PERITONITIS
Pembimbing :
Disusun oleh:
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karna berkah dan
anugrahnya kami dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Peritonitis” tepat pada
waktunya. Tujuan utama pembuatan referat ini adalah untuk mengetahui lebih dalam
dr. Winardi S Lesmana,Sp.An selaku konsulen ilmu Anastesi yang telah memberikan
bimbingan dalam proses penyelesaian referat ini. Selain itu, kami juga mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman yang berada dalam satu kelompok kepaniteraan yang
pengalaman bagi para pembaca, serta dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
Referat ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................ 1
DAFTAR ISI............................................................................................ 3
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................... 5
...................................................................................................................
...................................................................................................................
2.1 DEFINISI.............................................................................. 7
2.3 ETIOLOGI............................................................................ 12
2.4 PATOFIDIOLOGI................................................................ 13
2.8 PENATALAKSANAAN...................................................... 24
3
2.9 KOMPLIKASI...................................................................... 27
2.10 PROGNOSA......................................................................... 27
3.1 KESIMPULAN...................................................................... 28
..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 29
4
BAB 1
PENDAHULUAN
perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadaan ini
memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah, misalnya pada
perforasi, perdarahan intra abdomen, infeksi, obstruksi dan strangulasi jalan cerna dapat
menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran
perforasi ulkus gastroduodenal), ruptura saluran cerna, komplikasi post operasi, iritasi
resistensi yang menurun, dan adanya benda asing atau enzim pencerna aktif, merupakan
bedah dengan mortalitas sebesar 10-40%. Beberapa peneliti mendapatkan angka ini
5
Keputusan untuk melakukan tindakan bedah harus segera diambil karena setiap
pemeriksaan penunjang.1,8
Dalam penulisan referat ini akan dibahas tentang definisi, etiologi, patofisiologi,
dari peritonitis.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
rongga abdomen dan menutupi visera abdomen ) merupakan penyulit berbahaya yang
dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Keadaan ini biasanya terjadi akibat
penyebaran infeksi dari organ abdomen, perforasi saluran cerna, atau dari luka tembus
abdomen. Organisme yang sering menginfeksi adalah organisme yang hidup dalam
kolon (pada kasus ruptura appendik) yang mencakup Eschericia coli atau Bacteroides.
Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sebagai
Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum atau bila
7
paralitik, usus kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang ke
dalam lumen usus, menyebabkan terjadinya dehidrasi, gangguan sirkulasi, oliguria, dan
mungkin shock.2,3
Dibagian belakang struktur ini melekat pada tulang belakang sebelah atas pada iga, dan
di bagian bawah pada tulang panggul. Dinding perut ini terdiri dari berbagai lapis, yaitu
dari luar ke dalam, lapis kulit yang terdiri dari kuitis dan sub kutis, lemak sub kutan dan
facies superfisial ( facies skarpa ), kemudian ketiga otot dinding perut m. obliquus
preperitonial dan peritonium. Otot di bagian depan tengah terdiri dari sepasang otot
rektus abdominis dengan fascianya yang di garis tengah dipisahkan oleh linea alba.1,2
Dinding perut membentuk rongga perut yang melindungi isi rongga perut. Integritas
hernia bawaan, dapatan, maupun iatrogenik. Fungsi lain otot dinding perut adalah pada
pernafasan juga pada proses berkemih dan buang air besar dengan meninggikan tekanan
intra abdominal.2
8
Gambar 1 :Tampak anterior otot dinding
abdomen11
Peritoneum terdiri atas dua bagian utama, yaitu peritoneum parietal, yang melapisi
dinding rongga abdominal dan berhubungan dengan fascia muscular, dan peritoneum
visceral, yang menyelaputi semua organ yang berada di dalm rongga itu. Peritoneum
yang berbahaya dan menimbulkan defans muscular dan nyeri lepas. 1,2 Ruang yang bisa
terdapat di antara dua lapis ini disebut ruang peritoneal atau cavitas peritonealis. Ruang
cairan peritoneum yang berfungsi sebagai pelumas sehingga alat-alat dapat bergerak
peritoneum kira-kira 1,8 meter2, sama dengan luas permukaan kulit orang dewasa.
yang berguna untuk difusi air, elektrolit, makro, maupum mikro sel. Oleh karena itu
9
peritoneum punya kemampuan untuk digunakan sebagai media cuci darah yaitu
peritoneal dialisis dan menyerap cairan otak pada operasi ventrikulo peritoneal shunting
1. Lembaran yang menutupi dinding usus, disebut lamina visceralis (tunika serosa).
mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui tuba uterina, uterus dan vagina.
