Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH MATA KULIAH GADAR

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN SISTEM PENCERNAAN (TARAUMA


ABDOMEN)

OLEH :

KELOMPOK 1

ANGGOTA KELOMPOK

IFFATUL MILAH 1150019001

WAHYU NINGSIH 1150019012

FAISOL 1150019027

ANIK MULZAMAH 1150019031

ARIYANI DWI RACHMA 115001945

MILA ROSA 1150019051

DOSEN FASILITATOR:

Sulistyorini, S.Kep.Ns., M.Tr.Kep

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta Hidayah-Nya,
sehingga makalah GADAR mengenai “Asuhan Keperawatan Kegawat Daruratan Sistem Pencernaan
(Tarauma Abadomen)” dapat kami susun.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah GADAR .
Selain itu juga diharapkan bisa memberikan wawasan kepada pembaca.

Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu memberi bimbingan, ilmu,
dorongan, serta saran-saran kepada penyusun.

Kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa isi maupun penyajian makalah ini jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini bermanfaaat bagi kita semua, Amiin.

Surabaya, 24 september 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
2.2 Klasifikasi
2.3 Etiologi
2.4 Patofisiologi
2.5 Pathway
2.6 Tanda dan Gejala Trauma Abdomen
2.7 Manifestasi Klinis
2.8 Pemeriksaan penunjang
2.9 Penatalaksanaan
2.10Komplikasi
2.11ASUHAN KEPERAWATAN
2.11.1 PENGKAJIAN
2.11.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
2.11.3 PERENCANAAN KEPERAWATAN
BAB III PENUTUP

3.1 kesimpulan

3.2 saran

DATAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pertolongan penderita gawat darurat dapat terjadi dimana saja baik di dalam rumah sakit
maupun di luar rumah sakit, dalam penanganannya melibatkan tenaga medis maupun non medis
termasuk masyarakat awam. Pada pertolongan pertama yang cepat dan tepat akan menyebabkan
pasien/korban dapat tetap bertahan hidup untuk mendapatkan pertolongan yang lebih lanjut. Adapun
yang disebut sebagai penderita gawat darurat adalah penderita yang memerlukan pertolongan segera
karena berada dalam keadaan yang mengancam nyawa, sehingga memerlukan suatu pertolongan yang
cepat, tepat, cermat untuk mencegah kematian maupun kecacatan. Untuk memudahkan dalam
pemberian pertolongan korban harus diklasifikasikan termasuk dalam kasus gawat darurat, darurat
tidak gawat, tidak gawat tidak darurat dan meninggal. Salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan
tindakan segera dimana pasien berada dalam ancaman kematian karena adanya gangguan hemodinamik
adalah trauma abdomen di mana secara anatomi organ-organ yang berada di rongga abdomen
adalah organ-organ pencernaan. Selain trauma abdomen kasus-kasus kegawatdaruratan pada system
pencernaan salah satunya perdarahan saluran cerna baik saluran cerna bagian atas ataupun saluran
cerna bagian bawah bila hal ini dibiarkan tentu akan berakibat fatal bagi korban atau pasien bahkan bisa
menimbulkan kematian. Oleh karena itu kita perlu memahami penanganan kegawat daruratan pada
system pencernaan secara cepat,cermat dan tepat sehingga hal-hal tersebut dapat kita hindari.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi Kegawat Daruratan Sistem Pencernaan (Tarauma Abadomen)


2. Apa saja pembagian Kegawat Daruratan Sistem Pencernaan (Tarauma Abadomen)
3. Asuhan keperawatan pada Kegawat Daruratan Sistem Pencernaan (Tarauma Abadomen)
1.3 TUJUAN PENELITIAN

