Anda di halaman 1dari 26

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS

REFERAT

Upaya Pengendalian dan Pencegahan Hipertensi pada Masyarakat


Disusun oleh:
Sella Felina, S. Ked J510215046
Alysia Ridharaudha Zahrania, S. Ked J510215047
Adi Nur Afif, S. Ked J510215051
Didit Kuswanto, S. Ked J510215055
Dhiastika Nanda Sari, S. Ked J510215059
Atika Fatwa Yukhabilla, S. Ked J510215331
Tasya Rasyidah, S. Ked J510215332
Rizki Oktabiriya, S. Ked J510215333

Pembimbing:
dr. Muhammad Shoim Dasuki, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2022
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ................................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................ii
ABSTRAK .............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 2
C. Manfaat Penelitian.................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 3
A. Pengertian Hipertensi ............................................................................................... 3
B. Etiologi Hipertensi ................................................................................................... 3
C. Faktor Risiko Hipertensi .......................................................................................... 3
D. Epidemiologi Hipertensi .......................................................................................... 4
E. Klasifikasi Hipertensi ............................................................................................... 4
F. Patofisiologi ............................................................................................................. 5
G. Manifestasi Klinis .................................................................................................... 5
H. Diagnosis .................................................................................................................. 5
I. Tatalaksana............................................................................................................... 6
J. Komplikasi ............................................................................................................. 10
BAB III ................................................................................................................................. 11
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HIPERTENSI .................................................. 11
A. Pencegahan dan Pengendalian Hipertensi .............................................................. 11
B. Program Pencegahan dan Pengendalian Hipertensi di Puskesmas ........................ 12
BAB IV KESIMPULAN ...................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 18

i
Upaya Pengendalian dan Pencegahan Hipertensi pada Masyarakat
Rizki Oktabiriya, Sella Felina, Alysia Ridharaudha Zahrania, Adi Nur Afif, Didit
Kuswanto, Dhiastika Nanda Sari, Atika Fatwa Yukhabilla, Tasya Rasyidah

ABSTRAK

Semakin bertambahnya usia lansia maka semakin kompleks penyakit yang


akan diderita. Salah satu penyakit yang paling sering diderita pada lansia adalah
hipertensi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada
pengulangan pengukuran tekanan darah sebanyak dua kali harus cukup istirahat dan
dalam keadaan tenang dengan selang waktu lima menit. Pada kondisi peningkatan
darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persistent) dapat menyebabkan
resiko penyakit seperti stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung, dan
kerusakan ginjal. Faktor pemicu hipertensi dapat dibagi menjadi yang tidak dapat
dikontrol (seperti keturunan, jenis kelamin, dan usia) dan yang dapat dikontrol
(seperti obesitas, kurang olahraga, merokok, dan konsumsi alkohol dan garam).
Promosi kesehatan sebagai upaya yang dilakukan untuk menurunkan prevalensi
penderita hipertensi. Menurut Kemenkes RI, upaya pencegahan dan pengendalian
pada tahun 2019 adalah meningkatkan KIE terkait CERDIK dan PATUH di
masyarakat, meningkatkan kesadaran diri di masyarakat dengan rutin memeriksakan
tekanan darah, mempermudah akses pelayanan FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama) , mencegah komplikasi. Hipertensi dalam pelayanan terpadu PTM, dan
pemberdayaan masyarakat melalui Posbindu untuk deteksi dini dan pemantauan
faktor risiko hipertensi.

Kata Kunci: Pengendalian, Pencegahan, Hipertensi, CERDIK, PATUH

iii
Prevention and Control Hypertension in The Community
Rizki Oktabiriya, Sella Felina, Alysia Ridharaudha Zahrania, Adi Nur Afif, Didit
Kuswanto, Dhiastika Nanda Sari, Atika Fatwa Yukhabilla, Tasya Rasyidah

ABSTRACT

The older the elderly, the more complex the disease will be. One of the most
common diseases in the elderly is hypertension. Hypertension or high blood pressure
is an increase in systolic blood pressure of more than 140 mmHg and diastolic blood
pressure of more than 90 mmHg on repeated blood pressure measurements twice, you
must have enough rest and be in a calm state with an interval of five minutes. In
conditions of increased blood pressure that lasts for a long time (persistent) can
increase the risk of diseases such as stroke, aneurysm, heart failure, heart attack, and
kidney damage. Factors that trigger hypertension can be divided into those that cannot
be controlled (such as heredity, gender, and age) and those that can be controlled
(such as obesity, lack of exercise, smoking, and alcohol and salt consumption). Health
promotion as an effort to reduce the prevalence of hypertension sufferers. According
to the Indonesian Ministry of Health, prevention and control efforts in 2019 are to
increase KIE related to CERDIK and PATUH in the community, increase self-
awareness in the community by regularly checking blood pressure, facilitating access
to FKTP (First Level Health Facilities) services, preventing complications.
Hypertension in integrated PTM services, and community empowerment through
Posbindu for early detection and monitoring of hypertension risk factors.

Keyword: Prevention, Control, Hypertension, CERDIK, PATU

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah terjadinya peningkatan tekanan
darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan jarak waktu pemeriksaan 5 menit dalam keadaan istirahat.
Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama karena
prevalensinya yang tinggi di seluruh dunia. Sekitar 7,5 Juta kematian atau 12,8 % dari
total seluruh kematian tahunan di seluruh dunia terjadi akibat tekanan darah tinggi.
Diperkirakan angka ini akan meningkat menjadi 1,56 miliyar orang dewasa dengan
hipertensi (Singh, et al., 2017). Menurut data World Health Organization (WHO) tahun
2015 sekitar 1,3 Miliar orang di dunia terdiagnosis hipertensi dan diperkirakan pada
tahun 2025 sekitar 1,5 Miliar orang terkena hipertensi, dan diperkirakan 9,4 Juta orang
setiap tahunnya meninggal akibat hipertensi beserta komplikasinya. Hasil Riskesdas
tahun 2018 menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2013
sebesar 25,8% yang mana mengalami peningkatan menjadi sebesar 34,1%.
Diperkirakan bahwa hanya sepertiga kasus hipertensi yang terdiagnosis dan sisanya
tidak terdiagnosis (Kemenkes, 2019).
Hipertensi sering disebut sebagai Silent Killer dikarenakan gejalanya jarang
sekali terlihat pada awal hingga sampai terjadi keparahan seperti serangan jantung,
stroke, ataupun gagal ginjal. Meskipun sebagian besar pasien hipertensi bersifat
asimptomatik, namun juga banyak pasien hipertensi yang mengeluhkan sakit kepala,
gangguan penglihatan maupun episode pingsan (Singh, et al., 2017).
Risiko terjadinya hipertensi sangat dipengaruhi oleh usia dan riwayat keluarga.
Faktor lain yang mempengaruhi hipertensi yaitu jenis kelamin dan ras. Prevalensi
hipertensi sama antara pria maupun wanita. Namun prevalensi hipertensi lebih tinggi
pada pria dibandingkan wanita sebelum usia 30 tahun. Pada usia 60 tahun, disebutkan
bahwa pernyataan ini berkebalikan dan wanita memiliki prevalensi lebih tinggi
(Bantas & Gayatri, 2019). Pada perbedaan ras dan etnis juga jelas pada orang Afrika-
Amerika lebih berat dan memiliki onset usia lebih dini dibandingkan dengan ras
Kaukasia (Unger, et al., 2020 ).

1
2

Oleh karena itu pemerintah menghimbau masyarakat untuk mengendalikan


faktor risiko penyakit hipertensi, seperti melakukan cek kesehatan secara berkala,
menghindari asap rokok, rajin beraktifitas fisik, diet yang sehat dan seimbang, istirahat
yang cukup dan kelola stres (CERDIK) sehingga dapat mengurangi faktor risiko dan
deteksi dini penyakit tidak menular (PTM) (Kemenkes, 2019).
Upaya dalam pencegahan hipertensi dapat dilakukan dengan metode promosi
kesehatan. Dengan adanya promosi kesehatan dapat mengurangi beban perekonomian
negara akibat dari adanya penyakit tidak menular (PTM). Program pengendalian PTM
maupun berbagai faktor risikonya dilaksanakan meliputi pencegahan, deteksi dini,
pengobatan, pengendalian, daan rehabilitasi. Kegitan pencegahan dan deteksi dini
dapat dilaksanakan pada pos pelayanan terpadu (Posbindu) PTM. Sedangkan untuk
kegiatan pengobatan dan rehabilitasi dilaksanakan di fasillitas pelayanan kesehatan
(Kuba, et al., 2021).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi, etiologi, epidemiologi, faktor risiko, klasifikasi,
komplikasi, edukasi, dan prognosis pada penderita hipertensi ?
2. Bagaimana diagnosis hipertensi ?
3. Bagaimana tatalaksana hipertensi pada masyarakat?
4. Bagaimana upaya pencegahan kasus hipertensi pada masyarakat?

C. Manfaat Penelitian
a. Bagi Mahasiswa
Dapat mengetahui upaya pengendalian, penanganan, epidemiologi,
etiologi, gejala klinis, diagnosis, dan prognosis pada hipertensi.
b. Bagi Masyarakat
Menambah pengetahuan tentang hipertensi pada masyarakat dan
membantu memahami apa saja upaya pencegahan dan pengendalian
hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah kondisi di mana hasil pengukuran tekanan darah yang tinggi
dalam waktu yang lama. Seseorang dapat dikatakan mengidap hipertensi apabila
dalam pengukuran tekanan darah sistol melebihi 140 mmHg serta dengan tekanan
diastole melebihi 90 mmHg dalam 2 kali pengecekan tekanan darah dalam rentang
waktu 5 menit saat pasien tenang atau pada saat istirahat. Dalam waktu yang lama,
kondisi ini akan menyebabkan komplikasi yang serius seperti munculnya penyakit
gagal ginjal, serangan jantung, gagal jantung, stroke serta aneurisma (Kemenkes RI,
2017).

