i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya selaku penulis dapat menyusun makalah ini yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Keperawatan Gawat Darurat Pada Sistem Pencernaan
Trauma Abdomen Dan Keracunan” tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah.
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................i
Daftar Isi.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Kasus............................................................................................................
2.1 Latar Belakang.............................................................................................
3.1 Tujuan Penulisan..........................................................................................
4.1 Rumusan Masalah........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengkajian....................................................................................................
2.2 Diagnosa.......................................................................................................
2.3 Intervensi Keperawatan................................................................................
2.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan....................................................
Daftar Pustaka.............................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan
makanan bila seseorang mengalami gangguan kesehatan setelah mengkonsumsi
makanan yang terkontaminasi kuman atau racun yang dihasilkan oleh kuman
penyakit. Kuman yang paling sering mengkontaminasi makanan adalah bakteri.
Kuman ini dapat masuk ke dalam tubuh kita melalui makanan dengan perantaraan
orang yang mengolah makanan atau memang berasal dari makanan itu sendiri akibat
pengolahan yang kurang baik.
Racun adalah zat / bahan yang apabila masuk ke dalam tubuh melalui mulut, hidung /
inhalasi, suntikan dan absorbsi melalui kulit atau di gunakan terhadap organisme
hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan / menggangu dengan serius
fungsi satu / lebih organ atau jaringan.
Karena adanya bahan- bahan yang berbahaya, menteri kesehatan telah menetapkan
peraturan no 435 / MEN. KES / X1 / 1983 tanggal 16 November 1983 tentang bahan
– bahan berbahaya. Karena tingkat bahayanya yang meliputi besar dan luas
jangkauan, kecepatan penjalaran dan sulitnya dalam penanganan dan pengamanannya,
bahan – bahan berbahaya atau yang dapat membahayakan kesehatan manusia
secara langsung atau tidak langsung.
Keracunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang
menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Ada beberapa hal yang
dapat menyebabkan keracunan antara lain makanan.Makanan merupakan kebutuhan
pokok manusia karena di dalamnya mengandung nutrisi yang di perlukan antara lain
untuk :
a. Pertumbuhan Badan
b. Memelihara dan memperbaiki jaringan tubuh yang telah tua dan rusak
c. Di perlukan untuk proses yang terjadi di dalam tubuh
iv
d. Di perlukan untuk berkembang biak
e. Menghasilkan energi untuk dapat melakukan aktivitas
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mengerti Pengkajian pada Askep Trauma Abdomen Keracunan
2. Mahasiswa mengerti Diagnosa pada Askep Trauma Abdomen Keracunan
3. Mahasiswa mengerti Intervensi pada Askep Trauma Abdomen Keracunan
4. Mahasiswa mengerti Implementasi pada Askep Trauma Abdomen Keracunan
5. Mahasiswa mengerti Evaluasi pada Askep Trauma Abdomen Keracunan
v
BAB II
PEMBAHASAN
A. TRAUMA ABDOMEN
1. Pengertian
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland,
2002). Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001).
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari
44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada
trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja
(Smeltzer, 2001).
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan
tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa
tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat
kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (FKUI, 1995).
2. Klarifikasi
Menurut Fadhilakmal (2013), Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :
1. Kontusio dinding abdomen
Disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera
intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam
jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.
2. Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen harus di
eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi. Trauma Abdomen adalah terjadinya
atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi
sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal
berbagai organ.Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner
(2002) terdiri dari:
- Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada dinding
abdomen
vi
- Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah.
- Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau sayap
kanan dan hati harus dieksploras
3. Etiologi
Menurut smaltzer (2002), penyebab trauma abdomen dapat terjadi karena
kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari
ketinggian. Penyebab trauma yang lainnya sebagai berikut:
1. Penyebab trauma penetrasi
a) Luka akibat terkena tembakan
b) Luka akibat tikaman benda tajam
c) Luka akibat tusukan
2. Penyebab trauma non-penetrasi
a) Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
b) Hancur (tertabrak mobil)
c) Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
d) Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga
4. Patofisiologi
Menurut Fadhilakmal (2013), Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh
manusia (akibat kecelakaan lalulintas, penganiayaan, kecelakaan olah raga dan
terjatuh dari ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi
antara faktor – faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat
trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk)
untuk menahan tubuh.
Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh
yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan
yang menghentikan tubuh juga penting. Trauma juga tergantung pada elastitisitas
dan viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk
kembali pada keadaan yang sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan
untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan
benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi
vii
tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati ketahanan
jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam beratnya trauma
adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi
cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme:
1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya
tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak
benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ
berongga.
2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan
vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
3. Terjadi gaya akselerasi – deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya
robek pada organ dan pedikel vaskuler.
5. Manifestasi Klinis
Menurut Effendi, (2005) tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu :
1. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat
timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri
lepas.
2. Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang disebabkan
oleh iritasi.
3. Cairan atau udara dibawah diafragma
Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada saat
pasien dalam posisi rekumben.
4. Mual dan muntah
5. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah) Yang disebabkan oleh
kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragi.
6. Pemeriksaan Penunjang
1. FotoThoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorax.
2. DR Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan terus
menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit
viii
yang melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya
perdarahan cukup banyak kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang
meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi
usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada
hepar.
3. Plain Abdomen Foto Tegak Memperlihatkan udara bebas dalam rongga
peritoneum, udara bebas retroperineal dekat duodenum, corpus alineum dan
perubahan gambaran usus.
4. Pemeriksaan Urin Rutin Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila
dijumpai hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma
pada saluran urogenital.
5. VP (Intravenous Pyelogram) Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan
bila ada persangkaan trauma pada ginjal.
6. Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL) Dapat membantu menemukan adanya darah
atau cairan usus dalam rongga perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi
DPL ini hanya alat diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold
standard).
Indikasi untuk melakukan DPL sbb :
a. Nyeri Abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
b. Trauma pada bagian bawah dari dada
c. Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
d. Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat,alkohol, cedera otak
e. Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang belakang,
Kontra indikasi relatif melakukan DPL sbb :
a. Pernah operasi abdominal.
b. Wanita hamil c. Operator tidak berpengalaman.
d. Bila hasilnya tidak akan merubah penata-laksanaan.
e. Ultrasonografi dan CT-Scan Bereuna sebagai pemeriksaan tambahan pada
penderita yang belum dioperasi dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan
retroperitoneum.
7. Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer, (2002) penatalaksanaan adalah :
ix
1. Abdominal paracentesis menentukan adanya perdarahan dalam rongga
peritonium, merupakan indikasi untuk laparotomi
2. Pemasangan NGT memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma
abdomen
3. Pemberian antibiotik mencegah infeksi
4. Pemberian antibiotika IV pada penderita trauma tembus atau pada trauma tumpul
bila ada persangkaan perlukaan intestinal.
5. Penderita dengan trauma tumpul yang terkesan adanya perdarahan hebat yang
meragukan kestabilan sirkulasi atau ada tanda-tanda perlukaan abdomen lainnya
memerlukan pembedahan
6. Prioritas utama adalah menghentikan perdarahan yang berlangsung. Gumpalan
kassa dapat menghentikan perdarahan yang berasal dari daerah tertentu, tetapi
yang lebih penting adalah menemukan sumber perdarahan itu sendiri
7. Kontaminasi lebih lanjut oleh isi usus harus dicegah dengan mengisolasikan
bagian usus yang terperforasi tadi dengan mengklem segera mungkin setelah
perdarahan teratasi
Penanganan awal
1. Trauma penetrasi (trauma tajam)
a) Bila terjadi luka tusuk ( pisau atau benda tajam lainnya), maka tusukan tidak boleh
dicabut kecuali dengan adanya tim medis.
b) Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan kain kassa pada
daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah luka.
c) Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak dianjurkan
dimasukkan kembali ke dalam tubuh, kemudian organ yang keluar dari dalam tersebut
dibalut dengan kain bersih atau bila ada dengan verban steril.
d) Immobilisasi pasien
e) Tidak dianjurkan memberi makan dan minum
f) Apabila ada lika terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang.
x
g) Sesegera mungkin bawa pasien tersebut ke rumah sakit.
