Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH EPIDEMIOLOGI

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT HIPERTENSI

DISUSUN OLEH

NAMA : NURAIN SAFITRI MOHAMAD


NIM : 811419100
KELAS : 3D

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini tepat
pada waktunya.
Selain untuk melengkapi tugas mata kuliah Dasar Epidemiologi yaitu agar para
mahasiswa khususnya mahasiswa Kesehatan Masyarakat dapat mengetahui secara jelas dan
pasti tentang penyakit Hipertensi.
Dalam tugas ini terdapat beberapa pembahasan materi mengenai penyakit
Hipertensi. Namun dalam penyusunannya masih terdapat banyak kekurangan oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun diharapkan penulis dari semua pihak, agar
kedepannya lebih baik lagi dalam penyusunannya.
Akhir kata semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik itu penuis
maupun kepada pembacanya

Gorontalo, Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT HIPERTENSI

A. Pendahuluan................................................................................................................. 1

B. Definisi, Tanda dan Gejala Hipertensi ........................................................................ 2

C. Trias Epidemiologi Penyakit Hipertensi ...................................................................... 4

D. Riwayat Alamiah Penyakit Hipertensi ........................................................................ 8

E. Faktor Risiko Penyakit Hipertensi ............................................................................... 8

F. Upaya Pencegahan Penyakit Hipertensi ..................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 12

ii
A. PENDAHULUAN

Hipertensi adalah salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas di


Indonesia, sehingga tatalaksana penyakit ini merupakan intervensi yang sangat umum
dilakukan di berbagai tingkat fasilitas kesehatan. Hipertensi adalah penyakit yang terjadi
akibat peningkatan tekanan darah. Yang dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu
hipertensi primer atau esensial yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder
yang dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, gangguan
anak ginjal, dll. Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah
yang terus-menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh
karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara
berkala. Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-
anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa.
Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada
saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu
hari juga berbeda paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam
hari Terjadinya transisi epidemiologi yang paralel dengan transisi demografi dan transisi
teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengakibatkan perubahan pola penyakit dari
penyakit infeksi ke penyakit tidak menular (PTM) meliputi penyakit degeneratif dan man
made diseases yang merupakan faktor utama masalah morbiditas dan mortalitas. Pada abad
ke-21 ini diperkirakan terjadi peningkatan insidens dan prevalensi PTM secara cepat, yang
merupakan tantangan utama masalah kesehatan dimasa yang akan datang.
WHO memperkirakan, pada tahun 2020 PTM akan menyebabkan 73% kematian dan
60% seluruh kesakitan di dunia. Diperkirakan negara yang paling merasakan dampaknya
adalah negara berkembang termasuk Indonesia. Salah satu PTM yang menjadi masalah
kesehatan yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent
killer.. Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat. Hasil Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3% penduduk menderita hipertensi dan
meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004.9 Kelompok Kerja Serebrokardiovaskuler FK
UNPAD/RSHS tahun 1999, menemukan prevalensi hipertensi sebesar 17,6%,10,11 dan
MONICA Jakarta tahun 2000 melaporkan prevalensi hipertensi di daerah urban adalah
31,7%. Sementara untuk daerah rural (Sukabumi) FKUI menemukan prevalensi sebesar

1
38,7%. Hasil SKRT 1995, 2001 dan 2004 menunjukkan penyakit kardiovaskuler merupakan
penyakit nomor satu penyebab kematian di Indonesia dan sekitar 20–35% dari kematian
tersebut disebabkan oleh hipertensi.Penelitian epidemiologi membuktikan bahwa hipertensi
berhubungan secara linear dengan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular. Oleh
sebab itu, penyakit hipertensi harus dicegah dan diobati. Hal tersebut merupakan tantangan
kita di masa yang akan datang.
B. DEFINISI, TANDA DAN GEJALA PENYAKIT HIPERTENSI
Hipertensi secara umum dapat didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan manusia secara alami
berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah tinggi menjadi masalah hanya bila tekanan
darah tersebut persisten. Tekanan darah tersebut membuat sistem sirkulasi dan organ yang
mendapat suplai darah (termasuk jantung dan otak) menjadi tegang. Menurut WHO batas
normal tekanan darah adalah 120-140 mmHg tekanan sistolik dan 80-90 mmHg tekanan
diastolik. Seseorang dinyatakan mengidap hiprtensi bila tekanan darahnya >140/90 mmHg.
Sedangkan menurut JNC VII 2003 tekanan darah pada orang dewasa dengan usia di atas 18
tahun diklasifikasikan menderita hipertensi stadium I apabila tekanan sistoliknya lebih 140-
159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90-99 mmHg.

Diklasifikasikan menderita hipertensi stadium II apabila tekanan sistoliknya lebih 160


mmHg dan diastoliknya lebih dari 100 mmHg. Sedangkan hipertensi stadium III apabila
tekanan sistoliknya lebih dari 180 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih dari 116 mmHg.
Hipertensi pada lansia didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastoliknya 90 mmHg. Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka
yang lebh tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah
diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80

2
mmHg didefiniskan sebagai “normal”. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan
tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg
atau ke atas, diukur di kedua tangan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.Berdasarkan
penyebabnya, hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :

1. Hipertensi esensial atau primer

Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat diketahui.
Namun, berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti
bertambahnya umur, stres, psikologis dan hereditas (keturunan). Kurang lebih 90%
penderita hipertensi tergolong hipertensi primer, sedangkan 10%-nya tergolong hipertensi
sekunder.

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain
kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid ( hipertiroid), penyakit kelenjar
adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain-lain. Karena golongan terbesar dari penderita
hipertensi adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak
ditujukan kepada penderita hipertensi esensial.

Hipertensi termasuk penyakit tidak menular yang ditandai dengan terjadinya


peningkatan tekanan darah sistolik dan distolik yang lebih dari 140 mmHg dan atau 90
mmHg. Gejala hipertensi yang tidak terdeteksi dini dan tidak mendapatkan perawatan yang
lebih baik dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh (NLHBI, 2003). Hipertensi perlu
mendapatkan perhatian yang lebih, kondisi tersebut karena hipertensi akan mengakibatkan
komplikasi pada organ target serta penyakit ini nampak tidak memperlihatkan gejala yang
berarti pada awal terjadinya penyakit oleh karena itu disebut “silent disease” (Feryadi,
Sulastri, & Kadri, 2014). Penyebab hipertensi tidak diketahui, namun terdapat beberapa
faktor yang dapat memicu kejadian hipertensi.

Gejala- gejala hipertensi bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama dengan
gejala penyakit lainnya. Gejala-gejalanya itu adalah

·   Sakit kepala

3
·    Jantung berdebar-debar
·   Mudah lelah

C. TRIAS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT HIPERTENSI

1.   Host (Penjamu)
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit hipertensi pada penjamu :

a.    Daya Tahan Tubuh


Penyakit Hipertensi dipengaruhi oleh daya tahan tubuh anusia itu senmdiri. Daya tahan
tubuh seseorang sangat dipengaruhi oleh kecukupan gizi, aktifitas, dan istirahat. Kesibukan
yang padat juga membuat orang kurang berolagraga dan berusaha mengatasi stresnya
dengan merokok , minum alkohol, atau kopi sehingga daya tahan tubuh menjadi menurun
dan memiliki resiko terjadinya penyakit hipertensi.

b.    Genetik/keturunan
Pakar juga menemukan hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik)
dengan resiko untuk juga menderita penyakit ini.

c.     Umur
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan
darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus
meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan
menurun drastis. Tetapi di atas usia tersebut, justru wanita (setelah mengalami
menapouse ) berpeluang lebih besar. Para pakar menduga perubahan hormonal berperan
besar dalam terjadinya hipertensi di kalangan wanita usia lanjut. Namun sekarang penyakit
hipertensi tidak memandang golongan umur.

d.    Jenis Kelamin
Pada umumnya lebih banyak pria menderita hipertensi dibandingkan dengan perempuan.
Wanita>Pria pada usia>50 tahun
Pria > wanita pada usia < 50 tahun.

4
e.    Adat Kebiasaan
Kebiasaan- kebiasaan buruk seseorang merupakan ancaman kesehatan bagi orang tersebut
seperti:
- Gaya hidup modern, kerja keras dalam situasi penuh tekanan, dan stres terjadi yang
berkepanjangan adalah hal yang paling umum serta membuat orang kurang berolagraga ,
dan berusaha mengatasi stresnya dengan merokok, minum alkohol atau kopi, padahal
semuanya termasuk dalam daftar penyebab yang meningkatkan resiko hipertensi.
-   Terbiasa untuk memakan makanan yang asin, sehingga sulit untuk dapat menerima
makanan yang agak tawar. Konsumsi garam ini sulit dikontrol, terutama jika kita terbiasa
mengonsumsi makanan di luar rumah (warung, restoran, hotel, dan lain-lain).
-   Pola makan yang salah, dan salah dalam memilih makanan. Makanan yang diawetkan dan
garam dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah tinggi, dapat meningkatkan tekanan
darah kerana mengandung natrium dalam jumlah yang berlebih.

f.     Pekerjaan
Orang yang mengalami pekerjaan penuh tekanan, misalnya penyandang jabatan yang
menuntut tanggung jawab besar tanpa disertai wewenang pengambilan keputusan, akan
mengalami tekanan darah yang lebih tinggi selama jam kerjanya, dibandingkan dengan
rekan mereka yang pekerjaannya lebih ringan. Stres yang terlalu besar dapat memicu
terjadinya hipertensi, penyakit jantung, dan stroke.

g.    Ras/Suku
Ras/Suku : Di USA, orang kulit hitam > kulit putih. Di Indonesia penyakit hipertensi terjadi
secara bervariasi.

2.   Agent (Penyebab Penyakit)


Agent adalah suatu substansi tertentu yang keberadaannya atau ketidakberadaannya dapat
menimbulkan penyakit atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit. Untuk penyakit
hipertensi yang menjadi agen adalah :

5
a.    Faktor Nutrisi
-  Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per
hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena
budaya masak-memasak masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam, serta
kebiasaan memakan makanan yang mengandung banyak garam sehingga sulit untuk dapat
menerima makanan yang agak tawar.
-  Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan
ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya, cairan intraseluler ditarik ke luar,
sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler
tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada
timbulnya hipertensi.
-  Minuman berkafein dan beralkohol. Minuman berkafein seperti kopi dan alkohol juga
dapat meningkatkan resiko hipertensi
-   Konsumsi Makanan cepat saji juga merupakan salah satu penyebab Hipertensi, karena
mengandung penyedap yang berlebihan.

b.    Faktor Kimia
Mengkonsumsi obat-obatan seperti kokain, Pil KB Kortikosteroid, Siklosporin, Eritropoietin,
Penyalahgunaan Alkohol, Kayu manis (dalam jumlah sangat besar).

c.    Faktor Biologi
Penyebab tekanan darah tinggi sebagian besar diketahui, namun peniliti telah membuktikan
bahwa tekanan darah tinggi berhubungan dengan resistensi insulin dan/ atau peningkatan
kadar insulin (hiperinsulinemia). Keduanya tekanan darah tinggi dan resistensi insulin
merupakan karakteristik dari sindroma metabolik , kelompok abnormalitas yang terdiri dari
obesitas, peningkatan trigliserid, dan HDL rendah (kolesterol baik) dan terganggunya
keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan darah.
Walaupun sepertinya hipertensi merupakan penyakit keturunan, namun hubungannya tidak
sederhana. Hipertensi merupakan hasil dari interaksi gen yang beragam, sehingga tidak ada
tes genetik yang dapat mengidentifikasi orang yang berisiko untuk terjadi hipertensi secara
konsisten.

6
Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian telah menunjukkan
bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap sebagai faktor resiko terjadi
hipertensi.

d.    Faktor Fisik
-  Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat
melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat.
-  Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga) bisa memicu terjadinya hipertensi pada
orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan
-  Berat badan yang berlebih akan membuat seseorang susah bergerak dengan bebas.
Jantungnya harus bekerja lebih keras untuk memompa darah agar bisa menggerakkan
berlebih dari tubuh terdebut. Karena itu obesitas termasuk salah satu yang meningkatkan
resiko hipertensi.

3.   Environment (Lingkungan)
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia serta pengaruh-pengaruh
luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia. Lingkungan ini termasuk
perilaku/pola gaya hidup misalnya gaya hidup kurang baik seperti gaya hidupnya penuh
dengan tekanan (Stres). Stres yang terlalu besar dapat memicu terjadinya berbagai penyakit
seperti hipertensi. Dalam kondisi tertekan adrenalin dan kortisol dilepaskan ke aliran darah
sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah agar tubuh siap beraksi. Gaya hidup
yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan; bisa
memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan.
Terdapatnya perbedaan keadaan geografis, dimana daerah Pantai lebih berisiko terjadinya
penyakit hipertensi dibading dengan daerah pegunungan, karena daerah pantai lebih
banyak terdapat natrium bersama klorida dalam garam dapur sehingga Konsumsi natrium
pada penduduk pantai lebih besar daripada daerah pegunungan. Penyakit hipertensi
ditemukan di semua daerah di Indonesia dengan prevalensi yang cukup tinggi. Dimana
daerah perkotaan lebih dengan gaya hidup modern lebih berisiko terjadinya penyakit
hipertensi dibandingkan dengamn daerah pedesaan.

7
D. RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT

1.  Tahap Rentan

Tahap ini meliputi orang-orang yang sehat, tetapi mempunyai faktor resiko untuk terkena
penyakit hipertensi. Faktor-faktor resiko dari penyakit tersebut adalah; usia dan jenis
kelamin, genetika, , inaktivitas fisik, merokok, ,obesitas, pola makan, beban ekonomi, stress.

2. Tahap Pragejala

Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi mungkin tak


menunjukkan gejala selama bertahun-tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan
penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna.

3. Tahap klinis

Peningkatan tekanan darah merupakan satu-satunya tanda pada hipertensi ringan.


Bergantung pada tingginya tekanan darah gejala yang timbul dapat berbeda-beda,
hipertensi baru tampak bila telah terjadi komplikasi pada organ target/vital seperti ginjal,
jantung, otak, dan mata. Gejala seperti sakit kepala, epistaksis, pusing, marah, telinga
berdenging, kaku kuduk, migren, insomnia, mata berkunang-kunang, muka merah,
kelelahan, dan gelisah dapat ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi.

 4.  Tahap Penyakit Lanjut

Gagal jantung, gangguan penglihatan, gangguan neurologi, dan gangguan fungsi ginjal paling
banyak ditemukan pada hipertensi berat.

5. Tahap Akhir Penyakit

Tahap Akhir Penyakit hipertensi : Komplikasi (infark miokardium, stroke, gagal ginjal.)dan


kematian

E. FAKTOR RISIKO PENYAKIT HIPERTENSI

Umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi


dikarenakan terjadi respon peningkatan pada cardiac ouput atau telah terjadi peningkatan
pada tekanan perifer. Terdapat beberapa faktor dalam terjadinya hipertensi (Bianti, 2015) :

8
(a) Genetik : faktor genetik dalam keluarga dapat menjadi penyebab seseorang dapat
mempunyai risiko hipertensi
(b) Obesitas : obesitas ataupun kelebihan berat badan merupakan faktor yang menentukan
pada tekanan darah, indeks pada massa tubuh manusia dapat mempengaruhi risiko
hipertensi
(c) Jenis kelamin : laki laki lebih mempunyai risiko terkena hipertensi berbeda hal nya
dengan perempuan, prevelensi perempuan terkena penyakit kardiovaskuler adalah saat
sudah melewati masa menopause, karena perempuan dilindungi oleh estrogen dalam
meningkatkan HDL
(d) Stress: tekanan darah pada manusia dapat meningkat tekanan darah, pada saat stress
Hormon adrenalin seseorang akan mengalami peningkatan dan dapat membuat jantung
bekerja lebih keras karena memompa lebih cepat.
(e) Kurang olahraga : kurangnya aktifitas yang dilakukan secara fisik dapat membuat risiko
akan tekanan darah tinggi menjadi meningkat, dikarenakan orang yang tidak aktif membuat
jantung akan bekerja lebih keras.
(f) Pola asupan garam diet : konsumsi garam berlebih dapat meningkatkan konsentrasi
natrium dalam tubuh sehingga dapat membuat volume darah meningkat dan membuat
timbulnya hipertensi
(g) Kebiasaan merokok : dalam hal ini perokok aktif mempunyai peluang terkenan hipertensi
yang lebih tinggi dari non perokok.

F. UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT HIPERTENSI

Harus diakui sangat sulit untuk mendeteksi dan mengobati penderita hipertensi secara
adekuat, harga obat-obatan hipertensi tidaklah murah, obat-obat baru amat mahal dan
mempunyai banyak efek samping. Untuk alasan inilah pengobatan hipertensi sangat
penting, tapi tidak lengkap tanpa dilakukan tindakan pencegahan untuk menurunkan faktor
resiko. Pencegahan sebenarnya merupakan bagian dari pengobatan hipertensi, karena
mampu memutus mata rantai hipertensi dan komplikasinya.

Pencegahan hipertensi dilakukan melalui dua pendekatan :

9
1.Pemberian edukasi tentang hipertensi

Munculnya masalah kesehatan seperti hipertensi tidak hanya disebabkan oleh kelalaian
individu, namun dapat juga disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat sebagai akibat dari
kurangnya informasi tentang suatu penyakit. Rendahnya pengetahuan tenaga kesehatan,
pasien, dan masyarakat tentang hipertensi merupakan penyebab utama tidak terkontrolnya
tekanan darah, terutama pada pasien hipertensi di Asia. Dari penelitian yang dilakukan
( Armilawaty,2009) 50% dari penderita Hipertensi dewasa tidak menyadari sebagai
penderita hipertensi sehingga mereka cenderung menjadi hipertensi berat karena tidak
menghindari dan tidak mengetahui faktor resiko. Masih kurangnya informasi tentang
perbaikan pola makan bagi penderita hipertensi juga membuat pengetahuan masyarakat
tentang perbaiakan pola makan masih rendah. Pemberian informasi kesehatan diharapkan
mampu mencegah dan mengurangi angka kejadian suatu penyakit dan sebagai sarana
promosi kesehatan. Pemberian edukasi mengenai hipertensi terbukti efektif dalam
pencegahan hipertensi.

2. Modifikasi Gaya Hidup

Gaya hidup merupakan faktor penting yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Gaya
hidup yang tidak sehat dapat menjadi penyebab terjadinya hipertensi misalnya aktivitas
fisik, pola makan, dan stres, dll. Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi dapat
dikurangi dengan cara memeriksa tekanan darah secara teratur; menjaga berat badan ideal;
mengurangi konsumsi garam; jangan merokok; berolahraga secara teratur; hidup secara
teratur; mengurangi stress; jangan terburu-buru; dan menghindari makanan berlemak.
Menjalankan pola hidup sehat setidaknya selama 4–6 bulan terbukti dapat menurunkan
tekanan darah dan secara umum dapat menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular.

Pencegahan Primer yaitu tidur yang cukup, antara 6-8 jam per hari, kurangi makanan
berkolesterol tinggi dan perbanyak aktivitas fisik untuk mengurangi berat badan, kurangi
konsumsi alkohol, konsumsi minyak ikan, suplai kalsium, meskipun hanya menurunkan
sedikit tekanan darah tapi kalsium juga cukup membantu.

Pencegahan Sekunder yaitu pola makanam yang sehat, mengurangi garam dan natrium di
diet anda, fisik aktif, mengurangi Akohol intake, berhenti merokok.

10
Pencegahan Tersier yaitu pengontrolan darah secara rutin, olahraga dengan teratur dan di
sesuaikan dengan kondisi tubuh.

11
DAFTAR PUSTAKA

Agustinus, I, Santoso, E, dkk. 2018. Klasifikasi Risiko Hipertensi Menggunakan Metode


Learning Vector Quantization (LVQ). Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu
Komputer, Volume 2, Nomor 8, Hal 2947-2955

Amanda, D, Martini, S. 2018. Hubungan Karakteristik dan Obesitas Sentral dengan Kejadian
Hipertensi. Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 6, Nomor 1, Hal 43-50

Health. 2006. Hipertensi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Manuntung, A. 2018. Terapi Perilaku Kognitif Pada Pasien Hipertensi. Wineka Media.
Malang

Rahajeng, E, Tuminah, R. 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinanya di Indonesia. Artikel


Penelitian, Volume 59, Nomor 12, Hal 581-587

Sigarlaki, HJO. 2006. Karakteristik dan Faktor Berhubungan dengan Hipertensi di Desa
Bocor,Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Tahun 2006. Jurnal
Kesehatan, Volume 10, Nomor 2, Hal 78-88

Zaenurrohmah, DH, Rachmayanti, RD. 2017. Hubungan Pengetahuan dan Riwayat


Hipertensi dengan Tindakan Pengendalian Tekanan Darah Pada Lansia. Surabaya, Jawa
Timur

http://nchumsworld.blogspot.com/2016/04/segitiga-epidemiologi-penyakit.html (diakses
tanggal 29 oktober 2020)

https://sardjito.co.id/2018/07/09/pencegahan-penyakit-hipertensi-dengan-gaya-hidup-
sehat-dan-peningkatan-pengetahuan-tentang-hipertensi/ (diakses tanggal 29 0ktober 2020)

http://coretan-al-f-r-e-d.blogspot.com/2015/03/ilmu-penyakit-umumhipertensi.html
(diakses tanggal 29 oktober 2020)

12
13

Anda mungkin juga menyukai