REFERAT
Pembimbing:
dr. Muhammad Shoim Dasuki, M.Kes
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2022
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ................................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................ii
ABSTRAK .............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 2
C. Manfaat Penelitian.................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 3
A. Pengertian Hipertensi ............................................................................................... 3
B. Etiologi Hipertensi ................................................................................................... 3
C. Faktor Risiko Hipertensi .......................................................................................... 3
D. Epidemiologi Hipertensi .......................................................................................... 4
E. Klasifikasi Hipertensi ............................................................................................... 4
F. Patofisiologi ............................................................................................................. 5
G. Manifestasi Klinis .................................................................................................... 5
H. Diagnosis .................................................................................................................. 5
I. Tatalaksana............................................................................................................... 6
J. Komplikasi ............................................................................................................. 10
BAB III ................................................................................................................................. 11
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HIPERTENSI .................................................. 11
A. Pencegahan dan Pengendalian Hipertensi .............................................................. 11
B. Program Pencegahan dan Pengendalian Hipertensi di Puskesmas ........................ 12
BAB IV KESIMPULAN ...................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 18
i
Upaya Pengendalian dan Pencegahan Hipertensi pada Masyarakat
Rizki Oktabiriya, Sella Felina, Alysia Ridharaudha Zahrania, Adi Nur Afif, Didit
Kuswanto, Dhiastika Nanda Sari, Atika Fatwa Yukhabilla, Tasya Rasyidah
ABSTRAK
iii
Prevention and Control Hypertension in The Community
Rizki Oktabiriya, Sella Felina, Alysia Ridharaudha Zahrania, Adi Nur Afif, Didit
Kuswanto, Dhiastika Nanda Sari, Atika Fatwa Yukhabilla, Tasya Rasyidah
ABSTRACT
The older the elderly, the more complex the disease will be. One of the most
common diseases in the elderly is hypertension. Hypertension or high blood pressure
is an increase in systolic blood pressure of more than 140 mmHg and diastolic blood
pressure of more than 90 mmHg on repeated blood pressure measurements twice, you
must have enough rest and be in a calm state with an interval of five minutes. In
conditions of increased blood pressure that lasts for a long time (persistent) can
increase the risk of diseases such as stroke, aneurysm, heart failure, heart attack, and
kidney damage. Factors that trigger hypertension can be divided into those that cannot
be controlled (such as heredity, gender, and age) and those that can be controlled
(such as obesity, lack of exercise, smoking, and alcohol and salt consumption). Health
promotion as an effort to reduce the prevalence of hypertension sufferers. According
to the Indonesian Ministry of Health, prevention and control efforts in 2019 are to
increase KIE related to CERDIK and PATUH in the community, increase self-
awareness in the community by regularly checking blood pressure, facilitating access
to FKTP (First Level Health Facilities) services, preventing complications.
Hypertension in integrated PTM services, and community empowerment through
Posbindu for early detection and monitoring of hypertension risk factors.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah terjadinya peningkatan tekanan
darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan jarak waktu pemeriksaan 5 menit dalam keadaan istirahat.
Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama karena
prevalensinya yang tinggi di seluruh dunia. Sekitar 7,5 Juta kematian atau 12,8 % dari
total seluruh kematian tahunan di seluruh dunia terjadi akibat tekanan darah tinggi.
Diperkirakan angka ini akan meningkat menjadi 1,56 miliyar orang dewasa dengan
hipertensi (Singh, et al., 2017). Menurut data World Health Organization (WHO) tahun
2015 sekitar 1,3 Miliar orang di dunia terdiagnosis hipertensi dan diperkirakan pada
tahun 2025 sekitar 1,5 Miliar orang terkena hipertensi, dan diperkirakan 9,4 Juta orang
setiap tahunnya meninggal akibat hipertensi beserta komplikasinya. Hasil Riskesdas
tahun 2018 menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2013
sebesar 25,8% yang mana mengalami peningkatan menjadi sebesar 34,1%.
Diperkirakan bahwa hanya sepertiga kasus hipertensi yang terdiagnosis dan sisanya
tidak terdiagnosis (Kemenkes, 2019).
Hipertensi sering disebut sebagai Silent Killer dikarenakan gejalanya jarang
sekali terlihat pada awal hingga sampai terjadi keparahan seperti serangan jantung,
stroke, ataupun gagal ginjal. Meskipun sebagian besar pasien hipertensi bersifat
asimptomatik, namun juga banyak pasien hipertensi yang mengeluhkan sakit kepala,
gangguan penglihatan maupun episode pingsan (Singh, et al., 2017).
Risiko terjadinya hipertensi sangat dipengaruhi oleh usia dan riwayat keluarga.
Faktor lain yang mempengaruhi hipertensi yaitu jenis kelamin dan ras. Prevalensi
hipertensi sama antara pria maupun wanita. Namun prevalensi hipertensi lebih tinggi
pada pria dibandingkan wanita sebelum usia 30 tahun. Pada usia 60 tahun, disebutkan
bahwa pernyataan ini berkebalikan dan wanita memiliki prevalensi lebih tinggi
(Bantas & Gayatri, 2019). Pada perbedaan ras dan etnis juga jelas pada orang Afrika-
Amerika lebih berat dan memiliki onset usia lebih dini dibandingkan dengan ras
Kaukasia (Unger, et al., 2020 ).
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi, etiologi, epidemiologi, faktor risiko, klasifikasi,
komplikasi, edukasi, dan prognosis pada penderita hipertensi ?
2. Bagaimana diagnosis hipertensi ?
3. Bagaimana tatalaksana hipertensi pada masyarakat?
4. Bagaimana upaya pencegahan kasus hipertensi pada masyarakat?
C. Manfaat Penelitian
a. Bagi Mahasiswa
Dapat mengetahui upaya pengendalian, penanganan, epidemiologi,
etiologi, gejala klinis, diagnosis, dan prognosis pada hipertensi.
b. Bagi Masyarakat
Menambah pengetahuan tentang hipertensi pada masyarakat dan
membantu memahami apa saja upaya pencegahan dan pengendalian
hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah kondisi di mana hasil pengukuran tekanan darah yang tinggi
dalam waktu yang lama. Seseorang dapat dikatakan mengidap hipertensi apabila
dalam pengukuran tekanan darah sistol melebihi 140 mmHg serta dengan tekanan
diastole melebihi 90 mmHg dalam 2 kali pengecekan tekanan darah dalam rentang
waktu 5 menit saat pasien tenang atau pada saat istirahat. Dalam waktu yang lama,
kondisi ini akan menyebabkan komplikasi yang serius seperti munculnya penyakit
gagal ginjal, serangan jantung, gagal jantung, stroke serta aneurisma (Kemenkes RI,
2017).
B. Etiologi Hipertensi
Berikut di bawah ini merupakan penyebab dari hipertensi berdasarkan tipenya:
1) Hipertensi primer atau biasa disebut hipertensi esensial, belum dapat
diketahui secara pasti sebabnya dan juga tidak ada penyebab sekunder
yang menjadi dasar. Genetika dan ras berperan dalam perkembangan
hipertensi esensial; tidak ada gangguan renovaskular, gagal ginjal, atau
penyakit lain. (Harrison, Coffman, and Wilcox 2021).
2) Hipertensi sekunder. Ada penyakit seperti kelainan pembuluh darah,
ginjal, masalah kelenjar tiroid (hipertiroidisme), hipotiroid, Renal artery
stenosis, dan penyakit parenkim yang dapat sebagai penyebab sekunder
dari diagnosis hipertensi (Freihage, Nanjundappa, and Dieter 2008).
D. Epidemiologi Hipertensi
Berdasarkan data WHO (2015) menunjukkan bahwa terdapat kurang lebih 1,13
miliar orang di dunia menderita hipertensi dan paling banyak dialami oleh negara
dengan pendapatan yang rendah. Prevalensi hipertensi di Indonesia sekitar 34,11%
dengan dengan kasus tertinggi di Kalimantan Selatan (44,1 %), sedangkan di provinsi
Jawa Tengah yaitu sebesar 37,2 % (Riskesdas, 2018).
E. Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua yaitu hipertensi primer
(esensial) dan hipertensi sekunder (non-esensial):
a. Hipertensi Primer (Esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi yang penyebab dan mekanismenya
tidak diketahui. Hipertensi primer tidak dapat disembuhkan tetapi dapat
dikontrol. Pemegang perana penting dalam patogenesis hipertensi primer yaitu
faktor genetik. Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi
primer (Marselli et al, 2007)
b. Hipertensi Sekunder (Non essensial)
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit
komorbid atau efek samping dari obat-obatan tertentu. Penyebab sekunder yang
paling umum dijumpai adalah disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau
penyakit renovaskular, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar
adrenal (hiperaldosteronisme) dan lain-lain. Obat-obat tertentu dapat
menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan
tekanan darah. Kurang dari 10 % kasus adalah pasien dengan hipertensi sekunder
dan penyebabnya dapat diketahui secara pasti (Longo et al, 2011).
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Dewasa (umur >18 tahun) menurut JNC VIII
F. Patofisiologi
Mekanisme hipertensi diawali dengan terjadinya perubahan angiotensin I
menjadi angiotensin II oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). Hepar
memproduksi angiotensinogen yang kemudian dialirkan melalui darah. Kemudian
hormon renin yang diproduksi oleh ginjal akan mengubah angiotensinogen menjadi
angiotensin I. Selanjutnya angiotensin I akan diubah menjadi angiotensin II Oleh ACE
yang terdapat di paru-paru. Angiotensin II meningkatkan tekanan darah melalui tiga
mekanisme. Mekanisme pertama adalah dengan cara meningkatkan sekresi hormon
aldosteron. Hormon aldosteron diproduksi oleh kelenjar adrenal, bekerja dengan cara
meningkatkan reabsorbsi Na dan H2O. Apabila hormon aldosteron meningkat maka
akan meningkatkan volume darah dan menyebabkan peningkatkan tekanan darah.
Mekanisme kedua adalah dengan menyebabkan vasokonstriksi. Apabila diameter
pembuluh darah menyempit maka akan meningkatkan tekanan darah. Mekanisme
yang ketiga yaitu dengan cara menstimulasi sekresi hormon antidiuretik (ADH) oleh
kelenjar pituitari. ADH memiliki efek reabsorbsi H2O yang dapat meningkatkan
volume dan tekanan darah (Sherwood, 2013).
G. Manifestasi Klinis
Pada umumnya penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Hipertensi
adalah the sillent killer. Penderita baru mempunyai keluhan setelah mengalami
komplikasi (Setiati et al, 2014). Berikut gejala yang biasanya dialami penderita
hipertensi :
- Otak dan mata : Sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient ischemic
attacks, defisit sensoris atau motoris.
- Jantung : Palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki
- Ginjal : Haus, poliuria, nokturia, hematuri, hipertensi di sertai kulit pucat anemis
- Arteri perifer : Ekstremitas dingin, klaudikasio intermiten (Setiati et al, 2014)
H. Diagnosis
Penegakan diagonosis hipertensi dapat dilakukan dengan cara:
1. Anamnesa
a. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah Indikasi adanya
hipertensi sekunder :
6
2. Pemeriksaan Fisik
Pengukuran tekanan darah dilakukan pada penderita yang dalam keadaan
nyaman dan relaks, dan dengan tidak tertutup/tertekan pakaian.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang hipertensi terdiri dari : tes darah rutin, glukosa
darah (sebaiknya puasa), kolestrol total serum, kolestrol HDL dan LDL,
trigliserida serum (puasa), asam urat serum, kreatinin serum, kalium serum,
hemoglobin dan hematokrit, urinalisis (uji carik celup serta sedimen urin),
elektrokardiogram.
Evaluasi pasien hipertensi juga diperlukan untuk menentukan adanya
penyakit penyerta sistemik, yaitu: aterosklerosis (melalui pemeriksaan profil
lemak), diabetes, fungsi ginjal (Setiati et al, 2014).
I. Tatalaksana
a. Tatalaksana Non Farmakologis
Tatalaksana non farmakologis yang dilakukan dengan memodifikasi gaya
hidup merupakan salah satu cara menghindari hipertensi. Modifikasi gaya
hidup bagi penderita hipertensi menurut JNC VIII sebagai berikut:
1) Penurunan Berat Badan
Menurunkan berat badan 10 kg dapat mengurangi tekanan sistolik 5-
20 mmHg. Kemudian ukuran lingkar pinggang yang direkomendasikan
adalah pada pria kurang dari 94 cm dan kurang dari 80 cm untuk wanita.
7
Captopril 50 150-200 2
Enlapir 5 20 1-2
Lisinopril 10 40 1
Candesartan 4 12-32 1
Irbesartan 75 300 1
β-Blocker
Atenolol 25-50 10 1
Amlodipine 2,5 10 1
Diltiazem extended
120-180 360 1
released
Nifedipin 10 20 1-2
Bendroflumethiazide 5 10 1
10
J. Komplikasi
Hipertensi dapat menyebabkan dampak pada beberapa organ yaitu:
1) Jantung
Hipertensi kronis akan menyebabkan infark miokard, infark miokard
tersebut akan menyebabkan kebutuhan oksigen pada miokardium tidak
terpenuhi sehingga menyebabkan iskemia jantung serta terjadilah infark
2) Ginjal
Tekanan tinggi kapiler glomerulus ginjal akan mengakibatkan kerusakan
progresif sehingga mengakibatkan gagal ginjal. selain itu kerusakan pada
glomerulus menyebabkan aliran darah ke unit fungsional juga ikut terganggu
sehingga tekanan osmotik menurun kemudian hilangnya kemampuan pemekatan
urin yang menimbulkan nokturia.
3) Otak
Tekanan tinggi di otak disebabkan oleh embolus yang terlepas dari
pembuluh darah di otak, sehingga timbulah stroke. Stroke dapat terjadi apabila
terdapat penebalan pada arteri yang memperdarahi otak, hal ini menyebabkan
aliran darah yang diperdarahi otak berkurang (Nuraini 2015).
BAB III
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HIPERTENSI
11
12
Kegiatan ini dilaksanakan oleh kader kesehatan di setiap desa atau daerah.
Pelaksanaan posbindu dilaksanakan pada tingkat RW dan dilakukan bergilir
setiap bulan.
- Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) merupakan sebuah program
yang diperuntukkan bagi pemegang kartu kesehatan BPJS (Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial) dengan kondisi penyakit kronis, termasuk salah
satunya adalah hipertensi. Kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah
pemeriksaan kesehatan pasien, penyuluhan atau edukasi dan kegiatan yang
dilakukan secara berkelompok seperti senam bersama yang dilaksanakan setiap
bulan.
- Kudasaku (aku datang sembuhlah aku) adalah salah satu inovasi Puskesmas
terbaru yang diharapkan bisa meningkatkan kesadaran masyarakat akan
kesehatan melalui penyuluhan kelompok, konsultasi perorangan dan juga
pemeriksaan kesehatan.Program ini dilakukan untuk membantu deteksi dini
pada masyarakat yang diselenggarakan oleh Puskesmas. Dengan adanya
program ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kesadaran dan juga
mempermudah akses masyarakat dalam rutin mengontrol kesehatannya.
3) Kemitraan
Kemitraan yang dimaksud disini adalah suatu Kerjasama yang dilakukan oleh
Puskesmas dengan lintas sektor dari dinas dinas yang terkait seperti antara dinas
kesehatan, dinas sosial, kecamatan dan juga sekolah yang berada di wilayah kerja
Puskesmas, Kelurahan, Pimpinan lembaga RW dan RT, PKK hingga Karang Taruna .
Diharapkan dengan adanya kerja sama yang baik dari berbagai sektor sehingga setiap
program yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan mendapatkan dukungan
dan kemudahan dari sektor yang berbeda-beda sehingga dapat mudah diterima oleh
masyarakat dan menghasilkan keluaran yang baik. Kegiatan yang dilakukan dengan
bantuan kerjasama antar sektor ini diantaranya adalah penyuluhan tentang bahaya
15
4) Pemberdayaan masyarakat
Cara yang dapat dilakukan untuk menggerakkan masyarakat secara mandiri agar
tetap sehat diantaranya adalah kegiatan Pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan
masyarakat bisa didapatkan dengan melakukan kerja sama yang baik dengan tokoh
masyarakat dan organisasi masyarakat, hingga tersedianya program Posbindu yang
dijalankan oleh masyarakat dan juga untuk masyarakat.
Dalam bentuk sosialisasi dari program yang dilaksanakan puskesmas, petugas
Puskesmas perlu melakukan kolaborasi dengan melakukan pendekatan kepada tokoh
masyarakat mulai dari tingkat tertinggi seperti Camat, lalu Lurah, Ketua RW/RT
hingga organisasi yang ada pada masyarakat seperti PKK, Dasa Wisma, dan Karang
Taruna untuk melakukan pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan jargon
Cerdik. Hal ini dilakukan dengan harapan para petinggi dan tokoh ini dapat menjadi
contoh bagi masyarakat disekitarnya, dan organisasi yang ada dapat meningkatkan
minat anggotanya dan masyarakat untuk mengikuti rangkaian program yang
disediakan Puskesmas.
Puskesmas juga harus memantau perkembangan dari kegiatan dan programnya
seperti Posbindu yang dijalankan oleh kader kesehatan sebagai bagian dari
pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan yang dilakukan terhadap kader kesehatan
diharapkan agar para kader dapat menjalankan posbindu secara mandiri, diantaranya
dengan memberikan edukasi dan pelatihan kepada para kader kesehatan yang dipilih
oleh masyarakat dan petugas Puskesmas, sehingga meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam pentingnya menjaga kesehatan. Urutan kegiatan yang dilaksanakan
adalah pemeriksaan kesehatan dan konsultasi perorangan tentang faktor risiko
hipertensi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Seprina et al., mengenai hubungan
antara perilaku cerdik dengan pengendalian tekanan darah pada lansia, diketahui
bahwa 60% responden melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Pemeriksaan
kesehatan rutin yang dimaksud adalah mengukur tekanan darah pasien penderita
hipertensi. Hal ini menuntut pasien untuk patuh terhadap pengobatan antihipertensi
16
Semakin bertambahnya usia lansia maka semakin kompleks penyakit yang akan
diderita. Salah satu penyakit yang paling sering diderita pada lansia adalah hipertensi.
Definisi dari hipertensi adalah kondisi tekanan darah meningkat tinggi. Hipertensi atau
tekanan darah tinggi adalah kondisi ketika tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan diastolik lebih dari 90 mmHg. Jika pada pengulangan pengukuran tekanan darah
sebanyak dua kali harus cukup istirahat dan dalam keadaan tenang dengan selang
waktu lima menit. Pada kondisi peningkatan darah yang berlangsung dalam jangka
waktu lama (persistent) dapat menyebabkan resiko penyakit seperti stroke, aneurisma,
gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal. Berdasarkan data pada tahun
2018, sebanyak 427.218 penduduk Indonesia meninggal akibat hipertensi.
Promosi kesehatan sebagai upaya yang dilakukan untuk menurunkan prevalensi
penderita hipertensi. Pencegahan, identifikasi dini, pengobatan, pengendalian, dan
rehabilitasi merupakan langkah awal dalam pelaksanaan program pengendalian PTM
dan faktor risikonya. Peningkatan program KIE (Komunikasi Informasi Edukasi)
terkait perilaku Cerdas dan Taat di masyarakat, akan meningkatkan kesadaran diri di
masyarakat dengan rutin memeriksakan tekanan darah, mempermudah akses
pelayanan FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama), mencegah komplikasi akibat
hipertensi di pelayanan terpadu, dan melibatkan pemberdayaan masyarakat melalui
Posbindu untuk deteksi dini dan pemantauan faktor risiko hipertensi.
17
18
DAFTAR PUSTAKA
Bantas, K. & Gayatri, D., 2019. Gender and Hypertantion (Data analysis of The
Indonesia Basic Health Research 2007). Jurnal Epidemiologi Kesehatan
Indonesia, 3(1), pp. 7-18.
Dennison-himmelfarb C., Handler J. and Lackland D.T., 2014, 2014 Evidence Based
Guideline for the Management of High Blood Pressure in Adults Report from
the Panel Members Appointed to the Eighth Joint National Committee (JNC 8),
1097, 1–14.
Freihage, Jeffrey H., Aravinda Nanjundappa, and Robert S. Dieter. 2008. “Secondary
Hypertension: Etiology and Mechanism of Disease.” Therapy 5(6): 787–790.
Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J (eds.) Harrison’s
principles of internal medicine. Edisi ke18. New York: Mc Graw Hill; 2011
Harrison, David G., Thomas M. Coffman, and Christopher S. Wilcox. 2021.
“Pathophysiology of Hypertension: The Mosaic Theory and Beyond.”
Circulation Research: 847–863.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Program P2PTM dan Indikator.
Jakarta : Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Promosi Kesehatan. Jakarta:
Direktorat Promosi Kesehatan & Pemberdayaan Masyarakat.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Cegah Hipertensi dengan
CERDIK. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
RI.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Kendalikan Hipertensi dengan
Patuh. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
RI.
Kuba, Sanly., Nusawakan, Arwyn., Putra, Kukuh. (2021). Upaya Promotif Preventif
Dan Pengendalian Hipertensi Oleh Puskesmas Tegalrejo Kota Salatiga. Jurnal
Ilmiah Ilmu Kesehatan. Vo. 9, No. 2, 2021, hal 208-222. ISSN 2527-8487
Messerli FH, Williams B, Ritz E. Essential hypertension. Lancet. 2007;
370(9587):591-603
Nuraini B. (2015). Risk Factors Of Hypertension. Journal Majority. Vol. 4, No. 5,
Februari 2015:10-11
19
Sherwood L, 2013. Human physiology form cells to systems, the blood vessels and
blood presure. Eight Edition. Belmont, USA : Thomson Brooks/Cole.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
Safitri, Riza, Rahman. (2020). Determinan Pelaksanaan Program Patuh Pada Pasien
Hipertensi Di Puskesmas Gadang Hanyar Banjarmasin.
Seprina, Herlina, Bayhakki. (2022). Hubungan Perilaku CERDIK terhadap
Pengontrolan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi di Masa Pandemi
COVID-19. Journal of Holistic Nursing and Health Science. Vol. 5, No. 1,
June 2022 (Hal. 66-73).
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
jilid II. VI. Jakarta: Internapublishing: 2014:2259
Singh, S., Shankar, R. & Singh, G. P., 2017. Prevalence and Associated Risk Factors
of Hypertension:A Cross-Sectional Study in Urban Varanasi. International
Journal of Hypertension, Issue https://doi.org/10.1155/2017/5491838, pp. 1-
10.
Unger, T. et al., 2020 . 2020 International Society of Hypertension Global
Hypertension Practice Guidelines. ISH Global Hypertension Practice
Guidelines, pp. 1334-1357.
WHO. World Heath statistic Report 2015. Geneva: World health Organization; 2015.
https://www.who.int/health-topics/hypertension#tab=tab_1 (Diakses 10
Oktober,2022)
20
1