2. Trauma penetrasi
a) Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang ahli bedah yang
berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal untuk menentukan dalamnya
luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk dan luka keluaryang
berdekatan.
b) Skrining pemeriksaan rontgen.
c) Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan hemo atau
pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara intraperitonium. Serta rontgen
abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru atau adanya udara
retroperitoneum.
d) IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning dilakukan untuk mengetahui jenis
cidera yang ada.
e) Uretrografi dilakukan untuk mengetahui adanya rupture uretra.
f) Sistografi ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya cedera pada kandung
kencing, contohnya pada fraktur pelvis.
3. Trauma non-penetrasi
a) Penanganan pada trauma benda tumpul di rumah sakit.
b) Pengambilan contoh darah dan urin
c) Darah diambil dari salah satu vena permukaan untuk pemeriksaan laboratorium
rutin, dan juga untuk pemeriksaan laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah
lengkap, potasium, glukosa, amilase dan sebagainya.
d) Pemeriksaan rontgen
e) Pemeriksaan rontgen servikal lateral, toraks anteroposterior dan pelvis adalah
pemeriksaan yang harus di lakukan pada penderita dengan multi trauma, mungkin
berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di retroperitonium atau udara bebas di
bawah diafragma, yang keduanya memerlukan laparatomi segera.
f) Studi kontras Urologi dan Gastrointestinal
g) Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon ascendens atau
decendens dan dubur.
xi
8. ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA ABDOMEN
Menurut krisanty, (2009) pengkajiandan diagnose secara teoritis yaitu:
1. Pengkajian
a) Pengkajian primer
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam nyawa,
harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di lokasi kejadian. Paramedik
mungkin harus melihat. Apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda
lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika
ada indikasi, jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan
napas.
1) Airway
dengan Kontrol Tulang Belakang, membuka jalan napas menggunakan teknik
’head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa
adakah benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas.
Muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya.
2) Breathing
dengan ventilasi yang adekuat, memeriksa pernapasan dengan menggunakan
cara ’lihat-dengar-rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah
ada napas atau tidak, selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban
(kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya pernapasan).
3) Circulation
dengan kontrol perdarahan hebat, jika pernapasan korban tersengal-sengal dan
tidak adekuat, makabantuan napas dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda
sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan
bantuan napas dalam RJP adalah 15 : 2 (15 kali kompresi dada dan 2 kali
bantuan napas.
b) Pengkajian skunder
1) pengkajian fisik
- Inspeksi
a. Harus teliti, meteorismus, darm contour, darm steifung, adanya tumor,
dilatasi vena, benjolan di tempat terjadi hernia, dll
b. Sikap penderita pada peritonitis : fleksi artic. coxae dan genue sehingga
melemaskan dinding perut dan rasa sakit
xii
- Palpasi
a. Diperhatikan adanya distensi perut, defans muskuler, sakit tekan titik
McBurney, iliopsoas sign, obturator sign, rovsing sign, rebound tenderness.
b. Rectal toucher : untuk menduga kausa ileus mekanik, invaginasi, tumor,
appendikuler infiltrate.
c. pemeriksaan vaginal
- Perkusi
a. Penting untuk menilai adanya massa atau cairan intra abdominal
- Auskultasi
b. Harus sabar dan teliti
c. Borboryghmi, metalic sound pada ileus mekanik
d. Silent abdomen pada peritonitis / ileus paralitik.
xiii
d. Waktu makan atau minum terakhir.
e. Kecenderungan perdarahan.
f. Penyakit danmedikasi terbaru.
g. Riwayat immunisasi, dengan perhatian pada tetanus.
h. Alergi, lakukan pemeriksaan cepat pada seluruh tubuh pasienuntuk mendeteksi
masalah yang mengancam kehidupan.
