Anda di halaman 1dari 29

ASKEP PADA ANAK DENGAN GANGGUAN

KEBUTUHAN NUTRISI AKIBAT PATOLOGIS SISTEM


PENCERNAAN DAN METABOLIK ENDOKRIN

Kelompok 3 :

Mustika Ayu Pitaloka (1914301068)


Feni Meliani (1914301085)
Rara Suci Ariyati (1914301077)
Sindi Artika (1914301065)
Amri Wijaya Rahman (1914301094)
Augy Alfandito (1914301093)
Sinta Rizqiani (1914301082)
Evita Adhe Rahma E (1914301079)
Tasya Dwinta (1914301056)
Veronica Anggraini (1914301091)
M. Luthfan Amirudin (1914301095)
Elva Nuri Sakinah (1914301055)
A. Definisi Gangguan Kebutuhan Nutrisi
Nutrisi adalah elemen yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi tubuh. Nutrisi
adalah salah satu komponen penting yang menunjang kelangsungan proses
tumbuh kembang. Nutrisi adalah proses pemasukan dan pengolahan zat makanan
oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas
tubuh. Gangguan pemenuhan nutrisi adalah pemenuhan nutrisi yang tidak sesuai
dengan kebutuhan metabolic yang dibutuhkan oleh tubuh.
(LyndaJuall,Carpenito,2006).

2
B. Patologi Sistem Pencernaan dan Metabolik Endokrin
o Patologis Sistem Pencernaan :
1. Mulut
2. Esofagus
3. Lambung
4. Usus Halus
5. Usus Besar
o Patologis Metabolic Endocrine
Sistem endokrin adalah jaringan kelenjar yang memproduksi dan melepaskan hormon-
hormon yang membantu fungsi kontrol tubuh yang penting, terutama kemampuan tubuh
untuk mengubah kalori menjadi energi sel dan organ. Sistem endokrin mempengaruhi
bagaimana jantung berdetak, bagaimana tulang dan jaringan tumbuh, bahkan kemampuan
untuk membuat bayi.
3
C. Pengkajian
Anamnesa Pada Gangguan Sistem Pencernaan dan Metabolik Endokrin
 Anamnesa Gangguan Sistem Pencernaan :

a. Keluhan Utama
Keluhan utama didapat dengan menanyakan tentang gangguan terpenting yang dirasakan pasien sampai
perlu pertolongan. Keluhan utama pada pasien gangguan sistem pencernaan secara umum antara lain:
1. Nyeri

Keluhan nyeri dari pasien sering menjadi keluhan utama dari pasien untuk meminta pertolongan kesehatan yang
bersumber dari masalah saluran gastrointestinal dan organ aksesor. Dalam mengkaji nyeri, perawat dapat
melakukan pendekatan PGRST, sehingga pengkajian dapat lebih komprehensif. Kondisi nyeri biasanya
bergantung pada penyebab dasar yang juga mempengaruhi lokasi dan distribusi penyebar nyeri.

2. Mual muntah
Mual (nausea) adalah sensasi subjektif yang tidak menyenangkan dan sering mendahului muntah. Mual
disebabkan oleh distensi atau iritasi dari bagian mana saja dari saluran GI, tetapi juga dapat dirangsang
oleh pusat-pusat otak yang lebih tinggi. Muntah merupkan salah satu cara traktus gastrointestinal
membersihkan dirinya sendiri dari isinya ketika hampir semua bagian atau traktus gastrointestinal
teriritasi secara luas, sangat mengembang, atau sangat terangsang.
4
Lanjutan.......
3. Kembung dan sendawa (Flatulens).

Akumulasi gas di dalam saluran gastrointestinal dapat mengakibatkan sendawa yaitu


pengeluaran gas dari lambung melalui mulut (flatulens) yaitu pengeluaran gas dari rektum.
Sendawa terjadi jika menelan udara dimana cepat dikeluarkan bila mencapai lambung.
Biasanya, gas di usus halus melewati kolon dan di keluarkan.
4. Ketidaknyamaan Abdomen

Ketidaknyamaan pada abdomen secara lazim berhubungan dengan gangguan saraf lambung dan
gangguan saluran gastrointestinal atau bagian lain tubuh. Makanan berlemak cenderung menyebabkan
ketidaknyamaan karena lemak tetap berada di bawah lambung lebih lama dari protein atau
karbohidrat. Sayuran kasar dan makanan yang sangat berbumbu dapat juga mengakibatkan penyakit
berat. Ketidaknyamaan atau distress abdomen bagian atas yang berhubungan dengan makanan yang
merupakan keluhan utama dari pasien dengan disfungsi gastrointestinal.

5
Lanjutan...........
5. Diare

Diare adalah peningkatan keenceran dan frekuensi feses. Diare dapat terjadi akibat adanya zat
terlarut yang tidak dapat diserap di dalam feses, yang disebut diare osmotic, atau karena iritasi
saluran cerna. Penyebab terserang iritasi adalah infeksi virus atau bakteri di usus halus distal
atau usus besar. Iritasi usus oleh suatu pathogen mempengarui lapisan mukosa usus sehinga
terjadi peningkatan produk-produk sekretorik termasuk mucus.

6. Konstipasi

Konstipasi didefinisikan sebagai defekasi yang sulit atau jarang. Frekuensi defekasi berbeda-
beda setiap orang sehingga definisi ini bersifat subjektif dan dianggap sebagai penenurunan
relative jumlah buang air besar pada seseorang. Defekasi dapat menjadi sulit apabila feses
mengeras dan kompak. Hal ini terjadi apabila idividu mengalami dehidrasi atau apabila
tindakan BAB ditunda sehingga memungkinkan lebih banyak air yang terserap keluar
sewaktu feses berada di usur besar.

6
b. Riwayat kesehatan :
a). Riwayat kesehatan sekarang

Setiap keluhan utama harus ditanyakan pada pasien sedetail- detailnya dan semuanya di
buat diriwayat penyakit sekarang. Pasien diminta untuk menjelaskan keluhannya dari
gejala awal sampai sekarang. Tanyakan apakah pada setiap keluhan utama yang terjadi
memberikan dampak terhadap intaik nutrisi, berapa lama dan apakah terhadap perubahan
berat badan.

b). Riwayat kesehatan dahulu

Pengkajian kesehatan masa lalu bertujuan untuk menggali berbagai kondisi yang
memberikan berbagai kondisi saat ini. Perawat mengkaji riwayat MRS (masuk rumah
sakit) dan penyakit berat yang pernah di derita, penggunaan obat-obat dan adanya alergi.

c). Riwayat penyakit dan riwayat MRS

Perawat menanyakan pernahkah MRS sebelumnya. Apabila ada, maka perlu ditanyakan
rumah sakit mana saat mendapatkan perawatan, berapa lama di rawat dan apakah
berhubungan dengan penyakit pada saluran gastrointestinal. Pasien yang pernah di rawat
dengan ulkus peptikum, jaundice, penyakit kandungan empedu, kolitis, kanker
gastrointestinal, pada pasca pembedahan pada saluran intestinal mempunyai predisposisi 7
penting untuk dilakukan rawat lanjutan.
Lanjutan.......
d). Riwayat penggunaan obat-obatan

Anamnesis tentang penggunaan obat atau zat yang baru baik dari segi kuantitas maupun
kualitas akan memberi dampak yang merugikan pada pasien akibat efeksamping dari obat
atau zat yang telah dikonsumsi. Beberapa obat akan mempengaruhi mukosa GI seperti obat
anti imflamasi non-steroid (NSAIDs), asam selisilat dan kortiko steroid yang memberikan
resiko peningkatan terjadinya gastritis atau ulkus peptikum. Kaji apakah pasien
menggunakan prepat besi atau ferum karna obat ini akan mempengaruhi perubahan
konsistensi dan warna feses (agak kehitaman) atau meningkatkan resiko konstipasi.

e). Riwayat alergi

Perawat mengkaji adanya alergi terhadap beberapa komponen makanan atau agen obat
pada masa lalu dan bagaimana pengaruh dari alergi tersebut, apakah memberikan dampak
terjadinya diare atau konstipasi.

8
 Anamnese Metabolic Endokrin :

1. Data demografi

• Usia untuk menentukan berat badan ideal

• Jenis kelamin

2. Riwayat keluarga

Kaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami ganguan seperti yang di
alami Klien atau gangguan secara langsung dengan gangguan hormonal:

• Obesitas: dicurigai karena hipotiroid

• Gangguan tumbang: dicurigai adanya gangguan GH, Kel. Tiroid, dan kelenjar gonad.

• Kelainan pada tiroid

• Infertilitas

9
Lanjutan......
3. Riwayat kesehatan klien

Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang dirasakan sekarang khususnya gangguan
yang mungkin sudah berlangsung lama karena tidak mengganggu aktivitas, kondisi ini tidak dikeluhkan,
seperti:

• BB yang tidak sesuai dengan usia, misalnya selalu kurus meskipun banyak makan.

• Gangguan psikologis seperti mudah marah, sensitif, sulit bergaul dan tidak mudah berkonsentrasi.

• Hospitalisasi: kaji alasan, kapan kejadiannya, sudah dirawat berapa lama.

• Informasi penggunaan obat-obatan yang dapat merangsang aktivitas hormona: hidrokortison, levothyroxine,
kontrasepsi oral dan obat antihipertens.

4. Riwayat Diet

• Adanya nausea, muntah dan nyeri abdomen.

• Penurunan atau penambahan BB yang drastis.

• Selera makan yang menurun atau bahkan berlebihan, dan Pola makan dan minum sehari-hari.
10
• Kebiasaan mengonsumsi makanan yang dapat menggangu fungsi endokrin seperti makanan yang bersifat
Lanjutan......
5. Masalah kesehatan sekarang

Pengembangan dari keluhan utama. Fokuskan pertanyaan yang menyebabkan klien meminta bantuan
pelayanan, seperti:

• Apa yang dirasakan klien saat ini.

• Apakah masalah atau gejala yang dirasakanterjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahandan sejak kapan
dirasakan

• Bagaimana gejala tersebut mempengaruhi aktivitas hidup sehari- hari.

• Bagaiamana pola eliminasi: urine.

• Bagaimana fungsi seksual dan reproduksi.

• Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu klien.

11
Lanjutan......
6.Tingkat energi

Perubahan kekuatan fisik dihubungkan dengan sejumlah gangguan hormonal khususnya


disfungsi kelenjar tiroid dan adrena. Kaji kemampuan Klien dalam melakukan aktivitas
sehari-hari.

7. Pola eliminasi dan keseimbangan cairan

Pola eliminasi khususnya urine dipengaruhi oleh fungsi endokrin secara langsung oleh ADH,
aldosteron, dan kortisol.

8. Pertumbuhan dan perkembangan

Kaji secara lengkap dari penambahan ukuran tubuh dan fungsinya: Tingkat intelegensi,
kemampuan berkomunikasi dan rasa tanggung jawab. Kaji juga perubahan fisik dampaknya
terhadap kejiwaan, seks dan reproduksi.

12
D. Pemeriksaan Fisik Kondisi Saluran Pencernaan, Bentuk Abdomen, Kesulitan
Mengunyah, Menelan dan Bising Usus
1). Inspeksi

Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya retraksi, peninjolan, adanya ketidak
simetrisan, adanya asites

2). Auskultasi

Auskultasi dilakukan pada keempat kuadran abdomen. Dengarkan paristaltik ususnya selama satu
menit penuh. Bising usus normalnya 5-30 kali/menit. Jika kurang dari itu atau tidak ada sama
sekali kemungkinan ada paristaltik ileus, konstipasi, peritonitis, atau obstruksi.

3). Perkusi

Lakukan perkusi pada kesembilan regio abdomen. Jika perkusi terdengar timpani berarti perkusi
dilakukan di atas organ yang berisi udara. Jika terdengar pekak, berarti perkusi mengenai organ
padat.

4). Palpasi

Palpasi ringan: untuk mengetahui adanya massa dan respon nyeri tekan letakan telapak tangan
pada abdomen secara berhimpitan dan tekan secara merata sesuai kuadran. Palpasi dalam: untuk 13
E. Merumuskan Masalah Keperawatan Anak dengan KKP, Thypoid, dan DM
Juvenil
1). Diagnosa Keperawatan pada Anak dengan KKP

• Defisit nutrisi b.d intake yang kurang ( protein )

• Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan inadekuatnya asupan cairan.

• Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status metabolic

• Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan malnutrisi.

 2). Diagnosa Keperawatan pada Anak dengan Thypoid

• Resiko tinggi ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit b/d hipertermi dan muntah.

• Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake makanan yang tidak adekuat

• Hipertermi b/d proses infeksi salmonella typhi

• Intoleransi aktifitas b/d kelemahan fisik

  14
Lanjutan......
3). Diagnosa Keperawatan pada Anak dengan DM

• Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kadar insulin.

• Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah ke


perifer

• Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan asidosis metabolik.

• Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan sekunder dari diuresis.

• Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan


keseimbangan insulin

• Ansietas berhubungan dengan ancaman status terkini

15
F. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi
Pada Anak dengan KKP

a). Defisit Nutrisi berhubungan dengan inadekuatnya intake makanan.

Intervensi :

1). Kaji status nutrisi secara kontinu, selama perawatan setiap hari.

Rasional : Memberikan kesempatan untuk mengobservasi penyimpangan dari normal.

 2). Berikan makanan sedikit-sedikit dan makanan kecil tambahan yang tepat.

Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan memampukan pasien untuk mempunyai pilihan terhadap makanan yang dapat dinikmati.

 3). Timbang berat badan anak tiap hari.

Rasional: Pengawasan kehilangan nutrisi dan alat pengkajian kebutuhan nutrisi.

 4). Dokumentasikan masukan oral selama 24 jam, riwayat makanan, jumlah kalori dengan tepat.

Rasional: Mengidentifikasi ketidakseimbangan antara perkiraan kebutuhan nutrisi dan masukan.

 5). Berikan terapi nutrisi dalam program pengobatan rumah sakit sesuai indikasi.

Rasional: Perawatan di rumah sakit memberikan kontrol lingkungan dimana masukan makanan dapat dipantau.

  16
Lanjutan......
b). Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan inadekuatnya asupan cairan.
 Intervensi:

 1). Catat karakteristik muntah, awasi tanda vital, status membran mukosa, turgor kulit.

Rasional: Sebagai indikator inadekuatan volume sirkulasi.

2). Awasi masukan dan haluaran dan hubungkan dengan perubahan berat badan.

Rasional: Memberikan pedoman dalam pemberian cairan.

3). Awasi jumlah dan tipe masukan cairan, ukur haluaran urine dengan akurat.

Rasional: Mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit.

4). Identifikasi rencana untuk meningkatkan atau mempertahankan keseimbangan cairan optimal, misalnya: jadwal masukan
cairan.

Rasional: Untuk memperbaiki ketidakseimbangan cairan.

5). Beriakan cairan parenteral sesuai indikasi.

Rasional: Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh. 17


Lanjutan......
C). Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status metabolic

Intervensi :

1). Obervasi adanya kemerahan, pucat, ekskoriasi. Gunakan krim kulit 2 kali sehari setelah
mandi, pijat kulit, khususnya di daerah di atas penonjolan tulang.

Rasional: Melicinkan kulit dan menurunkan gatal. Pemijatan sirkulasi pada kulit, dapat
meningkatkan tonus kulit.

2). Pentingnya perubahan posisi sering, perlu untuk mempertahankan aktivitas.

Rasional: Meningkatkan sirkulasi dan perfusi kulit dengan mencegah tekanan lama
pada jaringan.

 3). Tekankan pentingnya masukan nutrisi/cairan adekuat.

Rasional: Perbaikan nutrisi dan hidrasi akan memperbaiki kondisi kulit.

18
Lanjutan.....
d). Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan malnutrisi.

Intervensi:

1). Pantau vital sign, perhatikan peningkatan suhu, takikardia dengan atau tanpa demam.

Rasional : Peningkatan suhu tubuh, menandakan adanya proses inflamasi atau infeksi, oleh karena
itu, membutuhkan evaluasi atau pengobatan lebih lanjut.

2). Amati adanya eritema atau cairan luka.

Rasional: Indikator infeksi lokal.

3). Berikan antiseptik, antibiotik sistemik.

Rasional: Menurunkan proses infeksi lokal.

e.). Implementasi

Implementasi dilaksanakan sesuai intervensi

19
Lanjutan......
f). Evaluasi

1). Masukan kalori, protein adekuat ditandai dengan peningkatan berat badan dan nafsu
makan meningkat.

2). Haluaran urine adekuat.

3). Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tidak menunjukkan adanya edema.

4). Kulit halus, elastisitas baik, rasa gatal hilang.

5). Suhu tubuh turun.

6). Pertumbuhan tidak terhambat, tidak ada perubahan pigmen pada rambut atau kulit.

7). Anak ceria, tidak apatis dan tidak cengeng.

20
21
Lanjutan.....

22
Lanjutan......

23
24
Lanjutan......

25
Lanjutan.....

26
Lanjutan.....

27
Lanjutan.....

28
Any questions?

Thanks!

29

Anda mungkin juga menyukai