Anda di halaman 1dari 59

Keperawatan Anak

Kelompok 1
Reguler 2
1. Lataniya Aulia Rizky
(1914301051) 7. Putra Zulfijar F (1914301078)
2. Shintia Lega Utami (1914301053) 8. Berliana Oktavia (1914301081)
3.Dhimas Oktavian Arisandhi 9. Ilham Ardiansyah (1914301087)
(1914301054) 10. Sila Restu Ria (1914301088)
4. Putri Lesmana (1914301058) 11.Febri Ani Cesaria (1914301100)
5. Rheinabila (1914301067)
6. M.Alfan Alkautas (1914301076)
Konsep Askep Anak Dengan Gangguan

01 02 03
Pernafasan Kardiovaskuler Hematologi
(Pneumonia) (Demam Reumetik) (Thalasemia)
01
Konsep Askep Anak
dengan Gangguan
Pernafasan
(Pneumonia)
Definisi
Pneumonia adalah keadaan akut
pada paru yang disebabkan oleh
karena infeksi atau iritasi bahan
kimia sehingga alveoli terisi oleh
eksudat peradangan (Mutaqin,
2008).
Klasifikasi Pneumonia
Berdasarkan Anatomi Berdasarkan Etiologis
• Bacteria
• Pneumonia lobularis
• Virus
• Pneumonia lobularis
• Jamur
(Bronkopneumonia
• Aspirasi
• Pneumonia Interstitial
• Pneumonia Hipostatik
(Bronkiolitis)
• Sindrom Loeffler

Berdasarkan usaha terhadap


pemberantasan pneumonia
melalui usia
• Usia 2 bulan – 5 tahun
• Usia 0 – 2 bulan
Etiologi Pneumonia

Menurut Nugroho.T (2011), pneumonia Faktor lain yang mempengaruhi


dapat disebabkan oleh bermacam-macam timbulnya pneumonia ialah daya tahan
etiologi seperti:
tubuh yang menurun misalnya akibat
1. Bakteri: stapilococus, sterptococcus, Malnutrisi Energi Protein (MEP), penyakit
aeruginosa.
menahun, trauma pada paru, anestesia,
2. Virus: virus influenza, dll
aspirasi, dan pengobatan dengan
3. Micoplasma pneumonia
antibiotik yang tidak sempurna
4. Jamur: candida albicans
(Ngastiyah, 2015)
5. Benda asing
Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala anak yang mengalami pneumonia antara lain :

Takipnea, demam, dan batuk disertai penggunaan otot bantu nafas


dan suara nafas abnormal (Terry & Sharon, 2013).

Dari reaksi inflamasi akan timbul panas, anoreksia, mual, muntah


serta nyeri pleuritis.
Patofisiologi Pneumonia
Infeksi pulmonal bisa terjadi karena terganggunya salah satu mekanisme
pertahanan dan organisme dapat mencapai traktus respiratorius terbawah
melalui aspirasi maupun rute hematologi. Ketika patogen mencapai akhir
bronkiolus maka terjadi penumpahan dari cairan edema ke alveoli, diikuti
leukosit dalam jumlah besar. Kemudian makrofag bergerak mematikan sel
dan bakterial debris. Sisten limpatik mampu mencapai bakteri sampai darah
atau pleura viseral. Jaringan paru menjadi terkonsolidasi. Kapasitas vital dan
pemenuhan paru menurun dan aliran darah menjadi terkonsolidasi, area
yang tidak terventilasi menjadi fisiologis right-to-left shunt dengan ventilasi
perfusi yang tidak pas dan menghasilkan hipoksia. Kerja jantung menjadi
meningkat karena penurunan saturasi oksigen dan hiperkapnia (Nugroho.T,
2011).
Pemeriksaan Diagnostik
• Pemeriksaan
serologi
• Bronkostopi • Pemeriksaan fungsi
paru