1. Menganalisis Kegawat Daruratan Sistem Pencernaan (Tarauma Abadomen)


2. Untuk memahami definisi Kegawat Daruratan Sistem Pencernaan (Tarauma Abadomen)
3. Untuk mengetahaui pembagian hipersensitivitas Kegawat Daruratan Sistem Pencernaan (Tarauma
Abadomen)
4. Untuk memahami asuhan keperawatan pada Kegawat Daruratan Sistem Pencernaan (Tarauma
Abadomen.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dilingkupi oleh otot-otot perut pada bagian
ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di sebelah dorsal. Bagian atas abdomen
berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas abdomninalis berbatasan dengan cavitas thorax
atau rongga dada melalui otot diafragma dan sebelah bawah dengan cavitas pelvis atau rongga
panggul. Antara cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi dengan membran serosa yang
dikenal dengan sebagai peritoneum parietalis. Membran ini juha membungkus organ yang ada di
abdomen dan menjadi peritoneum visceralis. Pada vertebrata, di dalam abdomen terdapat
berbagai sistem organ, seperti sebagian besar organ sistem pencernaan, sistem perkemihan.
Berikut adalah organ yang dapat ditemukan di abdomen: komponen dari saluran cerna: lambung
(gaster), usus halus, usus besar (kolon), caecum, umbai cacing atau appendix; Organ pelengkap
dai saluran cerna seperti: hati (hepar), kantung empedu, dan pankreas; Organ saluran kemih
seperti: ginjal, ureter, dan kantung kemih (vesica urinaria); Organ lain seperti limpa (lien).
Kasus kasus kegawatdaruratan pada sistem pencernaan bisa disebabkan karena trauma
dan non trauma. Untuk kasus kegawatdaruratan sistem cerna ini biasa disebut dengan akut
abdomen. Akut abdomen adalah suatu keadaan klinik akibat kegawatan di rongga abdomen
biasanya timbul secara mendadak dengan nyeri sebagai bahan utama yang memerlukan
penanganan segera. Hal ini disebabkan karena Pertama adanya inflamasi atau peradangan pada
apendiks secara akut atau sudah terjadi perforasi appendix, tukak lambung usus tifus, pankreatitis
akut, kolesistitis akut.
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional. (Dorland,2002)
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional
yang hebat. (Brooker, 2001)
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44 tahun.
Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus
serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja. (Smeltzer, 2001)
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta
trauma yang disengaja atau tidak disengaja. (Smeltzer, 2001)
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa Tembusnya
dinding perut dimana pada penanganan atau penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat
pula dilakukan tindakan laparatomi. (FKUI, 1995)
Jenis trauma abdomen ada trauma tumpul dan trauma tembus. Pada trauma tembus resiko
terjadinya kerusakan organ lebih sedikit daripada trauma tumpul tetapi pada trauma tembus dapat
mengenai tulang belakang dan organ yang berada di retroperitoneal.

2.2 Klasifikasi

Menurut Fadhilakmal (2013), trauma pada dinding abdomen terdiri dari:

1. Konstusio dinding abdomen

Disebankan trauma non-penetrasi konstusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra
abdomen, kemungkinan terjadi ekimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak
dan massa darah dapat menyerupai tumor.

2. Laserasi

Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen harus
dieksplorasi atau terjadi karena trauma penetrasi. Trauma abdomen adalah kejadian atau
kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga
terjadi gangguan metabolisme, kelainan imunologi dan gangguan fatal berbagai organ.
Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & brunner (2002) terdiri dari :
1. Performasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin disertai oleh bukti adanya cedera pada dinding
abdomen.
2. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah.
3. Cedera thoraks abdomen
Setiap luka pada thorax yang memungkin menembus sayap kiri diafragma, atau sayap
kanan dan hati harus dieksplorasi.

2.3 Etiologi
Menurut Smaltzer (2002), penyebab trauma abdomen dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas,
penganiayaan, kecelakaan olahraga dan jatuh dari ketinggian. Penyebab trauma yang lainnya
sebagai berikut:

1. Penyebab trauma penetrasi


a. Luka akibat terkena tembakan
b. Luka akibat tikaman benda tajam
c. Luka akibat tusukan
2. Penyebab trauma non penetrasi
a. Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
b. Hancur (tertabrak mobil)
c. Terjepit sabuk pengaman karena terlalu menekan perut
d. Cedera akselerasi atau deselerasi karena kecelakaan olah raga

2.4 Patofisiologi

Menurut Fadhil akmal (2013), bila sesuatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh
manusia (akibat kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari
ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor-faktor fisik dari
Kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh titik berat trauma yang terjadi berhubungan dengan
kemampuan objek statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh.
Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh yang
akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan yang
menghentikan tubuh juga penting. Trauma juga tergantung pada elastisitas dan viskositas dari
jaringan tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang
sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya Walaupun ada
benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut. Beratnya
trauma yang terjadi tergantung kepada Seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati
ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah
posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cedera organ intra
abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme:

1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan dari luar
seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak benar dapat mengakibatkan
terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.
2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae atau
struktur tulang dinding thorax.
3. Terjadi gaya akselerasi - deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya robek pada
organ dan pedikel vaskuler.

2.5 Pathway

Etiologi

(trauma perut, peritonitis, perdarahan saluran pencernaan, sumbatan pada usus halus, anus besar, masa
perut)

Laparatomi

Mual, muntah anoreksia Insisi jaringan

Ketidakseimbangan Nutrisi
Ketidakseimbangan nutrisi

Terputusnya inkontinuitas jaringan

Kecemasan/ansietas

Peradangan Nyeri akut


Ketidakefektifan pola napas

Luka infasif post pembedahan

Pembat asan aktivitas Resiko Resiko


tinggi infeksi
infek Kelemahan

Kelemahan hambatan mobilitas fisik Intoleransi aktivitas


( http://www.scribd.com/document/248448707/Pathway-laparatomi )