B. Etiologi Hipertensi
Berikut di bawah ini merupakan penyebab dari hipertensi berdasarkan tipenya:
1) Hipertensi primer atau biasa disebut hipertensi esensial, belum dapat
diketahui secara pasti sebabnya dan juga tidak ada penyebab sekunder
yang menjadi dasar. Genetika dan ras berperan dalam perkembangan
hipertensi esensial; tidak ada gangguan renovaskular, gagal ginjal, atau
penyakit lain. (Harrison, Coffman, and Wilcox 2021).
2) Hipertensi sekunder. Ada penyakit seperti kelainan pembuluh darah,
ginjal, masalah kelenjar tiroid (hipertiroidisme), hipotiroid, Renal artery
stenosis, dan penyakit parenkim yang dapat sebagai penyebab sekunder
dari diagnosis hipertensi (Freihage, Nanjundappa, and Dieter 2008).

C. Faktor Risiko Hipertensi


Faktor yang dapat mempengaruhi tingginya tekanan darah diantaranya :
a. Genetik
b. Obesitas
c. Jenis Kelamin
d. Stres
e. Kurang olahraga
f. Pola asupan garam dalam diet
g. Kebiasaan merokok (Nuraini, 2015)
3
4

D. Epidemiologi Hipertensi
Berdasarkan data WHO (2015) menunjukkan bahwa terdapat kurang lebih 1,13
miliar orang di dunia menderita hipertensi dan paling banyak dialami oleh negara
dengan pendapatan yang rendah. Prevalensi hipertensi di Indonesia sekitar 34,11%
dengan dengan kasus tertinggi di Kalimantan Selatan (44,1 %), sedangkan di provinsi
Jawa Tengah yaitu sebesar 37,2 % (Riskesdas, 2018).

E. Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua yaitu hipertensi primer
(esensial) dan hipertensi sekunder (non-esensial):
a. Hipertensi Primer (Esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi yang penyebab dan mekanismenya
tidak diketahui. Hipertensi primer tidak dapat disembuhkan tetapi dapat
dikontrol. Pemegang perana penting dalam patogenesis hipertensi primer yaitu
faktor genetik. Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi
primer (Marselli et al, 2007)
b. Hipertensi Sekunder (Non essensial)
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit
komorbid atau efek samping dari obat-obatan tertentu. Penyebab sekunder yang
paling umum dijumpai adalah disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau
penyakit renovaskular, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar
adrenal (hiperaldosteronisme) dan lain-lain. Obat-obat tertentu dapat
menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan
tekanan darah. Kurang dari 10 % kasus adalah pasien dengan hipertensi sekunder
dan penyebabnya dapat diketahui secara pasti (Longo et al, 2011).

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Dewasa (umur >18 tahun) menurut JNC VIII

Kategori TDS (mmHg) TDD (mmHg)


Normal < 120 dan < 80
Pre-hipertensi 120 s/d 139 atau 80 s/d 89
Hipertensi grade 1 140 s/d 159 atau 90 s/d 99
Hipertensi grade 2 ≥ 160 atau ≥ 100
5

F. Patofisiologi
Mekanisme hipertensi diawali dengan terjadinya perubahan angiotensin I
menjadi angiotensin II oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). Hepar
memproduksi angiotensinogen yang kemudian dialirkan melalui darah. Kemudian
hormon renin yang diproduksi oleh ginjal akan mengubah angiotensinogen menjadi
angiotensin I. Selanjutnya angiotensin I akan diubah menjadi angiotensin II Oleh ACE
yang terdapat di paru-paru. Angiotensin II meningkatkan tekanan darah melalui tiga
mekanisme. Mekanisme pertama adalah dengan cara meningkatkan sekresi hormon
aldosteron. Hormon aldosteron diproduksi oleh kelenjar adrenal, bekerja dengan cara
meningkatkan reabsorbsi Na dan H2O. Apabila hormon aldosteron meningkat maka
akan meningkatkan volume darah dan menyebabkan peningkatkan tekanan darah.
Mekanisme kedua adalah dengan menyebabkan vasokonstriksi. Apabila diameter
pembuluh darah menyempit maka akan meningkatkan tekanan darah. Mekanisme
yang ketiga yaitu dengan cara menstimulasi sekresi hormon antidiuretik (ADH) oleh
kelenjar pituitari. ADH memiliki efek reabsorbsi H2O yang dapat meningkatkan
volume dan tekanan darah (Sherwood, 2013).

G. Manifestasi Klinis
Pada umumnya penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Hipertensi
adalah the sillent killer. Penderita baru mempunyai keluhan setelah mengalami
komplikasi (Setiati et al, 2014). Berikut gejala yang biasanya dialami penderita
hipertensi :
- Otak dan mata : Sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient ischemic
attacks, defisit sensoris atau motoris.
- Jantung : Palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki
- Ginjal : Haus, poliuria, nokturia, hematuri, hipertensi di sertai kulit pucat anemis
- Arteri perifer : Ekstremitas dingin, klaudikasio intermiten (Setiati et al, 2014)

H. Diagnosis
Penegakan diagonosis hipertensi dapat dilakukan dengan cara:
1. Anamnesa
a. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah Indikasi adanya
hipertensi sekunder :
6

- Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal


- Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri, pemakaian
obat-obatan analgesik dan obat/bahan lain
- Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi
(feokromositoma)
- Episode lemah otot dan tetani
b. Faktor resiko
c. Gejala kerusakan organ
d. Pengobatan anti hipertensi sebelumnya
e. Faktor-faktor pribadi, keluarga dan lingkungan

2. Pemeriksaan Fisik
Pengukuran tekanan darah dilakukan pada penderita yang dalam keadaan
nyaman dan relaks, dan dengan tidak tertutup/tertekan pakaian.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang hipertensi terdiri dari : tes darah rutin, glukosa
darah (sebaiknya puasa), kolestrol total serum, kolestrol HDL dan LDL,
trigliserida serum (puasa), asam urat serum, kreatinin serum, kalium serum,
hemoglobin dan hematokrit, urinalisis (uji carik celup serta sedimen urin),
elektrokardiogram.
Evaluasi pasien hipertensi juga diperlukan untuk menentukan adanya
penyakit penyerta sistemik, yaitu: aterosklerosis (melalui pemeriksaan profil
lemak), diabetes, fungsi ginjal (Setiati et al, 2014).

I. Tatalaksana
a. Tatalaksana Non Farmakologis
Tatalaksana non farmakologis yang dilakukan dengan memodifikasi gaya
hidup merupakan salah satu cara menghindari hipertensi. Modifikasi gaya
hidup bagi penderita hipertensi menurut JNC VIII sebagai berikut:
1) Penurunan Berat Badan
Menurunkan berat badan 10 kg dapat mengurangi tekanan sistolik 5-
20 mmHg. Kemudian ukuran lingkar pinggang yang direkomendasikan
adalah pada pria kurang dari 94 cm dan kurang dari 80 cm untuk wanita.
7

Mengurangi asupan kalori dan meningkatkan aktivitas fisik untuk


mempertahankan indeks massa tubuh <25 kg/m2.
2) Adopsi Pola Makan Dietary Approaches to Stop Hypertension
(DASH)
Diet makanan dengan lebih banyak konsumsi buah, sayur-sayuran,
produk susu rendah lemak, kaya potassium dan kalsium, serta mengurangi
konsumsi lemak jenuh merupakan anjuran yang dapat menurunkan
tekanan darah sistolik sekitar 8-14 mmHg.
3) Pembatasan Garam Harian
Pola makan yang sehat adalah membatasi jumlah asupan garam.
Restriksi atau pembatasan garam harian dapat menurunkan tekanan darah
sistolik 2-8 mmHg. Anjuran Konsumsi sodium chloride ≤6 g/hari (100
mmol sodium/hari).
4) Lakukan Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik intensitas sedang yang rutin dilakukan setiap hari
dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4-9 mmHg.
5) Hindari Alkohol dan Rokok
6) Manajemen emosi atau stres
Tekanan darah tinggi atau hipertensi dapat diakibatkan oleh stres
yang diderita individu hal ini dapat ditangani dengan teknik relaksasi
dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan beban kerja jantung.
b. Tatalaksana Farmakologis
Tujuan utama terapi hipertensi yaitu mencapai dan
mempertahankan target tekanan darah. Jika target tekanan darah tidak
tercapai dalam 1 bulan perawatan, tingkatkan dosis obat awal atau
tambahkan obat kedua dari salah satu kelas yang direkomendasikan
dalam rekomendasi 6 (thiazide-type diuretic, CCB, ACEI, atau ARB).
Jika target tekanan darah tidak tercapai dengan 2 obat, tambahkan dan
titrasi obat ketiga dari daftar yang tersedia. Jangan menggunakan obat
golongan ACEI dan ARB secara bersamaan pada satu pasien. Jika target
tekanan darah tidak dapat dicapai menggunakan obat di dalam
rekomendasi 6 karena kontraindikasi atau perlu menggunakan lebih dari

3 obat, obat antihipertensi kelas lain dapat digunakan. Rujukan ke dokter


8

spesialis hipertensi mungkin diindikasikan jika target tekanan darah tidak


dapat tercapai dengan strategi diatas atau untuk penanganan pasien
komplikasi.

Gambar 1. Alogaritma Pedoman Hipertensi JNC VII


9

Tabel 2. Obat Antihipertensi yang direkomendasikan dalam JNC VIII

Antihypertention Initial Daily Target Dose No. of


Medication Dose (mg) (mg) Doses/day

ACE Inhibitor (ACEI)

Captopril 50 150-200 2

Enlapir 5 20 1-2

Lisinopril 10 40 1

Angiotensin Receptor Blockers (ARB)

Eprosartan 400 600-800 1-2

Candesartan 4 12-32 1

Losartan 50 100 1-2

Valsartan 40-80 160-320 1

Irbesartan 75 300 1

β-Blocker

Atenolol 25-50 10 1

Metoprolol 50 100-200 1-2

Calcium Canal Blocker (CCB)

Amlodipine 2,5 10 1

Diltiazem extended
120-180 360 1
released

Nifedipin 10 20 1-2

Thiazide type diuretic

Bendroflumethiazide 5 10 1
10

Chlorthalidone 12,5 12,5 - 25 1

Hydrochlorothiazide 12,5-25 25 - 100 1-2

Indapamide 1,25 1,25 - 2,5 1

J. Komplikasi
Hipertensi dapat menyebabkan dampak pada beberapa organ yaitu:
1) Jantung
Hipertensi kronis akan menyebabkan infark miokard, infark miokard
tersebut akan menyebabkan kebutuhan oksigen pada miokardium tidak
terpenuhi sehingga menyebabkan iskemia jantung serta terjadilah infark
2) Ginjal
Tekanan tinggi kapiler glomerulus ginjal akan mengakibatkan kerusakan
progresif sehingga mengakibatkan gagal ginjal. selain itu kerusakan pada
glomerulus menyebabkan aliran darah ke unit fungsional juga ikut terganggu
sehingga tekanan osmotik menurun kemudian hilangnya kemampuan pemekatan
urin yang menimbulkan nokturia.
3) Otak
Tekanan tinggi di otak disebabkan oleh embolus yang terlepas dari
pembuluh darah di otak, sehingga timbulah stroke. Stroke dapat terjadi apabila
terdapat penebalan pada arteri yang memperdarahi otak, hal ini menyebabkan
aliran darah yang diperdarahi otak berkurang (Nuraini 2015).
BAB III
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HIPERTENSI

A. Pencegahan dan Pengendalian Hipertensi


Upaya preventif untuk menurunkan penderita hipertensi dapat dilakukan melalui
promosi kesehatan. Promosi kesehatan dapat mengurangi dampak faktor risiko yang
terkait dengan determinan kesehatan yang luas yang mengarah pada penyakit dan
meningkatkan kualitas hidup individu dan masyarakat. Kegiatan promosi kesehatan
perlu direncanakan, dipantau dan dievaluasi. Oleh karena itu, strategi yang baik tetap
menjadi prasyarat yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi promosi kesehatan.
Program pencegahan PTM dan faktor risikonya dilaksanakan mulai dari pencegahan,
deteksi dini, pengobatan, pengendalian dan rehabilitasi. Kegiatan pencegahan dan
deteksi dini dapat dilakukan di Posbindu PTM (Pos Bina Terpadu), sedangkan deteksi
dini, pengobatan dan rehabilitasi dilakukan di fasilitas kesehatan. Kegiatan Posbindu
PTM dilaksanakan untuk mendukung pengendalian hipertensi yang sesuai dengan
kondisi sosial budaya setempat (Saraswati Dian and Novianti Siti, 2019).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan mengajak masyarakat untuk dapat
memimpin generasi muda dan lanjut usia yang sehat bebas dari penyakit tidak menular
(PTM) dengan tindakan “CERDIK” . "CERDIK" adalah jargon kebersihan di mana
setiap huruf mewakili: Lakukan pemeriksaan rutin, singkirkan asap rokok, lakukan
aktivitas fisik secara teratur, makan makanan yang sehat dan berkalori seimbang,
istirahat yang cukup, dan kelola stress. Penerapan "CERDIK" membantu mengurangi
faktor risiko dan mendeteksi PTM sejak dini. Perilaku cerdik dalam mengontrol
Hipertensi dengan cara melakukan pemeriksaan kesehatan rutin minimal setahun
sekali untuk memeriksa tekanan darah, berat badan, lingkar perut dan kolesterol, bagi
perokok aktif dapat berusaha untuk berhenti merokok dan rajin olahraga setidaknya 30
menit per hari atau 3-5 kali dalam seminggu, melakukan diet sehat dan seimbang
dengan mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan, kemudian mengurangi asupan
gula, garam dan lemak yang tinggi, melakukan istirahat yang cukup sekitar 6-8
jam/hari, dan kendalikan stres dengan melakukan aktivitas sesuai minat, menonton
televisi, dan berbincang dengan teman dekat/ rekan lainnya (Kemenkes, 2019).

11
12

Promosi perilaku cerdik dapat dilaksanakan di Puskesmas pandu PTM


(pelayanan terpadu PTM) dan Posbindu PTM (pos pembinaan terpadu PTM) di
masyarakat (Kemenkes, 2017). Menurut Kemenkes RI, promosi perilaku cerdik dapat
dilaksanakan di beberapa tempat seperti di lingkungan rumah, sekolah, tempat kerja,
tempat ibadah dan juga di tempat umum, sehingga perlu adanya kerjasama antar
anggota masyarakat (Kemenkes, 2016).

B. Program Pencegahan dan Pengendalian Hipertensi di Puskesmas


Pelayanan masyarakat yang memegang peranan penting dalam pengendalian
Penyakit Tidak Menular adalah Puskesmas. Pengendalian faktor risiko, promosi
kesehatan, deteksi dini dan pemantauan kasus sakit tercantum dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2015 tentang Penanggulangan
Penyakit Tidak Menular. Puskesmas harus melaksanakan pencegahan primer,
sekunder, dan tertier jika merujuk pada P2PTM (Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Tidak Menular) Kementerian Kesehatan RI tahun 2017. Yang termasuk
dalam pencegahan primer seperti mengurangi faktor risiko dengan melakukan promosi
kesehatan yang berhubungan dengan diet, diantaranya mengurangi konsumsi garam,
melakukan olahraga teratur, dan berhenti merokok atau hindari asap rokok, diteruskan
dengan pencegahan yang sekunder seperti melakukan deteksi dini pada penyakit tidak
menular dan pencegahan tersier diantaranya pemantauan atau evaluasi dan pengobatan
untuk menaikkan kualitas hidup pasien. Menurut Kemenkes RI telah dilakukan upaya
untuk mencegah dan mengendalikan penyakit tidak menular pada tahun 2019, yang
mana akhirnya meningkatkan KIE terkait perilaku dan kepatuhan di masyarakat,
meningkatnya wawasan di masyarakat sehingga masyarakat semakin sadar akan
pentingnya pemeriksaan tekanan darah rutin, mempermudah akses masyarakat yang
ingin ke Fasilitas Kesehatan Primer, pelayanan PTM terpadu sebagai tempat
pencegahan komplikasi dari hipertensi, dan Melalui Pos binaan terpadu Penyakit Tidak
Menular melakukan pemberdayaan masyarakat agar bisa melakukan pendeteksian dini
dan pemantauan hal-hal yang berkaitan dengan faktor risiko dari hipertensi
(Kemenkes, 2019).