2. Diagnosa keperawatan
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi abdomen.
Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak adekuatnya
pertahanan tubuh
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang.
3 Rencana Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b/d perdarahan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam, volume cairan tidak mengalami
kekurangan.
KH:
- Intake dan output seimbang
- Turgor kulit baik
- Perdarahan (-)
INTERVENSI
xiv
KH:
- Skala nyeri 0
- Ekspresi tenang
INTERVENSI
1. Kaji karakteristik nyeri.
2. Beri posisi semi fowler.
3. Anjurkan tehnik manajemen nyeri seperti distraksi
4. Managemant lingkungan yang nyaman.
5. Kolaborasi pemberi an analgetik sesuai indikasi.
xv
5. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi.
5 Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam, nutrisi klien terpenuhi.
KH:
- Nafsu makan meningkat
- BB Meningkat
- Klien tidak lemah
INTERVENSI
1. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan
2. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering dan
tawarkan pagi paling sering
3. Pertahankan hygiene mulut yang baiksebelum makan dan sesudah makan .
4. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
5. Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak
B. RACUN
3.1 Pengertian
Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk kedalam tubuh melalui mulut,
hidung (inhalasi), serta suntikan dan absorbsi melalui ,kulit, atau di gunakan terhadap
organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan dan mengganggu
dengan serius fungsi satu atau lebih organ atau jaringan ( Sartono 2001 : 1 )
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam
tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Keracunan makanan bila seseorang mengalami gangguan kesehatan setelah
mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi kuman atau racun yang dihasilkan oleh
kuman penyakit. Kuman yang paling sering mengkontaminasi makanan adalah bakteri.
Kuman ini dapat masuk ke dalam tubuh kita melalui makanan dengan perantaraan
orang yang mengolah makanan atau memang berasal dari makanan itu sendiri akibat
pengolahan yang kurang baik.
xvi
Racun adalah zat / bahan yang apabila masuk ke dalam tubuh melalui mulut,
hidung / inhalasi, suntikan dan absorbsi melalui kulit atau di gunakan terhadap
organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan / menggangu
dengan serius fungsi satu / lebih organ atau jaringan.
Intokkasi atau kercunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia dalam
tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Keracuanan Makanan adalah penyakit yang tiba – tiba dan mengejutkan yang
dapat terjadi setelah menelan makanan / minuman yang terkontaminasi. (KMB Brunner
& Suddarth Vol.3)
Penatalaksanaan umum :
a. Bawa pasien ke udara segar dengan segera; buka semua pintu dan jendela.
b. Longgarkan semua pakaian ketat.
c. Mulai resusitasi kardiopulmonal jika diperlikan.
d. Cegah menggigil; bungkus pasien dengan selimut.
e. Pertahankan pesien setenang mungkin.
f. Jangan berikan alcohol dalam bentuk apapun.
3. Keracunan makanan
xviii
b. Agar perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-4 tablet selama
3 kali berturut-turut dalam setia jamnya.
c. Air santan kental dan air kelapa hijau yang dicampur 1 sendok makan
garam dapat menjadi alternative jika norit tidak tersedia.
d. Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. Lakukan dengan
cara memasukan jari pada kerongkongan leher dan posisi badan lebih tinggi
dari kepala untuk memudahkan kontraksi
e. Apabila penderita dalam keadaan p[ingsan, bawa egera ke rumah sakit atau
dokter terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif.
4. Gigitan ular
Bisa (racun) ular terdiri dari terutama protein yang mempunyai efek
fisiologik yang luas atau bervariasi. Sisitem multiorgan, terutama neurologic,
kardiovaskuler, sisitem pernapasan mungkin terpengaruh.
