Di susun Oleh :
CIMAHI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Masyarakat
B. Rumah Sakit
C. Budaya
D. Masyarakat Rumah Sakit
E. Budaya Rumah Sakit
F. Masyarakat Rumah Sakit Dan Budaya
BAB III PENUTUP.
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “Masyarakat Rumah sakit dan budaya” dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu kami dalam
penyusunan makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat memberi manfaat dan dapat
digunakan dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini
belumlah sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan sarannya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat mengalami
peningkatan pengetahuan tentang kesehatan dan perkembangan informasi semakin cepat.
Pembangunan fasilitas kesehatan seperti Rumah sakit, sebagai unit pelayanan kesehatan,
bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar untuk
memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Demikian juga dengan upaya pemberian
pelayanan keperawatan di Rumah Sakit yang merupakan bagian integral dari upaya
pelayanan kesehatan, dan secara langsung akan memberi kontribusi dalam peningkatan
kualitas hospital care.
Rumah sakit merupakan salah satu sub sistem dari sistem pelayanan kesehatan nasional
secara menyeluruh yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan primer manusia baik sebagai
individu, masyarakat ataupun bangsa yang berguna meningkatkan derajat kesehatan (Imron,
2010). Berbagai proses yang dilakukan oleh profesi medik, paramedik, maupun non-medik
sebagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan warga masyarakat. Profesi dokter dan
perawat yang merupakan ujung tombak pemberian pelayanan di rumah sakit hendaknya
diperhatikan dan dikelola secara professional, sehingga mampu memberikan kontribusi yang
positif bagi masyarakat dan kemajuan rumah sakit melalui peningkatan kinerja (Muzakir, 2009).
Terdapat berbagai komponen yang terlibat dalam suatu Rumah sakit. Komponen Rumah sakit
terdiri dari komponen dalam dan luar Rumah sakit. Komponen dalam meliputi staf medic dan no
medik. Sedangkan komponen luar meliputi pasien baik rawat jalan maupun rawat inap, serta
pengunjung (pengunjung pasien dan pengunjung staff) dan penunggu pasien. Baik komponen
dalam maupun luar Rumah sakit bisa disebut dengan masyarakat Rumah Sakit.
Suatu organisasi yang professional seperti Rumah Sakit tidak akan mampu mewujudkan
suatu kinerja organisasi yang baik tanpa ada dukungan yang kuat dari seluruh komponen sumber
daya organisasi. Peningkatan kinerja organisasi berbanding lurus terhadap peningkatan kinerja
pegawai yang mencerminkan seberapa jauh kemampuan pegawai dalam melaksanakan tugas
yang dibebankan kepadanya. Instrument penting lain dari organisasi kerja adalah budaya kerja.
Budaya kerja adalah suatu falsafah dengan didasari pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang
menjadi sifat, kebiasaan, dan juga pendorong yang dibudayakan dalam suatu kelompok dan
tercermin dalam sikap, perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan, serta tindakan yang terwujud
sebagai kerja (Sumber : Supriyadi dan Guno, http://id.wikimedia.org/wiki/budaya kerja. Diakses
tanggal 13 maret 2015). Budaya kerja yang baik menciptakan kualitas lingkungan organisasi baik
lingkungan internal maupun lingkungan eksternal yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja
pegawai.
Karena pentingnya mengenal bagaimana masyarakat rumah sakit dan budaya rumah sakit
baik itu mengenai budaya organisasi maupun budaya kerja Rumah Sakit, maka kami menyusun
makalah bejudul “ Masyarakat Rumah Sakit dan Budaya” untuk memberikan gambaran yang
lebih jelas tentang masyarakat rumh sakit dan budaya rumah sakit yang berkembang saat ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan masyarakat?
