FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
OLEH:
Muhammad Saifuddin Bin Hassan
NIM
C11110874
PEMBIMBING:
Dr. dr. H. A. Armyn Nurdin, Msc
1
2015
BAB I
penting dan amat dibutuhkan. Ini karena pasien sering komplen mengenai
perhatian yang jarang diberikan oleh dokter dan perawat sehingga kebutuhan
pasien dan hal ini membuat sistem pelayanan kesehatan harus semakin responsif
terhadap kebutuhan pasien atau masyarakat. The National Committee for Quality
kesihatan pekerja dan dari hasil survey yang dilakukan memberi afek kepada
kepuasan pasien dalam praktis medis. Ini perlu dilakukan reorientasi tujuan dari
organisasi pelayanan kesehatan dan reposisi hubungan pasien, dokter atau profesi
pelayanan kesehatan agar semakin terfokus pada kepentingan pasien. (Bleich s.n
et al. 2009)
pasien atau masyarakat dapat diketahui melalui survei kepuasan pasien. Data yang
didapatkan dari survey tingkat kepuasan pasien terhadap layanan kesihatan oleh
tenaga medis dapat mendeteksi masalah- masalah yang terjadi sehingga masalah
tersebut dapat diselesaikan segera sebelum menjadi parah. Oleh sebab itu
2
pengukuran kepuasan pasien perlu dilakukan secara berkala dan akurat. ( Powell l,
2001)
telah diselenggarakan dapat memenuhi harapan pasien. Jika belum sesuai dengan
harapan pasien, maka menjadi suatu masukan bagi organisasi pemberi pelayanan
sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
puskesmas adalah suatu unit pelayanan kesehatan yang merupakan ujung tombak
dalam bidang kesehatan dasar. Sebuah Puskesmas dituntut untuk lebih bermutu
pelosok desa, pelayanan Puskesmas yang bermutu akan menjadi salah satu faktor
menghadapi hal itu diupayakan suatu program menjaga mutu pelayanan kesehatan
T. 2014)
3
Pengguna jasa pelayanan kesehatan di Puskesmas menuntut pelayanan
yang berkualitas tidak hanya menyangkut kesembuhan dari penyakit secara fisik
tingkatkan agar menjadi lebih efektif dan efisien serta memberikan kepuasan
hubungan yang harmonis antara penyedia barang dan jasa dengan pelanggan,
memberikan dasar yang baik bagi terciptanya loyalitas pelanggan dan membentuk
suatu rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan bagi penyedia jasa.
((Penyusun T. 2014)
seluruh rakyat Indonesia tanpa peduli status ekonomi atau usianya. Inilah prinsip
keadilan sosial yang menjadi falsafah hidup semua orang didunia. (Kesehatan, M.
2013)
jasa yang baik kepada pelanggan, maupun menghasilkan produk yang berkualitas
dan dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan para pelanggan. Demikian pula
4
hanya bila pelayanan prima ini dilakukan dalam organisasi non komersial maupun
5
1.4.2 Manfaat aplikatif
pelayanan kesihatan di Klinik Desa Hulu Langat maka tenaga medis akan
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau
kategori. Bentuk dan jenis pelayanan tersebut jika dijabarkan dari pendapat
1. Pelayanan Kedokteran
dapat bersifat sendiri (solo practice), atau secara bersama-sama dalam suatu
keluarga.
7
organisasi, tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
masyarakat.
kesehatan (health needs and demands), yang apabila berhasil dpenuhi akan
2.1.2 Puskesmas
adalah suatu unit pelayanan kesehatan yang merupakan ujung tombak dalam
bidang kesehatan dasar. Sebuah Puskesmas dituntut untuk lebih bermutu sesuai
pelayanan Puskesmas yang bermutu akan menjadi salah satu faktor penentu upaya
kesehatan yang lebih bermutu juga meningkat. Sehingga untuk menghadapi hal
itu diupayakan suatu program menjaga mutu pelayanan kesehatan dengan tujuan
yang berkualitas tidak hanya menyangkut kesembuhan dari penyakit secara fisik
tingkatkan agar menjadi lebih efektif dan efisien serta memberikan kepuasan
terhadap pasien dan masyarakat. Fungsi Puskesmas yang sangat berat dalam
dalam hal sumberdaya manusia dan peralatan kesehatan yang semakin canggih,
Kepuasan pasien dalam menilai mutu atau pelayanan yang baik, dan
merupakan pengukuran penting yang mendasar bagi mutu pelayanan. Hal ini
dengan nilai dan harapan pasien yang mempunyai wewenang sendiri untuk
diartikan sebagai suatu sikap konsumen yakni beberapa derajat kesukaan atau
prilaku konsumen dapat juga diartikan sebagai model perilaku pembeli (Ilyas,
1999). Selain itu Sabarguna (2004) juga bahwa, kepuasan pasien adalah
9
Menurut Zeithami (dalam bukunya yang berjudul “Delivering quality service
1. Tangibles, meliputi kewujudan bukti fizikal yang nyata seperti penampilan atau
10
4. Assurance, meliputi kemampuan, kesopanan, sifat boleh dipercayai dan bebas
kesehatan Puskesmas sebagai variabel (variable) diukur dengan lima sub variabel
”sangat baik”, ”baik”, ”sedang”, ”kurang baik” dan ”sangat tidak baik”.
kesehatan, yang satu pihak menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai
dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, dan di lain pihak tata cara
empat dimensi yaitu: aspek profesi, efektivitas, effisiensi, keamanan dan kepuasan
pasien.
11
Aspek mutu pelayanan kesehatan secara keseluruhan dapat dilihat pada:
dan penampilan pegawai. Aspek ini menyangkut SDM (dokter, perawat dan
pengalamannya.
pasien.
4.Jaminan (Assurance)
kesopanan dan sikap dapat dipercaya dari para karyawan, bebas dari bahaya,
resiko dan keragu-raguan. Dalam hal ini menyangkut baik fisik, mental, sosial
12
Mutu atau kualitas pada umumnya dapat diukur namun mutu jasa
2007)
Kepuasan pasien merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam
mengevaluasi mutu layanan suatu rumah sakit. Ada empat aspek mutu yang dapat
dipakai sebagai indikator penilaian mutu pelayanan suatu saran kesehatan, yaitu
tampilan keprofesian yang ada di rumah sakit (aspek klinis), efisiensi dan
dilayani.
negara maju. Ada berbagai macam pengertian yang diberikan oleh pakar tentang
13
terhadap konsultasi intervensi dan hubungan antara perilaku sehat dan sakit,
Ada dua dimensi kepuasan pasien, yaitu dimensi pertama adalah kepuasan
yang mengacu hanya pada penerapan standar dan kode etik profesi yang meliputi
14
2.3 Kerangka konsep
15
efisiensi
pelayanan
assurance
16
2.4 Variabel Penelitian
Pada penelitian ini secara umum variabel yang diteliti dibagi atas 2 bagian
yaitu :
2.5 Hipotesis
17
Hipotesis Alternatif (Ha):
1. Adanya hubungan antara efisiensi pelayanan kesihatan terhadap
persepsi pasien terhadap pelayanan rawat inap di Klinik Desa Hulu
Langat, Selangor periode 6 sampai 13 Juli 2015.
2. Adanya hubungan antara sarana kesehatan terhadap persepsi pasien
terhadap pelayanan rawat inap di Klinik Desa Hulu Langat, Selangor
periode 6 sampai 13 Juli 2015.
3. Adanya hubungan antara daya tanggap tenaga medis terhadap persepsi
pasien terhadap pelayanan rawat inap di Klinik Desa Hulu Langat,
Selangor periode 6 sampai 13 Juli 2015.
4. Adanya hubungan antara kepastian pasien terhadap persepsi pasien
terhadap pelayanan rawat inap di Klinik Desa Hulu Langat, Selangor
periode 6 sampai 13 Juli 2015.
BAB III
18
METODE PENELITIAN
tenaga medis, kepastian pasien terhadap persepsi pasien rawat inap di Klinik Desa
Hulu Langat dan pada satu waktu yang bersamaan dengan menggunakan
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap yang
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap dan mendapat
pelayanan kesehatan di Klinik Desa Hulu Langat, Selangor saat periode penelitian
tanpa melihat pasien tersebut baru pertama kali datang atau sudah pernah datang
berobat.
n = Zα2 x PQ
d2
dimana :
n Dimana:
19
P : proporsi kategori variabel yang diteliti
Q : 1-P
d: presisi
Zα: 1,96
P: 0,18
Q: 0,82
d: 0,1%
1,96∗0,5 ( 1−0,50 )
n=
0,12
yaitu sampel yang diambil adalah pasien rawat jalan yang ditemui pada saat
penelitian berlangsung tanpa melihat pasien tersebut baru pertama kali datang atau
20
1. Kriteria Inklusi
a. Terdaftar sebagai pasien rawat inap di Klinik Desa Hulu Langat, Selangor
2. Kriteria Eksklusi :
pengumpulan data.
21
3.6.2.2. Pemberian kode (Coding)
Peneliti mengklasifikasi jawaban-jawaban yang ada menurut macamnya.
Klasifikasi dilakukan dengan jalan menandai masing-masing jawaban yang ada
dengan kode berupa angka, kemudian dimasukan kedalam tabel sehingga mudah
dibaca.
3.6.2.3. Tabulating
Peneliti mempersiapkan tabel dengan kolom dan barisnya, menghitung
banyaknya frekuensi, memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam tabel-tabel
sesuai kriteria dengan tujuan agar data dapat tersusun rapi, mudah dibaca dan
dianalisa.
22
efek pada kelompok tanpa risiko. RP dihitung dengan cara sederhana
menggunakan tabel 2x2 seperti yang terlihat pada tabel 4.1. 26
23
Interprestasi hasil Rasio Prevalensi (RP) : 26
1. Bila RP = 1 maka variabel yang diduga menjadi faktor risiko tidak ada
pengaruhnya terhadap terjadinya efek, atau dengan kata lain bersifat netral.
2. Bila RP > 1 dengan rentang interval kepercayaan 95% tidak mencakup angka 1,
berarti variabel yang diduga menjadi faktor risiko ternyata benar merupakan
faktor risiko terjadinya penyakit.
3. Bila RP < 1 dengan rentang interval kepercayaan 95% tidak mencakup angka 1,
maka variabel yang diteliti merupakan faktor protektif, bukan faktor risiko.
4. Besar sampel cukup, tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai expected
frequencies kurang dari satu.
5. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai expected frequencies kurang dari 5,
lebih dari 20% dari keseluruhan sel. Uji Fisher adalah uji hipotesis untuk proporsi
dua kelompok dengan jumlah subyek yang sedikit. Bila syarat uji Chi Square
tidak terpenuhi, baris/kolom sel dimampatkan (digabung) tetapi bila tetap tidak
memenuhi syarat gunakan uji lainnya (Fisher’s exact test untuk tabel 2x2 atau uji
binomial untuk tabel 1x2).
24
3.7 Definisi Operasional
Merupakan tanggapan pasien yang dinilai dari pertanyaan yang ada pada
Kriteria Objektif :
dikalikan dengan jumlah soal. Adapun nilai tiap jawaban adalah sebagai berikut :
sangat baik bernilai 5, Baik bernilai 4, Cukup Baik bernilai 3, Kurang Baik
bernilai 2, dan Tidak Baik bernilai 1. Dengan menggunakan skala Likert dimana
Jadi kriterianya :
b) Realibility (kehandalan)
Merupakan tanggapan pasien yang dinilai dari pertanyaan yang ada pada
25
Kriteria Objektif :
dikalikan dengan jumlah soal. Adapun nilai tiap jawaban adalah sebagai berikut :
sangat baik bernilai 5, Baik bernilai 4, Cukup Baik bernilai 3, Kurang Baik
bernilai 2, dan Tidak Baik bernilai 1. Dengan menggunakan skala Likert dimana
Jadi kriterianya :
c) Responsiveness (ketanggapan)
Merupakan tanggapan pasien yang dinilai dari pertanyaan yang ada pada
tanggap.
Kriteria Objektif :
dikalikan dengan jumlah soal. Adapun nilai tiap jawaban adalah sebagai berikut :
sangat baik bernilai 5, Baik bernilai 4, Cukup Baik bernilai 3, Kurang Baik
bernilai 2, dan Tidak Baik bernilai 1. Dengan menggunakan skala Likert dimana
26
skor tertinggi jawaban responden (X) = jumlah pertanyaan x skor jawaban
Jadi kriterianya :
d) Assurance (Jaminan)
Merupakan tanggapan pasien yang dinilai dari pertanyaan yang ada pada
jaminan/kepastian.
Kriteria Objektif :
dikalikan dengan jumlah soal. Adapun nilai tiap jawaban adalah sebagai berikut :
sangat baik bernilai 5, Baik bernilai 4, Cukup Baik bernilai 3, Kurang Baik
bernilai 2, dan Tidak Baik bernilai 1. Dengan menggunakan skala Likert dimana
27
Jadi kriterianya :
28
DAFTAR PUSTAKA
BLEICH S.N, OZALTIN E, MURRAY CJL. 2009. How Does Satisfaction With
The Health-Care System Relate to Patient Experience. Bull World Health
Organization.
EFENDI R, ARIFIN A, DARMAWANSYAH. 2013. Hubungan Mutu Pelayanan
Kesehatan Dengan Kepuasan Pasien Rawat Jalan Di Puskesmas Aeng Towa
Kabupaten Takalar. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin.
29