• Sinar X • Biopsi paru


• Pemeriksaan gram / • Spirometrik static
kultur, sputum dan
darah
Penatalaksanaan

• Manajemen Umum
(Humidifikasi, Oksigenasi, Fisioterapi, Hidrasi)
• Operasi (Thoracentesis)
• Terapi Obat
Penicillin G untuk infeksi pneumonia staphylococcus, amantadine, rimantadine
untuk infeksi pneumonia virus. Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin untuk
infeksi pneumonia.
Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian
a. Indentitas: Nama, usia, jenis kelamin,
b. Riwayat sakit dan kesehatan
1) Keluhan utama: pasien mengeluh batuk dan sesak napas.

2) Riwayat penyakit sekarang: pada awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi selanjutnya akan
berkembang menjadi batuk produktif dengan mukus purulen kekuning-kuningan, kehijau- hiajuan,
kecokelatan atau kemerahan, dan serring kali berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami
demam tinggi dan menggigil (onset mungkin tiba-tiba dan berbahaya). Adanya keluhan nyeri dada
pleuritits, sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, dan nyeri kepala.
3) Riwayat penyakit dahulu: dikaji apakah pasien pernah menderita penyakit seperti ISPA, TBC paru,
trauma. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
4) Riwayat penyakit keluarga: dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit
yang disinyalir sebagai penyebab pneumoni seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.
Pengkajian (Pemeriksaan Fisik)
1) Keadaan umum: tampak lemas, sesak napas
2) Kesadaran: tergantung tingkat keprahan penyakit, bisa somnolen
3) Tanda-tand vital:
TD: biasanya normal
Nadi: takikardi
RR: takipneu, dipsneu, napas dangkal
Suhu: hipertermi
4). Kepala: tidak ada kelainan
5). Mata: konjungtiva nisa anemis
6). Hidung: jika sesak, ada pernapasan cuping hidung
7). Paru:
Inspeksi: pengembangan paru berat dan tidak simetris, ada penggunaan otot bantu napas
Palpasi: adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus pada daerah yang terkena.
Perkusi: pekak bila ada cairan, normalnya timpani
Auskultasi: bisa terdengar ronchi.
8). Jantung: jika tidak ada kelainan, maka tidak ada gangguan
9). Ekstremitas: sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi, kelemahan
Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus berlebihan yang


ditandai dengan jumlah sputum dalam jumlah yang berlebihan, dispnea,sianosis,
suara nafas tambahan (ronchi).
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan yang
ditandai dengan dispena, dispena, penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan
cuping hidung.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-
kalpier yang ditandai dengan dispnea saat istirahat, dispneu saat aktifitas ringan,
sianosis.
Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Asupan diet kurang yang ditandai dengan ketidakmampuan menelan
makanan,membran mukosa pucat, penurunan berat badan selama dalam
perawatan.
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen yang ditadai dengan Dispnea setelah beraktifitas,keletihan,
ketidaknyamanan setelah beraktifitas
c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber pengetahuan yang
ditandai dengan ibu/keluarga mengatakan tidak mengetahui penyakit yang diderita
pasien, cara penularan, faktor resiko, tanda dan gejala, penanganan dan cara
pencegahannya
Intervensi Diag 1
Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus
berlebihan
1. Monitor status pernafasan dan respirasi sebagaimana mestinya
2. Posisikan pasien semi fowler, atau posisi fowler
3. Observasi kecepatan,irama,ked alaman dan kesulitan bernafas
4. Auskultasi suara nafas
5. lakukan fisioterapi dada sebagaimana mestinya
6. Kolaborasi pemberian O2 sesuai instruksi
7. Ajarkan melakukan batuk efektif
8. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai penggunaan perangkat oksigen
yang memudahkan mobilitas
Intervensi Diagnosa 2
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot
pernafasan
1. Posisikan pasien Posisi semi fowler, atau posisi fowler
2. kecepatan,irama,keda laman dan kesulitan bernafas
3. Observasi pergerakan dada, kesimetrisan
dada,penggunaan oto- otot bantu nafas,dan retraksi pada
dinding dada
4. Auskultasi suara nafas
5. Kolaborasi pemberian O2
6. Monitor aliran oksigen
7. Ajarkan pasien dan keluargamengenai penggunaan
perangkat oksigen yang memudahkan mobilitas
1. Monitor kecepatan, irama,
kedalaman, dan kesulitan
bernapas
2. Pertahankan kepatenan jalan
nafas
3. Observasi adanya suara napas Intervensi Diagnosa 3
tambahan Gangguan pertukaran gas berhubungan
4. Kolaborasi pemberian O2 dengan perubahan membran alveolar-
5. Ajarkan pasien dan keluarga
kalpier
mengenai penggunaan
perangkat oksigen yang
memudahkan mobilitas
Intervensi Diagnosa 4
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan Asupan
diet kurang
1. Observasi dan catat asupan pasien (cair dan padat)
2. Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makan (misalnya;
bersih, santai, dan bebas dari bau yang mneyengat)
3. Monitor kalori dan asupan makanan
4. Atur diet yang diperlukan (menyediakan makanan protein tinggi, menambah
atau menguragi kalori, vitamin, mineral atau suplemen)
5. Kolaborasi pemberian obat-obatan sebelum makan (contoh obat anti nyeri)
6. Ajarkan pasien dan keluarga cara mengakses program- program gizi
komunitas (misalnya ; perempuan,bayi,anak)
Intervensi Diagnosa 5
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen

1. Observasi sistem kardiorespirasi pasien selama kegiatan (misalnya ;


takikardi, distrimia, dispnea)
2. Monitor lokasi dan sumber ketidaknyamanan/ nyeri yang dialami
pasien selama aktifitas
3. Lakukan Rom aktif atau pasif
4. Lakukan terapi non farmakologis (terapi musik)
5. Kolaborasi pemberian terapi farmakologis untuk mengurangi
kelelahan
6. Beri Penyuluhan kepada keluarga dan pasien tentang nutrisi yang
baik dan istirahat yang adekuat
Intervensi Diagnosa Defisiensi pengetahuan
6 berhubungan dengan kurang
sumber pengetahuan

1. Kaji tingkat pengetahuan tentang proses


penyakit
2. Jelaskan tentang penyakit
3. Jelaskan tanda dan gejala
4. Jelaskan tentang penyeba
5. Jelaskan tentang cara penularan
6. Jelaskan tentang cara penanganan
7. Jelaskan tentang cara pencegahan
02
Konsep Askep Anak
dengan Gangguan
Kardiovaskuler
(Demam Reumatik)
Penyakit jantung rematik merupakan
penyebab terpenting dari penyakit jantung
yang didapat baik pada anak maupun
orang dewasa. Penyakit jantung reumatik
adalah suatu proses peradangan yang
mengenai jaringan penyokong tubuh
Definisi Demam terutama persendian, jantung dan
Reumatik pembuluh darah oleh organisme
streptococus hemolitik B group A
(Pusdiknakes, 2009).
Etiologi
Penyebab secara pasti penyakit ini belum diketahui, namun penyakit
ini sangat berhubungan erat dengan infeksi saluran napas bagian
atas yang disebabkan oleh organisme streptococcus hemolitik b
group A yang pengobatannya tidak tuntas atau bahkan tidak
terobati.
Gejala
Minor
a) Memang mempunyai riwayat penyakit jantung
reumatik

b) Nyeri sendi tanpa adanya tanda objektif pada


Ta n d a G e j a l a persendian, klien juga sulit menggerakkan
persendian.
c) Deman namun tidak lebih dari 39ᴼ C dan pola
tidur tertentu.
Gejala d) Leokositosis, peningkatan laju endapan darah
Mayor

