Anda di halaman 1dari 30

1

PROPOSAL

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PEMBERIAN TERAPI RENDAM KAKI AIR


HANGAT UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA SALAH SATU
ANGGOTA KELUARGA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BABAKAN KOTA MATARAM TAHUN 2020

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada program
pendidikan

Diploma III keperawatan Poltekes Kemenkes Mataram

Tahun 2019/2020

Oleh :

DWI WAHYUNI

NIM.P07120117056

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

TK III B/D III KEPERAWATAN

TAHUN 2019/20
2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................1

DAFTAR ISI..........................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang....................................................................3
B. Rumusan masalah..............................................................8
C. Tujuan penulisan................................................................8
D. Manfaat penulisan..............................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Asuhan Keperawatan Hipertensi...............................10
2. Terapi Rendam Kaki Air Hangat................................20
3. Kerangka teori..........................................................24
BAB III METODE STUDI KASUS
A. Rancangan studi kasus.............................................25
B. Subyek studi kasus...................................................25
C. Fokus studi................................................................25
D. Definisi Oprasional....................................................26
E. Tempat dan waktu.....................................................26
F. Pengumpulan data.....................................................27
G. Penyajian data...........................................................27
H. Etika studi kasus.......................................................28
I. Alat ukur evaluasi......................................................28

DAFTAR PUSTAKA
3

BAB 1

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai peningkatan tekanan

darah secara abnormal,baik tekanan diastol maupun tekanan sistol.

Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120-140 mmHg

tekanan sistol dan 80-90 mmHg tekanan diastol. Seseorang di

nyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya >140/90 mmHg.

Hipertensi dapat di klasifikasikan menjadi hipertensi primer dan

skunder. Hipertensi primer dapat didefinisikan suatu kondisi dimana

terjadi tekanan darah tinggi sebagai akibat atau dampak dari gaya

hidup seseorang dan faktor lingkungan. Sedangkan hipertensi skunder

adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan darah

tinggi sebagai akibat penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal

ginjal,atau kerusakan hormon tubuh. Hal ini juga dapat terjadi pada ibu

hamil (Hardianti dkk,2018).

Selain itu hipertensi juga dapat menimbulkan banyak

komplikasi terhadap organ-organ vital seperti jantung, otak, ginjal dan

paru-paru. Kardiovaskuler merupakan komplikasi yang paling sering

terjadi akibat hipertensi dan menjadi penyumbang kematian yang

cukup tinggi di dunia yaitu sekitar 9,5 juta pertahunnya (Hardianti

dkk,2018).

Dari data World Health Organization (WHO) tahun 2015

menunjukkan sekitar 1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi,

artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang

hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025

akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap
4

tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya

(Kemenkes RI,2019).

Menurut data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada

tahun 2019 menunjukkan, sebagaian besar kasus hipertensi di masyarakat

belum terdiagnosis. Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi

berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun ke atas

sebesar 34,1 persen, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan

terendah di Papua sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok

umur 35-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun

(55,2%), umur 65-74(63,2%), umur 75+(69,5%). diketahui bahwa sebesar

8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi

tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian besar penderita Hipertensi tidak mengetahui bahwa

dirinya Hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan (kemenkes

RI,2019)

Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2018,

prevalensi Hipertensi di provensi NTB (7,19%) dan angka nasional

(8,36%), Double Burden of Diseases (2017), mencatat bahwa kematian

akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) di Provinsi Nusa Tenggara Barat

semakin meningkat dan menjadi beban utama penyakit sejak tahun 2017

yang ditunjukkan dengan semakin tingginya proporsi penyebab kematian

PTM dibandingkan Penyakit Menular (PM) dan cedera. Jumlah estimasi

penderita hipertensi berusia lebih dari 18 tahun di Lombok barat sebanyak

45.211 jiwa, Lombok tengah sebanyak 61.733 jiwa, Lombok timur

sebanyak 92.005 jiwa, Sumbawa sebanyak 32.802 jiwa, Dompu sebanyak

14.977 jiwa, Bima sebanyak 34.453 jiwa, sumbawa barat sebanyak 8.891

jiwa, Lombok utara sebanyak 19.216 jiwa, Kota mataram sebanyak 37.190
5

jiwa, Kota bima sebanyak 11.633 jiwa. Berdasarkan profil kesehatan

provinsi NTB tahun 2018 Lombok Timur urutan pertama terbesar kasus

hipertensi (profil kesehatan NTB,2018).

Pada penderita hipertensi, tahanan perifer sistemik menjadi

lebih tinggi dari orang normal akibat adanya vasokontriksi pembuluh darah.

Itu berarti ventrikel kiri harus bekerja lebih kerasuntuk melawan tahanan

tersebut agar aliran darah maksimal sehingga suplai darah ke semua

jaringan tercapai sesuai kebutuhannya. Ventrikel kiri kemudian

mengompensasi keadaan tersebut dengan hipertropi sel-sel otot jantung.

Hipertropi ventrikel kiri memungkinkan jantung berkontraksi lebih kuat dan

mempertahankan volume sekuncup walaupun terjadi tahanan terhadap

aliran darah. Namun, lama kelamaan mekanisme kompensasi tersebut

tidak lagi mampu mengimbangi tekanan perifer yang tetap tinggi

(silbernagl,2007 dalam saputra,dkk ,2013).

Hipertensi salah satunya dapat mengakibatkan ketidakefektifan prefusi

jaringan perifer : serebral ginjal, jantung yang berhubungan dengan

gangguan sirkulasi darah. Pada umumnya peningkatan tekanan darah

didalam arteri terjadi karena beberapa sebab pertama, jantung memompa

lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan setiap detiknya.

Kedua, arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga

tidak dapat mengembang saat jantung memompa darah melalui arteri.

Oleh karna itu, setiap jantung berdenyut darah dipaksa untuk melalui

pembuluh darah yang sempit sehingga menyebabkan peningkatan tekanan

darah menjadi naik (M Adib, 2011).

Oleh karena itu, pengobatan awal pada hipertensi sangatlah

penting karena dapat mencegah timbulnya komplikasi pada beberapa


6

organ tubuh seperti jantung, ginjal dan otak. Untuk pengobatan

hipertensi tidak hanya menggunakan obat-obatan, karena

menimbulkan efek samping yang sangat berat, selain itu menimbulkan

ketergantungan apabila penggunaan obat dihentikan dapat

menyebabkan peningkatan resiko terkena serangan jantung atau

stroke (Surendra, 2007). Pengobatan untuk pasien hipertensi bisa

dilakukan secara farmakologis dan non farmakologis. Secara non-

farmakologis dapat dilakukan dengan mengubah gaya hidup yang

lebih sehat dan melakukan terapi rendam kaki menggunakan air

hangat yang mudah dilakukan setiap saat (Kusumaastuti,2008 dalam

Santoso, dkk , 2014).

Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi

tubuh sehingga rendam kaki air hangat dapat digunakan sebagai

salah satu terapi yang dapat memulihkan otot sendi yang kaku serta

menyembuhkan stroke apabila dilakukan melalui kesadaran dan

kedisiplinan. Hangatnya air membuat sirkulasi darah menjadi lancar.

Oleh karena itu, penderita hipertensi dalam pengobatannya tidak

hanya menggunakan obat-obatan, tetapi bisa menggunakan alternatif

non-farmakologis dengan menggunakan metode yang lebih mudah

dan murah yaitu dengan menggunakan terapi rendam kaki air hangat

yang bisa dilakukan di rumah (Kusumaastuti, 2008 dalam Santoso,

dkk , 2014).
7

Manfaat terapi rendam kaki air hangat ini adalah efek fisik

panas/hangat yang dapat menyebabkan zat cair, padat, dan gas mengalami

pemuaian ke segala arah dan dapat meningkatkaan reaksi kimia. Pada

jaringan akan terjadi metabolisme seiring dengan peningkatan pertukaran

antara zat kimia tubuh dengan cairan tubuh. Efek biologis panas/hangat

dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan

peningkatan sirkulasi darah. Secara fisiologis respon tubuh terhadap panas

yaitu menyebabkan pelebaran pembuluh darah, menurunkan kekentalan

darah, menurunkan ketegangan otot, meningkatkan metabolisme jaringan

dan meningkatkan permeabilitas kapiler. Respon dari hangat inilah yang

dipergunakan untuk keperluan terapi ada berbagai kondisi dan keadaan

dalam tubuh (Destia, dkk, 2014 dalam Santoso, dkk, 2014).

Menurut penelitian dari Riawati (2016) mengenai Terapi

Rendam Kaki Air Hangat dengan hipertensi di PANTI SASANA TRESNA

WREDHA DHARMA BAKTI WONOGIRI di dapatkan hasil pemberian terapi

rendam kaki air hangat terhadap terhadap penurunan tekanan darah

menunjukan hasil yang signifikan, karena dalam 3 hari pengelolaan tekanan

darah yang semula 180/100 mmHg menjadi 140/90 mmHg.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Asuhan keperawatan dengan pemberian terapi rendam kaki air

hangat dalam menurunkan tekanan darah pada salah satu anggota keluarga

penderita hipertensi di puskesmas babakan Kota Mataram tahun 2020”


8

A. Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Keperawatan dengan pemberian terapi rendam

kaki air hangat dalam menurunkan tekanan darah pada salah satu anggota

keluarga penderita hipertensi di puskesmas babakan Kota Mataram tahun

2020?

B. Tujuan Penelitian

Menggambarkan Asuhan keperawatan dengan pemberian terapi

rendam kaki air hangat dalam menurunkan tekanan darah pada salah satu

anggota keluarga penderita hipertensi di puskesmas babakan Kota Mataram

tahun 2020

C. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pasien dan Keluarga

Dapat dijadikan salah satu solusi yang dapat digunakan dalam

mengatasi hipertensi yang dialami dengan menggunakan rendam

kaki air hangat yang dapat menurunkan tekanan darah dan sebagai

terapi komplementer yang murah dan mudah dilakukan secara

mandiri

2. Bagi institusi kesehatan/puskesmas

Sebagai bahan pertimbangan oleh pihak puskesmas dalam

menjalankan asuhan keperawatan dengan hipertensi


9

3. Bagi institusi Pendidikan

Sebagai pedoman dalam penelitian yang akan dilakukan dan

hasilnya nanti diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan

pengembangan ilmu pengetahuan guna meningkatkan mutu

pendidikan selanjutnya.

4. Peneliti lainnya

Diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu data awal untuk

penelitian yang lebih lanjut.


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Asuhan Keperawatan Pasien Hipertensi

Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik

keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien di berbagai tatanan

pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan

sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan berbentuk

layanan bio, psiko, sosial, dan spiritual secara komprehensif yang bertujuan bagi

individu, keluarga, dan masyarakat (Asmadi, 2008).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu kelompok

penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan

peningkatan tekanan darah dapat mengakibatkan terjadinya stroke, serangan

jantung, gagal jantung dan gagal ginjal. Tekanan darah tinggi yang menetap

tersebut dapat mempengaruhi otak, mata, tulang dan fungsi seksual. Selain itu

juga hipertensi merupakan penyebab kematian ke tiga di dunia (Spark, 2007).

1. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses

keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau

data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali

masalah- masalah kebutuhan kesehatan keperawatan klien, baik

fisik,
11

mental, sosial dan lingkungan (Dermawan, 2012). Pengkajian

hipertensi menurut Wijaya dan Putri, 2013:

a) Data biografi : Nama, alamat, umur, tanggal MRS,

diagnose medis, penanggung jawab, catatan

kedatangan

b) Riwayat kesehatan

(1) Keluhan utama : Biasanya pasien datang ke RS

dengan keluhan kepala terasa pusing dan bagian

kuduk terasa berat, tidak bisa tidur.

(2) Riwayat kesehatan sekarang : Biasanya pada saat

dilakukan pengkajan pasien masih mengeluh

kepala terasa sakit dan berat, penglihatan

berkunang-kunang, tidak bisa tidur.

(3) Riwayat kesehatan dahulu : Biasanya penyakit

hipertensi ini adalah penyakit yang menahun yang

sudah lama dialami oleh pasien dan biasanya

pasien mengkonsumsi obat rutin seperti Captopril.

(4) Riwayat kesehatan keluarga : Biasanya penyakit

hipertensi ini adalah penyakit keturunan.

c) Data dasar pengkajian

(1) Aktivitas/istirahat

Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya

hidup monoton
12

Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan

irama jantung, takipnea

(2) Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis,

penyakit jantung koroner, penyakit

serebrovaskuler

Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural,

takhikardi, perubahan warna kulit, suhu dingin.

(3) Integritas Ego

Gejala : Riwayat perubahan kepibradian, ansietas,

depresi, euphoria, faktor stress multipel

Tanda : letupan suasana hati, gelisah,

penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang

meledak, otot muka tegang, pernapasan

menghela, peningkatan pola bicara.

(4) Eliminasi

Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu

(5) Makanan / Cairan

Gejala : makanan yang disukai yang dapat

mencakup makanan tinggi garam, lemak dan

kolesterol

Tanda : BB normalatau obesitas, adanya edema

(6) Neurosensori

Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala,

berdenyut, gangguan penglihatan, episode

epistaksis
13

Tanda : perubahan orientasi, penurunan kekuatan

genggaman, perubahan retinal optic.

(7) Nyeri /ketidaknyamanan

Gejala : angina, nyeri hilang timbul pada tungkai,

sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen.

(8) Pernapasan

Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas,

takipnea, ortopnea, dispnea noctural proksimal,

batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok

(9) Keamanan

Gejala : gangguan koordinasi, cara jalan

Tanda : episode parestesia unilateral transien,

hipotensi postural

(10) Pembelajaran/Penyuluhan

Gejala : faktor resiko keluarga ; hipertensi,

asterosklerosis, penyakit jantung, diabetes

melitus, penyakit ginjal, faktor resiko etnik,

penggunaan pil KB atau hormon.