Bantuan awal pertama pada daerah gigitan ular meliputi
mengistirahatkan korban, melepaskan benda yang mengikat seperti cincin,
memberikan kehangatan, membersihkan luka, menutup luka dengan balutan
steril, dan imobilisasi bagian tubuh dibawah tinggi jantung. Es atau torniket
tidak digunakan. Evaluasi awal di departemen kedaruratn dilakukan dengan
cepat meliputi :
a. Menentukan apakah ular berbisa atau tidak.
b. Menentukan dimana dan kapan gigitan terjadi sekitar gigitan.
c. Menetapkan urutan kejadian, tanda dan gejala (bekas gigi, nyeri, edema,
dan eritema jaringan yang digigit dan didekatnya).
d. Menentukan keparahan dampak keracunan.
e. Memantau tanda vital.
f. Mengukur dan mencatat lingkar ekstremitas sekitar gigitan atau area pada
beberapa titik.
g. Dapatkan data laboratorium yang tepat (mis. HDL, urinalisi, dan
pemeriksaan pembekuan).
5. Sengatan serangga
xix
Manifestasi klinis bervariasi dari urtikaria umum, gatal, malaise,
ansietas, sampai edema laring, bronkhospasme berat, syok dan kematian.
Umumnya waktu yang lebih pendek diantara sengatan dan kejadian dari gejala
yang berat merupakan prognosis yang paling buruk. Penatalaksanaan umum:
a. Berikan epineprin (cair) secara langsung. Masase daerah tersebut untuk
mempercepat absorbsi.
b. Jika sengatan pada ekstermitas, berikan tornikuet dengan tekanan yang
tepat untuk membendung aliran vena dan limfatik.
c. Instruksikan pasien untuk hal-hal berikut:
1) Injeksi segera dengan epineprin
2) Buang penyengat dengan garukan cepat kuku jari
3) Bersihkan area dengan sabun air dan tempelkan es
4) Pasang tornikuet proksimal terhadap sengatan
5) Laporkan pada fasilitas perawatan kesehatan terdekat untuk
pemeriksaan lebih lanjut.
xx
a) Bacterial Food Poisoning
b) Non Bakterial Food Poisoning
xxi
makanan di masak, tetapi entrotksin yang di hasilkan memiliki sifat
tahan panas sehingga dapat bertahan pada temperatur100 derajat C
selama beberapa menit.
Staphylokokus banyak di temukan dalam bagian-bagian
tubuh, seperti di hidung, tenggorok dan di kulit manusia, selain itu
juga dapat di temukan menempel pada debu di dalam kamar.
Organisme ini dapat menyebabkan infeksi pada manusia dan
binatang. Staphylokokus juga dapat mengkontaminasi makanan,
seperti salad, custard, susu, dan produk yang di hasilkannya. Masa
inkubasi penyakit akibat organisme ini relative pendek, yaitu sekitar
1-6 jam karena toksin yang di hasilkan organism ini.
Infeksi pada manusia terjadi karena konsumsi makanan yang
terkontaminasi toksin. Toksin tersebut memiliki laju reaksi yang cepat
dan langsung menyerang usus dan system saraf pusat (SSP). Gejala
penyakit ini, antara lain mual, muntah, diare, nyeri abdomen, dan
terdapatnya darah dan lender dalam feses. Kematian akibat penyakit
ini jarang terjadi. Penderita dapat sembuh kembali dalam waktu 2-3
hari.
Botulism
xxii
Agar lebih aman, sebelum di konsumsi, makanan kaleng
sebaiknya dimasak dahulu pada temperature 100 derajat C selama
beberapa menit karena toksin Cl. Botulinum bersifat Thermolabil
(tidak tahan panas). Pemberian obat quinidine hidroklorida per oral
dengan dosis 20-40 mg/kg berat badan dapat mengurangi terjadinya
Neoromuscular blok, di samping perawatan yang baik juga sangat
bermanfaat dalam pengobatan batulisme.
xxiii
hasilkannya. Kasus keracunan semacam ini dapat di sebabkan oleh,
antara lain:
a) Keracunan akibat tumbuh-tumbuhan
Banyak sekali kasus keracunan makanan yang di sebabkan
oleh tumbuh-tumbuhan. Contohnya antara lain keracunan
singkong, keracunan jengkol, keracunan jamur, keracunan atropan
Belladona yang berisi alkaloid dari belladonna, dan keracunan
apel,berikut ini penjelasannya.
b) Keracunan Singkong: singkong atau ubi kayu adalah jenis bahan
tidak semua jenis singkong dapat di konsumsi langsung. Jenis
singkong yang mengandung asam sianida dan biasanya di
pergunakan ssebagai bahan baku tepung tapioca harus di olah
terlebih dahulu ssebelum di jadikan tepung dan di konsunsumsi.
Gejala yang muncul akibat keracunan singkong, antara lain mual,
muntah, pernapasan cepat, sinosis kesadaran menurun, dan bahkan
sampai koma.
xxiv
g) gejala klinis keracunan Atropin. Tidak ada terapi yang spesifik
untuk keeracunan zat tersebut. Gejala klinis berupa gangguan pada
susunan saraf perifer dapat dinetralisasikan dengan pemberian
pilokarpin, tetapi obat ini tidak dapat menetralisasikan gangguan
pada sistem saraf pusat. Penguaran racun pada korban keracunan
dapat di lakukan dengan induksi muntah untuk mengosongkan
lambung atau dengan bilasan lambung.
xxv
3. Keracunan zat-zat kimia: Kasus keracunan semacam ini terjadi
karena seseorang tanpa senngaja atau tanpa sepengatahuannya
mengonsumsi zat kimia beracun yang ada dalam makanan. Contoh
zat kimia beracun tersebut, antara lain, racun tikus, insektisida,
natrium klorida yang di sangka susu, atau barium bikarbonat yang
di sangka tepung. Beberapa peralatan makanan yang di lapisi
dengan bahan tertentu (misalnya, antimon atau zinkum) tidak
boleh di gunakan untuk mewadahi makanan yang mengandung zat
tertentu ( misalnya asam) karena bahan pelapis itu akan bereaksi
dengan asam dan menghasilkan racun. Contoh kasus lainnya
adalah keracunan karena mengonsumsi makanan berupa ikan atau
hasil laut lain yang mengandung logam berat seperti mercury (hg),
penyebab penyakit mina mata , atau mengandung cadmium (Cd),
penyebab penyakit Itai-itai di Jepang.
2.4 Etiologi
Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai yang
ringan sampai yang berat. Secara umum yang banyak terjadi di sebabkan oleh :
1. Mikroba
Mikroba yang menyebabkan keracunan di antaranya :
a) Escherichia coli patogen
b) Staphilococus aureus
c) Salmonella
d) Bacillus Parahemolyticus
xxvi
e) Clostridium Botulisme
f) Streptokkkus
2. Bahan Kimia
a) Peptisida golongan organofosfat
b) Organo Sulfat dan karbonat
3. Toksin
a) Jamur
b) Keracunan Singkong
c) Tempe Bongkrek
d) Bayam beracun
e) Kerang
2.3 Pathofisiolgi
Keracuanan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu faktor
bahan kimia, mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi
vaskuler sistemik shingga terjadi penurunan fungsi organ – organ dalam tubuh.
Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan mual, muntah, diare, perut
kembung,gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi darah dan kerusakan hati ( sebagai
akibat keracunan obat da bahan kimia ). Terjadi mual, muntah dikarenakan iritasi
pada lambung sehingga HCL dalam lambung meningkat . Makanan yang
mengandung bahan kimia beracun (IFO) dapat menghambat ( inktivasi ) enzim
asrtikolinesterase tubuh (KhE). Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja untuk
menghidrolisis arakhnoid (AKH) dengan jalan mengikat Akh – KhE yang bersifat
inakttif. Bila konsentrasi racun lebih tingggi dengan ikatan IFO-KhE lebih banyak
terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh di tempat – tempat tertentu,
sehingga timbul gejala – gejala rangsangan Akh yang berlebihan, yang akan
menimbulkan efek muscarinik, nikotinik, dan ssp ( menimbulakan stimulasi kemudian
depresi SSP ).
2.4 Manifestasi Klinis
1. Gejala yang paling menonjol meliputi
a. Kelainan Visus
b. Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat
c. Gangguan Saluran pencernaan
xxvii
d. Kesukaran bernafas
2. Keracunan ringan
a. Anoreksia
b. Nyeri kepala
c. Rasa lemah
d. Rasa takut
e. Tremor pada lidah dan kelopak mata
f. Pupil miosis
3. Keracunan sedang
a. Nausea
b. Muntah – muntah
c. Kejang dan kram perut
d. Hipersalifa
e. Hiperhidrosis
f. Fasikulasi otot
g. Bradikardi
4. Keracunan berat
a. Diare
b. Reaksi cahaya negatif
c. Sesak nafas
d. Sianosis
e. Edema paru
f. Inkontinensia urine dan feses
g. Kovulsi
h. Koma
i. Blokade jantung akhirnya meninggal
2.5 Komplikasi
Secara umum komplikasi yang bisa muncul pada kasus keracunan diantaranya
adalah:
1. Shock
2. Henti nafas
xxviii
3. Henti jantung
4. Kejang
5. Koma
Namun pada beberapa kasus tertentu komplikasi yang muncul bisa diakibatkan
oleh jenis dari zat racun tersebut, antara lain :
1. Keracunan zat padat
a. Obat Salisilat: Perdarahan, edem paru, depresi pernapasan, nekrosis tubular
akuta.
b. Makanan: Dehidrasi, gangguan kesadaran.
2. Keracunan gas
a. CO : Edem paru, depresi pernapasan, syok, koma
b. Toksit iritan: Edem paru
c. Hidrokarbon: Depresi pernapasan
3. Keracunan zat cair
a. Alkohol
1) Perdarahan lambung dan usus
2) Kerusakan ginjal dengan zat gula dalam kencing
3) Kerusakan hati
4) Kegagalan jantung
5) Oedema paru-paru
6) Pembentukan methemoglobine
b. Metil Alkohol: Kejang, syok, koma
2.6 Penatalaksanaan
1. Tindakan Emergensi
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan inkubasi
Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas spontan atau
pernafasan tidak adekuat
Circulasi : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat dan perbaiki
perfusi jaringan.
2. Resusitasi
Setelah jalan nafas di bebaskan dan di bersihkan, periksa pernafasan dan nadi.
Infus dextrose 5% kec.15 – 20, nafas buatan, O2, hisap lendir dalam saluran
xxix
pernafasan, hindari obat – obatan depresan saluran nafas, kalau perlu respirator
pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan buatan dari mulut ke mulut,
sebab racun orga fhosfat akan meracuni lewat mulut penolong. Pernafasan
buatan hanya di lakukan dengan meniup face masuk atau menggunakan alat
bag – valve – mask.
3. Identifikasi penyebab
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha
mencari penyebab keracunan tidak sampai menunda usaha – usaha
penyelamatan penderita yang harus segera di lakukan.
4. Mengurangi absorbsi
Upaya mengurangi absorbsi racun dari saluran cerna di lakukan dengan
merangsang muntah, menguras lambung, mengabsorbsi racun dengan karbon
aktif dan membersihkan usus
5. Meningkatkan eliminasi
Meningkatkan eliminasi racun dapat di lakukan dengan diuresis basa atau asam,
dosis multipel karbon aktif, dialisis dan hemoperfusi.
