Anda di halaman 1dari 12

PENILAIAN UJI VALIDITAS INSTRUMEN SKRINING DIABETES MELITUS

Validity Assessment of Diabetes Mellitus Screening Tool

Endah Tri Suryani1


1
Universitas Airlangga, endah.tri.suryani@fkm.ac.id
Alamat Korespondensi: Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Airlangga Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
International Diabetes Federation menyatakan pada tahun 2015, terdapat 415 juta orang usia 20-79 tahun
menderita diabetes, diperkirakan akan meningkat hingga 642 juta pada tahun 2040. Tingginya angka
diabetes tentunya akan meningkatkan pengeluaran untuk penanganan penyakit tersebut. Oleh karena itu
perlu dilakukan deteksi dini, alat deteksi dini sebaiknya diuji validitasnya agar mampu mewakili gold
standard. Penilaian validitas pada penelitian ini menyatakan bahwa glukometer memiliki nilai validitas
yang baik sehingga dapat digunakan sebagai alat deteksi dini. Kedepannya, peneliti lain dapat
melakukan pengujian realibilitas antara glukometer dengan spektofotometer untuk melengkapi
penelitian ini. Sampel pada penelitian ini adalah 33 pengemudi ojek di wilayah gubeng, penentuan
sampel menggunakan slovin. Glukometer menggunakan merk easy touch. Hasil penelitian ini
didapatkan rerata spektofotometer 131 mg/dl, rerata glukometer 129 mg/dl. Menurut Inglish (2014) alat
skrining yang mampu dijadikan sebagai alat deteksi dini memiliki nilai ± 10% dari nilai rerata gold
standard. Penelitian ini memiliki hasil rerata dari glukometer < 10% dibanding spektofotometer
sehingga alat skrining telah memenuhi kriteria sebagai alat deteksi dini. Validitas dari alat skrining
dikatakan baik bila memiliki nilai spesifitas dan sensitivitas mendekati nilai gold standard, nilai
sensitivitas 100%, spesifitas 96,5%, PPV (Positive Predictive Value) 80%, NPV (Negative Predictive
Value) 100%.
Kata Kunci: instrumen, skrining,validitas, diabetes melitus

ABSTRACT
The International Diabetes Federation says by 2015, there are 415 million people aged 20-79 years
with diabetes, expected to rise to 642 million by 2040. Higher rates of diabetes will surely increase on
handling the disease. Therefore need to be done early detection, early detection equipment should be
tested its validity to be able to represent the gold standard. Assessment of validity in this study states
that glucometer has a good validity value that can be used as an early detection tool. In the future, other
researchers can perform reliability testing between glucometer and spectophotometer to complete this
study. The sample in this research is 33 motorcycle taxi driver in gubeng area, sample determination
using slovin. Glucometer using the easy touch brand. The results of this study showed that the average
of spectophotometer 131 mg / dl, mean glucometer 129 mg / dl. According Inglish (2014) screening tool
that can be used as an early detection tool has a value of ± 10% of the average value of gold standard.
Average result from glucometer test is < 10% from spectophotometer, glucometer can be used as early
detection. The validity of the screening tool is good when it has a specificity value and sensitivity close
to the gold standard value, 100% sensitivity value, 96.5% specificity, PPV 80% (Negative Predictive
Value), NPV 100% (Negative Predictive Value).
Keywords: instrument, screening, validit, diabetes melitus
PENDAHULUAN peningkatan konsentrasi glukosa di dalam darah
(Infodatin, 2014). Klasifikasi pemeriksaan Gula
Diabetes Melitus adalah salah satu Darah Sewaktu menggunakan darah vena dan
penyakit yang menjadi penyumbang terbesar plasma darah dapat dilihat sebagai berikut
global health emergencies saat ini. Secara global (PERKENI, 2015):
terdapat peningkatan penderita diabetes melitus a. Nilai plasma darah dikatan bukan diabetes
yang diikuti tingginya kematian dan pengeluaran bila memiliki nilai < 100 mg/dl.
dalam penanganan. Tahun 2015, International Dikatakan belum pasti diabetes melitus
Diabetes Federation menyatakan terdapat 415 bila nilainya > 100 mg/dl hingga < 199
juta dengan usia 20 hingga 79 tahun menderita mg/dl, dan dikatakan pasti diabetes
diabetes, diperkirakan akan meningkat hingga melitus bila nilainya ≥ 200 mg/dl.
642 juta pada tahun 2040. Indonesia merupakan b. Nilai darah kapiler dikatan bukan diabetes
salah satu negara yang setiap tahunnya bila memiliki nilai < 90 mg/dl. Dikatakan
menduduki 10 peringkat negara dengan angka belum pasti diabetes melitus bila nilainya
diabetes yang tinggi (International Diabetes > 90 mg/dl hingga < 199 mg/dl, dan
Federation, 2016). dikatakan pasti diabetes melitus bila
Menurut data International Diabetes nilainya ≥ 200 mg/dl.