2.6 Tanda dan Gejala Trauma Abdomen


1. Trauma tumpul di perut

Gejala trauma tumpul sering tidak muncul seketika setelah terjadi benturan titik tapi
keluhan yang muncul bisa berupa :
a. Sakit perut
b. Memar pada lokasi benturan
c. Perdarahan di saluran pencernaan bagian bawah
d. Tanda – tanda vital yang tidak stabil, seperti denyut nadi yang cepat, tekanan
darah yang rendah, serta pernapasan abnormal
e. Nyeri yang menjalar ke bahu kiri (bisa menjadi gejala cedera pada limpa)
f. Hematuria, yakni darah dalam urine (bisa menjadi gejala cedera ginjal)
g. Parut terasa kaku (bisa menjadi gejala peritonitis, yakni peradangan lapisan
dinding dalam perut)

2. Trauma tembus di perut

Gejala trauma tembus umumnya bisa langsung terlihat. Contohnya: perdarahan


dari perut dan muncul lubang atau luka di perut. Meski begitu, jenis keluhan yang muncul
Bisa pula tergantung pada berbagai faktor. Mulai dari jenis senjata atau benda tajam yang
terlibat, letak dan besar cedera, organ mana yang terluka serta jumlah luka. Penderita
mungkin akan mengalami kehilangan darah dan pingsan sehingga bisa berakibat fatal jika
tidak ditangani dengan segera.

2.7 Manifestasi Klinis


1. Nyeri tembus (trauma perut dengan penetrasi ke dalam rongga peritonium) :
2.1.1 Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2.1.2 Respon stres simpatis
2.1.3 Darah
2.1.4 Kontaminasi bakteri
2.1.5 Kematian sel

1. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi ke dalam rongga peritonium) :


a. Kehilangan darah
b. Memar/jejas di dinding perut
c. Kerusakan organ-organ
d. Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding perut
e. Iritasi cairan usus
2.8 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan rektum :

Adanya darah menunjukkan kelainan pada usus besar; kuldosentesi, kemungkinan adanya
darah dalam lambung; dan katerisasi, adanya darah menunjukkan adanya lesi pada saluran
kencing.

a. Laboratorium: foto thoraks, hemoglobin, hematokrit, leukosit, analisis urine.


b. Radiologik: bila diindikasikan untuk dilakukan laparatomi
c. IVP / sistogram: hanya dilakukan bila ada kecurigaan pada trauma saluran kencing.
2. Parasentesis perut:

Tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut yang diragukan adanya kelainan pada
rongga perut yang disertai dengan trauma kepala yang berat, dilakukan dengan menggunakan
jarum pungsi no 18 atau 20 yang ditusukkan melalui dinding perut di daerah kuadran bawah atau
digaris tengah di bawah pusat dengan menggosokkan buli-buli terlebih dahulu.

3. Lavase peritoneal:

Fungsi dan aspirasi atau bilasan rongga perut dengan memasukkan cairan garam
fisiologis melalui kanula yang dimasukkan ke dalam rongga peritoneum.
Perlengkapan yang dilakukan pada pasien post laparatomi adalah :
a. Respiratory: bagaimana saluran pernapasan, jenis pernapasan, bunyi pernapasan.
b. Sirkulasi: tensi, nadi, respirasi, dan suhu warna kulit, refil kapiler.
c. Persyarafan: tingkat kesadaran.
d. Balutan: apakah ada drainase? apakah ada tanda-tanda infeksi, bagaimana proses
penyembuhannya?
e. Peralatan: monitor yang terpasang, cairan infus dan transfusi.
f. Rasa nyaman : rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien dan status ventilasi.

2.9 Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer (2002), penatalaksanaan adalah :

1. Abdominal paracentesis menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritonium merupakan


indikasi untuk laparatomi
2. Pemasangan NGT memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma abdomen
3. Pemberian antibiotik mencegah infeksi
4. Pemberian antibiotika IV pada penderita trauma tembus atau pada trauma tumpul bila ada
persangkaan perlukaan intestinal
5. Penderita dengan trauma tumpul yang terkesan adanya pendarahan hebat yang melakukan
kestabilan sirkulasi atau ada tanda-tanda perlukaan abdomen lainnya memerlukan
pembedahan
6. Prioritas utama adalah menghentikan pendarahan yang berlangsung di. Gumpalan kata dapat
menghentikan pendarahan yang berasal dari daerah tertentu, tetapi yang lebih penting adalah
menemukan sumber perdarahan itu sendiri
7. Kontaminasi lebih lanjut oleh isi usus harus dicegah dengan mengisolasikan bagian usus yang
terforasi tadi dengan mengklem sesegera mungkin setelah perdarahan teratasi

Penanganan kegawat daruratan :


1. Stop makanan dan minuman
2. Imobilisasi
3. Kirim ke Rumah Sakit
Penanganan awal :
1. Trauma penetrasi (Trauma tajam)
a. Bila terjadi luka tusuk (pisau atau benda tajam lain), maka tusukan tidak boleh
dicabut kecuali dengan adanya tim medis
b. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan kain kasa pada
daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah luka
c. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak dianjurkan
dimasukkan kembali ke dalam tubuh, kemudian organ yang keluar dari dalam
tersebut dibalut dengan kain bersih atau bila ada dengan perban steril
d. Immobilisasi pasien
e. Tidak di anjurkan memberi makan dan minum
f. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut dengan menekan
g. Sesegera mungkin bawa pasien tersebut ke rumah sakit
2. Trauma penetrasi
a. Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang ahli bedah
yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal untuk menentukan
dalamnya luka. ini sangat berguna bila ada luka masuk dan luka keluar yang
berdekatan
b. Skrining pemeriksaan rongten
c. Foto rongten thoraks tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan hemo
atau pneumothoraks atau untuk menemukan adanya udara intraperitoneum serta
ringtone abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan Jalan peluru atau
adanya udara retroperitoneum
d. IVP atau Exeretory dan CT scanning dilakukan untuk mengetahui jenis cidera
yang ada
e. Uretrografi dilakukan untuk mengetahui adanya rupture uretra
f. Sistografi ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya cedera pada kandung
kencing, contohnya pada fraktur pelvis
3. Trauma non-penetrasi
a. Penanganan pada trauma benda tumpul di rumah sakit
b. Pengambilan contoh darah dan urine
c. Darah di ambil dari salah satu Vena permukaan untuk pemeriksaan laboratorium
rutin dan juga untuk pemeriksaan laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah
lengkap, potasium, glukosa, amilase dan sebagainya
d. Pemeriksaan rongten
e. Pemeriksaan rongten servikal lateral, thoraks anteroposterior dan pelvis adalah
pemeriksaan yang harus dilakukan pada penderita dengan multi trauma, mungkin
berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di retroperitoneum atau udara
bebas di bawah diafragma, yang keduanya memerlukan laparatomi segera
f. Studi kontras urologi dan gastrointertinal
g. Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, colon ascendens atau
descendens dan dubur

2.10 Komplikasi
1. Segera : hemoragik, syok, dan cedera
2. Lambat : infeksi
3. Trombosis Vena
4. Emboli pulmonal
5. Stres ulserasi dan perdarahan
6. Pneumonia
7. Tekanan ulserasi
8. Atelektasis
9. Sepsis H.
A. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Dasar pemeriksaan fisik ‘head to toe’ harus dilakukan dengan singkat tetapi
menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki. Pengkajian data dasar menurut Brunner
& Suddart (2001), adalah :

a. Aktifitas / istirahat

Data Subyektif : Pusing, sakit kepala,nyeri, mulas

Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan


cedera (trauma).

b. Sirkulasi

Data Obyektif : Kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas


(hipoventilasi, hiperventilasi, dll).

c. Integritas ego

Data Subyektif : Perubahan tingkah laku / kepribadian

(tenang atau dramatis)

Data Obyektif : Cemas, bingung, depresi.

d. Eliminasi

Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih / usus atau mengalami


gangguan fungsi.

e. Makanan dan cairan

Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera makan.


Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen

f. Neurosensori

Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara,vertigo Data


Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan
statusmental, kesulitan dalam menentukan posisi tubuh

g. Nyeri dan kenyamanan

Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang
berbeda, biasanya lama.

Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.

h. Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas
i. Keamanan

Data Subyektif : Trauma baru / trauma karena kecelakaan. Data Obyektif


: Dislokasi gangguan kognitif, gangguan rentang gerak

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan
b. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi
abdomen.
c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status
kesehatan
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk.
f. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif
dan kerusakan kulit. infeksi tidak terjadi / terkontrol.

3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
a. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan.
Tujuan : Terjadi keseimbangan volume cairan. Kriteria hasil:
Kebutuhan cairan terpenuhi Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda vital
Rasional: untuk mengidentifikasi defisit volume cairan
2) Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotic dan vitamin
Rasional: mengidentifikasi keadaan perdarahan
3) Kaji tetesan ini
Rasional: awasi tetesan untuk mengidentifikasi kebutuhan cairan.
4) Kolaborasi : Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
Rasional: cara parenteral membantu memenuhi kebutuhan nuitrisi
tubuh.
5) Kolaborasi Tranfusi darah
Rasional: menggantikan darah yang keluar.

b. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi


abdomen. Tujuan : Nyeri teratasi

Intervensi :

1) Kaji karakteristik nyeri


Rasional: mengetahui tingkat nyeri klien.
2) Beri posisi semi fowler.
Rasional: mengurngi kontraksi abdomen
3) Anjurkan tehnik manajemen nyeri seperti distraksi

Rasional: membantu mengurangi rasa nyeri dengan mengalihkan


perhatian

4) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.


Rasional: analgetik membantu mengurangi rasa nyeri.
5) Managemant lingkungan yang nyaman
Rasional: lingkungan yang nyaman dapat memberikan rasa nyaman
klien
c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan
Tujuan : Ansietas teratasi Intervensi :
1) Perilaku koping baru dan anjurkan penggunaan ketrampilan yang berhasil
pada waktu lalu
Rasional: koping yang baik akan mengurangi ansietas klien.
2) Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas dan rasa takut
dan berikan penanganan
Rasional: mengetahui ansietas, rasa takut klien bisa mengidentifikasi
masalah dan untuk memberikan penjelasan kepada klien.
3) Jelaskan prosedur dan tindakan dan beripenguatan penjelasan mengenai
penyakit
Rasional: apabila klien tahu tentang prosedur dan tindakan yang akan
dilakukan, klienmengerti dan diharapkan ansietas berkurang
4) Pertahankan lingkungan yang tenang dantanpa stresRasional: lingkungan
yang nyaman dapat membuat klien nyaman dalam menghadapi situasi

5) Dorong dan dukungan orang terdekatRasional: memotifasi klien

d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik


Tujuan : Dapat bergerak bebas Intervensi :

1) Kaji kemampuan pasien untuk bergerak


Rasional: mengidentifikasi kemampuan klien dalam mobilisasi
2) Dekatkan peralatan yang dibutuhkan pasien
Rasional: meminimalisir pergerakan kien
3) Berikan latihan gerak aktif pasif
Rasional: melatih otot-otot klien
4) Bantu kebutuhan pasien
Rasional: membantu dalam mengatasi kebutuhan dasar klien
5) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi.
Rasional: terapi fisioterapi dapat memulihkan kondisi klien

e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk.Tujuan: Mencapai


penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
1. Kriteria Hasil :
2. tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
3. luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
4. Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
1) Intervensi:
5. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembanganluka.
Rasional : mengetahui tingkat kerusakan kulit klien
6. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.

Rasional : mengkaji resiko terjadinya infeksi 3) Pantau peningkatan suhu


tubuh.

Rasional : mengontrol tanda-tanda infeksi

7. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa
kering dan steril, gunakan plester kertas.
Rasional:membantu proses penyembuhan luka dan menjaga agar luka
kering dan bersih
8. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan misalnya
debridement.
Rasional : memperbaiki keutuhan integritas kulit secara cepat Setelah
debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.
Rasional :menjaga luka agar tidak terpapar mikroorganisme
9. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
Rasional : membunuh mikroba penyebab infeksi
Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer,
perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan
kerusakan kulit.
Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol.

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DENGAN TRAUMA ABDOMEN

1. PENGKAJIAN
i. BIODATA
Nama : NY. A
Umur : 22 tahun
Tanggal lahir : 2 Februari 1999
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Desa Sukolilo Barat Labang Bangkalan
Ruang rawat : IGD
No Reg : 34 -××-××
Tanggal masuk RS : 23 September 2021
Tanggal pengkajian : 23 September 2021
Diagnosa medis : trauma abdomen
Identitas Penanggung jawab
Nama : TN. D
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pendidikan : SMA

Agama : Islam
Alamat : desa Sukolilo Barat Labang Bangkalan
Hubungan dengan klien : ayah
ii. PENGKAJIAN FOKUS
Klien mengalami kecelakaan tunggal, menabrak truk yang menyeberang kemudian perut
klien terhantam setang Bang kendaraan mengakibatkan ada Jejas diperut klien .
iii. PENGKAJIAN PRIMER
A : tidak ada sumbatan jalan nafas
B : gerakan pengembangan dada simetris, pola nafas teratur, Irama nafas 18x/menit
C : nadi teraba, tidak ada tanda sianosis, capillary refil Time < 2 detik, tidak ada perdarahan
D : respon alert (AVPU), kesadaran composmentis dengan GCS E4V5M6 pupil isokor,
reflek cahaya positif
E : terdapat Jejas pada perut pasien
iv. PENGKAJIAN SEKUNDER

Keluhan utama : nyeri dibagian perut kanan bawah


Riwayat penyakit Sekarang : waktu di jalan berangkat ke tempat kerja di turunan jembatan
menabrak truk yang menyeberang printer tumbuk setang kendaraan kejadian Sekitar pagi jam
6, klien datang ke IGD jam 10 pagi

Riwayat penyakit dahulu : tidak ada da

Riwayat penyakit keluarga : hipertensi

1. Keadaan Umum
 Kesadaran : Composmesntis
 Vital sign
TD : 140/70 mmHg
Nadi : 88x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu : 36, 8°C
 GCS : E4V5M6
2. Kepala
Kebersihan kepala : kepala bersih
Bentuk kepala : oval
Keadaan rambut : rambut berwarna hitam, panjang, tidak mudah rontok dan patah
Keadaan kulit kepala : kering
Nyeri kepala/ pusing : tidak ada
3. Mata
Kebersihan : bersih tidak ada kotoran
Ketajaman penglihatan/ visus : baik
Peradangan : tidak ada
Sclera : sclera tidak ikterik
Pupil : kedua pupil mengecil saat terkena cahaya dan kembali melebar
jika tidak terkena cahaya (isokor)
Gerak bola mata : gerak bola mata mampu mengikuti arah jari petugas bergerak
Konjungtiva : konjungtiva tidak anemis
Refleks kornea : Kurnia dapat berkedip saat didekatkan dengan kapas
Rasa nyeri : tidak ada nyeri
Pemakaian alat bantu : tidak memakai alat bantu
4. Hidung
Kebersihan : hidung bersih
Struktur : simetris
Polip : tidak tampak ada polip
Sinus : tidak ada sinus
Perdarahan : tidak ada perdarahan
Peradangan : tidak ada peradangan
Fungsi penciuman : fungsi penciuman dapat membedakan bau minyak kayu putih
dengan parfum
5. Telinga
Kebersihan : telinga tampak bersih
Struktur : simetris
Nyeri : tidak ada
Cairan : tidak ada
Tanda peradangan : tidak ada tanda peradangan
Fungsi pendengaran : dapat mendengar suara gesekan jari saat di dekatkan di telinga
6. Mulut
Kebersihan : keadaan mulut tampak bersih
Keadaan gigi : gigi lengkap
Problem menelan : tidak ada
Bicara : berbicara teratur dan lancar
Rongga mulut : keadaan rongga mulut bersih
Fungsi mengunyah : fungsi mengunyah baik
Fungsi pengecap : dapat membedakan rasa manis dan pahit
7. Leher
Vena jugularis : tidak ada pembendungan Vena jugularis
Arteri karotis : 88x/menit
Pembesaran tiroid : tidak ada pembesaran pada tiroid
Pembesaran limfa : tidak ada pembesaran pada rimba
8. Dada
Bentuk dada : bentuk dada simetris
Pengembangan thorax : saat melakukan inspirasi dan ekspirasi mengembangkan torak
kiri dan kanan sama
Batuk : tidak ada
sputum : tidak ada sputum
Vokal premitus : berapa di semua area permukaan dada
Resonansi : terdengar di semua area
Bunyi nafas : vesikuler
Bunyi nafas tambahan : tidak ada
9. Jantung
Ukuran jantung : tidak terkaji
Denyut jantung : 88x/menit
Nyeri dada : tidak ada
Palpitasi : tidak ada palpitasi
Bunyi jantung : S1 dan S2 tunggal
10. Abdomen
Warna kulit : kuning langsat
Bunyi peristaltik : 5x/menit
Keadaan permukaan abdomen : datar, terdapat Jejas pada abdomen bagian hypogastrik
Pembesaran abdomen : tidak ada
Nyeri tekan : nyeri tekan pada bagian kanan iliaka, kanan lumbal
11. Genitalia
Kebersihan : tidak terkaji
Keadaan kelamin luar : tidak terkaji
Keadaan kandung kemih : tidak teraba penuh
Pembesaran kelenjar : tidak terkaji
12. Ekstremitas atas dan bawah
Struktur : simetris
Kekuatan otot : tonus otot
5 5
5 5
Kekakuan sendi : tidak ada kekakuan sendi
Trauma : tidak ada trauma
Nyeri : tidak ada nyeri
Pola aktivitas : pasien mampu beraktivitas dengan bantuan minimal
Protesa : tidak menggunakan alat bantu
13. Kulit
Kebersihan : kulit nampak bersih
Struktur : struktur utuh
Tugor : kembali kurang 2 s jika ditekan
Warna : kuning langsat
Kelembaban : kering
Lesi : hanya luka lecet di lengan kiri dan kaki kiri dicharge di perut bagian
hipogastrium

v. KEBUTUHAN FISIK DAN PSIKOSOSIAL


1. Nutrisi
Frekuensi, waktu makan, nafsu makan, jenis makanan di rumah, makanan yang tidak
disukai/alergi/pantangan, kebiasaan sebelum makan
Di rumah : pasien makan 2 kali sehari, sahur dan buka koma nafsu makan baik,
makan nasi putih, tidak ada pantangan, alergi
Di rumah sakit : pasien belum ada makan di IGD
2. Eliminasi ( BAB/BAK)
Frekuensi, warna, konsistensi, keluhan berhubungan dengan BAB/BAK, penggunaan
laxantif/obat lain
Di rumah : BAB 1 kali sehari, warna coklat, lembek, BAK 3-4 kali sehari ,
berwarna kuning jernih
Di rumah sakit : tidak ada BAB dan BAK Di IGD
3. Personal Hygiene
Mandi, oral hygiene, cuci rambut
Di rumah : pasien mandi 3 kali sehari , menyikat gigi 3 kali sehari dan mencuci
rambut 3 hari sekali
Di rumah sakit : pasien tidak ada mandi , sikat gigi dan mencuci rambut di IGD
4. Istirahat/Tidur
Lama, tidur siang, kebiasaan sebelum tidur, keluhan atau masalah
Di rumah : biasanya tidur selama 6 sampai 7 jam, tidur siang jarang
Di rumah sakit : tidak tidur selama di IGD
5. Aktivitas
Kegiatan waktu luang, kemampuan dalam beraktifitas seperti makan, mandi, berpakaian,
keluhan dalam beraktivitas
Di rumah : biasanya klien berkumpul dengan teman sekantor dapat melakukan
aktivitas dengan Mandiri
Di rumah sakit : pasien ke toilet dibantu oleh keluarga atau petugas
6. Psikososial
a. Masalah yang mempengaruhi pasien
b. Persepsi pasien terhadap penyakitnya
 Hal yang sangat difikirkan saat ini : Kecelakaan yang dialami klien
 Harapan setelah menjalani perawatan: tidak terjadi masalah kesehatan pada diri
klien
 Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit : tidak bisa masuk kerja
c. Mekanisme koping terhadap stres ditemani oleh : suami
d. Dampak penyakit pasien terhadap keluarga : suami dan orang tua harus menemani
pasien di IGD sampai diperbolehkan pulang
e. Pola interaksi dengan orang terdekat : baik
f. Bagaimana hubungan klien dengan tenaga kesehatan keperawatan selama dirawat
titik2 klien dapat bekerjasama dengan kooperatif dan mengikuti perkataan tenaga
kesehatan yang lain