(LED).
Karditis. e) Protein krea (CPR) positif.
• Poliatritis.
f) Peningkatan denyut jantung saat tidur.
• Khorea syndenham
• Eritema marginatum g) Peningkatan anti streptolosin O (ASTO).
• Nodul supkutan
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium, Radiologi, Pemeriksaan ekokardiogram ,


Pemeriksaan elektrokardiogram, Apus tenggorok

Penatalaksanaan
Dasar pengobatan demam reumatik terdiri dari istirahat, eradikasi
kuman streptokok, penggunaan obat anti radang, dan pengobatan
suportif.
Konsep Asuhan Keperawatan
Konsep Asuhan Keperawatan
• Pengkajian
Penyakit jantung rematik kebanyakan menyerang pada anak dengan usia 5-15 hal ini lebih dikarenakan bakteri
streptococcus sering berada di lingkungan yang tidak bersih seperti tempat bermain anak di luar ruangan. Penyakit ini
lebih sering terkena pada anak perempuan.

Pengkajian yang dapat di kaji yaitu:

1).dentitas klien
Nama, umur, alamat, pendidikan 

2).Riwayat kesehatan
Demam, nyeri, dan pembengkakkan sendi

3).Riwayat penyakit dahulu


Tidak pernah mengalami penyakit yang sama,
hanya demam biasa

4.)Riwayat penyakit sekarang

5).Riwayat penyakit keluarga

6.) Riwayat kesehatan lingkungan


7).Imunisasi

8).Riwayat nutrisi

9.)Data focus yang didapat antara lain :

a. Peningkatan suhu tubuh tidak terlalu tinggi kurang dari 39 derajat celcius namun tidak terpola.
b. Adanya riwayat infeksi saluran napas.
c. Tekanan darah menurun, denyut nadi meningkat, dada berdebar-debar.
d. Nyeri abdomen, mual, anoreksia, dan penurunan hemoglobin.
e. Arthralgia, gangguan fungsi sendi.
f. Kelemahan otot.
g. Akral dingin.
Pemeriksaan fisik
1. Kepala : Ada gerakan yang tidak disadari pada wajah, sclera anemis, terdapat napas cuping
hidung, membran mukosa mulut pucat.
2. Kulit :Turgor kulit kembali setelah 3 detik, peningkatan suhu tubuh sampai 39ᴼ C.
3. Dada
a) Inspeksi: terdapat edema, petekie
b) Palpasi: vocal fremitus tidak sama
c) Perkusi redup
d) Auskultasi terdapat pericardial friction rub, ronchi, crackles
4. Jantung
a) Inspeksi, iktus kordis tampak
b) Palpasi dapat terjadi kardiomegali
c) Perkusi redup
d) Auskultasi terdapat murmur, gallop
Pemeriksaan fisik
Abdomen
a) Inspeksi perut simetris
b) Palpasi kadang-kadang dapat terjadi hepatomigali
c) Perkusi tympani
d) Auskultasi bising usus normal

Genetalia :Tidak ada kelainan

Ekstermitas :Pada inspeksi sendi terlihat bengkak dan merah, ada


gerakan yang tidak disadari, pada palpasi teraba hangat dan terjadi
kelemahan otot.
lanjutan
11). Pengkajian data khusus :

a) Karditis : takikardi terutama saat tidur, kardiomegali, suara sistolik, perubahan suarah jantung.

a) Poliatritis : nyeri dan nyeri tekan disekitar sendi, menyebar pada sendi lutut, siku, bahu, dan lengan (gangguan fungsi
sendi).

b) Nodul subkutan : timbul benjolan di bawah kulit, teraba lunak dan bergerak bebas. Biasanya muncul sesaat dan umumnya
langsung diserap.

c) Khorea : pergerakan ireguler pada ekstremitas, infolunter dan cepat, emosi labil, kelemahan otot.

d) Eritema marginatum : bercak kemerahan umum pada batang tubuh dan telapak tangan, bercak merah dapat berpindah
lokasi, tidak parmanen.
Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraksi otot jantung.


Ditandai dengan wajah pasien pucat, dada terasa berdebar debar, suara jantung
abnormal yaitu murmur, takikardi, hipotensi.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis. Ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri dada.
3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit. Ditandai dengan peningkatan suhu
tubuh yaitu 38 derajat celcius.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia ditandai dengan pasien mengeluh tidak ada nafsu makan.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan pasien cepat
lelah saat melakukan aktivitas berlebihan.
6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuskuler. Ditandai dengan
kelemahan fisik.
Intervensi
Penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan kontraksi otot jantung
 
1. Lakukan penilaian komprehensif terhadap sirkulasi
perifer (misalnya, cek nadi perifer, edema, pengisian
kapiler, dan suhu ekstrimitas).
2. Catat adanya disritmia, tanda dan gejala penurunan
curah jantung.
3. Observasi tanda-tanda vital.
4. Kalaborasi dalam pemberian terapi antiaritmia
sesuai kebutuhan.
5. Instruksikan klien dan keluarga tentang pembatasan
aktivitas.
Intervensi
Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera
biologis
1. Kaji secara komperhensif tentang nyeri, meliputi lokasi,
karasteristik dan awitan, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas/beratnya nyeri, dan faktor presipitasi
2. Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab, berapa lama
terjadi, dan tindakan pencegahan
3. Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi (misalnya, relaksasi,
imajinasi terbimbing, terapi musik, distraksi, imajinasi terbimbing,
terapi musik, distraksi, terapi panas- dingin, masase)
4. Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri
5. Kalaborasi pemberian analgetik
Intervensi
Hipertermia berhubungan dengan proses
penyakit

1. Observasi suhu sesering mungkin dan kontinu


2. Observasi tekanan darah, nadi, dan frekuensi nafas
3. Observasi penurunan tingkat kesadaran
4. Observasi adanya aritmia
5. Berikan anti piretik
6. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab dari
demam
7. Selimuti klien
8. Berikan caiaran intravena
9. Kompres klien pada lipat paha dan aksila
Intervensi
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
1. Identifikasi faktor penyebab mual dan muntah
2. Tanyakan pada klien tentang alergi makanan
3. Timbang berat badan klien pada interval yang tepat.
4. Anjurkan masukan kalori yang tepat yang sesuai dengan gaya hidup.
5. Anjurkan peningkatan pemasukan pritein dan vitamin B
6. Anjurkan agar banyak makan buah dan minum.
7. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan kalori dan protein
8. Diskusikan dengan dokter tentang kebutuhan stimulasi nafsu makan, makan
pelengkap, pemberi makan melalui selang atau nutrisi parenteral total agar
asupan kalori yang adekuat dapat dipertahankan
9. Tawarkan makan dalam porsi besar pada siang hari ketika makan tingggi.
10. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
11. Tawarkan hygiene mulut
Intervensi
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan fisik
1. Tentukan keterbatasan klien terhadap aktivitas
2. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keterbatasannya
3. Motivasi untuk melakukan periode istirahat dan aktivitas
4. Rencanakan periode aktivitas saat klien memiliki banyak tenaga
5. Bantu klien untuk bangun dari tempat tidur atau duduk di samping
tempat tidur atau berjalan
6. Bantu klien untuk mengidentivikasi aktivitas yang lebih disukai
7. Evaluasi program peningkatan tingkat aktivitas
Intervensi
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan fisik

1. Observasi kemampuan klien untuk perawatan


mandiri
2. Observasi kebutuhan klien untuk alat bantu
kebersihan diri, bepakaian, berhias, toileting, dan
makan
3. Sediakan bantuan sesuai kebutuhan agar klien
dapat secara utuh melakukan perawatan diri
4. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas sehari-
hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki
03
Konsep Askep Anak
dengan Gangguan
Hematologi
(Thalasemia)
Thalasemia merupakan suatu sindrom kelainan darah
yang diwariskan (inherited) dan merupakan kelompok
penyakit hemoglobinopati, yaitu kelainan yang
disebabkan oleh gangguan sintesis hemoglobin akibat
mutasi di dalam atau dekat gen globin. Kelainan
hemoglobin pada penderita thalasemia akan
menyebabkan eritrosit mudah mengalami destruksi,
sehingga usia sel-sel darah merah menjadi lebih pendek
dari normal yaitu berusia 120 hari.
(Marnis, Indriati, & Nauli, 2018).
Etiologi
Dimana terjadi kerusakan sel darah merah di dalam pembuluh darah
sehingga umur eritrosit menjadi pendek. kerusakan tersebut karena hemoglobin yang
tidak normal (hemoglobinopatia). Sebagian besar penderita thalassemia terjadi
karena factor turunan genetic pada sintesis hemoglobin yang diturunkan oleh orang
tua (Suriadi, 2006).
Manifestasi Klinis

Pada beberapa kasus Thalassemia dapat ditemukan

gejala-gejala seperti: badan lemah, kulit kekuningan

(jaundice), urin gelap, cepat lelah, denyut jantung

meningkat, tulang wajah abnormal dan

pertumbuhan terhambat serta permukaan perut

yang membuncit dengan pembesaran hati dan

limpa
Pemeriksaan Penunjang

Devinitive
Screening Test
Test
1) Interpretasi apusan 1) Elektroforesis
darah hemoglobin
2) Pemeriksaan osmotic 2) Kromatografi
fragility (OF) hemoglobin 
3) Indeks eritrosit 3) Molecular diagnosis
4) Model Matematika
1. Transfusi darah
2. Terapi Khelasi Besi (Iron
Chelation)
3. Suplemen Asam Folat
Asam folat adalah vitamin
Pe
na B
Komplikasi
t ala
4. HLA (Human Leukocyte
Antigens)
ks
a na
a. Komplikasi Jantung
b. Komplikasi pada Tulang
a n c. Pembesaran Limpa (Splenomegali)
d. Komplikasi pada Hati
e. Komplikasi pada Kelenjar Hormon
Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian keperawatan

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan. Kegiatan yang


dilakukan pada saat pengkajian adalah mengumpulkan data, memvalidasi data,
megorganisasikan data dan mencatat yang diperoleh.

1. Asal Keturunan/Kewarganegaraan
2.Umur
3.Riwayat kesehatan
4.Pertumbuhan dan perkembangan
5.Pola makan
6.Pola aktivitas
7.Riwayat kesehatan keluarga
8.Riwayat kesehatan ibu saat hamil
Pengkajian keperawatan
1. Data keadaan fisik anak thalassemia yang sering didapatkan diantaranya adalah:

• Keadaan umum = Anak biasanya terlihat lemah dan kurang bergairah serta tidak
selincah aanak seusianya yang normal.

• Kepala dan bentuk muka.Anak yang belum/tidak mendapatkan pengobatan


mempunyai bentuk khas, yaitu kepala membesar dan bentuk mukanya adalah
mongoloid, yaitu hidung pesek tanpa pangkal hidung, jarak kedua mata lebar, dan
tulang dahi terlihat lebar.

• Mata dan konjungtiva terlihat pucat kekuningan

• Mulut dan bibir terlihat pucat kehitaman

• Dada, Pada inspeksi terlihat bahwa dada sebelah kiri menonjol akibat adanya
pembesaran jantung yang disebabkan oleh anemia kronik

• Perut, Kelihatan membuncit dan pada perabaan terdapat pembesaran limpa dan
hati ( hepatosplemagali).
Pengkajian keperawatan

• Pertumbuhan fisiknya terlalu kecil untuk umurnya dan BB nya kurang dari normal.

