OLEH :
KELOMPOK 1
ANGGOTA KELOMPOK
FAISOL 1150019027
DOSEN FASILITATOR:
2020-2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta Hidayah-Nya,
sehingga makalah GADAR mengenai “Asuhan Keperawatan Kegawat Daruratan Sistem Pencernaan
(Tarauma Abadomen)” dapat kami susun.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah GADAR .
Selain itu juga diharapkan bisa memberikan wawasan kepada pembaca.
Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu memberi bimbingan, ilmu,
dorongan, serta saran-saran kepada penyusun.
Kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa isi maupun penyajian makalah ini jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaaat bagi kita semua, Amiin.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2.2 Klasifikasi
2.3 Etiologi
2.4 Patofisiologi
2.5 Pathway
2.6 Tanda dan Gejala Trauma Abdomen
2.7 Manifestasi Klinis
2.8 Pemeriksaan penunjang
2.9 Penatalaksanaan
2.10Komplikasi
2.11ASUHAN KEPERAWATAN
2.11.1 PENGKAJIAN
2.11.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
2.11.3 PERENCANAAN KEPERAWATAN
BAB III PENUTUP
3.1 kesimpulan
3.2 saran
DATAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Pertolongan penderita gawat darurat dapat terjadi dimana saja baik di dalam rumah sakit
maupun di luar rumah sakit, dalam penanganannya melibatkan tenaga medis maupun non medis
termasuk masyarakat awam. Pada pertolongan pertama yang cepat dan tepat akan menyebabkan
pasien/korban dapat tetap bertahan hidup untuk mendapatkan pertolongan yang lebih lanjut. Adapun
yang disebut sebagai penderita gawat darurat adalah penderita yang memerlukan pertolongan segera
karena berada dalam keadaan yang mengancam nyawa, sehingga memerlukan suatu pertolongan yang
cepat, tepat, cermat untuk mencegah kematian maupun kecacatan. Untuk memudahkan dalam
pemberian pertolongan korban harus diklasifikasikan termasuk dalam kasus gawat darurat, darurat
tidak gawat, tidak gawat tidak darurat dan meninggal. Salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan
tindakan segera dimana pasien berada dalam ancaman kematian karena adanya gangguan hemodinamik
adalah trauma abdomen di mana secara anatomi organ-organ yang berada di rongga abdomen
adalah organ-organ pencernaan. Selain trauma abdomen kasus-kasus kegawatdaruratan pada system
pencernaan salah satunya perdarahan saluran cerna baik saluran cerna bagian atas ataupun saluran
cerna bagian bawah bila hal ini dibiarkan tentu akan berakibat fatal bagi korban atau pasien bahkan bisa
menimbulkan kematian. Oleh karena itu kita perlu memahami penanganan kegawat daruratan pada
system pencernaan secara cepat,cermat dan tepat sehingga hal-hal tersebut dapat kita hindari.
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dilingkupi oleh otot-otot perut pada bagian
ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di sebelah dorsal. Bagian atas abdomen
berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas abdomninalis berbatasan dengan cavitas thorax
atau rongga dada melalui otot diafragma dan sebelah bawah dengan cavitas pelvis atau rongga
panggul. Antara cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi dengan membran serosa yang
dikenal dengan sebagai peritoneum parietalis. Membran ini juha membungkus organ yang ada di
abdomen dan menjadi peritoneum visceralis. Pada vertebrata, di dalam abdomen terdapat
berbagai sistem organ, seperti sebagian besar organ sistem pencernaan, sistem perkemihan.
Berikut adalah organ yang dapat ditemukan di abdomen: komponen dari saluran cerna: lambung
(gaster), usus halus, usus besar (kolon), caecum, umbai cacing atau appendix; Organ pelengkap
dai saluran cerna seperti: hati (hepar), kantung empedu, dan pankreas; Organ saluran kemih
seperti: ginjal, ureter, dan kantung kemih (vesica urinaria); Organ lain seperti limpa (lien).