2. Apa yang dimaksud dengan Rumah sakit?
3. Apa yang dimaksud dengan Budaya?
4. Apa yang dimaksud dengan Masyarakat Rumah Sakit?
5. Apa yang dimaksud dengan Budaya Rumah Sakit?
6. Bagaimana gambaran masyarakat rumah sakit dan budaya saat ini?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui mengenai gambaran masyarakat rumah sakit dan budaya rumah sakit yang
berkembang saat ini.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Masyarakat
Salah satu definisi dari masyarakat pada awalnya adalah " a union of families" atau
masyarakat merupakan gabungan atau kumpulan dari keluarga - keluarga. Awal dari
masyarakat pun dapat kita katakan berasal dari hubungan antar individu, kemudian kelompok
yang lebih membesar lagi menjadi suatu kelompok besar orang-orang yang disebut dengan
masyarakat (Khairuddin, 2008). Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah yang
hidup karena proses masyarakat. Masyarakat terbentuk melalui hasil interaksi yang kontinyu
antar individu.
Dalam kehidupan bermasyarakat selalu dijumpai saling pengaruh mempengaruhi antar
kehidupan individu dengan kehidupan bermasyarakat (Soetomo, 2009). Istilah Masyarakat
(Society) artinya tidak diberikan ciri-ciri atau ruang lingkup tertentu yang dapat dijadikan
pegangan, untuk mengadakan suatu analisa secara ilmiah. Istilah masyarakat mencakup
masyarakat sederhana yang buta huruf, sampai pada masyarakat-masyarakat industrial moderen
yang merupakan suatu negara. Istilah masyarakat juga digunakan untuk menggambar kelompok
manusia yang besar, sampai pada kelompok-kelompok kecil yang terorganisasi (Soekanto,
1983).
Definisi Masyarakat adalah golongan besar atau kecil yang terdiri dari beberapamanusia
yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu
sama lain. Istilah Masyarakat kadang-kadang digunakan dalam artian "gesellaachafi" atau
sebagai asosiasi manusia yang ingin mencapai tujuan-tujuan tertentu yang terbatas isinya,
sehingga direncanakan pembentukan organisasi- organisasi tertentu (Soekanto, 1983).
Masyarakat adalah kelompok manusia yang sengaja dibentuk secara rasional untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan tertentu. Suatu totalitas dari orang-orang yang saling tergantung dan yang
mengembangkan suatu kebudayaan tersendiri juga disebut masyarakat. Walaupun penggunaan
istilah-istilah masyarakat masih sangat samar-samar dan umum, akan tetapi hal itu dapat
dianggap indikasi dari hakikat manusia yang senantiasa ingin hidup bersama dengan orang-
orang lain. Bagaimanapun juga penggunaan istilah masyarakat tak akan mungkin dilepas dari
nila-nilai, norma-norma tradisi, kepentingan-kepentingan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu
pengertian masyarakat tak mungkin dipisahkan dari kebudayaan dan kepribadian (Soekanto,
1983).
Berdasarkan pengertian menurut pendapat diatas maka dapat disimpulkan masyarakat
adalah hubungan satu orang / sekelompok orang-orang yang hidup secara mengelompok
maupun individu dan berinteraksi satu sama lain saling pengaruh dan mempengaruhi
menimbulkan perubahan sosial dalam kehidupan.
B. Rumah Sakit
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehtan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan
dan gawat darurat (Permenkes No. 54 tahun 2014 tentang klasifikasi dan Perizinan Rumah
Sakit). Rumah sakit adalah institusi kesehtan professional yang pelayanannya diselenggarakan
oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli lainya. Di dalam Rumah Sakit terdapat banyak aktivitas
dan kegiatan yang berlangsung secara berkaitan (Haliman & wulandari, 2012). Kegiatan -
kegiatan tersebut menjadi bagian dari tugas serta fungsi Rumah Sakit, yaitu:
1. Memberi pelayanan medis
2. Memberi pelayanan penunjang medis
3. Memberi pelayanan kedokteran kehakiman
4. Memberi pelayanan medis khusus
5. Memberi pelayanan rujukan kesehatan
6. Memberi pelayanan kedokteran gigi
7. Memberi pelayanan sosial
8. Memberi penyuluhan kesehatan
9. Memberi pelayanan rawat jalan, rawat inap, rawat darurat, dan rawat intensif
10. Memberi pendidikan medis secara umum dan khusus
11. Memberi fasilitas untuk penelitian dan pengembangan ilmu kesehatan dan,
12. Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi.