intraperitoneale, seperti pada lambung, jejunum, ileum, dan limpa. Sedangkan yang
pancreas.1,3,4
dengan alat viscera lainnya seperti dengan hepar (omentum minus), dengan colon
Peritoneum dari usus kecil disebut mesenterium, dari appendik disebut mesoappendix
10
sigmoideum. Mesenterium dan omentum berisi pembuluh darah dan limfe serta saraf
dan mendapat persarafan dari saraf-saraf segmental yang juga mempersarafi kulit dan
otot yang ada si sebelah luarnya. Iritasi pada peritoneum parietale memberikan rasa
nyeri lokal, namun insicipada peritoneum viscerale tidak memberikan rasa nyeri.1,2
Peritoneum viscerale sensitif terhadap regangan dan sobekan tapi tidak sensitif untuk
Perdarahan dinding perut berasal dari beberapa arah. Dari kraniodorsal diperoleh
perdarahan dari cabang aa. Intercostalis VI – XII dan a. epigastrika superior. Dari
11
maupun vertikal tanpa menimbulkan gangguan perdarahan.1,2,3 Persarafan dinding perut
Sangat penting untuk memahami posisi dari alat-alat viscera abdomen agar dapat
segera mengetahui atau memperkirakan alat apa yang terkena tusukan pada perut: .
Hepar merupakan suatu organ yang besar yang mengisi bagian atas rongga abdomen.
Kandung empedu merupakan kantong berbentuk seperti buah per melekat pada
permukaan visceral lobus kanan hepar. Ujung buntunya (fundus) menonjol di bawah
Esophagus di daerah abdomen pendek, 1,25 cm terletak di belakang lobus kiri hepar.
Gaster (ventriculus) terletak pada regio hypochondriaca kiri, epigastrica dan umbilicalis
Pancreas terbentang dari regio umbilicalis sampai ke regio hypochondriaca kiri pada
lien.
Lien terletak pada bagian atas kiri dari rongga abdomen antara lambung dan diaphragma
Ren terletak pada dinding belakang abdomen posterior dari peritoneum parietale di sisi
Glandula suprarenalis terletak pada dinding belakang abdomen di sisi kana dan kiri
columna vertebralis.
Jejunum mengisi bagian atas kiri rongga abdomen dan ileum mengisi bagian kanan
Colon terbentang mengelilingi jejunum dan ileum, terbagi atas caecum, colon
12
2.3. ETIOLOGI
1. Peritonitis primer
2. Peritonitis sekunder
gastrointestinal atau tractus urinarius. Pada umumnya organisme tunggal tidak akan
13
2.4. PATOFISIOLOGI
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat
Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sebagai
mengalami kebocoran. Jika defisit cairan tidak dikoreksi secara cepat dan agresif, maka
perkembangan selanjutnya dari kegagalan banyak organ. Karena tubuh mencoba untuk
mengkompensasi dengan cara retensi cairan dan elektrolit oleh ginjal, produk buangan
juga ikut menumpuk. Takikardi awalnya meningkatkan curah jantung, tapi ini segera
usus serta oedem seluruh organ intra peritoneal dan oedem dinding abdomen termasuk
meningkatkan tekanan intra abdomen, membuat usaha pernapasan penuh menjadi sulit
dan menimbulkan penurunan perfusi. Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada
14
permukaan peritoneum atau bila infeksi menyebar, dapat timbul peritonitis umum.
ileus paralitik; usus kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang
kedalam lumen usus, mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi dan oliguria.