vi. KEBUTUHAN SPIRITUAL


 Agama yang dianut : Islam
 Kegiatan spiritual yang dilakukan : Berdzikir
 Dampak penyakit terhadap kegiatan spiritual : Tidak Dapat Berpuasa
vii. DATA PENUNJANG
1. USG
Organ yang berada di rongga abdomen tidak mengalami cedera, tapi terdapat cairan di cavum
Douglas kurang lebih 7 cc. Belum diketahui Cairan apa yang ada tersebut

ANALISA DATA

HARI/TANGGAL DATA ETIOLOGI MASALAH


DS : trauma abdomen nyeri
Kamis 23 _pasien mengatakan mengeluh nyeri
september 2021 di perut kanan bagian bawah
DO :
_ tampak ada jejas di bagian
hipogastrik
_TD 140/70mmhg
_ N 88x/menit
_ RR 18x/menit
_S 36,8°C
Luka resiko infeksi
DS :
_pasien mengeluh sakit di perut yang
tampak ada jejas
DO :
-tampak ada jejas / luka di perut kanan
bagian bawah
_ klien tampak gelisah
p_ernapasan klien 30x/ menit
_TD160/70 mmhg

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. nyeri berhubungan dengan trauma abdomen di tandai dengan pasien mengatakan merasa
nyeri di perut kanan bagian bawah ,
2. resiko infeksi berhubungan dengan luka di tandai
INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


1. nyeri setelah diberi tindakan 1. kaji nyeri secara 1. untuk menentukan
berhubungan keperawatan selama 1 x komprehensif intervensi yang tepat
dengan trauma 8 jam nyeri yang meliputi lokasi 2 petunjuk nonverbal
abdomen dialami pasien karakteristik, durasi dari nyeri atau
terkontrol dengan dan frekuensi ketidaknyamanan
kriteria hasil kualitas dan memerlukan intervensi
_ pasien melaporkan intensitas nyeri dan 3 tindakan alternatif
nyeri berkurang faktor untuk mengurangi nyeri
_pasien tampak tenang 2 presipitasi 4 membantu klien untuk
_ ttv dalam batas evaluasi dapat mengontrol nyeri
normal peningkatan 5 menurunkan stimulus
_TD 140_90mmhg iritabilitas tegangan nyeri
_N 60-100x/mnt otot gelisah dan 6 dibutuhkan untuk
_ RR 16_24x/menit perubahan tanda- menghilangkan spesma
_suhu 36,5 sampai tanda vital atau nyeri otot.
37,5c 3 berikan posisi
_pasien dapat yang nyaman pada
menggunakan teknik pasien
non analgetik untuk 4 ajarkan
menangani nyeri. menggunakan
teknik relaksasi
latihan nafas
5 berikan
lingkungan yang
nyaman
6 kolaborasi
pemberian obat
sesuai indikasi.

2. resiko infeksi setelah diberi tindakan 1. pantau tanda- 1 mengidentifikasikan


keperawatan 1x8 jam tanda vital tanda-tanda peradangan
infeksi tidak terjadi 2 lakukan terutama bila suhu tubuh
dengan kriteria hasil keperawatan luka meningkat
1 tidak ada tanda-tanda dengan teknik 2.
infeksi seperti dolor aseptik mengendalikanenyebaran
kalor tumor rubor 3 lakukan mikroorganisme patogen
fungsiolesa keperawatan 3 untuk mengurangi
2 ttv dalam batas terhadap prosedur resiko infeksi
normal invasif seperti nasokomial
_ TD 140_90/ 70_90 pemasangan infus 4 penurunan HB dan
mmhg kateter grannis luka peningkatan jumlah
_N 60_100x/menit dan lain-lain leukosit dari normal bisa
_RR 16_24x/menit 4 jika ditemukan terjadi akibat terjadinya
_S 36_37, 5c tanda-tanda infeksi proses infeksi
kolaborasi untuk 5 antibiotik mencegah
pemeriksaan darah perkembangan
seperti HB dan mikroorganisme patogen.
leukosit
5 kolaborasi untuk
pemberian
antibiotik.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO HARI/TA DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


NGGAL KEPERAWATA
N
1. nyeri S:
Kamis 23 berhubungan 1 mengkaji nyeri secara _ pasien mengatakan nyeri
september dengan trauma komprehensif meliputi lokasi yang dirasakan mulai
2021 abdomen si, karakteristik, durasi, berkurang
frekuensi kualitas dan p: ketika bergerak atau ditekan
intensitas nyeri dan faktor Q: seperti ditusuk-tusuk
presipitasi R: berut bagian kanan bawah
2 mengevaluasi peningkatan S: skala 3 (0 _10)
iritabilitas tegangan otot O:
gelisah dan perubahan tanda- _pasien tampak tenang 2 posisi
tanda vital pasien terbaring tiga tekanan
3 memberikan posisi yang darah 130/70 mmhg nadi 86
nyaman pada pasien kali permenit RR 17 kali per
4.mengajarkan relaksasi atau menit T 36.6c
latihan nafas dalam _pasien mampu melakukan
5. memberikan lingkungan teknik nafas dalam terpasang
yang nyaman infus RL 20 TPM sudah
6. berkolaborasi pemberian diberikan
injeksi antrain 1 amp i.v A:
injeksi keterolac 1 amp masalah teratasi
P:
lanjutkan intervensi
2. Kamis 23 resiko infeksi 1. mengukur tanda-tanda vital S:
september 2 melakukan perawatan luka O :
2021 dengan teknik aseptik _tidak ada tanda-tanda infeksi
3. melakukan perawatan seperti dolor kalor rubor tumor
terhadap prosedur invasif dan fungsiolesa
seperti pemasangan infus _ pasien tanpa tenang
kateter luka dan lain-lain _TD 130/70 mmhg
_N 86x/menit
_RR 17x/menit
_T 36,6c
P:
hentikan intervensi

CATATAN PERKEMBANGAN

NO DIAGNOSA JAM PERKEMBANGAN TTD KETER


KEPERAWATAN ANGA
N
nyeri berhubungan 09.50 mengukur vital sign
dengan trauma TD: 14/70mmhg
abdomen N: 88x/menit
RR: 18x/menit
T : 36,8°c
spo2: 99 %
09.55 memposisikan pasien posisi terbaring.
mengajarkan teknik nafas dalam dan
10.15 batuk efektif.
memasang infus RL 20 TPM.
10.20 pasien dibawa untuk pemeriksaan
10.47 USG.
injeksi antrain 1 ampul injeksi
12.00 ketorolac 1 ampul.

12.05 observasi ada tanda-tanda infeksi.

tidak ada tanda-tanda infeksi.


13.24
mengukur ttv
13. 25 TD :140/870mmhg
N :86x/menit
RR :17x/menit
T :36,8°c
spO2 :98%

pasien dipindah ke ruangan untuk


13.47 dirawat.
BAB III

PENUTUP

3.1 kesimpulan

Trauma abdomen merupakan kasus gawat darurat yang perlu penanganan segera dikarenakan
adanya ancaman kematian. Penanganan dari keadaan klien dengan trauma abdomen
sebenarnya sama dengan prinsip penanganan kegawatdaruratan, dimana yang pertama perlu
dilakukan primary survey. Penilaian keadaan penderita dan prioritas terapi dilakukan
berdasarkan jenis perlukaan, tanda-tanda vital dan mekanisme trauma pada penderita yang
terluka parah terapi diberikan berdasarkan prioritas. Pengelolaan primary survery yang cepat
dan kemudian resusitasi, secondary survey dan akhirnya terapi definitif. Proses ini
merupakan ABC –nya trauma dan berusaha untuk mengenali keadaan yang mengancam
nyawa terlebih dahulu, dengan berpatokan pada urutan berikut: Airway, menjaga airway
dengan kontrol servikal (cervikal spine control), Breathing, menjaga pernafasan dengan
ventilasi control (ventilation control), Circulation dengan control perdarahan (bleeding
control), Disability : status neurologis (tingkat kesadaran/GCS, Respon Pupil),
Exposure/environmental contro

3.2 saran

Harapan kami semoga dengan selesainya makalah ini dapat memenuhi kebutuhan materi bagi
para pembaca terutama bagi para mahasiswa khusunya bagi kami, namun tidak menutup
kemungkinan makalah ini bisa sesempurna mungkin. Maka dari itu kritik dan saran dari para
pembaca kami harapkan, terutama dari dosen pembimbing.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.sehatq.com/penyakit/trauma-abdomen

Kumpulan Kuliah Patologi. FKUI Brunner / Sudart. Texbook of Medical Surgical Nursing Fifth edition
IB. Lippincott Company. Philadelphia. 1984. Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam : Balai
Penerbit FKUI, Jakarta, 1987, Edisi II.

https://123dok.com/document/yjom6xmz-asuhan-keperawatan-gadar-trauma-abdomen.html

https://pdfcoffee.com/asuhan-keperawatan-gadar-pencernaan-pdf-free.html

https://id.scribd.com/document/351344597/Askep-Gadar-Dengan-Trauma-Abdomen

Anda mungkin juga menyukai