Jenis-jenis Rumah Sakit di Indonesia secara umum ada lima, yaitu Rumah Sakit Umum,
Rumah Sakit Khusus atau Spesialis, Rumah Sakit Pendidikan dan Penelitian, Rumah Sakit
Lembaga atau Perusahaan, dan Klinik (Haliman & Wulandari, 2012). Berikut penjelasan dari
lima jenis Rumah Sakit tersebut :
1. Rumah Sakit Umum
Biasanya Rumah Sakit Umum melayani segala jenis penyakit umum, memiliki
institusi perawatan darurat yang siaga 24 jam (Ruang gawat darurat). Untuk
mengatasi bahaya dalam waktu secepat-cepatnya dan memberikan pertolongan
pertama. Di dalamnya juga terdapat layanan rawat inap dan perawatan intensif,
fasilitasbedah, ruang bersalin, laboratorium, dan sarana-prasarana lain.
2. Rumah Sakit Khusus atau Spesialis
Rumah Sakit Khusus atau Spesialis dari namanya sudah tergambar bahwa Rumah
Sakit Khusus atau Rumah Sakit Spesialis hanya melakukan perawatan kesehatan
untuk bidang-bidang tertentu, misalnya Rumah Sakit untuk trauma (trauma center),
Rumah Sakit untuk Ibu dan Anak, Rumah Sakit Manula, Rumah Sakit Kanker,
Rumah Sakit Jantung, Rumah Sakit Gigi dan Mulut, Rumah Sakit Mata, Rumah
Sakit Jiwa.
C. Budaya
Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah,ialah bentuk jamak dari
buddhi yang berarti budi atau akal. Kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan
dengan budi dan akal. Dengan demikian kebudayaan berarti hal-hal yang bersangkutan dengan
akal (Koentjaraningrat, 1969: 76).
Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakan
dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi karya. Kebudayaan merupakan keseluruhan
total dari apa yang pernah dihasilkan oleh mahluk manusia yang menguasai planet ini sejak
jaman ia muncul di muka bumi kira-kira empat juta tahun yang lalu, sampai sekarang (perkiraan
waktu munculnya manusia di muka bumi ini, adalah hasil analisa-analisa terbaru metode
potassium-argon untuk mengukur umur lapisan lapisan bumi). (Koentjaraningrat. 1974: 19-20)
Menurut Koentjaraningrat kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai
makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang
menjadi pedoman tingkah lakunya. Kebudayaan terdiri atas unsur-unsur universal, yaitu:
bahasa, teknologi, sistem ekonomi, organisasi sosial, sistem pengetahuan, religi, dan kesenian,
serta mempunyai tiga wujud ialah : ide, aktivitas, dan kebendaan yang masing-masing biasanya
disebut sistem budaya atau adat istiadat, sistem sosial dan kebudayaan kebendaan.
Koentjaraningrat juga mengatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan belajar (WoroAryandini, 2000: 8).
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang unik dan kompleks karena ia merupakan
institusi yang padat karya, mempunyai sifat-sifat dan ciri-ciri serta fungsi-fungsi yang khusus
dalam proses menghasilkan jasa medik dan mempunyai berbagai kelompok profesi dalam
pelayanan penderita. Di samping melaksanakan fungsi pelayanan kesehatan masyarakat, rumah
sakit juga mempunyai fungsi pendidikan dan penelitian (Boekitwetan 1997).
Mengingat adanya dinamika internal (perkembangan peran) dan tuntutan eksternal yang
semakin berkembang, Rumah Sakit dihadapkan pada upaya penyesuaian diri untuk merespons
dinamika eksternal dan integrasi potensi-potensi internal dalam melaksanakan tugas yang
semakin kompleks. Upaya ini harus dilakukan jika organisasi ini hendak mempertahankan
kinerjanya (pelayanan kesehatan kepada masyarakat sekaligus memperoleh dana yang memadai
bagi kelangsungan hidup organisasi). Untuk itu, ia tidak dapat mengabaikan sumber daya
manusia yang dimiliki termasuk perhatian atas kepuasan kerjanya. Pengabaian atasnya dapat
berdampak pada kinerja organisasi juga dapat berdampak serius pada kualitas pelayanan
kesehatan. Dalam konteks tersebut, pemahaman atas budaya pada tingkat organisasi ini
merupakan sarana terbaik bagi penyesuaian diri anggota-anggotanya, bagi orang luar yang
terlibat (misalnya pasien dan keluarganya) dan yang berkepentingan (seperti investor atau
instansi pemerintah terkait) maupun bagi pembentukan dan pengembangan budaya organisasi
itu sendiri dalam mengatasi berbagai masalah yang sedang dan akan dihadapi.