2. Diagnosa Keperawatan (NANDA,2015)

a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan


dengan peningkatan afterload, vasokontriksi pembuluh darah,
iskemiamiokard, hipertropiventrikular.
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan cardio
output, kelemahan umum, ketidak seimbangan antara suplai
dan kebutuhan o2.
c. Gangguan rasa nyamannyeri :sakit kepala berhubungan
dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral.
14

d. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan meningkatnya


produksi ADH dan retensi natrium di tandai dengan adanya
edema.
e. Nyeri dada berhubungan dengan gangguan afinitas Hb Oksigen,
penurunan konsentrasi Hb, Hipervolemia, hiperventilas,
gangguan transport O2, gangguanarteri dan vena.
f. Gangguan perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan
dengan gangguan afinitas Hb oksigen, penurunan konsentrasi
Hb, hipervolemia, hiperventilasi, gangguan transport O2,
gangguan aliran arteri dan vena.
g. Retensi injury berhubungan dengan factor lingkungan, kimia
(obat-obatan: agenfarmasi, alcohol, kofein,nikotin, bahan
pengawet, kosmetik, nutrient, vitamin jenis makanan, racun,
polutan.
h. Gangguan pola tidur berhubungan dengan :
1) Psikologis ;usiatua, kecemasan, agenbiokimia, suhu tubuh, pola
aktivitas, depresi, kelelahan, takut, kesendirian.
2) Lingkungan ;kelembaban, kurangnya privacy/control tidur,
pencahayaan, medikasi, ( depresan, stimulant), kebisingan.
3) Fisiologis ;demam, mual, posisiurgensiurin.
15

3. Rencana Asuhan Keperawatan/ Intervensi

Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi


keperawatan NOC : NIC :

1. Resiko tinggi Tujuan : afterload tidak meningkat, 1) Observasi tekanan darah.


terhadap penurunan tidak terjadi vasokontraksi pembuluh 2) Auskultasi tonus jantung dan
curah jantung darah, tidak terjadi iskemia miokard. bunyi napas.
berhubungan Kriteria Hasil : 3) Berikan lingkungan yang
dengan 1) Berpartisipasi dalam aktivitas nyaman, tenang, kurangi
peningkatan yang menurunkan tekanan aktivitas/keributan
afterload, darah atau beban kerja 4) Kolaborasi dengan dokter dalam
vasokontraksi jantung. pemberian terapi anti hipertensi,
pembuluh 2) Mempertahankan tekanan diuretik.
darah,iskemia darah dalam rentang yang
miokard, hipertropi dapat diterima.
venticular. 3) Memperlihatkan irama dan
frekuensi jantung stabil.

2. Intoleransi Tujuan : Pasien akan mampu 1). Kaji pasien terhadap aktifitas
aktivitas melakukan aktivitas secara mandiri. dengan menggunakan parameter.
berhubungan Kriteria Hasil : Frekuensi nadi 20 permenit diatas
dengan penurunan 1) Pasien dapat berpartisipasi frekuensi istirahat, catat peningkatan
cardio output, dalam aktifitas yang TD, dispnea, atau nyeri dada, kelebihan
kelemahan umum, diinginkan/diperlukan berat dan kelemahan, berkeringat
ketidak seimbangan 2) Melaporkan peningkatan pusing atau pingsan.
antara suplai dan dalam toleransi aktifitas yang 2). Kaji kesiapan untuk meningkatkan
kebutuhan O2. dapat diukur. aktifitas. Contoh : penurunan
kelemahan/kelelahan TD stabil,
frekuensi nadi, peningkatan perhatian
pada aktifitas dan perawatan diri.
3). Dorong pasien untuk partisifasi
dalam memilih periode aktifitas.
16

3. Gangguan rasa Tujuan : Tekanan vaskuler cerebral 1). Pertahankan tirah baring selama
nyaman nyeri : sakit tidak meningkat fase akut.
kepala kriteria hasil : 2). Beri tindakan non farmakologi untuk
berhubungan 1) Melaporkan nyeri/ketidak menghilangkan sakit kepala, misalnya
dengan nyamanan tulang/terkontrol. kompres dingin pada dahi, pijat
peningkatan 2) Mengungkapkan metode yang punggung, dan teknik relaksasi napas
tekanan vaskuler memberikan pengurangan. dalam
cerebral. 3) Mengikuti regiment 3). Hilangkan/minimalkan aktivitas
farmakologi yang di resepkan. vasokonstriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala : mengenjen
saat BAB, batuk panjang dan
membungkuk.
4). Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat analgetik, anti asietas,
diazepam dll.