• Pertumbuhan organ seks sekunder untuk anak pada usia pubertas Ada
keterlambatan kematangan seksual

• Warna kulit pucat kekuning- kuningan. Jika anak telah sering mendapat transfusi
darah, maka warna kulit menjadi kelabu seperti besi akibat adanya penimbunan zat
besi dalam jaringan kulit
Diagnosa
keperawtan
Diagnose keperawatan merupakan suatu
penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung actual maupun potensial.
diagnosa keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan.
Diagnose keperawatan yang muncul pada pasien dengan
Thalasemia
1. Pola nafas tidak efektif (D.0005)
Definisi : Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
Gejala dan tanda Mayor
Subjektif : dyspnea
Objektif:
-Penggunaan otot bantu pernapasan
-Fase ekspirasi memanjang
-Pola nafas abnormal (mis.Takipnea, bradypnea, hiperventilasi, kussmaul, Cheyne-stokes)

Gejala dan tanda Minor


Subjektif : Ortopnea
Objektif
Pernapasan pursed-lip
Pernapasan cuping hidung
Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
Ventilasi semenit menurun
Kapasitas vital menurun
Tekanan ekspirasi menurun
Tekanan inspirasi menurun
Ekskursi dada berubah
Diagnose keperawatan yang muncul pada pasien dengan
2. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009) Thalasemia
Definisi Masalah
Penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu metabolism tubuh
Gejala dan Data Mayor
Subjektif : -
Objektif :
-Pengisian kapiler > 3 detik
-Nadi perifer menurun atau tidak teraba
-Akral teraba dingin
-Warna kulit pucat
-Turgor Kulit menurun
Gejala dan Data Minor
Subjektif
Parastesia
Nyeri ekstermitas
Objektif
Edema
Penyembuhan luka lambat
Indeks ankle- brachial <0.09
Bruit fermoralis
3. Intoleransi aktivitas (D.0056)
1). Definisi : Ketidakcukupan energy untuk melakukan aktifitas sehari- hari
2). Gejala dan Data Mayor
Diagnose
Subjektif : Mengeluh keperawatan yang muncul pada pasien
Lelah dengan
Objektif : Frekuens jantung meningkat > 20% dari kondisi istirahat
Thalasemia
3). Gejala dan Data Minor
Subjektif
Dispnea saat/setelah aktivitas
Merasa tidak nyaman setelah beraktifitas
Merasa lemah
Objektif
Tekanan darah berubah < 20% dari kondisi istirahat
Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas
Gambaran EKG menunjukan iskemia
Sianosis
Intervensi
Pola nafas tidak efektif
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya

2. Monitor pola nafas (seperti bradipnea, Takipnea, hiperventilasi,

kussmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik)

3. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru

4. Auskultasi bunyi Nafas

5. Monitor saturasi oksigen

6. Posisikan semi fowler atau fowler

7. Berikan Oksigen jika perlu


Intervensi
Perfusi perifer tidak efektif

1. Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna,
anklebrachial index)
2. Monitor panas,kemerahan,nyeri, atau bengkak pada extermitas
3. Observasi adanya keterlambatan respon verbal, kebingungan atau gelisah
4. Lakukan pencegahan infeksi
5. Hindari pemakaian benda-benda yang berlebihan suhunya (terlalu panas atau
dingin)
6. Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar
7. Anjurkan perawatan kulit yang tepat (mis.melembabkan kulit kering pada Kaki)
Intervensi
Intoleransi aktivitas
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan lelah  
2. Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas,catat kelelahan dan kesulitan
dalam beraktivitas
3. Monitor kelelahan fisik dan emosional
4. Catat respon terhadap tingkat aktivitas
5. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
6. Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
7. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpidah atau berjalan
8. Libatkan keluarga dalam aktvitas, jika perlu
9. Anjurkan Tirah baring
10.Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
11.Pilih periode istirahat dengan periode aktivitas
Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses


keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan
yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi
keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan
tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai