Anda di halaman 1dari 38

PROPOSAL PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PENYAKIT HIPERTENSI PADA USIA LANJUT
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SOROPIA KECAMATAN
SOROPIA

DELLA MITASARI
NIM: K201801076

Peminatan : Epidemiologi

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
2021
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori Variabel Terikat Penelitian.......................................... 7
B. Tinjauan Teori Variabel bebas peneliti................................................ 13
BAB III METODE PENELITIAN
A. Dasar Pikir Penelitian........................................................................... 23
B. Bagan Kerangka Konsep...................................................................... 24
C. Variabel Penelitian............................................................................... 25
D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif.......................................... 25
E. Hipotesis Penelitian.............................................................................. 27
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian..................................................................... 29
B. Waktu dan Lokasi Penelitian.................................................................. 30
C. Populasi dan Sampel............................................................................... 30
D. Pengumpulan Data.................................................................................. 31
E. Pengolahan, Analisa, dan Penyajian Data............................................... 32
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular sampai saat ini masih
menjadi masalah kesehatan secara global. Hipertensi adalah suatu keadaan
dimana tekanan daraah sistolik>140 mmHg dan tekanan diastolik>90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan
istirahat (Sukarno 2014).
Pada umumnya hipertensi tidak memberikan keluhan dan gejala yang khas
sehingga banyak penderita yang tidak menyadarinya.Oleh karena itu
hipertensi dikatan sebagai the silent killer.Jika dibiarkan, penyakit ini dapat
menganggu fungsi organ-organ lain, terutama organ-organ vital seperti
jantung dan ginjal (Riskesdas nasional, 2013).
Data WHO (World Health Organization) di seluruh dunia sekitar 972 juta
orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi, dari 972 juta pengidap
hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara
sedang berkembang, termasuk Indonesia.Hipertensi juga menempati peringkat
ke-2 dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit di
Indonesia pada tahun 2006 dengan prevalensi sebesar 4,67% dan pada tahun
2013 prevalensi hipertensi meningkat menjadi 9,5%.
Hipertensi di sebut sebagai “pembunuh diam-diam” karena gejalanya
sering tanpa keluhan. Biasanya penderita tidak mengetahui kalau dirinya
mengidap hipertensi dan baru di ketahui kalau dirinya mengidap hipertensi
dan baru di ketahui kalau dia mengidap hipertensi setelah terjadi komplikasi.
Kebanyakan orang merasa sehat dan energi walaupun hipertensi, keadaan ini
tentu sangat berbahaya dapat menyebabkan kematian mendadak pada
masyarakat. Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke
dan turbokolosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua
umur di indonesia. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah
yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal (Depkes,RI 2019).

1
Berdasarkan Data Riskesdas Tahun 2018 memperhatikan bahwa
prevelensi hipertensi mengalami kenaikan dari 25,8% menjadi 34,1% dengan
estimasi jumlah kasus hipertensi di indonesia adalah sebesar 63.309.620
orang, dengan kematian akibat hipertensi sebesar 427.218. prevalensi
hipertensi berdasarkan usia penduduk > 18 tahun (34,1%) yaitu 31-44 tahun
(31,6%), usia 45-54 tahun (45,3%), dan usia 55-64 tahun (55,2%)
(Kementrian Kesehatan RI, 2018).
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara 10 penyakit
terbanyak di sulawesi tenggara. Pada tahun 2017 angka kejadian hipertensi
sebanyak 31,817 kasus dengan prevalensi (38,60%) kemudian pada tahun
2018 angka kejadian hipertensi sebanyak 81,426 kasus dengan prevalensi
(19,87%) dan pada tahun 2019 angka kejadian hipertensi berubah yaitu
102,409 kasus dengan prevalensi (126,83%) menurut (Dinkes, profil sultra
2019).
Data profil Puskesmas Soropia, Kelurahan Toronipa, Kecamatan Soropia,
Kabupaten Konawe Tahun 2019 menunjukkan bahwa jumlah penderita
hipertensi yang tercatat pada tahun 2019 sebanyak 56, 25% atau 290 orang
dan pada tahun 2020 berjumlah sebanyak 379 orang 74,2% (Puskesmas
Soropia).
Data hasil survei dari Puskesmas soropia (2020), hipertensi menempati
urutan ke 2 dari 10 penyakit terbanyak dengan jumlah kasus sebanyak 379
orang (profil Puskesmas Soropia, 2020). Pada wilayah Puskesmas terdapat 15
Desa yang diantaranya nya Sorue Jaya dengan jumlah kasus sebanyak 19
orang, Tapulaga dengan jumlah kasus sebanyak 26 orang, Leppe dengan
jumlah kasus sebanyak 28 orang, Bajo Indah dengan jumlah kasus sebanyak
20 orang, Mekar dengan jumlah kasus sebanyak 26 orang, Bajoe dengan
jumlah kasus sebanyak 24 orang, Bokori dengan jumlah kasus sebanyak 21
orang, saponda darat dengan jumlah kasus sebanyak 20 orang, saponda laut
dengan jumlah kasus sebanyak 25 orang, Toronipa dengan jumlah kasus
sebanyak 54 orang, Telaga biru dengan jumlah kasus sebanyak 26 orang,
Atowatu dengan jumlah kasus sebanyak 20 orang, Sawapudo dengan jumlah

