TINJAUAN PUSTAKA
1. Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan hal yang sangat penting dalam bidang
kesehatan pada umumnya, karena tekanan darah merupakan faktor
yang dapat dipakai sebagai indikator untuk menilai sistem
kardiovaskular seseorang. Tekanan darah adalah tenaga yang di
gunakan oleh darah terhadap dinding pembuluh darah (arteri). Tekanan
ini harus seimbang, yaitu cukup untuk menghasilkan daya dorong
terhadap darah dan tidak boleh terlalu berlebihan (tinggi) yang dapat
menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung. Selain itu,
pemeriksaan tekanan darah dapat dilakukan sebagai bagian dari
pemeriksaan kesehatan rutin atau sebagai skrining untuk tekanan darah
tinggi (hipertensi). Adapun untuk nilai normal dari tekanan darah pada
orang dewasa berada di kisaran 90/60 mmHg hingga 120/80 mmHg.
Sedangkan pada lansia direntang angka yang sedikit lebih tinggi, yakni
130/80 mmHg hingga 140/90 mmHg.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana
tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥
90 mmHg. Menurut catatan Badan Kesehatan Dunia/World Health
Organization (WHO) tahun 2011, satu milyar orang di dunia menderita
hipertensi, dua pertiga di antaranya berada di Negara berkembang yang
berpenghasilan rendah sedang. Prevalensi hipertensi akan terus
meningkatk tajam diprediksikan pada tahun 2025 nanti sekitar 29%
orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi. Hipertensi telah
mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang setiap tahun 1,5 juta
kematian terjadi di Asia Tenggara, yang sepertiga populasinya
menderita hipertensi.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 prevalensi
hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas di Indonesia adalah
sebesar 25,8%. Prevalensi hipertensi tertinggi di provinsi Bangka
Belitung (30,9%), dan terendah di provinsi Papua (16,8%). Provinsi
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Jawa Barat merupakan
provinsi yang mempunyai prevalensi hipertensi lebih tinggi dari angka
nasional.
Hipertensi sering disebut sebagai ‘the silent killer” karena sering tanpa
keluhan, sehingga penderita tidak tahu kalau dirinya mengidap
hipertensi tetapi kemudian mendapatkan dirinya sudah terapat penyakit
penyulit atau komplikasi dari hipertensi. Hasil Riskesdas 2013 dan
studi di Puskesmas diketahui bahwa hanya sepertiga penderita
hipertensi (36,8%) yang terdiagnosisi oleh tenaga kesehatan dan hanya
0,7% yang minum obat.
Untuk mengukur tekanan darah, dapat menggunakan tensimeter
(sphygmomanometer) yang ditempatkan di atas arteri brakhialis pada
lengan. Tensimeter (sphygmomanometer) terbagi tiga jenis yaitu
tensimeter air raksa (mercury), tensimeter pegas (aneroid) dan
tensimeter digital (automatic).
Tensimeter air raksa adalah tensimeter yang pertama kali digunakan.
Tensimeter jenis ini menggunakan air raksa dan memerlukan stetoskop
untuk mendengar munculnya bunyi saluran tekanan sistolik dan
diastolik. Namun, karena masalah lingkungan tentang pembuangan
limbah medis yang tercemar air raksa dan risiko berbahaya akibat
tumpahan atau pecahan air raksanya, tensimeter air raksa dihapus
dalam peraturan kesehatan. Pada tahun I998, badan Perlindungan
Lingkungan dan Rumah Sakit Amerika setuju untuk menghilangkan
limbah air raksa yang terkandung dalam industri pelayanan kesehatan
pada tahun 2005. Oleh karena itu, banyak lembaga kesehatan yang
beralih ke tensimeter pegas.
Tensimeter pegas atau aneroid adalah tensimeter yang menggunakan
putaran berangka atau jarum, tensimeter ini lebih aman karena tidak
menggunakan air raksa. Sama halnya dengan air raksa, tensimeter ini
juga memerlukan stetoskop dalam penggunaannya. Dan yang terbaru
adalah tensimeter digital (automatic), tensimeter ini sangat mudah dan
praktis dalam penggunaannya dan tidak memerlukan stetoskop.
Dengan tensimeter ini, pemeriksa cukup menyalakan alat tersebut
kemudian memompa manset untuk mengetahui tekanan darahnya.
Tekanan darah akan terukur dengan sendirinya oleh alat dan
ditampilkan dalam bentuk angka pada layar LCD.