Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Berkat limpahan karunia nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
bejudul “Penyakit Hipertensi” dengan lancar.

Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan
dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ucapkan banyak terima kasih atas segala
partisipasinya dalam menyelesaikan makalah ini.

Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan


kekeliruan didalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa
maupun isi. Sehingga penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran
positif dari pembaca. Demikian apa yang dapat penulis sampaikan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk masyarakat umumnya, dan untuk penulis
sendiri khususnya.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Dan Manfaat Penulisan......................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
2.1 Definisi Penyakit Hipertensi..........................................................................4
2.2 Patofisiologi Penyakit Hipertensi...................................................................5
2.3 Faktor Resiko Penyakit Hipertensi.................................................................7
2.4 Gejala Klinis Penyakit Hipertensi..................................................................8
2.5 Pencegahan Dan Pengobatan Penyakit Hipertensi.......................................10
BAB III PENUTUP..............................................................................................13
3.1 Kesimpulan...................................................................................................13
3.2 Saran.............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pola penyakit di Indonesia mengalami transisi epidemiologi selama dua
dekade terakhir, yakni dari penyakit menular yang semula menjadi beban utama
kemudian mulai beralih menjadi penyakit tidak menular. Kecenderungan ini
meningkat dan mulai mengancam sejak usia muda. Penyakit tidak menular yang
utama di antaranya hipertensi, diabetes melitus, kanker, dan penyakit paru
obstruktif kronik.

Tekanan darah merupakan tekanan yang berasal dari jantung yang berfungsi
untuk menggerakkan darah keseluruh tubuh sehingga sangat penting pada sistem
sirkulasi tubuh manusia. Tekanan darah tinggi atau yang disebut dengan
hipertensi merupakan penyakit yang berbahaya di dalam dunia medis karena
penyakit tersebut dapat menyebabkan kematian pada setiap orang. Hipertensi
tersebut merupakan suatu kondisi dimana seseorang yang mempunyai tekanan
darah di dalam tubuh berada di atas batas normal sesuai dengan aturan medis yaitu
sistolik 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg.

Hipertensi adalah penyakit yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan


darah secara menetap. Umumnya, seseorang dikatakan mengalami hipertensi jika
tekanan darah berada di atas 140/90 mmHg. Hipertensi dibedakan menjadi dua
macam, yakni hipertensi primer (esensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi
dipicu oleh beberapa faktor risiko, seperti faktor genetik, obesitas, kelebihan
asupan natrium, dislipidemia, kurangnya aktivitas fisik, dan defisiensi vitamin D.
Prevalensi hipertensi yang terdiagnosis dokter di Indonesia mencapai 25,8% dan
Yogyakarta menduduki peringkat ketiga prevalensi hipertensi terbesar di
Indonesia. Tingkat prevalensi hipertensi diketahui meningkat seiring dengan
peningkatan usia dan prevalensi tersebut cenderung lebih tinggi pada masyarakat
dengan tingkat pendidikan rendah atau masyarakat yang tidak bekerja (Erica,
2017).

1
Hipertensi merupakan penyakit peningkatan tekanan darah di atas nilai
normal. Menurut American Society of Hypertension (ASH), hipertensi adalah
suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif akibat dari
kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan. Komplikasi yang dapat
terjadi akibat hipertensi adalah penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke,
gagal ginjal kronik, dan retinopati. Penyebab terjadinya hipertensi sampai saat ini
belum dapat dipastikan, namun dampak dari hipertensi mengakibatkan morbiditas
yang memerlukan penanganan serius, dan mortalitas yang cukup tinggi sehingga
hipertensi disebut sebagai “the silent killer”. Beberapa faktor yang diketahui
menyebabkan terjadinya hipertensi terdiri dari faktor penyebab yang dapat
dimodifikasi (diet, obesitas, merokok, dan penyakit DM) dan faktor penyebab
yang tidak dapat dimodifikasi (usia, ras, jenis kelamin dan genetik) (Bianti, 2015).

Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik


lebih dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90
mmHg setelah dua kali pengukuran terpisah.

Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer


atau esensial yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang
dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, dan
gangguan anak ginjal. Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara
tekanan darah yang terus-menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu
dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala (Bianti, 2015).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian penyakit hipertensi?

2. Bagaimanakah patofisiologi penyakit hipertensi?

3. Apa sajakah faktor resiko penyakit hipertensi?

2
4. Bagaimankah gejala klinis penyakit hipertensi?

5. Bagaimanakah pencegahan dan pengobatan penyakit hipertensi?

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penulisan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Penyakit Hipertensi

2. Untuk Mengetahui Patofisiologi Penyakit Hipertensi

3. Untuk Mengetahui Faktor Resiko Penyakit Hipertensi

4. Untuk Mengetahui Gejala Klinis Penyakit Hipertensi

5. Untuk Mengetahui Pencegahan dan pengobatan Penyakit Hipertensi

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Penyakit Hipertensi


Menurut American Society of Hypertension (ASH) hipertensi adalah suatu
sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif sebagai akibat dari
kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan, WHO menyatakan hipertensi
merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg
dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg, (JNC VII)
berpendapat hipertensi adalah peningkatan tekanan darah diatas 140/90 mmHg,
sedangkan menurut Brunner dan Suddarth hipertensi juga diartikan sebagai
tekanan darah persisten dimana tekanan darahnya diatas 140/90 mmHg. Dari
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hipertensi merupakan peningkatan
tekanan darah sistolik yang persisten diatas 140 mmHg sebagai akibat dari kondisi
lain yang kompleks dan saling berhubungan.

Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh karena


interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah juga
akan meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan
oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga
pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan
darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang
pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik
meningkat sampai dekade kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung
menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis,
pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik.
Pengaturan tekanan darah yaitu reflex baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya

4
sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran
darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun.

Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi


vaskuler perifer sebagai hasil temuan akhir tekanan darah meningkat karena
merupakan hasil temuan kali curah Jantung (HR x Volume sekuncup) x Tahanan
perifer.

Hipertensi yang tidak terkontrol akan menimbulkan berbagai komplikasi,


bila mengenai jantung kemungkinan dapat terjadi infark miokard, jantung
koroner, gagal jantung kongestif, bila mengenai otak terjadi stroke, ensevalopati
hipertensif, dan bila mengenai ginjal terjadi gagal ginjal kronis, sedangkan bila
mengenai mata akan terjadi retinopati hipertensif. Dari berbagai komplikasi yang
mungkin timbul merupakan penyakit yang sangat serius dan berdampak terhadap
psikologis penderita karena kualitas hidupnya rendah terutama pada kasus stroke,
gagal ginjal, dan gagal jantung (Bianti, 2015).

2.2 Patofisiologi Penyakit Hipertensi


Pada dasarnya hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang timbul
akibat berbagai interaksi faktor-faktor resiko tertentu. Faktor-faktor resiko yang
mendorong timbulnya kenaikan.

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah


terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah kapiler, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah kapiler.

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi


respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan

5
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana
sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapt memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan
renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan
hipertensi. Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah
perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut
usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan
ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan
perifer.

Pada dasarnya, tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan
perifer. Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tekanan perifer
akan mempengaruhi tekanan darah seperti asupan garam yang tinggi, faktor
genetik, stres, obesitas, faktor endotel. Selain curah jantung dan tahanan
perifer sebenarnya tekanan darah dipengaruhi juga oleh tebalnya atrium
kanan, tetapi tidak mempunyai banyak pengaruh. Dalam tubuh terdapat sistem
yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang
disebabkan oleh gangguan sirkulasi yang berusaha untuk mempertahankan

6
kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem pengendalian
tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari sistem yang
bereaksi dengan cepat misalnya reflek kardiovaskuler melalui sistem saraf,
reflek kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari
atrium, arteri pulmonalis otot polos. Dari sistem pengendalian yang bereaksi
sangat cepat diikuti oleh sistem pengendalian yang bereaksi kurang cepat,
misalnya perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang
dikontrol hormon angiotensin dan vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem yang
poten dan berlangsung dalam jangka panjang misalnya kestabilan tekanan darah
dalam jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah
cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ. Peningkatan tekanan darah pada
hipertensi primer dipengaruhi oleh beberapa faktor genetik yang menimbulkan
perubahan pada ginjal dan membran sel, aktivitas saraf simpatis dan renin,
angiotensin yang mempengaruhi keadaan hemodinamik, asupan natrium dan
metabolisme natrium dalam ginjal serta obesitas dan faktor endotel. Akibat yang
ditimbulkan dari penyakit hipertensi antara lain penyempitan arteri yang
membawa darah dan oksigen ke otak, hal ini disebabkan karena jaringan
otak kekurangan oksigen akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah
otak dan akan mengakibatkan kematian pada bagian otak yang kemudian
dapat menimbulkan stroke. Komplikasi lain yaitu rasa sakit ketika berjalan
kerusakan pada ginjal dan kerusakan pada organ mata yang dapat
mengakibatkan kebutaan, sakit kepala, Jantung berdebar-debar, sulit bernafas
setelah bekerja keras atau mengangkat beban kerja, mudah lelah, penglihatan
kabur, wajah memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil terutama di
malam hari telingga berdering (tinnitus) dan dunia terasa berputar (Made, 2017).

2.3 Faktor Resiko Penyakit Hipertensi

1. Usia

Kepekaan terhadap hipertensiakan meningkat seiring dengan


bertambahnya umur seseorang. Individu yang berumur diatas 60 tahun, 50-

7
60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg.
Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang
bertambah usianya.

2. Jenis Kelamin

Setiap jenis kelamin memiliki struktur organ dan hormon yang berbeda
demikian juga pada perempuan dan laki-laki. Berkaitan dengan hipertensi,
laki-laki mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal.
Laki-laki juga mempunyai risiko yang lebih besar terhadap mordibitas dan
mortalitas kardiovaskuler. Sedangkan pada perempuan, biasanya lebih rentan
terhadap hipertensi ketika mereka berumur diatas 50 tahun

3. Riwayat Keluarga

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan


keluarga tersebut mempunyai risiko menderita hipertensi. Individu dengan
orangtua hipertensi mempunyai risiko duakali lebih besar untuk menderita
hipertensi daripada individu yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat
hipertensi.Ada baiknya mulai sekarang kita memeriksa riwayat kesehatan
keluarga sehingga kita dapat melakukan antisipasi dan pencegahan. Ini tidak
hanya berlaku untuk penyakit hipertensi tetapi juga untuk penyakit-penyakit
berat lainnya. Bagaimanapun melakukan pencegahan dan antisipasi terhadap
penyakit jauh lebih baik daripada melakukan pengobatan (Rusmiyanti, 2019).

2.4 Gejala Klinis Penyakit Hipertensi


Menurut Edward K Chung, 1995 dalam Padila (2013), tanda dan gejala pada
hipertensi dibedakan menjadi :

1. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang soesifik yang dapat dihubungkan dengan


peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteru oleh dokter yang
memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa
jika tekanan arteri tidak terukur.

8
2. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi


meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan
medis.

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala,


meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya
tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, pendarahan dari hidung,
pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi maupun seseorang dengan tekanan darah yang normal.

Gejala-gejala tersebut bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi


maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Hipertensi tidak
memiliki keluhan dan tanda yang khas, karena itulah hipertensi disebut
sebagai silent killer atau pembunuh yang diam-diam. Jika hipertensinya berat
atau menahun dan tidak diobati bisa muncul gejala sakit kepala, kelelahan,
mual, muntah, sesak napas, gelisah, pandangan menjadi kabur, yang terjadi
karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal. Penderita
hipertensi berat kadang-kadang mengalami penurunan kesadaran dan bahkan
koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati
hipertensif yang memerlukan penanganan segera. Apabila tidak ditangani
keadaannya akan semakin parah dan dapat memicu kematian

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul
gejala sebagai berikut :

1. Sakit kepala

2. Kelelahan

9
3. Mual

4. Muntah

5. Sesak nafas

6. Gelisah

7. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati
hipertensif, yang memerlukan penanganan segera (Noerinta, 2018).

2.5 Pencegahan Dan Pengobatan Penyakit Hipertensi


Harus diakui sangat sulit untuk mendeteksi dan mengobati penderita
hipertensi secara adekuat, harga obat-obatan hipertensi tidaklah murah, obat-obat
baru amat mahal dan mempunyai banyak efek samping. Untuk alasan inilah
pengobatan hipertensi sangat penting, tapi tidak lengkap tanpa dilakukan tindakan
pencegahan untuk menurunkan faktor resiko. Pencegahan sebenarnya merupakan
bagian dari pengobatan hipertensi, karena mampu memutus mata rantai hipertensi
dan komplikasinya.

Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan


jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, baik dokter
dari berbagai bidang peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun
masyarakat diperlukan agar hipertensi dapat dikendalikan. Pengobatan hipertensi
memang pentingtetapi tidak lengkap tanpa dilakukan tindakan pencegahan untuk
menurunkan faktor resiko penyakit kardiovaskuler hipertensi. Pencegahan
hipertensi dilakukan melalui dua pendekatan :

10
1. Pemberian edukasi tentang hipertensi. Munculnya masalah kesehatan
seperti hipertensi tidak hanya disebabkan oleh kelalaian individu, namun
dapat juga disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat sebagai akibat dari
kurangnya informasi tentang suatu penyakit. Rendahnya pengetahuan
tenaga kesehatan, pasien, dan masyarakat tentang hipertensi merupakan
penyebab utama tidak terkontrolnya tekanan darah, terutama pada pasien
hipertensi di Asia. Dari penelitian yang dilakukan ( Armilawaty,2009)
50% dari penderita Hipertensi dewasa tidak menyadari sebagai penderita
hipertensi sehingga mereka cenderung menjadi hipertensi berat karena
tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor resiko. Masih kurangnya
informasi tentang perbaikan pola makan bagi penderita hipertensi juga
membuat pengetahuan masyarakat tentang perbaiakan pola makan masih
rendah. Pemberian informasi kesehatan diharapkan mampu mencegah dan
mengurangi angka kejadian suatu penyakit dan sebagai sarana promosi
kesehatan. Pemberian edukasi mengenai hipertensi terbukti efektif dalam
pencegahan hipertensi.

2. Modifikasi Gaya Hidup. Gaya hidup merupakan faktor penting yang


mempengaruhi kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang tidak sehat dapat
menjadi penyebab terjadinya hipertensi misalnya aktivitas fisik, pola
makan, dan stres, dll. Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi
dapat dikurangi dengan cara memeriksa tekanan darah secara teratur;
menjaga berat badan ideal; mengurangi konsumsi garam; jangan merokok;
berolahraga secara teratur; hidup secara teratur; mengurangi stress; jangan
terburu-buru; dan menghindari makanan berlemak. Menjalankan pola
hidup sehat setidaknya selama 4–6 bulan terbukti dapat menurunkan
tekanan darah dan secara umum dapat menurunkan risiko permasalahan
kardiovaskular (Promkes Sardjito, 2018).
Pencegahan sebenarnya merupakan bagian dari pengobatanhipertensi karena
mampu memutus matarantai penatalaksanaan hipertensi dankomplikasinya.
Pencegahan hipertensi dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah

11
dengan memberikan ASI, olahraga teratur, gizi seimbang, penggunaan
antihipertensi, dan pencegahan autoimunitas.

Pencegahan hipertensi juga dapat dilakukan dengan cara mencegah


terjadinya autoimunitas. Selama beberapa tahun terakhir, telah jelas bahwa
aktivasi sistem imun adaptif memainkan peran penting dalam pengembangan dan
pemeliharaan hipertensi. Sebagai contoh, sebuah penelitian awal oleh White dan
Grollman menunjukkan bahwa antigen pembuluh darah dan ginjal dikaitkan
dengan hipertensi dalam model infark ginjal, hal tersebut menjadi dasar
pemikiranbahwa autoimunitas adalah hal yang mendasar. Harrison dan rekan telah
mengusulkan konsep bahwa stres fisiologis, termasuk tingginya angiotensin II,
menyebabkan pelepasan antigen lokal yang pada akhirnya mengakibatkan aktivasi
sistem kekebalan tubuh adaktif untuk mempertahankan hipertensi (Rika, 2016)

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hipertensi merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari semua


kalangan masyarakat, mengingat dampak yang ditimbulkannya baik jangka
pendek maupun jangka panjang dimana meningginya tekanan darah berhubungan
dengan meningkatnya risiko terjadinya penyakit jantung koroner, stroke, gagal
jantung, isufisiensi renal, dan peyakit vaskuler perifer. Prevalensi hipertensi
semakin meningkat dengan bertambahnya usia, dan pemberian obat-obatan
terbukti sangan bermanfaat untuk mengobati hipertensi. Namun dengan obat-
oabatan saja tidak dapat mengobati penyakit kardiovaskuler-renal akibat
hipertensi. Pencegahan merupakan faktor penting. Dengan mengetahui gejala dan
faktor resiko hipertensi yang terjadi diharapkan masyarakat mampu mencegah
terjadinya hipertensi atau terjadinya komplikasi dan kematian. Hipertensi adalah
the killer diseases, penderita akan datang berobat setelah timbul kelainan organ
akibat hipertensi. Untuk mencegah terjadinya kelainan organ tersebut diperlukan
pencegahan. Ada berbagai hal yang dapat dilakukan dalam pencegahan hipertensi.
Bentuk-bentuk pencegahan tersebut masih ada yang pro dan kontra sehingga
diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pencegahannya.

3.2 Saran

13
Diharapkan untuk kedepannya terdapat pencarian lebih lanjut mengenai
penjelasan lebih rinci atau secara detail lagi mengenai penyakit hipertensi
sehingga dapat menjadi bahan referensi tambahan kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA
Bianti Nuraini, 2015. Risk Factors Of Hypertension. J MAJORITY, Vol. 4, No. 5

Erica Kusuma Rahayu Sudarsono, Julius Fajar Aji Sasmita, Albertus Bayu
Handyasto, Stefanus Sofian Arissaputra1 Natalia Kuswantiningsih, 2017.
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, Vol. 3, No. 1, DOI:
http://doi.org/10.22146/jpkm.23286

Jumriani Ansar, Indra Dwinata, Apriani.M, 2019. Determinan Kejadian


Hipertensi Pada Pengunjung Posbindu Di Wilayah Kerja Puskesmas
Ballaparang Kota Makassar. Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan (JNIK)
LP2M Unhas, Vol. 1, No. 3.

Made Yogi Krisnanda, 2017. Laporan Penelitian Hipertensi. Ilmu Penyakit Dalam
Rsup Sanglah, Fakultas Kedokteran. Universitas Udayana

Noerinta Ridhasta Dewi, 2018. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian


Hipertensi Pada Lansia Di Kelurahan Manisrejo Kota Madiun. Skripsi.
Kesehatan Masyarakat. Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun

14
Rika Lisiswanti, Dea Nur Aulia Dananda, 2016. Upaya Pencegahan Hipertensi.
Majority, Vol. 5, No. 3.

Rusmiyati Onik, 2019. Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Natrium Dan Status


Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Usia Dewasa Muda (Studi Di
Wilayah Kerja Puskesmas Tamansari Kota Tasikmalaya).  Sarjana Thesis,
Universitas Siliwangi.

15

Anda mungkin juga menyukai