Perlekatan dapat terbentuk antara lengkung-lengkung usus yang meregang dan dapat
Sumbatan yang lama pada usus atau obstruksi usus dapat menimbulkan ileus
karena adanya gangguan mekanik (sumbatan) maka terjadi peningkatan peristaltik usus
sebagai usaha untuk mengatasi hambatan. Ileus ini dapat berupa ileus sederhana yaitu
obstruksi usus yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah dan dapat bersifat total
atau parsial, pada ileus stangulasi obstruksi disertai terjepitnya pembuluh darah
sehingga terjadi iskemi yang akan berakhir dengan nekrosis atau ganggren dan akhirnya
terjadi perforasi usus dan karena penyebaran bakteri pada rongga abdomen sehingga
Tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
kuman S. Typhi yang masuk tubuh manusia melalui mulut dari makan dan air yang
tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung, sebagian lagi masuk
keusus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque peyeri di ileum terminalis yang
mengalami hipertropi ditempat ini komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat
terjadi, perforasi ileum pada tifus biasanya terjadi pada penderita yang demam selama
kurang lebih 2 minggu yang disertai nyeri kepala, batuk dan malaise yang disusul oleh
nyeri perut, nyeri tekan, defans muskuler, dan keadaan umum yang merosot karena
toksemia.4,6
15
Perforasi tukak peptik khas ditandai oleh perangsangan peritonium yang mulai
lambung dan duodenum bagian depan menyebabkan peritonitis akut. Penderita yang
mengalami perforasi ini tampak kesakitan hebat seperti ditikam di perut. Nyeri ini
peritonium oleh asam lambung, empedu dan atau enzim pankreas. Kemudian menyebar
keseluruh perut menimbulkan nyeri seluruh perut pada awal perforasi, belum ada infeksi
bakteria, kadang fase ini disebut fase peritonitis kimia, adanya nyeri di bahu
merangsang, ini akan mengurangi keluhan untuk sementara sampai kemudian terjadi
peritonitis bakteria.2,3
apendiks oleh hiperplasi folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis dan
bakteri, ulserasi mukosa, dan obstruksi vena sehingga udem bertambah kemudian aliran
arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan nekrosis atau
Pada trauma abdomen baik trauma tembus abdomen dan trauma tumpul
abdomen dapat mengakibatkan peritonitis sampai dengan sepsis bila mengenai organ
16
yang berongga intra peritonial. Rangsangan peritonial yang timbul sesuai dengan isi dari
organ berongga tersebut, mulai dari gaster yang bersifat kimia sampai dengan kolon
yang berisi feses. Rangsangan kimia onsetnya paling cepat dan feses paling lambat. Bila
perforasi terjadi dibagian atas, misalnya didaerah lambung maka akan terjadi
perangsangan segera sesudah trauma dan akan terjadi gejala peritonitis hebat sedangkan
bila bagian bawah seperti kolon, mula-mula tidak terjadi gejala karena mikroorganisme
membutuhkan waktu untuk berkembang biak baru setelah 24 jam timbul gejala akut
Jenis Peritonitis
Peritonitis Aseptik.
Terjadi sekitar 20% dari seluruh kasus peritonitis di Inggris, dan biasanya
sekunder dari perforasi ulkus gaster atau duodenal. Peritonitis steril dapat berkembang
Peritonitis bilier
2. kolesistitis akut
3. trauma
4. idiopatik
1. Cairan pankreas
17
Misalnya dari pankreatitis akut, trauma. Pankreatitis bisa disebabkan karen proses
diagnostik laparotomi pada pasien yang tidak mengalami peningkatan serum amilase.
2. Darah.
3. Urine
4. Meconium
Adalah campuran steril dari sel epitel, mucin, garam,, lemak, dan bilier dimana dibentuk
saat fetus mulai menelan cairan amnion. Peritonitis mekonium berkembang lambat di
kehidupan intra uteri atau di periode perinatal saat mekonium memasuki rongga
Peritonitis TB
ke peritoneum melalui:
1. secara langsung melalui limfatik nodul, regio ileocaecal atau pyosalping TB.
Kejadiannya dapat secara akut (seperti peritonitis pada umumnya), dan kronik
(onsetnya lebih spesifik, dengan nyeri perut, demam, penurunan berat badan, keringat
malam, massa abdomen). Makroskopik, ada 4 bentuk dari penyakit ini : ascitic,
Peritonitis Klamidia
18
Fitz Hugh Curtis sindroma dapat menyebabkan inflamasi pelvis dan digambarkan oleh
peritonitis akut. Bedak dan starch dapat menstimulus perkembangan benda asing
Adanya darah atau cairan dalam rongga peritonium akan memberikan tanda –
defans muskular, pekak hati bisa menghilang akibat udara bebas di bawah diafragma.
Bila telah terjadi peritonitis bakterial, suhu badan penderita akan naik dan terjadi
takikardia, hipotensi dan penderita tampak letargik dan syok.4 Rangsangan ini
dengan peritonium. Nyeri subjektif berupa nyeri waktu penderita bergerak seperti jalan,
bernafas, batuk, atau mengejan. Nyeri objektif berupa nyeri jika digerakkan seperti
2.6 DIAGNOSIS
Pada pemeriksaan fisik, perlu diperhatikan kondisi umum, wajah, denyut nadi,
pernapasan, suhu badan, dan sikap baring pasien, sebelum melakukan pemeriksaan
19
abdomen. Gejala dan tanda dehidrasi, perdarahan, syok, dan infeksi atau sepsis juga
perlu diperhatikan. 1
Pada pemeriksaan fisik, pasien dengan peritonitis, keadaan umumnya tidak baik.
