Fasilitator:
Laily Hidayati S.Kep., Ns., M.Kep
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
ridho, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Adapun makalah “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Infeksi dan Inflamasi Sistem
Muskuloskeletal” ini disusun dalam rangka memenuhi tugas yang diberikan pembimbing
kepada penulis.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada:
1. Laily Hidayati S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen dari mata kuliah Ilmu
Keperawatan Muskuloskeletal II yang telah meluangkan waktu dan tenaga
untuk membimbing dan mengarahkan penulis
2. Teman-teman, selaku pendorong motivasi dalam menyelesaikan makalah ini
Semoga segala bantuan yang diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT.
Saran dan kritik sangat diterima karena penulis menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna.
Mohon maaf bila ada kesalahan kata dari penulis. Akhir kata semoga ilmu dalam makalah ini
dapat bermanfaat dan diterapkan secara efektif. Terimakasih
Penyusun
i
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mengetahui, memahami dan dapat menyusun asuhan keperawatan
pada klien dengan sarkoidosis dan rakitis.
1.3.2 Tujuan Khusus
2
1. Mengetahui dan memahami anatomi fisiologi dari tulang.
2. Mengetahui dan memahami definisi dari sarkoidosis dan rakitis.
3. Mengetahui dan memahami klasifikasi dari sarkoidosis dan rakitis.
4. Mengetahui etiologi dari sarkoidosis dan rakitis.
5. Mengetahui manifestasi klinis yang muncul dari sarkoidosis dan rakitis.
6. Mengetahui dan memahami patofisiologi dari sarkoidosis dan rakitis.
7. Mengetahui WOC dari sarkoidosis dan rakitis.
8. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada sarkoidosis dan rakitis.
9. Mengetahui penatalaksanaan pada sarkoidosis dan rakitis.
10. Mengetahui komplikasi dari sarkoidosis dan rakitis.
11. Menyusun asuhan keperawatan pada klien dengan sarkoidosis dan rakitis.
1.3.3 Manfaat
Mahasiswa mampu memahami konsep teori dan proses asuhan keperawatan pada
klien dengan sarkoidosis dan rakitis.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sarcoidosis
2.1.1 Definisi Sarcoidosis
Sarkoidosis (Sarcoidosis) adalah suatu penyakit peradangan yang ditandai
dengan terbentuknya granuloma pada kelenjar getah bening, paru-paru, hati,
mata, kulit dan jaringan lainnya. Granuloma merupakan sekumpulan makrofag,
limfosit dan sel-sel raksasa berinti banyak. Granuloma ini pada akhirnya akan
menghilang total atau berkembang menjadi jaringan parut.
4
Faktor antigenik atau kompleks imun mungkin menimbulkan reaksi sistem
fagositosis mononuklear sehingga terbentuk leaf griftulomatosa, dimana sel
limfosit T dan sel plasma turut berperan.
5
Reaksi kompensasi fisiologi dari supresi kadar hormon paratiroid dapat
menyebabkan penderita sarkoidosis mengalami penyakit celiac. Penyakit celiac
adalah suatu kondisi dimana terjadi reaksi yang kronis pada rantai protein
tertentu, umumnya disebabkan oleh gluten yang ditemukan pada butir gandum.
Reaksi ini menimbulkan kerusakan pada vili usus halus sehingga terjadi
malabsorpsi dari nutrisi.
6
Ruam. Ruam benjolan merah atau ungu kemerahan, biasanya terletak
pada tulang kering atau pergelangan kaki, yang dapat menjadi hangat dan
lembut saat disentuh.
Lesi. Luka kulit dapat terjadi pada hidung, pipi dan telinga.
Perubahan warna. Kulit mungkin menjadi lebih gelap atau lebih ringan
dalam warna.
Nodul. Pertumbuhan tepat di bawah kulit dapat berkembang, khususnya
di sekitar bekas luka atau tato.
d. Gejala Mata
Sarkoidosis dapat mempengaruhi mata tanpa menyebabkan gejala, sehingga
sangat penting untuk memeriksa mata Anda. Ketika gejala mata terjadi,
mereka mungkin termasuk:
Penglihatan buram
Sakit mata
Kemerahan parah
Kepekaan terhadap cahaya menurun
e. Tes Kveim: adalah injeksi intradermal suatu preparat jaringan lien dari pasien
sarkoidosis dan dilanjutkan dengan biopsy kulit. Sekarang tidak digunakan
lagi karena terdapat kekhawatiran risiko yang potensial menyebabkan
penularan infeksi.
f. Histologi: merupakan tes diagnostic terbaik dan diagnosis jaringan harus
selalu ditegakkan bila terdapat keraguan diagnosis.
8
3. Diet dan pola makan seimbang
4. Memenuhi asupan air putih yang proposional
5. Olahraga dan istirahat yang cukup
9
Keluhan utama yang didapat perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut,
karena gejala yang dirasakan tidak langsung fokus pada sarcoidosis.
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Secara umum pasien dengan Sarcoidosis biasanya mengeluh demam,
berkeringat di malam hari. Selain itu, riwayat berat badan klien
menurun dan kelelahan yang mungkin dialami juga harus ditanyakan
sudah sejak kapan gejala tersebut terjadi. Hal ini bertujuan untuk
membantu merumuskan diagnosa keperawatan dan intervensi yang
akan diberikan dengan tepat.
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit dahulu ini bisa di lakukan pengkajian apakah klien
sebelumnya memilliki infeksi pada daerah tulang atau persendian,
Pola makan klien sehingga terjadi malnutrisi, serta apakah klien
memiliki pola makan diet. Lalu pernahkah klien didiagnosa
sarcoidosis dan mendapatkan pengobatan sebelumnya .
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Berhubungan dengan adanya keluarga dengan penyakit yang sama
seperti pasien.
B. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breathing)
Sarcoidosis mampu melibatkan berbagai organ, salah satunya
adalah paru-paru. Infeksi dan pembentukan jaringan pada paru-
paru mampu mengakibatkan daya ekspansi paru yang tidak
optimal. Yang perlu dilakukan dalam pemeriksaan fisik pada
sistem pernapasan antara lain:
Inspeksi : Apakah klien batuk, produksi sputum, sesak nafas,
penggunaan otot bantu nafas dan peningkatan frekuensi
pernafasan.
Palpasi : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
Auskultasi : Bunyi nafas tambahan seperti rales yang
menunjukkan terjadinya efusi pleural.
b. B2 (Blood)
10
Jantung sangat Pengaruh pada keadaan ini. Daya pompa akan
menurun karna granuloma yang tumbuh pada jaringan otot jantung
mampu menghambat keefektifan kontraktilitas otot. Akibatnya
timbul respon gangguan kontraktilitas otot jantung.
c. B3 (Brain)
Pada sistem neurosensory tidak ditemukan masalah. Kesadaran
compos mentis dengan GCS 456.
d. B4 (Bladder)
Pemeriksaan pada sistem ini tidak ditemukan masalah dengan
frekuensi dan konsistensi urine normal.
e. B5 (Bowel)
Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri abdomen. Juga
terdapat distensi abdomen bagian atas dan terdengar bunyi timpani
apabila diduga sarcoidosis menyerang limpa dan hepar.
f. B6 (Bone)
Pada sistem ini biasanya terdapat banyaknya masalah di
persendian seperti pelunakan dan kekakuan pada area sendi dan
tulang sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan tulang pada
saat bertambahnya umur.
Tujuan: setelah 2x24 jam perawatan pasien mampu mendapatkan RR yang optimal
11
Kriteria Hasil:
RR rentang normal (12-20x/menit)
Suara napas abnormal (-), penggunaan otot bantu napas (-)
Intervensi Rasional
Tujuan: setelah 2x24 jam perawatan pasien mampu mendapatkan suhu normal.
Kriteria Hasil:
Rentang suhu normal (36,5-37,5 derajat celsius);
Tidak mengeluh demam
Intervensi Rasional
12
2. Monitor IWL klien Sebagai acuan apakah perlu
diberikan cairan intravena sebagai
terapi hidrasi.
3. Monitor warna dan suhu kulit klien Untuk mengetahui apakah terjadi
perbaikan suhu tubuh yang nampak,
seperti kemerahan hilang.
4. Monitor tekanan darah, nadi dan RR TTV diukur dan dipantau untuk
dari kliem mengetahu progres demam pasien .
5. Monitor intake dan output klien Mengetahui keefektifan nutrisi dan
cairan yang diberikan serta pengaruh
jalannya regulasi terhadap organ
perkemihan (kenormalan).
6. Berikan anti piretik bila perlu Kolaborasi pemberian antipiretik bila
diindikasikan karena demam yang
tidak kunjung mereda.
7. Berikan cairan intravena pada klien Cairaan IV mampu membantu
mengembalikan status hidrasi pasien.
8. Kompres klien pada lipat paha dan Mengompres pada titik-titik
aksila pembuluh darah besar mampu
membantu menurunkan suhu tubuh
secara optimal.
Intervensi Rasional
13
Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan Pendekatan dengan menggunakan relaksasi
pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasif. dan nonfarmakologi lainnya telah
menunjukkan keefektifan dalam mengurangi
nyeri.
Lakukan manajemen nyeri keperawatan, Pendekatan PQRST dapat secara
meliputi: komprehensif menggali kondisi nyeri pasien.
Kaji nyeri dengan pendekatan
PQRST.
Istirahat diperlukan untuk menurunkan
peristaltik usus. Istirahat secara fisiologis
dan melakukan BAB diatas tempat tidur akan
menurunkan kebutuhan oksigen yang
Istirahatkan pasien pada saat nyeri diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
muncul. Biasakan pasien untuk BAB metabolisme basal pada aktivitas dan
diatas tempat tidur. menurunkan keletihan pasca nyeri.
Pengaturan posisi semifowler dapat
membantu merelaksasi otot-otot abdomen
Atur posisi fisiologis pascabedah sehingga dapat menurunkan
stimulus nyeri dari luka pasca bedah.
14
Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa
sentuhan dukungan psikologis dapat
membantu menurunkan nyeri.
Tingkatkan pengetahuan tentang: sebab- Pengetahuan yang akan dirasakan membantu
sebab nyeri dan menghubungkan berapa mengurangi nyerinya dan dapat membantu
lama nyeri akan berlangsung. mengembangkan kepatuhan pasien terhadap
rencana terapeutik.
Kolaborasi dengan tim medis untuk Analgetik membantu menghambat stimulus
pemberian: nyeri ke pusat persepsi nyeri di korteks
Analgetik IV serebri sehingga nyeri dapat berkurang.
15
2.2 Racitis
2.2.1 Definisi Racitis
Rakitis atau osteomalasia di masa kanak-kanak merupakan gangguan
kesehatan yang meliputi pelunakan dan pelemahan tulang, keadaan ini ,terutama
disebabkan oleh kekurangan vitamin D, kalsium dan fosfat.
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan
oleh kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-
anak yang disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan
terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak
karena pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit). ( Smeltzer.
2001: 2339 )
Osteomalasia adalah penyakit pada orang dewasa yang ditandai oleh
gagalnya pendepositan kalsium kedalam tulang yang baru tumbuh. Istilah lain dari
osteomalasia adalah ”soft bone” atau tulang lunak. Penyakit ini mirip dengan
rakitis, hanya saja pada penyakit ini tidak ditemukan kelainan pada lempeng epifisis
16
(tempat pertumbuhan tulang pada anak) karena pada orang dewasa sudah tidak lagi
dijumpai lempeng epifisi.
17
menyebabkan early onset-rickets pada bayinya (Dimitri P, Bishop N,
2007).
2. Rickets pada Prematuritas
Puncak kalsium dan fosfat di sekresi ke dalm tulang intrauterin terjadi pada
trimester ketiga pada kadar 2mmol/kg. Untuk menyetarakan asupan kalsium
pada ASI bayi harus mengkonsumsi 40 mililiter/kgBB susu per hari. Pada bayi
prematur, resiko terkenanya rickets meningkat disebabkan inadekuat nya
jumlah susu yang di minum. Maka dari itu bayi yang prematur diberikan
formula susu yang mengandung 3.0 mmol kalisum dan 2.5 mmol fosfat di
setiap 100 ml air (Dimitri P, Bishop N, 2007).
3. Genetik
Abnormalitas pada transpor fosfat renal yang dikode oleh gen PHEX
((phosphate-regulating gene with homologies to endopeptidases on the X
chromosome) di kromosom Xp22.2- p22 (Dimitri P, Bishop N, 2007).
1. Posisi tidur yang salah, misalnya tengkurap seperti katak. Jika berlangsung
lama, kebiasaan ini dapat mengakibatkan gangguan rotasi dan bentuk tungkai.
2. Kebiasaan duduk yang salah, misalnya duduk dengan posisi kaki membentuk
huruf W atau bersila pada anak.
3. Kebiasaan menggendong yang salah, misalnya saat digendong menyamping,
kaki anak dibiarkan melingkari tubuh Anda dan membentuk sudut 90 derajat.
4. Memakaikan popok sekali pakai dengan cara dan pada saat yang tidak tepat,
misalnya terus-menerus pada saat anak sedang belajar berjalan. Hal ini
membuat anak sulit menemukan posisi kaki yang stabil.
5. Memakaikan baby walker. Anak yang belum cukup kuat menopang berat
tubuhnya akan memaksakan salah satu kakinya untuk menyangga seluruh
berat tubuhnya. Akibatnya, tungkai bawah dan pergelangan kaki saja yang
terlatih, sehingga terjadi ketidakseimbangan kekuatan otot (muscle
imbalance). Penggunaan baby walker memang tidak dianjurkan, karena
sering juga menimbulkan kecelakaan pada anak.
18
6. Anak kekurangan kalsium dan vitamin D. Anak yang kekurangan kalsium
akan mengalami gangguan pada proses mineralisasi. Demikian juga apabila
ia kekurangan vitamin D. Di dalam tubuh vitamin D berfungsi membantu
penyerapan kalsium di dalam tubuh. Jika kedua unsur ini tidak terpenuhi
makan tulang-tulang si kecil menjadi lunak dan mudah patah. Proses
mineralisasi adalah proses terakhir pembentukan tulang. Jika kebutuhan
kalsium anak tercukupi maka otomatis proses mineralisasi dalam tubuhnya
akan berlangsung dengan baik.
7. Anak menderita gangguan hati seperti sirosis. Hal ini karena organ hatinya
tak mampu memroses vitamin D sehingga fase mineralisasi tidak terjadi.
8. Adanya gangguan fungsi ginjal sehingga proses ekskresi/pembuangan
kalsium akan meningkat. Dengan begitu proses mineralisasi akan terhambat.
9. Pemakaian obat dalam jangka waktu panjang. Pada kasus tertentu, efek
pemakaian obat seperti streroid dalam jangka waktu yang panjang rentan
terhadap penyakit ini.
10. Gangguan penyerapan.
19
Diperkirakan defek primernya adalah kekurangan vitamin D aktif yang
memacu absorbsi kalsium dari traktus gastrointestinal dan memfasilitasi
mineralisasi tulang. Pasokan kalsium dan fosfat dalam cairan ekstrasel rendah.
Tanpa vitamin D yang mencukupi, kalsium dan fosfat tidak dapat dimasukkan
ketempat kalsifikasi tulang, sehingga mengakibatkan kegagalan mineralisasi,
terjadi perlunakan dan perlemahan kerangka tubuh.
Rakitis menyebabkan disorganisasi tulang, terutama di lempeng
pertumbuhan atau epifisis sehingga pertumbuhan terhambat. Rakitis jarang
dijumpai di Amerika Serikat, tetapi mungkin ditemukan pada keluarga yang
sangat miskin atau yang berada di daerah-daerah pinggiran. Malabsorbsi kalsium
dalam makanan pada para pengidap penyakit crohn sindrom malabsorbsi atau
fibrosis kistik dapat menyebabkan osteomalasia atau rakhitis.
20
1. Tes darah: Kalsium serum dapat menunjukkan tingkat yang rendah kalsium,
fosfor serum mungkin rendah, dan fosfatase alkali serum dapat menjadi tinggi.
Gas darah arteri dapat mengungkapkan asidosis metabolikPengukuran kalsium
dan fosfat serum akan memperlihatkan nilai yangrendah
2. Pemeriksaan urin menunjukkan kalsiun dan kreatinin rendah
3. Pemeriksaan vertebra akan memperlihatkan adanya patah tulang kompresi
tanpa batas vertebra yang jelas.
4. X-ray tulang Yang terkena bisa menunjukkan hilangnya kalsium dari tulang
atau perubahan bentuk atau struktur tulang dapat memperlihatkan penurunano
sifikasi/demineralisasi tulang secara umum
5. Biopsi tulang Jarang dilakukan tetapi akan mengkonfirmasi rakitis untuk
menunjukkan peningkatan jumlah osteoid
21
dilakukan lebih lama karena gangguan ginjal maupun hati mengganggu
metabolisme penyerapan kalsium.
22
menit, dapat dipakaikan krim tabir surya dengan SPF 15 untuk menghindari
kerusakan kulit akibat sinar matahari.
b. Mencukupi konsumsi kalsium untuk optimalisasi kerja sel osteoblas (sel
pembentuk tulang).
1. Nyeri
Identifikasi lokasi nyeri. Nyeri biasanya berkaitan dengan pembuluh darah,
sendi, fasia atau periosteum. Tentukan kualitas nyeri apakah sakit yang menusuk
atau berdenyut. Nyeri berdenyut biasanya berkaitan dengan tulang dan sakit
berkaitan dengan otot, sedangkan nyeri yang menusuk berkaitan dengan fraktur
atau infeksi tulang. Identifikasi apakah nyeri timbul setelah diberi aktivitas atau
gerakan. Nyeri saat bergerak merupakan satu tanda masalah persendian.
Degenerasi panggul menimbulkan nyeri selama badan bertumpu pada sendi
tersebut. Degenerasi pada lutut menimbulkan nyeri selama dan setelah berjalan.
Nyeri pada osteoartritis makin meningkat pada suhu dingin. Tanyakan kapan
nyeri makin meningkat, apakah pagi atau malam hari.
Inflamasi pada bursa atau tendon makin meningkat pada malam hari.
Tanyakan apakah nyeri hilang saat istirahat. Apakah nyerinya dapat diatasi
dengan obat tertentu.
2. Kekuatan sendi
Tanyakan sendi mana yang mengalami kekakuan, lamanya kekakuan
tersebut, dan apakah selalu terjadi kekakuan. Beberapa kondisi seperti
spondilitis ankilosis terjadi remisi kekakuan beberapa kali sehari. Pada penyakit
degenerasi sendi sering terjadi kekakuan yang meningkat pada pagi hari setelah
bangun tidur (inaktivitas). Bagaimana dengan perubahan suhu dan aktivitas.
Suhu dingin dan kurang aktivitas biasanya meningkatkan kekakuan sendi. Suhu
panas biasanya menurunkan spasme otot.
3. Bengkak
Tanyakan berapa lama terjadi pembengkakan, apakah juga disertai dengan
nyeri, karena bengkak dan nyeri sering menyertai cedera pada otot. Penyakit
degenerasi sendi sering kali tidak timbul bengkak pada awal serangan, tetapi
muncul setelah beberapa minggu terjadi nyeri. Dengan istirahat dan
meninggikan bagian tubuh, ada yang dipasang gips. Identifikasi apakah ada
24
panas atau kemerahan karena tanda tersebut menunjukkan adanya inflamasi,
infeksi atau cedera.
5. Perubahan sensori
Tanyakan apakah ada penurunan rasa pada bagian tubuh tertentu. Apakah
menurunnya rasa atau sensasi tersebut berkaitan dengan nyeri. Penekanan pada
syaraf dan pembuluh darah akibat bengkak, tumor atau fraktur dapat
menyebabkan menurunnya sensasi.
26
tinggi bahu dan krista iliaka. Lipatan bokong normalnya simetris. Kesimetrisan bahu,
pinggul dan kelurusan tulang belakang diperiksa dalam posisi pasien berdiri tegak dan
membungkuk ke depan.
1. Jika sendi diekstensikan maksimal namun masih ada sisa fleksi, luas gerakan ini
diangap terbatas. Keterbatasan ini dapat disebabkan oleh deformitas skeletal, patologik
sendi, kontraktur otot dan tendon sekitar.
2. Jika gerakan sendi mengalami gangguan atau nyeri, harus diperiksa adanya kelebihan
cairan dalam kapsulnya (efusi), pembengkakan dan inflamasi. Tempat yang paling
sering terjadi efusi adalah pada lutut.
Palpasi sendi sambil sendi digerakkan secara pasif akan memberi informasi mengenai
integritas sendi. Suara “gemeletuk”dapat menunjukkan adanya ligamen yang tergelncir di
antara tonjolan tulang. Adanya krepitus karena permukaan sendi yang tidak rata ditemukan
pada pasien artritis. Jaringan sekitar sendi terdapat benjolan yang khas ditemukan pada pasien
:
Tonus otot (kontraksi ritmik otot) dapat dibangkitkan pada pergelangan kaki
dengan dorso-fleksi kaki mendadak dan kuat, atau tangan dengan ekstensi pergelangan
tangan.
28
Nyeri akut berhubungan dengan fraktur patologis, kelemahan (00132)
Domain 12. Kenyamanan
Kelas 1. Kenyamanan fisik
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri (1400)
dalam 2x24 jam diharapkan nyeri klien 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
berkurang dengan kriteria hasil : lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
Kontrol nyeri (1605) faktor presipitasi.
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu 2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
penyebab nyeri, mampu 3. Gunakan komunikasi terapeeutik untuk mengetahui
menggunakan teknik non pengalam nyeri klien
farmakologi untuk mengurangi 4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
nyeri, mencari bantuan) seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan.
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
dengan menggunakan manajemen 6. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
nyeri. farmakologi, dan interpersonal)
3. Mampu mengenali nyeri (skala, 7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
intensitas, frekuensi, dan tanda 8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
nyeri) 9. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
4. Menyatakan rasa nyaman setelah 10. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
nyeri berkurang. tindakan nyeri tidak berhasil
Pemberian analgesik (2210)
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat.
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan
frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya
nyeri
5. Tentukan pilihan analgesik, rute pemberian, dan dosis
optimal
29
6. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali.
7. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala
Pengurangan kecemasan (5820)
1. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan
2. Dorong keluarga untuk mendampingi klien
Hambatan mobilitas berhubungan dengan nyeri, hilangnya integritas struktur tulang
(00085)
Domain 4: Aktivitas/Istirahat
Kelas 2. Aktivitas/Olahraga
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Terapi latihan : Ambulasi (0221)
dalam 3x24 jam diharapkan klien dapat 1. Monitoring vital sign sebelum/ sesudah latihan dan lihat
memiliki kemampuan untuk melakukan respon pasien saat latihan
mobilitas fisik secara mandiri dengan 2. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana
kriteria hasil : ambulasi sesuai dengan kebutuhan
Ambulasi (0200) 3. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan
1. Klien meningkat dalam aktivitas fisik dan cegah terhadap cedera
2. Mengerti tujuan dari peningkatan 4. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik
mobilitas ambulasi
3. Memverbalisasikan perasaan dalam 5. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
meningkatkan kekuatan dan 6. Latihan pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs
kemampuan berpindah secara mandiri sesuai kemampuan
4. Memperagakan penggunaan alat 7. Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu
5. Bantu untuk mobilisasi penuhi kebutuhan ADLs
8. Berikan alat bantu jika klien memerlukan
9. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
Terapi Latihan: Kontrol Otot (0226)
1. Dorong kesiapan klien untuk melakukan aktivitas.
2. Kolaborasi dengan terapis untuk membuat program
exercise.
30
3. Dorong klien untuk melakukan exercise secara mandiri.
4. Monitor exercise mandiri pada klien apakah sudah
dilakukan dengan benar atau belum.
Evaluasi Keperawatan
Akhir dari proses keperawatan adalah ketentuan hasil yang diharapkan terhadap
perilaku dan sejauh mana masalah klien dapat teratasi. Disamping itu perawat juga melakukan
umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan ditetapkan belum berhasil/ teratasi
31
BAB 4
1.1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Data demografi
Nama : An. D
Usia : 10 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tinggal : Malang
Diagnosa Masuk : Rakitis
2) Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri pada tulang bagian punggung bawah.
P Nyeri akan semakin terasa saat melakukan aktivitas
Q Nyeri dirasakan berat dan cukup mengganggu aktivitas
R Daerah punggung
S Skala nyeri 5
T Hilang timbul
34
3) Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh nyeri pada tulang bagian punggung bawah sejak 5 bulan yang
lalu dan pasien mengalami perubahan cara berjalan seperti bebek
4) Riwayat penyakit dahulu
Klien tidak pernah mengalami kondisi osteopatik sebelumnya, seperti fraktur,
penyakit tulang, penyakit arthritis dan infeksi
5) Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarganya yang mengalami
penyakit yang sama.
6) Kebutuhan Dasar
a) Pola Makan :
− Sebelum MRS: Klien makan 3x sehari, nafsu makan klien meningkat. BB
60kg.
− Setelah MRS: Nafsu makan menurun 2x sehari porsi kecil. BB 53kg.
b) Pola Minum
Klien minum 7-9 gelas sehari.
c) Pola Eliminasi
− BAK : klien buang air kecil lancar 3-5x sehari.
− BAB : klien BAB 1 x sehari, konsistensi lunak dan tidak ada keluhan saat
BAB, warna feses kuning dan tidak dijumpai kelainan.
d) Pola Tidur
Klien tidur tidak teratur karena nyeri yang dirasakan.
e) Pola Personal Hygiene
− Sebelum masuk rumah sakit klien mandi dengan frekuensi 2 kali/hari, pagi
dan sore hari.
− Di rumah sakit klien hanya di seka oleh keluarga 2 kali sehari pada pagi dan
sore hari.
− Oral hygiene sebelum sakit 2 kali sehari setiap setelah mandi pada pagi dan
sore.
− Oral hygiene setelah sakit 2 kali sehari setiap setelah diseka pada pagi dan
sore.
− Cuci rambut sebelum sakit selalu mencuci rambut ketika mandi pada pagi
dan sore hari.
35
− Setelah sakit tidak pernah mencuci rambut setelah klien masuk rumah sakit.
f) Pola Istirahat
Sebelum sakit klien tidur siang 3 jam, dan tidur malam 8 jam, dengan kebiasaan
sebelum tidur berdoa.
36
pada anak bisa sampai 6 mg/dl). An.B didiagnosis mengalami rakitis. TD: 115/60
mmHg; RR: 22x/menit; S: 35,5°C; N: 95x/menit
37
Do: ↓
Cara berjalan berubah seperti Rakitis
jalan bebek ↓
Adanya deformitas skelet, Kelainan bentuk tulang pada
deformitas vertebrae dan tulang punggung bawah
deformitas lengkungan tulang ↓
panjang Gangguan cara berjalan
↓
Hambatan mobilitas fisik
4 Ds:- Defisiensi vitamin D dan Defisit
Do: kalsium Pengetahuan
Orang tua An.D mengatakan ↓
sangat bingung dengan Transport kalsium ke tulang
kondisi anaknya terganggu
Orang tua An.D menjelaskan ↓
saat masih bayi jarang sekali Gangguan proses remodelling
tulang
djemur terkena sinar
matahari saat pagi hari ↓
38
Nyeri kronis Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji secara berkala status
berhubungan dengan keperawatan 3 x 24 jam, nyeri klien
agen cedera fisiologis diharapkan nyeri klien 2. Ajarkan teknik relaksasi pada
berkurang dengan kriteria klien
hasil: 3. Bantu klien memberikan
1. Tingkat nyeri berkurang posisi nyaman
2. TTV normal 4.Kolaborasikan pemberian
3. Klien menunjukan ekspresi analgesik
tenang
Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau kebutuhan sehari hari
berhubungan dengan keperawatan 3 x 24 jam, klien selama di rumah sakit
gangguan diharapkan masalah klien 2. Diskusikan dengan keluarga
muskuloskeletal dapat teratasi dengan kriteria klien tentang pemenuhan
hasil: kebutuhan tiap hari di RS dan
1. Klien menunjukkan postur rumah
tubuh normal saat berjalan 3. Kolaborasikan dengan
2.Klien menunjukkan fisioterapis tentang
kecepatan jalan yg sesuai pengembangan mekanika tubuh
dengan aktivitas 4. Monitor perbaikan postur
3. Aktifitas sehari hari dapat tubuh klien
dilakukan mandiri
Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji ulang proses penyakit
berhubungan dengan keperawatan 1 x 24 jam, 2. Memberikan edukasi seputar
proses penyakit diharapkan intervensi terenuhi penyakit yang diderita klien
dengan kriteria hasil: 3. Diskusikan dengan keluarga
1. Klien dan keluarga mengenai pemberian gizi
menunjukan peningkatan seimbang
pemahaman terhadap penyakit 4. Kolaborasi pemberian
klien vitamin D yang cukup dan gizi
2. Klien dan keluarga seimbang
menunjukkan peningkatan
pemahaman terhadap
39
penyebab dan proses
terjadinya penyakit
3. Klien dan keluarga dapat
mengulangi informasi yang
telah diberikan oleh perawat
1.5 EVALUASI
a. Diagnosa 1
S : Klien mengatakan nyeri berkurang
O : Ekspresi klien tenang, TTV normal
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
b. Diagnosa 2
S : Klien mengatakan dapat melakukan aktifitas sehari hari
O : Klien tampak tidak lemah dan cara berjalan membaik
A : Masalah teratasi sebagian
P : Modifikasi Intervensi
c. Diagnosa 3
S : Klien dan keluarga memahami informasi yang dielaskan
O : Klien dan keluarga dapat mengulangi informasi yang diberikan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
40
BAB 5
PEMBAHASAN
41
Berbedahalnya dengan penyakit Rakhitis atau rickets adalah penyakit tulang metabolik
pada anak yang paling sering terjadi sebagai akibat dari defisiensi vitamin D dan metabolitnya
serta memiliki manifestasi klinis berupa perubahan komposisi tubuh, pertumbuhan tulang, dan
perkembangan gigi pada bayi dan anak-anak seiring dengan tingginya kebutuhan kalsium dan
fosfat yang tidak terpenuhi. Defisiensi vitamin D adalah penyebab utama terjadinya rakhitis
pada anak dimana defisiensi vitamin D sebeleum terjadinya fusi epifiseal menjadi etiologi
utama penyakit ini (Ozkan B, 2010; Dimitri P, Bishop N, 2007).
Tetapi, penyakit rakhitis juga mempunyai persamaan dengan penyakit sarkoidosisi
dalam faktor pencetus munculnya penyakit rakhitis dalam tubuh yaitu faktor genetik.
Abnormalitas pada transpor fosfat renal yang dikode oleh gen PHEX ((phosphate-regulating
gene with homologies to endopeptidases on the X chromosome) di kromososm Xp22.2- p22
(Dimitri P, Bishop N, 2007).
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Sarkoidosis (Sarcoidosis) adalah suatu penyakit peradangan yang ditandai
dengan terbentuknya granuloma pada kelenjar getah bening, paru-paru, hati, mata, kulit
dan jaringan lainnya. Penyebab sarkoidosis belum diketahui secara pasti, tetapi dapat
dicurigai beberapa penyebabnya antara lain; infeksi bakteri, gangguan sistem imun
tubuh, faktor lingkungan, dan faktor genetik. Tanda dan gejala Sarkoidosis bervariasi,
tergantung pada organ yang terkena. Gejala umum yang terjadi yaitu kelelahan, demam,
pembengkakan kelenjar getah bening dan penurunan berat badan. Pemeriksaan
penunjang sarkoidosis dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium, foto thorax, CT
resolusi tinggi (HRCT), tes fungsi paru, tes kveim dan histologi. Penatalaksanaan
sarkoidosis dapat diberikan tanpa terapi atau dengan obat-obatan seperti obat
antiinflamasi nonsteroid, steroid oral, steroid topical dan klorokuin. Pencegahan dapat
dilakukan dengan cara menghindari terlalu sering terpapar zat kimia, debu, uap dan gas
beracun; berhenti merokok; diet dan pola makan seimbang; memenuhi asupan air putih;
olahraga dan istirahat cukup. Sarkoidosis dapat sembuh dengan sendirinya, namun
sebagian kasus dapat berkembang pada organ-organ lain, meliputi gangguan syaraf
42
utama, jaringan parut pada paru-paru, peradangan pada mata, granuloma pada jantung
dan gagal ginjal.
Rakitis atau osteomalasia di masa kanak-kanak merupakan gangguan kesehatan
yang meliputi pelunakan dan pelemahan tulang, disebabkan oleh kekurangan vitamin
D, kalsium dan fosfat. Rakitis di klasifikasikan menjadi 3 yaitu nutritional rickets,
rickets pada prematuritas dan genetik. Penyebab rakitis bukan hanya karena faktor
genetik, tetapi ada faktor lain seperti: posisi tidur yang salah, kebiasaan duduk yang
salah, kebiasaan menggendong yang salah, memakai popok sekali pakai, memakaikan
baby walker, anak kekurangan kalsium dan vitamin D, anak menderita gangguan hati
(sirosis hepatis), gangguan fungsi ginjal, pemakaian obat jangka panjang dan gangguan
penyerapan. Beberapa gejala yang timbul, antara lain : muncul tonjolan tulang, tulang
terasa lunak dan nyeri saat disentuh, gangguan motorik, mudah mengalami patah
tulang, nyeri otot, kelemahan otot, pertumbuhan yang terhambat, kaki terlihat
melengkung, dan dalam kondisi parah dapat menyebabkan rendahnya tingkat kalsium
dalam darah. Pemeriksaan penunjang rakitis dengan cara tes darah, pemeriksaan urin,
X-ray dan biopsi tulang. Penatalaksaannya dapat dilakukan dengan medik maupun
nonmedik. Penyakit rakitis dapat dicegah dengan mencukupi kebutuhan vitamin D dan
kalsium. Komplikasi rakitis, yaitu keterlambatan pertumbuhan, kejang-kejang, kelainan
gigi dan tulang, perlengkungan tulang belakang yang abnormal, infeksi pernafasan dan
anemia.
6.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan seluruh komponen tenaga kesehatan
terutama perawat dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
sarkoidosis dan rakitis secara baik dan sesuai dengan prosedur keperawatan serta
memperhatikan aspek-aspek yang berhubungan dengan prosedur yang dilakukan.
43
DAFTAR PUSTAKA
Alfiansyah, Muhammad. (2012). Gangguan dan Kelainan Pada Tulang [Online]. Tersedia
:http://www.sentra-edukasi.com/2011/07/gangguan-dan-kelainan-pada-
tulang.html [08 September 2018]
Dimitri P, Bishop N, 2007. Rickets. Symposium Of Metabolic Medicine. Paediatrics And Child
Health 17:7. Available at http://faculty.ksu.edu.sa/dr.reem/PDF/Rickets.pdf [June, 1st
2015]
44
Helmi, Luthfi. 2008. Majalah Kedokteran Nusantara volume 41 no 1: Sarkoidosis Paru.
Universitas Sumatera Utara diakses pada tanggal 09 September 2018 pukul 09.09
http://www.dunia-mulyadi.com/2012/11/anatomi-fisiologi-muskuloskeletal-tulang.html
informasitips.com/zat-gizi-dan-mineral-penting-untuk-menjaga-kesehatan-tulang
Holick, MF, 2007. Vitamin D Deficiency. The New England Journal of Medicine. Available at
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17634462 [June, 1st 2015]
Setiyohadi, B.2010.Struktur dan metabolism tulang. Dalam Aru,W., Sudoyo., Setiyohadi, B.,
Alwi,I.,Marcellus S., setiati,S., editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 1096-
1106.
45