Federation tahun 2016 di Indonesia terdapat 10
juta penderita diabetes rentang usia 20 hingga 79 Menurut estimasi International Diabetes
tahun (International Diabetes Federation, 2017). Federation di Indonesia terdapat penderita
. Data WHO tahun 2016 angka kematian diabetes sebanyak 382 juta pada tahun 2013.
diabetes di Indonesia laki-laki sebanyak 20.100, Diperkirakan 175 juta diantaranya belum
wanita 28.200 pada usia 30-69 tahun. Sedangkan terdiagnosis. Untuk membantu dalam penemuan
pada usia >70 tahun, laki-laki sebanyak 16.300 kasus secara dini perlu dilakukan skrining
dan wanita 34.800 (WHO, 2016). (International Diabetes Federation, 2015).
Riskesdas tahun 2013 menyatakan bahwa Skrining merupakan kegiatan yang digunakan
proporsi penduduk dengan usia ≥15 tahun yang untuk mengetahui adanya penyakit pada
menderita diabetes sebesar 6,9%, dengan hasil masyarakat sedini mungkin, sehingga digunakan
positif diabetes diperoleh dari pemeriksaan sebagai kriteria diagnosis yang layak, mudah dan
dokter sebanyak 1,5%, dan gejala sebanyak 2,1%. murah dilakukan (Lapau, 2015).
Jawa Timur ditemukan penderita diabetes yang
Tujuan dari skrining adalah untuk
terdiagnosis oleh dokter sebesar 2,1%, dan gejala
mengaplikasikan pengobatan untuk
sebesar 2,5%. Penderita diabetes bila diamati
memperlambat terjadinya tanda gejala klinis, dan
jumlahnya meningkat pada usia >15 tahun, dan
mencegah kematian dimasa mendatang atau
mengalami penurunan pada usia ≥ 65 tahun
kesakitan. Skrining juga menjadi alat yang cost
(Riskesdas, 2013).
effective untuk mendeteksi beberapa masalah
Diabetes melitus (DM) merupakan kesehatan (LeRoith, 2012).
penyakit akibat gangguan metabolik menahun
Glukometer menjadi alat yang
disebabkan pankreas tidak mampu memproduksi
direkomendasikan oleh FDA dalam melakukan
insulin yang cukup atau tubuh tidak dapat
deteksi dini diabetes. Salah satu alat glukometer
menggunakan insulin yang diproduksi secara
adalah Easy touch, alat ini dikenal memiliki
efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur
validitas dan realibitas yang cukup baik untuk
keseimbangan kadar gula darah. Oleh karena itu,
mengukur kadar gula dalam darah. Namun alat
penderita diabetes melitus seringkali mengalami
ini sering kali menunjukkan hasil diluar rentang, Glucose Test Strip, alchohol swab, pena
disebabkan beberapa faktor yaitu (MHC Medical lancet.
Products, 2011): Alat dan bahan yang digunakan dalam
a. Kesalahan saat melakukan tes pengambilan darah vena adalah spuit 3cc,
b. Suhu pada larutan kontrol lebih rendah gloves, torniquet, plaster, alcohol swab,
dari 59º F (15º C) atau lebih tinggi dari 95 tabung EDTA.
º Darah yang digunakan dalam
F (35 º C) pengambilan darah sewaktu kapiler
c. Larutan kontrol yang kadaluarsa atau adalah ujung jari kiri sedangkan
terkontaminasi pengambilan darah vena dilakukan di
d. Strip test yang kadaluarsa dan vena fossa cubiti.
terkontaminasi
e. Kerusakan meteran a. Persiapan pasien
Penetuan kepastian diagnosis alat skrining Pasien diminta untuk mengisi nama
perlu diuji dengan perbandingan diagnosis dan usia, lama bekerja, pendidikan
standart (Lapau, 2015). Tujuan dari penelitian ini terakhir. Sebelum dilakukan pengambilan
adalah untuk mendapatkan nilai validitas dari darah subyek ditanya apakah
instrumen skrining diabetes melitus yang mengkonsumsi obat diabetes atau
dibandingkan dengan diagnosis standart sehingga menderita diabetes.
mampu memberikan saran pengembangan sesuai Tahap selanjutnya dilakukan
dnegan temuan yang didapat. pengambilan darah sewaktu oleh petugas
dari kimia farma. Pengambilan darah
METODE sewaktu dilakukan dua kali yaitu
pengambilan darah vena dan pengambilan
Desain penelitian yang digunakan adalah darah perifer.
observasional analitik dengan rancangan cross 1. Tahap analitik
sectional. Populasi penelitian dilakukan kepada Prinsip pengujian dengan glukometer
seluruh pengendara ojek pangkalan di Stasiun adalah amperometri yaitu enzim glukosa
gubeng sebanyak 48 orang. Sampel didapat dari dehidrogenase dalam koenzim pada strip
perhitungan besar sampel menggunakan rumus uji mengkonversi glukosa didalam sampel
slovin dengan toleransi kesalahan sebesar 10%, darah ke lakton glukono (Accu-check,
menghasilkan jumlah sampel sebanyak 33 orang 2016).
(Hidayat, 2011).
Spektrofotometri merupakan salah
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 4 satu metode dalam kimia analisis yang
Mei 2018. Tempat pengambilan sampel umum digunakan dalam menentukan
dilakukan di Klinik Pusat Kesehatan 05.09.04 komposisi suatu sampel secara kuantitatif
Surabaya Utara. Metode sampling pada dan kualitatif yang didasarkan pada
penelitian ini adalah accidental sampling. interaksi antara materi dengan cahaya.
Tahap Penelitian Spektrofotometer digunakan untuk
1. Tahap Pra Analitik mengukur energi secara relatif jika energi
2. Persiapan Alat dan Bahan tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau
Alat dan bahan yang digunakan dalam diemisikan sebagai fungsi dari panjang
pengambilan darah perifer adalah gelombang (Cairns D, 2009). Pemeriksaan
Glukometer (Easy Touch), lanset, blood dengan spektrofotometer dilakukan di
laboratorium kimia farma.
2. Analisis Data
Data yang terkumpul dilakukan
analisis berdasar klasifikasi pengukuran,
Diabetes Melitus dan tidak Diabetes
Melitus. Selanjutnya dihitung validitas
alat skrining, yaitu Easy Touch. Data yang Tabel 2. Distribusi subyek berdasarkan usia
dikumpulkan tersebut dibuat tabel hitung Lama Ngojek Merokok
(2x2) instrumen skrining terhadap gold pendid >15 <5 11-15 5-10 ya tidak
standart agar didapat nilai validitasnya. ikan th th th th
Data dianalisis kemudian disajikan
secara deskriptif dalam bentuk nilai
SD 3 1 2 12 11 3
proporsi. Selanjutnya dilakukan
perhitungan validitas. SMP 2 4 - - 8 3
SMA 1 4 - 5 6 4
HASIL

Distribusi subyek menurut variabel usia.


Variabel usia dikategorikan sesuai kategori
depkses RI tahun 2009.
Dari data diatas didapati bahwa sebagian
Frekuensi Persentase besar pendidikan dari subyek adalah Sekolah
Usia
(n) (%) Dasar (SD), yaitu 14 orang. Tingkat pendidikan
26-35 4 12,12 SMP dimiliki oleh 8 subyek dari keseluruhan
36-45 14 42,42 subyek yang diteliti.
46-55 9 27,27
56-65 4 12,12
>65 2 6,06 Gambar 3. Distribusi subyek berdasarkan lama
mengojek
Total 33 100
Berdasarkan lama menjadi tukang ojek,
Dari tabel diatas dapat ditarik didapatkan sebagian besar yaitu 16 orang telah
kesimpulan bahwa sebagian besar pengemudi menekuni pekerjaan sebagai tukang ojek selama
ojek pangkalan wilayah gubeng memiliki 5 hingga 10 tahun. Sedangkan tukang ojek yang
rentang usia antara 36 hingga 45 tahun. Setelah bekerja selama 11 hingga 15 tahun sebanyak 2
melakukan pengklasifikasian menurut usia, orang.
peneliti melakukan klasifikasi hasil pemeriksaan
darah menggunakan alat skrining dan gold
standart. Pengklasifikasian itu disesuaikan
dengan ketentuan PERKENI tahun 2015 Gambar 4. Distribusi subyek berdasarkan
sehingga ditemukan klasifikasi DM dan tidak kebiasaan konsumsi rokok
DM.
Data diatas menyatakan bahwa 70%
subyek mengkonsumsi rokok atau sebanyak 23
orang. Sepuluh orang menyatakan tidak
Gambar 2. Distribusi subyek berdasarkan mengkonsumsi rokok.
tingkat pendidikan
Hasil Pemeriksaan gula darah Dari tabel diatas hasil klasifikasi dengan
menggunakan glukometer dan gold standard alat skrining yang ditemukan positif DM
dapat dilihat melalui gambar berikut. sebanyak 5 orang, sedangkan menurut gold
standart ditemukan 4 orang. tahun dan 31 tahun.
Sedangkan pada uji dengan gold standart
ditemukan orang. Penemuan kasus DM oleh alat
skrining ditemukan pada usia 43 tahun, 37
tahun, 74 tahun, 51 tahun. Hasil penelitian
digambarkan dengan tabel hitung 2x2 akan
menjadi sebagai berikut.

Tabel 4. Konsep sensitivitas dan spesifitas pada


uji alat skrining
Hasil Gold Standart Total
Skrining Penyakit Penyakit
(+) (-)
Positif 4 1 5
Negatif 0 28 28
Gambar 2. Hasil pemeriksaan dengan Total 4 29 33
glukometer dan gold standard
Pada pengujian concurrent validity
Gambar hasil pemeriksaan gula darah
dilakukan dengan dua cara yaitu (Lapau, 2015):
dengan glukometer dan gold standard tidak
a. Sensitifitas = TP/(TP+FN) x 100%
menunjukkan perbedaan yang terlalu jauh.
= 4/(4) x 100%
Namun pada empat responden didapati
= 100%
pemeriksaan dengan gold standard
Alat skrining memiliki kemampuan
menunjukkan hasil yang cukup jauh berbeda
menunjukkan orang yang benar-benar
dibandingkan dengan glukometer. Pengukuran
sakit dari sekumpulan orang yang sakit
gula darah menggunakan glukometer memiliki
sebesar 100%.
rerata 128,88 dan untuk gold standard 130,62.
b. Spesifisitas = TN/ (TN+FP)
Standard deviation untuk glukometer adalah
= 28/29 x 100%
65,047 sedangkan gold standard 72, 402.
= 96,5%
Tabel 3. Hasil Klasifikasi penilaian alat skrining Alat skrining memiliki kemampuan
dengan gold standart menunjukkan orang yang tidak sakit dari
Klasifikas Frekuensi Persentase sekumpulan orang yang sakit sebesar
i (n) (%) 96,5 %.
Alat DM 5 15
Pada pengukuran predictive value
Skrining Tidak DM 28 85 dilakukan dua cara yaitu :
Gold DM 4 12 a. Positive Predictive Value
Standart PPV = TP/(TP+FP) x 100%
Tidak DM 29 88
= 4/5 x 100%
= 80%
Proporsi pasien dengan nilai positif dan Hasil penelitian ini dikuatkan dengan
benar-benar sakit yang ditemukan penelitian Mark pada tahun 1976 dan 1988,
dengan alat skrining sebesar 80%. prevalensi diabetes pada usia 40 hingga 70
b. Negative Predictive Value tahun mengalami peningkatan dari 11, 4% ke
NPV = TN/(FN+TN) x 100% 14,3%. Sedangkan tahun 1999-2000
= 28/28x100% teridentifikasi secara non signifikan bahwa
=100% terjadi peningkatan pada usia 20 tahun yang
Proporsi pasien dengan nilai negatif dan benar- awalnya 8,2 % menjadi 9,3% (Mark N.
benar tidak sakit yang ditemukan dengan alat Feinglos, 2008). Pada penelitian ini ditemukan
skrining sebesar 100%. penderita diabetes melitus tidak lagi terjadi pada
usia tua, namun terjadi pada usia 31 tahun yang
dibuktikan dengan alat skrining maupun gold
PEMBAHASAN
standart.
Komplikasi dari diabetes sendiri dapat
Menurut WHO penyakit kardiovaskuler
dicegah dengan melakukan pengecekan rutin
dan diabetes menjadi pembunuh pertama di
kadar gula darah. Dengan pengecekan secara
Indonesia pada tahun 2012. Penyakit ini
rutin penderita diabetes militus mampu
mengakibatkan keterbatasan fisik yang
mengontrol kadar gula dalam darah. Kadar
mengakibatkan kematian dan kesakitan.
glukosa dalam darah sendiri pada plasma dan
Penyakit ini menjadi pembunuh pertama bagi
sel darah pada dasarnya adalah sama namun,
semua jenis kelamin baik wanita maupun pria
satu hingga 3 ruang pada sel darah ditempati
(WHO, 2015). Pengobatan penderita diabetes
oleh haemoglobin. Haemoglobin sendiri
setiap tahunnya menghabiskan dana $132
menggunakan glukosa sebagai energi, whole
billion pada tahun 2002 di negara USA dengan
blood yang terdiri dari sel darah memiliki kadar
jumlah penderita yang lebih sedikit daripada di
glukosa yang lebih rendah daripada plasma.
Indonesia. Sementara di Indonesia diabetes
menjadi pembunuh pertama selain penyakit Oleh karena itu pengecekan gula darah
jantung dipastikan mengeluarkan dana yang menggunakan glukometer memiliki kelemahan.
lebih besar untuk penanganannya (NDEP, Untuk menangani hal tersebut masing-masing
2017). glukometer menerapkan algoritma yang unik
Faktor risiko terjadinya diabetes adalah tergantung pada pembuat alat untuk
riwayat keluarga dengan diabetes, overweight, meminimalisir efek dari hematokrit pada
pola makan tidak sehat, aktifitas fisik yang pengukuran. Setiap produk menjamin 20-60%
kurang, peningkatan usia, etnis, Impaired atau 10-70% dari hematokrit. Bila hematokrit
Glucose Tolerance, ada riwayat gestasional tinggi mengakibatkan hasil pengukuran menjadi
diabetes, kekurangan gizi saat hamil (IDF turun.
diakses 27 Mei 2018). Pada penelitian ini Maxim et al., (2014) menyatakan
peningkatan usia tidak sepenuhnya dibenarkan, semakin tinggi nilai validitas dari suatu alat
karena menurut hasil pemeriksaan menggunkan skrining menunjukkan semakin baik dan layak
glukometer dengan hasil positif diabetes diderita instrumen tersebut digunakan untuk melakukan
pada rentang usia 35 hingga 39 tahun dan 60 deteksi dini pada suatu penyakit. Contoh, suatu
hingga 64 tahun. Kurangnya aktivitas fisik alat akan dinyatakan baik bila memiliki nilai
belum dapat dibuktikan pada penelitian ini, validitas setidaknua 0,8 atau 80%, jadi bila
namun subyek penelitian yang positif diabetes suatu instrumen memiliki validitas <0,8 atau
sebagian besar mengojek kurang dari 5 tahun. <80% berarti instrumen tersebut membutuhkan
pengembangan-pengembangan baru agar alat
tersebut mampu mendeteksi suatu penyakit dan Pada dasarnya gold standard harus
layak untuk diaplikasikan. memiliki sensitivitas 100% dan spesifitas 100%
Inglish (2014) menyatakan hasil skrining sehingga tidak akan terjadi kesalahan ketika
dikatakan akurat bila nilai alat skirining 99% melakukan pemeriksaan Duggan, 1992). Alat
nilai berada dalam ± 10% dari gold standard. skrining terlebih dahulu harus di cek
Selaras dengan penelitian ini, hasil rerata dari validitasnya agar alat tersebut mampu
alat skrining dengan pembulatan adalah 129 merepresentasikan/ dekat dengan hasil dari gold
mg/dL sedangka hasil rerata gold standard standard. Validitas adalah kemampuan dari alat
dengan pembulatan adalah 131 mg/dL. Nilai uji untuk membedakan orang yang benar-benar
10% dari gold standard merupakan 129 mg/dL. sakit diantara orang yang tidak sakit. Pada
Sehingga alat skrining dikatakan akurat untuk dasarnya validitas dapat dibagi menjadi dua
dijadikan alat deteksi dini untuk diabetes. yaitu concurrent validity dan predictive validity.
Concurrent validity adalah tingkat kesamaan
Rerata pemeriksaan gula darah sewaktu diantara penemuan kasus dari alat skrining dan
dengan alat skrining sebesar 129 mg/dL gold standart. Sedangkan predictive validiy
sedangkan rerata dari gold standard 131 mg/dL. adalah kemampuan dari alat tes untuk meramal
Hasil tersebut terjadi sedikit perbedaan dengan status kesehatan dimasa mendatang (Lusiana,
penelitian lain yang di lakukan di “ Klinik 2015). Concurrent validity terdiri atas
Nirlaba Bandung” pada penelitian tersebut sensitivitas dan spesifitas. Sedangkan predictive
ditemukan hasil rerata menggunakan validity dapat diukur dengan PPV (Positive
glukometer sebesar 263,04 mg/dl sementara Predictive Value) dan NPV (Negative Predictive
rerata dengan spektofotometer sebesar 214, 27 Value) (Lapau, 2015).
mg/dL (Mariady, F dkk, 2013). Pada penelitian Penelitian lain mendefinisikan
di Klinik Nirlaba Bandung hasil pemeriksaan sensitivitas sebagai proporsi orang dengan
dengan glukometer cenderung lebih tinggi penyakit bawaan yang dites positif (benar-
daripada hasil pemeriksaan gula darah dengan positif).Tes ini memiliki kelebihan yaitu,
alat gold standard. Walaupun terjadi perbedaan proporsi orang tanpa penyakit yang memiliki tes
hasil antara glukometer dan spektofotometer, negatif (benar-negatif). Dalam beberapa
glukometer tetap menjadi alat skrining yang literatur, seseorang dapat menemukan istilah 1-
baik sebagai alat kontrol rutin karena spesifisitas yang didefinisikan sebagai tingkat
kemudahannya dan kevaliditasan dari alatnya. positif palsu (dengan kata lain, persentase
sampel salah diidentifikasi sebagai positif).
Biasanya, kurva Receiver Operating
Characteristic (ROC) digunakan sebagai
representasi grafis dari tingkat sensitivitas dan
spesifisitas. Area di bawah kurva mewakili
keakuratan tes. Semakin dekat nilainya adalah
satu, semakin besar akurasi tesnya. Pertukaran
ini terkait dengan fakta bahwa beberapa orang
akan jelas normal sementara yang lain adalah
sakit. Namun, pasti akan ada sekelompok pasien
yang jatuh di zona tengah (tidak jelas normal
atau abnormal). Dalam kasus seperti itu,
pemotongan yang terputus-putus akan
digunakan untuk membedakan antara normal
dan abnormal. Salah satu cara untuk mengatasi
dilema ini adalah dengan menggunakan mencapai angka 100% dan spesifitas 96,5%
kombinasi tes diagnostik untuk menunjukkan hasil mendekati gold standard
mengembangkan diagnosis (Soviero et. al, sehingga dapat dikatakan alat skrining adalah
2011). valid. Selain itu hasil hitung nilai PPV atau
Penelitian lain menambahkan megenai prediksi menemukan klien yang benar-benar
nilai prediktif positif adalah probabilitas pasien sakit dari orang yang sakit sebesar 80%. Nilai
dengan hasil positif yang sebenarnya (mereka NPV atau prediksi menemukan yang benar-
memiliki kondisi yang menarik) untuk tes benar tidak sakit dari orang yang tidak sakit
positif. Nilai prediktif negatif, di sisi lain, sebesar 100%. Hasil dari masing masing
didefinisikan sebagai probabilitas pasien dengan pemerikasaan validitas menunjukkan angka
hasil negatif sejati (tidak ada penyakit). Penting yang sangat baik hampir mendekati 100%,
untuk mengetahui bahwa tes diagnostik sesuai dari artikel sebelumnya bila alat skrining
dipengaruhi oleh prevalensi penyakit pada nilai validitasnya hampir mendekati alat gold
populasi yang diuji. Prevalensi adalah standard menunjukkan bahwa alat tersebut layak
probabilitas seseorang untuk memiliki penyakit untuk digunakan sebagai alat skrining. Namun
(berdasarkan karakteristik klinis dan data untuk diagnosis dari diabetes tetap
demografi) dalam suatu populasi dan mencakup membutuhkan pengecekan dengan gold
kasus-kasus yang baru didiagnosis dan kasus- standard.
kasus yang ada. Rasio kemungkinan adalah Pemeriksaan dengan alat
rasio antara kemungkinan hasil khusus dari tes spektofotometer memiliki kelebihan: presisi
diagnostik pada individu dengan penyakit dan yang tinggi, akurasi tinggi, spesifik, relatif
probabilitas dari hasil yang sama pada individu bebas dari gangguan (kadar hematokrit, vitamin
tanpa penyakit. Ini mungkin positif atau C, lipid, volume sampel, dan suhu). Sedangkan
negative (Hayness, 2004). kekurangannya adalah ketergantungan terhadap
Sebagai contoh, probabilitas seseorang reagen, butuh sampel darah yang banyak,
harus didiagnosis dengan kanker mulut dan pemeliharaan alat dan reagen memerlukan
memiliki tes positif untuk kondisi tidak hanya tempat khusus dan membutuhkan biaya yang
tergantung pada hubungan antara peristiwa, cukup mahal.
tetapi juga pada keakuratan tes dan prevalensi Pemeriksaan gula darah yang lebih
kondisi dalam sampel populasi. Dengan terjangkau, dapat dilakukan oleh penderita atau
demikian, jika seseorang ingin mengevaluasi orang lain, dapat dilakukan oleh orang yang
karakteristik operasi dari tes diagnostik dan tanpa latar pendidikan kesehatan, dan dapat
memilih sampel yang terdiri dari hanya dilakukan dirumah. Solusinya adalah dengan
beberapa orang dengan kanker mulut, glukometer. Strip glukometer memiliki
sedangkan orang lain mengevaluasi tes kelebihan hasil pemeriksaan dapat segera
diagnostik yang sama dalam sampel dengan diketahui, hanya membutuhkan sampel sedikit,
proporsi lebih besar dari orang dengan kanker tidak membutuhkan reagen khusus, prkatis dan
mulut, tes sensitivitas, spesifisitas, nilai prediktif mudah digunakan sehingga dapat dilakukan
positif dan negatif dapat bervariasi meskipun oleh siapa saja tanpa membutuhkan keahlian
prosedur tes identik (Mazur, 2017). khusus.
Penelitian ini memiliki angka spesifitas Kekurangannya adalah akurasi belum
atau kemampuan untuk menemukan orang yang diketahui, memiliki keterbatasan yang
tidak sakit dari orang yang sakit sebesar 96,5 % dipengaruhi oleh kadar hematokrit, interfensi
dan sensitivitas atau kemampuan menemukan dari zat lain (vitamin C, lipid, bilirubin dan
orang yang benar-benar sakit dari orang yang haemoglobin), suhu, volume sampel yang
sakit sebesar 100%. Selain itu sensitivitas yang kurang dan strip bukan untuk menegakkan
diagnosa klinis melainkan untuk pemantaun belum dikaliberasi akan mengalami
kadar glukosa rutin (Surya, 2003). Pernyatan penyimpangan > ± 30% (-31,6% hingga
tersebut selaras dengan Marchevsky (2000) +60,9%). Sedangkan pada beberapa meteran
glukometer memiliki keuntungan efisien dalam yang salah kode dengan strip uji, analisis grid
waktu, cepat dan mudah untuk digunakan, tetapi error menunjukkan >90% hasil lebih tinggi dari
hasil sangat tergantung pada lingkungan dan akurasi yang mengakibatkan harus ada tindakan
berbagai faktor. Glukometer yang dijual klinis yang dilakukan. Hal ini seringkali terjadi
dipasaran telah melalui berbagai tes klinis sesuai pada glukometer dengan kaliberasi otomatis
dengan kriteria ISO 15197:2013. atau koding alat.
American Diabetes Association (ADA)
merekomendasikan pemeriksaan glukosa darah SIMPULAN DAN SARAN
mengguakan glukometer untuk pasien diabetes Simpulan
atau sering disebut sebagai pemeriksaan yang
dilakukan sendiri oleh penderita diabetes Penelitian ini mampu membuktikan
dirumah. Pemeriksaan gula darah secara rutin bahwa alat skrining yaitu glukometer (Easy
disebut juga sebagai kontrol gula darah pada Touch) memiliki validitas yang baik. Dibuktikan
penderita diabetes. Kontrol gula darah juga dengan hasil skrining menggunakan glukometer
diakui sebagai prioritas dalam pengobatan memiliki rerata <10% dari hasil rerata dengan
pasien sakit kritis. gold standard (spektofotometer). Hasil
Perlu menjadi catatan bila menggunakan pengukuran dengan spektofotometer memiliki
alat skrining sebagai alat cek kesehatan rutin, rerata 131 mg/dL sedangkan rerata dari
sebab ada beberapa artikel yang menyatakan glukometer adalah 129 mg/Dl susai dengan
pada pemeriksaan skrining kanker payudara penelitian Inglish (2014). Sehingga alat ini
pada seorang wanita yang dilakukan ketika dikatakan cocok untuk digunakan sebagai alat
umurnya 40 tahun, wanita tersebut akan deteksi dini diabetes.
memiliki 60 kemungkinan mengalami false Nilai sensitivitas mencapai 100% dan spesifitas
positive pada usia 70 tahun, dengan 30 96,5% pada penelitian ini. penelitian ini hampir
mammograms dan 30 pemeriksaaan klinis. Jadi memenuhi kriteria bila akan dijadikan sebagai
untuk pemeriksaan periodik perlu gold standard. Namun penelitian ini disadari
diperhitungkan probabilitas kumulatif. terdapat beberapa kekurangan meliputi jumlah
Meskipun belum timbuL gejala atau hasil responden yang tidak cukup banyak
negatif tetap perlu dilakukan tindakan mengakibatkan hasil kurang mewakili,
(Kleveren, 2009). Oleh karena itu penting untuk walaupun dari segi sebaran usia telah sangat
mengevaluasi kelebihan dan kekurangan tes. mewakili untuk seluruh kalangan ojek
Dan dimungkinkan untuk pengembangan tes pangkalan wilayah Gubeng.
agar lebih optimal (Maxim, 2014).
Pada penelitian ini klien didominasi
Kaliberasi merupakan salah satu berusia antara 40 hingga 44 tahun. Namun
tindakan pencegahan agar tidak terjadi sayangnya penemuan kasus DM dengan alat
kesalahan pada glukometer. Beberapa skrining maupun gold standard ditemukan pada
glukometer mebutuhkan operator untuk usia 31 tahun. Sehingga membuktikkan bahwa
memasukkan kode kaliberasi berdasarkan pada saa tini telah terjadi pergeseran usia yang
beberapa alat tes strip untuk meningkatkan hasil awalnya penderita diabetes adalah usia tua, saat
analisis dari alat. Pada penelitian Baum ini usia muda pun sudah bisa terkena diabetes.
memperkirakan pentingnya pengkodean pada
hasil meteran untuk kepustusan klinis. Pada Kelemahan lainnya adalah, alat ini
penelitian ini menemukan bahwa alat yang belum dikaliberasi sebelum digunakan.
Pengkaliberasian dilakukan oleh peneliti dua Duggan, P. F.. 18 Juli 1992. Gold Standard.
minggu sebelum alat ini digunakan. Kelebihan Gold standard is an appopriate term,
dari penelitian ini, peneliti mampu menyediakan E(BMJ), p. 304:1568.9.
ruangan dengan suhu yang baik untuk guna https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articl
kerja alat glukometer, pengambilan dilakukan es/PMC1883235/?page=1> [Sitasi 27
oleh analis medis, pencahayaan yang cukup, Mei 2018]
serta strip test yang belum kadaluarsa. International Diabetes Federation. 2017. IDF
Saran Diabetes Atlas Eight edition 2017. IDF.
Sebagai alat skrining rutin yang www. Diabetesatlas.org. >[sitasi 27 Mei
diperlukan sebagai deteksi dini diabetes melitus 2018].
sangat diperlukan pengembangan lebih lanjut. Haynes RB, Sackett DL, Guyatt GH, Tugwell P.
Menilik dari beberapa artikel menunjukkan 2006. Clinical epidemiology: how to do
kelemahan dari skrining rutin berdampak pada clinical practice research. Philadelphia:
probabilitas kumulatif. Sehingga beberapa klien Lippincott Williams & Wilkins. dalam
yang menganggap dirinya sehat namun ternyata Jefferson Rosa Cardoso, Ligia Maxwell
dalam kondisi tidak sehat. Namun secara Pereira, Maura Daly Iversen, & Adilson
validitas alat skrining ini sudah sangat baik Luiz Ramos. 24 September 2014. What
digunakan sebagai alat deteksi dini. is gold standard and what is ground
truth?. doi: 10.1590/2176-
Deteksi dini sangat diperlukan untuk 9451.19.5.027-030.ebo.
mencegah timbulnya komplikasi, dan https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articl
pengobatan dini. Selai itu lat skrining ini juga es/PMC4296658/>[sitasi 27 Juni 2018].
mudah, dan murah untuk digunakan sehingga
Hidayat, A. A. A., 2011. Metodologi Penelitian
klien sangat diuntungkan dalam penggunaan
Kebidanan dan Teknik Analisa Data.
alat ini.
Jakarta: Salemba Medika.
Peneliti berharap dengan adanya
penelitian ini tenaga kesehatan mampu International Diabetes Ferderation. 1 Juli 2016.
menjangkau kelompok pekerja ojek. karena Annual Report 2015. Chaussẽe de La
kelompok ini merupakan kelompok yang Hulpe 166:
berisiko, namun jarang bersentuhan dengan International Diabetes Federation.
tenaga kesehatan sebab jadwal kerja mereka https://www.idf.org/aboutdiabetes/what
yang dimulai sejak pagi buta mengakibatkan -is-diabetes/risk-factors.html.[sitasi 27
keterbatasan bagi mereka untuk melakukan Juni 2018].
deteksi dini ke Fasilitas Kesehatan. Peneliti Infodatin. 2014. Studi dan Analisis Diabetes.
selanjutnya diharapkan mampu melakukan Pusat Data dan Informasi Kementrian
penelitian tentang hubungan merokok dengan Kesehatan RI.
kejadian diabetes melitus pada kelompok ojek
pangkalan, dapat pula melakukan penelitian Inglish, K. 13 Juni 2014. Validation of the Accu-
mengenai akurasi dari alat skrining yaitu Chek Inform II for Critical Care Use.
glukometer dengan spektofotometer. Clinical Laboratory Management
Association Knowledge Lab 2014
REFERENSI Conference: Las Vegas.
Cairns D. (2009). Essentials of Pharmaceutical
Chemistry Second Edition (Intisari Kleveren, V.RJ.et. al, 3 Desember 2009.
Kimia Farmasi Edisi Kedua). management breast cancer.
Penerjemah : Puspita Rini. Jakarta : Management of Lung Nodules
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Detected by CT Scanning.
10.1056/NEJMoa0906085, pp. 22287536/Format: Abstract.>[sitasi 27
361(23):2221-9. Juni 2018].
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/ MHC Medical Products. 2011. Easy Touch
19955524/>[Sitasi 27 Mei 2018] Glucose Monitoring System User
Lapau, B., 2015. Metodologi Penelitian Manual. Taiwan, MHC Medical
Kebidanan: Panduan Penulisan Products.
Protokol dan Laporan Hasil National Diabetes Education Program. June
Penelitian. 1 penyunt. Jakarta: Yayasan 2017. Diabetes : What is it ?. CDC.
Pustaka Obor Indonesia . www.cdc.gov/diabetes/ndep> [sitasi 27
LeRoith, D., 2012. Prevention of Type 2 Mei 2018].
Diabetes, From Science to Therapy. PERKENI. 2015. Konsensus Pengelolaan dan
New York, USA: Springer. Pencegahan Diabetes Melitus tipe 2 di
Lusiana, N., Andriyani, R., & Megasari, M.. Indonesia 2015.
2015. Buku Ajar Metodologi Penelitian Riset Kesehatan Dasar. 2013. Riset Kesehatan
Kebidanan Edisi 1. Yogyakarta : Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian
Deepublish. dan Pengembangan Kesehatan
Marchevsky, D., 2000. Citical Appraisal of Kementrian Kesehatan RI.
Medical Literature. New York: Kluwe Soelistijo, S. A., dkk..2015. Konsensus:
Academic/ Plenum Publishers. Pengellaan dan Pencegahan Diabetes
Mariady, F., Sugiarto, C., & Sadeli L.. 2000. Militus Tipe 2 di Indonesia. Pengurus
Perbandingan Kadar Glukosa Darah Besar Perkumpulan Endokrinologi di
Sewaktu Menggunakan Glukometer Indonesia (PB PERKENI).
dan Spektrofotometer pada Penderita Soviero VM, Leal SC, Silva RC & Azevedo RB.
Diabetes Melitus di Klinik Nirlaba 12 September 2011. Validity of Micro
Bandung. [sitasi 26 Mei 2018]. CT in Vitro Detection of Proximal
Mark N. Feinglos, &. M. A. B., 2008. Type 2 Carious Lessions in Primary Molars. J
Diabetes Mellitus: An Evidence- Based Dent. 2012 Jan;40(1):35-40. doi:
Approach to Practical Management. 10.1016/j.jdent.2011.09.002. Epub
USA: Humana Press. 2011 Sep 12.
Maxim, L. D., Niebo, R., & Utell, M. J.. 29 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
September 2014.. Screening test : a 21930181/> [sitasi 27 Juni 2018].
Review with Examples. Pp 811-828. Surya, M. A.. 2003. Pendidikan
doi: 10. 3109/08983578. 2014. 955932. Berkesinambungan Patologi Klinik
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/arti 2003. Jakarta: Bagian Patologi Klinik
cles/PMC4389712/> [sitasi 25 Mei Fakultas Kedokteran Universitas
2018]. Indonesia.
Mazur DJ. 27 Januari 2017. A history of Badan Penelitian dan Pengembangan
evidence in medical decisions: from the Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
diagnostic sign to Bayesian inference. 2013. Kementrian Kesehatan RI.
Med Decis Making. 2012 Mar- WHO, & UN partners. January 2015. Country
Apr;32(2):227-31. doi: Statistics and global health estimates.
10.1177/0272989X11434739. Geneva : Global Health Observatory. ( ht
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/ t p: / / who. i nt / gho/ mor t al i t y _ bur
den_ di s eas e/ en> [Sitasi 27 Mei 2018]
WHO. 7 April 2016. WHO Global Report on
Diabetes. Geneva, Switzerland.
http://www.who.int/diabetes/global-
report/en/ >[sitasi 27 Mei 2018].

Anda mungkin juga menyukai