleks hormon yang aktif dalam utama, dan yang merespon
isyarat dari tubuh sendiri dan lingkungan. Sekitar 80 persen dari tidur tanpa mimpi, dan
dikenal sebagai gerakan mata non-cepat (NREM) tidur.
B.
4. Secara tradisional, dipandang sebagai waktu untuk memperbaiki dan menyiapkan diri
pada waktu periode bangun.
5. Memperbaiki proses biologis dan memelihara fungsi jantung.
6. Berperan dalam belajar, memori dan adaptasi.
7. Mengembalikan konsentrasi dan aktivitas sehari-hari.
8. Menghasilkn hormon pertumbuhan utk memperbaiki serta memperbaharui epitel dan sel
otak.
9. Menghemat dan menyediakan energi bagi tubuh.
10. Memelihara kesehatan optimal dan mengembalikan kondisi fisik.
C.
MEKANISME TIDUR.
1. Teori Chemics : peningkatan CO2 menyebabkan rasa ngantuk.
2. Teori Vaskuler : penurunan TD di otak yang menyebabkan rasa ngantuk. Salah satu fungsi
kelenjar hipofise sebagai pusat pengaturan tidur.
3. Para ahli neuriofisiologis : sekresi hormone serotonin yang menyebabkan rasa ngantuk.
4. Teori Feed Back : Kelemahan sel-sel saraf yang menyebabkan rasa ngantuk instink/naluri.
D.
FISIOLOGI TIDUR
Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya dan berusaha dalam
posisirileks, jika ruangan gelap dan tenang aktifitas RAS menurun, pada saat itu BSR
mengeluarkanserum serotonin.
E.
TAHAP-TAHAP TIDUR.
1. NREM (Non Rapid Eye Movement).
Ada 4 tahapan :
Tahap 1 :
a. Termasuk light sleep.
b. Berakhir hanya beberapa menit.
c. Penurunan aktivitas fisik dimulai dengan penurunan gradual dalam tanda vital
dan metabolisme.
d. Dengan mudah dibangunkan dengan stimulus sensori seperti suara dan individu
merasa seperti mimpi di siang hari.
Tahap 2 :
a. Merupakan periode sound sleep.
b. Kemajuan relaksasi.
c. Masih dapat dibangunkan dengan mudah.
d. Berlangsung selama 10-20 menit.
e. Fungsi tubuh berlangsung lambat.
Tahap 3 :
a. Tahap awal tidur dalam.
b. Lebih sulit dibangunkan dan jarang bergerak.
c. Otot secara total relaksasi.
d. Tanda vital mengalami kemunduran teratur.
e. Berlangsung 15-30 menit.
Tahap 4 :
a. Tahap tidur benar-benar nyenyak.
b. Sangat sulit dibangunkan.
c. Jika tidur nyenyak telah terjadi, akan menghabiskan sepanjang malam pada tahap
ini.
d. Bertanggung jawab mengistirahatkan dan memperbaiki tidur.
e. Tanda vital menurun secara signifikan.
f. Berlangsung 15-30 menit.
g. Dapat terjadi tidur berjalan dan mengompol.
2. REM (Rapid Eye Movement).
a. Periode yang sangat hidup karena mimpi penuh warna.
b. Dimulai 50-90 menit setelah tidur terjadi.
c. Tipe yang mempengaruhi respon autonom meliputi kecepatan gerak mata, fluktuasi
jantung, rata-rata pernafasan dan peningkatan fluktuasi tekanan darah.
d. Kehilangan tonus otot.
e. Peningkatan sekresi gastrik.
6. Obat obatan.
Penggunaan atau ketergantungan pada penggunaan obar-obat tertentu seperti
golongan sedative, hipnotika dan steroid.
7. Makanan dan minimum.
Pola dan konsumsi makanan yang mengandung merica, gas/air yang banyak, pola
dan konsumsi minuman yang mengandung kafein ,gas dll.
8. Aktivitas.
Kurang beraktivitas dan atau melakukan aktivitas yang berlebihan justru akan
menyebabkan kesulitan untuk memulai tidur.
Penyebabnya secara pasti belum jelas, tetapi di duga terjadi akibat kerusakan genetika
sistem saraf pusat di mana periode REM tidak dapat dikendalikan. Serangan narkolepsi dapat
menimbulkan bahaya bila terjadi pada waktu mengendarai kendaraan, pekerja yang bekerja pada
alat-alat yang berputar-putar atau berada di tepi jurang.
3. Somnabulisme (tidur berjalan).
Merupakan gangguan tingkah laku yang sangat kompleks mencakup adanya otomatis dan
semipurposeful aksi motorik, seperti membuka pintu, duduk di tempat tidur, menabrak
kursi,berjalan kaki dan berbicara. Termasuk tingkah laku berjalan dalam beberapa menit dan
kembali tidur (Japardi, 2002). Lebih banyak terjadi pada anak-anak, penderita mempunyai
resiko terjadinya cidera.
4. Enuresis (ngompol).
Enuresis adalah kencing yang tidak di sengaja (mengompol) terjadi pada anak-anak,
remaja dan paling banyak pada laki-laki, penyebab secara pasti belum jelas, namun ada beberapa
faktor yang menyebabkan Enuresis seperti gangguan pada bladder, stres, dan toilet training yang
kaku.
5. Nocturia.
Merupakan suatu keadaan di mana klien sering terbangun pada malam hari untuk buang air kecil.
6. Apnea / tidak bernapas dan Mendengkur.
Disebabkan oleh adanya rintangan terhadap pengaliran udara di hidung dan mulut.
Amandel yang membengkak dan Adenoid dapat menjadi faktor yang turut menyebabkan
mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat saluran nafas pada lansia. Otot-otot dibagian
belakang mulut mengendur lalu bergetar bila di lewati udara pernafasan.
7. Delirium / Mengigau.
8. Sehubungan dengan gangguan penyakit seperti pain, anxiety dan dispneu.
9. Nightmares dan Night terrors (mimpi buruk).
Adalah mimpi buruk, umumnya terjadi pada anak usia 6 tahun atau lebih, setelah tidur
beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan berteriak, pucat dan ketakutan.
10. Tidur dan stadium penyakit (digigit nyamuk tse-tse).
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat tidur.
a. kuantitas (lama tidur) dan kualitas watu tidur di siang dan malam hari.
b. Aktivitas dan rekreasi yang di lakukan sebelumnya.
c. Kebiasaan/pun saat tidur.
d. Lingkungan tidur.
e. Dengan siapa paien tidur.
f. Obat yang di konsumsi sebelum tidur.
NIC
Sleep Enhancement
Determinasi efek-efek
medikasi erhadap pola
tidur
Jelaskan pentingnya tidur
yang adekuat
Fasilitasi untuk
mempertahankan aktivitas
Lingkungan :
Kelembaban, kurangnya
privacy/control tidur,
pencahayaan, medikasi
(depresan, stimulant),
kebisingan.
Fisiologis : Demam,
mual, posisi, urgensi urin.
DS:
Klien mengatakan bahwa
dirinya bangun lebih awal
Klien menyampaikan
mengatakan tidak fresh
sesudah tidur
DO:
Penurunan kemampuan
fungsi
Penurunan proporsi tidur
REM
Penurunan proporsi pada
tahap 3 dan 4 tidur
Peningkatan proporsi
pada tahap 1 tidur
Jumlah tidur kurang dari
normal sesuai usia
Deprivasi Tidur
Definisi : periode panjang
yang lama tanpa tidur
(terputusnya kesadaran
relatif yang periodik dan
alami dan secara terus
menerus)
berhubungan dengan :
Demensia
Pergeseran waktu
tidur karena penuaan
Mimpi buruk
Sleep Apnea
Sleep Terror
Tidur berjalan
Tidur yang
berhubungan dengan
Anxiety Reduction
Active listening
Terapi Relaksasi
Distraksi
Sleep Enhancement
Determinasi efek-efek
medikasi erhadap pola
Setelah dilakukan tindakan
tidur
keperawatan selama
Jelaskan pentingnya tidur
gangguan pola tidur pasien
yang adekuat
teratasi dengan kriteria hasil
Fasilitasi untuk
mempertahankan aktivitas
Jumlah jam tidur dalam
sebelum tidur (membaca)
batas normal
Ciptakan lingkungan yang
Kualitas pola tidur dalam
nyaman
batas normal
Kolaborasi pemberian obat
Perasaan fresh sesudah
tidur
tidur/istirahat
Anxiety Control
Fear Self - Control
Fatigue Level
Comfort Level
Rest
Sleep
DS :
DO:
enuresis
Hygiene tidur yang
tidak adekuat
(berkelanjutan)
Penggunaan
pharmacologic dalam
waktu yang lama atau
diet antisoporofics
Tidur yang
berhubungan dengan
ereksi yang sakit
Pergerakan
ekstermitas yang
berkala
Ketidaknyamanan
dalam waktu lama
Klien mengatakan ia
kelelahan sehabis
bangun tidur
Klien mengatakan ia
mengalami
kecemasan selama
tidur
Klien mengatakan
merasa gelisah saat
tidur
Klien mengatakan
kesulitan
berkonsentrasi
Klien mengatakan
mengantuk di siang
hari
Klien mengatakan
mudah merasakan
sakit (Kepekaan
terhadap rasa sakit
meningkat)
Klien tampak tremor
Klien tampak cemas
Klien tampak apatis
Mampu mengidentifikasi
hal-hal yang
meningkatkan kualitas
tidur
Klien tampak
kelelahan
Klien mengalami
Halusinasi
Klien tampak gelisah
Klien tampak
kesulitan
berkonsentrasi
Klien tampak lesu
Klien
memperlihatkan
reaksi yang lambat
Kesiapan Peningkatan
Tidur
Berhubungan dengan :
Istirahat yang
adekuat
Peningkatan status
kesehatan
Peningkatan
Kesadaran
Gaya hidup yang
sesuai
DS:
Klien mengatakan ia
merasakan istirahat
setelah tidur
Klien mengatakan
keinginan untuk
meningkatkan kualitas
tidur
Klien mengatakan ingin
mengetahui rutinitas
untuk promosi
kebiasaan tidur
DO :
Klien tampak ingin tahu
upaya untuk
meningkatkan kualitas
tidur
Comfort Level
Sleep
Rest
Aromatherapy
Teknik Relaksasi
Distraksi
Sleep Enhancement
- Determinasi efek-efek
medikasi erhadap pola
tidur
- Jelaskan pentingnya
tidur yang adekuat
- Fasilitasi untuk
mempertahankan
aktivitas sebelum tidur
(membaca)
- Ciptakan lingkungan
yang nyaman
- Kolaborasi pemberian
obat tidur
DAFTAR PUSTAKA
Doengos.E.Maryln ,dkk (2002) Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Wartonah Tartowo (2006) KDM dan Proses keperawatan,Edisi 3, Salemba Medika Jakarta.
Alimul.H.Aziz (2006) Pengantar KDM dan Proses Keperawatan, Salemba Medika Jakarta.
Asmadi (2008) Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi KDM, Salemba Medika Jakarta
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar klien.
Jakarta: Salemba Medika
Christensen, Paula J. 2009. Proses Keperawatan: Aplikasi Model Konseptual. Edisi 4. Jakarta:
EGC.
Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik.
Jakarta: EGC.
Santoso, Tri H. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Ghalia Indonesia.