Kasus kasus kegawatdaruratan pada sistem pencernaan bisa disebabkan karena trauma
dan non trauma. Untuk kasus kegawatdaruratan sistem cerna ini biasa disebut dengan akut
abdomen. Akut abdomen adalah suatu keadaan klinik akibat kegawatan di rongga abdomen
biasanya timbul secara mendadak dengan nyeri sebagai bahan utama yang memerlukan
penanganan segera. Hal ini disebabkan karena Pertama adanya inflamasi atau peradangan pada
apendiks secara akut atau sudah terjadi perforasi appendix, tukak lambung usus tifus, pankreatitis
akut, kolesistitis akut.
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional. (Dorland,2002)
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional
yang hebat. (Brooker, 2001)
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44 tahun.
Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus
serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja. (Smeltzer, 2001)
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta
trauma yang disengaja atau tidak disengaja. (Smeltzer, 2001)
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa Tembusnya
dinding perut dimana pada penanganan atau penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat
pula dilakukan tindakan laparatomi. (FKUI, 1995)
Jenis trauma abdomen ada trauma tumpul dan trauma tembus. Pada trauma tembus resiko
terjadinya kerusakan organ lebih sedikit daripada trauma tumpul tetapi pada trauma tembus dapat
mengenai tulang belakang dan organ yang berada di retroperitoneal.
2.2 Klasifikasi
Disebankan trauma non-penetrasi konstusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra
abdomen, kemungkinan terjadi ekimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak
dan massa darah dapat menyerupai tumor.
2. Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen harus
dieksplorasi atau terjadi karena trauma penetrasi. Trauma abdomen adalah kejadian atau
kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga
terjadi gangguan metabolisme, kelainan imunologi dan gangguan fatal berbagai organ.
Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & brunner (2002) terdiri dari :
1. Performasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin disertai oleh bukti adanya cedera pada dinding
abdomen.
2. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah.
3. Cedera thoraks abdomen
Setiap luka pada thorax yang memungkin menembus sayap kiri diafragma, atau sayap
kanan dan hati harus dieksplorasi.
2.3 Etiologi
Menurut Smaltzer (2002), penyebab trauma abdomen dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas,
penganiayaan, kecelakaan olahraga dan jatuh dari ketinggian. Penyebab trauma yang lainnya
sebagai berikut:
2.4 Patofisiologi
Menurut Fadhil akmal (2013), bila sesuatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh
manusia (akibat kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari
ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor-faktor fisik dari
Kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh titik berat trauma yang terjadi berhubungan dengan
kemampuan objek statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh.
Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh yang
akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan yang
menghentikan tubuh juga penting. Trauma juga tergantung pada elastisitas dan viskositas dari
jaringan tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang
sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya Walaupun ada
benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut. Beratnya
trauma yang terjadi tergantung kepada Seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati
ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah
posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cedera organ intra
abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme:
1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan dari luar
seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak benar dapat mengakibatkan
terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.
2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae atau
struktur tulang dinding thorax.
3. Terjadi gaya akselerasi - deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya robek pada
organ dan pedikel vaskuler.
2.5 Pathway
Etiologi
(trauma perut, peritonitis, perdarahan saluran pencernaan, sumbatan pada usus halus, anus besar, masa
perut)
Laparatomi
Ketidakseimbangan Nutrisi
Ketidakseimbangan nutrisi
Kecemasan/ansietas
Gejala trauma tumpul sering tidak muncul seketika setelah terjadi benturan titik tapi
keluhan yang muncul bisa berupa :
a. Sakit perut
b. Memar pada lokasi benturan
c. Perdarahan di saluran pencernaan bagian bawah
d. Tanda – tanda vital yang tidak stabil, seperti denyut nadi yang cepat, tekanan
darah yang rendah, serta pernapasan abnormal
e. Nyeri yang menjalar ke bahu kiri (bisa menjadi gejala cedera pada limpa)
f. Hematuria, yakni darah dalam urine (bisa menjadi gejala cedera ginjal)
g. Parut terasa kaku (bisa menjadi gejala peritonitis, yakni peradangan lapisan
dinding dalam perut)
Adanya darah menunjukkan kelainan pada usus besar; kuldosentesi, kemungkinan adanya
darah dalam lambung; dan katerisasi, adanya darah menunjukkan adanya lesi pada saluran
kencing.
Tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut yang diragukan adanya kelainan pada
rongga perut yang disertai dengan trauma kepala yang berat, dilakukan dengan menggunakan
jarum pungsi no 18 atau 20 yang ditusukkan melalui dinding perut di daerah kuadran bawah atau
digaris tengah di bawah pusat dengan menggosokkan buli-buli terlebih dahulu.
3. Lavase peritoneal:
Fungsi dan aspirasi atau bilasan rongga perut dengan memasukkan cairan garam
fisiologis melalui kanula yang dimasukkan ke dalam rongga peritoneum.
Perlengkapan yang dilakukan pada pasien post laparatomi adalah :
a. Respiratory: bagaimana saluran pernapasan, jenis pernapasan, bunyi pernapasan.
b. Sirkulasi: tensi, nadi, respirasi, dan suhu warna kulit, refil kapiler.
c. Persyarafan: tingkat kesadaran.
d. Balutan: apakah ada drainase? apakah ada tanda-tanda infeksi, bagaimana proses
penyembuhannya?
e. Peralatan: monitor yang terpasang, cairan infus dan transfusi.
f. Rasa nyaman : rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien dan status ventilasi.
2.9 Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer (2002), penatalaksanaan adalah :
2.10 Komplikasi
1. Segera : hemoragik, syok, dan cedera
2. Lambat : infeksi
3. Trombosis Vena
4. Emboli pulmonal
5. Stres ulserasi dan perdarahan
6. Pneumonia
7. Tekanan ulserasi
8. Atelektasis
9. Sepsis H.
A. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Dasar pemeriksaan fisik ‘head to toe’ harus dilakukan dengan singkat tetapi
menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki. Pengkajian data dasar menurut Brunner
& Suddart (2001), adalah :
a. Aktifitas / istirahat
b. Sirkulasi
c. Integritas ego
d. Eliminasi
f. Neurosensori
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang
berbeda, biasanya lama.
h. Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas
i. Keamanan
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan
b. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi
abdomen.
c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status
kesehatan
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk.
f. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif
dan kerusakan kulit. infeksi tidak terjadi / terkontrol.
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
a. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan.
Tujuan : Terjadi keseimbangan volume cairan. Kriteria hasil:
Kebutuhan cairan terpenuhi Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda vital
Rasional: untuk mengidentifikasi defisit volume cairan
2) Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotic dan vitamin
Rasional: mengidentifikasi keadaan perdarahan
3) Kaji tetesan ini
Rasional: awasi tetesan untuk mengidentifikasi kebutuhan cairan.
4) Kolaborasi : Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
Rasional: cara parenteral membantu memenuhi kebutuhan nuitrisi
tubuh.
5) Kolaborasi Tranfusi darah
Rasional: menggantikan darah yang keluar.
Intervensi :
7. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa
kering dan steril, gunakan plester kertas.
Rasional:membantu proses penyembuhan luka dan menjaga agar luka
kering dan bersih
8. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan misalnya
debridement.
Rasional : memperbaiki keutuhan integritas kulit secara cepat Setelah
debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.
Rasional :menjaga luka agar tidak terpapar mikroorganisme
9. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
Rasional : membunuh mikroba penyebab infeksi
Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer,
perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan
kerusakan kulit.
Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol.