xxx
2.8 Pencegahan
1. Masak masakan sampai benar – benar matang karena racun akan tidak aktif
dengan pemanasan makanan pada suhu di atas 45 C selama 1 menit, pada suhu
80 C selama 5 menit, selain itu spora juga tidak aktif dengan pemanasan 120 C
2. Letakkan bahan – bahan kimia berbahaya di tempat yang aman dan jauh dari
jangakauan anak – anak
3. Tandailah sejelas jelasnya tiap atau kaleng yang berisi bahan berbahaya
4. Hindari pemakaian botol / kaleng bekas
5. Kuncilah kotak penyimpanan racun dan obat – obatan
6. Perhatikan petunjuk tanggal / masa kadaluarsa
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama :-
Umur :-
Jenis kelamin :-
Pendidikan :-
Alamat :-
Tanggal maasuk :-
Jam masuk :-
DX medis : Keracunan
xxxi
Nama -
Umur :-
Jenis kelamin :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat :-
Hubungan dengan anak :-
2. Riwayat kesehatan
a.Keluhat utama
Pasien biasannya mengeluh mules, sakit perut, muntah, diare, pusing
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien biasannya muntah disertai diare, pusing, dan selang beberapa saat dia
tidak sadarkan diri, saat dibawa ke RS sempat menglami kejang
3. Pemeriksaan fisik
a.Keadaan umum
Kesadaran menurun
TTV : TD : 110 / 70
Nadi : 70 x / menit
Suhu : 36 C
RR : 20 X / Menit
b. Pernafasan
Nafas tidak teratur
c.Kardiovaskuler
Hipertensi, nadi aritmia.
d. Persarafan
Kejang, miosis, vasikulasi, penurunan kesadaran, kelemahan, paralise
e.Gastrointestinal
Muntah, diare
f. Integumen
Berkeringat
g. Muskuloskeletal
Kelelahan, kelemahan
xxxii
h. Integritas Ego
Gelisah, pucat
i. Eliminasi
Diare
j. Selaput lendir
Hipersaliva
k. Sensori
Mata mengecil/membesar, pupil miosis
Analisa Data
No Data Fokus Etiologi Problem
1 Ds : Faktor makanan Kekurangan volume
cairan
Pasien biasannya Masuk ke dalam tubuh
mengeluh mual Mencapai usus halus
muntah
Peningkatan isi lumen usus
Muntah, Diare
Obstruksi
trakheobronkeal
O2 (Hipoksia)
xxxiii
Lambung
Bronchospasme
Sesak napas
Anoreksia
4 Ds : Pasien biasannyaKejang Gangguan perfusi
tidak sadar jaringan
Do : pasien terlihatBerhenti nafas
pucat,akral dingin
Refleks otak
Kekurangan O2
Diagnosa keperawatan
1. Devisit volume cairan b.d muntah, diare
2. Pola nafas inefektif b.d Obstruksi trakheobronkial oleh sekret banyak
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
4. Gangguan perfusi jaringan b.d kekurangan oksigen jaringan
xxxiv
RENCANA KEPERAWATAN
xxxv
paru bersih. pasien dalam meningkatkan
napas dalam. kemandirian
klien
o untuk membantu
o kolaborasi proses
pemberian penyembuhan
oksigen klien
tambahan
xxxvi
ada/tdknya o Untuk
kualitas nadi. membantu
o Kolaborasi penyembuhan
pemberian cairan klien
(IV/peroral)sesuai
indikasi.
IMPLEMENTASI
Realisasi dari intervensi yang ada
BAB III
PENUTUP
xxxvii
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari
44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada
trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja
(Smeltzer, 2001).
Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk kedalam tubuh melalui mulut,
hidung (inhalasi), serta suntikan dan absorbsi melalui ,kulit, atau di gunakan terhadap
organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan dan mengganggu
dengan serius fungsi satu atau lebih organ atau jaringan ( Sartono 2001 : 1 )
DAFTAR PUSTAKA
https://123dok.com/document/zx9321dz-askep-trauma-abdomen-dan-indonesia.html
https://id.scribd.com/document/338947242/ASKEP-KERACUNAN-KASUS-docx
https://www.coursehero.com/file/64200681/BAB-III-askep-keracunandocx/
xxxviii