Anda di halaman 1dari 2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pasal 1 ayat 2
berbunyi lanjut usia adalah “seseorang yang telah mencapai 60 (enam puluh) tahun
keatas”. Lanjut usia merupakan proses mengalami penuaan anatomi, fisiologi dan
biokimia pada jaringan organ yang dapat mempengaruhi keadaan fungsi dan
kemampuan tubuh secara keseluruhan (Fatmah, 2010).

Pada usia lanjut terjadi kemunduran fungsi tubuh dimana salah satunya adalah
kemunduran fungsi kerja pembuluh darah. Penyakit yang sering dijumpai pada
golongan lansia yang disebabkan karena kemunduran fungsi kerja pembuluh darah
yaitu salah satu penyakit degenerative yang mempunyai tingkat mordilitas dan
mordilitas tinggi. Tekanan darah tinggi merupakan suatu penyakit akibat meningkatnya
tekanan darah arterial sistemik baik sistolik maupun diastolik (Arlita, 2014).

Hipertensi menjadi masalah kesehatan di seluruh belahan dunia dan sebagai


salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler. Hipertensi juga disebut sebagai
penyakit tidak menular, karena hipertensi tidak ditularkan dari orang ke orang. Penyakit
tidak menular adalah penyakit kronis yang tidak dapat ditularkan ke orang lain. Penyakit
tidak menular masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian di
Indonesia saat ini. Hal ini dikarenakan munculnya PTM secara umum di sebabkan oleh
pola hidup setiap individu yang kurang memperhatikan kesehatan (Riskesdas, 2018.

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari


besar atau sama dengan 140 mmHg, dan peningkatan tekanan diastolik lebih besar
atau sama dengan 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab utama terjadinya gagal
jantung, stroke, dan gagal ginjal. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tekanan
darah, baik faktor yang dapat diubah maupun tidak. Salah satu faktor yang dapat
diubah adalah gaya hidup (life style), dimana gaya hidup seseorang sangat dipengaruhi
oleh pengetahuannya akan suatu penyakit. Dan faktor yang tidak dapat diubah adalah
genetik.

Hipertensi dijuluki sebagai Silent Killer atau sesuatu yang secara diam-diam dapat
menyebabkan kematian mendadak para penderitanya. Kematian terjadi akibat dari
dampak hipertensi itu sendiri atau penyakit lain yang diawali oleh hipertensi. Oleh
sebab itu, penderita berusaha melakukan kepatuhan mendisiplinkan diri terhadap
makanan maupun gaya hidupnya. Penyakit hipertensi juga merupakan the silent
disease karena orang tidak mengetahui dirinya terkena hipertensi sebelum
memeriksakan tekanan darahnya. ( Septianingsih, Dea Gita 2018). Maka dari itu
banyak dari pederita hipertensi mengalami kematian secara mendadak Karena
kurangnya kepatuhan menjaga pola makan maupun memeriksakan diri ke fasilitas
pelayanan kesehatan.

Menurut data WHO, di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% orang di
seluruh dunia mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi
29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju
dan 639 sisanya di negara berkembang, termasuk di Indonesia (Yonata & Satria, 2016).

Prevalensi penyakit hipertensi di Indonesia berdasarkan data dari kemenkes 2017


pada usia .>18 tahun prevalensi penyakit hipertensi sebesar 27,3% (kemenkes RI,
2017). Pada tahun 2018 prevalensi penyakit hipertensi sebesar 34,1% (Riskesdas,
2018). Di Indonesia pada tahun 2019 penderita hipertensi menurut data dari kemenkes
RI tercatat prevalensi penderita hipertensi naik dari tahun sebelumnya menjadi 38,7%
(kemenkes RI, 2019)

Berdasarkan data yang diperoleh dari profil Dinas Kesehatan Provinsi Aceh tahun
(2017) hipertensi di Aceh tertinggi terdapat di Kabupaten Bireun mencapai 26,373 jiwa
(Kemenkes RI, 2018), dari 350,851 orang lansia di Provinsi Aceh yang mendapatkan
pelayanan kesehatan (diantaranya hipertensi) hanya 264.602 orang (75%) (Dinas
Kesehatan Provinsi Aceh, 2018), menujukkan bahwa masih rendahnya kesadaran
lansia dalam memeriksa khususnya hipertensi

Kesehatan lansia bila tidak ditangani dengan baik, akan menyebabkan penurunan
fungsi fisik dan fisiologis sehingga terjadi kerusakan tubuh yang lebih parah,
menimbulkan banyak komplikasi dan mempercepat kematian. Hipertensi pada lansia
bila tidak segera diobati dapat menyebabkan gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal
(Potter dan Perry, 2015). Faktor yang dapat mempengaruhi hipertensi ada dua yaitu,
faktor yang dapat dikendalikan seperti obesitas, medikasi, gayahidup, stress dan faktor
yang tidak dapat di kenali seperti usia, riwayat keluarga, jenis kelamin (Junaedi, E dkk,
2013).

Anda mungkin juga menyukai