Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Ilmu Penyakit dan Penunjang Diagnostik

HIPERTENSI

Disusun oleh:

1. Novalia karisma putri


2. Nur fairuz salsabilla
3. Riri intan yuliani
4. M. robbiansyah
5. Salmiah
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang penyakit hipertensi ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata pelajaran ‘Ilmu Penyakit
dan Penunjang Diagnostik’. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
apa itu hipertensi, penyebab dari penyakit hipertensi, dan bagaimana pengobatan hipertensi.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dan menambah pengetahuan. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Tenggarong, 30 agustus 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………………vii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………….viii

BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………….…….1
A. Latar Belakang……………………………………………………………………………………………………..1
B. Tujuan Pembelajaran…………………………………………………………………………………………..1

BAB 2 ISI……………………………………………..…………………………………………………………………..
A. Pengertian Hipertensi………………………….………………………………………………………………
B. Faktor Risiko Hipertensi………………………………………………………………………………………
C. penyebab Hipertensi……………………………………………………………………………………….…..
D. gejala Hipertensi………………………………………………………………………………………………….
E. diagnosis Hipertensi…………………………………………………………………………………………….
F. pengobatan Hipertensi………………………………………………………………………………………..
G. pencegahan Hipertensi………………………………………………………………………………………..

BAB 3 PENUTUP……………………………………………..……………………………………………………….
Kesimpulan………………………………………………………………………………………………………………
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari sama dengan
140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg. Hipertensi seringkali tidak menimbulkan
gejala, sementara tekanan darah yang terus-menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan
tekanan darah secara berkala (Sidabutar, 2009).
Berdasarkan data dari WHO tahun 2000, menunjukkan sekitar 972 juta orang atau 26,4% penduduk
dunia menderita hipertensi, dengan perbandingan 50,54% pria dan 49,49 % wanita. Data statistic dari
Nasional Health Foundation di Australia memperlihatkan bahwa sekitar 1.200.000 orang Australia
(15% penduduk dewasa di Australia) menderita hipertensi. Besarnya penderita di negara barat
seperti, Inggris, Selandia Baru, dan Eropa Barat juga hamper 15% (Maryam, 2008). Di Amerika Serikat
15% ras kulit putih pada usia 18-45 tahun dan 25-30% ras kulit hitam adalah penderita hipertensi
(Miswar, 2004). Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, prevalensi hipertensi di Indonesia tahun
2004 sekitar 14% dengan kisaran 13,4 - 14,6%, sedangkan pada tahun 2008 meningkat menjadi 16-
18%.

B. Tujuan Pembelajaran
1. Dapat mengetahui apa itu hipertensi.
2. Dapat mengetahui faktor apa saja yang dapat menyebabkan penyakit hipertensi.
3. Dapat mengetahui upaya apa yang dapat dilakukan untuk penderita hipertensi.
4. Badpat mengetahui bagaimana gejala penyakit hipertensi.
BAB 2
ISI

A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi. Tekanan darah itu sendiri adalah kekuatan
aliran darah dari jantung yang mendorong dinding pembuluh darah (arteri).
Kekuatan tekanan darah ini bisa berubah dari waktu ke waktu, dipengaruhi oleh aktivitas apa yang
sedang dilakukan jantung (misalnya sedang berolahraga atau dalam keadaan normal/istirahat) dan
daya tahan pembuluh darahnya.
Pengertian hipertensi adalah kondisi di mana tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 milimeter
merkuri (mmHG).
Angka 140 mmHg merujuk pada bacaan sistolik, ketika jantung memompa darah ke seluruh tubuh
atau saat berkontraksi. Sementara itu, angka 90 mmHg mengacu pada bacaan diastolik, ketika
jantung beristirahat atau dalam keadaan rileks sembari mengisi ulang bilik-biliknya dengan darah.
Hipertensi adalah salah satu penyakit yang sering disebut dengan “pembunuh diam-diam” karena
penyakit ini tidak menyebabkan gejala jangka panjang. Namun, penyakit ini mungkin mengakibatkan
komplikasi yang mengancam nyawa, seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke, dan
gagal ginjal.
Tekanan darah normal berkisar di angka 120/80 mmHg. Saat angka sistolik dan diastolik berada di
kisaran ini, maka Anda dapat disebut memiliki tekanan darah normal. Seseorang baru disebut
memiliki darah tinggi atau mengidap hipertensi jika hasil pembacaan tekanan darah menunjukkan
140/90 mmHg. Tekanan darah yang terlalu tinggi akan mengganggu sirkulasi darah. Meski demikian,
memiliki tekanan darah normal bukan berarti Anda bisa bersantai. Saat angka sistolik Anda berada
di antara 120-139, atau jika angka diastolik (angka bawah) berkisar di 80-89, ini artinya Anda
memiliki “prehipertensi”. Walaupun angka ini belum bisa dianggap hipertensi, tetap saja ini di atas
angka normal yang patut diwaspadai. Apabila pembacaan tekanan darah Anda berada di atas
180/120 mmHg, atau jika memiliki tekanan sistolik atau diastolik yang lebih tinggi dari angka ini,
Anda berisiko menghadapi masalah kesehatan yang sangat serius. Angka ini menunjukkan kondisi
yang disebut krisis hipertensi.

B. Faktor Risiko Hipertensi


Terdapat beberapa faktor risiko penyebab penyakit hipertensi yang tidak dapat Anda ubah atau
perbaiki, seperti usia, keturunan dan riwayat keluarga. Namun, Anda masih dapat mengubah
beberapa faktor risiko agar terhindar dari risiko hipertensi. 
Berikut faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko Anda terkena hipertensi.
1. Konsumsi Makanan Tinggi Garam
Konsumsi makanan yang terlalu tinggi natrium (garam)  dan kalium yang terlalu rendah membuat
Anda memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena tekanan darah tinggi. Garam biasanya
banyak ditemukan dalam makanan, bumbu penyedap, dan pengawet. Menurut Pedoman Gizi
Seimbang, konsumsi garam sebaiknya sebanyak 1 sendok teh per hari. Hal ini untuk mengurangi
risiko hipertensi. Selain itu konsumsi kalium berlebih sebagai mineral yang dibutuhkan tubuh juga
dapat meningkatkan tekanan darah. Kalium ditemukan dalam banyak makanan, pisang, kentang,
kacang-kacangan, dan yogurt yang memiliki kadar kalium tinggi.
2. Kurang Aktivitas Fisik
Melakukan aktivitas fisik secara teratur membantu jantung dan pembuluh darah Anda tetap kuat
dan sehat, yang dapat membantu menurunkan tekanan darah. Aktivitas fisik yang teratur dapat
membantu Anda menjaga berat badan yang sehat, di mana dengan menjaga berat badan normal
kita dapat mengurangi salah satu faktor risiko penyebab penyakit hipertensi lainnya, yaitu
obesitas. Aktivitas fisik sebaiknya dilakukan selama 30-45 menit per hari dan  minimal 3-5 kali
seminggu.
3. Obesitas
Obesitas berarti Anda memiliki berat badan yang tidak normal. Jika Anda menderita obesitas
membuat jantung Anda bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Dengan
berjalannya waktu, jantung Anda dapat terus mendapat beban yang semakin berat dan
menimbulkan tekanan pada pembuluh darah Anda. 
Biasanya, obesitas berkaitan dengan kadar kolesterol jahat dan trigliserida yang tinggi. Konsumsi
lemak trans dan lemak jenuh secara berlebihan dapat menyebabkan obesitas. Selain tekanan
darah tinggi, obesitas juga bisa memicu penyakit jantung dan diabetes.
Pengukuran antropometri yang seperti BMI (Body Mass Index), lingkar pinggang, dan lingkar
pinggul dapat digunakan untuk mengukur kelebihan berat badan, obesitas, dan obesitas sentral.
Dalam International Journal of Hypertension, disebutkan bahwa kelebihan berat badan dan
obesitas adalah faktor risiko utama yang dapat dimodifikasi (faktor risiko yang dapat diubah)
untuk berisiko lebih tinggi terhadap hipertensi. Orang dengan kelebihan berat badan memiliki
risiko dua kali lipat lebih besar terhadap hipertensi dan orang dengan obesitas memiliki risiko
lebih dari tiga kali lipat dibandingkan dengan orang yang kekurangan berat badan dalam
penelitian ini.
4. Konsumsi Alkohol Berlebih dan Perilaku Merokok
Konsumsi terlalu banyak alkohol dapat meningkatkan tekanan darah Anda. Menurut CDC, pada
wanita seharusnya mengonsumsi alkohol tidak lebih dari satu gelas sehari dan pria seharusnya
mengonsumsi alkohol tidak lebih dari dua gelas sehari. 
Merokok juga dapat meningkatkan risiko Anda terhadap hipertensi. Merokok dapat merusak
jantung dan pembuluh darah Anda. Selain itu nikotin dapat meningkatkan tekanan darah, dan
menghirup karbon monoksida yang dihasilkan dari asap rokok akan mengurangi jumlah oksigen
yang bisa dibawa oleh darah Anda.
Dalam International Journal of Hypertension juga disebutkan bahwa konsumsi alkohol dan
merokok dapat meningkatkan risiko Anda terhadap hipertensi. Orang dengan konsumsi alkohol
memiliki risiko 1,55 lebih besar dibandingkan orang yang tidak mengonsumsi alkohol. Sedangkan
pada perokok miliki risiko 1,86 lebih besar terhadap hipertensi dibandingkan dengan orang yang
tidak merokok.
Salah satu obat yang dapat membantu mengatasi hipertensi adalah Euthyrox 50 mcg – 100 tablet
(Rp 199.500). Penggunaan obat ini harus sesuai dengan petunjuk dokter.
Itulah beberapa informasi mengenai faktor risiko hipertensi. Mulailah pola hidup sehat seperti
konsumsi garam seimbang, pembatasan konsumsi makanan yang tinggi lemak trans dan lemak
jenuh, hindari perilaku merokok dan konsumsi alkohol berlebih, serta melakukan aktivitas fisik
secara rutin.
Kami dapat membantu anda memenuhi kebutuhan obat untuk penyakit kronis. Unduh aplikasi
Lifepack melalui Google Play Store maupun App Store sekarang.
C. Penyebab Hipertensi
Hipertensi terbagi menjadi dua jenis, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Masing-masing
memiliki penyebab yang berbeda seperti berikut.
1. Hipertensi primer
Hipertensi primer adalah tekanan darah tinggi yang penyebabnya tidak diketahui. Hipertensi
primer cenderung berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun. hipertensi
primer biasanya didiagnosis setelah dokter mengamati hasil tensi pasien selama tiga kali
kunjungan berturut-turut tetap tinggi, padahal sudah menghindari pemicunya.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah kondisi tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh penyakit tertentu.
Beberapa orang memiliki tekanan darah tinggi karena kesehatan yang mendasarinya. Hipertensi
sekumder cenderung muncul tiba-tiba dan menyebabkan tekanan darah lebih tinggi daripada
hipertensi primer.
Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder, antara lain:
a. Obstruktif sleep apnea (OSA).
b. Masalah ginjal.
c. Tumor kelenjar adrenal.
d. Masalah tiroid.
e. Cacat bawaan di pembuluh darah.
f. Obat-obatan, seperti pil KB, obat flu, dekongestan, obat penghilang rasa sakit yang dijual
bebas.
g. Obat-obatan terlarang.

D. Gejala Hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit yang berbahaya, karena bisa terjadi tanpa gejala. Bahkan, pada
beberapa kasus, gejalanya baru muncul setelah hipertensi makin parah dan sampai mengancam
nyawa. Gejala yang dapat muncul pada kondisi tersebut antara lain:
a. Mual
b. Muntah
c. Sakit kepala
d. Mimisan
e. Sesak napas
f. Nyeri dada
g. Gangguan penglihatan
h. Telinga berdenging
i. Gangguan irama jantung
j. Darah dalam urine

E. Diagnosis Hipertensi
Dalam menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan tanya jawab terkait riwayat penyakit
pasien dan keluarga pasien. Dokter juga akan bertanya mengenai gaya hidup pasien, seperti
kebiasaan merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol.
Diagnosis hipertensi dilakukan dengan mengukur tekanan darah pasien menggunakan alat yang
disebut sphygmomanometer. Berikut ini adalah tahapan pemeriksaan tekanan darah yang benar
agar didapatkan hasil yang akurat:
a. Pasien tidak boleh berolahraga, merokok, dan mengonsumsi minuman berkafein 30 menit
sebelum pemeriksaan tekanan darah.
b. Pasien akan diminta untuk buang air kecil terlebih dahulu, kemudian duduk rileks di kursi
dengan kaki berpijak di lantai.
c. Pasien perlu menggulung lengan kemeja atau melepas pakaian yang menutupi area
pemasangan manset sphygmomanometer.
d. Pasien tidak boleh berbicara selama pemeriksaan tekanan darah berlangsung.
e. Dokter akan mengukur tekanan darah pada kedua lengan pasien, lalu pengukuran akan
diulang di lengan dengan tekanan darah yang lebih tinggi.
f. Dokter akan mengulang pengukuran tekanan darah minimal dua kali dengan jeda 1–2 menit.

Selanjutnya, hasil pengukuran tekanan darah akan diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Normal: berada di bawah 120/80 mmHg


b. Normal Meningkat: berkisar antara 120ꟷ129 mmHg untuk tekanan sistolik dan kurang dari 80
mmHg untuk tekanan diastolik
c. Hipertensi tingkat 1: 130/80 mmHgꟷ139/89 mmHg
d. Hipertensi tingkat 2: 140/90 mmHg atau lebih tinggi

Kemudian, untuk mencari tahu penyebab tekanan darah tinggi dan mendeteksi kerusakan organ
yang mungkin terjadi akibat hipertensi, dokter dapat melakukan pemeriksaan lebih lanjut
dengan:

a. Tes darah, untuk mengukur kadar kolesterol dan kreatinin


b. Tes urine, untuk mengukur kadar elektrolit dan hormon
c. Elektrokardiogram, untuk mengetahui aktivitas listrik jantung
d. CT scan perut, untuk mengetahui kondisi kelenjar adrenal
e. USG ginjal, untuk memeriksa kondisi ginjal

F. Pengobatan hipertensi
Tekanan darah tinggi bisa diatasi dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat. Namun,
pada beberapa penderita, perubahan gaya hidup juga harus disertai dengan konsumsi obat
antihipertensi.
Perlu atau tidaknya penggunaan obat antihipertensi tergantung pada nilai tekanan darah pasien
dan seberapa besar risiko pasien terserang komplikasi, seperti stroke atau serangan jantung.
Berikut ini adalah beberapa metode pengobatan yang dapat digunakan untuk menangani
hipertensi:
1. Perubahan gaya hidup
Mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat bisa menurunkan tekanan darah dalam beberapa
minggu. Biasanya, dokter akan menyarankan perubahan gaya hidup tanpa perlu konsumsi
obat jika risiko pasien terserang komplikasi rendah.
Gaya hidup sehat yang yang perlu dijalani, antara lain:
a. Mengonsumsi lebih banyak buah dan sayur-sayuran
b. Mengurangi konsumsi garam hingga kurang dari satu sendok teh per hari
c. Memperbanyak aktivitas fisik dan rutin berolahraga
d. Menurunkan berat badan berlebih dan menjaga berat badan ideal
e. Menghentikan kebiasaan merokok
f. Menghindari atau mengurangi konsumsi minuman beralkohol
g. Mengurangi konsumsi minuman berkafein, seperti kopi, teh, atau cola
h. Melakukan terapi relaksasi untuk mengelola stres, seperti yoga atau meditasi
2. Penggunaan obat-obatan
Pada beberapa kasus, penderita hipertensi harus mengonsumsi obat penurun tekanan darah
untuk seumur hidup. Akan tetapi, dokter dapat menurunkan dosis atau menghentikan
pengobatan jika tekanan darah pasien sudah terkendali melalui perubahan gaya hidup.
Dokter akan meresepkan obat antihipertensi pada pasien yang tekanan darahnya lebih dari
140/90 mmHg dan berisiko terserang komplikasi.
Beberapa jenis obat yang sering digunakan untuk menangani hipertensi adalah:

a. Diuretik, seperti hydrochlorothiazide
b. Antagonis kalsium, seperti amlodipine dan nifedipine
c. Penghambat Beta, seperti atenolol dan bisoprolol
d. ACE inhibitor, seperti captopril dan ramipril
e. Diuretik hemat kalium, seperti spironolactone
f. Angiotensin-2 receptor  blocker  (ARB), seperti losartan dan valsartan
g. Penghambat renin, seperti aliskiren
h. Vasodilator, seperti minoxidil

Penting bagi pasien untuk mengonsumsi obat di atas dalam dosis yang sudah ditentukan dan
memberitahu dokter jika ada efek samping yang muncul.
G. Pencegahan hipertensi
Cara mencegah hipertensi adalah dengan menghindari faktor yang dapat meningkatkan risiko
terserang penyakit ini. Beberapa cara efektif yang dapat dilakukan adalah:

a. Raih dan pertahankan berat badan ideal.


b. Lakukan olahraga rutin, seperti jalan cepat atau bersepeda 2–3 jam setiap minggu.
c. Konsumsi makanan rendah lemak dan kaya serat, seperti buah dan sayuran.
d. Batasi jumlah garam dalam makanan, tidak lebih dari 1 sendok teh per hari.
e. Hindari konsumsi minuman beralkohol.
f. Batasi konsumsi minuman berkafein.
g. Hentikan kebiasaan merokok.
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
hipertensi adalah kondisi di mana tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 milimeter merkuri
(mmHG). Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus-
menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi
perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala.

Anda mungkin juga menyukai