Demam dengan temperatur >380C biasanya terjadi. Pasien dengan sepsis hebat akan
demam, kehilangan cairan yang banyak dari rongga abdomen. Dengan adanya dehidrasi
yang berlangsung secara progresif, pasien bisa menjadi semakin hipotensi. Hal ini bisa
menyebabkan produksi urin berkurang, dan dengan adanya peritonitis hebat bisa
atau gerakan usus yang disebabkan oleh gangguan pasase. Pada peritonitis biasanya
akan ditemukan perut yang membuncit dan tegang atau distended. 1,2
Palpasi : Peritoneum parietal dipersarafi oleh nervus somatik dan viseral yang
sangat sensitif. Bagian anterir dari peritoneum parietale adalah yang paling sensitif.
Palpasi harus selalu dilakukan di bagian lain dari abdomen yang tidak dikeluhkan
nyeri. Hal ini berguna sebagai pembanding antara bagian yang tidak nyeri dengan
bagian yang nyeri. Nyeri tekan dan defans muskular (rigidity) menunjukkan adanya
proses inflamasi yang mengenai peritoneum parietale (nyeri somatik). Defans yang
murni adalah proses refleks otot akan dirasakan pada inspirasi dan ekspirasi berupa
20
Pada saat pemeriksaan penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan setempat.
Otot dinding perut menunjukkan defans muskular secara refleks untuk melindungi
bagian yang meradang dan menghindari gerakan atau tekanan setempat. 1,5
udara bebas atau cairan bebas juga dapat ditentukan dengan perkusi melalui
pemeriksaan pekak hati dan shifting dullness. Pada pasien dengan peritonitis, pekak
hepar akan menghilang, dan perkusi abdomen hipertimpani karena adanya udara bebas
tadi.7,8
Pada pasien dengan keluhan nyeri perut umumnya harus dilakukan pemeriksaan
1,7
colok dubur dan pemeriksaan vaginal untuk membantu penegakan diagnosis. Nyeri
yang difus pada lipatan peritoneum di kavum doglasi kurang memberikan informasi
pada peritonitis murni; nyeri pada satu sisi menunjukkan adanya kelainan di daeah
panggul, seperti apendisitis, abses, atau adneksitis. Nyeri pada semua arah menunjukkan
general peritonitis. Colok dubur dapat pula membedakan antara obstruksi usus dengan
paralisis usus, karena pada paralisis dijumpai ampula rekti yang melebar, sedangkan
pada obstruksi usus ampula biasanya kolaps. Pemeriksaan vagina menambah informasi
usus. Pasien dengan peritonitis umum, bising usus akan melemah atau menghilang sama
sekali, hal ini disebabkan karena peritoneal yang lumpuh sehingga menyebabkan usus
ikut lumpuh/tidak bergerak (ileus paralitik). Sedangkan pada peritonitis lokal bising
21
2.6.2 GAMBARAN RADIOLOGIS
dalam memperkirakan pasien dengan abdomen akut. Pada peritonitis dilakukan foto
1.Tiduran telentang ( supine ), sinar dari arah vertikal dengan proyeksi anteroposterior
( AP ).
2.Duduk atau setengah duduk atau berdiri kalau memungkinkan, dengan sinar
3.Tiduran miring ke kiri (left lateral decubitus = LLD), dengan sinar horizontal,
proyeksi AP.
abdomen, preperitonial fat dan psoas line menghilang, dan adanya udara bebas
22
1.Darah Lengkap, biasanya ditemukan leukositosis, hematocrit yang meningkat
3. Pada peritonitis tuberculosa cairan peritoneal mengandung banyak protein (lebih dari
3 gram/100 ml) dan banyak limfosit; basil tuberkel diidentifikasi dengan kultur. Biopsi
yang khas, dan merupakan dasar diagnosa sebelum hasil pembiakan didapat.2,10
2.8. PENATALAKSANAAN
Konservatif
- Memuasakan pasien
1. Pemberian oksigen
Adalah vital untuk semua pasien dengan syok. Hipoksia dapat dimonitor oleh pulse
2. resusitasi cairan
23
Biasanya dengan kristaloid, volumenya berdasarkan derajat syok dan dehidrasi.
dikateterisasi untuk memonitor output urine tiap jam. Monitoring tekanan vena sentral
dan penggunaan inotropik sebaiknya digunakan pada pasien dengan sepsis atau pasien
dengan komorbid. Hipovolemi terjadi karena sejumlah besar cairan dan elektrolit
bergerak dari lumen usus ke dalam rongga peritoneal dan menurunkan caran ke dalam
ruang vaskuler.4,9
3. analgetik
4. Antibiotik
Harus spektrum luas, yang mengenai baik aerob dan anaerob, diberikan intravena.
Cefalosporin generasi III dan metronidazole adalah strategi primer. Bagi pasien yang
meropenem atau kombinasi dari piperacillin dan tazobactam. Terapi antifungal juga
harus dipikirkan untuk melindungi dari kemungkinan terpapar spesies Candida. 4,5
Definitif
Pembedahan
1. Laparotomi
Biasanya dilakukan insisi upper atau lower midline tergantung dari lokasi yang dikira.
24
- mengkontrol origin sepsis dengan membuang organ yang mengalami inflamasi atau
- Peritoneal lavage
mempunyai peran yang penting pada penanganan pasien dengan peritonitis sekunder,
dimana setelah laparotomi primer ber-efek memburuk atau timbul sepsis. Re-operasi
dapat dilakukan sesuai kebutuhan. Relaparotomi yang terencana biasanya dibuat dengan
membuka dinding abdomen dengan pisau bedah sintetik untuk mencegah eviserasi.
RS dan jangka panjang, lebih tinggi pada relaparotomi sewaktu daripada relaparotomi
yang direncanakan. Pemeriksaan ditunjang dengan CT scan. Perlu diingat bahwa tidak
semua pasien sepsis dilakukan laparotomi, tetapi juga memerlukan ventilasi mekanikal,
antimikrobial, dan support organ. Mengatasi masalah dan kontrol pada sepsis saat
operasi adalah sangat penting karena sebagian besar operasi berakibat meningkatkan
2. Laparoskopi
Teori bahwa resiko keganasan pada hiperkapnea dan syok septik dalam absorbsi
dapat dibuktikan. Tetapi, laparoskopi efektif pada penanganan appendicitis akut dan
perforasi ulkus duodenum. Laparoskopi dapat digunakan pada kasus perforasi kolon,
tetapi angka konversi ke laparotomi lebih besar. Syok dan ileus adalah kontraindikasi
pada laparoskopi.9
3. Drain
25
Efektif digunakan pada tempat yang terlokalisir, tetapi cepat melekat pada
dinding sehingga seringkali gagal untuk menjangkau rongga peritoneum. Ada banyak
2.9. KOMPLIKASI
1. Syok Sepsis1,10
antobiotik pilihan terbaik merupakan terapi pada tempat yang terlokalisir. Terapi
antibiotik disesuaikan dengan kultur yang diambil dari hasil drainase. Sepsis abdominal
26
mengakibatkan mortalitas sekitar 30-60%. Faktor yang mempengaruhi tingkat
mortalitas adalah :
- Usia
- Penyakit kronis
- Wanita
3. Adhesi
2.10. PROGNOSA
Prognosis untuk peritonitis lokal dan ringan adalah baik, sedangkan pada
BAB III
KESIMPULAN
rongga abdomen dan menutupi visera abdomen ) merupakan penyulit berbahaya yang
dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Keadaan ini biasanya terjadi akibat
penyebaran infeksi dari organ abdomen, perforasi saluran cerna, atau dari luka tembus
abdomen.1,2
27
Adanya darah atau cairan dalam rongga peritonium akan memberikan tanda –
defans muskular, pekak hati bisa menghilang akibat udara bebas di bawah diafragma.
Keputusan untuk melakukan tindakan bedah harus segera diambil karena setiap
pemeriksaan penunjang.
penghisapan nasogastrik atau intestinal, penggantian cairan dan elektrolit yang hilang
yang dilakukan secara intravena , pemberian antibiotic yang sesuai, dan pembuangan
dari focus infeksi dari organ abdomen. Prognosis untuk peritonitis local adalah baik,
DAFTAR PUSTAKA
1. Wim de jong, Sjamsuhidayat.R. 2011 Buku ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta :
EGC.
2. Schwartz, Shires, Spencer. 2000.Peritonitis dan Abses Intraabdomen dalam
Intisari Prinsip – Prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6. Jakarta : EGC. Hal 489 – 493
3. Schrock. T. R.. 2000.Peritonitis dan Massa abdominal dalam Ilmu Bedah, Ed.7,
alih bahasa dr. Petrus Lukmanto, EGC, Jakarta.
4. Arief M, Suprohaita, Wahyu.I.K, Wieiek S, 2000, Bedah Digestif, dalam Kapita
Selekta Kedokteran, Ed:3; Jilid: 2; p 302-321, Media Aesculapius FKUI,
Jakarta.
28
5. Wim de jong, Sjamsuhidayat.R, 1997.Gawat Abdomen, dalam Buku ajar Ilmu
Bedah; 221-239, EGC, Jakarta.
6. Price, Sylvia. 2005.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.
Jakarta : EGC.
29