Oleh:
Ummi Kalsum Harahap 150100038
Pembimbing:
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini
dengan judul “Trauma Tajam Abdomen”.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Ilmu Bedah Umum, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan
laporan kasus selanjutnya. Semga makalah laporan kasus ini bermanfaat, akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................ i
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
Luka tusukan lebih sering di sebelah kiri (penyerang dominan kanan) dan di
kuadran atas. Dalam 30% dari luka tusuk perut, ada 30% diiringi penetrasi rongga
toraks. Cedera diafragma menjadi perhatian khusus dalam kasus ini.4
Abdomen sering cedera baik setelah trauma tumpul dan tajam. Sekitar
25% dari semua korban trauma akan membutuhkan eksplorasi abdomen. 5 Adanya
trauma abdomen yang tidak terdeteksi tetap menjadi salah satu penyebab
kematian yang sebenarnya dapat dicegah. Sebaiknya jangan menganggap bahwa
ruptur organ berongga maupun perdarahan dari organ padat merupakan hal yang
mudah untuk dikenali. Hasil pemeriksaan terhadap abdomen mungkin saja
dikacaukan oleh adanya intoksikasi alkohol, penggunaan obat-obat tertentu,
adanya trauma otak atau medulla spinalis yang menyertai, ataupun adanya trauma
yang mengenai organ yang berdekatan seperti kosta, tulang belakang, maupun
pelvis. Setiap pasien yang mengalami trauma tumpul pada dada baik karena
pukulan langsung maupun deselerasi, ataupun trauma tajam, harus dianggap
mungkin mengalami trauma visera atau trauma vaskuler abdomen.2
Pada hakekatnya, pengenalan, penilaian cepat, dan tatalaksana awal yang
baik pada trauma tajam abdomen sangat diperlukan karena hal ini menentukan
outcome dan tatalaksana lanjutan terbaik yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya komplikasi atau kematian yang tidak diharapkan.
1.2. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Kepaniteraan
Klinik Senior Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara dan meningkatkan pemahaman penulis maupun pembaca mengenai trauma
abdomen.
1.3. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pemahaman
mengenai trauma abdomen yang berlandaskan Advanced Trauma Life Support
(ATLS) sehingga dapat diterapkan dalam menangani kasus-kasus trauma
abdomen di klinik sesuai kompetensi dokter umum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Regio abdomen dapat dibagi menjadi empat area utama yaitu abdomen
intrahroracic yang terletak pada abdomen bagian atas yang dilindungi oleh
sangkar dari costae sehingga daerah ini seringkali tidak dapat dievaluasi melalui
palpasi dan pemeriksaan fisik lengkap. Bagian kedua adalah bagian abdomen
yang terletak pada area pelvis yang dikenal sebagai suatu ‘bony pelvis’, bagian ini
terdapat beberapa organ penting yaitu kandung kemih, urethra, rektum, usus
halus, tuba falopii dan uterus pada wanita. Cedera pada area ini sering bersifat
ekstraperitoneal dan sulit untuk didiagnosa. Bagian ketiga adalah abdomen yang
terletak retroperitoneal yang terdiri atas beberapa organ yaitu ginjal, ureter,
3
4
pankreas, aorta dan vena cava, cedera pada area ini sulit diketahui hanya
dengan melakukan pemeriksaan fisik. Bagian terakhir dikenal sebagai area
abdomen sejati, di mana di dalamnya terdapat beberapa organ yaitu usus halus dan
usus besar, uterus dalam keadaan gravida, kandung kemih ketika mengalami
distensi.8
Untuk membantu menetapkan suatu lokasi di abdomen, yang paling sering
dipakai adalah pembagian abdomen oleh dua buah bidang bayangan horizontal
dan dua bidang bayangan vertikal. Bidang bayangan tersebut membagi dinding
anterior abdomen menjadi sembilan daerah (regiones). Dua bidang diantaranya
berjalan horizontal melalui setinggi tulang rawan iga kesembilan, yang bawah
setinggi bagian atas crista iliaca dan dua bidang lainnya vertikal di kiri dan kanan
tubuh yaitu dari tulang rawan iga kedelapan hingga ke pertengahan ligamentum
inguinale.6,8 Daerah-daerah itu adalah: 1) hypocondriaca dextra 2) epigastrica 3)
hypocondriaca sinistra 4) lateralis dextra 5) umbilicalis 6) lateralis sinistra 7)
inguinalis dextra 8) hipogastrium 9) inguinalis sinistra.
Gambar 2.1
5
Ureter kanan
Inervasi dinding abdomen oleh nervi (nn) torakalis ke-8 sampai dengan
12. Nervus (n) torakalis ke-8 setinggi margo kostalis ke-10 setinggi umbilikus, n.
torakalis ke-12 setinggi suprainguinal. Peritoneum parietalis yang menutup
dinding abdomen depan sangat kaya saraf somatik sementara peritoneum yang
menutup pelvis sangat sedikit saraf somatik sehingga iritasi peritoneum pelvis
pasien sulit menentukan lokasi nyeri. Peritoneum diafragmatika pars sentralis
disarafi nervi spinalis C5 mengakibatkan iritasi pars sentralis diafragma
mempunyai nyeri alih di bahu, yang disebut Kehr sign.10
2.2 Trauma Abdomen
pemeriksaan fisik. Dalam cedera ini, baik sistem nyeri parietal dan visceral
terpengaruh. Reseptor nyeri parietal menyebabkan nyeri lokal, seperti cedera hati
atau limpa. Reseptor nyeri viseral klasik menyebabkan nyeri tumpul yang tidak
terlokalisasi umumnya terkait dengan hemoperitoneum atau cedera viskus
berongga. Cedera intraperitoneal dapat hadir sebagai nyeri alih ke bahu, skapula,
panggul, toraks, dan punggung. Cedera retroperitoneal sering kurang bisa
ditemukan dengan diagnosis fisik. Sejumlah besar darah dapat terakumulasi dalam
ruang retroperitoneal tanpa menyebabkan temuan fisik yang jelas.12
Trauma abdomen pada garis besarnya dibagi menjadi trauma tumpul dan
trauma tajam. Keduanya mempunyai biomekanika, dan klinis yang berbeda
sehingga algoritma penanganannya berbeda.13 Trauma abdomen dapat
menyebabkan laserasi organ tubuh sehingga memerlukan tindakan pertolongan
dan perbaikan pada organ yang mengalami kerusakan.14
2.3.1 Definisi
Trauma tajam adalah hasil dari senjata api tinggi atau kecepatan rendah,
cedera tusuk, dan penetrasi benda asing ke dalam tubuh. Trauma tajam abdomen
adalah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada permukaan tubuh dengan
penetrasi ke dalam rongga peritoneum yang disebabkan oleh tusukan benda
tajam.12
dengan adanya efek tambahan berupa temporary cavitation, dan bisa pecah
menjadi fragmen yang mengakibatkan kerusakan lainnya. Kerusakan dapat berupa
perdarahan bila mengenai pembuluh darah atau organ yang padat. Bila mengenai
organ yang berongga, isinya akan keluar ke dalam rongga perut dan menimbulkan
iritasi pada peritoneum.11
2.3.2. Epidemiologi
Cedera abdomen terjadi pada sekitar 1% dari semua pasien trauma.
Trauma penetrasi abdomen terdapat di banyak negara. Penyebab paling umum
adalah tusukan atau tembakan. Cedera organ yang paling sering terjadi adalah
usus halus (50%), usus besar (40%), hati (30%), dan pembuluh darah
intraabdomen (25%). Di Amerika Serikat bunuh diri dan pembunuhan selalu
menjadi penyebab kematian yang tinggi. Sekitar 40% kasus pembunuhan dan
16% kasus bunuh diri dengan senjata api melibatkan cedera pada batang tubuh.
Cedera traumatis adalah penyebab kematian ketiga dan nomor satu pada orang
berusia 1 sampai 44 tahun. Trauma penetrasi abdomen mempengaruhi 35% dari
pasien yang dirawat di pusat trauma perkotaan dan hingga 12% dari mereka yang
dirawat di pusat pinggiran kota atau pedesaan. Frekuensi trauma penetrasi di
dunia meningkat bila senjata tersedia, dan juga meningkat dengan adanya konflik
militer. Oleh karena itu, frekuensinya bervariasi. Tingkat kematian akibat senjata
api yang disesuaikan dengan usia dua hingga tujuh kali lebih tinggi untuk pria
kulit hitam non-Hispanik. Sekitar 90% pasien dengan trauma penetrasi adalah
laki-laki.14,16
Tabrakan kendaraan bermotor sekitar 75%, pukulan pada abdomen sekitar 15%,
dan cedera terjatuh sekitar 9%. Evaluasi semakin sulit oleh cedera
ekstraabdominal, serta perubahan status mental dari trauma kepala, keracunan
alkohol, atau narkoba.14,16
Trauma tumpul pada perut dapat terjadi pada orang-orang dari segala usia
dan dikaitkan dengan morbiditas yang tinggi. Setiap tahun, ribuan pasien dengan
cedera perut tumpul dirawat di unit gawat darurat, dan ini secara substansial
meningkatkan biaya perawatan kesehatan.15
2.3.4. Klasifikasi
Trauma abdomen pada garis besarnya dibagi menjadi trauma tumpul dan
trauma tajam. Keduanya memiliki biomekanika, dan klinis yang berbeda sehingga
algoritma penanganannya berbeda. Trauma abdomen dapat menyebabkan laserasi
organ tubuh sehingga memerlukan tindakan pertolongan dan perbaikan pada
organ yang mengalami kerusakan. Trauma pada abdomen dapat di bagi menjadi
dua jenis, yaitu trauma penetrasi atau trauma tajam dan trauma tumpul atau
trauma non-penetrasi.
a. Trauma Penetrasi atau trauma tajam,
Trauma tajam abdomen adalah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka
pada permukaan tubuh dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum yang
disebabkan oleh tusukan benda tajam. Trauma akibat benda tajam dikenal
dalam tiga bentuk luka yaitu: luka iris atau luka sayat (vulnus scissum),
luka tusuk (vulnus punctum) atau luka bacok (vulnus caesum). Luka tusuk
maupun luka tembak akan mengakibatkan kerusakan jaringan karena
laserasi ataupun terpotong. Luka tembak dengan kecepatan tinggi akan
menyebabkan transfer energi kinetik yang lebih besar terhadap organ
viscera, dengan adanya efek tambahan berupa temporary cavitation, dan
bisa pecah menjadi fragmen yang mengakibatkan kerusakan lainnya.
Kerusakan dapat berupa perdarahan bila mengenai pembuluh darah atau
organ yang padat. Bila mengenai organ yang berongga, isinya akan keluar
ke dalam rongga perut dan menimbulkan iritasi pada peritoneum.
b. Trauma non-penetrasi atau trauma tumpul
10
1. Hipotensi
2. Takikardia
3. Sianosis
4. Gelisah
5. Perubahan warna panggul
6. Syok
7. Nyeri
8. Abdominal rigidity
9. Distensi
10. Peningkatan suhu tubuh
11. Leukositosis
12. Anorexia
13. Mual dan muntah
12
2.3.7. DIAGNOSIS
a. Anamnesis
Dapatkan keterangan mengenai perlakuannya, bila mungkin dari
penderitanya sendiri, orang sekitar korban pembawa ambulans, polisi atau saksi
lainnya sesegera mungkin bersamaan dengan usaha resusitasi.
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi :
Inspeksi : Amati mulai dari keadaan umum pasien, ekspresi wajah, tanda
dehidrasi, perdarahan dan tanda-tanda syok. Pada trauma abdomen
biasanya ditemukan kontusio, abrasio, laserasi dan echimosis. Ekimosis
merupakan indikasi adanya perdarahan di intraabdomen. Terdapat
ekimosis pada daerah umbilikal biasa disebut dengan Cullen’s sign.
Sedangkan ekimosis yang ditemukan pada salah satu panggul disebut
dengan Turner’s sign. Terkadang ditemukannya eviserasi yaitu
menonjolnya organ abdomen keluar seperti usus, kolon yang terjadi pada
trauma tembus atau tajam.
Auskultasi : Selain suara bising usus yang diperiksa di empat kuadran
dimana adanya ektravasasi darah menyebabkan hilangnya bunyi bising
usus, juga perlu didengarkan adanya bruits dari arteri renalis, bunyi bruits
dari daerah umbilikal merupakan indikasi adanya trauma pada arteri
renalis.
Perkusi : Untuk melihat apakah ada nyeri ketok. Uji perkusi tinju dengan
meletakkan tangan kiri pada sisi dinding thoraks pertengahan antara spina
iliaka anterior superior kemudian tinju dengan tangan yang lain sehingga
terjadi benturan di dalam karena benturan ringan bila ada nyeri merupakan
adanya radang/abses diruang subfrenik antara hati dan diafragma. Selain
itu bisa ditemukan bunyi timpani bila dilatasi lambung akut di kuadran
atas atau bunyi redup bila ada hemoperitoneum. Pada waktu perkusi bila
ditemukan balance sign dimana bunyi resonan yang lebih keras pada
panggul kanan ketika pasien berbaring kesamping kiri merupakan adanya
13
ruptur limpe. Sedangkan bila bunyi resonan lebih keras pada hati
menandakan adanya udara bebas yang masuk.
Palpasi : Untuk teknik palpasi identifikasi keelastisan, kekakuan dan
spasme hal ini dimungkinkan diakibatkan karena adanya massa atau
akumulasi darah ataupun cairan. Biasanya ditemukan defans muscular,
nyeri tekan, nyeri lepas. Pemeriksaan colok dubur dilakukan pada
obstruksi usus dengan disertai paralisis akan ditemukan ampula melebar.
Pada laki-laki terdapat prostat letak tinggi menandakan patah panggul
yang signifikan dan disertai dengan perdarahan. Bisa juga pada pasien
dilakukan uji psoas dan obturator jika pasien merasa nyeri maka
menandakan adanya radang di muskulus obturatorius.22
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto thoraks untuk melihat adanya trauma pada thoraks
2. Pemeriksaan darah lengkap
Hemoglobin dan hematokrit normal ditemukan jika tidak terjadi
perdarahan. Pasien yang mengalami perdarahan dapat dilakukan transfusi
dengan cairan kristaloid. Transfusi trombosit diperlukan jika terjadi
trombositopenia (platelete count < 50.000/ml) dan perdarahan aktif.
3. Kimia serum
Pemeriksaan kimia serum penting dilakukan untuk mengetahui
adanya ketidak seimbangan elektrolit. Pemeriksaan gula darah sewaktu
juga penting digunakan untuk mengetahui status mental pasien.
4. Lever Function Test (LFT)
LFT mungkin dapat digunakan pada pasien dengan trauma tumpul
abdomen untuk mengetahui alasan insiden seperti pada alcohol abuse.
Peningkatan aspartate aminotransferase (AST) atau alanine
aminotransferase (ALT) lebih dari 130u berhubungan dengan cedera
hepar yang signifikan. Kadar laktat dehydrogenase (LDH) dan bilirubin
merupakan indikasi non spesifik untuk cedera hepar.
5. Pengukuran amilase
14
2.3.8. KOMPLIKASI 23
Tatalaksana konservatif 26
Gambar 2.3 Algoritme penanganan luka tusuk abdomen anterior. focused abdominal
sonographic examination for trauma (FAST) dapat meniadakan kebutuhan untuk
local wound exploration (LWE), tapi tidak masuk dan dengan sendirinya
merupakan indikasi laparotomy (LAP). D/C
discharge home, CBC complete blood count, CT computed tomography. 28
BAB III
CONTOH KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. D
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 41 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
RM : 816665
Anamnesis
Keluhan utama: Luka tusuk di perut bagian atas
Hal ini telah diderita oleh pasien 6 jam sebelum dirawat di RSUP Adam
Malik. Pasien berkelahi dengan mantan suaminya, kemudian tiba-tiba mantan
suaminya mengambil pisau dapur dan menikam perut istrinya dari depan. Mual
dan muntah tidak ditemukan. Sesak napas ditemukan. Buang air besar dan buang
air kecil normal. Pasien dikirim dari klinik dengan jahitan primer.
Allergy : Tidak dijumpai riwayat alergi
Medication : Tidak dijumpai riwayat pemakaian obat-obatan
Past Illness : Tidak ada riwayat penyakit yang diderita pasien
sebelumnya
Last Meal : 8 jam sebelum kejadian
Event : Kejadian berlangsung di rumah
Primary survey
• Airway : Clear
22
23
Secondary survey
Kepala : Dalam batas normal
Leher : Dalam batas normal
Toraks : Dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
Genitalia : Perempuan, dalam batas normal
Ekstremitas : Dalam batas normal
Status Lokalisata
Thorax
Inspeksi : Simetris, ketinggalan bernapas pada hemitoraks kiri
Abdomen
Inspeksi : Simetris, distensi (+), luka tusuk pasca jahitan primer
pada regio abdomen atas dengan ukuran 3 cm, 2,5cm,
dan 3 cm
Pemeriksaan Laboratorium
• Hb / Hct / WBC / PLT : 10,6 /32/ 17.640 /383.000
24
• Ur / Cr : 15 / 1,04
• Na/K/Cl : 136/3,9/105
Diagnosis
Penetrating abdominal injury with diffuse peritonitis + (L) Pneumothorax
Tatalaksana Gawat Darurat
• Oksigen : NRM 10 L/menit
• Pasang kateter urin keluar urin awal berwarna kuning jernig sebanyak
100cc UOP 50cc/jam
• TT Injeksi 0.5 cc
Rencana :
Laparatomi Eksplorasi
KESIMPULAN
Trauma tajam adalah hasil dari senjata api tinggi atau kecepatan rendah,
cedera tusuk, dan penetrasi benda asing ke dalam tubuh. Trauma tajam abdomen
adalah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada permukaan tubuh dengan
penetrasi ke dalam rongga peritoneum yang disebabkan oleh tusukan benda tajam.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Pusponegoro, A.D. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC, 2011,
Bab 6; Trauma dan Bencana.
2. American College of Surgeons. Advanced Trauma Life Support Untuk
Dokter Edisi 7. Jakarta: IKABI, 2004, Bab 5; Trauma Abdomen.
3. Stone, CK, 2003. Current Diagnosis & Treatment Emergency Medicine.
6th edition. USA : The McGraw-Hill Companies, Inc.
4. Fermann, GJ, 2003. Emergency Medicine-An Approach to Clinical
Problem Solving. In: Hamilton, et al., Emergency Medicine-An Approach
to Clinical Problem Solving. 2nd edition. USA : W. B. Saunders
Company.
5. Beauchamp, et al., 2008. Townsend: Sabiston Textbook of Surgery. 18th
edition. USA : Elvesier, Inc.
6. Wibowo, D.S., dan Paryana, W., 2007. Dinding Abdomen. Anatomi
Tubuh Manusia. Graha Ilmu. Yogyakarta: 273-279.
7. Dorland, W.A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland. ed.31. Jakarta.
EGC; 2010.
8. Emery, M.T. 2014. Abdominal Trauma. In : Sherman, S.C., Weber, J.M.,
Patwari, R.G., Schindlbek, M.A., editors. Clinical Emergency Medicine.
New York: The McGraw-Hill Companies. p. 381-386.
9. Netter, Frank H. ATLAS OF HUMAN ANATOMY 25th Edition. Jakarta:
EGC, 2014.
10. Blaisdell F, Trunkey D,D. Trauma Management, Abdominal Trauma. New
York. Thieme-Stratton; 2008.
11. Sjamsuhidajat, de jong. Buku ajar ilmu bedah.ed.3.Jakarta. EGC; 2010.
12. Peitzman, Andrew B. The Trauma Manual, Trauma and Acute Care
Surgery. Philadelphia. Lippincot Manual; 2013.
13. Billie Frensebner, Barbara J Gruendmann. Keperawatan Perioperatif. ed.2.
Jakarta. EGC; 2005.
26
27
http://www.endosurgery.od.ua/uploaded/site0_Baker_Clinical_Surgery_A
_Practical_Guide.pdf
27. Umboh I et al. 2016. Hubungan Penatalaksanaan Operatif Trauma
Abdomen dan Kejadian Laparatomi Negatif di RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado. Jurnal Biomedik Vol.8 No.2. Pp.S54-S57. Available at :
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/view/12702
28. Biff WL, Leppaniemi A. 2014. Management Guidelines for Penetrating
Abdominal Trauma. World Journal Surgery. Available at :
https://www.researchgate.net/publication/46306639_Management_Guideli
nes_for_Penetrating_Abdominal_Trauma
29. ATLS - Advanced trauma life support. 10th ed : Initial Assesement and
Management . Chicago, Ill.: American College of Surgeons, Committee on
Trauma; 2018. Available at :
https://viaaerearcp.files.wordpress.com/2018/02/atls-2018.pdf