Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL PENELITIAN KESEHATAN

Gaya Hidup Yanag Menyebabkan Hipertensi Pada Orang Dewasa dan


Lanjut Usia

DOSEN PENGAMPU: MAHMUDAH, SKM,. M.Kes

DISUSUN OLEH:

Nama : Mahpuzah Hairina


NPM : 2007010157
Kelas : III C Reguler Banjarmasin

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN (UNISKA)
MUHAMMAD ARSAD AL – BANJARI

2022
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

DAFTAR TABEL............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................1

B. Rumusa Masalah.............................................................................4

C. Tujuan Penelitian............................................................................4

D. Manfaat Penelitian..........................................................................5

E. Keaslian Penelitian..........................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Hipertensi............................................................6

B. Tinjauan Umum Gaya Hidup..........................................................16

C. Kerangka Teori...............................................................................20

D. Kerangka Konsep............................................................................21

E. Hipotesis..........................................................................................22

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian.....................................................................23

B. Populasi dan Sampel......................................................................23

C. Instrumen Penelitian......................................................................23

D. Variabel Penelitian.........................................................................23

E. Definisi Operasional.......................................................................24

ii
F. Teknik Pengumpulan Data.............................................................25

G. Cara Pengolahan Data....................................................................25

H. Cara Analisis Data.........................................................................26

I. Waktu dan Tempat Penelitian.........................................................26

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian...........................................................................5

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC II.............................................7

Tabel 2.2 Kategori IMT Indonesia...................................................................14

Tabel 3.1 Definisi Operasional.........................................................................24

Tabel 3.2 Waktu penelitian...............................................................................27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Triple Burden Diseases (segitiga beban penyakit) menjadi salah satu tantangan yang
dihadapi dalam bidang pembangunan kesehatan. Kemunculan kembali penyakit-penyakit
mematikan seperti malaria, tuberculosis, dan HIV-AIDS diperparah dengan terjadinya
transisi pola penyakit yang pada awalnya didominasi oleh penyakit menular dan saat ini telah
berpindah ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Salah satu penyakit tidak menular yang saat ini
menjadi prioritas dalam dunia kesehatan secara global adalah hipertensi. Berdasarkan
rekomendasi Join National Committee dalam The Eighth Report of Join National Committee
on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure menyatakan
bahwa tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah
seseorang ≥140 mmHg (sistolik) dan/atau ≥ 90 mmHg. Selain sebagai salah satu jenis
penyakit tidak menular, Hipertensi juga menjadi faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler
lainnya.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dalam Global Status Report On
Non-Communicable Disease, prevalensi tekanan darah tinggi tahun 2014 pada orang dewasa
berusia 18 tahun keatas sekitar 22%. Penyakit ini juga bertanggung jawab atas 40% kematian
akibat penyakit jantung dan 51% kematian akibat stroke. Selain secara global, hipertensi
juga menjadi salah satu penyakit tidak menular yang paling banyak di derita masyarakat
Indonesia (57,6%). Hal ini dibuktikan melalui jumlah kunjungan hipertensi di Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama yang terus meningkat setiap tahunnya. Hipertensi juga menjadi
masalah kesehatan dengan morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi. Badan Kesehatan Dunia
(WHO) menyatakan Pada tahun 2025 diproyeksikan sekitar 29 persen warga dunia terkena
hipertensi, the silent killer adalah istilah tepat bagi penyakit hipertensi karena penyakit ini
tanpa memberikan gejala dan keluhan dan jarang penderitanya menyadari penyakit ini (Karo
SK, 2012). Munculnya masalah kesehatan tidak hanya disebabkan oleh kelalaian individu,
namun dapat pula disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat sebagai akibat dari kurangnya
informasi yang benar mengenai suatu penyakit (Rahmadiana, 2012). Rendahnya pengetahuan
tenaga kesehatan, pasien, dan masyarakat tentang hipertensi merupakan penyebab utama
tidak terkontrolnya tekanan darah, terutama pada pasien hipertensi di Asia ( Park, J.B., Kario,
K., dan Wang, J.G., 2015).

iv
Menurut hasil Riskesdas tahun 2018 menunjukkan bahwa angka prevalensi hipertensi
pada penduduk > 18 tahun berdasarkan pengukuran secara nasional sebesar 34,11%.
Peningkatan prevalensi hipertensi berdasarkan cara pengukuran juga terjadi di hampir seluruh
provinsi di Indonesia. Sedangkan menurut Riskesdas 2013 yang berdasarkan data dari 25,8%
orang yang menglami tekanan darah tinggi hanya 1/3 yang terdiagnosis, sisanya 2/3 tidak
terdiagnosis. Data menunjukkan hanya 0,7% orang yang terdiagnosis tekanan darah tinggi
yang minum obat hipertensi. Dari kedua data di atas dapat kita ketahui bahwa orang yang
menderita penyakit hipertensi/tekanan darah tinggi mengalami peningkatan yang cukup
banyak pada beberapa tahun setelahnya. Selain itu prevalensi hasil pengukuran darah pada
penderita hipertensi terdapat pada provinsi Kalimantan Selatan dengan prevalensi penderita
sekitar 44,1% atau lebih tinggi dari rata-rata prevalensi hasil pengukuran darah di Indonesia
menurut Riskesda tahun 2018. WHO menyatakan bahwa pada tahun 2011 menunjukan satu
milyar orang di dunia menderita hipertensi, 2/3 penderita hipertensi berada di negara
berkembang. Prevalensi hipertensi akan terus meningkat dan diprediksi tahun 2025 sebanyak
29% orang dewasa di seluruh dunia terkena hipertensi .

Hipertensi atau tekanan darah tinggi menurut Kemenkes yaitu peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Gejala yang sering dikeluhkan
penderita hipertensi menurut (Nurarif A.H. & Kusuma H., 2016) adalah sakit kepala, pusing, lemas,
kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual, muntah, epitaksis, dan kesadaran menurun. Faktor-faktor risiko
yang menyebabkan hipertensi adalah umur, jenis kelamin, obesitas, alkohol, genetik, stres, asupan
garam, merokok, pola aktivitas fisik, penyakit ginjal dan diabetes melitus (Sinubu R.B., 2015).