Pelayanan rumah sakit yang baik bergantung dari kompetensi dan kemampuan para
pengelola rumah sakit. Untuk meningkatkan kemampuan para pengelola rumah sakit tersebut
selain melalui program pendidikan dan pelatihan, juga diperlukan pengaturan dan penegakan
disiplin sendiri dari para pengelola rumah sakit serta adanya tanggung jawab secara moral dan
hukum dari pimpinan rumah sakit untuk menjamin terselenggaranya pelayanan yang baik.
1. Karakteristik Kebudayaan Rumah Sakit (Organisasi)
Pertama, asumsi karyawan tentang keterkaitan lingkungan organisasi yang menunjukkan
bahwa organisasi mereka didominasi dan sangat dipengaruhi oleh beberapa pihak eksternal,
yaitu pemilik saham, Departemen Kesehatan sebagai pembina teknis, dan masyarakat
pengguna jasa kesehatan sebagai konsumen. Peran masyarakat kini begitu dirasakan sejak
RS menjadi institusi yang harus mampu menghidupi dirinya sendiri tanpa mengandalkan
subsidi lagi dari PTPN XI. Pada situasi seperti ini, karyawan menyadari betul fungsi yang
harus dimainkan ketika berhadapan dengan konsumen, yaitu mereka harus memberikan
pelayanan terbaik kepada pasien dan keluarganya, serta para pengunjung lainnya.
Nilai-nilai yang sudah ditanamkan kepada karyawan dalam memberikan pelayanan kepada
konsumen nyata didapat terungkap dari pandangan mereka bahwa justru konsumenlah orang
terpenting dalam pekerjaan mereka. Pasien adalah raja yang mana semua karyawan
bergantung padanya bukan pasien yang bergantung pada karyawan. Pasien bukanlah
pengganggu pekerjaan karyawan namun merekalah tujuan karyawan bekerja. Karyawan
bekerja bukan untuk menolong pasien, namun keberadaan pasienlah yang menolong
karyawan karena pasien tersebut telah memberikan peluang kepada karyawan untuk
memberikan pelayanan. Oleh karena itu jika terdapat perselisihan antara karyawan dan
pasien maka karyawan haruslah mengalah karena tidak ada yang pernah menang dalam
berselisih dengan konsumen. Dengan melihat nilai yang ditanamkan pada setiap karyawan
tersebut maka dapat dijelaskan tentang berlakunya asumsi fungsi pelayanan di RS.
Kedua, tentang pandangan karyawan mengenai bagaimana sesuatu itu dipandang sebagai
fakta atau tidak (kriteria realitas) dan bagaimana sesuatu itu ditentukan sebagai benar atau
tidak (kriteria kebenaran). Kriteria realitas yang dominant berlaku di RS X adalah realitas
sosial yang berarti bahwa sesuatu itu dapat diterima sebagai fakta bila sesuai dengan
kebiasaan yang telah ada atau opiniumum yang berkembang di lingkungan RS X. Sementara
itu, karyawan RS X juga berpandangan dominan bahwa kebenaran lebih ditentukan oleh
rasionalitas. Dengan kata lain, sesuatu itu dapat dipandang sebagai benar bergantung pada
rasioanalitas kolektif di lingkungan RS X dan bila telah ditentukan melalui proses yang
dapat diterima dalam saluran organisasi.
Ketiga, tentang pandangan karyawan berkenaan dengan hakikat sifat dasar manusia.
Sebagian besar karyawan rupanya berasumsi bahwa manusia atau teman sekerja mereka itu
memiliki sifat yang pada dasarnya baik, yaitu rajin bekerja, sangat memperhatikan waktu
kerja (masuk dan pulang kerja tepat waktu), siap membantu pekerjaan rekan-rekan lainnya.