2
kasus sebanyak 24 orang, Soropia dengan jumlah kasus sebanyak 23 orang,
Waworaha dengan jumlah kasus sebanyak 23 orang. Diantara 15 desa tersebut
penderita hipertensi tertinggi terdapat pada Desa Toronipa dengan jumlah
kasus sebanyak 54 orang.
Makanan yang banyak mengandung serat sangat penting untuk
keseimbangan kolesterol karena dapat mengangkut asam empedu, serat juga
dapat mengatur kadar gula darah dan menurunkan tekanan darah. Serat
terdapat dalam tumbuhan, terutama pada sayur, buah, padi-padian, kacang-
kacangan, dan biji-bijian. Asupan serat yang dibutuhkan oleh tubuh sebesar
25 gr/hari. Asupan tinggi serat terutama jenis serat kasar (crude fiber)
berkaitan dengan pencegahan hipertensi. Apabila asupan seratnya rendah,
maka dapat menyebabkan obesitas yang berdampak terhadap peningkatan
tekanan darah dan penyakit degeneratif. Faktor berat badan juga berperan
terhadap terjadinya hipertensi (Marzukli, 2018).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi sangat erat kaitannya dengan
faktor gaya hidup dan makanan atau asupan gizi. Sebagian faktor gaya hidup
penting yang mungkin menyebabkan tekanan darah tinggi mencakup
konsumsi kopi, minum alkohol, kurang olahraga, stress dan merokok.
Sebagian faktor makanan mencakup kegemukan, rendah serat, makanan yang
mengandung banyak gula, tingginya asupan lemak jenuh dan rendahnya
asupan asam lemak esensial, kadar lemak yang tinggi di dalam menu sehari-
hari akan berakibat meningkatkan tekanan darah (Kohlmeier Lovastatin,
2016).
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi dibagi dalam
dua kelompok besar yaitu faktor yang tidak dapat dimodifikasi/tidak dapat
diubah seperti jenis kelamin, usia, genetik dan faktor yang dapat
dimodifikasi/faktor yang dapat diubah seperti pola makan (junk food, asupan
natrium, asupan lemak), kebiasaan olah raga dan lain-lain.
Pola makan yang salah merupakan salah satu faktor resiko yang
meningkatkan penyakit hipertensi.Junk food sebagai penyumbang utama
terjadinya hipertensi. Kelebihan asupan lemak mengakibatkan kadar lemak

3
dalam tubuh meningkat, terutama kolesterol yang menyebabkan kenaikan
berat badan sehingga volume darah mengalami peningkatan tekanan yang
lebih besar. Kelebihan asupan natrium akan meningkatkan ekstraseluler
menyebabkan volume darah yang berdampak pada timbulnya hipertensi.
Kurangnya mengkonsumsi sumber makanan yang mengandung kalium
mengakibatkan jumlah natrium menumpuk dan akan meningkatkan resiko
hipertensi (Junaedi, dkk. 2013).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rini Anggraeny (2014)
menunjukkan bahwa lansia yang tidak melakukan aktivitas fisik berisiko
1,57 kali menderita hipertensi dibanding lansia yang melakukan aktivitas
fisik, tetapi tidak bermakna. Lansia yang merokok berisiko 1,42 kali
menderita hipertensi dibanding lansia yang tidak merokok, tetapi tidak
bermakna. Aktivitas fisik yang dilakukan secara tepat dan teratur, serta
frekuensi dan lamanya waktu yang digunakan dengan baik dan benar dapat
membantu menurunkan tekanan darah. Tekanan darah akan meningkat ketika
sedang melakukan aktivitas fisik. Tetapi jika seseorang melakukan aktivitas
fisik secara teratur akan lebih sehat dan tekanan darahnya akan lebih rendah
daripada seseorang yang tidak melakukan aktivitas fisik. Selain itu, aktivitas
fisik yang kurang cenderung membuat seseorang mengalami kegemukan dan
akan menaikkan tekanan darah. (Rini Anggraeny, 2014)
Makanan yang banyak mengandung serat sangat penting untuk
keseimbangan kolesterol karena dapat mengangkut asam empedu, serat juga
dapat mengatur kadar gula darah dan menurunkan tekanan darah. Serat
terdapat dalam tumbuhan, terutama pada sayur, buah, padi-padian, kacang-
kacangan, dan biji-bijian. Asupan serat yang dibutuhkan oleh tubuh sebesar
25 gr/hari. Asupan tinggi serat terutama jenis serat kasar (crude fiber)
berkaitan dengan pencegahan hipertensi. Apabila asupan seratnya rendah,
maka dapat menyebabkan obesitas yang berdampak terhadap peningkatan
tekanan darah dan penyakit degeneratif. Faktor berat badan juga berperan
terhadap terjadinya hipertensi (Marzukli, 2018).
B. Rumusan Masalah

4
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada faktor-
faktor yang menyebabkan penyakit hipertensi pada usia lanjut (lansia) di
wilayah kerja Puskesmas Soropia Kota ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
hipertensi pada lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Soropia.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengaruh antara Jenis Kelamin dengan kejadian
Hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Soropia.
b. Mengetahui pengaruh antara Usia dengan kejadian Hipertensi pada
lansia diwilayah kerja Puskesmas Soropia.
c. Mengetahui pengaruh antara Riwayat Keluarga dengan kejadian
Hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Soropia
d. Mengetahui pengaruh antara Aktivitas Fisik dengan kejadian
Hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Soropia
e. Mengetahui pengaruh antara Merokok dengan kejadian Hipertensi
pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Soropia.

D. Keaslian Penelitian
Berikut ini penelitianpenelitian sebelumnya yang membedakan
denganpenelitian yang dilakukan oleh penulis, seperti tercantum pada Tabel
1.1berikutini:
Tabel1.1 Keaslian Penelitian
Kategori PenelitianSebelumnya Penelitianyangdilakukan
Subyek Asupan natrium dan lemak faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian berhubungan dengan
hipertensi pada lansia di wilaya penyakit hipertensi pada
poasia kota kendari (Asnia usia lanjut
Zainudin, 2019)
Tujuan Untuk menganalisis Asupan natrium UntukMenganalisis
dan lemak berhubungan dengan faktor-faktor yang

5
kejadian hipertensi pada lansia di berhubungan
wilaya poasia kota kendari (Asnia dengandengan kejadian
Zainudin, 2019) penyakithipertensi pada
usia lanjut (lansia) di
wilayah kerja
Puskesmas soropia
Desain Penelitian ini merupakan peneitian analitik dengan
Penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross
pendekatan cross-sectional. sectional study
Populasi penelitian ini adalah
seluruh lansia berusia 45-65 tahun
di kelurahan rahandouna, kec.
Poasia, kota kendari tahun 2018
yaitu sebanyak 1.317 orang. Jumlah
sampel sebanyak 69 orang dan
pengambilan sampel menggunakan
teknik pruporsive sampling.
Instumen Teknik pruporsive sampling Insturumen yang di
,wawancara dan kuesioner gunakan untuk
penelitian ini yaitu
menggunaakan lembar
observasi dan stetoskop
spigmomannometer.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Variabel Terikat Penelitian


1. Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan
darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90 mmHg pada
dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan
cukup istirahat atau tenang (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2019).
Hipertensi adalah gejala dari sebuah sindroma, kemudian akan
memicu pengerasan pembuluh darah sampai terjadi kerusakan target
organ terkait. Hipertensi merupakan manifestasi gangguan keseimbangan
hemodinamik sistem kardiovaskular, yang mana patofisiologinya adalah
multifaktor.Faktor risiko yang berberperan untuk kejadian komplikasi
penyakitkardiovaskular, ialah faktor risiko mayor seperti hipertensi, dan
kerusakan organ sasaran seperti jantung, otak, penyakit ginjal kronik,
penyakit arteri perifer (Anggun et al., 2016).
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu
lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal),
jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila

7
tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang
memadai.Penyakit hipertensi dapat menyebabkan berbagai
komplikasi.Hipertensi mencetuskan timbulnya plak aterosklerotik di arteri
serebral dan arteriol, yang dapat menyebabkan oklusi arteri, cedera
iskemik dan stroke sebagai komplikasi jangka panjang (Yonata, 2016).
Hipertensi merupakan penyakit yang kerap dijumpai di masyarakat
dengan jumlah penderita yang terus meningkat setiap tahunnya.Baik
disertai gejala atau tidak, ancaman terhadap kesehatan yang diakibatkan
oleh hipertensi terus berlangsung (Situmorang, 2018).
Faktor risiko hipertensi meliputi: umur, kelamin, riwayat keluarga,
genetik (faktor risiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan
merokok, konsumsi garam, kebiasaan konsumsi minum-minuman
beralkohol, obesitas, stres, (faktor risiko yang dapat diubah) (Michael et
al., 2017).
Hipertensi seringkali disebut sebagai the silent killer kerena termasuk
penyakit yang mematikan tanpa disertai gejala-gejalanya lebih dahulu
sebagai peringatan bagi korbannya. Kalaupun muncul gejala tersebut
seringkali dianggap gangguan biasa sehingga korbannya terlambat menya
dari akan datangnya penyakit (Situmorang, 2018).
Gejala hipertensi bervariasi pada masing-masing individu dan hampir
sama dengan penyakit lainnya. Secara umum, gejala hipertensi meliputi:
sakit kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras
atau mengangkat beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah
memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil, terutama dimalam hari,
telinga berdenging (tinnitus), dunia terasa berp utar (vertigo) (Michael et
al., 2017).
2. klasifikasi hipertensi
Setelah memahami definisi hipertensi dan berbagai hal mengenai
tekanan darah yang membuat terjadinya hipertensi, sekarang akan
membahas klasifikasi hipertensi menurut muhammadun (2019).
Berdasarkan penyebab hipertensi ada dua macam yaitu :

8
a. hipertensi primer atau esensial
hipertensi yang tidak atau belum diketehui penyebabnya
(terdapat kurang lebih 90% dari seluruh hipertensi). Hipertensi primer
kemungkinan memiliki banyak penyebab, beberapa perubahan pada
jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama
menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
b. hipertensi sekunder
hipertensi yang disebabkan atau sebagai akibat dari adanya
penyakit lain. Jika penyebab diketahui, maka disebut hipertensi
sekunder. Sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah
penyakit ginjal. Sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal
atau pemakaian obat tertentu.
Tabel 2.1 klasifikasi tekanan darah pada dewasa
Kategori Sistolik Diastolik
Hipertensi < 90 mmHg < 60 mmHg
Optimal < 120 mmHg < 80 mmHg
Normal < 130 mmHg < 85 mmHg
Hipertensi ringan 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensi sedang 160-179 mmHg 110-109 mmHg
Hipertensi berat >180 mmHg > 110 mmHg
Sumber WHO, 2017
3. Faktor resiko tekanan darah tinggi (hiprtensi)
Seseorang yang menderita hipertensi akan memiliki penderitaan
yang lebih berat lagi jika semakin banyak faktor risiko yang menyertai.
Hampir 90% penderita hipertensi tidak diketahui penyebabnya dengan
pasti. Para ahli membagi dua kelompok faktor risiko pemicu timbulnya
hipertensi, yaitu faktor yang tidak dapat dikontrol dan faktor yang dapat
dikontrol.
a.faktor yang tidak dapat dikontrol
beberapa faktor yang tidak dapat dikontrol antara lain sebagai berikut :
1. Keturunan
Sekitar 70-80% penderita hipertensi esensial ditemukan riwayat
hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan

9
pada kedua orang tua maka dugaan hipertensi esensial lebih besar.
Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita yang kembar
onozigot (satu telur) apabila salah satunya penderita hipertensi.

10
2. Jenis Kelamin
Hipertensi lebih mudah menyerang kaum perempuan dari pada
laki-laki. Hal itu mungkin karena perempuan memiliki faktor
pendorong terjadinya hipertensi, seperti stres, kelelahan, dan
makan tidak terkontrol, adapun hipertensi pada perempuan
peningkatan terjadinya resiko setelah masa monopouse (sekitar 45
tahun).
3. Umur
Pada umumnya, hipertensi menyerang pria pada usia di atas 31
tahun, sedangkan pada wanita terjadi setelah usia 45 tahun
(menopouse) (Dilimartha, 2018). Berikut ini kategori umur :
a) masa balita = 0 – 5 tahun
b ) masa kanak-kanak = 6 – 12 tahun
c) masa remaja awal = 13 – 17 tahun
d) masa remaja akhir = 18 – 25 tahun
e) masa dewasa awal = 26 – 35 tahun
f) masa dewasa akhir = 36 – 44 tahun
g) masa lansia awal = 45 – 55 tahun
h) masa lansia akhir = 56 – 65 tahun
i) manula = >65
4. Riwayat Keluarga
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini
berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan
rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium. Individu dengan
orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi.Selain itu didapatkan 70-80%
kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam
keluarga. (Bianti Nuraini, 2015)
b. faktor yang dapat dikontrol

11
beberapa faktor yang dapat dikontrol antara lain sebagai berikut :
1. kegemukan
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari
populasi hipertensi. Telah dibuktikan pula bahwa faktor ini
mempunyai laitan erat dengan terjadinya hipertensi dikemudia hari.
Dijelaskan bahwa hubungan antara obesitas dan hipertensi,
membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume
darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan
dengan penderita hipertensi dengan berat badan normal.
2. konsumsi garam berlebih
Garam mempunyai sifat menahan air. Konsumsi garam yang lebih
dengan sendirinya akan menaikan tekanan darah. Sebaiknya hindari
pemakaian garam yang berlebihan atau makanan yang diasinkan.
Hal itu tidak berrti menghentikan pemakayan garam sama sekali
dalam makanan. Namun, sebaiknya penggunaan garam dibatasi
seperlunya saja.

12
3. Kurang Olahraga
Olahraga isotonik, seperti sepeda, joging, dan aerobik yang teratur
dapat memperlancar peredaran darah sehingga menurunkan tekanan
darah. Orang yang kurang aktif berolahraga pada umumnya
cenderung mengalami kegemukan. Olahraga juga dapat mengurangi
atau dapat mencegah obesitas serta dapat mengurangi asupan garam
kedalam tubuh. Garam akan keluar dari dalam tubuh bersama
keringat.
4. Merokok Dan Konsumsi Alkohol
Hipertensi juga diserang oleh adanya nikotin dalam batang rokok
yang dihisap seseorang. Hasil penelitian menunjukan bahwa nikotin
dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah.
Selain itu, nikotin juga dapat menyebabkan terjadinya pengapuran
pada dinding pembuluh darah. Efek dari konsumsi alkohol juga
merangsang hipertensi karena adanya peningkatan sintesis
katekholamin yang dalam jumlah besar dapat memicu kenaikan
tekanan darah (Dalimartha, 2018).
4. Manifestasi Klinis
Hipertensi sulit dideteksi oleh seseorang sebab hipertensi tidak
memiliki tanda/ gejala khusus. Gejala-gejala yang mudah untuk diamati
seperti terjadi pada gejala ringan yaitu pusing atau sakit kepala, cemas,
wajah tampak kemerahan, tengkuk terasa pegal, cepat marah, telinga
berdengung, sulit tidur, sesak napas, rasa berat di tengkuk, mudah
lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah di hidung)
(Fauzi, 2014; Ignatavicius, Workman, & Rebar, 2017).
5. Penatalaksanaan
Setiap program terapi memiliki suatu tujuan yaitu untuk mencegah
kematian dan komplikasi, dengan mencapai dan mempertahankan
tekanan darah arteri pada atau kurang dari 140/90 mmHg (130/80
mmHg untuk penderita diabetes melitus atau penderita penyakit ginjal
kronis) kapan pun jika memungkinkan (Smeltzer, 2013).

13
C.Tinjauan Teori Variabel Bebas Penelitian
1. Lanjut usia (Lansia)
a. Pengertian Lanjut Usia
Lanjut usia didefinisikan sebagai penurunan, kelemahan,
meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan perubahan
lingkungan, hilangnya mobilitas dan ketangkasan, serta perubahan
fisiologis yang terkait dengan usia (Aru, 2018). Lansia merupakan
seseorang yang berusia 60 tahun keatas baik pria maupun wanita, yang
masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun mereka yang tidak berdaya
untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung kepada orang lain
untuk menghidupi dirinya (Tamher, 2019).
Secara umum seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila
usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun
merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai
dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress
lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan
seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap konsisi stress
fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan berkaitan dengan penurunan
daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara
individual (Anjani & Kartini, 2019).
b. Batasan-Batasan Lansia
Di Indonesia lanjut usia adalah usia 60 tahun keatas. Hal ini dipertegas
dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 (Zaenurrohmah & Rachmayanti,
2017). Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia adalah sebagai
berikut :
1) Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada empat tahapan
yaitu:
a. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun

14
d. Usia sangat tua (very old) usia> 90 tahun
2) Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015) lanjut usia dikelompokan
menjadi usia lanjut(60-69 tahun) dan usia lanjut dengan risiko tinggi
(lebih dari 70 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan)
c. Klasifikasi Lansia
klasifikasi lansia terdiri dari :
1. Pra lansia yaitu seorang yang berusia antara 45-59 tahun
2. Lansia ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3. Lansia risiko tinggi ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih
dengan masalah kesehatan
4. Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan
pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa
5. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan oranglain.
d. Karakteristik Lansia
Menurut pusat data dan informasi, kementrian kesehatan RI (2016),
karakteristik lansia dapat dilihat berdasarkan kelompok berikut ini :
1. Jenis kelamin
Lansia lebih didominasi oleh jenis kelamin perempuan.Artinya, ini
menunjukan bahwa harapan hidup yang paling tinggi adalah
perempuan.
2. Status perkawinan
Penduduk lansia ditilik dari status perkawinannya sebagian besar
berstatus kawin 60% dan cerai mati 37%
3. Living arrangement
Angka beban tanggungan adalah angka yang menunjukan
perbandingan banyaknya orang tidak produktif (umur 65 tahun)
dengan orang berusia produktif (umur 15-64 tahun). Angka tersebut
menjadi cermin besarnya beban ekonomi yang harus ditanggung
penduduk usia produktif untuk membiayai penduduk usia
nonproduktif.

15
4. Kondisi kesehatan
Angka kesakitan merupakan salah satu indikator yang digunakan
untuk mengukur derajat kesehatan penduduk.Angka kesakitan bisa
menjadi indikator kesehatan negatif.Artinya, semakin rendah angka
kesakitan menunjukan derajat kesehatan penduduk yang semakin
baik.
2. Tinjauan Tentang Merokok
a. Pengertian
Merokok adalah salah satu faktor risiko penting untuk penyakit
jantung coroner, stroke, dan kanker. Faktor risiko menguatkan satu sama
lain. Merokok bukan penyebab utama hipertensi namun menyebabkan
kenaikan sementara tekanan darah sekitar 10 mmHg untuk sistolik dan 8
mmHg untuk distolik ketika merokok dan sesaat setelahnya (Sari, 2017).
Peningkatan ini terjadi karena nikotin, segingga menyempitkan
pembuluh darah sehingga memaksa jantung untuk bekerja lebih
keras.Sebagai hasilnya kecepatan jantung dan tekanan darah meningkat.
Bahan kimia dalam rokok tembakau juga meningkatkan risiko penyakit
jantung dengan cara lain. Tembakau dapat menurunkan suplai oksigen
tubuh, menurunkan level high densty lipoprotein (HDL) atau kolestrol
baik, dan membuat platelet darah lebih mungkin untuk tetap bersatu dan
membentuk gumpalan yang dapat memicu serangan jantung atau stroke
(Benson dan Cassey, 2015)
Merokok juga merupan salah satu penyebab terjadinya hipertensi.
Dalam rokok terkandung berbagai zat yang dapat merusak lapisan dinding
arteri, yang pada akhirnya akan membentuk plak atau kerak di arteri.
Kerak atau plak ini menyebabkan penyempitan lumen atau diameter arteri,
sehingga diperlukan tekanan yang lebih besar untuk memompa darah
hingga tiba di organ-organ yang membutuhkan.Hal inilah yang kemudian
disebut sebagai hipertensi (Sari, 2017).
Seseorang di katakana perokok jika telah menghisap minimal 100
batang rokok. Meroko dapat menganggu kesehatan, kenyataan ini tidak

16
dapat kita pungkiri, banyak penyakit yag telah terbukti menjadi akibat
buruk merokok baik secara langsung maupun tidak langsung. Tembakau
atau rokok paling berbahaya bagi kesehatan manusia.Rokok secara luas
telah telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di
dunia.Menurut departemen kesehatan dalam gizi dan promosi masyarakat,
Indonesia merupakan salah satu negra berkembang yang memiliki tingkat
konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Variasi produk dan harga
rokok di indonesia telah menyebabkan Indonesia menjadi salah satu
produsen sekaligus konsumen rokok terbesar di dunia (Junaidi, 2015)
Rokok dibuat dari lintingan kertas rokok yang berisi daun tembakau
yang dikeringkan dan dicacah. Penggunaanya adalah dengan membakar
salah satu ujungnya dan mengisap asapnya dari ujung lain. Daun
tembakau dihasilkan dari tanaman nicotina tabakum, nicotina rustica dan
spesies lainya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan
atau tanpa bahan tambahan.
b. Jenis-Jenis Rokok
Rokok di Indonesia pada umunya, di bedekan menjadi beberapa jenis
perbedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi
rokok, peoses pembuatan rokok, dan penggunaan filter pada rokok.
1). Roko Berdasarkan Bahan Pembungkus
a). Klobot : Rokok yang bahan pembungkusnya berupa jagung
b). kawung : Rokok bahan pembungkusnya berupa daun aren
c). Sigaret : Rokok bahan pembungkusnya berupa daun kertas
d). Cerutu : Rokok bahan pembungkusnya berupa daun tembakau
2). Rokok Berdasarkan Bahan Baku
a). Rokok putih : Rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun
tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma
tertentu.
b). Rokok Kretek : Rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun
tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan
aroma tertentu.

17
c). Rokok Klembak : Rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun
tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan
efek rasa dan aroma tertentu.
3). Rokok Berdasarkan Proses Pembuatanya:
Berdasarkan proses pembuatanya, rokok dibedakan menjadi:
a). Sigaret Kretek Tangan (SKT) : Rokok yang proses Rokok
yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau dan cengkeh yang
diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
pembuatanya dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan
tangan dan alat bantu sederhana.
b). Sigaret Kretek Mesin (SKM) : rokok yang proses pembuatanya
menggunakan mesin.
4). Rokok Berdasarkan Penggunaan Filter
a). Rokok Filter (RF) : rokok yang pada bagian pangkalnya
terdapat gabus.
b). Rokok Non Filter (RNF) : Rokok yang pada bagian
pangkalnya tidak terdapat gabus.
c. Zat-Zat Yang Terkandung Dalam Rokok
1). Nikotin
Zat ini paling sering dibicarakan dan diteliti orang, meracuni saraf
tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyimmpitan
pembuluh darah tepi, serta menyebabkan ketagihan dan ketergantungan
pada pemiliknya.Kadar nikotin 4-6 mg yang diisap oleh orang dewasa
setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan.
2). Timah Hitam (pb)
Sebatang rokok menghasilkan pb sebanyak 0,5 ug. Sebungkus
rokok (isi 20 batang) yang habis diisap dalam satu hari menghasilkan 10
ug pb. Sementara ambang batas timah hitam yang masuk kedalam tubuh
adalah 20 ug per hari.
3). Tar

18
Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat
asap rokok dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk
kedalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi,
saluran pernapasan, dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40
mg per batang rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg.
d. kategori perokok
1). Perokok Pasif
Perokok pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh seseorang yang
tidak merokok (pasif smoker). Asap rokok tersebut biasa menjadi polutan
bagi manusia dan lingkungan sekitar. Asap rokok yang terhirup oleh
orang-orang bukan perokok karena berada disekitar perokok bisa
menimbulkan secone handsmoke.
2). Perokok Aktif
Perokok aktif adalah orang yang merokok dan lansung menghisap
rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri
maupun lingkungan sendiri.
Perokok dapat dibagi atas tiga kategori, hal ini dapat dilihat jumlah rokok
yang dihisap dalam satuan batang, bungkus atau pak perhari.
a). Perokok Ringan : jika merokok kurang dari 10 batang perhari
b). perokok sedang : jika merokok 10-20 batang perhari
c). perokok berat : jika merokok lebih dari 20 batang perhari
(Bustan, M, N, 2013)
Merokok bukanlah gaya hidup yang sehat. Hal ini disadari baik
yang perokok maupun tidak perokok.Karena itu dikatakan bahwa 90%
perokok pernah mencoba untuk berhenti merokok tetapi sangat kurang
yang berhasil untuk menghentikanya.Pada perokok risiko untuk terkena
hipertensi lebih besar dari pada yang tidak merokok, hal ini disebabkan
karena merokok dapat merangsang system adregenik yang dapat
meningkatkan tekanan darah, tapi hal ini belum dibuktikan secara
signifikan (Santoso, 2013).

19
3. faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit hipertensi pada
lansia

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit


hipertensi anatara lain menurut (bianti nuraini,2015)
a. Genetic : adanya faktor genetic pada keluarga tertentu akan
menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko memderita hipertensi. Hal
ini berhubungan denagan peningkatan kadar sodium intraseluler dan
rendahnya rasio antara potassium terhadap sodium individu dengan
orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu di dapatkan 70-80% kasus
hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga.
b. Obesitas : Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah
pada kebnyakan kelompok etnik di semua umur.
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari
populasi hipertensi. Telah dibuktikan pula bahwa faktor ini mempunyai
kaitan erat dengan terjadinya hipertensi dikemudia hari. Dijelaskan
bahwa hubungan antara obesitas dan hipertensi, membuktikan bahwa
daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas
dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita hipertensi
dengan berat badan normal.
c. stress : stress dapat meningkatkan tekanan darah sewaktu. Hormone
adrenalin akan meningkatkan sewaktu kita stress, dan itu bisa
mengakibatkan jantung memompa darah lebih cepat sehingga tekanan
darah pun meningkat.
d. Kurang olahraga : olahraga banyak di hubungkan dengan pengelolahan
penyakit tidak menular, karena olahraga istonik dan teratur dapat
menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan (untuk
hipertensi) dan melati otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila
jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya

20
kondisi tertentu. Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan
darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-
orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat
dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap
kontaraksi, semakin keras pada seiring jantung harus memompa
semakin besar pula kekuatan yang yang medesak arteri.
e. pola asupan garam dalam diet : badan kesehatan dunia yaitu World
Health Organization (WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam
yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang
direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram
sodium atau 6 gram) perhari. Konsumsi natrium yang berlebihan
menyeabkan konsentrasi natrium didalam cairan ekstraseluler
meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut
menyebebkan meningkatnya volume darah, sehingga dampak kepada
timbulnya hipertensi.
f. merokok dan konsumsi alkohol : Hipertensi juga diserang oleh adanya
nikotin dalam batang rokok yang dihisap seseorang. Hasil penelitian
menunjukan bahwa nikotin dapat meningkatkan penggumpalan darah
dalam pembuluh darah. Selain itu, nikotin juga dapat menyebabkan
terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah. Efek dari
konsumsi alkohol juga merangsang hipertensi karena adanya
peningkatan sintesis katekholamin yang dalam jumlah besar dapat
memicu kenaikan tekanan darah (Dalimartha, 2018).

21
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pikir Penelitian
Pola makan yang salah merupakan salah satu faktor resiko yang
meningkatkan penyakit hipertensi.Junk food sebagai penyumbang utama
terjadinya hipertensi. Kelebihan asupan lemak mengakibatkan kadar lemak
dalam tubuh meningkat, terutama kolesterol yang menyebabkan kenaikan
berat badan sehingga volume darah mengalami peningkatan tekanan yang
lebih besar. Kelebihan asupan natrium akan meningkatkan ekstraseluler
menyebabkan volume darah yang berdampak pada timbulnya hipertensi.
Kurangnya mengkonsumsi sumber makanan yang mengandung kalium
mengakibatkan jumlah natrium menumpuk dan akan meningkatkan resiko
hipertensi (Junaedi, dkk. 2013).
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi dibagi dalam
dua kelompok besar yaitu faktor tang tidak dapat dimodifikasi/tidak dapat
diubah seperti jenis kelamin, usia, genetik dan faktor yang dapat
dimodifikasi/faktor yang dapat diubah seperti pola makan (junk food, asupan
natrium, asupan lemak), kebiasaan olah raga dan lain-lain.
Pola makan yang salah merupakan salah satu faktor resiko yang
meningkatkan penyakit hipertensi.Junk food sebagai penyumbang utama
terjadinya hipertensi. Kelebihan asupan lemak mengakibatkan kadar lemak
dalam tubuh meningkat, terutama kolesterol yang menyebabkan kenaikan
berat badan sehingga volume darah mengalami peningkatan tekanan yang
lebih besar. Kelebihan asupan natrium akan meningkatkan ekstraseluler
menyebabkan volume darah yang berdampak pada timbulnya hipertensi.
Kurangnya mengkonsumsi sumber makanan yang mengandung kalium
mengakibatkan jumlah natrium menumpuk dan akan meningkatkan resiko
hipertensi (Junaedi, dkk. 2013).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rini Anggraeny (2014)
menunjukkan bahwa lansia yang tidak melakukan aktivitas fisik berisiko 1,57
kali menderita hipertensi dibanding lansia yang melakukan aktivitas fisik,

22
tetapi tidak bermakna. Lansia yang merokok berisiko 1,42 kali menderita
hipertensi dibanding lansia yang tidak merokok, tetapi tidak bermakna.
Aktivitas fisik yang dilakukan secara tepat dan teratur, serta frekuensi dan
lamanya waktu yang digunakan.
Hipertensi sering diartikan sebagai suatu keadaan dimana tekanan darah
sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg.
Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah ketika jantung berdetak,
sedangkan tekanan darah diastolik adalah tekanan darah ketika jantung
beristirahat.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi sangat erat kaitannya dengan faktor
gaya hidup dan makanan. Sebagian faktor gaya hidup penting yang mungkin
menyebabkan tekanan darah tinggi mencakup konsumsi kopi, minum alkohol,
kurang olahraga, stress dan merokok. Sebagian faktor makanan mencakup
kegemukan, rendah serat, makanan yang mengandung banyak gula, tingginya
asupan lemak jenuh dan rendahnya asupan asam lemak esensial. Kadar lemak
yang tinggi di dalam menu sehari-hari akan berakibat meningkatkan tekanan
darah.

23
B. Bagan Kerangka Konsep
Berdasarkan uraian diatas, dapat digambarkan kerangka konsep penelitian
sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen

Pola makan
Penyakit
Kebiasaan merokok
hipertensi
Riwayat keluarga

Keterangan :
: Variable Dependen

: Variabel Independen

: Garis yang diteliti


C. Variabel Penelitian
1. variabel independen
Variabel independen (bebas) merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (terikat). Adapun variabel bebas dalam penelitian ini
adalah pola makan, kebiasaan merokok dan riwayat keluarga.
2. Variabel Dependen

Variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi


atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel (bebas). Adapun variabel
terikat dalam penelitian ini adalah penyakit hipertensi.
D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objek
1. Kejadian hipertensi
a. Definisi Operasional
Yang dimaksud dengan kejadian hipertensi dalam penelitian ini yaitu
salah satu penyakit tidak menular yang masih menjadi masalah di bidang
kesehatan. Hiperensi dikenal juga sebagai tekanan darah tinggi, dengan

24
tekanan sistolik yang menetap di atas > 140 mmHg dan tekanan distolik
yang menetap di atas 90> mmHg (Ernawati nur, 2018)
b. Kriteria Objektif
menderita : Apabila tekanan darah sistoliknya >140mmHg dan
dan tekanan darah distoliknya >90 mmHg
Tidak menderita : Apabila tekanan darah sistoliknya <140 mmHg
tekanan darah distoliknya <90 mmHg
2. Pola makan
a. Definisi Operasional
Yang di maksud disini pola makan dalam penelitian ini adalah
dimana responden. Adapun pola makanan yang dianggap
meningkatkan tekanan darah seseorang adalah mengonsumsi makanan
yang mengandung tinggi kalori, garam berlebih, konsumsi alcohol, dan
makan-makanan yang tinggi kadar lemaknya khususnya lemak jenuh
dan kolestrol (Ernawati nur, 2018)
b. kriteria Objektif
sehat : Jika responden tidak mengonsumsi makanan berlemak
menggunakan zat pengawet dan penyedap rasa <3 kali
dalam seminggu/hari.
Tidak sehat : Jika responden mengonsumsi makanan berlemak,
menggunakan zat pengawet dan penyedap rasa 3 kali
dalam seminggu/hari.
3. Kebiasaan Merokok
a. Definisi Opersional
Merokok yaitu kebiasaan merokok responden yaitu lansia yang
merokok di wilayah kerja puskesmas Soropia. Dalam penelitian ini
pengukuran dengan pertanyaan menggunakan kuesioner

b. Kriteria Objektif

Perokok: Bila responden memiliki riwayat merokok atau termaksut perokok


ringan jika merokok kurang dari 10 batang perhari, perokok sedang jika

25
merokok 10-20 batang perhari dan atau perokok berat jika merokok lebih
dari 20 batang perhari
Bukan perokok : Bila responden bukan perokok atau pernah memiliki
riwayat merokok sekarag tidak merokok lagi, sudah berhenti merokok
sekurang-kurangnya satu tahun (Bustan, M. N., 2013).

4. Riwayat Keluarga
a. Definisi Operasional
Yang dimaksut dengan riwayat keluarga dalam penelitian ini adalah
dimana responden terdapat atau tidaknya keluarga yang memiliki riwayat
hipertensi.
b. Kriteria Objektif
Risiko tinggi: Jika terdapat riwat keluarga dalam silsilah keluarga,
(saudara kandung / ayah dan ibu) yang menderita penyakit
hipertensi.
Risiko Rendah: Jika tidak ada riwat keluarga dalam silsilah keluarga,
(saudara kandung / ayah dan ibu) yang menderita penyakit
hipertensi.

E. Hipotesis Penelitian
1. Jenis kelamin
Ha : Tidak ada pengaruh antara Jenis Kelamin dengan kejadian
Hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Soropia.
Ho : Ada pengaruh antara Jenis Kelamin dengan kejadian Hipertensi
pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Soropia.
3. Riwayat keluarga
Ha : Tidak ada pengaruh antara Riwayat Keluarga dengan kejadian
Hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Soropia.
Ho : Ada pengaruh antara Riwayat Keluarga dengan kejadian
Hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Soropia.
4.Kebiasaan Merokok

26
Ha : Tidak ada pengaruh antara kebiasaan merokok dengan kejadian
Hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Soropia.
Ho : Ada pengaruh antara kebiasaan merokok dengan kejadian
Hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Soropia.
.

27
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik dengan
pendekatan cross sectional study,yang dimaksudkan untuk melihat
bagaimana hubungan variabel independen terhadap variabel dependen,
dengan cara mengumpulkan data sekaligus pada suatu saat, artinya
variabel penelitian hanya di obsevasi sekali saja dan diamati pada waktu
bersamaan. Rancangan penelitian cross sectional study dapat
digambarkan sebagai berikut :

Populasi
(sampel)

Faktor resiko Faktor resiko

Efek (+) Efek (-) Efek (+) Efek (-)

Gambar 4.1 Desain penelitian cross sectional study


B. Waktu dan Lokasi Penelitian
1. Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus s/d September2021.
2. Tempat penelitian
Mulai studi pendahuluan ini dilakukan di Puskesmas Soropia pada
bulan Agustus s/d September 2021.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah objek penelitian atau objek yang akan diteliti
(Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini populasinya adalah semua pra
lansia menurut Depkes RI (2013) klafikasi umur lansia seseorang berusia

28
antara 60 tahun atau lebih. Jumlah yang terkena penyakit hipertensi di
wilayah kerja puskesmas Soropia pada tahun 2021 berjumlah 379 orang
2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2015).
Dalam penelitian ini untuk menentukan sampel, peneliti menggunakan
rumus slovin (Noor, 2017). Dengan tingkat kesalahan 10% atau ,1 adalah
sebagai berikut jumlah 85
Rumus besar sampel :
N
n=
1+ N ( d ¿¿ 2) ¿
Ket : N : jumlah populasi
n : jumlah sampel
d : tingkat kesalahan dalam penelitian 10% atau 0,1
N
n=
1+ N ( d ¿¿ 2) ¿
= 379
1+379 (0,1)2

= 379
1+379 x 0,01

= 379
5
= 75 orang

29
D. Pengumpulan Data
1. sumber data
a. Data primer
Data diperoleh dengan menggunakan kusioner yang diberikan yang terdiri
dari pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan penyakit hipertensi.
b. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu puskesmas soropia dan
keterangan lainnya secara tertulis yang bersumber dari literatur yang
mempunyai relevansi dengan penelitian yang dibahas.
E. Pengolahan, Analisa, dan Penyajian Data
1. cara analisa data
Setelah data terkumpul, maka dilakkan pengolahan data melalui tahapan
editing, coding, scoring, dan tabulating.
a. editing
editting adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk meneliti
kembali apakah isian pada lembar observasi sudah cukup baik sebagai
upaya menjaga kualitas data agar dapat diproses lebih lanjut (Nazir,
2019). Pada saat pengambilan data bila terdapat lembar yang rusak
peneliti mengganti lembar jawaban dengan yang baru.
b. coding
coding merupakan kegiatan mengubah data berbentuk kalimat
atau huruf yang menjadi data angka atau bilangan. Koding atau
pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukkan data (data entry).
Tanda – tanda ini dapat disesuaikan dengan pengertian yang lebih
menguntungkan peneliti, jadi tanda-tanda ini bisa dibuat oleh peneliti
sendiri. Setelah dikriteriakan selanjutnya coding:
Data umum
a) kode jenis kelamin
- jenis kelamin laki-laki diberi kode : 1
- jenis kelamin perempuan diberi kode : 2

30
b) kode umur
- 45-48 tahun diberi kode : 1
- 49-52 tahun diberi kode : 2
- 53-55 tahun diberi kode : 3
c) kode pekerjaan
- swasta diberi kode : 1
- wiraswasta diberi kode : 2
- PNS diberi kode : 3
- ibu rumah tangga diberi kode : 4
- petani diberi kode : 5
c. scoring
scoring adalah penentuan jumlah sekor, dalam penelitian ini
menggunakan skala ordinal. Dalam penelitian ini memberikan skor
sebagai berikut :
variabel hipertensi dengan kriteria sebagai berikut :
- ringan : 140/90 mmHg diberi kode : 1
- sedang : 160/110 mmHg diberi kode : 2
- berat : 180 mmHg diberi kode : 3
d. tobulating
tabulasi adalah penyusunan data dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi (Notoatmoji, 2016). Adapun pengolahan data tersebut di
interprestasikan menggunakan skala kumulatif.
- 100% : seluruhnya
- 76-99% : hampir seluruhnya
- 51-75% : sebagian besar dari responden
- 50% : setengah responden
- 26-49% : hampir dari setengah
- 1-25% : sebagian kecil dari responden
- 0% : tidak ada satupun responden

31
2. teknik analisa data

Analisa data merupakan suatu proses analisa yang digunakan secara

sistematik terhadap data yang yang telah dikumpulkan.

a. analisa univariat

analisa univariat adalah analisa yang dilakukan terhadap setiap

variabel hasil penelitian, dan pada umumnya dalam analisis ini hanya

menghasilkan distribusi dan presentase dari setiap variabel tanpa

membuat kesimpulan yang berlaku secara umum (Ghozali, 2011).

Analisis univariat dalam penelitian ini bertujuan untuk

menggambarkan distribusi data presentase dari variabel sesudah

dihitung IMT. Masing-masing variabel dianalisa secara deskritif

dengan menggunakan distribusi frekuensi analisa unuvariatdilakukan

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

P = F x100%

Keterangan : P = Presentasi kategori

F = Frekuensi kategori

N = Jumlah responden

Hasil presentasi setiap kategori disebut dideskrpsikan dengan

menggunakan kategori sebagai berikut :

0% : tidak seorang pun

1-25% : sebagian kecil

26-49% : hampir setengahnya

32
50% : setengahnya

51-74% : sebagian besar

75-99% : hampir seluruhnya

100% : seluruhnya

b. Analisa bivariat

analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2010). Analisis bivariat

dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan indeks

masa tubuh dengan hipertensi pada pra lansia usia 45-55 tahun di

wilayah puskesmas soropia.

Analisis bivariat menggunakan uji rank supaerman dengan

bantuan salah satu software komputer. Dasar pengambilan keputusan

penerimaan hipotesis dengan tingkat kepercayaan 95% yaitu sebagai

berikut (Ghazali, 2011).

1. jika nilai sig p<a 0,05 maka yang artinya ada hubungan masa indeks

tubuh dengan hipertensi pada pra lansia usia 45-55 tahun.

2. jika nilai sig p>a 0,05 maka artinta tidak ada hubungan masa indeks

tubuh dengan hipertensi pada pra lansia usia 45-55 tahun.

33
DAFTAR PUSTAKA

Anjani & Kartini. 2019. Perbedaan Pengetahuan Gizi, Sikap, Dan Asupan Zat
Gizi Pada Dewasa Awal (Mahasiswi LPP Graha Wisata dan Sastra
InggrisUniversitas Diponegoro Semarang. Semarang: Universitas
Diponegoro.

Anggun, et al., 2016. Hubungan antara Konsumsi Makanan dengan Kejadian


Hipertensi di Desa Tandengan Satu Kecamatan Eris Kabupaten Minahasa.
Pharmaconjurnal Ilmiah Farmasi. 5(1): 1-8.

Anggraeny, Rini, Wahiduddin, Rismayanti. 2014. “Faktor Risiko Aktivitas Fisik,


Merokok, Dan Konsumsi Alkohol Terhadap Kejadian Hipertensi Pada
Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Pattingalloang Kota Makassar”.
Makassar: Jurnal Kesehatan

Aru W, Sudoyo. (2018). Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
Interna Publishing.

Departemen kesehatan republik indonesia. Profil kesehatan Republik Indonesia.


jakarta: Depkes RI : 2019.

www. Depkes. go.id/article/view/. Diakses pada 14 Mei 2019.

Dilimartha, 2018. Care your self hipertensi. Jakarta: penebar plus

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara 2019. Data penyakit hipertensi.


2019

Dinas Kesehatan kabupaten konawe 2019. Data penyakit hipertensi. 2019

Ernawati nur.Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada


lansia pada lansia di kelurahan oneymay kecamatan tomia kabupaten
wakatobi. Stikes MW kendari 2018
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Hipertensi. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementrian kesehatan RI. (2015). Pelayanan dan peningkatan kesehatanusia


lanjut. Tersedia dalam http://www.depkes.go.id/article/
view/15052700010/.

Khomsan, A. 2018. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Lovastatin, Kohlmeier. 2016. Penyakit Jantung Dan Tekanan Darah Tinggi


(Pengenalan Gejala, Pencegahan dan Penanganannya Dengan Metode
Alami). Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Marzukli, 2018. Perilaku hidup sehat dengan meningkatkan status gizi. Surabaya:
Air langga

Michael et al., 2017. Tata Laksana Terkini Pada Hipertensi. Jurnal Kedokteran
Meditek . 20 (52): 1-6.

Muhammadun, 2019. Hidup bersama hipertensi. Yogyakarta: ln books

Nuraini, Bianti. 2015. “Risk Factors Of Hypertension”. Lampung. Volume 4


Nomor 5 Halaman 12-17

Nursalam, 2019. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan.


Jakarta: salemba medika

Situmorang, P.R., 2018. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Hipertensi Pada Penderita Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Sari
Mutiara Medan tahun 2018. Jurnal Ilmiah Keperawatan 1(1): 1-6.

Siti Maryam, dkk. 2018. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :
Salemba Medika

Smeltzer dan bere, 2013.Buku ajar keperawatan medical bedah.Alih bahasa


yasmin asih.Jakarta : buku kedokteran EGC
Sugyiono, 2015 Metode penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. CV Alfabeta. Bandung.2015

Tamher S dkk. (2019). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

WHO, 2015. Penggolongan usia dewasa. http//www.unsula.ac.id. AKSES 20


februari 2019

Yonata, A., Satria, A. 2016. Hipertensi sebagai Faktor Pencetus Terjadinya


Stroke. Majority. Vol. 5 No. 3.

Zaenurrohmah & Rachmayanti. 2017. Hubungan pengetahuan dan riwayat


hipertensi dengan tindakan pengendalian tekanan darah pada lansia. Jurnal
Berkala Epidemiologi. 5 (2): 174-184.

Anda mungkin juga menyukai