Menurut peneltian Yulianto (2016) menyatakan penderita hipertensi terbanyak adalah


pada orang yang dalam keadaan lanjut usia atau lansia. Hipertensi pada lansia merupakan hal
yang sering ditemukan dikarena sebagian besar orang-orang paruh baya atau lansia berisiko
terkena hipertensi. (Nurarif A.H. & Kusuma H., 2016) menurutnya hipertensi pada lansia
disebabkan oleh penurunan elastisitas dinding aorta, penebalan katub jantung yang membuat
kaku katub, menurunnya kemampuan memompa jantung, kehilangan elastisitas pembuluh
darah perifer, dan meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

Penyebab lansia menderita hipertensi karena kemunduran fungsi kerja tubuh. Faktor lain
yang menyebabkan terjadinya hipertensi pada lansia adalah gaya hidup, seperti konsumsi
junkfood, rokok, alkohol, dan olahraga yang kurang. Faktor lain yang menyebabkan
terjadinya hipertensi pada lansia adalah gaya hidup, seperti konsumsi junkfood, rokok,

v
alkohol, dan olahraga yang kurang. Pada makanan junkfood yang tinggi kalori, tinggi lemak,
rendah serat, dan tinggi natrium atau garam dikatakan (Ridwan & Nurwanti, 2013). Tinggi
lemak dan natrium atau garam merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi, kemudian
pada rokok terdapat kandungan nikotin yang memicu kelenjar adrenal melepaskan epinefrin
atau adrenalin menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah dan membuat jantung
memompa lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi (Murni dalam Andrea G.Y., 2013).
Komaling J.K., Suba B., Wongkar D., 2013 mengatakan mengkonsumsi alkohol
dapat meningkatkan keasaman darah yang membuat darah menjadi lebih kental dan jantung
menjadi lebih berat dalam memompa, dan menurut Iswahyuni S., 2017 olahraga yang
kurang merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis dan secara keseluruhan
yang diperkirakan dapat menyebabkan kematian secara global. Hipertensi pada orang dewasa
berhubungan dengan adanya peningkatan tekanan darah pada masa anak-anak, akan lebih
efektif mencegah peningkatan risiko hipertensi pada masa remaja (Ariani A et all,2003).

(Astawan IM, 2005) mengemukakan bahwa perubahan pola makan yang mengarah
pada konsumsi makanan olahan yang kaya lemak, protein dan garam, tetapi rendah serat,
memiliki konsekuensi terhadap perkembangan penyakit degeneratif seperti penyakit jantung.
penyakit diabetes, kanker, osteoporosis, obesitas dan hipertensi. Bahaya hipertensi atau
tekanan darah tinggi bermacam-macam. Jika seseorang memiliki tekanan darah tinggi,
kemungkinan besar akan mengalami komplikasi dari penyakit lain seperti tekanan darah
tinggi yang merusak ginjal karena dapat membuat ginjal bekerja lebih keras, sehingga sel-
sel ginjal akan terganggu. dan lebih cepat rusak. Tekanan darah tinggi juga dapat berdampak
buruk pada fungsi otak, stroke dan gagal jantung, karena pembuluh darah di otak dapat
membentuk lepuh kecil, yang kemudian menyebabkan stroke dan gagal jantung
vaskular.Darah jantung menyempit dan keras. Hipertensi dapat menyebabkan kerusakan
mata akibat gangguan tekanan darah yang menyebabkan perubahan pada retina di bagian
belakang mata (Wulandari & Susilo, 2011).

Almatsier, 2010 mengemukakan bahwa penderita hipertensi/tekanan darah tinggi


disarankan mengkonsumsi makanan kaya serat, buah-buahan, sayuran, padi-padian, susu
rendah lemak, kacang-kacangan, unggas dan ikan dalam jumlah cukup seimbang.
Rekomendasi ini adalah komponen yang penting dalam strategi pencegahan penyakit jantung
dan pembuluh darah. Menjalankan pola hidup sehat paling tidak selama 4–6 bulan terbukti
dapat menurunkan tekanan darah dan secara umum dapat menurunkan risiko permasalahan
kardiovaskular. Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan di antaranya penurunan berat
vi
badan, mengurangi asupan garam, olahraga, mengurangi konsumsi alkohol, dan berhenti
merokok (Dipiro, dkk., 2011; Soenarta, dkk., 2015). Hal-hal yang dapat dilakukan sebagai
upaya perbaikan kesehatan bukan sekadar memperbaiki kerusakan atau kelainan fisik, tetapi
melibatkan kompleksitas kebutuhan, motivasi, dan prioritas individu yang dapat dilakukan
melalui komunikasi intrapersonal yang melibatkan jiwa, kemauan, kesadaran, dan pikiran
(Arianto, 2013).

Berdasarkan data yang didapatkan diatas peneliti melakukan penelitian guna untuk
mengetahui penyebab dan faktor yang berperan dalam menimbulkan penyakit hipertensi yang
diderita orang dengan usia di atas 18 tahun sampai kepada penderita hipertensi yang lanjut
usia. Hal tersebut berkaitan dengan perilaku dan gaya hidup penderita yang mana terbiasa
untuk mengkonsumsi makanan yang kurang sehat asal enak di lidah dengan pola hidup yang
berdampingan dengan rasa malas untuk berolahraga. Diatas juga disarankan agar terhindar
dari penyakit hipertensi untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung serat seperti buah
sayur, kacang-kacangan dan ikan dengan porsi yang pas dan seimbang. Karena data diatas
ada menyinggung narasi bahwa di Kalimantan Selatan merupakan daerah memiliki penderita
hiperteni yang tinggi karena kebiasaan mengkonsumsi makanan yang banyak kandungan
garam/natrium maka akan lebih baik pengkonsumsian garam dikurangi dan dibatasi.

B. Rumusan Masalah

Dilihat dari pemaparan latar belakang tersebut terkait dengan penyakit hipertensi yang
bisa menjadi sumber penyebab penyakit kardiovaskuler lain dan kurangnya pengetahuan para
penderita terhadap penyakit hipertensi, maka perlunya di adakan penyuluhan pemberian
informasi kepada orang dewasa dan lansia dalam hal takaran untuk mengkonsumsi suatu
makanan dengan pas, baik dan seimbang atau makanan yang perlu dihindari bahkan dilarang
guna menghindarkan diri dari terserangnya penyakit hipertensi.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui gambaran penyakit hipertensi

2. Tujuan khusus

a) Mengetahui pola hidup yang kurang tepat bagi penderita hipertensi

vii
b) Mengetahui perilaku yang kurang tepat bagi penderita hipertensi

c) Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan hipertensi

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui pengaruh yang diakibatkan oleh penyakit hipertensi yang
disebabkan karena pola hidup, perilaku dan faktor lain.

2. Bagi Masyarakat

Menambah pengetahuan masyarakat tentang bahaya penyakit yang timbul akibat


hipertensi terutama karena pola hidup yang kurang baik dan cenderung tidak sehat.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan dapat digunakan menjadi bahan acuan
untuk melakukan penelitian selanjutnya.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1
Keaslian Penelitian dari sumber lain
No Penelitian Judul Metode
.
1. Ina Hubungan Gaya Jenis penelitian ini
Eriana, Hidup Dengan menggunakan
2017, Kejadian Hipertensi metode
Makassar Pada Pegawai Observasional
Negeri Sipil UIN pendekatan Cross
Alauddin Makassar Sectional

viii
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Tekanan darah adalah jumlah gaya yang diberikan oleh darah di bagian dalam
pembuluh arteri saat darah dipompa ke seluruh peredaran darah. Tekanan darah tidak pernah
konstan dan dapat berubah drastis dalam hitungan detik, menyesuaikan diri dengan tuntutan
pada saat itu. Tekanan darah yang dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronik akibat desakan darah yang
berlebihan dan hampir tidak kontan pada pembuluh arteri, berkaitan dengan meningkatnya
tekanan pada arterial sistemik, baik diastolik, atau bahkan keduanya secara terus-menerus.

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh
darah yang diakibatkan oleh suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah, terhambat
sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Definisi Hipertensi adalah peningkatan
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2014).

Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu keadaan di mana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka
systolic (bagian atas) dan diastolik (angka 24 bawah) pada pemeriksaan tensi darah
menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa alat cuff air raksa
(sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya (Pudiastuti, 2013).

Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan,
tingkat aktivitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHg. Dalam aktivitas
sehari- hari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka kisaran stabil. Tetapi secara
umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat diwaktu
beraktifitas atau olahraga (Pudiastuti, 2013).

ix
Penyakit darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah dan jantung
yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang di bawah oleh darah terhambat sampai
kejaringan yang membutuhkannya (Pudiastuti, 2013).

Tekanan darah tinggi berarti tekanan tinggi di dalam arteri-arteri. Arteri – arteri
adalah pembuluh - pembuluh yang mengangkut darah dari jantung yang memompa keseluruh
jaringan dan organ-organ tubuh (Pudiastuti, 2013). Tekanan darah tinggi sering disebut
sebagai pembunuh gelap/silent killer karena termasuk penyakit yang mematikan hipertensi
dapat menyerang siapa saja baik muda maupun tua. Hipertensi merupakan salah satu penyakit
paling mematikan di dunia (Pudiastuti, 2013). Hipertensi tidak secara langsung membunuh
penderitanya, akan tetapi hipertensi memicu munculnya penyakit lain yang mematikan
(Pudiastuti, 2013).

2. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi berdasarkan peningkatan tekanan darah sistol dan diastol.


Klasifikasi hipertensi menurut The Sevent Report of The Joint National

Tabel 2. 1
Kalsifikasi Hipertensi Menurut JNC VII

Klasifikasi tekanan darah Tekanan darah sistol Tekanan darah diastol


(mmHg) (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Stage I 140-159 90-99
Hipertensi Stage II 160 atau >160 100 atau >100
Sumber:Kemenkes RI, 2014

3. Pengukuran tekanan darah

Tekanan darah diukur dengan menggunakan tensimeter atau biasa disebut dengan
sphygmomanometer atau blood pressure monitor. Hasil pengukuran tekanan darah berupa
dua angka yang menunjukkan tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Contohnya tekanan
darah 120/80, angka yang di atas menunjukkan tekanan darah sistolik yaitu tekanan diarteri
ssaat jantung berdenyut atau berkontraksi memompa darah melalui pembuluh tersebut dan

x
angka yang di bawah menunjukkan tekanan diastolik yaitu tekanan diarteri saat jantung
berelaksasi diatara dua denyutan (kontraksi). Angka-angka ini memiliki satuan millimeter
merkuri (mmHg, Hg adalah symbol kimia untuk merkuri). Satuan ini menunjukkan cara
pengukuran tekanan darah sejak pertama kali ditemukan (Palmer dan William, 2007). Saat ini
terdapat dua jenis tensimeter yaitu :

1. Tensimeter digital

Tensimeter digital merupakan alat tensimeter yang lebih mudah digunakan


dibandingkan tensimeter manual. Alat ini dapat memberikan nilai hasil pengukuran tanpa
harus mendengarkan bunyi aliran darah (bunyi korotkrof) dan hasil pengukuran dapat dilihat
pada layar. Beberapa alat tensimeter digital juga dapat mencetak hasil pengukuran tekanan
darah (Medycalogi, 2017).

2. Tensimeter manual

Tensimeter manual dibedakan menjadi dua yaitu tensimeter aneroid dan tensimeter air
raksa. Cara mengoperasikan kedua jenis tensimeter ini sama. Perbedaan kedua jenis
tensimeter ini adalah pada alat untuk membaca hasil pengukuran di mana pada tensimeter
aneroid, hasil pengukuran dapat dilihat melalui angka yang ditunjukkan oleh jarum pada
cakram angka sedangkan pada tensimeter raksa hasil pengukuran dapat dilihat melalui nilai
yang ditunjukkan oleh air raksa pada skala yang ada (Medicalogy, 2017). Menurut Benson
dan Casey (2006) ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan pengukuran
tekanan darah yaitu:

1. Jangan minum kafein atau merokok selama 30 menit sebelum pengukuran

2. Duduk diam selama 5 menit 27

3. Selama pengukuran, duduk di kursi dengan kedua kaki di lantai dan kedua lengan
bertumpu sehingga siku berada pada posisi yang sama tinggi dengan jantung

4. Bagian manset yang dipompa setidaknya harus mengelilingi 80% lengan, dan
manset harus ditempatkan pada kulit yang telanjang, bukan pada baju

5. Jangan berbicara selama pengukuran.

4. Patofisiologi

xi
Dimulai dengan atherosclerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh darah peripher
yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah. Kekakuan pembuluh darah disertai dengan
penyempitan dan kemungkinan pembesaran plaque yang menghambat gangguan peredaran
darah peripher. Kekakuan dan kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung
bertambah berat yang akhirnya dikompensasi dengan peningkatan upaya pemompaan jantung
yang akhirnya memberikan gambaran peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi
(Bustan, 2007).

5. Etiologi hipertensi

Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi primer dan sekunder. prevalensi


hipertensi sekunder hanya sekitar 5-8% dari seluruh penderita hipertensi.

a. Hipertensi esensial (primer) Hipertensi primer atau esensial merupakan hipertensi


yang belum diketahui penyebabnya walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup
28 seperti obesitas, alkohol, merokok, kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Tipe ini
terjadi pada sebagian besar kasus tekanan darah tinggi, sekitar 95%. Hipertensi primer
biasanya timbul pada usia 30-50 tahun.

b. Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang


disebabkan/sebagai akibat dari adanya penyakit lain. Tipe ini lebih jarang terjadi, hanya
sekitar 5% dari seluruh kasus tekanan darah tinggi. Beberapa hal yang menjadi penyebab
terjadinya hipertensi sekunder adalah penyakit ginjal, kelainan hormonal, obat – obatan
(Pudiastuti, 2013).

6. Gejala

Peningkatan tekanan darah kadang merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi


esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah. Gejala yang timbul berbeda-
beda. Kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala dan baru timbul keluhan setelah terjadi
kompilasi yang spesifik pada organ tertentu seperti ginjal, mata, otak dan jantung.

Penderita hipertensi mungkin tidak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun. Masa


laten ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang
bermakna. Bila terdapat gejala biasanya hanya bersifat spesifik, misalnya sakit kepala atau
pusing. Akan tetapi, pada penderita hipertensi berat biasanya akan timbul gejala antara lain :
Sakit kepala, kelelahan, mual dan muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan menjadi kabur,

xii
mata berkunang-kunang, mudah marah, telinga berdengung, sulit tidur, rasa berat ditengkuk,
nyeri di daerah bagian belakang, nyeri di dada, otot lemah, pembekakan pada kaki dan
pergelangan kaki, keringat berlebihan, kulit tampak pucat atau kemerahan, denyut jantung
menjadi kuat, cepat atau tidak teratur, impotensi, darah diurin, dan mimisan (jarang
dilaporkan) (Bujawati, 2012).

7. Komplikasi Hipertensi

Hipertensi dalam jangka waktu yang lama akan merusak endotel dan mempercepat
atherosclerosis. Komplikasi dari hipertensi dapat merusak organ tubuh seperti jantung, mata,
ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk
terjadinya penyakit jantung, stroke,.

a. Penyakit jantung

Peningkatan tekanan darah secara sistemik meningkatkan resisten terhadap


pemompaan darah dari ventrikel kiri sehingga beban jantung berkurang. Sebagai akibatnya,
terjadi hipertropi terhadap ventrikel kiri untuk meningkatkan kontraksi. Hipertropi ini
ditandai dengan ketebalan dinding yang bertambah, fungsi ruang yang memburuk dan dilatasi
ruang jantung. Akan tetapi, kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah jantung
dengan hipertropi kompensasi akhirnya terlampaui dan terjadi dan dilatasi “ (payah jantung)”.
Jantung semakin terancam seiring parahnya aterosklerosis koroner (Shanty, 2011).

b. Stroke

Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan dua jenis stroke yaitu stroke iskemik dan
stroke hemoragik. Jenis stroke yang paling sering sekitar 80% kasus adalah stroke iskemik.
Stroke ini terjadi akibat aliran darah diarteri otak terganggu dengan mekanisme yang mirip
dengan gangguan aliran darah di arteri koroner saat serangan jantung atau angina. Otak
menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi. Sedangkan stroke hemoragik sekitar 20% kasus
timbul pada saat pembuluh darah diotak atau di dekat otak pecah, penyebab utamanya adalah
tekanan darah tinggi yang parsisten. Hal ini menyebabkan darah meresap ke ruang diantara
sel-sel otak. Walaupun stroke hemoragik tidak sesering stroke iskemik, namun komplikasinya
dapat menjadi lebih serius (Marliani dan Tantan, 2007).

c. Ginjal

xiii
Komplikasi hipertensi timbul karena pembuluh darah dalam ginjal mengalami
atherosclerosis karena tekanan darah terlalu tinggi sehingga aliran darah keginjal akan
menurun dan ginjal tidak dapat melaksanakan fungsinya. Fungsi ginjal adalah membuang
semua bahan sisa dari dalam darah. Bila ginjal tidak berfungsi, bahan sisa akan menumpuk
dalam darah dan ginjal akan mengecil dan berhenti berfungsi (Marliani dan Tantan, 2007).

d. Mata

Tekanan darah tinggi dapat mempersempit atau menyumbat arteri di mata, sehingga
menyebabkan kerusakan pada retina (area pada mata yang sensitive terhadap cahaya).
Keadaan ini disebut penyakit vascular retina. Penyakit ini dapat menyebabkan kebutaan dan
merupakan indikator awal penyakit jantung. Oleh karena itu, dokter lain akan melihat bagian
belakang mata anda dengan alat yang disebut oftalmoskop (Marliani dan Tantan, 2007).

8. Pencegahan

Pengobatan hipertensi memang penting tetapi tidak lengkap jika tanpa dilakukan
tindakan pencegahan untuk menurunkan faktor risiko penyakit hipertentensi . Upaya
pencegahan yang dapat dilakukan meliputi :

1) Memeriksakan tekanan darah secara teratur


2) Menjaga berat badan dalam rentang normal
3) Mengatur pola makan antara lain dengan mengonsumsi makanan berserat , rendah
lemak dan mengurangi garam
4) Menghentikan kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol
5) Tidur secara tratur
6) Mengurangi stres dengan melakukan rekreasi

9. Pengobatan

Pengobatan hipertensi bertujan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas serta


mengontrol tekanan darah. Pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu non
farmakologi (perubahan gaya hidup) dan farmakologi (Pudiastuti, 2013).

a. Non farmakologi
Non farmakologi dapat dilakukan dengan cara modifikasi gaya hidup diantaranya
yaitu:

xiv
1) Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih: penderita hipertensi yang
obesitas dianjurkan untuk menurunkan berat badan, membatasi asupan kalori, dan
peningkatan pemakaian kalori dengan latihan fisik yang teratur (Pudistuti, 2013).

2) Membatasi asupan garam tidak lebih dari ( - ) sendok teh atau 6 gram/hari.
Contohnya biscuit, crackers, keripik dan makanan kering yang asin serta makanan dan
minuman dalam kaleng (sarden, sosis, kornet, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft
drink) (Kemenkes RI, 2013).

3) Meningkatkan aktivitas fisik : orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena


hipertensi 30-50% daripada yang aktif. aktifitas fisik yang dilakukan rutin selama 30-45
menit setiap hari dengan frekuensi 3-5 kali per minggu akan membantu mengontrol tekanan
darah. Contoh aktivitas fisik (olahraga) yang dapat dilakukan yaitu jalan, lari, jogging,
bersepeda. ( Pudiastuti, 2013 dan Kemenkes RI, 2013).

4) Membatasi konsumsi kafein karena kafein dapat memacu jantung untuk bekerja
lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya.

5) Membatasi makan makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru,
minyak kelapa, gajih) (Kemenkes RI, 2013).