Namun demikian mereka juga berpandangan bahwa sifat ini tidak selamanya berlaku
konsisten. Akan ada selalu godaan atau kondisi yang dapat mengubah sifat manusia. Mereka
percaya betul bahwa tidak ada sifat yang kekal, sifat baik dapat saja berubah menjadi buruk,
begitu pula sifat buruk bisa berubah menjadi baik.
Keempat, mengenai asumsi karyawan tentang hakikat aktivitas manusia yang
menunjukkan bahwa aktivitas manusia itu harmoni atau selaras dengan aktivitas organisasi.
Tidak hanya aktivitas manusia saja yang mampu menentukankeberhasilanorganisasi.
Namunmereka juga menolak bahwa aktivitas organisasi semata yang menentukan
keberhasilan organisasi karena mereka memandang bahwa aktivitasnya juga memberikan
kontribusi atas keberhasilan organisasi. Pada intinya, mereka memandang bahwa
aktivitasnya yang meliputi curahan waktu, tenaga, dan pikiran harus selaras dengan aktivitas
organisasi secara keseluruhan yang berupa kinerja sumber daya manusia, keuangan, infra
dan supra struktur organisasi.
Kelima, berkenaan dengan asumsi hakikat hubungan manusia yang hasilnya
menunjukkan bahwa hubungan antar karyawan lebih bersifat kekeluargaan. Kekeluargaan
tidak dipahami sebagai nepotisme atau usaha keluarga, namun kekeluargaan dipahami
sebagai hubungan antar inidividu dalam suatu kelompok kerja sebagai suatu kerja sama
kelompok yang lebih berorientasi pada konsensus dan kesejahteraan kelompok. Dalam suatu
kelompok kerja seorang karyawan terkadang tidak hanya menjalankan tugas hanya pada
bidang tugas yang tertera secara formal karena ia harus siap membantu bidang tugas yang
lain yang dapat ditanganinya. Seorang perawat di unit bedah dengan tugas khusus sterilisasi
tidak hanya menangani tugasnya saja. Ia harus siap membantu karyawan lainnya untuk juga
menangani instrumen dan pulih sadar. Semua pekerjaan itu dilakukan sebagai suatu kerja
sama kolektif dalam mencapai efektivitas organisasi. Hubungan antar karyawan tidak
sebatas hubungan kerja, kerap kali mereka jauh lebih terikat secara pribadi dan saling
mengerti tentang karakteristik pribadi lainnya. Suasana guyub terlihat dalam suasana saling
membantu tidak hanya dalam konteks kerja tetapi juga di luar pekerjaan.
A. Kesimpulan
Dari penjelasan materi di atas dapat disimpulkan:
1. masyarakat adalah hubungan satu orang / sekelompok orang-orang yang hidup secara
mengelompok maupun individu dan berinteraksi satu sama lain saling pengaruh dan
mempengaruhi menimbulkan perubahan sosial dalam kehidupan.
2. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehtan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan dan gawat darurat
3. kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi
pedoman tingkah lakunya.
4. Masyarakat Rumah Sakit yaitu komponen-komponen yang terdapat dalam Rumah Sakit
terdiri dari komponen dalam (staff medis dan non medis) dan komponen luar (pasien dan
penunggu pasien)
5. Budaya kerja didefinisikan sebagai sekumpulam pola perilaku yang melekat secara
keseluruhan pada diri setiap individu dalam sebuah organisasi. Budaya kerja Rumah sakit
berarti sekumpulam pola perilaku yang melekat secara keseluruhan pada diri setiap
individu dalam sebuah organisasi rumah sakit.
6. Gambaran masyarakat rumah sakit dan budaya saat ini berkembang sesuai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ke arah yang lebih baik
B. Saran
Dalam bekerja di lingkungan Rumah sakit perlu adanya kerjasama yang baik dalam
setiap komponen masyarakat di rumah sakit dan meningkatkan budaya rumah sakit yang baik
sehingga tercipta kenyamanan bagi semua komponen masyarakat rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA