Anda di halaman 1dari 11

BAB 3

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di bagian Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah

Hasan Boesorie Ternate. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Desember

2019.

B. Alat dan Bahan / instrument Penelitian

ATK

C. Rancangan Penelitian

Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasional analitik dengan

pendekatan cross sectional study.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diambil peneliti adalah data sekunder yang berasal dari rekam medis

yang memuat diagnosis penyakit kulit oleh dokter dan catatan tentang riwayat DM dan

kadar gula darah pasien di RSUD Hasan Boesorie Ternate. Data dilihat adanya diagnosis

dermatofitosis (macam-macam tinea), kemudian diamati kadar gula darah pada kelompok

tersebut termasuk terkontrol atau tidak terkontrol dengan kriteria, seperti pada tabel 4.1.

Data dianalisis secara bivariat, untuk melihat hubungan antara variabel

independen (kontrol gula darah pada riwayat DM) dan variabel dependen (dermatofitosis)

menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian dinyatakan bermakna (p<0,05) dan

dinyatakan tidak bermakna (p>0,05). Uji ini akan menggunakan program SPSS versi 23.0

(Dahlan, 2016).
E. Prosedur kerja dan Teknik analisis data

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien dengan diagnosis Diabetes

Mellitus yang menjalani perwatan di ruang rawat inappenyakit dalam RSUD Hasan Boesorie

Ternate periode 1 januari – 31 Desember 2019

Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan rumus Slovin :

Dimana:

n = jumlah elemen / anggota sampel

N = jumlah elemen / anggota populasi

e = error level (tingkat kesalahan) (catatan: umumnya digunakan 5 % atau 0,05, 10 %

atau 0,1, dan 15 % atau 0,15) (catatan dapat dipilih oleh peneliti)

Didapatkan jumlah populasi pasien DM di ruang perawatan penyakit dalam

sebanyak N = 1176 pasien dalam periode waktu 1 januari 2019 – 31 desember 2019,

dalam penelitian ini saya mengambil toleransi kesalahan sebesar 10% (0,1) sehingga

perhitungan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut :

N
n= 2
1+ N ( e )

1176
n= 2
1+1176 ( 0,1 )

n=92
Dengan demikian sampel yang diteliti dalam penelitian ini adalah 92 orang.

Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan yaitu nonprobability

sampling dengan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2016) bahwa:

“purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu.” Alasan menggunakan teknik Purposive Sampling adalah karena

tidak semua sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan fenomena yang diteliti.Oleh

karena itu, penulis memilih teknik Purposive Sampling yang menetapkan pertimbangan-

pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh sampel-sampel yang

digunakan dalam penelitian ini.Kriteria sampel penelitian sebagai berikut.

Kriteria Sampel Penelitian

Kriteria inklusipenelitian ini adalah :

1. Pasien DM dengan usia > 40 tahun

2. Semua pasien DM dengan penyakit penyerta Dermatofitosis diambil dijadikan

sampel dan sampel Pasien DM tanpa penyakit penyerta Dermatofitosis

diambil oleh peneliti hingga memenuhi seluruh jumlah sampel yang tersisa.

Kriteria eksklusi penelitian ini adalah :

1. Pasien DM usia < 40 tahun

Variabel dan Definisi Operasional

Variabel penelitian
Variabel independen (kontrol gula darah pada riwayat DM) sedangkan variabel

dependen (dermatofitosis).

Definisi operasional

1. Dermatofitosisadalah salah satu kelompok dermatomikosis superfisialis yang

disebabkan oleh jamur dermatofit(Kurniati, 2008).Jamur dermatofita memiliki

kamampuan untuk melekat pada keratin dan menggunakannya sebagai sumber

nutrisi, dengan menyerang jaringan berkeratin, seperti stratun korneum pada

epidermis, rambut, dan kuku (Verma, 2008).

Positif dermatofitosis, jika terdapat diagnosis dermatositosis (jenis Tinea

tertentu) yang tercantum dalam rekam medis pasien DM.

Negative dermatofitosis, jika tidak terdapat diagnosis dermatofitosis (jenis

Tinea tertentu) yang tercantum dalam rekam medis pasien DM

2. Jenis dermatofitosis

Dermatofitosis disebut juga dengan istilah infeksi “Tinea” yang

dikelompokkan lebih lanjut berdasarkan lokasi infeksinya, yaitu :Tinea

kapitis, Tinea korporis, Tinea kruris, Tinea pedis, Tinea manus, dll(Wiratma,

2014).

3. Diabetes Mellitus (DM), jenis DM yang diteliti adalah DM Tipe-2 atau Non-

insulin-dependent-diabetes-mellitus.

4. Kontrol Gula Darah, kadar gula darah terkontrol dan atau tidak terkontrol

dilihat dari telaah rekam medis saat pasien dirawat di ruang rawat inap,

berdasarkan pemeriksaan laboratorium darah yang sesuai. kemudian diamati


kadar guladarah pada kelompok tersebut termasuk terkontrol atau tidak

terkontrol dengan kriteria:

Tabel 4.1.Kriteria pengendalian diabetes mellitus(Kurniadi, 2014 ; Uliyah, 2008)


Kadar Baik Kadar Sedang Kadar Buruk
Gula Darah Sewaktu(mg/dl) 80-139 140-179 ≥180
Gula darah puasa (mg/dl) 80-109 110 -125 ≥ 126
Gula darah 2 jam sesudah makan 80-144 145-179 ≥180
(mg/dl)
HbA1c (%) < 6,5 6,5-8 >8
Kolesterol total (mg/dl) <200 200-239 ≥ 240
Kolesterol LDL (mg/dl) <100 100-129 ≥130
Kolesterol HDL (mg/dl) >45
Trigliserida (mg/dl) >150 150-199 ≥200
IMT (kg/m2) 18,5-22,9 23-25 ≥25
Tekanan darah (mm Hg) 130-140/80-90 >140/90

5. Jenis kelaminPembagian jenis seksual yang ditentukan secara biologis dan

anatomis yang dinyatakan dalam jenis kelamin yang terdapat dalam rekam

medis.

6. Umur, umur pasien DM yang tertera dalam rekam medis > 40 tahun.

DAFTAR PUSTAKA
Abbas, A.K., Lichtman, A.H., Pillai, S., 2012, Cellular and MolecularImmunology, Seventh
Edition, 1-3, 16-19, 67-68, 75-78, 225-226, ElsevierSaunders, Philadelphia

Atmaja, T., Mustikaningsih, R., Hadi, D., P., 2012.Korelasi Antara Tinea Korporis Dengan
Diabetes Melitus Di Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soedarso Pontianak
[Skripsi]. Pontianak (ID): Universitas Tanjungpura Pontianak.

Ajeng DA. 2017. Hubungan Kontrol Gula Ddarah dengan Kejadian Dermatofitosis pada
Pasien dengan Riwayat DM di RSUD Dr MOEWARDI Surakarta.

Al Omari M, Khader Y, Dauod a S, Al-Akour N, Khassawneh a H, Al-Ashker E, et al. 2009.


Glycaemic control among patients with type 2 diabetes mellitus treated in primary care setting in
Jordan. Prim Care Diabetes.

Balitbangkes.Riset Kesehatan Dasar 2007. Indonesia; 2008.

Balitbangkes.Riset Kesehatan Dasar 2013. Indonesia; 2014.


American Diabetes Association, 2017. The Journal of Clinical and Applied Research and
Education: Diabetes Care. Vol 40. Pp: 1-2, 11-24, 48-46.

American Diabetes Association, 2009.Gestational Diabetes Mellitus. DiabetesCare, 45(1):234 –


235.

Anaissie EJ, McGinnis MR,. 2009. Pfaller MA. Clinical Mycology. 2 edition. Churchill:
Livingstone;

Andreassen LM, Sandberg S, Kristensen GBB, Sølvik UØ, Kjome RLS. 2014. Nursing home
patients with diabetes: prevalence, drug treatment and glycemic control. Diabetes Res Clin Pract.
Elsevier Ireland Ltd.

Ardhiah Iswanda Putri, Linda Astari. 2017. Profil dan Evaluasi Pasien Dermatofitosis.
Departemen/Staf Medik Fungsional Kesehatan Kulit dan KelaminFakultas Kedokteran
Universitas Airlangga/Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya Vol. 29 Berkala Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin – Periodical of Dermatology and Venereology / No. 2

Bertus NVP. 2015. Profil Dermatofitosis di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado periode Januari-Desember 2012. Jurnal e-Clinic 2015;3.

Boel, 2003.Mikosis Superfisial.Diunduh dari :http://library.usu.ac.id/download/fkg/fkg-


trelia1.pdf.
Budimulja U.1992. Penyakit Jamur Kulit. Diagnosis dan penatalaksanaan dermatomikosis.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Caribbean Health Research Council (CHRC). 2006. Managing Diabetes in Primary Care in the
Caribbean. Pp. 21-34

Care M. Standards of Medical Care in Diabetes--2008.Diabetes Care. 2008;31(Supplement


1):S12-S54. doi:10.2337/dc08-S012.

Chugh S.2011Jaypee Gold Standart Mini Atlas Series Diabetes. I. India: Jaypee Brothers
Medical Publishers.
Dahlan, M. S., 2016. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan
Multivariat. Edisi 6.Jakarta : Penerbit Salemba Medika.

Decroli eva.2019. Diabetes Melitus Tipe 2. Edisi 1.Padang : Pusat Penerbitan Bagian Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Dismukes WE, Pappas PG, Sobel JD. 2003. Clinical mycology. Oxford university press.

Departemen kesehatan RI. 2008. Pedoman teknis penemuan dan tatalaksana penyakit diabetes
meitus. Jakarta: Direktorat jendral PP & PL.
Djojodidroto RD. 2001. Seluk beluk periksaan kesehatan (general medical check up): bagaimana
menyikapi hasilnya. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Djuanda, Suria. 2008. Hubungan Kelainan Kulit dan Penyakit Sistemik.Dalam : Djuanda adhi,
Hamzah Mochtar, Aisah Siti, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 318-326.

Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolf K, Freedberg IM, Austen KF, editor.1993. Dermatology in
general medicine; 4 edition. New York: Mc Graw Hill;.P 2425-7.

Florez A, Cruces M, Jimenez GP. 2003. Cutaneous Manifestations of Systemic Disease. Dalam :
Kerder FA, Acosta FJ. Dermatology, Just The Fact. NewYork : McGraw-Hill;. 219-235.

Gilchrest B, Paller A, Leffell O, editors,. 2008.Fitzpatrick’s Dermatology inGeneral Medicine.


7thed. New York : McGraw-Hill. 1807-21

Gupta, Charu, Amar P. Garg, Ramesh C. Uniyal and Archana Kumari., 2008.Antimicrobial
Activity of Some Herbal Oils Againts CommonFood-borne Pathogens. African Journal of
Microbiology Research Vol.(2) pp. 258-261,. ISSN 1996-0808

Hayette MP, Sacheli R. 2015. Dermatophytosis, trends in epidemiology and diagnostic approach.
Curr Fungal Infect Rep.; 9:164-179.

Haber M., 2007.Dermatological Fungal Infections. Canadian Journal of DiagnosisUniversity of


Calgary’s. pp. 64-68

Hainer BL. 2003. Dermatophyte infections.American Family Physician Journal Januari.

Harish MR dan Shashikumar BM. 2012.Association of Dermatoses withDiabetes- A Case


Control Study. India: Mandya Institute Of MedicalSciences.
Hay RJ, Ashbee HR, 2008. Morre M. Mycology. In: Champion RH, Burton JZ, Burns DA,
Breatnach SDM, editors. Rook/Wilkinson/Ebling Textbook of Dermatology (8th ed). Oxford:
Blackwell Science, 2008 p 1674-707.

Hidayanti AN, Suyoso S, Hinda D, Sandra E. 2009.Mikosis Superfisialis di Divisi Mikologi Unit
Rawat Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD. Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2003-2005.
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.;21.

IDF.International Diabetes Federation : Diabetes Atlas Seventh Edition. Brussels Belgium:


Chaussée de La Hulpe 166 IDF; 2015. doi:10.1289/image.ehp.v119.i03.
Kurniati. Rosita, Cita SP. 2008. Etiopatogenesis Dermatofitosis.

Macedo, G.M.C., Nunes, S., Barreto, T., 2016. Skin Disorder in Diabetes Mellitus: An
Epidemiology and Physiopathology Review. Biomed Cenral.Vol 8:63.
Manaf A, 2008.Genetical Abnormality and Glucotoxicity in Diabetes Mellitus The
Background of Tissue Damage and Infection. Pekanbaru:PDPI

Masfufah M& VH.2013. Pengetahuan, kadar glukosa darah, dan kualitas hidup penderita diabetes
melitus tipe 2 rawat jalan di wilayah kerja puskesmas kota Makasar;1–12.
Martin AG, Kobayashi GS.2014. Fungal disease with cutaneous involvement. Ramali LM.
Fungal Infection: consider the source, consider the host. KONAS XIV PERDOSKI. Bandung, 29
Agustus 2014.

Mary B. Klien 2009. Gangguan endokrin: seri asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.

Menezes EA, Augusto KL, Freire CC, Cunha FA, Montenegro RM, Montenegro-Júnior RM.
2007.Frequency and enzymatic activity of Candida spp.oral cavity of diabetic patients of the
service of endocrinology of a hospital of Fortaleza-CE. J Bras Patol Med Lab. 43:241–4.

Mitchell, T. G., 2013. Medical Micology.In: Brooks, G. F., et al. (Ed), 26th Edition. Medical
Microbiology.USA: The McGraw-Hill Companies. Pp: 677-81.
Nadalo D, Montoya C., 2006. What Is The Best Way to Treat Tinea Kruris?.TheJournal of
Family Practice. 55(3):256-7.

Pangkalan I. 2007.Diet Korektif-diet south beach. Jakarta: Elex Media Komputindo.

PERKENI.2015. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2 di Indonesia.


Jakarta. PB PERKENI 2015
PERKENI.2011. Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di
Indonesia 2011. Jakarta.

Pires, C. A. A., et al., 2014. Clinical, Epidemiological, and Therapeutic Profile of


Dermatophytosis.An Bras Dermatol. Vol 89. Pp: 259-64.

Pérez a., Mediavilla JJ, Miñambres I, González-Segura D. 2014.Glycemic control in patients


with type 2 diabetes mellitus in Spain. Rev Clínica Española English Ed.
Powers, AC. 2005.Diabetes Mellitus.Dalam : Brauwald, Fauci, Kasper, Hauser, Longo, Jameson,
editor. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Edisi ke 16.Newyork : McGraw-Hill;. 2152-
2180.

Kalus, A., A,, Chien, A., J., Olerud, J., E., 2012. Diabetes Mellitus and Other Endocrine Diseases.In
Goldsmith, L.A., et al., editors. 2012. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th Edition.
New York: McGraw Hill. Pp: 1840-69.

Kurniadi H& UN. 2014. Stop! gejala penyakit jantung koroner, kolesterol tinggi, diabetes
melitus, hipertensi. Jakarta: Istana Media.
Kurniawati RD. 2006. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian tinea pedis pada
pemulung di TPA Jatibarang Semarang [Tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro.

Koksal, M.S. 2009. The Effect of Creative and Critical Thinking Based Laboratory Applications
on Creative and Logical Thinking Ability of Prospective Teachers. Asia Pasific Forum on
Science Learning and Teaching.
Lakshmipathy TD, Kannabiran K. 2013. Review on dermatomycosis:pathogenesis and treatment.
Natural Science.

Lugo-Somolinos A dan Sanchez JL. 1992. Prevalence of dermatophytosis inpatients with


diabetes. Puerto Rico: Department of Dermatology,University of Puerto Rico.

Purnamasari, Dyah. 2009. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam : Sudoyo, Aru,
Setyohadi, Bambang, Alwi, Idrus, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi 5.Jilid
3.Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI; 2009. 1880-1883.

Raihany, Vilza. 2013. Hubungan Infeksi Jamur Pityriasis Versicolor Dengan Diabetes Meltus
Di RSUP.H. Adam Malik Medan Bulan Januari 2011 Sampai Desember 2011.Diunduh dari
:http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/35346.

Anda mungkin juga menyukai