1. PENGKAJIAN
i. BIODATA
Nama : NY. A
Umur : 22 tahun
Tanggal lahir : 2 Februari 1999
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Desa Sukolilo Barat Labang Bangkalan
Ruang rawat : IGD
No Reg : 34 -××-××
Tanggal masuk RS : 23 September 2021
Tanggal pengkajian : 23 September 2021
Diagnosa medis : trauma abdomen
Identitas Penanggung jawab
Nama : TN. D
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : desa Sukolilo Barat Labang Bangkalan
Hubungan dengan klien : ayah
ii. PENGKAJIAN FOKUS
Klien mengalami kecelakaan tunggal, menabrak truk yang menyeberang kemudian perut
klien terhantam setang Bang kendaraan mengakibatkan ada Jejas diperut klien .
iii. PENGKAJIAN PRIMER
A : tidak ada sumbatan jalan nafas
B : gerakan pengembangan dada simetris, pola nafas teratur, Irama nafas 18x/menit
C : nadi teraba, tidak ada tanda sianosis, capillary refil Time < 2 detik, tidak ada perdarahan
D : respon alert (AVPU), kesadaran composmentis dengan GCS E4V5M6 pupil isokor,
reflek cahaya positif
E : terdapat Jejas pada perut pasien
iv. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Keadaan Umum
Kesadaran : Composmesntis
Vital sign
TD : 140/70 mmHg
Nadi : 88x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu : 36, 8°C
GCS : E4V5M6
2. Kepala
Kebersihan kepala : kepala bersih
Bentuk kepala : oval
Keadaan rambut : rambut berwarna hitam, panjang, tidak mudah rontok dan patah
Keadaan kulit kepala : kering
Nyeri kepala/ pusing : tidak ada
3. Mata
Kebersihan : bersih tidak ada kotoran
Ketajaman penglihatan/ visus : baik
Peradangan : tidak ada
Sclera : sclera tidak ikterik
Pupil : kedua pupil mengecil saat terkena cahaya dan kembali melebar
jika tidak terkena cahaya (isokor)
Gerak bola mata : gerak bola mata mampu mengikuti arah jari petugas bergerak
Konjungtiva : konjungtiva tidak anemis
Refleks kornea : Kurnia dapat berkedip saat didekatkan dengan kapas
Rasa nyeri : tidak ada nyeri
Pemakaian alat bantu : tidak memakai alat bantu
4. Hidung
Kebersihan : hidung bersih
Struktur : simetris
Polip : tidak tampak ada polip
Sinus : tidak ada sinus
Perdarahan : tidak ada perdarahan
Peradangan : tidak ada peradangan
Fungsi penciuman : fungsi penciuman dapat membedakan bau minyak kayu putih
dengan parfum
5. Telinga
Kebersihan : telinga tampak bersih
Struktur : simetris
Nyeri : tidak ada
Cairan : tidak ada
Tanda peradangan : tidak ada tanda peradangan
Fungsi pendengaran : dapat mendengar suara gesekan jari saat di dekatkan di telinga
6. Mulut
Kebersihan : keadaan mulut tampak bersih
Keadaan gigi : gigi lengkap
Problem menelan : tidak ada
Bicara : berbicara teratur dan lancar
Rongga mulut : keadaan rongga mulut bersih
Fungsi mengunyah : fungsi mengunyah baik
Fungsi pengecap : dapat membedakan rasa manis dan pahit
7. Leher
Vena jugularis : tidak ada pembendungan Vena jugularis
Arteri karotis : 88x/menit
Pembesaran tiroid : tidak ada pembesaran pada tiroid
Pembesaran limfa : tidak ada pembesaran pada rimba
8. Dada
Bentuk dada : bentuk dada simetris
Pengembangan thorax : saat melakukan inspirasi dan ekspirasi mengembangkan torak
kiri dan kanan sama
Batuk : tidak ada
sputum : tidak ada sputum
Vokal premitus : berapa di semua area permukaan dada
Resonansi : terdengar di semua area
Bunyi nafas : vesikuler
Bunyi nafas tambahan : tidak ada
9. Jantung
Ukuran jantung : tidak terkaji
Denyut jantung : 88x/menit
Nyeri dada : tidak ada
Palpitasi : tidak ada palpitasi
Bunyi jantung : S1 dan S2 tunggal
10. Abdomen
Warna kulit : kuning langsat
Bunyi peristaltik : 5x/menit
Keadaan permukaan abdomen : datar, terdapat Jejas pada abdomen bagian hypogastrik
Pembesaran abdomen : tidak ada
Nyeri tekan : nyeri tekan pada bagian kanan iliaka, kanan lumbal
11. Genitalia
Kebersihan : tidak terkaji
Keadaan kelamin luar : tidak terkaji
Keadaan kandung kemih : tidak teraba penuh
Pembesaran kelenjar : tidak terkaji
12. Ekstremitas atas dan bawah
Struktur : simetris
Kekuatan otot : tonus otot
5 5
5 5
Kekakuan sendi : tidak ada kekakuan sendi
Trauma : tidak ada trauma
Nyeri : tidak ada nyeri
Pola aktivitas : pasien mampu beraktivitas dengan bantuan minimal
Protesa : tidak menggunakan alat bantu
13. Kulit
Kebersihan : kulit nampak bersih
Struktur : struktur utuh
Tugor : kembali kurang 2 s jika ditekan
Warna : kuning langsat
Kelembaban : kering
Lesi : hanya luka lecet di lengan kiri dan kaki kiri dicharge di perut bagian
hipogastrium
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. nyeri berhubungan dengan trauma abdomen di tandai dengan pasien mengatakan merasa
nyeri di perut kanan bagian bawah ,
2. resiko infeksi berhubungan dengan luka di tandai
INTERVENSI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
CATATAN PERKEMBANGAN
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Trauma abdomen merupakan kasus gawat darurat yang perlu penanganan segera dikarenakan
adanya ancaman kematian. Penanganan dari keadaan klien dengan trauma abdomen
sebenarnya sama dengan prinsip penanganan kegawatdaruratan, dimana yang pertama perlu
dilakukan primary survey. Penilaian keadaan penderita dan prioritas terapi dilakukan
berdasarkan jenis perlukaan, tanda-tanda vital dan mekanisme trauma pada penderita yang
terluka parah terapi diberikan berdasarkan prioritas. Pengelolaan primary survery yang cepat
dan kemudian resusitasi, secondary survey dan akhirnya terapi definitif. Proses ini
merupakan ABC –nya trauma dan berusaha untuk mengenali keadaan yang mengancam
nyawa terlebih dahulu, dengan berpatokan pada urutan berikut: Airway, menjaga airway
dengan kontrol servikal (cervikal spine control), Breathing, menjaga pernafasan dengan
ventilasi control (ventilation control), Circulation dengan control perdarahan (bleeding
control), Disability : status neurologis (tingkat kesadaran/GCS, Respon Pupil),
Exposure/environmental contro
3.2 saran
Harapan kami semoga dengan selesainya makalah ini dapat memenuhi kebutuhan materi bagi
para pembaca terutama bagi para mahasiswa khusunya bagi kami, namun tidak menutup
kemungkinan makalah ini bisa sesempurna mungkin. Maka dari itu kritik dan saran dari para
pembaca kami harapkan, terutama dari dosen pembimbing.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.sehatq.com/penyakit/trauma-abdomen
Kumpulan Kuliah Patologi. FKUI Brunner / Sudart. Texbook of Medical Surgical Nursing Fifth edition
IB. Lippincott Company. Philadelphia. 1984. Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam : Balai
Penerbit FKUI, Jakarta, 1987, Edisi II.
https://123dok.com/document/yjom6xmz-asuhan-keperawatan-gadar-trauma-abdomen.html
https://pdfcoffee.com/asuhan-keperawatan-gadar-pencernaan-pdf-free.html
https://id.scribd.com/document/351344597/Askep-Gadar-Dengan-Trauma-Abdomen