6) Menghindari alkohol: alkohol dapat meningkatkan tekanan darah dan


menyebabkan resitansi terhadap obat anti hipertensi. Penderita yang minum alkohol
sebaiknya membatasi asupan etanol sekitar satu ons sehari (Pudiastuti, 2013).

b. Terapi farmakologi
Terapi farmakologi yaitu obat anti hipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII yaitu:

1) Diuretika Diuretika { tablet hydrochlorothiazide (HTC), Lasix (furosemide) }


merupakan golongan obat hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh (natrium) via
urin sehingga mengurangi volume cairan dalam tubuh. Dengan turunnya kadar natrium maka
tekanan darah akan turun. Tetapi karena potassium kemungkinan terbuang dalam cairan urin,
maka pengontrolan konsumsi potassium harus dilakukan (Pudiastuti,2013)

2) Vasodilator Obat vasodilator dapat langsung mengembangkan dinding arteriol


sehingga daya tahan pembuluh perifer berkurang dan tekanan darah menurun. Obat yang
termasuk dalam jenis vasolidator adalah hidralazine dan encarazine (Gunawan, 2001).

xv
3) Antagonis kalsium Mekanisme obat antagonis kalsium adalah menghambat
pemasukan ion kalsium kedalam sel otot polos pembuluh dengan efek vasodilitasi dan
turunnya tekanan darah. Obat jenis antagonis kalsium yang terkenal adalah nifedipin dan
verapamil (Gunawan, 2001).

4) Penghambat ACE Obat penghambat ACE ini menurunkan tekan darah dengan cara
menghambat Angiontensin Converting enzyme yang berdaya vasokontriksi kuat. Obat jenis
antagonis kalsium yang terkenal adalah Captopril (capoten) dan enalapril (Gunawan,2001).

10. Faktor Risiko Hipertensi

Faktor risiko terjadinya hipertensi dibagi menjadi dua kategori yaitu faktor yang tidak
dapat diubah dan faktor yang dapat diubah.

a) Faktor risiko yang tidak dapat diubah Faktor risiko yang tidak dapat diubah, antara
lain:

1) Genetik

Jika seseorang memiliki orang-tua atau saudara yang memiliki tekanan darah tinggi,
maka kemungkinan ia menderita tekanan darah tinggi lebih besar. Penelitian menunjukkan
bahwa tekanan darah seorang anak akan lebih mendekati tekanan darah orang tuanya bila
mereka memiliki hubungan darah dibandingkan anak yang diadopsi. Hal ini menunjukkan
bahwa gen yang diturunkan, dan bukan hanya faktor lingkungan (seperti makanan atau status
sosial), berperan besar dalam menentukan tekanan darah (Palmer dan Williams, 2007).

2) Usia

Semakin bertambahnya usia, risiko terkena hipertensi lebih besar. Di inggris


prevalensi tekanan darah tinggi pada usia pertengahan adalah sekitar 20% dan meningkat
lebih dari 50% pada usia di atas 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta
tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Takanan darah tinggi juga dapat
terjadi pada usia muda, namun prevalensinya rendah (kurang dari 20%) (Palmer dan
Williams, 2007).

3) Jenis kelamin

Pria sering mengalami tanda-tanda hipertensi pada usia akhir tiga puluhan sedangkan
wanita sering mengalami hipertensi setelah menopause. Tekanan darah wanita, khususnya

xvi
sistolik, meningkat lebih tajam sesuai usia. Setelah 55 tahun,wanita memang mempunyai
risiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi. Salah satu penyebab terjadinya pola tersebut
adalah karena hormon kedua jenis kelamin. Produksi hormon esterogen menurun saat
menopause, wanita kehilangan efek menguntungkan sehingga tekanan darah meningkat
(Benson dan Casey, 2006)

b) Faktor risiko yang dapat diubah Faktor risiko yang dapat diubah yaitu

1) Obesitas

Kelebihan lemak tubuh, khususnya lemak abdominal, erat kaitannya dengan


hipertensi. Tingginya peningkatan tekanan darah tergantung pada besarnya penambahan berat
badan. Akan tetapi tidak semua obesitas akan terkena hipertensi. Tergantung pada individu
masing-masing. Peningkatan tekanan darah di atas nilai optimal yaitu >120/80 mmHg akan
meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Penurunan berat badan sekitar 5kg
dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan. Pada penderita hipertensi ditemukan
sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih, untuk itu hendaknya memperhatikan jumlah
makanan yang dikonsumsi harus cukup dan proporsional artinya sesuai dengan kebutuhan
tubuh, tidak berlebih dan tidak kurang.

Cara menentukan obesitas salah satunya dengan pengukuran Indeks Massa Tubuh
merupakan indeks pengukuran sederhana untuk mengetahui status gizi seseorang dengan
membandingkan berat badan dengan tinggi badan kuadrat. Menghitung IMT menggunakan
rumus berikut:
be rat badan( kg)
IMT =
tinggi badan (cm)2

Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia menurut Depkes RI (2003) adalah
sebagai berikut:

Tabel 2. 2
Kategori IMT untuk Indonesia

Status Gizi Kategori IMT


Kurus Kekurangan berat badan <17,0
tingkat berat

xvii
Kurus Kekurangan berat badan 17,0 - 18,5
tingkat rendah
Normal 18,5 - 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan >25,0 – 27,0
tingkat ringan
Obesitas Kelebihan berat badan >27
tingkat berat
Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2003

2) Alkohol

Orang yang gemar mengonsumsi alkohol dengan kadar tinggi akan memiliki tekanan
darah yang cepat berubah dan cenderung meningkat tinggi. Alkohol juga memiliki efek yang
hampir sama dengan karbon monoksida yaitu dapat meningkatkan keasaman darah.
Meminum alkohol secara berlebihan, yaitu tiga kali atau lebih dalam sehari merupakan faktor
penyebab 7% kasus hipertensi (Anna Palmer, 2007).

3) Konsumsi Makanan Asin

Makanan asin adalah makanan dengan kadar natrium tinggi. Natrium adalah mineral
yang sangat berpengaruh pada mekanisme timbulnya hipertensi (Thomas, 2000 dalam
Hanafi, 2016). Natrium dalam klorida yang 40 terdapat dalam garam dapur dalam jumlah
normal dapat membantu tubuh mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh untuk
mengatur tekanan darah. Namun natrium dalam jumlah yang berlebih dapat menahan air
(resisten), sehingga meningkatkan volume darah. Peningkatan volume darah mengakibatkan
tekanan pada dinding pembuluh darah meningkat, Akibatnya jantung harus bekerja lebih
keras untuk memompanya dan tekanan darah menjadi naik. Kelebihan natrium dalam darah
juga berdampak buruk bagi dinding pembuluh darah dan mengikis pembuluh darah tersebut
hingga terkelupas. Kotoran akibat pengelupasan tersebut dapat menyumbat pembuluh darah
(Widharto, 2007 dalam Pusparani, 2016). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hiroh tahun
2012, Hasil analisis uji statistik Chi Square diperoleh nilai p=0,004, OR=4,6,875 dan 95% CI
=1,673-28,257. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pola
konsumsi makanan sumber natrium dengan terjadinya hipertensi pada pasien rawat jalan di
RSUD Kabupaten Karanganyar.

4) Konsumsi makanan berlemak

xviii
Makanan berlemak adalah makanan dengan kadar lemak yang tinggi. Menurut
Sugiharto kebiasaan mengonsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat
badan yang berisiko terjadi hipertensi (Hanafi, 2016). Menurut Almatzier lemak berfungsi
untuk sumber energi, sumber asam lemak esensial, alat angkut vitamin larut lemak,
menghemat protein, memberi rasa kenyang dan kelezatan, sebagai pelumas, memelihara suhu
tubuh, dan pelindung organ tubuh (Rustiana, 2014). Namun keberadaan lemak jenuh yang
berlebih dalam tubuh akan menyebabkan penumpukan dan pembentuk plak pada pembuluh
darah sehingga pembuluh darah menjadi semakin sempit dan elastisnya berkurang
(Almatzier, 2003 dalam Pusparani, 2016).

5) Stres

Stress adalah suatu hal yang membuat anda tegang, marah, frustasi atau tidak bahagia.
Terlalu banyak stress akan memmengaruhi kesehatan dan kesejateraan kita salah satunya
penyakit hipertensi. Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui saraf simpatis
yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Di samping itu juga dapat
merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung
berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah meningkat. Apabila stres
berlangsung lama, dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap dan tubuh
akan berusaha mengadakan penyesuian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan
patologis (Sugiyono, 2007 dalam Pramana, 2016).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sulistiyowati tahun 2010. Hasil uji
chi kuadrat diperoleh nilai p value = 0,001 (<0,05) yang artinya terdapat hubungan yang
signifikan antara stres dengan hipertensi. Nilai OR= 11,09 artinya responden yang terkena
stres mempunyai risiko terkena hipertensi 11,09 kali lebih besar dibandingkan dengan
responden yang tidak terkena stres.

B. Tinjauan Umum Gaya Hidup

Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat, dan
opininya. Menurut Kotler (2002) gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang”
dalam berinteraksi.

Gaya hidup merupakan faktor terpenting yang sangat mempengaruhi kehidupan


masyarakat. Gaya hidup juga merupakan salah satu tujuan dari SDGs. SDGs adalah sebuah
program pembangunan yang berkelanjutan di mana di dalamnya terdapat 17 tujuan dengan

xix
169 capaian yang terukur dan tenggat yang telah ditentukan oleh PBB sebagai agenda dunia
pembangunan untuk kemaslahatan manusia dan planet bumi, salah satu tujuannya berkaitan
tentang gaya hidup yaitu memastikan pola konsumsi dan Produksi yang berkelanjutan serta
memastikan kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua untuk semua
usia.

Menurut Lisnawati (2001) gaya hidup sehat menggambarkan pola prilaku sehari-hari
yang mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik, mental dan sosial berada dalam
keadaan positif. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2010) Perilaku sehat adalah perilaku-
perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatannya.

Gaya hidup sangat berpengaruh terhadap kondisi fisik maupun psikis seseorang.
Perubahan gaya hidup dan rendahnya perilaku hidup sehat seperti minimnya olah raga,
merokok, dan mengonsumsi minuman kafein merupakan salah satu dari penyebab hipertensi.

1. Merokok

Merokok dapat menimbulkan beban kerja jantung dan menaikkan tekanan darah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nikotin yang terdapat dalam rokok dapat meningkatkan
penggumpalan pembuluh darah dan dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh
darah. Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf yang menyebabkan peningkatan
tekanan darah baik sistolik maupun diastolik, denyut jantung bertambah, kontraksi otot
jantung seperti dipaksa, pemakaian bertambah, aliran darah pada koroner meningkat dan
vasokontriksi pada pembuluh darah perifer. Tembakau memiliki efek cukup besar dalam
peningkatan tekanan darah karena dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
Kandungan bahan kimia dalam tembakau juga dapat merusak dinding pembuluh darah.
Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan oksigen dalam darah. Hal
tersebut mengakibatkan tekanan darah meningkat karena jantung dipaksa memompa untuk
memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan tubuh lainnya (Thomas, 2000
dalam Hanafi, 2016). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Sriani dkk tahun 2016.
Hasil uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%, menunjukkan bahwa ada hubungan
antara perilaku merokok dengan kejadian hipertensi (p<0,05).

Merokok merupakan faktor risiko kejadian hipertensi dengan nilai OR= 15,471. Hal
ini menunjukkan bahwa responden yang merokok berisiko 15 kali untuk terjadinya hipertensi

xx
dibandingkan dengan responden yang tidak merokok. Hal ini pun telah dijelaskan dalam
Islam bahwa kita harus menghindari hal- hal yang dapat merusak terutama merusak
kesehatan. . Karena merokok merupakan suatu aktivitas buruk yang sangat merugikan
kesehatan salah satunya yaitu dapat menyebabkan hipertensi. Merokok sama halnya dengan
membunuh diri secara pelahan-lahan, sebagaimana yang kita ketahui bahwa di dalam rokok
terdapat banyak bahan kimia yang dapat membahayakan tubuh salah satunya nikotin yang
bersifat toksik terhadap jaringan saraf yang menyebabkan peningkatan tekanan darah baik
sistolik maupun diastolik. Selain berbahaya bagi diri sendiri, rokok juga berbahaya bagi
orang lain karena karbon monoksida dalam rokok dapat meningkatkan tekanan darah. Selain
itu rokok juga merupakan faktor risiko berbagai macam penyakit yang mematikan
diantaranya jantung koroner, ginjal, hipertensi dan berbagai penyakit mematikan lainnya.

2. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang terjadi akibat kontraksi otot skeletal
yang meningkatkan pengeluaran energi. Aktivitas fisik ini dapat berupa aktivitas di tempat
kerja, aktivitas di perjalanan, aktivitas di rumah, dan aktivitas di waktu luang (Quarino,
2014).

Aktifitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang yang tidak
aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai denyut jantung yang lebih tinggi. Hal
tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras lagi pada kontraksi. Aktifitas fisik
membantu seseorang mengontrol berat badan. aktifitas fisik yang dilakukan rutin selama 30-
45 menit setiap hari akan membantu mengontrol tekanan darah.

Contoh aktifitas fisik (olahraga) yang dapat dilakukan untuk menurunkan tekanan
darah tinggi adalah jalan pagi, jalan kaki, senam, bersepeda dan berenang. Kegiatan aktivitas
ini disarankan agar dilakukan ≥30 menit per hari dan lebih dari ≥3 hari per minggu
(Kemenkes RI, 2013).

Berjalan adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang sederhana, murah, hemat waktu dan
dapat dilakukan oleh semua orang, tetapi membutuhkan pengukuran yang objektif. Jumlah
langkah yang diambil dapat direkam dengan menggunakan pedometer. Pedometer adalah
sebuah alat yang digunakan untuk menghitung langkah seseorang. Secara universal, jumlah
langkah yang dianjurkan setiap hari adalah 10.000 langkah (President’s Council on Physical
Fitness and Sports, 2007), walaupun untuk mencapai tujuan yang sebenarnya masih perlu

xxi
dilakukan penelitian berdasarkan usia. CDC ( Centers For Disease Control And Prevention)
merekomendasikan aktivitas fisik untuk orang dewasa yaitu 150 menit/minggu sebagai
kategori aktivitas fisik sedang. Hal ini sejalan dengan penelitian Tudor-Locke C. tahun 2011,
menunjukkan bahwa saran aktivitas fisik sedang-berat 150 menit/minggu dapat dikaitkan
dengan kira-kira 7.000 langkah/hari. Peneliti menyimpulkan bahwa 7.000-8.000 langkah/hari
adalah pesan sederhana dan sesuai dengan rekomendasi aktivitas fisik yang fokus pada
jumlah minimal aktivitas fisik sedang-berat (Quarino, 2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hiroh tahun 2012, hasil uji statistik chi square
yaitu p=0,026 (p<0,05), nilai OR=3,33 dan 95% CI=1, 134-9,801. Hal ini menunjukkan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan olahraga dengan terjadinya hipertensi
pada pasien rawat jalan di RSUD Kabupaten Karanganyar dan responden yang tidak teratur
olahraga berisiko 3,33 kali terkena hipertensi dibandingkan responden yang mempunyai
kebiasaan olahraga teratur.

3. Kebiasaan Minum Kopi

Kafein merupakan zat yang dapat mengatasi kelelahan dan meningkatkan konsentrasi
serta menggembirakan suasana hati (Sheps 2005 dalam Rustiana, 2014). Namun konsumsi
kafein yang berlebihan dalam jangka yang panjang dan jumlah yang banyak diketahui dapat
meningkatkan risiko penyakit hipertensi atau penyakit kardiovaskuler. ( Crea, 2008 dalam
Pusparani 2016).

Contoh makanan atau minuman yang mengandung kafein yaitu kopi, teh, soft drink,
dan cokelat (Sheps 2005 dalam Rustiana, 2014). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
orang yang mengonsumsi kafein secara teratur sepanjang hari mempunyai tekanan darah rata-
rata lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengonsumsi sama sekali. Hal ini terbukti
dengan mengonsumsi kafein di dalam dua sampai tiga cangkir kopi (200-250 mg) terbukti
meningkatkan tekanan darah sistolik sebesar 3-14 mmHg dan tekanan diastolik 4-13 mmHg
pada orang yang tidak mempunyai hipertensi (Crea, 2008 dalam Pusparani, 2016).

Beberapa peneliti menyatakan bahwa kafein dapat membuat pembuluh darah


menyempit karena kafein dapat memblokir efek adenosine yaitu hormon yang menjaga agar
pembuluh darah tetap lebar. Kafein juga merangsang kelenjar adrenal untuk melepas lebih
banyak kortisol dan adrenalin yang dapat memicu tekanan darah meningkat (Sheps, 2005
dalam Rustiana, 2014).

xxii
C. Kerangka Teori

Gaya Hidup Hipertensi

Merokok Klasifikasi Hipertensi

Aktivitas Fisik Pengukuran T. Darah

Kebiasaan Minum Kopi Fatofisiologi

Etiologi Hipertensi

Gejala

Komplikasi Hipertensi

Pencegahan

Pengobatan

Faktor Risiko Hipertensi

xxiii
D. Kerangka Konsep

Pengetahuan
Penderita

Kejadian Hipertensi

Gaya Hidup
Penderita

Keterangan:

= Variabel Independen

= Variabel Dependen

xxiv
E. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya,
maka hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Adanya hubungan antara pola hidup yang kurang tepat dengan penderita hipertensi

2. Adanya hubungan antara perilaku yang kurang tepat dengan penderita hipertensi

3. Adanya hubungan antara faktor-faktor penyebab oleh penderita hipertensi

xxv
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan. Penelitian kualitatif adalah


penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk kata, skema dan gambar (Sugiyono,
2015).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah semua objek penelitian yang akan diteliti (Notoatmodjo,


2010). Populasi dalam penelitian ini yaitu orang dewasa muda dari umur 25-40 dan
para lansia.

2. Sampel

Sampel ialah sebagian objek yang diambil dari keseluruhan objek yang
dianggap dapat mewakili semua populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel dalam
penelitian ini yaitu mengambil sebagian populasi yang telah ada.

C. Instrumen Peneltian

Dalam melakukan penelitian diperlukan adanya alat atau instrumen. Instrumen


penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian (Notoatmodjo,
2010). Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa tensimeter digital,
pedometer dan kuesioner yang berisi sejumlah pertanyaan maupun pernyataan untuk
menggali beberapa informasi dari responden. Kuesioner adalah daftar pertanyaan atau
pernyataan yang sudah tersusun dengan baik dan matang dimana responden tinggal memberi
jawaban (Notoatmodjo, 2010).

D. Variabel Penelitian

Variabel merupakan suatu hal yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang
memiliki satuan penelitian Inotoatmodjo, 2010). Berdasarkan fungsinya atau peranan, maka
variabel dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Variabel Bebas (Independen)

Merupakan variabel yang meliputi sebab atau yang dapat mempengaruhi terjadinya
perubahan suatu variabel (Notoatmodjo, 2010), yang menjadi variabel bebas dalam penelitian

xxvi
ini adalah pengetahuan penderita, gaya hidup, dan faktor lain yang dapat memicu penyakit
hipertensi.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang meliputi akibat, tergantung, terpengaruh


(Notoatmodjo, 2010). Variabel terikat pada penelitian ini ialah kejadian hipertensi pada orang
deawasa muda dan lansia.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional digunakan untuk membatasi ruang lingkup atau variabel-variabel


yang diamati dan diteliti (Notoatmodjo, 2010)

Tabel 3.1
Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat/Cara Hasil Ukur Skala


Ukur
1. Kejadian . Definisi Hipertensi adalah Tensimeter 1. Normal Ordi
Hiperten peningkatan tekanan darah digital dan 2. Prehepertensi nal
si sistolik lebih dari 140 tensimeter 3. Hipertensi stage I
mmHg dan tekanan darah manual 4. Hipertensi Stage II
diastolik lebih dari 90
mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam
keadaan cukup
istirahat/tenang.
2. Pengetah Penderita menjadi tahu Pemberian 1. Memahami Ordi
uan ketika penyuluhan informasi 2. Tidak memahami nal
penderita mengenai hipertensi dari Nakes
dilaksanakan Puskesmas
3. Kebiasaa Penderita hipertensi sebagai Kuesioner 1. Ya, perokok aktif Nomi
n perokok aktif ataupun 2. Ya, perokok pasif nal
Merokok karena tinggal serumah 3. Bukan keduanya
dengan perokok aktif,
sehingga terhirup asap
rokok

xxvii
F. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Merupakan data yang didapat langsung dari sumbernya atau objek peneliti perorangan
atau organisasi (Riwidikdo, 2010). Data primer didapat dari alat bantu kuesioner dan
tensimeter digital yang diberikan dan diisi langsung oleh responden tanpa perantara.

2. Data Sekunder

Merupkan data yang didapatkan tidak secara langsung dari objek penelitian tersebut
(Riwidikdo, 2010). Data sekunder didapat dari instansi-instansi pemerintah maupun dari
daftar bacaan berupa laporan hasil penelitian sebelum-sebelumnya.

G. Cara Pengolahan Data

Analisis data merupakan bagian dari suatu penelitian, yang mana tujuan dari analisis
data tersebut ialah untuk mendapatkan suatu kesimpulan masalah yang diteliti. Data yang
sudah terkumpul akan dibuat dan dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak komputer
SPSS agar analisis memberikan hasil informasi yang benar. Ada beberapa tahapan dalam
mengolah data yaitu:

1. Editing

Yaitu kegiatan untuk melakukan pengecekan ulang kuesioner sudah diisi


dengan lengkap, sehingga jawaban yang diberikan responden jelas.

2. Coding

Adalah proses pemberian kode pada data dengan angka.

a) Untuk variabel kejadian hipertensi kategorinya jika,

nilai 0 = Jika tekanan darah normal

nilai 1 = Jika tekanan darah di posisi Prehepertensi

nilai 2 = Jika tekanan darah pada posisi Hipertensi Stage I dan II

b) Untuk pengetahuan penderita jika responden memahami apa yang disampaikan,


maka nilainya=1. Jika responden tidak memahami apa yang disampaikan maka
nilainya=0.

c) Pada kebiasaan merokok, jika responden:

nilai 0 = jika perokok aktif

nilai 1 = jika perokok pasif

xxviii
nilai 2 = jika tidak keduanya

3. Proceccing atau Entry data

Yaitu memasukkan data ke dalam variabel sheat dari kuesioner dengan memakai
komputer.

4. Sorting

Merupakan proses pensortiran atau penyaringan dengan cara memilih atau


mengelompokkan data berdasarkan jenis (klasifikasi) yang diinginkan.

5. Cleaning

Merupakan kegiatan pengecekan ulang data yang sudah dimasukkan apakah ada
kekeliruan atau tidak.

6. Scoring

Adalah pemberian skor atau nilai pada item-item yang perlu diberi nilai.

7. Tabulating

Dilakukan ketika penyusunan dan penghitungan data dari hasil coding untuk di
sajikan dalam bentuk tabel dan melakukan evaluasi.

H. Analisis Data

1. Analaisis Univariat

Merupakan suatu tabel yang menggambarkan penyajian data untuk suatu


variabel saja. Menggambarkan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti
dengan menggunakan distribusi frekuensi dan presentasi tiap-tiapvariabel yang
kemudian akan dinarasikan.

2. Analisis Bivariat

Merupakan analisis yang menggunakan tabulasi silang yang bertujuan agar


mengetahui hubungan dan sejauh mana hubungan kualitas antara variabel
dependen dengan variabel indipenden. Teknik analisis data yang digunakan adalah
uji statistik chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%. Bila p < 0,05 berarti hasil
perhitungan statistik bermakna (signifikan) maka ada hubungan yang bermakna
antara variabel independen dengan dependen sedangkan jika p > 0,05 berarti tidak
ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan dependen.

I. Waktu dan Tempat Penelitian

1. waktu Penelitian

xxix
Tabel 3.2
Waktu Penelitian

No. Kegiatan Penelitian Bulan X Bulan Y Bulan Z


1. Penetuan judul penelitian
2. Pengajuan Proposal
3. Seminar Proposal
4. Penelitian Skripsi
5. Sidang Skripsi

2. Tempat Penelitian

xxx
Daftar Pustaka

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5821887/pengertian-variabel-dan-jenisnya-
dalam-penelitian

Rahmadiana, 2012

World Health Organization (WHO). 2014 dalam Global Status Report On Non-
Communicable Disease
Karo SK, 2012
Park, J.B., Kario, K., dan Wang, J.G., 2015
Riskesdas. 2018. angka prevalensi hipertensi
Riskesdas. 2013. Orang yang terdiagnosis Hipertensi
Nurarif A.H. & Kusuma H., 2016
Sinubu R.B., 2015
Yulianto. 2016
Nurarif A.H. & Kusuma H., 2016
Ridwan & Nurwanti, 2013
Murni dalam Andrea G.Y., 2013
Komaling J.K., Suba B., Wongkar D., 2013
Iswahyuni S., 2017
Ariani A et all,2003
Astawan IM, 2005
Wulandari & Susilo, 2011
Almatsier, 2010
Dipiro, dkk., 2011; Soenarta, dkk., 2015
Arianto, 2013
Kemenkes RI, 2014
Pudiastuti, 2013
Palmer dan William, 2007
Medycalogi, 2017
Benson dan Casey. 2006. Yang perlu dipehatikan sebelum melakukan pengukuran
darah.
Bustan, 2007
Bujawati, 2012
Shanty, 2011
Marliani dan Tantan, 2007
Kemenkes RI, 2013
Gunawan, 2001
RI. 2003. Kategori IMT
Anna Palmer, 2007
Thomas, 2000 dalam Hanafi, 2016

xxxi
Widharto, 2007 dalam Pusparani, 2016
Hanafi, 2016
Rustiana, 2014
Almatzier, 2003 dalam Pusparani, 2016
Sugiyono, 2007 dalam Pramana, 2016
Kotler. 2002. gaya hidup
Lisnawati. 2001. gaya hidup sehat
Notoatmodjo. 2010. Perilaku sehat
Quarino, 2014
Crea, 2008 dalam Pusparani 2016.
Sheps 2005 dalam Rustiana, 2014.
Notoatmodjo. 2010.

xxxii

Anda mungkin juga menyukai