4. kelebihan Tujuan : pasien menunjukkan 1) 1). Pantau dan hitung


volume cairan volume cairan yang stabil saluran pemasukan dan
berhubungan dengan pengeluaran selama 24
dengan Kriteria hasil : jam.
meningkatnya 1) Tidak ada edema 2) 2). Pertahankan duduk
produksi ADH 2) Keseimbangan masukan atau tirah baring dengan
dan retensi dan pengeluaran cairan posisi semifowler selama
natrium fase akut.
ditandai 3) 3). Auskultasi bunyi nafas,
dengan catat penurunan dan bunyi
adanya tambahan seperti krekel
edema. dan mengi.
4) 4). Kolaborasi ; beri obat
sesuai indikasi.

5. Nyeri dada Tujuan : Cardiac pump 1) Monitor nyeri dada


berhubungan dengan effectiveness,circulation status, tissue (durasi)
2) Intensitas dan faktor-faktor
gangguan afinitas Hb prssue prefusion fusion ; cardiac
presifasi
17

oksigen, penurunan peripheral, vital sign status. 3) Observasi perubahan


konsentrasi H, ECG
Kriteria hasil : 4) Auskultasi suara jantung
Hipervolemia,
dan paru
Hiperventilas, 1) CVP dalam batas normal 5) Monotor irama jantung
gangguan transport 2) Nadi perifer kuat dan simetris dan jumlah denyut jantung
O2 gangguan aliran 3) Tidak ada edema perifer dan 6) Kelola pemberian obat-
obat analgesik, anti
arteri dan vena. asistes
koagulan, nitrogiselin,
4) Denyut jantung AGD, ejeksi vasodilator dan deuretik
fraksi dalam batas normal 7) Tingkatkan istirahat
(batasi pengunjung,
5) Bunyi jantung abnormal tidak
control stimulasi
ada lingkungan)
6) Nyeri dada tidak ada.

6. Gangguan perfusi Tujuan : Circulation status Neurologi 1) Monitor TTV


jaringan cerebral tidak prefusion cerebral 2) Monitor AGD, ukuran
pupil, ketajaman,
efektif berhubungan
Kriteria hasil : kesimetrisan dan reaksi.
dengan gangguan 3) Monitor adanya diplopia,
afinitas Hb oksigen, 1) Tekanan systol dan diastole pandangan kabur, nyeri
kepala
penurunan konsentrasi dalam rentan yang diharapkan
4) Monitor tonus otot
Hb, hipervolemia, 2) Tidak ada orostatik hipertensi pergerakan
hiperventilasi, 3) Komunikasi jelas 5) Monitor tekanan
intekranial dan respon
gangguan sirkulasi O2 4) Menunjukan konsentrasi dan
netrologis. Catat
gangguan aliran arteri orientasi perubahan pasien dalam
dan vena. 5) Pupil seimbang dan reaktif respon stimulus.
6) Monitor status cairan.
6) Bebas dari aktivitas.
7) Pertahankan status
parameter hemodinamik
8) Ajarkan tehnik terapi
rendam kaki
menggunakan air hangat .
18

7. Resiko cedera Tujuan : kontrol resiko status 1) Sediakan lingkungan yang


berhubungan dengan kekebalan, tindakan keselamatan. aman untuk pasien
2) Identifikasi kebutuhan
faktor lingkungan,
Kriteria Hasil : keamanan pasien, sesuai
kimia obat-obatan ; dengan kondisi fisik dan
agen farmasi, alkohol, 1) Pasien terbatas dari cidera fungsi kognitif pasien dan
riwayat penyakit terdahulu
kafein, nikotin, bahan 2) Pasien mampu menjelaskan
pasien.
pengawet, kosmetik, cara/metode untuk mencegah 3) Menyediakan tempat tidur
nutrient, vitamin, jenis cedera yang nyaman dan bersih
4) Membatsi pengunjung
makanan, racun, 3) Pasien mampu menjelaskan
5) Memberikan penerangan
polusi. faktor resiko dari lingkungan yang cukup
/perilaku personal 6) Menganjurkan keluarga
untuk menemani pasien
4) Mampu memodifikasi gaya
7) Mengontrol lingkungan
hidup untuk mencegah cedera dari kebisingan.
5) Menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada
6) Mampu mengenali perubahan
status kesehatan.

8. Gangguan pola tidur Tujuan : control cemas, tingkat nyaman, 1) Diterminal efek-efek
berhubungan dengan: tingkat kesakitan, istirahat(pola dan modifikasi terhadap pola
lamanya), tidur (pola dan lamanya). tidur
a. Psikologis; usia tua,
2) Jelaskan pentingnya tidur
kecemasan, agen biokimia, Kriteria hasil :
yang adekuat
suhu tubuh, pols aktifitas,
1) Jumlah jam tidur dalam batas 3) Fasilitas untuk
depresi,
normal memperhatikan aktifitas
kelelahan,takut,kesendirian.
2) Pola tidur, dalam batas normal sebelum tidur (membaca)
b. Lingkungan: 3) Perasaan fresh sesudah 4) Ciptakan lingkungan yang
kelembaban,kurangnya tidur/istirahat nyaman
control tidur,pencahayaan. 4) Mampu mengidentifikasi hal-hal 5) Kolaborasi pemberian O2
yang meningkatkan tidur
c.fisiologis,demam,mual,posisi
urgenis urin
19

4. Pelaksanaan/Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan inisiatif dari rencana

tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan

dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing

orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan .Oleh

karena itu rencana tindakan yang spesifik dilakasanakan untuk

memodifikasi faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.

Pada waktu perawat memberikan pelayanan keperawatan, proses

pengumpulan dan analisa data berjalan terus-menerus, guna

perubahan atau penyesuaian tindakan keperawatan,

pengorganisasian pekerjaan perawat serta lingkungan fisik untuk

pelayanan yang dilakukan (Hidayat, 2012).

Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah

sebagaiberikut:

1) Tahap 1:

persiapan Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut

perawat untuk mengevaluasi yang di indentifikasi pada tahap

perencanaan.

2) Tahap 2:

Intervensi Fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah

kegiatan dan pelaksanaan tindakan dariperencanaan untuk

memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan

keperawatan meliputi tindakan : independen, dependen, dan

interdependen.
20

3) Tahap 3 :

Dokumentasi Pelaksanaan tindakan keperawatan harus di ikuti

oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu

kejadian dalam proses keperawatan.

4. Evaluasi

Evaluasi merupakan cacatan paling atas tentang indikasi kemajuan

pasien terhadap tujuan yang di capai. Evaluasi bertujuan untuk menilai

keefektifan perawatan dan untuk mengomunikasikan status pasien

dari hasil tindakan keperawatan. Evalausi memberikan imformasi,

sehingga memuminginkan revesi perawatan (Hidayat, 2012).

Evaluasi adalah tahap ahkir dari proses keperawatan. Evaluasi

menyediakan nilai imformasi mengenai pengaruh intervensi yang telah

di rencanakan dengan merupkan perbandingan dari hasil yang di

amati dengan kriteria hasil yang telah di buat pada tahap

perencanaan. Pernyataan evaluasi terdiri dari dua komponen yaitu

data yang tercatat yang menyatakan kasus kesehatan sekarang dan

pernyataan konklusi yang menyatakan efek dari tindakan yang di

berkan pada pasien (Hidayat, 2012).

2. Terapi Rendam Kaki air Hangat

Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi

tubuh sehingga rendam kaki air hangat dapat digunakan sebagai salah

satu terapi yang dapat memulihkan otot sendi yang kaku serta

menyembuhkan stroke apabila dilakukan melalui kesadaran dan


21

kedisiplinan. Hangatnya air membuat sirkulasi darah menjadi lancar.

Oleh karena itu, penderita hipertensi dalam pengobatannya tidak

hanya menggunakan obat-obatan.

tetapi bisa menggunakan alternatif non-farmakologis dengan

menggunakan metode yang lebih mudah dan murah yaitu dengan

menggunakan terapi rendam kaki air hangat yang bisa dilakukan di

rumah (Kusumaastuti,2008).

Prosedur tindakan pemberian terapi rendam kaki air hangat :

No. TINDAKAN YANG DILAKUKAN

A. Fase Orientasi
1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan prosedur
4. Menanyakan kesiapan Klien
B. Fase Kerja
1. Menjaga privasi Klien
2. Mengatur posisi Klien
3. Mengukur tekanan darah Klien sebelum dilakukan
terapi rendam kaki air hangat
4. Memasukan air hangat di baskom tempat merendam kaki
5. Membantu masukan kaki Klien ke dalam
baskom setinggi pergelangan kaki
6. Rendam kaki selama 30 menit dengan suhu 40ºC
7. Mengangkat kaki dari air hangat dan keringkan
dengan handuk Bersih
8. Mengukur tekanan darah Klien sesudah dilakukan
terapi rendam kaki air hangat
E. Fase Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut
3. Berpamitan
22

Manfaat terapi rendam kaki air hangat ini adalah efek fisik

panas/hangat yang dapat menyebabkan zat cair, padat, dan gas

mengalami pemuaian ke segala arah dan dapat meningkatkaan

reaksi kimia. Pada jaringan akanterjadi metabolisme seiring

dengan peningkatan pertukaran antara zat kimia tubuh dengan

cairan tubuh. Efek biologis panas/hangat dapat menyebabkan

dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan

sirkulasi darah. Secara fisiologis respon tubuh terhadap panas

yaitu menyebabkan pelebaran pembuluh darah, menurunkan

kekentalan darah, menurunkan ketegangan otot, meningkatkan

metabolisme jaringan dan meningkatkan permeabilitas kapiler.

Respon dari hangat inilah yang dipergunakan untuk keperluan

terapi ada berbagai kondisi dan keadaan dalam tubuh (Destia,

dkk,2014 dalam Santoso, dkk, 2015).

Menurut Destia, dkk, (2014) dalam Santoso, dkk, (2015),

prinsip kerja terapi rendam kaki air hangat dengan

mempergunakan air hangat yaitu secara konduksi dimana terjadi

perpindahan panas/hangat dari air hangat ke dalam tubuh akan

menyebabakan pelebaran pembuluh darah dan penurunan

ketegangan otot sehingga dapat melancarkan peredaran darah

yang akan mempengaruhi tekanan arteri oleh baroreseptor pada

sinus kortikus dan arkus aorta yang akan menyampaikan impuls

yang dibawa serabut saraf yang membawa isyarat dari semua

bagian tubuh untuk menginformasikan kepada otak perihal

tekanan darah, volume darah dan kebutuhan khusus semua organ


23

ke pusat saraf simpatis ke medulla sehingga akan merangsang

tekanan sistolik yaitu regangan otot ventrikel untuk segera

berkontraksi.

Pada awal kontraksi, katup aorta dan katup semilunar blum

terbuka. Untuk membuka katup aorta, tekanan di dalm ventrikel

harus melebihi tekanan katup aorta. Keadaan dimana kontraksi

ventrikel mulai terjadi sehingga dengan adanya pelebaran

pembuluh darah, aliran darah akan lancar sehingga akan mudah

mendorong darah masuk ke jantung sehingga menurunkan

tekanan sistoliknya. Pada tekanan diastolik keadaan relaksasi

ventrikel isovolemik saat ventrikel berelaksasi, tekanan di dalam

ventrikel turun drastis, aliran darah lancar dengan adanya

pelebaran pembuluh darah sehingga akan menurunkan tekanan

diastolik. Maka dinyatakan ada hubungan yang signifikan antara

terapi rendam kaki air hangat dengan penurunan tekanan darah

sistolik dan diastolik (Perry & Potter, 2006 dalam Santoso, dkk,

2015)
24

A. Kerangka Teori

Etiologi Hipertensi :
1. Asupan garam yang berlebihan
2. Faktor stress
3. Obesitas atau kegemukan
4. Merokok
5. Alkohol
6. Konsumsi kopi yang berlebihan
7. Genetik atau keturunan
8. Asupan natrium meningkat

Hipertensi

Ketidakefektifan Nyeri akut Intoleransi Defisiensi


perfusi jaringan perifer berhubungan aktivitas pengetahuan
berhubungan dengan dengan agen berhubungan
berhubungan
hipertensi cidera biologis dengan
(adanya kelemahan umum dengan
kurangnya
peningkatan informasi
tekanan darah)
tentang
proses
penyakit

Pengobatan
Farmakologi:
obat-obatan

Gambar 2.2 Keranga

Teori Sumber
Pengobatan non farmakologi : (Padila,
: Terapi rendam kaki air hangat

2013
air
25

BAB III

METODE STUDI KASUS

1. Rancangan Studi Kasus

Karya tulis yang digunakan adalah studi kasus : prosedur tindakan

keperawatan. Menurut Asosiasi Institusi Pendidikan Vokasi Keperawatan

Indonesia (AIPViKI, 2017) bahwa studi kasus berorientasikan pada asuhan

keperawatan dengan pendekatan yang dilaksanakan secara komperehensif

dimana bentuk pelaporannya lebih memaparkan secara mendalam salah satu

tindakan fokus sesuai masalah (prosedur tindakan tertentu) dari rencana

keperawatan.

Dalam studi kasus ini membahas tentang Asuhan Keperawatan dengan

Pemberian Terapi Rendam Kaki Air Hangat untuk Menurunkan Tekanan Darah

pada Keluarga dengan Hipertensi.

2. Subyek Studi Kasus

Subyek studi kasus merupakan bagian dari populasi yang dapat dijangkau

dan dapat dipergunakan sebagai Subyek Karya Tulis Ilmiah untuk menyeleksi

bagian dari populasi yang dapat mewakili sebagian subyek pada studi kasus

tersebut.

Berdasarkan ketetapan teori tentang subyek Studi Kasus diatas, maka

jumlah subyek dalam penelitian ini adalah 1 keluarga yang salah satu anggota
26

keluarganya menderita Hipertensi. Dalam studi kasus ini terdapat criteria inklusi

dan eksklusi, yaitu:

a. Kriteriainklusi

1) Penderitahipertensi

2) Penderita berusia lebih dari 40 tahun ke atas

3) Penderita bersedia menjadi responden

b. Kriteria eksklusi

1) Penderita berusia kurang dari 40 tahun

2) Penderita yang tidak bersediamenjadi responden

3. Fokus Studi

Studi kasus ini berfokus pada penerapan prosedur terapi rendam kaki air

hangat pada keluarga dengan salah satu individu yang mengalami Hipertensi

yang akan peneliti lakukan pendekatan proses keperawatan yang dimulai dari

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, sampai

evaluasi.

4. Definisi Operasional

a. Prosedur terapi rendam kaki air hangat adalah salah satu cara untuk

menurunkan tekanan darah dengan merendam bagian tubuh ke dalam

air hangat yang dapat meningkatkan sirkulasi darah.


27

b. Hipertensi adalah gangguan sistem peredaran darah yang

menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas normal, yaitu 140/90

mmHg (Kemenkes RI,2010)

5. Tempat dan Waktu

a. Tempat penelitian di Puskesmas Babakan Kota Mataram

b. Waktu penelitian dilakukan pada

6. Pengumpulan Data

Penyusunan bagian awal instrumen dituliskan karakteristik responden:

umur, pekerjaan, sosial ekonomi, jenis kelamin, dll. Jenis instrumen yang sering

digunakan pada ilmu keperawatan diklasifikasikan menjadi 5 bagian (Nursalam,

2003), yaitu:

a. Biofisiologis (Pengukuran yang berorientasi pada dimensi fisiologis

manusia, baik invivo maupun invitro).

b. Observasi (Terstruktur dan tidak terstruktur)

Observasi dapat dilaksanakan dengan menggunakan model instrumen,

antara lain:

1) Catatan Anecdital: mencatat gejala-gejala khusu atau luar biasa

menurut urutan kejadian

2) Catatan berkala: mencatat gejala secara berurutan menurut waktu

namun tidak terus menerus

3) Daftar Cek List: menggunakan daftar yang memuat nama

observasi disertai jenis gejala yang diamati


28

c. Wawancara (terstruktur dan tidak terstruktur)

d. Kuesioner (Pengumpulan data secara formal untuk menjawab pertanyaan

tertulis)

e. Skala penilaian

7. Penyajian Data

Untuk studi kasus, data disajikan secara tekstular/narasi dan dapat disertai

dengan cuplikan ungkapan variabel dari subyek studi kasus yang merupakan

data pendukungnya.

8. Etika Studi Kasus

Sesuai dengan etika penelitian. Peneliti menggunakan etika penelitian

menurut Hidayat (2007) yaitu:

1. Informed Consent

Bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan

memberikan lembar persetujuan menjadi responden, yang diberikan

sebelum

penelitian. Peneliti sebelumnya telah menjelaskan tujuan penelitian dan

pasien yang bersedia menjadi responden diminta untuk mengisi surat

persetujuan dengan menandatanganinya.

2. Confidential (Kerahasiaan)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin akan kerhasiaanya oleh

peneliti, hanya sebagian data yang akan dilaporkan pada hasil riset.

Peneliti menjaga semua informasi yang diberikan responden dan tidak


29

menggunakan informasi tersebut untuk kepentingan pribadi dan diluar

kepentingan ilmu pengetahuan.

3. Anonimity (Tanpa Nama)

Menjamin penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak mencantumkan

nama responden melainkan hanya menuliskan nama inisial pada lembar

pengumpulan data

9. Alat Ukur Evaluasi

Alat ukur observasi dilakukan dengan cara observasi menggunakan

lembar evaluasi dilakukan sebelum dan sesudah dilakukan terapi rendam

kaki air hangat selama 30 menit.

Alat Ukur Dengan Spignomanometer


Ttd
No. Hari/Tanggal Waktu TD sebelum Waktu TD
Pasie
sesudah
n

Keterangan : Pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum dan sesudah

terapi rendam kaki air hangat selama 30 menit.


30

DAFTAR PUSTAKA

Fauci, Braunwald, Kasper, Hauser, Longo, Jameson, & Loscalzo.


2012. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Tangerang
Selatan: Karisma Publishing Group.

Adib, M. 2011. Pengetahuan Praktis Ragam Penyakit Mematikan yang


paling Sering Menyerang Kita. Buku Biru : Yogyakarta.

Wijaya & Putri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Dewasa Teori dan
Contoh Askep. Nuha Medika. Yogyakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Hipertensi penyakit


paling banyak diidap masyarakat. Jakarta : Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI.

Kusumaastuti, P. 2008. Hidroterapi, Pulihkan Otot dan Sendi yang


Kaku. http://www.gayahidupsehat.com. Diperoleh tanggal 27
November 2015.

Destia, D.,Umi, A., Priyanto. 2014. Perbedaan Tekanan Darah


Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Hidoterapi Rendam Hangat
Pada Penderita Hipertensi di Desa Kebondalem Kecamatan
Jambu Kabupaten Semarang.

Dermawan, Deden. 2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep


dan Kerangka Kerja. Gosyen Publishing. Jakarta.

Potter & Perry. 2010. Fundamental Keperawatan Ed 7 Buku 2. Jakarta


: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai