Kata pengantar.................................................................................................. 1
Daftar isi........................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 3
A. Latar belakang...................................................................................... 3
B. Rumusan masalah................................................................................. 5
C. Tujuan................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 6
A. Definisi................................................................................................. 6
B. Etiologi................................................................................................. 7
C. Patofisiologi.......................................................................................... 8
D. Pathway................................................................................................. 10
E. Klasifikasi............................................................................................. 10
F. Pemeriksaan penunjang........................................................................ 11
G. Penatalaksanaan medis......................................................................... 11
H. Komplikasi............................................................................................ 13
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN............................................................ 16
A. Pengkajian............................................................................................. 16
B. Diagnosa keperawatan dan Intervensi.................................................. 17
C. Evaluasi................................................................................................. 19
BAB IV PENUTUP.......................................................................................... 20
A. Kesimpulan........................................................................................... 20
Daftar Pustaka................................................................................................... 21
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
2
mengontrol tekanan darah dalam jangka panjang mengakibatkan terjadi
komplikasi hipertensi, peningkatan penyakit kardiovaskuler (WHO,2016).
3
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Hipertensi?
2. Bagaimana etiologi Hipertensi?
3. Bagaimana patofisiologi Hipertensi?
4. Bagaimana pathway Hipertensi?
5. Bagaimana klasifikasi Hipertensi?
6. Apa pemeriksaan penunjang Hipertensi?
7. Bagaimana penatlaksanaan Hipertensi?
8. Bagaimana komplikasi Hipertensi?
9. Bagaimana pengakajian Hipertensi?
10. Bagaimana mendiagnosa Hipertensi?
11. Bagaimana intervensi dan evaluasi Hipertensi?
A. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami definisi Hipertensi.
2. Mengetahui dan memahami etiologi Hipertensi.
3. Mengetahui dan memahami patofisiologi Hipertensi.
4. Mengetahui dan memahami pathway Hipertensi.
5. Mengetahui dan memahami klasifikasi Hipertensi
6. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang Hipertensi.
7. Mengetahui dan memahami penatlaksanaan Hipertensi.
8. Mengetahui dan memahami komplikasi Hipertensi
9. Mengetahui dan memahami pengakajian Hipertensi
10. Mengetahui dan memahami mendiagnosa Hipertensi
11. Mengetahui dan memahami intervensi dan evaluasi Hipertensi
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
5
Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan
bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan
darah. Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80tahun dan tekanan
diastolic terus meningkat sampai usi 55-60tahun , kemudian berkurang
secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
Hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila
tidak diobati, akan menimbulkan kematian dalam waktu 3-6 bulan.
Hipertensi ini jarang terjadi, hanya 1 dari setiap 200 penderita
hipertensi.Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara
alami.Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang
jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh
aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan
lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga
berbeda, paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur
malam hari.
B. Etiologi
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi hipertensi primer
dan sekunder. Lebih dari 90% kasus adalah hipertensi primer sedangkan
hipertensi primer hanya sekitar 5-8% dari seluruh penderita hipertensi.
Penyebab hipertensi primer terdiri dari faktor genetik dan lingkungan.
Faktor keturunan dapat dilihat dari riwayat penyakit kardiovaskuler dalam
keluarga yang berupa sensitivitas terhadap natrium, kepekaan terhadap
stres, peningkatan reaktifitas vaskuler (Terhadap vasokontriktor) dan
resistensi insulin. Konsumsi garam (natrium) berlebihan, stres psikis dan
obesitas diyakini sebagai penyebab hipertensi yang berasal dari
lingkungan (Pudiastuti, 2011).
1. Hipertensi primer
Hipertensi primer adalah suatu kondisi dimana terjadi tekanan
darah tinggi sebagai dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor
lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan
mengakibatkan kelebihan berat badan atau obesitas, merupakan
6
pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu
pula seseorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stressor
tinggi. Orang-orang yang merokok dan kurang olahraga pun bisa
mengalami tekanan darah tinggi.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah suatu kondisi dimana terjadinya
peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang
mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal
ginjal atau kerusakan system hormone tubuh..
C. Patofisiologi
Meningkatnya tekanan darah didalam arteri bisa terjadi melalui
beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan
lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan
kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.
Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang
sempit dari pada biasanyadan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang
terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku
karena arterioskalierosis.
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat
terjadi vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara
waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormone di dalam darah.
Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya
tekanan darah.Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga
tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh.Volume
darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.
Sebaiknya jika aktivitas memompa jantung berkurang arteri
mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi maka tekanan
darah akan menurun. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut
dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan system saraf
otonom (bagian dari system saraf yang mengatur berbagai fungsi secara
7
otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan tekanan darah
melalui beberapa cara: jika tekanan darah meningkat, ginjal akan
menyebabkan kurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah
ke normal.
Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan
garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah
kembali normal. Ginjal juga bisa mrningkatkan tekanan darah dengan
menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicupembentukan
hormon angiotensi, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormone
aldosterone. Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan
tekanan darah, karena itu berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal dapat
menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.Misalnya penyempitan arteri
yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa
menyebabkan hipertensi.Peradangan dan cidera pada salah satu atau kedua
ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah.
System saraf simpatis merupakan bagian dari system saraf otonom
yang untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah selama
respon flight-or-flight (reaksi tubuh terhadap ancaman dari luar)
meningkatkan kecepatan dan kekutan denyut jantung dan juga
mempersempit sebagian besar arteriola di daerah tertentu (misalnya otot
rangka yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak) mengurangi
pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan menungkatkan
volume darah dalam tubuh, melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan
norepinefrin (noradrenalin), yang merangsangkan jantung dan pembuluh
darah. Faktor stress merupakan satu faktor pencetus terjadinya
peningkatan teakanan darah dengan proses pelepasan hormone epinefrin
dan norepinefrin .
8
D. Pathway
E. Klasifikasi
Hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi yaitu dengan
penyebab yang tidak diketahui (Hipertensi esensial/primer/idiopatik) atau
9
diketahui (sekunder). Sebagian besar kasus hipertensi diklasifikasikan
sebagai esensial, tetapi kemungkinan penyebab yang melatar belakanginya
harus selalu ditentukan (Syamsudin, 2011).
F. Pemeriksaan penunjang
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
2. Pemeriksaa retina.
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti
ginjal dan jantung.
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri.
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa.
6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal
pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
7. Foto dada dan CT Scan (Padila, 2013).
G. Penatalaksanaan medis
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengolaan penyakit hipertensi meliputi : (Padila, 2013).
1) Terapi tanpa obat
10
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat.
Terapi tanpa obat meliputi :
b. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolestrol dan rendah asam lemak jenuh
3) Penurunan berat badan
4) Menghentikan merokok
5) Diet tinggi kalium.
c. Latihan fisik
Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olahraga yang
mempunyai empat prinsip yaitu :
1) Macam olahraga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, joging,
bersepeda, berenang dan lain-lain.
2) Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari kapasitas
aerobic atau 72-87% dari denyut nadi maksimal yang disebut
zona latihan.
3) Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam
zona latihan.
4) Frekuensi latihan sebaiknya 3 kali perminggu dan paling baik
5 kali perminggu.
d. Edukasi psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi:
1) Teknik biofeedback
Biofeedback adalah suatu teknik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan
tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap normal.
Penerapan biofeedback terutama di pakai untuk mengatasi
gangguan somatic seperti nyeri kepala dan migraine. Juga
11
untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan
ketergantungan.
2) Teknik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau teknik yang bertujuan
untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara
melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam
tubuh menjadi rileks.
e. Pendidikan kesehatan
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya
dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
1) Terapi dengan obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan
tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah
komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah
kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur
hidup penderita. Dokter ahli hipertensi (Joint National
Commitle on Detection Evaluasion and Treatment of High
Blood Pressure, USA, 1998 ) menyimpulkan bahwa obat
diuretika, penyengat beta, antagonis kalsium, atau penghambat
ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan
memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada
pada penderita.
H. Komplikasi
Faktor resiko penyakit tekanan darah tinggi (Pudiastuti, 2011) :
1. Stroke
Penderita stroke dapat juga disebakan oleh tekanan darah tinggi
(hypertensi) yang sering mengakibatkan munculnya perdarahan otak
yang disebabkan pecahnya pembuluh darah. Kemudian dapat juga
diakibatkan oleh thrombosis pembekuan darah pada pembuluh darah
12
serta emboli yaitu adanya benda asing yang terbawa aliran darah dalam
pembuluh darah serta bisa menyumbat bagian distal pembuluh (Abib,
2009).
2. Gagal jantung
Gagal jantung adalah kondisi patofisiologi dimana kelainan fungsi
jantung menyebabkan jantung tidak dapat memompa dengan kecepatan
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau
dimana jantung hanya bisa melakukannya dengan volume diastolik
yang sangat tinggi. Gagal jantung bisa terjadi pada penyakit jantung
bawaan atau valvular dimana otot jantung rusak akibat beban
hemodinamik jangka panjang yang berlebihan karena kelainan valvular
atau cacat jantung (Syamsudin, 2011).
3. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan suatu kondisi medis dimana ginjal tidak
bisa menyaring toksin dan produk-produk limbah secara adekuat dari
dalam darah. Ada dua bentuk gagal ginjal yaitu cidera akut dan
penyakit ginjal kronis. Sejumlah penyakit atau masalah kesehatan
lainnya dapat menyebabkan salah satu bentuk gagal ginjal diatas.
Masalah-masalah yang sering ditemukan karena malfungsi ginjal adalah
gangguan keseimbangan cairan, asam basa, kadar potasim, kalsium dan
fosfat serta dapat menyebabkan anemia bila terjadi dalam jangka
panjang. Hematuria dan proteinuria bisa terjadi sesuai penyebab gagal
ginjal (Syamsudin, 2011).
Penyakit ginjal biasanya akibat tekanan darah tinggi yang tidak
dirawat, penyakit ginjal terjadi saat kerusakan pembuluh darah dalam
ginjal menyebabkan menurunnya kemampuan untuk mengeluarkan
garam dan air, yang pada gilirannya menyebabkan rendahnya kadar
rennin plasma (protein yang dihasilkan oleh ginjal yang mengatur
cairan tubuh) dan cairan tertahan. Cairan yang tertahan itu
13
meningkatkan tekanan darah yang menyebabkan efek bola salju
kerusakan lain pada ginjal (Divine, 2012).
4. Kebutaan
Hipertensi dapat merusak pembuluh darah ke otak, retinopati juga
dapat merusak pembuluh darah ke retina mengakibatkan perubahan
pengalihatan atau kebutaan. Sering kerusakan ini tidak diketahui
sehingga menjadi permanen (Divine, 2012).
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1) Aktivitas/ Istirahat
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.
Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis,
jugularis,radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi
vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi
perifer) pengisiankapiler mungkin lambat/ bertunda.
3) Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress
multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda : Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue
perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan
menghela, peningkatan pola bicara.
4) Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau
riwayatpenyakit ginjal pada masa yang lalu).
5) Makanan/cairan
15
Gejala: Maanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi
garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB
akhir akhir ini(meningkat/turun) Riowayat penggunaan diuretic.
Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema,
glikosuria.
6) Neurosensori
Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit
kepala,subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan
secara spontansetelah beberapa jam) Gangguan penglihatan
(diplobia, penglihatan kabur,epistakis).
Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara,efek, proses piker, penurunan keuatan genggaman tangan.
7) Nyeri/ ketidaknyaman
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan
jantung),sakit kepala.
8) Pernafasan
Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja
takipnea,ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan
sputum, riwayat merokok.
Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan
bunyinafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
9) Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
B. Diagnosa keperawatan dan Intervensi
Diagnosa keperawatan yang muncul dan Rencana Keperawatan pada
Klien dengan Hipertensi adalah :
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard,
hipertropi ventricular.
a. Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi
vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard.
16
b. Intervensi keperawatan :
1) Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan
tehnik yang tepat.
2) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
3) Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
4) Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian
kapiler.
5) Catat edema umum.
6) Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
7) Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat
ditemapt tidur/kursi.
8) Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai
kebutuhan.
9) Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan
leher.
10) Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas
pengalihan.
11) Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan
darah.
12) Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai
indikasi.
13) Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
a. Hasil yang diharapkan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang
menurunkan TD, mempertahankan TD dalam rentang yang
dapat diterima, memperlihatkan irama dan frekuensi jantung
stabil.
2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral.
a. Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat
b. Intervensi keperawatan :
17
1) Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit
penerangan.
2) Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan.
3) Batasi aktivitas.
4) Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin.
5) Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan.
6) Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti
kompres es, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan
imajinasi, hindari konstipasi.
c. Hasil yang diharapkan : Pasien mengungkapkan tidak adanya
sakit kepala dan tampak nyaman.
3. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung
berhubungan dengan gangguan sirkulasi
a. Tujuan : sirkulasi tubuh tidak terganggu
b. Intervensi :
1) Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur
2) Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur,
duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia
3) Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan
4) Amati adanya hipotensi mendadak
5) Ukur masukan dan pengeluaran
6) Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan
7) Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan
c. Hasil yang diharapkan : Pasien mendemonstrasikan perfusi
jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam
batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala,
pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal. Haluaran
urin 30 ml/ menit ada tanda-tanda vital stabil.
C. Evaluasi
18
1. Resiko penurunan jantung tidak terjadi
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertensi adalah keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan
peningkatan angka kesakitan (morbitas) dan angka kematian/mortalis.
Tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap
denyut jantung yaitu fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik
140 menunjukkan fase darah yang sedang diompa oleh jantung dan fase
distolik 90 menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung.
Penyebab hipertensi terbagi menjadi dua :
1. Hipertensi primer
Hipertensi primer adalah suatu kondisi dimana terjadi tekanan
darah tinggi sebagai dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor
lingkungan.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah suatu kondisi dimana terjadinya
peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang
mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal
ginjal atau kerusakan system hormone tubuh..
19
DAFTAR PUSTAKA
20