Upaya yang dilakukan di Puskesmas meliputi promotif dan pencegahan dengan


kegiatan sosialisasi dengan melakukan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi),
deteksi dini atau menemukan kasus baru, kerjasama dengan melakukan pemberdayaan
13

masyarakat (Kuba, et al. 2021).


1) Penyuluhan/KIE
Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pencegahan dan
pengendalian hipertensi dengan cara memberikan penyuluhan di dalam dan di luar
gedung Puskesmas. Penyuluhan yang dilakukan diantaranya adalah sosialisasi di ruang
tunggu dan sesi konseling perorangan yang dilakukan kepada setiap pasien pada saat
berobat di dalam gedung Puskesmas sedangkan penyuluhan yang dilakukan luar
gedung puskesmas adalah sosialisasi yang dilaksanakan pada setiap di setiap kegiatan
puskesmas yang dilakukan di luar gedung misalnya seperti konseling individu dan
penyuluhan pada suatu daerah atau kelompok tertentu pada program yang diadakan
Puskesmas di suatu Kelurahan dan Kecamatan seperti kegiatan atau program Program
Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis), Pos Binaan Penyakit Terpadu (Posbindu) dan
program Aku Datang Sambutlah Aku (Kudasaku). Penyuluhan-penyuluhan tersebut
dilaksanakan bersamaan dengan memperkenalkan dan menggunakan jargon perilaku
cerdik yang merupakan singkatan dari cek kesehatan, enyahkan asap rokok, rajin
berolahraga, diet seimbang, istirahat yang cukup, dan kelola stress sebagai cara mudah
mengingat hal yang perlu dilakukan dalam kehidupan sehari-hari untuk menghindari
dan mengurangi faktor risiko. Puskesmas juga menyediakan poster, brosur dan leaflet
yang berisikan edukasi tentang kesehatan yang dibagikan kepada masyarakat.
Diharapkan dengan menggunakan media yang menarik dapat mempermudah akses
dan pemahaman masyarakat terhadap informasi medis serta pencegahan dan
pengendalian hipertensi.
2) Deteksi dini
Untuk menemukan faktor risiko terhadap adanya penyakit tidak menular perlu
dilakukan deteksi dini sesegera mungkin. Anamnesis singkat dapat dilakukan baik
pada kelompok masyarakat yang beresiko maupun tidak beresiko, selain itu juga dapat
dilakukan pengukuran tensi di layanan kesehatan ataupun program-program yang
dilakukan Puskesmas pada daerah-daerah yang dikunjungi. Layanan skrining
kesehatan seperti pemeriksaan tekanan darah sudah disediakan oleh Puskesmas
melalui program-program yang dapat diakses di masyarakat seperti:
- Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular) ini
merupakan layanan medis yang hadir di tengah masyarakat yang berfungsi untuk
pemeriksaan kesehatan individu dan konsultasi yang dilakukan setiap bulan.
14

Kegiatan ini dilaksanakan oleh kader kesehatan di setiap desa atau daerah.
Pelaksanaan posbindu dilaksanakan pada tingkat RW dan dilakukan bergilir
setiap bulan.
- Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) merupakan sebuah program
yang diperuntukkan bagi pemegang kartu kesehatan BPJS (Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial) dengan kondisi penyakit kronis, termasuk salah
satunya adalah hipertensi. Kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah
pemeriksaan kesehatan pasien, penyuluhan atau edukasi dan kegiatan yang
dilakukan secara berkelompok seperti senam bersama yang dilaksanakan setiap
bulan.
- Kudasaku (aku datang sembuhlah aku) adalah salah satu inovasi Puskesmas
terbaru yang diharapkan bisa meningkatkan kesadaran masyarakat akan
kesehatan melalui penyuluhan kelompok, konsultasi perorangan dan juga
pemeriksaan kesehatan.Program ini dilakukan untuk membantu deteksi dini
pada masyarakat yang diselenggarakan oleh Puskesmas. Dengan adanya
program ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kesadaran dan juga
mempermudah akses masyarakat dalam rutin mengontrol kesehatannya.
3) Kemitraan
Kemitraan yang dimaksud disini adalah suatu Kerjasama yang dilakukan oleh
Puskesmas dengan lintas sektor dari dinas dinas yang terkait seperti antara dinas
kesehatan, dinas sosial, kecamatan dan juga sekolah yang berada di wilayah kerja
Puskesmas, Kelurahan, Pimpinan lembaga RW dan RT, PKK hingga Karang Taruna .
Diharapkan dengan adanya kerja sama yang baik dari berbagai sektor sehingga setiap
program yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan mendapatkan dukungan
dan kemudahan dari sektor yang berbeda-beda sehingga dapat mudah diterima oleh
masyarakat dan menghasilkan keluaran yang baik. Kegiatan yang dilakukan dengan
bantuan kerjasama antar sektor ini diantaranya adalah penyuluhan tentang bahaya
15

merokok terutama di sekolah, pelaksanaan sosialisasi perilaku cerdik di kegiatan yang


diadakan baik kecamatan dan juga di desa.

4) Pemberdayaan masyarakat
Cara yang dapat dilakukan untuk menggerakkan masyarakat secara mandiri agar
tetap sehat diantaranya adalah kegiatan Pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan
masyarakat bisa didapatkan dengan melakukan kerja sama yang baik dengan tokoh
masyarakat dan organisasi masyarakat, hingga tersedianya program Posbindu yang
dijalankan oleh masyarakat dan juga untuk masyarakat.
Dalam bentuk sosialisasi dari program yang dilaksanakan puskesmas, petugas
Puskesmas perlu melakukan kolaborasi dengan melakukan pendekatan kepada tokoh
masyarakat mulai dari tingkat tertinggi seperti Camat, lalu Lurah, Ketua RW/RT
hingga organisasi yang ada pada masyarakat seperti PKK, Dasa Wisma, dan Karang
Taruna untuk melakukan pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan jargon
Cerdik. Hal ini dilakukan dengan harapan para petinggi dan tokoh ini dapat menjadi
contoh bagi masyarakat disekitarnya, dan organisasi yang ada dapat meningkatkan
minat anggotanya dan masyarakat untuk mengikuti rangkaian program yang
disediakan Puskesmas.
Puskesmas juga harus memantau perkembangan dari kegiatan dan programnya
seperti Posbindu yang dijalankan oleh kader kesehatan sebagai bagian dari
pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan yang dilakukan terhadap kader kesehatan
diharapkan agar para kader dapat menjalankan posbindu secara mandiri, diantaranya
dengan memberikan edukasi dan pelatihan kepada para kader kesehatan yang dipilih
oleh masyarakat dan petugas Puskesmas, sehingga meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam pentingnya menjaga kesehatan. Urutan kegiatan yang dilaksanakan
adalah pemeriksaan kesehatan dan konsultasi perorangan tentang faktor risiko
hipertensi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Seprina et al., mengenai hubungan
antara perilaku cerdik dengan pengendalian tekanan darah pada lansia, diketahui
bahwa 60% responden melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Pemeriksaan
kesehatan rutin yang dimaksud adalah mengukur tekanan darah pasien penderita
hipertensi. Hal ini menuntut pasien untuk patuh terhadap pengobatan antihipertensi
16

karena jika hipertensi tidak terkontrol akan menimbulkan komplikasi. Perilaku


merokok yang tidak dapat dikontrol oleh beberapa responden dikarenakan menurut
responden untuk melepas rokok tersebut membutuhkan waktu dan tidak mudah untuk
segera berhenti. Perilaku merokok mempunyai hubungan yang signifikan dengan
prevalensi hipertensi pada laki-laki. Oleh karena itu, perlu adanya edukasi untuk
menghindari kebiasan merokok. Berdasarkan pengamatan peneliti responden yang
tidak rajin aktivitas fisik dikarenakan tidak mempunyai waktu yang cukup. Kurangnya
aktivitas fisik meningkatkan resiko menderita hipertensi. Senam lansia merupakan
salah satu olahraga yang diselenggarakan oleh Puskesmas setiap hari jumat pada
kegiatan prolanis. Melakukan aktivitas fisik seperti senam dapat mempengaruhi
kontrol tekanan darah pada lansia. Mengurangi konsumsi garam dapat mengurangi
asupan garam dalam tubuh. Diet rendah garam pada makanan biasa maupun lunak
dapat menurunkan tekanan darah pasien. Jika dilakukan pelatihan diet rendah garam
setiap bulannya di posyandu hal ini dapat mengingatkan lansia bahwa perlunya diet
rendah garam untuk mengontrol tekanan darahnya. Edukasi kepada lansia perlu untuk
tetap menjaga istirahat yang cukup karena ini efektif untuk mencegah terjadinya
hipertensi karena lansia yang memiliki kualitas tidur yang baik dapat mengontrol
tekanan darah. Penting untuk mengelola stress, jika seseorang mengalami stres hormon
adrenalin akan meningkat dan akan terjadi peningkatan denyut jantung yang
mengakibatkan hipertensi (Seprina, et al. 2022).
Edukasi kesehatan yang diberikan kepada pasien tidak serta merta membuat
pasien melakukan program PATUH. Petugas kesehatan memberikan informasi
langsung tentang cara mencegah tekanan darah tinggi seperti menjaga berat badan
ideal, berolahraga secara teratur, makan makanan rendah lemak dan tinggi serat,
mengurangi garam, tidak mengkonsumsi alkohol, berhenti merokok dan mengurangi
konsumsi kafein. Dukungan tenaga kesehatan yang terampil dalam memberikan
pendidikan kesehatan inilah yang menjadi acuan atau referensi untuk mempengaruhi
perilaku kepatuhan dari seseorang. Pendidikan kesehatan diberikan kepada pasien
dengan tujuan membantu pasien meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilannya dalam melaksanakan program PATUH (Safitri, et al. 2020).
BAB IV
KESIMPULAN

Semakin bertambahnya usia lansia maka semakin kompleks penyakit yang akan
diderita. Salah satu penyakit yang paling sering diderita pada lansia adalah hipertensi.
Definisi dari hipertensi adalah kondisi tekanan darah meningkat tinggi. Hipertensi atau
tekanan darah tinggi adalah kondisi ketika tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan diastolik lebih dari 90 mmHg. Jika pada pengulangan pengukuran tekanan darah
sebanyak dua kali harus cukup istirahat dan dalam keadaan tenang dengan selang
waktu lima menit. Pada kondisi peningkatan darah yang berlangsung dalam jangka
waktu lama (persistent) dapat menyebabkan resiko penyakit seperti stroke, aneurisma,
gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal. Berdasarkan data pada tahun
2018, sebanyak 427.218 penduduk Indonesia meninggal akibat hipertensi.
Promosi kesehatan sebagai upaya yang dilakukan untuk menurunkan prevalensi
penderita hipertensi. Pencegahan, identifikasi dini, pengobatan, pengendalian, dan
rehabilitasi merupakan langkah awal dalam pelaksanaan program pengendalian PTM
dan faktor risikonya. Peningkatan program KIE (Komunikasi Informasi Edukasi)
terkait perilaku Cerdas dan Taat di masyarakat, akan meningkatkan kesadaran diri di
masyarakat dengan rutin memeriksakan tekanan darah, mempermudah akses
pelayanan FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama), mencegah komplikasi akibat
hipertensi di pelayanan terpadu, dan melibatkan pemberdayaan masyarakat melalui
Posbindu untuk deteksi dini dan pemantauan faktor risiko hipertensi.

17
18

DAFTAR PUSTAKA

Bantas, K. & Gayatri, D., 2019. Gender and Hypertantion (Data analysis of The
Indonesia Basic Health Research 2007). Jurnal Epidemiologi Kesehatan
Indonesia, 3(1), pp. 7-18.
Dennison-himmelfarb C., Handler J. and Lackland D.T., 2014, 2014 Evidence Based
Guideline for the Management of High Blood Pressure in Adults Report from
the Panel Members Appointed to the Eighth Joint National Committee (JNC 8),
1097, 1–14.
Freihage, Jeffrey H., Aravinda Nanjundappa, and Robert S. Dieter. 2008. “Secondary
Hypertension: Etiology and Mechanism of Disease.” Therapy 5(6): 787–790.
Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J (eds.) Harrison’s
principles of internal medicine. Edisi ke18. New York: Mc Graw Hill; 2011
Harrison, David G., Thomas M. Coffman, and Christopher S. Wilcox. 2021.
“Pathophysiology of Hypertension: The Mosaic Theory and Beyond.”
Circulation Research: 847–863.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Program P2PTM dan Indikator.
Jakarta : Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Promosi Kesehatan. Jakarta:
Direktorat Promosi Kesehatan & Pemberdayaan Masyarakat.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Cegah Hipertensi dengan
CERDIK. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
RI.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Kendalikan Hipertensi dengan
Patuh. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
RI.
Kuba, Sanly., Nusawakan, Arwyn., Putra, Kukuh. (2021). Upaya Promotif Preventif
Dan Pengendalian Hipertensi Oleh Puskesmas Tegalrejo Kota Salatiga. Jurnal
Ilmiah Ilmu Kesehatan. Vo. 9, No. 2, 2021, hal 208-222. ISSN 2527-8487
Messerli FH, Williams B, Ritz E. Essential hypertension. Lancet. 2007;
370(9587):591-603
Nuraini B. (2015). Risk Factors Of Hypertension. Journal Majority. Vol. 4, No. 5,
Februari 2015:10-11
19

Sherwood L, 2013. Human physiology form cells to systems, the blood vessels and
blood presure. Eight Edition. Belmont, USA : Thomson Brooks/Cole.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
Safitri, Riza, Rahman. (2020). Determinan Pelaksanaan Program Patuh Pada Pasien
Hipertensi Di Puskesmas Gadang Hanyar Banjarmasin.
Seprina, Herlina, Bayhakki. (2022). Hubungan Perilaku CERDIK terhadap
Pengontrolan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi di Masa Pandemi
COVID-19. Journal of Holistic Nursing and Health Science. Vol. 5, No. 1,
June 2022 (Hal. 66-73).
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
jilid II. VI. Jakarta: Internapublishing: 2014:2259
Singh, S., Shankar, R. & Singh, G. P., 2017. Prevalence and Associated Risk Factors
of Hypertension:A Cross-Sectional Study in Urban Varanasi. International
Journal of Hypertension, Issue https://doi.org/10.1155/2017/5491838, pp. 1-
10.
Unger, T. et al., 2020 . 2020 International Society of Hypertension Global
Hypertension Practice Guidelines. ISH Global Hypertension Practice
Guidelines, pp. 1334-1357.
WHO. World Heath statistic Report 2015. Geneva: World health Organization; 2015.
https://www.who.int/health-topics/hypertension#tab=tab_1 (Diakses 10
Oktober,2022)
20
1

Anda mungkin juga menyukai